Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN AKRILIK

UNMAS DENPASAR

Oleh:

IYAN ANUGRAH NASIR, S.K.G

NPM :2106129010032

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus kehilangan gigi pada masyarakat masih menjadi salah satu

permasalahan kesehatan gigi dan mulut. Kehilangan gigi sebagian bahkan

seluruhnya tidak hanya dapat dialami oleh seseorang yang berusia lanjut,

tetapi juga oleh seseorang yang berusia lebih muda. Kehilangan gigi yang

tidak diikuti dengan pergantian gigi yang bersangkutan dapat dapat

mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari. Gigi tiruan lepasan merupakan

salah satu perawatan dalam bidang kedokteran gigi untuk mengatasi kasus

kehilangan gigi.

Kehilangan gigi merupakan suatu keadaan lepasnya satu atau lebih gigi

dari soketnya. Gigi hilang sebagian adalah hilangnya satu gigi atau lebih

tetapi tidak semua gigi alami hilang pada lengkungan gigi (dental arch),

umumnya akibat karies, masalah periodontal, jejas trauma, impaksi,

supernumerary teeth, neoplasma dan lesi kistik. Karies sebagai penyebab

utama hilangnya gigi.

Survei Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia 2018 melaporkan bahwa Kehilangan gigi Penduduk

Indonesia sebesar 7,9%, Sulawesi selatan (Sulsel) mencapai urutan tertinggi

kedua setelah Sulawesi Tenggara yaitu 14,7% dan terbanyak pada usia 45-55

tahun (8,8%). Angka pencabutan gigi di Sulsel 14,7% melampaui angka

Nasional (7,9%), paling banyak pada rentan Usia 45-54 tahun (18,8%),
sedangkan proporsi pemasangan gigi tiruan di Indonesia sebanyak 1,4%,

Sulsel dan Jambi menempati urutan tertinggi keempat sebesar 2,1% dan

melampaui angka Nasional yaitu 2,1%, pemasangan gigi tiruan di Indonesia

terbanyak pada rentan usia 55-64 tahun sebanyak 3,8%.

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) merupakan bagian prosthodonsia

yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dengan gigi tiruan

yang di dukung oleh gigi mukosa atau kombinasi gigi mukosa yang dipasang

dan dilepas oleh pasien. GTSL mempermudah pemakai dalam perawatannya.

Gigi tiruan ini dapat dilepas dan dipasangkan sendiri oleh penggunanya ke

mulut, dengan tujuan untuk menggantikan gigi serta fungsi yang hilang serta

mempertahankan struktur jaringan yang masih tinggal. Memulihkan dan

mempertahankan struktur jaringan merupakan tujuan utama dalam perawatan

prostodontik untuk pasien yang giginya tinggal sebagian.

Penggunaan gigi tiruan ini untuk menggantikan fungsi gigi asli yang

hilang, antara lain memegang peranan penting dalam sistem pengunyahan.

Sistem ini merupakan unit fungsional yang terdiri dari gigi geligi,

temporomandibular joint (TMJ), otot-otot pendukung pengunyahan baik

secara langsung maupun tidak langsung, serta pembuluh darah dan saraf yang

mendukung seluruh jaringan pendukung sistem pengunyahan. Gigi geligi

berperan dalam proses penghancuran makanan. Kehilangan gigi secara

langsung akan berdampak pada fungsi pengunyahan. Semakin banyak gigi

yang hilang maka gangguan atau ketidaknyamanan akan semakin bertambah.


Terganggunya sistem pengunyahan akibat kehilangan gigi akan kembali pulih

dengan penggunaan gigi tiruan, termasuk penggunaan GTSL.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka dari itu penulis tertarik

untuk membuat laporan kasus mengenai pembuatan gigi tiruan sebagian

lepasan akrilik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar be;akang diatas didapatkan rumusan permasalahan sebagai

berikut “Bagaimana pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik”.

1.3 Tujuan

1. Untuk memberikan informasi mengenai gigi tiruan sebagian lepasan

2. Untuk memberikan informasi mengenai desain gigi tiruan sebagian

lepasan

3. Untuk memberiikasn informasi laporan kasus GTSL resin akrilik

1.4 Manfaat

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca dan penulis

mengenai kasus gigi tiruan sebagian lepasan akrilik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gigi tiruan sebagian lepasan

2.1.1 Pengertian

Gigi tiruan sebagian lepasan adalah sebuah protesa yang menggantikan

satu atau beberapa gigi yang hilang, pada rahang atas maupun rahang bawah

dan dapat dibuka pasang oleh pasien tanpa pengawasan dokter gigi. Gigi

tiruan sebagian lepasan merupakan alternatif perawatan prostodontik yang

tersedia dengan biaya yang lebih terjangkau untuk sebagian besar pasien

dengan kehilangan gigi.1 Menurut Glossary of Prosthodontic gigi tiruan

sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi

asli, tetap tidak seluruh gigi asli dan/atau struktur pendukungnya, didukung

oleh gigi serta mukosa, yang dapat dilepas dari mulut dan dipasangkan

kembali oleh pasien sendiri.15

2.1.2 Fungsi

a) Memperbaiki fungsi estetik Alasan utama pasien mencari perawatan

prostodontik karena masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya gigi

geligi, perubahan bentuk wajah, susunan, warna maupun berjejalnya gigi

geligi.16

b) Memperbaiki fungsi pengucapan/bicara Sistem bicara dapat dibagi dua

bagian yaitu pertama, bagian yang bersifat statis, yaitu gigi, palatum,

tulang alveolar. Kedua yang bersifat dinamis, yaitu lidah, bibir, tali suara

dan mandibula. Sistem bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna
dapat mempengaruhi suara penderita seperti pasien yang kehilangan gigi

depan atas dan bawah. Kesulitan bicara dapat timbul meskipun hanya

bersifat sementara. Gigi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan

kemampuan bicara, artinya pasien mampu kembali mengucapkan kata-

kata dengan jelas

c) Memperbaiki dan peningkatan fungsi pengunyahan Pola kunyah penderita

yang sudah kehilangan sebagian gigi biasanya mengalami perubahan.

Kehilangan beberapa gigi di kedua rahang pada sisi sama, maka

pengunyahan akan dilakukan semaksimal mungkin oleh gigi geligi asli

pada sisi lainnya, sehingga tekanan kunyah akan dipikul oleh satu sisi atau

sebagian saja. Setelah pasien memakai protesa, terjadi perbaikan karena

tekanan kunyah dapat disalurkan lebih merata ke seluruh bagian jaringan

pendukung.16

d) Mempertahankan jaringan mulut Pada pemakaian gigi tiruan sebagian

lepasan dapat membantu menjaga gigi geligi yang masih ada agar tidak

hilang dan mencegah terjadinya resopsi tulang alveolar16

2.1.3 Indikasi dan Kontraindikasi

a) Indikasi GTSL:17

1. Kehilangan satu atau beberapa gigi

2. Trauma dan resorpsi ridge alveolar

3. Estetik yang lebih baik

4. Ekonomis

5. Oral hygiene yang baik


b) Kontraindikasi GTSL:17

1. Pasien dengan retarded mental

2. Pasien dengan oral hygiene yang buruk

2.1.3 Bahan Basis Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Bahan yang digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan sebagian

lepasan terdiri atas dua yaitu logam dan non logam.

a) Logam Bahan logam telah digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan

sebagian. Ada beberapa jenis bahan logam yang dapat digunakan,

diantaranya: stainless steel, nikel-kromium, titanium dan cobalt chromium

alloy. Diantara bahan-b ahan tersebut, bahan yang paling sering digunakan

adalah cobalt chromium alloy karena sifat mekanisnya yang baik. Bahan

logam mempunyai kekurangan yaitu estetik kurang baik karena warna

basis yang tidak sewarna dengan jaringan sekitarnya, pembuatan dan

relining yang lebih sulit, relatif lebih mahal, mudah mengalami korosi,

dan tidak dapat dilakukan rebase.18,19

b) Non logam Bahan non logam untuk basis gigi tiruan sebagian lepasan

yang sering digunakan adalah resin akrilik. Lebih dari 95% plat gigi tiruan

dibuat dari bahan resin akrilik. Resin akrilik head cured memenuhi

persyaratan sebagai bahan plat gigi tiruan karena tidak bersifat toksik,

tidak mengiritasi jaringan, sifat fisik dan estetik baik, harga relatif murah,

mudah direparasi, mudah dibersihkan, mudah cara manipulasi dan

pembuatannya.20 Bahan dasar dari gigi tiuan yang sering digunakan

adalah polimetil metakrilat jenis resin akrilik head cured. 21


c) Fleksibel Fleksibel merupakan gigi tiruan dengan basis yang

biokompatibel, yaitu nilon termoplastis memiliki sifat fisik bebas

monomer sehingga tidak menimbulkan reaksi alergi, serta tanpa adanya

unsur logam yang dapat mempengaruhi estetika. Gigi tiruan ini memiliki

derajat fleksibilitas dan stabilitas yang sangat baik, dan dapat dibuat lebih

tipis dengan ketebalan tertentu yang telah direkomendasikan sehingga

sangat fleksibel, ringan dan tidak mudah patah.36 Nilon termoplastis

merupakan bahan yang lentur dan fleksibel, sehingga sangat ideal sebagai

basis GTSL. Fleksibilitas bahan sangat menguntungkan jaringan

pendukung, karena akumulasi beban tidak akan terjadi, artinya adalah

basis nilon berperan sebagai stress breaker dan tissue conditioner. Fungsi

stress breaker, tissue conditioner dan functional stimulation berkontribusi

terhadap preservasi ridge, yaitu integritas dan kelestarian ridge beserta

jaringan sekitarnya tetap terjaga.

2.2. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Resin Akrilik

2.2.1 Pengertian

Resin Akirlik Resin akrilik dikembangkan pada tahun 1930-an dan

pertama kali digunakan dalam kedokteran gigi pada tahun 1940-an.22 Resin

akrilik adalah resin sintetik yang merupakan derivat asam akrilat dan dapat

digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan. Resin akrilik terdiri dari

monomer (metil metakrilat) dan polimer (polimetil metakrilik). Resin akrilik

akan terjadi polimerisasi yaitu reaksi eksotermik yang disebabkan oleh panas,

cahaya, atau aktivator kimia dimana molekul monomer tunggal dihubungkan


untuk membentuk rantai polimer molekul panjang. Contohnya saat monomer

dan polimer dicampur hingga homogen dan diaplikasikan dalam cetakan gigi

tiruan lalu dilanjutkan dengan curing, monomer akan berubah menjadi

polimer (padat) dan akan tetap bertahan maka dapat disebut terjadinya

polimerisasi. Resin ini adalah resin transparan dengan kejernihan luar biasa,

warna serta sifat optic tetap stabil dibawah kondisi mulut yang normal dan

secara klinis cukup stabil terhadap panas.23,24

2.2.2 Jenis Resin Akrilik

Secara garis besar, resin aklirik yang digunakan di kedokteran dapat

dibedakan atas 3 jenis, (Anusavice dkk. 2013) yaitu:

a) Resin akrilik swapolimerisasi (resin akrilik cold curing atau self curing

autopolimeryzing).

Merupakan resin aklirik yang ditambahkan activator kimia yaitu

dimeti-para-toluidin Karena memerlukan aktivasi secara kimia dalam

proses polimerisasi selama 5 menit. Resin ini jarang digunakan sebagai

bahan pembuat basis gigi tiruan karena kekuatan dan stabilitas warnanya

tidak sebaik resin aklirik polimerisasi panas, selain itu jumlah monomer
sisa pada resin akrilik swapolimerisasi lebih tinggi dibanding pada resin

akrilik polimerisasi panas.

b) Resin aklirik polimerisasi sinar (light cured resin).

Resin aklirik polimerisasi sinar (light cured resin) adalah resin aklirik

dalam bentuk lembaran dan benang serta dibungkus dengan kantung

kedap cahaya atau dalam bentuk pasta dan sebagai inisiator polimerisasi

ditambah camphoroquinone. Penyinaran selama 5 menit memerlukan

gelombang cahaya sebesar 400 – 500 nm sehingga memerlukan unit

kuring khusus dengan menggunakan empat buah lampu ultraviolet. Bahan

ini juga jarang dipakai karena disamping memerlukan unit kuring khusus,

bahan ini juga memiliki kekuatan perlekatan yang rendah terhadap anasir

gigi tiruan berbahan resin jika dibandingkan dengan resin aklirik

polimerisasi panas.

c) Resin aklirik polimerisasi panas (heat cured resin acrylic).

Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured resin acrylic) adalah resin

akrilik dengan bantuan pemanasan. Energi termal yang diperlukan dalam

polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan perendam air atau

microwave. Penggunaan energi termal menyebabkan dekomposisi

peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk

akan mengawali proses polimerisasi.

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan

a) Kelebihan1,27

1. Estetik baik
2. Warna basis menyerupai gingiva

3. Lebih ringan

4. Nyaman digunakan

5. Harga relatif murah

6. Reparasi mudah

b) Kekurangan1

1. Mudah fraktur

2. Dapat menyebabkan alergi

3. Menyerap cairan

4. Mempunyai sifat porus yang merupakan tempat ideal untuk

pengendapan sisa makanan sehingga mikroorganisme dapat tumbuh

dan berkembang biak.

5. Perubahan warna pada resin akrilik dapat terjadi karena kebiasaan

mengkonsumsi minuman yang mengandung zat warna.

2.2.4 Komponen

a) Basis gigi tiruan

Basis gigi tiruan merupakan salah satu komponen dari gigi tiruan

sebagian lepasan yang menutupi mukosa mulut di daerah palatum, labial,

bukal dan lingual. Plat dasar gigi tiruan merupakan bagian dari gigi tiruan

yang berkontak dengan mukosa mulut, tepat menempel dan mendukung

anasir gigi tiruan, menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung

yang memberi retensi dan stabilisasi pada plat gigi tiruan.28,29 Fungsi

basis gigi tiruan adalah menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang,
memperbaiki estetis wajah, menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan

pendukung gigi, mempertahankan tulang alveolar dan tempat untuk

melekatkan komponen gigi tiruan lainnya seperti anasir gigi tiruan,

sandaran oklusal, dan lengan retentif.28 Persyaratan basis gigi tiruan yang

ideal adalah adaptasi jaringan yang akurat dengan perubahan volume yang

minimal, memiliki konduktivitas termal yang baik, dapat dibersihkan,

mudah dibuat dan diperbaiki, hemat biaya, kemampuan untuk mencapai

hasil akhir yang baik, tidak berasa, tidak berbau, tidak beracun dan tidak

mengiritas rongga mulut28

b) Gigi artifisial

Gigi artifisial merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang

berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang dan disusun menjadi suatu

rangkaian pada suatu protesa.16 Ada beberapa faktor yang harus

diperhatikan dalam pemilihan gigi artifisial, yaitu ukuran, bentuk, dan

warna. Pada pemilihan warna harus menggunakan shade guide

menyesuaikan dengan kondisi pasien. Penggunaan shade guide diterangi

dengan cahaya alamiah (matahari) akan memberikan efek yang lebih baik

dan natural dibandingkan dengan apabila menggunakan cahaya lampu.

Selain itu warna, bentuk dan ukuran gigi harus disesuaikan dengan

keadaan yang ada dalam mulut pasien.30


c) Cengkeram

Cengkeram merupakan komponen GTSL yang berfungsi sebagai

retensi. Adapun jenis cengkeram menurut fungsinya dibagi dalam dua

bagian yaitu:16

3.1 Cengkeram paradental

Cengkeram yang berfungsi sebagai retensi dan stabilisasi

protesa, juga sebagai alat untuk meneruskan beban kunyah yang

diterima gigitiruan ke gigi penyangga. Cengkeram paradental

umumnya digunakan untuk kasus bounded edentulous, digunakan jika

hanya 1 atau 2 gigi yang hilang yang mana area edentulous tidak lebih

besar dibandingkan area gigi asli. Untuk bounded edentulous yang

panjang biasa digunakan juga dukungan mukosa.

3.2 Cengkeram gingival

Cengekeram gingival yaitu cengkeram yang fungsinya hanya

untuk retensi dan stabilisasi protesa. Cengkeram ini memakai

dukungan mukosa (mukosa borne support). Cengkeram gingival

umumnya digunakan pada kasus free end saddle dan digunakan jika

memerlukan beban kunyah besar.

2.3. Klasifikasi Kehilangan gigi

Klasifikasi Kennedy pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Edward

Kennedy pada tahun 1923. Klasifikasi Kennedy merupakan metode klasifikasi

yang paling umum digunakan saat ini karena sederhana, mudah diaplikasikan

pada seluruh kondisi kehilangan sebagian gigi, dapat segera menentukan tipe
kehilangan sebagian gigi, dan dapat menentukan tipe dukungan GTSL

(dukungan gigi atau dukungan gigi dan mukosa). Kennedy membagi

kehilangan gigi sebagian menjadi empat klas yaitu klas I, klas II, klas III, dan

klas IV. Daerah edentulus diluar klasifikasi yang telah ditentukan,

dikategorikan sebagai modifikasi.2

a) Klas I,Area edentulous bilateral pada daerah posterior (bilateralfree-end)

b) Klas II, Area edentulous unilateral pada daerah posterior (unilateral

freeend)

c) Klas III,Daerah edentulous berada diantara gigi anterior dan posterior

d) Klas IV,Daerah edentulous berada pada daerah anterior dan melewati

midline.

Syarat klasifikasi Kennedy:14

a) Klasifikasi dilakukan setelah ekstraksi karena dapat mengubah klasifikasi

b) Apabila molar ketiga dan kedua hilang dan tidak diganti, maka tidak

dimasukkan dalam klasifikasi. Tetapi jika ada molar tiga dan dua

digunakan sebagai penyangga, maka dimasukkan dalam klasifikasi.

c) Area edentulous paling posterior menentukan klasifikasi


d) Area edentulous selain yang menentukan klasifikasi, dimasukkan dalam

modifikasi dan dinamakan berdasarkan jumlah.

e) Modifikasi ditentukan berdasarkan jumlah, bukan luasnya

f) Klas IV tidak memiliki modifikasi

2.4. Prinsip Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Dokter gigi bertanggung jawab penuh dalam mendesain GTSL

disebabkan dokter gigi yang memahami kondisi biologis rongga mulut pasien

dan faktor lain yang berhubungan dengan desain GTSL. Hal ini sesuai dengan

pernyataan The Academy of Prosthodontics bahwa perencanaan perawatan,

preparasi gigi penyangga, dan mendesain GTSL merupakan tanggung jawab

dokter gigi. Desain GTSL harus didasarkan pada prinsip desain serta

pemeriksaan klinis yang teliti. Desain GTSL untuk masing-masing pasien

juga didasarkan pada kondisi gigi yang tersisa dan kondisi rongga

mulutnya.19 Dalam pembuatan desain GTSL, dokter gigi harus

mempertimbangkan kenyamanan pasien, estetis, dan prognosis dari gigi

penyangga. Konsep dan desain gigi tiruan dapat mengakibatkan terjadinya

kegagalan mekanis dari GTSL. Beberapa prinsip desain GTSL antara lain:19

a) Statis dinamis, mempertimbangkan distribusi gaya vertikal dan horizontal

diantara gigi-gigi penyangga dengan mukosa untuk mempertahankan

stabilitas fungsional gigi tiruan

b) Biologis yaitu gigi tiruan sebagian lepasan kerangka logam didesain agar

memenuhi konsep biologis yaitu mengurangi efek pemakaian jangka

panjang yang merusak, seperti karies


c) Estetis, pertimbangan estetik pada desain GTSL yaitu dengan membuat

bagian-bagian gigi tiruan sebgaian lepasan tidak terlihat.

d) Kenyamanan, pertimbangan kenyamanan pasien pada desain GTSL adalah

desain gigi tiruan tanpa mengalami pergerakan yang berlebih selama

penggunaan, tidak mengiritasi lidah dan tidak terjadi penumpukan sisa

makanan
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Data Pasien

Nama Penderita : Ny. N

Tempat tanggal Lahir : 5 Februari 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jl. Maruti Gang. II

Agama : Islam

3.2 Uraian Kasus

Pasien perempuan berusia 22 tahun kehilangan 3 gigi belakang rahang bawah

kanan dan kiri. Kehilangan gigi tersebut membuat pasien kurang nyaman saat

digunakan mengunyah makanan.

3.3 Kronologi Kasus

Pada Tanggal 24 Maret 2021 Pasien perempuan berusia 22 tahun datang

ke RSGM Saraswati Denpasar dengan keluhan utama pasien merassa

terganggu saat mengunyah oleh karena kehilangan gigi belakang sejak 1,5

tahun yang lalu sebelum pasien datang ke RSGM Saraswati Denpasar.

Pada hari yang sama pasien dilakukan pencetakan anatomis untuk

pembuatan desain Gigi tiruan sebgaian lepasan resin akrilik.

Setelah 3 bulan proses pembuatan gigi tiruan lepasan, alat tersebut selesai

dan tidak dilakukan insersi ke pasien dikarenakan pasien tidak dapat

dihubungi
3.4 Pemeriksaan Subjektif

1. Keluhan Utama Pasien

Pasien datang ingin dibuatkan gigi palsu karena merasa tidak nyaman saat

digunakan mengunyah makanan.

2. Anamnesis

Pencabutan terkahir dilkukan pada gigi bawah kanan belakang (45) kurang

lebih 1,5 tahun yang lalu oleh karena karies. Pasien belum pernah

menggunakan gigi tiruan sebelumnya. Pasien merasa sehat, dalam 5 tahun

terakhir pasien dinyatan tidak pernah mengalami penyakit serius oleh

pihak medis, tidak pernah menjalani operasi atau menjalani rawat inap di

rumah sakit, Pasien menyatakan bahwa dirinya tidak mengalami penyakit

Diabetes Melitus, Hipertensi, Kelainan jantung, AIDS, dan Hepatitis serta

tidak memiliki riwayat alergi.

3.5 Pemeriksaan Objektif

1. Pemeriksaan Ektra Oral

 Profil : Normal

 Bentuk Wajah : Square

 Mata : Simetris

 Hidung : Simetris

 Telinga : Simetris

 Bibir : Simetris

 Kelenjar
o Submandibularis kanan, kiri teraba lunak dan tidak sakit

o Submentalis kanan, kiri teraba lunak dan tidak sakit

 Sendi : Normal

 Kebiasaan Buruk :-

2. Pemeriksaan Intra Oral

 Kebersihan Mulut : Baik

16 11 - 26

46 - 31 36

Debris Index

0 0 - 0

0 - 0 0
Calculus Index

1 0 - 1

0 - 1 0

OHIS = DI + CI

= 0 + 0,5 = 0,5 (Baik)

 Frekuensi Karies : Rendah

 Pemeriksaan Ro :-

 Perawatan Sebelumnya : -

 Status gigi geligi


 Gigitan : Semua normal kecuali gigitan kiri

 Vestibulum : semua regio sedang

 Frenulum : semua region sedang

 Relasi rahang atas & bawah : Normal

 Bentuk Ridge tl. Alveolar :U

 Bentuk Palatum :U

 Tubermaksila : Kecil

 Retromylohyoid : Dangkal

 Klas Angle : Klas I

 Tahanan Jaringan : Tinggi

 Mukosa Pendukung : Tak gerak

 Tidak ada kelainan jaringan mukosa

 Lidah : tipis dan lebar

 Saliva : Kental

 Status Lokalis

Unsur Diagnosa

26 Periodontitis Apikalis Kronis OK 26 GR

3.6 Rencana Perawatan

1. Pembersihan Karang gigi Regio RA kanan dan kiri serta RB anterior. (Pro

Skeling Root Planning RA+RB)

2. Pencabutan Gigi sisa Akar 26 (Pro Exo gigi 26 GR).


3. Gigi Tiruan sebagian lepasan Rahang Bawah dan Anasir gigi akrilik

Rahang bawah

Terapi Alternatif

GTSL kerangka logam rahang bawah dan anasir gigi akrilik rahang bawah.

3.7 Penatalaksanaan

1. Pada 24 maret 2021 dilakukan indikasi pasien oleh instruktur dan

dilanjutkan dengan pengisian status dan pencetakan anatomis yang

befungsi untuk membuat model studi dan menyusun rencana perwatan.

Serta pemilihan warna gigi yaitu A2 Vita Lumivacum yang akan

digunakan.

2. Operator melakukan diskusi bersama instruktur untuk merencanakan

perawatan dan desain dari gigi tiruan sebgaian lepasan yang akan

digunakan pada tanggal 9 Juni 2021.

3. Selanjutnya pada tanggal 10 Juni 2021 dilkukan pencetakan fungsional

untuk mendapatkan model kerja.

4. Melakukan survey dan block out pada model kerja pad 16 juni 2021 yang

berfungsi untuk mencari kontur terbesar dari gigi yang akan dilakunkan

sebgai penyangga gigi tiruan lepasan.

5. Pembuatan Galangan gigit dan penetapan gigit pada 18 juni 2021 untuk

mentransfer oklusi sentris dari pasien ke model kerja.

6. Pemasangan model kerja dalam articulator yang berfungsi sebagai

duplikat dari rongga mulut pada 23 juni 2021.


7. Pada 29 juni Pembuatan klamer yaitu Klamer tiga jari pada gigi 47

dengan diameter 0,7 mm serta klamer gilet pada gigi 35, 37, dan 44

dengan diameter 0,7 mm.

8. Penyusunan gigi dan konturing gigi tiruan dilakukan pada 30 juni 2021.

9. Dilanjutkan prosesing akrilik di laboratorium hingga gigi tiruan sebagaian

lepasan telah dilakukan pemolesan.

10. Insersi gigi tiruan dilakukan pada 24 September 202.

11. Kontrol post insersi gigi tiruan sebagaian lepasan dilakukan pada 24

September 2021 untuk mengevaluasi dari gigi tiruan tersebut.


BAB IV

PEMBAHASAN

Kondisi kehilangan gigi membutuhan gigi tiruan untuk menggantikan gigi

tersebut, baik gigi yang hilang pada regio anterior maupun posterior. Kehilangan gigi

mampu mempengaruhi dalam kesehatan rongga mulut, kondisi kehilangan gigi dapat

menyebabkan adanya pergerakan gigi yang dekat dengan area edentulous ke arah

edentulous tersebut, pergerekan gigi antagonis untuk mencari titik kontak dan juga

mempengaruhi fungsi keseimbangan rongga mulut lainnya. Upaya mengembalikan

fungsi keseimbangan rongga mulut akibat kehilangan gigi, maka dibuatkan suatu

protesa untuk mengganti gigi yang hilang

Beberapa alternatif pilihan perawatn bagi pasien dengan kehilangan gigi baik

sebagagian maupun penuh mulai dari yang lepasa pasang hingga pemasangan

permanen. Salah satu jenis gigi tiruan untuk perawatan kehilangan gigi sebagaian

yang sangat umum dikalangan masyarakat sekarang ini yaitu gigi tiruan sebagian

lepasan (GTSL). Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) merupakan salah satu jenis

gigi tiruan yang diindikasikan pada pasien yang kehilangan sebagian gigi aslinya.

Gigi tiruan ini dapat dilepas dan dipasangkan sendiri oleh penggunanya ke mulut,

dengan tujuan untuk menggantikan gigi serta fungsi yang hilang serta

mempertahankan struktur jaringan yang masih tinggal.

Bahan dari GTSL itu sendiri sangat beragam tergantung indikasi dan jenis

yang diinginkan oleh pasien itu sendiri. Salah satu bahan yang masing sering

digunakan yaitu bahan resin akrilik polimerisasi panas. Selain dengan memiliki

kekuatan yang besar juga harga yang terjangkau. Akan tetapi penggunaan resin
akrilik memiliki kelemahan seperti melakukan preparasi gigi penyangga sebgai rest

oklusal dari klamer. Klamer sendiri berfungsi sebagai retensi dari gigi tiruan

sebgagian lepasan resin akrilik.

Kelebihan bahan akrilik adalah; warna menyerupai gingiva, mudah direparasi

bila patah tanpa mengalami ditorsi, mudah dibersihkan, mudah dimanipulasi,

kekuatannya baik, harganya terjangkau dan tahan lama, sedangkan kekurangan bahan

akrilik adalah; mudah fraktur, menimbulkan porositas, dapat mengalami perubahan

bentuk, toleransi terhadap jaringan kurang baik, dapat menimbulkan alergi.

Pada laporan kasus ini pembuatan gigi tiruan sebagaian lepasan dengan bahan

resin akrilik polimerisasi panas. Klasifikasi daerah edentulous menurut kennedy yaitu

klas 3 modifikasi 1 (Bounded). Klas 3 ini merupakan daerah edentulous terletak

diantara kedua daerah yang masih bergigi atau bounded. Kehilangan gigi terjadi

secara unilateral terletak pada regio anterior maupun posterior terhadap gigi yang

masih ada, akan membutuhkan gigi tiruan sebagian lepasan dengan Bounded saddle

unilateral. Untuk kelas ini dapat pula diindikasikan dalam pembuatan gigi tiruan

sebagian cekat dengan kehilangan 1-2 gigi atau disebut Short saddle.

Adapun desain klamer yang digunakan pada gigi gituan ini yaitu klamer tiga

jari karena penggunaan pad gigi molar yang dimana membutuhkan beban kunyah

yang besar dan terletak pada bounded area. Untuk daerah gigi lainnya penggunaan

gilet digunakan dengan alasan gigi penyangga yaitu gigi premolar dan luas

edentulous kecil (hanya kehilangan satu gigi).


BAB V

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Berdasarkan laporan kasus diatas maka dapat disimpulkan bahwa gigi

tiruan sebagaian lepasan merupakan salah satu alternatif dari perawatan untuk

menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang, pada rahang atas maupun

rahang bawah dan dapat dibuka pasang oleh pasien tanpa pengawasan dokter

gigi. Jenis Resin akrilik merupakan bahan yang mudah untuk dimanipulasi

dan mudah dijangkau oleh pasien. Desain gigi tiruan dengan klasifikasi klas 3

kennedy modifakasi 1 dibuat dengan plat akrilik dengan pertimbangan

kenyamanan dan kekuatan retensi jenis klamer yang digunakan.

5. 2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan daalam penulisan lapooran kasus

ini yaitu untuk pelaporan kasus selanjutnya mungkin dapart dilakukan dengan

jenis bahan yang berbeda serta dapat dijadikan perbandingan penulisan kasus

selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K.J., Shen C., Rawls HR., 2013, Philips Science Of Dental Materials 12th

ed, Missouri: Elsevier.

Azhari Hairul.,2018. Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah

Perendaman Dalam Minuman Tuak, Skripsi. Univesitas Sumatera Utara

Mangundap, G. C., Wowor, V. N., & Mintjelungan, C. N. (2019). Efektivitas

Penggunaan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan terhadap Fungsi Pengunyahan pada

Masyarakat Desa Pinasungkulan Kecamatan Modoinding. e-GiGi, 7(2).

Saputra, I Made, Hendry Dwi,. 2021, Pengaruh Perendaman Basis gigi tiruan resin

akrilik polomerisasi panas dalam minuman arak Bali terhadap kekasaran permukaan,

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. Denpasar.

Setyowati, O., Sujati, S., & Wahjuni, S. (2019). Pattern of demand for making

dentures at dental laboratory in Surabaya City, Indonesia. Journal of Vocational

Health Studies, 3(1), 1-5.

Sharma dan Shashidhara. 2014, A Review Flexible Removable Partial Dentures.

IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS). 13 (12):58-6.

Thressia, M. (2019). Proses Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Dari Bahan

Kombinasi Logam Dan Akrilik.

Wardhani, Putri, Kusuma,. 2020, Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Resin

Akrilik, Skripsi. Departemen Prostodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin. Makassar.

Anda mungkin juga menyukai