Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I

UPTD PUSKESMAS MARGA I TABANAN

GAMBARAN DAN PENATALAKSANAAN KASUS PERIODONTITIS


PADA KUNJUNGAN PASIEN DI POLI GIGI UPTD PUSKESMAS
MARGA I TABANAN BULAN FEBRUARI-APRIL TAHUN 2022

UNMAS DENPASAR

DISUSUN OLEH:
Luh Putu Sari Widyayanti Gunarta S.K.G
NPM: 2106129010051

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR

2022
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIK KERJA LAPANGAN DI UPTD


PUSKESMAS MARGA I TABANAN TAHUN
2022

GAMBARAN DAN PENATALAKSANAAN KASUS


PERIODONTITIS PADA KUNJUNGAN PASIEN DI POLI GIGI
DI UPTD PUSKESMAS MARGA I TABANAN
BULAN FEBRUARI-APRIL TAHUN 2022

Oleh:

Luh Putu Sari Widyayanti Gunarta, S.K.G


(2106129010051)

Menyetujui

Kepala UPTD Kepala Bagian Poli Gigi UPTD


Puskesmas Marga I Puskesmas Marga I

(dr. I Wayan Suarnaya, M.Kes) (drg. Ni Made Wedeartini)


NIP. 19650104 199703 1 005 NIP. 19790128 201101 2 002

Pembimbing PKL
FKG UNMAS Denpasar

(drg. I Gusti Agung Ayu Chandra Iswari Dewi)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR DENPASAR
2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya
penulis dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Puskesmas Marga I,
kabupaten tabanan dengan sebaik-baiknya serta dapat menyelesaikan laporan
individu ini yang merupakan tugas wajib bagi mahasiswa Praktek Kerja Lapangan
dari tanggal 17 sampai 31 Mei 2022.
Laporan ini telah penulis susun dengan baik dan dengan sedemikian rupa
dan penulis berharap bahwa laporan ini dapat membantu para pembaca dalam
mengerti mengenai periodontitis ini. Penulis juga menyadari bahwa masih ada
banyak kekurangan dari laporan yang telah penulis susun ini baik dari segi
kalimat maupun dari bahasanya. Untuk itu, penulis dengan sangat terbuka
menerima segala kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
mengembangkan dan memperbaikinya menjadi lebih baik.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan penulis berharap semoga
laporan mengenai periodontitis ini dapat membantu dan bermanfaat bagi para
pembaca sekalian.

Tabanan, 27 Mei 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Cover

Lembar Pengesahan ii

Kata Pengantar iii

Daftar Isi iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Manfaat Penulisan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Puskesmas 4
2.2 UPTD Puskesmas Marga I Tabanan 4
2.2.1 Letak Geografis UPTD Puskesmas Marga I Tabanan 4
2.2.2 Demografi Wilayah UPTD Puskesmas Marga I Tabanan 5
2.2.3 Keadaan Sosial Ekonomi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan 5
2.3 Definisi Jaringan Periodontal 6
2.3.1 Gingiva 6
2.3.2 Sementum 7
2.3.3 Ligamen Periodontal 7
2.3.4 Tulang Alveolar 7
2.3.5 Gambaran Klinis Jaringan Periodontal Sehat 8
2.4 Gambaran Umum Periodontitis 8
2.4.1 Definisi Periodontitis 8
2.4.2 Etiologi Periodontitis 9
2.4.3 Faktor Risiko Periodontitis 10
2.4.4 Patofisiologi Terjadinya Periodontitis 10
2.4.5 Klasifikasi Periodontitis 11
2.4.6 Differential Diagnosis Periodontitis 14
2.4.7 Perawatan Periodontitis 14
2.4.8 Pencegahan Periodontitis 16
2.5 Prevalensi Penyakit Periodontal di Indonesia 17

iv
BAB III LAPORAN KASUS DAN TATA LAKSANA PENANGANAN 19
3.1 Gambaran Jumlah Kasus Periodontitis pada Kunjungan Pasien di Poli
Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan pada Bulan
Februari-April Tahun 2022 19
3.2 Tata Laksana Penanganan Periodontitis 20
3.2.1 Kegiatan dalam Gedung 20
3.2.2 Protap dan Alur Poli Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan 20
3.2.3 Prosedur Wajib Tata Laksana Periodontitis 21

BAB IV PEMBAHASAN 24

BAB V PENUTUP 28
3.1 Kesimpulan 28
3.2 Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 31

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rongga mulut terdiri dari gigi dan struktur penunjangnya. Struktur
penunjangnya adalah gingiva, sementum jaringan periodontal, dan tulang alveolar.
Dimana antara gigi dan struktur penunjangnya saling berhubungan. Apabila salah
satunya mengalami kelainan/cedera maka akan berdampak pada struktur lainnya.
Oleh karena itu, sangat perlu untuk menjaga kesehatan gigi dan struktur
pendukungnya agar keseimbangan di dalam rongga mulut tetap terjaga. Berbagai
upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas, diantaranya adalah meningkatkan akses
terhadap pelayanan kesehatan dasar. Salah satu pelayanan kesehatan dasar yang
disediakan oleh pemerintah adalah Puskesmas. Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan
terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,
dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat (Depkes RI
1999).

Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada


pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal,
tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas
biasanya berada dibawah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota. Guna
mewujudkan derajat kesehatan bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan promotif, pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Upaya kesehatan gigi dan mulut ini bertujuan untuk
menurunkan insidensi dan prevalensi penyakit gigi dan mulut sehingga tidak
menjadi masalah kesehatan masyarakat dan tercapainya derajat kesehatan yang
optimal (Andriani 2012).

1
Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang
sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Penyakit periodontal yang paling sering
mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis. Menurut hasil
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, penduduk Indonesia
mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut sebanyak 57,6% (Riskesdas 2018).
Pada keadaan normal, gingiva biasannya keras, berwarna merah muda,
mempunyai tepi setajam pisau, terdapat stippling, dan tidak mengalami
perdarahan saat digerakkan sonde. Daerah sulkus gingiva biasanya dangkal dan
epithelium junctional melekat erat pada enamel (Manson 1993).
Penyakit periodontal diklasifikasikan atas gingivitis dan periodontitis.
Gingivitis adalah inflamasi gingiva yang hanya meliputi jaringan gingiva sekitar
gigi dan merupakan penyakit periodontal yang paling sering dijumpai baik pada
usia muda maupun dewasa (Adiningrat 2018). Sedangkan periodontitis adalah
infeksi kronis yang dapat menghancurkan jaringan periodontal termasuk ligament
periodontal dan rongga alveolar gigi karena adanya akumulasi bakteri patogen
yang menghasilkan pembentukan biofilm pada gigi dan permukaan akar gigi
(McDonald 1987).
Periodontitis adalah suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan
pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang
menyebabkan kerusakan progresif pada ligament periodontal dan tulang alveolar
dengan manifestasi klinis terbentuknya poket, kegoyangan gigi, hilangnya
perlekatan dan resesi gingiva. Tindakan metabolik dari koloni bakteri di celah
gingiva mengubah lingkungan rongga mulut dan memfasilitasi terjadinya
kolonisasi bakteri. Kesesuaian dari berbagai faktor virulensi bakteri, aktivitas dan
komposisi bakteri komensal, dan faktor imun dari host, diperlukan untuk inisiasi
proses terjadinya periodontitis. Ada 4 bakteri yang sangat relevan dalam inisiasi
dan perkembangan penyakit periodontal yaitu: bakteri Actinobacillus
actinomycetemcomitans (Aa), Porphyromonas gingivalis (Pg), Tannerella
forsythensis, dan Prevotella intermedia (Andriani 2012).
Periodontitis merupakan faktor risiko yang berperan terhadap gangguan
fungsi pengunyahan dan hilangnya gigi, kelainan yang sering dijumpai dan terjadi

2
pada manusia (Ermawati 2012). Perawatan periodontitis dengan initial fase
therapy yang terdiri dari scaling, root planning, peningkatan oral hygiene, bahkan
mungkin diperlukan penyesuaian oklusal. Scaling root planning bisa ditunjang
dengan pemberian obat-obatan antibiotika dan anti-inflamasi. Obat anti-inflamasi
golongan nonsteroid yaitu ibuprofen (Prasetya 2014). Ibuprofen sudah sejak lama
digunakan di dunia kedokteran gigi untuk mengontrol rasa sakit pada pasien.
Ibuprofen berperan untuk meredakan rasa sakit dan mencegah terjadinya
perluasan inflamasi. Penggunaan ibuprofen dalam jangka panjang akan
mengakibatkan efek samping seperti stomach ulcer dan hemorrhage. Efek
samping yang dapat ditimbulkan memerlukan alternatif bahan lain yang lebih
aman (Singh Preetinder 2014).
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mencari tahu penyebab dari
tingginya prevalensi periodontitis pada kunjungan pasien di poli gigi UPTD
Puskesmas Marga I Tabanan Bulan Februari-April Tahun 2022.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disebutkan di atas,
maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran dan penatalaksanaan kasus periodontitis pada
kunjungan pasien di poli gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan Bulan
Februari-April Tahun 2022.

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari laporan kasus ini adalah untuk mengetahui
gambaran dan penatalaksanaan kasus periodontitis pada kunjungan pasien di poli
gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan Bulan Februari-April Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Dapat menambah wawasan atau pengetahuan penulis ataupun pembaca
terhadap periodontitis.
1.4.2 Menjadi referensi bagi pembaca atau khalayak umum dalam membuat suatu
makalah atau paper mengenai periodontitis atau sejenisnya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Puskesmas


Menurut Depkes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan. Menurut Sanah Nor (2017),
Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan
kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat
pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu
wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan
kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Menurut Trihono (2015), tujuan pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia sehat.

2.2 UPTD Puskesmas Marga I Tabanan


2.2.1 Letak Geografis UPTD Puskesmas Marga I Tabanan
Luas wilayah UPTD Puskesmas Marga I adalah 25,68 km2 terdiri dari
10 (sepuluh) desa terbagi menjadi 42 Dusun dan semua dusun memiliki 1
(satu) posyandu (Gambar 2.1). Semua desa mudah dijangkau dengan waktu
tempuh kurang lebih 30 menit, jalan-jalan umum sudah tercapai. Adapun
batas-batas wilayah UPTD Puskesmas Marga I adalah sebagai berikut:
1. Utara : Wilayah UPTD Puskesmas Baturiti I
2. Barat : Wilayah UPTD Puskesmas Tabanan II
3. Timur : Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Marga II
4. Selatan : Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Marga II
UPTD Puskesmas Marga I terletak di bagian Utara Kota Tabanan, dengan
letakketinggian 700 m diatas permukaan laut, temperatur udara berkisar antara

4
20-26 ◦C dan waktu tempuh ± 15-30 menit dari Ibu Kota Kabupaten Tabanan.
Semua wilayah bisa dijangkau dengan sarana transportasi kendaraan roda dua
maupun roda empat.

2.2.2 Demografi Wilayah UPTD Puskesmas Marga I Tabanan


Jumlah penduduk UPTD Puskesmas Marga I tahun 2020 sesuai dengan
data statistik di kabupaten adalah 24.283 jiwa terdiri dari laki-laki 12.018 jiwa
dan perempuan 12.265 jiwa. Dengan jumlah KK sebanyak 3.394, proporsi
penduduk terbanyak berada di desa Payangan dengan jumlah laki-laki
sebanyak 1.663 jiwa dan perempuan sebanyak 1.731 jiwa, dan proporsi
penduduk terkecil di desa Geluntung dengan jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 732 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 747 jiwa. Dari 10 desa
yang berada di wilayah UPTD Puskesmas Marga I, rata-rata kepadatan
penduduk per KK 4-5 orang. Sebagian besar penduduk yang berada di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Marga I beragama Hindu. Sarana komunikasi
yang ada yaitu berupa radio, TV, radio komunikasi, telepon dan internet.
Sarana pendidikan yang ada yaitu TK (12 buah), SD (20 buah), SMP (2 buah)
dan SMA/SMK (2 buah).

UPTD Puskesmas Marga I merupakan puskesmas rawat jalan, yang


memberikan pelayanan UGD, poli umum, poli gigi, poli KIA, dan
Laboratorium sederhana. Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Marga I terdapat
3 klinik swasta, 9 dokter praktek swasta, 1 praktek dokter gigi swasta dan 11
praktek bidan. UPTD Puskesmas Marga I dilakukan rehabilitasi terakhir tahun
2007 dan keadaan bangunan saat ini dalam kondisi baik. Puskesmas
menggunakan listrik dari PLN dengan waktu nyala kurang dari 24 jam dan air
bersih dari PDAM. Di dalam puskesmas mempunyai3 kamar mandi dan untuk
pengelolaan sampah non medis puskesmas mempunyai satutempat
pembakaran sampah, sedangkan untuk sampah medis dikirim ke PT. Bumi
Bali Berkarya untuk dimusnahkan dengan insenerator.

2.2.3 Keadaan Sosial Ekonomi Wilayah Kerja UPTD Puskesmas


Marga I Tabanan
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Marga I
Tabanan sebagian besar sebagai petani. Berikut adalah perincian mata
pencaharian penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Marga I Tabanan:
5
1. Petani : 3.125 jiwa
2. Tukang : 1.148 jiwa
3. Dagang : 776 jiwa
4. Pegawai Negeri : 617 jiwa
5. Pegawai Swasta : 380 jiwa
6. ABRI : 25 jiwa

2.3 Definisi Jaringan Periodontal (Carranza et al. 2012)


Jaringan periodontal adalah jaringan yang mendukung dan mengelilingi gigi,
yang mencakup gingiva, sementum, ligament periodontal dan tulang alveolar.

Gambar 2.1 Jaringan periodontal (Carranza et al. 2012)


2.3.1 Gingiva
Gingiva adalah bagian mukosa dalam rongga mulut yang mengelilingi
bagian servikal gigi dan menutupi alveolar ridge. Gingiva terdiri atas epitel tipis
pada lapisan terluar dan jaringan ikat dibawahnya. Bagian-bagian dari gingiva
antara lain mukosa alveolar, mucogingival junction, attached gingiva, free gingiva
groove, sulkus gingiva, gingival margin, dan gingiva interdental (interdental
papilla) (Carranza et al. 2012).
Ciri khas gingiva normal adalah berwarna merah muda (coral pink), yang
diakibatkan oleh adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin epitelium serta
sel- sel pigmen, tidak terdapat pembengkakan, kenyal, melekat erat pada gigi dan
processus alveolaris, tidak mudah berdarah, tidak mengandung eksudat, stippling,
dan papilla interdental lancip (Carranza et al. 2012).

6
2.3.2 Sementum
Sementum merupakan lapisan tipis dari jaringan ikat terkalsifikasi yang
menutupi dentin di area akar gigi. Fungsi sementum adalah memberikan
perlekatan dengan fibrin kolagen dari ligament periodontal untuk menopang gigi,
memelihara integritas akar, dan terlibat dalam perbaikan dan remodeling gigi dan
tulang alveolar. Sementum berwarna kuning mengkilat dan secara klinis tidak
terlihat namun saat terjadi resesi gingiva maka sementum akan terlihat (Carranza
et al. 2012).
2.3.3 Ligament Periodontal
Ligament periodontal merupakan lapisan jaringan ikat lunak yang menutupi
akar gigi dan melekatkan akar gigi terhadap tulang alveolar. Ligament periodontal
terdiri atas serabut pembuluh darah yang kompleks dan serabut jaringan ikat
kolagen yang mengelilingi akar gigi dan melekat ke proccesus alveolaris. Fungsi
ligament periodontal antara lain memelihara gigi dalam soket, memiliki fungsi
sensoris yaitu dapat merasakan nyeri saat terjadi tekanan berlebihan, menyediakan
nutrisi bagi sementum dan tulang alveolar serta fungsi resorptive yaitu dapat
meremodeling tulang alveolar saat terjadi resorpsi tulang (Carranza et al. 2012).
2.3.4 Tulang Alveolar
Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang membentuk
soket gigi yang terdiri atas puncak alveolar (alveolar crest), tulang interproksimal,
dan tulang interradikular yaitu tulang antara 2 akar gigi. Puncak alveolar berada
paling koronal dari prosesus alveolaris, normalnya 1-2 mm dari cemento enamel
junction (CEJ) dan tampak dari aspek fasial gigi. Puncak alveolar mengelilingi
gigi seperti bentuk bergelombang dan mengikuti kontur permukaan CEJ.

Gambar 2.2 Gambaran tulang alveolar (Carranza et al. 2012)

7
2.3.5 Gambaran Klinis Jaringan Periodontal Sehat
Gambaran klinis jaringan periodontal adalah warna gingivala margin dan
attached gingiva secara umum berwarna pink akibat dari suplai darah. Warna ini
tergantung dari derajat vaskularisasi, ketebalan epitel, derajat keratinisasi, dan
konsentrasi pigmen melanin. Kontur gingiva berlekuk, berkerut-kerut seperti kulit
jeruk dan licin serta melekat dengan gigi dan tulang alveolar. Ketebalan free
gingiva adalah 0,5-1,0 mm, menutupi leher gigi dan meluas menjadi papilla
interdental, sulkus gingiva tidak lebih dari 2 mm, tidak mudah berdarah, tidak ada
pembengkakan dan tidak ada eksudat (Shaffer et al. 2014).

Gambar 2.3 Gambaran klinis jaringan periodontal normal (Shaffer et al. 2014)

2.4 Gambaran Umum Periodontitis


2.4.1 Definisi Periodontitis
Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan
penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang
menghasilkan kerusakan lebih lanjut dari ligament periodontal dan tulang alveolar
dengan terbentukya poket, resesi gingiva, maupun keduanya (Saini dkk. 2012).
Studi epidemiologi terbaru menetapkan prevalensi dan penyebaran periodontitis
kronis berdasarkan data dari clinical attachment loss (CAL) dengan batas
rekomendasi >3 mm, probing depth (PD) dengan batas rekomendasi >4 mm pada
sisi dan jumlah gigi sesuai batas ambang, rerata CAL/PPD, bleeding on probing
(BOP) derajat satu dengan derajat keparahan periodontitis yaitu ringan (mild),
sedang (moderate), dan parah (severe) (Kinane dkk. 2017).
Periodontitis biasanya berkembang dari gingivitis, dimana merupakan suatu
inflamasi yang terlokalisir yang diawali oleh bakteri dalam plak, yaitu suatu
biofilm yang terbentuk di gigi dan gingiva. Walaupun tidak semua gingivitis
berkembang
8
menjadi periodontitis. Perubahan komposisi dan potensi patogenik dari
mikroorganisme plak terhadap faktor resistensi pejamu dan jaringan sekitarnya
menentukan perubahan dari gingivitis menjadi periodontitis dan keparahan
kerusakan jaringan periodontal. Tampilan klinis yang membedakan periodontitis
dengan gingivitis adalah keberadaan kehilangan perlekatan (attachment loss) yang
dapat dideteksi. Hal ini sering disertai dengan pembentukan poket periodontal dan
perubahan densitas serta ketinggian tulang alveolar dibawahnya (Carranza et al.
2012).

Gambar 2.4 a.) Jaringan periodontal sehat b.) inflamasi gingiva awal (gingivitis mulai tampak terlihat pada
insisivus), c.) Periodontitis kronis (Carranza et al. 2012).

2.4.2 Etiologi Periodontitis


Etiologi dari penyakit periodontal terdiri dari dua bagian, yaitu faktor lokal
dan faktor sistemik. Faktor lokal yang disebabkan oleh bakteri plak pada
permukaan gigi, dimana plak berupa lapisan tipis biofilm yang berisi kumpulan
mikroorgannisme patogen seperti Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus
acitinomycetemcomitans, Prevotella intermedia, Tannerella forsythia serta
Fusobacterium nucleatum yang merupakan deposit lunak (Ermawati 2012).
Bakteri secara langsung dapat merusak jaringan inang yang dapat menghasilkan
bermacam- macam toksin (terutama protease). Pada semua tahap periodontitis,
bakteri-bakteri dapat ditemukan pada permukaan akar dan terdapat bebas di dalam
poket, kemudian akan mengalir masuk ke jaringan melalui epitelium poket yang
seringkali terulserasi (Manson&Eley 1993).
Respon inflamasi yang terjadi secara masif dapat merusak jaringan serta
menghasilkan bahan-bahan toksik prooksidatif. Respons inflamasi menyebabkan
keadaan inflamasi akut yang menyebabkan kerusakan jaringan. Sedangkan
kerusakan progresif ligament periodontal dan tulang alveolar (alveolar bone loss)

9
menyebabkan gigi goyang dan mudah tanggal menandakan periodontitis yang
parah. Kebersihan mulut yang jelek ditandai adanya timbunan plak bakterial pada
karang gigi subgingival berkolerasi positif dengan keparahan periodontitis
Berbagai faktor sistemik akan memperberat keadaan yang terjadi akibat faktor
lokal. Faktor sistemik terdiri dari keadaan sistemik dan gangguan sistemik.
Keadaan sistemik terjadi secara natural di tubuh seperti hormonal, nutrisional,
genetik, hal yang berkaitan dengan umur, ras, status sosial ekonomi, asupan obat
dan kebiasaan buruk seperti merokok. Sedangkan gangguan sistemik adalah
penyakit atau abnormalitas tubuh yang memberikan tanda-tanda dan gejala-gejala
menyimpang dari normal seperti DM, AIDS, kehamilan, menstruasi, osteoporosis,
Down Syndrom, dll (Carranza 2006).

2.4.3 Faktor Risiko Periodontitis


Secara umum telah disepakati bahwa hampir seluruh bentuk penyakit
periodontal terjadi akibat dari infeksi microbial campuran dimana kelompok
bakteri pathogen hidup berdampingan. Sejumlah bukti ditinjau berkaitan dengan
peran faktor-faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat
dimodifikasi terkait dengan penyakit periodontal. Pemahaman tentang faktor-
faktor risiko tersebut sangat penting untuk keperluan klinis, seperti tindakan
pencegahan dan perawatan. Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi, diantaranya
plak bakteri, kebiasaan merokok, dan penyakit sistemik seperti DM tipe 2,
sedangkan faktor- faktor yang tidak dapat dimodifikasi, diantaranya adalah usia
dan jenis kelamin (Aljehani 2014).

2.4.4 Patofisiologi Terjadinya Periodontitis


Proses utama yang menyebabkan hilangnya perlekatan dan pembentukan
poket adalah:
1. Plak subgingiva yang meluas kearah apikal yang menyebabkan junctonal
epithelium terpisah dari permukaan gigi.
2. Respon jaringan inflamasi epithelium poket berakibat pada destruksi dari
jaringan ikat gingiva, membran periodontal dan tulang alveolar.
3. Proliferasi di apical dari junctional epithelium menyebabkan migrasi dari
perlekatan epithelium.

10
4. Tingkat kerusakan jaringan tidak bersifat konstan, tetapi episodik,
sejumlah tipe penyakit dapat terjadi, mulai dari kerusakan slowly
progressive hingga aktivitas episodik yang berkembang cepat (Winn dkk
2006).
2.4.5 Klasifikasi Periodontitis
a. Periodontitis Kronis (Carranza et al. 2012)
1) Definisi Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis disebabkan oleh bakteri gram negatif, bakteri anaerob
dan bakteri mikroaerofilik yang terdapat pada daerah subgingiva dan
menyebabkan adanya prostat prostaglandin pro-inflamasi dan sitokinin yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan periodontal. Bakteri
pathogen penyebab terjadinya penyakit periodontal seperti Aggregatibacter
actinomycetemcomitan Treponemadenticola, dan Tannerella forsythia dapat
mengakibatkan terjadinya inflamasi pada jaringan periodontal (Gumus 2016).
Akumulasi plak dan kalkulus yang berkembang secara lambat hubungannya
dengan periodontitis kronis namun secara destruktif berkembang sangat
cepat. Peningkatan perkembangan periodontitis dapat dipengaruhi oleh faktor
lokal, sistemik, dan lingkungan yang akan
memengaruhi akumulasi plak. Peningkatan perkembangan
periodontitis dapat disebabkan oleh dampak faktor lokal, sistemik dan
lingkungan yang dapat memengaruhi akumulasi plak. Penyakit sistemik
seperti diabetes melitus dan HIV dapat memengaruhi pertahanan hospes.
Faktor lingkungan seperti kebiasaan merokok dan stress dapat
memengaruhi respon hospes terhadap akumulasi plak. Karakteristik
berikut ditemukan pada pasien dengan periodontitis kronis:
a. Lebih prevalen pada orang dewasa namun juga dapat terjadi pada
anak- anak
b. Besarnya kerusakan konsisten/sesuai dengan faktor lokal
c. Berhubungan dengan pola variabel mikrobial
d. Ditemukan kalkulus subgingiva
e. Tingkat perkembangan penyakit lambat sampai sedang dengan
kemungkinan periode perkembangan yang cepat

11
Periodontitis kronis dapat disubklasifikasikan menjadi bentuk localized
dan generalized dan dibagi menjadi ringan, sedang atau berat berdasarkan
penampakannya, sebagai berikut:
a. Localized: <30% daerah yang terliat
b. Generalized: >30% daerah yang terlibat
c. Ringan: clinical attachment loss (CAL) 1-2 mm
d. Sedang: clinical attachment loss (CAL) 3-4 mm
e. Berat: clinical attachment loss (CAL) >5 mm

2) Tanda-tanda Klinis Periodontitis Kronis (Kinane dkk, 2017)


a. Inflamasi gingiva dan pendarahan
Keparahan inflamasi gingiva tergantung pada status kebersihan mulut,
bila buruk, inflamasi gingiva akan timbul dan terjadi pendarahan waktu
penyikatan atau bahkan pendarahan spontan.
b. Poket
Secara teoritis, bila tidak ada pembengkakan gingiva, poket sedalam
lebih dari 2 mm menunjukkan adanya migrasi ke apikal dari epithelium
krevikular, tetapi pembengkakan inflamasi sangat sering mengenai
individu usia muda sehingga poket sedalam 3-4 mm dapat seluruhnya
merupakan poket gingiva atau poket ‘palsu’. Poket sedalam 4 mm
menunjukkan adanya periodontitis kronis tahap awal.
c. Resesi Gingiva
Resesi gingiva dan terbukanya akar dapat menyertai periodontitis kronis
tetapi tidak selalu merupakan tanda dari penyakit. Bila ada resesi,
pengukuran kedalaman poket hanya merupakan cerminan sebagian dari
jumlah kerusakan periodontal seluruhnya.
4. Migrasi Gigi
Gerakan gigi (atau gigi-geligi) keluar dari posisi sebenarnya di dalam
lengkung rahang merupakan tanda umum dari penyakit periodontal dan
salah satu penyebab yang membuat pasien cemas. Posisi gigi pada
keadaan sehat dapat dipertahankan oleh keseimbangan lidah, bibir dan
tekanan oklusal. Bila jaringan penopang rusak, tekanan ini menentukan
pola migrasi gigi.

12
5. Nyeri
Salah satu tanda penting dari periodontitis kronis adalah absennya nyeri
dan sakit kecuali bila keadaan tersebut didahului oleh inflamasi. Nyeri
atau sakit waktu gigi diperkusi menunjukkan adanya inflamasi aktif dari
jaringan penopang, yang paling akut bila ada pembentukan abses
dimana gigi sangat sensitif terhadap sentuhan.
6. Kerusakan Tulang Alveolar
Resorpsi tulang alveolar dan kerusakan ligamen periodontal adalah
tanda paling penting dari periodontitis kronis dan merupakan salah satu
penyebab lepasnya gigi. Tanda radiografi yang pertama dari kerusakan
periodontal adalah hilangnya densitas tepi alveolar
7. Halitosis
Rasa dan bau yang mengganggu sering menyertai penyakit periodontal
terutama bila kebersihan mulut buruk. Inflamasi akut, dengan produksi
nanah yang keluar dari poket bila poket ditekan juga menyebabkan
halitosis
b. Periodontitis Agresif
Periodontitis agresif berbeda dengan periodontitis kronis pada kecepatan
perkembangan penyakitnya mengakibatkan kerusakan hebat pada usia muda, pada
masa pubertas terjadi periodontitis agresif lokal sedangkan pada usia kurang dari
30 tahun terjadi periodontitis general. Kecepatan perkembangan periodontitis
agresif terlihat pada individu sehat, tidak adanya akumulasi plak dan kalkulus, dan
riwayat periodontitis agresif pada keluarga (Sudirman 2016).
Pada umumnya periodontitis agresif memiliki bentuk utama:
a. Periodontitis agresif menyeluruh/generalized juvenile periodontitis
biasa terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Pada area interproksmal
terjadi kerusakan perlekatan jaringan menyeluruh dan mengenai
paling sedikit tiga gigi permanen selain molar pertama dan insisifus.
Respon serum antibodi yang buruk pada agen penginfeksi.
b. Periodontitis agresif lokal/localized juvenile periodontitis adalah
periodontitis lokal berat yang biasa dialami pada masa pubertas.

13
Kerusakan perlekatan jaringan lokal mengenai gigi permanen molar
pertama. Respon serum antibodi yang kuat pada agen penginfeksi.
Karakteristik pada penderita periodontitis agresif adalah:
a. Pasien sehat secara klinis
b. Attachement loss yang cepat dan destruksi tulang
c. Besarnya deposit microbial inkonsisten/tidak sesuai dengan keparahan
penyakit
d. Agregasi keluarga pada individu yang menderita
c. Periodontitis Sebagai Manifestasi dari Penyakit Sistemik
Periodontitis sebagai manifestasi dari penyakit sistemik adalah diagnosis
yang digunakan apabila kondisi sistemik merupakan faktor predisposisi
utama dan ketika faktor lokal (misalnya, sejumlah besar plak dan
kalkulus) tidak terlihat jelas atau keberadaannya tidak memberikan
pengaruh terhadap keparahan atau perkembangan penyakit. Penyingkira
faktor iritan lokal sebagai bagian dari terapi periodontal konvensional
dalam kasus seperti ini seringkali tidak cukup untuk menghentikan
kerusakan periodontal. Beberapa penyakit dapat memengaruhi jaringan
periodontal secara independent. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus
memengaruhi perjalanan periodontitis. Besarnya efek penyakit dan
kondisi ini bervariasi, tetapi menyebabkan peningkatan kejadian dan
keparahan periodontitis. Gambaran klinis dari kelainan ini muncul pada
usia muda dan sulit membedakannya dengan periodontitis agresif yang
menunjukkan kehilangan perlekatan yang cepat dan kemungkinan
kehilangan gigi dini (Carranza 2019).

2.4.6 Differential Diagnosis Periodontitis


Periodontitis dapat dibedakan dengan gingivitis dari kehilangan perlekatan
(Clinical Attachment Loss) yang nantinya akan diketahui secara klinis pada saat
probing periodontal (Carranza 2012).

2.4.7 Perawatan Periodontitis


Berikut adalah beberapa tindakan yang dilakukan dalam perawatan pasien
dengan kasus periodontitis:

14
a. Meningkatkan kebiasaan menjaga kebersihan rongga mulut, hal ini
dikarenakan penyakit periodontal utamanya terjadi karena plak dental.
b. Instrumentasi mekanis
Instrumentasi mekanis terhadap akar dengan menggunakan kuret
merupakan perawatan yang efektif pada pasien dengan periodontitis
ringan sampai berat, yaitu dengan kerusakan perlekatan jaringan klinis
kurang dari 5 mm. Perawatan skeling dan root planing merupakan gold
standard untuk penanganan periodontitis secara non bedah. Bukti klinis
memperlihatkan rerata penurunan kedalaman poket dan peningkatan
perlekatan klinis dapat dicapai dengan penghalusan akar pada daerah
dengan kedalaman poket 4-6 mm atau 7 mm lebih. Rata-rata penurunan
kedalaman poket adalah 1,29 mm dan 2,16 mm, dan rata-rata
peningkatan perlekatan klinis adalah 0,55 mm dan 1,29 mm. Penurunan
kedalaman poket biasanya lebih besar pada daerah dengan kedalaman
probing awalnya lebih besar (Greenstain 2012).
c. Ultrasonic Debridement
Istilah ultrasonic debridement mengarah pada pembersihan permukaan
akar dengan alat mekanis vibrasi. Prosedur ini berbeda dengan tindakan
penghalusan akar, tetapi menurut beberapa penelitian didapatkan hasil
yang hampir sama dengan skeling dan penghalusan akar terhadap
penurunan kedalaman poket, peningkatan perlekatan klinis dan
penurunan inflamasi klinis (Renvert et al. 2014).
d. Irigasi Supragingiva
Irigasi supragingiva dapat meningkatkan efek penyikatan gigi dan
mengurangi inflamasi gingiva pada pasien dengan kebersihan mulut
tidak baik. Penurunan inflamasi gingiva berkisar antara 6,5- 54%
(Greenstain 2012).
e. Irigasi Subgingiva
Beberapa penelitian menemukan bahwa irigasi subgingiva dengan
berbagai macam obat-obatan mampu mengurangi jumlah bakteri
pathogen subgingiva. Akan tetapi satu kali irigasi tidak merespons baik

15
obat-obatan lokal ini untuk diberikan obat-obatan secara sistemik
(Greenstain 2012).
f. Pemberian obat-obatan secara lokal
Penggunaan doxycycline hyclate 10%, gel metronidazole 25%, dan serat
tetrasiklin impegrated terbukti memperlihatkan hasil yang sama dengan
perlakuan penghalusan akar, dengan penurunan kedalaman poket (1
mm) dan peningkatan perlekatan klinis. Jika dilakukan penghalusan akar
saja dibandingkan dengan penghalusan akar dan penempatan perio chip,
dapat terjadi perbedaan kedalaman poket sebesar 2 mm. Hasil yang baik
ini terutama didapatkan dengan terapi kombinasi. Untuk mencapai hal
ini peneliti menempatkan chip dua atau tiga kali pada 60% lokasi selama
9 bulan periode evaluasi (Paquette et al. 2018).
g. Antibiotik Sistemik
Terapi antibiotika sistemik memberikan keuntungan lebih banyak
dibandingkan dengan yang diberikan secara lokal. Antibiotika sistemik
dapat diberikan melalui serum ke dasar poket dan mempengaruhi
organisme invasif jaringan seperti Actinomycetemcomitans. Selain itu
juga dapat mempengaruhi sumber dari reinfeksi bakteri, yaitu saliva,
tonsil, dan mukosa. Obat sistemik ini juga lebih murah biayanya dan
mempersingkat waktu perawatan pasien (Greenstain 2012).
h. Perawatan Bedah
Biasanya di perlukan pada kasus yang berat, dimana tidak adanya
perbaikan setelah perawatan awal. Tindakan operatif ini meliputi
reparasi dan meregenerasi jaringan lunak maupun keras dan juga
menggantikan gigi yang hilang dengan implant gigi. Tujuan dari
tindakan ini adalah untuk menghilangkan poket, mendapatkan
perlekatan kembali dan mengembalikan fungsi normal serta estetik
pasien (Greenstain 2012).

2.4.8 Pencegahan Periodontitis


Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang dilakukan
oleh dokter gigi, pasien, dan personal pendukung. Pencegahan dilakukan dengan
memelihara gigi-gigi dan mencegah serangan serta kambuhnya penyakit.
Pencegahan dimulai pada jaringan periodontal yang sehat bertujuan untuk
16
memelihara dan mempertahankan kesehatan jaringan periodontal dengan
mempergunakan teknik sederhana dan dapat dipakai diseluruh dunia. Umumnya
penyakit periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah karena penyakit ini
disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat ditemukan, koreksi dan dikontrol.
Sasaran yang ingin dicapai adalah mengontrol penyakit gigi untuk mencegah
perawatan yang lebih parah. Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa
prosedur yang saling berhubungan satu sama lain yaitu:
1. Kontrol plak
2. Profilaksis mulut
3. Pencegahan trauma dari oklusi
4. Pencegahan dengan tindakan sistemik
5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik
6. Pencegahan dengan pendidikan kesehatan gigi masyarakat
7. Pencegahan kambuhnya penyakit (Carranza 2012).

2.5 Prevalensi Penyakit Periodontal di Indonesia


Prevalensi penyakit periodontal lebih tinggi pada orang dewasa usia >40
Tahun dan pada periodontitis kronis peningkatan prevalensi dan keparahannya
terjadi seiring bertambahnya usia. Penelitian di Prancis pada usia dewasa (35-64
Tahun) dilaporkan sebanyak 46,68% memiliki kehilangan perlekatan klinis >5
mm sedangkan penelitian di Finlandia dilaporkan proporsi usia 35-44 Tahun
memiliki poket periodontal >4 mm adalah sebanyak 61%. Survey terbaru yang
dilaporkan oleh penelitian di Korea bahwa sebanyak 11,9% individu usia 40-59
Tahun memiliki CAL >5 mm termasuk beberapa penelitian juga melaporkan
kehilangan tulang alveolar lebih prevalen pada usia menengah 30-40 Tahun. Oleh
sebab itu, seringkali pasien memutuskan untuk mencabut gigi akiat dari
periodontitis kronis yang dialami (Kinane dkk. 2017).
Prevalensi penyakit periodontal di Indonesia menduduki urutan kedua
setelah karies, yaitu mencapai 96,58%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2007 masalah gigi dan mulut, termasuk penyakit periodontal
mencapai 23,5%. Hasil survey data kesehatan gigi melalui SKRT pada tahun
2001, status periodontal pada kelompok umur 25-34 tahun didapatkan prevalensi
penduduk dengan kalkulus yaitu 47,40% dan periodontitis sebanyak 8,40%
prevalensi periodontitis ini sangat rendah yaitu 9%. Menurut data Riskesdas
17
(2018) prevalensi periodontitis pada masyarakat usia >15 tahun adalah 67,8% ini
berarti dari sepuluh orang penduduk Indonesia, sebanyak 7 orang menderita
periodontitis. Umumnya periodontitis kronis paling banyak terjadi pada orang
dewasa, namun dapat juga terjadi pada anak-anak dan remaja. Tingkat kejadian
penderita periodontitis kronis paling sering terjadi pada umur 35-44 Tahun, yang
mencapai 52% untuk tipe sedang (moderate) dan 20% tipe parah (severe) (SKRT
2011).

18
BAB III

LAPORAN KASUS DAN TATA LAKSANA PENANGANAN

3.1 Gambaran Jumlah Kasus Gingivitis pada Kunjungan Pasien di Poli


Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan pada Bulan Februari-April Tahun
2022
Gambaran jumlah kasus pasien dengan periodontitis berdasarkan jenis
kelaminnya yang berkunjung di Poli Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan
pada bulan Februari-April tahun 2022 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah Kasus Peridontitis bulan Februari-April tahun 2022
Jumlah
Persentase
Februari-
Jenis Februari 2022 Maret 2022 April 2022 Februari-
April
Kelamin April 2022
2022
N % N % N % N %
Laki-Laki 3 16,7 4 19,0 7 26,0 14 21,2
Perempuan 15 83,3 17 81,0 20 74,0 52 78,8
Total Pasien
Periodontiti 18 100 21 100 27 100 66 100
s
Total Pasien
114 15,8 105 20,0 194 14,0 413 16,0
Poli Gigi

Adapun jumlah kunjungan pasien yang mengidap periodontitis di Poli Gigi


UPTD Puskesmas Marga I Tabanan pada Bulan Februari-April Tahun 2022 dapat
dilihat pada diagram berikut:

DIAGRAM BATANG KASUS PERIODONTITIS


BULAN FEBRUARI-APRIL TAHUN 2022
Laki-lakiPerempuan
JUMLAH PASIEN PERIODONTITIS

20
17
15

7
3 4

FE B R U A R I MA R E T AP R I L
Bulan

19
Gambar 3.1 Diagram Batang Jumlah Kunjungan Pasien dengan Periodontitis
di UPTDPuskesmas Marga I Tabanan Bulan Februari-April Tahun 2022

3.2 Tata Laksana Penanganan Periodontitis


3.2.1 Kegiatan Dalam Gedung
Kegiatan dalam gedung yang dilakukan untuk penatalaksanaan periodontitis
adalah dengan tindakan kuratif sesuai protap pelayanan gigi dan protap pelayanan
periodontitis.
3.2.2 Protap dan Alur Poli Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan
1. Tujuan
Sejak awal pasien/keluarga memperoleh informasi dan paham terhadap
tahapan dan prosedur pelayanan klinis.
2. Prosedur
a. Petugas pendaftaran meminta pasien yang datang untuk mengambil
nomor urut dan meminta pasien untuk menunggu di ruang tunggu.
b. Petugas pendaftaran memanggil pasien sesuai dengan nomor urut dan
mendaftarkan pasien.
c. Petugas menyerahkan family folder pada unit pelayanan yang dituju.
d. Petugas pada unit pelayanan memeriksa pasien.
e. Petugas pada unit pelayanan merujuk pasien ke unit terkait sesuai
dengan kebutuhan pasien jika memerlukan pemeriksaan penunjang.
f. Petugas medis menegakkan diagnose dan membuat resep untuk pasien
rawat jalan dan memberikan informed consent untuk pasien rawat
inap, setelah petugas dalam unit pelayanan tersebut menerima hasil
pemeriksaan penunjang.
g. Petugas meminta pasien menyerahkan resep pada apotek.
h. Petugas apotek menerima resep dan menyiapkan obat.
i. Petugas apotek memberikan obat pada pasien dan menjelaskan prosedur minum
obat jika itu adalah pasien rawat jalan.

20
3.2.3 Prosedur Wajib Tata Laksana Periodontitis

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PERIODONTITIS
No. Dokumen :
SOP SOP/UKP/309/MRG.I
No. Revisi 00
Tanggal Terbit : 26 Nopember
2016
Halaman : 1/2

Puskesmas Dr. I WAYAN


Marga I SUARNAYA,M.Kes
Kabupaten NIP. 19650104 199703 005
Tabanan

1. Pengertian Inflamasi gingiva yang meluas ke perlekatan jaringan


sekitarnya.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam menangani kasus periodontitis.

3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Marga I Nomor:


001/SK/PUSK.MRG.I/2016 Tentang Jenis Pelayanan
kesehatan di Puskesmas Marga I.
4. Referensi Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas).
5. Persiapan Alat dan Bahan
1. Alat oral diagnostic
2. Cotton pelet
3. Mata Bur
4. Eugenol

21
6. Prosedur/Langkah- 1. Pasien dipanggil sesuai nomor urut dan dipersilahkan
Langkah duduk
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Operator memakai masker dan handscone
4. Melakukan anamnesa
5. Melakukan pemeriksaan inraoral dan extraoral
6. Menegakkan diagnose
7. Melakukan open bur membersihkan kavitas dan tutup
kapas eugenol
8. Pemberian resep
9. Kembali setelah obat habis
10. Mencatat pada buku register
7. Digaram Alir
Memakai Penderita
Penderita
handscoon diminta
dipanggil
dan masker berkumur

Open bur, Diagnosa dan Anamnesa


tutup kapas rencana pemeriksaan
eugenol perawatan

Kembali Pencatatan
Resep data pasien ke
setelah obat buku regiser
habis

8. Hal-hal yang perlu Pasien harus kembali untuk melakukan perawatan


diperhatikan bila tidak maka akan berulang dan terjadi kerusakan
lebih parah.

9. Unit Terkait 1. Dokter gigi


2. Perawat gigi
3. apotik
10. Dokumen 1. Rekam medik
Terkait 2. Buku register

22
11. Rekaman
Historis No. Yang Diubah Isi Tanggal
Perubahan Mulai
diberlakukan
1. UPTD Puskesmas 5 Januari
Puskesmas Marga I 2017
Marga I

23
BAB IV

PEMBAHASAN

Jumlah kunjungan pasien dengan periodontitis di Poli Gigi UPTD


Puskesmas Marga I Tabanan pada bulan Februri 2022 adalah laki-laki sebanyak 3
orang dan perempuan sebanyak 15 orang dari total 114 kunjungan pasien.
Selanjutnya pada bulan Maret, total kunjungan laki-laki sebanyak 4 orang dan
perempuan sebanyak 17 orang dari total 105 kunjungan pasien. Kemudian pada
bulan April, kunjungan laki-laki sebanyak 7 orang dan perempuan sebanyak 20
orang. Adapun persentase pasien yang mengidap periodontitis pada kunjungan
pasien di Poli Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan bulan Februari-April
tahun 2022 dapat dihitung dengan rumus berikut (Harapan dkk. 2020):
f
P= x 100%
N
Keterangan:
P : Angka persentase
f : Frekuensi kasus yang dicari persentasenya
N : Number of cases (banyaknya individu)
100% : Nilai konstan

Berdasarkan rumus di atas, didapatkan persentase pasien yang menderita


periodontitis di Poli Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan bulan Februari-
April tahun 2022 adalah sebesar 16% dari total seluruh kunjungan pasien di Poli
Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan (Tabel 3.1). Persentase berdasarkan jenis
kelamin pasien yang menderita periodontitis di Poli Gigi UPTD Puskesmas Marga
I Tabanan pada bulan Februari-April tahun 2022 adalah laki-laki sebesar 21,2%
dan perempuan sebesar 78,8% dari total pasien yang menderita periodontitis
(Tabel 3.1)

Berdasarkan pemaparan data jumlah kunjungan pasien dengan periodontitis


di poli gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan, terlihat bahwa lebih banyak
terdapat kunjungan pasien perempuan daripada laki-laki. Persentase perempuan
yang menderita periodontitis lebih tinggi yaitu 78,78% dibandingkan dengan laki-
laki yaitu 21,21%. Hal ini dapat disebabkan karena pada wanita lebih cenderung
mengalami berbagai jenis stress yang spesifik, baik masalah dirumah, sekolah,
maupun lingkungan sekitar. Jika penanggulangan stress tidak dilakukan dengan
24
baik, maka stess akan dirasakan oleh susunan saraf pusat dalam hal ini
hipotalamus sebagai respons yang berakibat dikeluarkannya hormon corticotropic
releasing hormon (CRH). Hal ini dapat mengaktifasi produksi dan sekresi
berlebihan dari prostaglandin dan protease, yang berakibat meningkatnya
destruksi jaringan periodonsium (Nurul D 2018).

Kemudian, sejalan dengan hasil penelitian Rahmita Sari (2018) yang


mengatakan bahwa jumlah koloni plak subgingiva tertinggi terjadi pada saat
menstruasi, diikuti pada proses pramenstruasi dan terendah pada post menstruasi.
Pada saat menstruasi, terdapat peningkatan jumlah koloni bakteri plak subgingiva
yang diduga disebabkan oleh karena penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron (Carranza 2012). Kadar hormon estrogen yang normal yaitu 48-309
pg/ml dan kadar hormon progesterone yang normal yaitu 10-30 ng/ml. Perubahan
kadar hormon estrogen dan progesteron pada wanita menstruasi, pubertas dan
kehamilan menyebabkan bertambahnya bakteri plak gigi. Selama menstruasi
hormon estrogen didalam tubuh memengaruhi beberapa organ termasuk jaringan
didalam rongga mulut. Hormon estrogen akan memengaruhi jaringan gingiva
berupa inflamasi, proliferasi bakteri anaerob, peningkatan permeabilitas pembuluh
darah dan penurunan keratinisasi sel epitel (Soetiarto 2019).

Penelitian tentang peningkatan hormon estrogen dan progesteron pada masa


pubertas dikaitkan dengan meningkatnya bakteri subgingiva yaitu Prevotella
intermedia dikarenakan peningkatan kadar hormon dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga meningkatnya sirkulasi darah pada jaringan gingiva dan
kepekaan terhadap iritasi lokal, sehingga biofilm plak bakteri yang menyebabkan
gingivitis. Hormon seksual mempunyai peran penting pada fisiologi jaringan
periodontal, perkembangan penyakit periodontal dan penyembuhan luka. Estrogen
dan progesteron memiliki efek biologik yang signifikan sehingga dapat
mempengaruhi sistem organ lain termasuk rongga mulut (Ariana 2018).

Selain itu, terdapat dominan kunjungan dari Ibu hamil yang mengalami
periodontitis. Perempuan pada masa kehamilan sangat rentan mengalami kelainan
periodontal. Hal tersebut dikarenakan saat kehamilan, tidak hanya terdapat
perubahan kadar hormon, akan tetapi juga predisposisi yang lebih besar terhadap
pelebaran pembuluh darah (Carranza 2012).

25
Berdasarkan keadaan masyarakat peningkatan kunjungan pasien dengan
penyakit periodontitis bisa disebabkan oleh tingkat pendidikan masyarakat Marga
yang masih rendah. Pendidikan yang rendah akan memengaruhi kesadaran
masyarakat dan kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulutnya. Gigi berlubang
yang tidak diobati dan menyebabkan rasa sakit menjalar hingga bagian gusi,
karang gigi yang terlalu lama tidak dibersihkan maupun keadaan gigi goyang yang
menyebabkan keluhan pada masyarakat barulah mendorong niat masayarakat
untuk berkunjung ke poli gigi UPTD Puskesmas Marga 1 Tabanan sehingga
menambah angka kejadian terjadinya periodontitis (Ariana 2018).

Berdasarkan penatalaksanaan periodontitis yang sudah dilakukan oleh


UPTD Puskesmas Marga I Tabanan, tahapan promotif, preventif, kuratif sudah
berjalan secara rutin. Hanya saja bagi penulis, kegiatan promotif dan preventif
kurang di kembangkan. Pendidikan dalam bentuk penyuluhan sudah dilakukan
hanya saja untuk masyarakat sangatlah kurang karena penyuluhan dilakukan
hanya untuk anak SD, SMP, dan SMA, sedangkan untuk kunjungan ke poli gigi
dengan penyakit periodontitis lebih dominan mengenai masyarakat yang lanjut
usia. Sehingga dengan adanya penyuluhan di masyarakat dapat menambah
pengetahuan mereka sehingga nantinya dapat mengurangi angka kunjungan
pasien periodontitis di UPTD Puskesmas Marga I Tabanan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, UPTD Puskesmas Marga I dapat


meningkatkan usaha promotif, preventif, dan kuratif masyarakat yang berada di
dalam wilayah kerja puskesmas. Melakukan penyuluhan semenarik mungkin dan
menekankan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut dapat membantu
mengurangi terlebih lagi menghilangkan penyakit periodontitis bagi masyarakat.
Selain itu perlu adanya kerjasama dengan kelian banjar untuk mengumpulkan
masyarakat agar semua masyarakat dapat hadir dan tujuan dari penyuluhan
tersebut dapat tercapai. Saat berkunjung ke poli gigi pun dokter gigi dan perawat
gigi diharapkan dapat memberikan DHE (Dental Health Education) kepada pasien
sehingga lebih mengingatkan pasien tentang menjaga kesehatan gigi dan mulutnya
dan nantinya dapat menurunkan prevalensi periodontitis di UPTD Puskesmas
Marga 1 Tabanan. Penambahan serta perbaikan sarana dan prasarana pendukung

26
perawatan periodontitis dapat memaksimalkan pelayanan di poli gigi UPTD
Puskesmas Marga 1.

27
BAB V

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jumlah kunjungan pasien yang mengalami periodontitis di Poli Gigi
UPTD Puskesmas Marga I Tabanan pada bulan Februari-April tahun
2022 adalah sebanyak 66 pasien dari total 414 kunjungan pasien di Poli
Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan.
2. Upaya puskesmas dalam menanggulangi kasus periodontitis adalah
meningkatkan penyuluhan baik kepada siswa dari jenjang pendidikan
SD-SMA hingga masyarakat luas mengenai pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut untuk mengurangi tingkat insidensi
periodontitis. Selain itu, dilakukan perbaikan dan pembaharuan dari
sarana prasana di UPTD Puskesmas terkait untuk meningkatkan
pelayanan yang diberikan kepada pasien.

3.2 Saran
Sebaiknya UPTD Puskesmas Marga I dapat melakukan upaya promotif dan
preventif dengan melakukan pencegahan terjadinya periodontitis melalui
penyuluhan mengenai cara pencegahan akumsulasi plak pada gigi dengan
menggosok gigi teratur dengan baik dan benar, membersihkan interproksimal gigi
menggunakan dental floss, dan menggunakan obat kumur antiseptik untuk
mengurangi pasien yang mengalami periodontitis di wilayah kerjanya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Adiningrat A, Dkk. Perbedaan antara penggunaan pasta gigi yang mengandung


propolis dan tanpa propolis terhadap status kesehatan gingiva. Maj Ilmu
Kedokt Gigi. 2008;10(1):17-19

Aljehani YA. Risk factors of periodontal disease: Review of the literature. Int J
Dent. 2014;2014:1–9.

Andriani Ika. Efektivitas Antara Scalling Root Planning (SRP) dengan dan Tanpa
Pemberian Ciprofloxacin Per Oral Pada Penderita Periodontitis. Insisiva
Dental Journal. 2012. 1(2): 70.

Arina. Immunoekspresi Reseptor Estrogen a Pada Periodontal Lebih Banyak


daripada Reseptor Estrogen B. Indonesian Journal of 5 Dentin (Jur. Ked.
Gigi), Vol II. No 1. April 2018 : 1 - 6 Dentistry FKG Universitas Jambi.
2008;
15(1): 50-56

Braun A, Dehn C, Krause F, Jepsen S. Short-termclinical effects of adjunctive


antimicrobial photodynamic therapy in periodontal treatment: a randomized
clinical trial. J Clin Periodontol 2018; 35: 877-84.

Carranza, FA. Clinical Periodontology. Edisi ke-9. Philadelphia: WB Saunders.


Pp160- 183, 2006; 349-350.

Carranza, F.A. and Takei H.H, 2012. Clinical Diagnosis, In Newman, M.G.,
Takei, H.H., Klokkevold, P.R., and Carranza, F.A., Carranza’S Clinical
Periodontology, 10th ed., Saunders Elsevier. St. Louis Missouri

Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Newman and Carranza’s
Clinical Periodontology. 13th ed. Newman and Carranza’s Clinical
Periodontology. Philadelphia: Elsevier Inc; 2019. 326–95, 434–63, 1189-
205.

Depkes, 2005. Dr. J. Leimena, Peletak Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan Primer
(Puskesmas).

Ermawati, Tantin. Periodontitis dan Diabetes Melitus. Stomatognatic. J.K.G Unej.


2012; 9(3): 152 – 154

Greenstain G. Nonsurgical periodontal therapy in 2000: a literature review. J Am


Dent Assoc 2012; 131: 1580-92

Gumus, Pinar. The Role of TLRs in The Pathogenesis of Periodontal Diseases.


Journal of Dental Science and Therapy, 2016; 1(1): 3-6.

Harapan IK, Ali A, Fione VR, 2020, Gambaran Penyakit Periodontal Berdasarkan Umur
29
dan Jenis Kelamin pada Pengunjung Poliklinik Gigi Puskesmas Tikala Baru Kota
Manado Tahun 2017, Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut, Vol 3(1): 20-26

30
Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI; 2018. Hal.94.

Kinane D, Stthopoulou P.2017. Periodontal Diseases.Philadelphia: University of


Pennyslavania School of Dental Medicine.

Manson JD, Eley BM. (1993), Tanda Klinis Penyakit Periodontal Kronis, dalam:
Kentjana, Susianti (ed) Buku Ajar Periodonti, edisi 2, Penerbit
HIPOKRATES, Jakarta, hal. 127-133.

McDonald R, Avery D, Weddell J. Gingivitis and periodontal desease. In:


Sokolowski, editor. Dentistry for the child and adolescent. CV Mosby Co.
1987:466-484.

Nurul D. Peran stress terhadap kesehatan jaringan periodonsium. EGC: Jakarta;


2018: p15

Paquette DW, Ryan ME, Wilder RS. Locally delivered antimicrobials: clinical
evidence and relevance. J Dent Hyg 2008; 83:10-5.

Prasetya RC, Purwanti N, Haniastuti N. Infiltrasi Neutrofil Pada Tikus Dengan


Periodontitis Setelah Pemberian Ekstrak Etanolik Kulit Manggis. Majalah
Kedokteran Gigi. 2014. 21(1): 33-34

Renvert S, Samuelssen E, Lindahl C, Persson GR. Mechanical non-surgical


treatment of periimplantitis: a double-blind randomized longitudinal clinical
studi. i: clinical results. J Clin Periodontol 2014; 36:604-9.

Saini R., Saini S., and Saini S.R., 2010.Periodontal disease : A risk factor to
Cardio vascular disease. Annuals of Cardiac Anaesthesia. 13:2.159-161

Shaffer, J. R. et al. Genome-wide association study of periodontal health


measured by probing depth in adults ages 18–49 years. G3 (Bethesda) 4,
307–314 (2014).

Singh Preetinder, Dev Yash Paul, Rathore Shivani, Khuller Nitin, dan Kaushal
Sumit. Preoperative Ibuprofen Administration for The Treatment of
PostOperative Periodontal Surgical Pain: A double-blind placebo controlled
study. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Sciences. 2014. 4(1): 41.

Soetiarto F, Anna M, Sri U. Hubungan Antara Reccurent Aphthae Stomatitis dan


Kadar Hormon Reproduksi Wanita. Bul. Penelit. Kesehat. 2019; 31(2): 79-
86.

31
LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Kunjungan di Poli Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan Bulan Februari Tahun
2022

32
Lampiran 2. Daftar Kunjungan di Poli Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan Bulan Maret Tahun 2022

33
Lampiran 3. Daftar Kunjungan di Poli Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan Bulan April Tahun 2022

34
35

Anda mungkin juga menyukai