UNMAS DENPASAR
DISUSUN OLEH:
Luh Putu Sari Widyayanti Gunarta S.K.G
NPM: 2106129010051
DENPASAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN INDIVIDU
Oleh:
Menyetujui
Pembimbing PKL
FKG UNMAS Denpasar
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya
penulis dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Puskesmas Marga I,
kabupaten tabanan dengan sebaik-baiknya serta dapat menyelesaikan laporan
individu ini yang merupakan tugas wajib bagi mahasiswa Praktek Kerja Lapangan
dari tanggal 17 sampai 31 Mei 2022.
Laporan ini telah penulis susun dengan baik dan dengan sedemikian rupa
dan penulis berharap bahwa laporan ini dapat membantu para pembaca dalam
mengerti mengenai periodontitis ini. Penulis juga menyadari bahwa masih ada
banyak kekurangan dari laporan yang telah penulis susun ini baik dari segi
kalimat maupun dari bahasanya. Untuk itu, penulis dengan sangat terbuka
menerima segala kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
mengembangkan dan memperbaikinya menjadi lebih baik.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih dan penulis berharap semoga
laporan mengenai periodontitis ini dapat membantu dan bermanfaat bagi para
pembaca sekalian.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.4 Manfaat Penulisan 3
iv
BAB III LAPORAN KASUS DAN TATA LAKSANA PENANGANAN 19
3.1 Gambaran Jumlah Kasus Periodontitis pada Kunjungan Pasien di Poli
Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan pada Bulan
Februari-April Tahun 2022 19
3.2 Tata Laksana Penanganan Periodontitis 20
3.2.1 Kegiatan dalam Gedung 20
3.2.2 Protap dan Alur Poli Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan 20
3.2.3 Prosedur Wajib Tata Laksana Periodontitis 21
BAB IV PEMBAHASAN 24
BAB V PENUTUP 28
3.1 Kesimpulan 28
3.2 Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 31
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang
sering dialami oleh masyarakat Indonesia. Penyakit periodontal yang paling sering
mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis. Menurut hasil
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, penduduk Indonesia
mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut sebanyak 57,6% (Riskesdas 2018).
Pada keadaan normal, gingiva biasannya keras, berwarna merah muda,
mempunyai tepi setajam pisau, terdapat stippling, dan tidak mengalami
perdarahan saat digerakkan sonde. Daerah sulkus gingiva biasanya dangkal dan
epithelium junctional melekat erat pada enamel (Manson 1993).
Penyakit periodontal diklasifikasikan atas gingivitis dan periodontitis.
Gingivitis adalah inflamasi gingiva yang hanya meliputi jaringan gingiva sekitar
gigi dan merupakan penyakit periodontal yang paling sering dijumpai baik pada
usia muda maupun dewasa (Adiningrat 2018). Sedangkan periodontitis adalah
infeksi kronis yang dapat menghancurkan jaringan periodontal termasuk ligament
periodontal dan rongga alveolar gigi karena adanya akumulasi bakteri patogen
yang menghasilkan pembentukan biofilm pada gigi dan permukaan akar gigi
(McDonald 1987).
Periodontitis adalah suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan
pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang
menyebabkan kerusakan progresif pada ligament periodontal dan tulang alveolar
dengan manifestasi klinis terbentuknya poket, kegoyangan gigi, hilangnya
perlekatan dan resesi gingiva. Tindakan metabolik dari koloni bakteri di celah
gingiva mengubah lingkungan rongga mulut dan memfasilitasi terjadinya
kolonisasi bakteri. Kesesuaian dari berbagai faktor virulensi bakteri, aktivitas dan
komposisi bakteri komensal, dan faktor imun dari host, diperlukan untuk inisiasi
proses terjadinya periodontitis. Ada 4 bakteri yang sangat relevan dalam inisiasi
dan perkembangan penyakit periodontal yaitu: bakteri Actinobacillus
actinomycetemcomitans (Aa), Porphyromonas gingivalis (Pg), Tannerella
forsythensis, dan Prevotella intermedia (Andriani 2012).
Periodontitis merupakan faktor risiko yang berperan terhadap gangguan
fungsi pengunyahan dan hilangnya gigi, kelainan yang sering dijumpai dan terjadi
2
pada manusia (Ermawati 2012). Perawatan periodontitis dengan initial fase
therapy yang terdiri dari scaling, root planning, peningkatan oral hygiene, bahkan
mungkin diperlukan penyesuaian oklusal. Scaling root planning bisa ditunjang
dengan pemberian obat-obatan antibiotika dan anti-inflamasi. Obat anti-inflamasi
golongan nonsteroid yaitu ibuprofen (Prasetya 2014). Ibuprofen sudah sejak lama
digunakan di dunia kedokteran gigi untuk mengontrol rasa sakit pada pasien.
Ibuprofen berperan untuk meredakan rasa sakit dan mencegah terjadinya
perluasan inflamasi. Penggunaan ibuprofen dalam jangka panjang akan
mengakibatkan efek samping seperti stomach ulcer dan hemorrhage. Efek
samping yang dapat ditimbulkan memerlukan alternatif bahan lain yang lebih
aman (Singh Preetinder 2014).
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mencari tahu penyebab dari
tingginya prevalensi periodontitis pada kunjungan pasien di poli gigi UPTD
Puskesmas Marga I Tabanan Bulan Februari-April Tahun 2022.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
20-26 ◦C dan waktu tempuh ± 15-30 menit dari Ibu Kota Kabupaten Tabanan.
Semua wilayah bisa dijangkau dengan sarana transportasi kendaraan roda dua
maupun roda empat.
6
2.3.2 Sementum
Sementum merupakan lapisan tipis dari jaringan ikat terkalsifikasi yang
menutupi dentin di area akar gigi. Fungsi sementum adalah memberikan
perlekatan dengan fibrin kolagen dari ligament periodontal untuk menopang gigi,
memelihara integritas akar, dan terlibat dalam perbaikan dan remodeling gigi dan
tulang alveolar. Sementum berwarna kuning mengkilat dan secara klinis tidak
terlihat namun saat terjadi resesi gingiva maka sementum akan terlihat (Carranza
et al. 2012).
2.3.3 Ligament Periodontal
Ligament periodontal merupakan lapisan jaringan ikat lunak yang menutupi
akar gigi dan melekatkan akar gigi terhadap tulang alveolar. Ligament periodontal
terdiri atas serabut pembuluh darah yang kompleks dan serabut jaringan ikat
kolagen yang mengelilingi akar gigi dan melekat ke proccesus alveolaris. Fungsi
ligament periodontal antara lain memelihara gigi dalam soket, memiliki fungsi
sensoris yaitu dapat merasakan nyeri saat terjadi tekanan berlebihan, menyediakan
nutrisi bagi sementum dan tulang alveolar serta fungsi resorptive yaitu dapat
meremodeling tulang alveolar saat terjadi resorpsi tulang (Carranza et al. 2012).
2.3.4 Tulang Alveolar
Tulang alveolar adalah bagian dari maksila dan mandibula yang membentuk
soket gigi yang terdiri atas puncak alveolar (alveolar crest), tulang interproksimal,
dan tulang interradikular yaitu tulang antara 2 akar gigi. Puncak alveolar berada
paling koronal dari prosesus alveolaris, normalnya 1-2 mm dari cemento enamel
junction (CEJ) dan tampak dari aspek fasial gigi. Puncak alveolar mengelilingi
gigi seperti bentuk bergelombang dan mengikuti kontur permukaan CEJ.
7
2.3.5 Gambaran Klinis Jaringan Periodontal Sehat
Gambaran klinis jaringan periodontal adalah warna gingivala margin dan
attached gingiva secara umum berwarna pink akibat dari suplai darah. Warna ini
tergantung dari derajat vaskularisasi, ketebalan epitel, derajat keratinisasi, dan
konsentrasi pigmen melanin. Kontur gingiva berlekuk, berkerut-kerut seperti kulit
jeruk dan licin serta melekat dengan gigi dan tulang alveolar. Ketebalan free
gingiva adalah 0,5-1,0 mm, menutupi leher gigi dan meluas menjadi papilla
interdental, sulkus gingiva tidak lebih dari 2 mm, tidak mudah berdarah, tidak ada
pembengkakan dan tidak ada eksudat (Shaffer et al. 2014).
Gambar 2.3 Gambaran klinis jaringan periodontal normal (Shaffer et al. 2014)
Gambar 2.4 a.) Jaringan periodontal sehat b.) inflamasi gingiva awal (gingivitis mulai tampak terlihat pada
insisivus), c.) Periodontitis kronis (Carranza et al. 2012).
9
menyebabkan gigi goyang dan mudah tanggal menandakan periodontitis yang
parah. Kebersihan mulut yang jelek ditandai adanya timbunan plak bakterial pada
karang gigi subgingival berkolerasi positif dengan keparahan periodontitis
Berbagai faktor sistemik akan memperberat keadaan yang terjadi akibat faktor
lokal. Faktor sistemik terdiri dari keadaan sistemik dan gangguan sistemik.
Keadaan sistemik terjadi secara natural di tubuh seperti hormonal, nutrisional,
genetik, hal yang berkaitan dengan umur, ras, status sosial ekonomi, asupan obat
dan kebiasaan buruk seperti merokok. Sedangkan gangguan sistemik adalah
penyakit atau abnormalitas tubuh yang memberikan tanda-tanda dan gejala-gejala
menyimpang dari normal seperti DM, AIDS, kehamilan, menstruasi, osteoporosis,
Down Syndrom, dll (Carranza 2006).
10
4. Tingkat kerusakan jaringan tidak bersifat konstan, tetapi episodik,
sejumlah tipe penyakit dapat terjadi, mulai dari kerusakan slowly
progressive hingga aktivitas episodik yang berkembang cepat (Winn dkk
2006).
2.4.5 Klasifikasi Periodontitis
a. Periodontitis Kronis (Carranza et al. 2012)
1) Definisi Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis disebabkan oleh bakteri gram negatif, bakteri anaerob
dan bakteri mikroaerofilik yang terdapat pada daerah subgingiva dan
menyebabkan adanya prostat prostaglandin pro-inflamasi dan sitokinin yang
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan periodontal. Bakteri
pathogen penyebab terjadinya penyakit periodontal seperti Aggregatibacter
actinomycetemcomitan Treponemadenticola, dan Tannerella forsythia dapat
mengakibatkan terjadinya inflamasi pada jaringan periodontal (Gumus 2016).
Akumulasi plak dan kalkulus yang berkembang secara lambat hubungannya
dengan periodontitis kronis namun secara destruktif berkembang sangat
cepat. Peningkatan perkembangan periodontitis dapat dipengaruhi oleh faktor
lokal, sistemik, dan lingkungan yang akan
memengaruhi akumulasi plak. Peningkatan perkembangan
periodontitis dapat disebabkan oleh dampak faktor lokal, sistemik dan
lingkungan yang dapat memengaruhi akumulasi plak. Penyakit sistemik
seperti diabetes melitus dan HIV dapat memengaruhi pertahanan hospes.
Faktor lingkungan seperti kebiasaan merokok dan stress dapat
memengaruhi respon hospes terhadap akumulasi plak. Karakteristik
berikut ditemukan pada pasien dengan periodontitis kronis:
a. Lebih prevalen pada orang dewasa namun juga dapat terjadi pada
anak- anak
b. Besarnya kerusakan konsisten/sesuai dengan faktor lokal
c. Berhubungan dengan pola variabel mikrobial
d. Ditemukan kalkulus subgingiva
e. Tingkat perkembangan penyakit lambat sampai sedang dengan
kemungkinan periode perkembangan yang cepat
11
Periodontitis kronis dapat disubklasifikasikan menjadi bentuk localized
dan generalized dan dibagi menjadi ringan, sedang atau berat berdasarkan
penampakannya, sebagai berikut:
a. Localized: <30% daerah yang terliat
b. Generalized: >30% daerah yang terlibat
c. Ringan: clinical attachment loss (CAL) 1-2 mm
d. Sedang: clinical attachment loss (CAL) 3-4 mm
e. Berat: clinical attachment loss (CAL) >5 mm
12
5. Nyeri
Salah satu tanda penting dari periodontitis kronis adalah absennya nyeri
dan sakit kecuali bila keadaan tersebut didahului oleh inflamasi. Nyeri
atau sakit waktu gigi diperkusi menunjukkan adanya inflamasi aktif dari
jaringan penopang, yang paling akut bila ada pembentukan abses
dimana gigi sangat sensitif terhadap sentuhan.
6. Kerusakan Tulang Alveolar
Resorpsi tulang alveolar dan kerusakan ligamen periodontal adalah
tanda paling penting dari periodontitis kronis dan merupakan salah satu
penyebab lepasnya gigi. Tanda radiografi yang pertama dari kerusakan
periodontal adalah hilangnya densitas tepi alveolar
7. Halitosis
Rasa dan bau yang mengganggu sering menyertai penyakit periodontal
terutama bila kebersihan mulut buruk. Inflamasi akut, dengan produksi
nanah yang keluar dari poket bila poket ditekan juga menyebabkan
halitosis
b. Periodontitis Agresif
Periodontitis agresif berbeda dengan periodontitis kronis pada kecepatan
perkembangan penyakitnya mengakibatkan kerusakan hebat pada usia muda, pada
masa pubertas terjadi periodontitis agresif lokal sedangkan pada usia kurang dari
30 tahun terjadi periodontitis general. Kecepatan perkembangan periodontitis
agresif terlihat pada individu sehat, tidak adanya akumulasi plak dan kalkulus, dan
riwayat periodontitis agresif pada keluarga (Sudirman 2016).
Pada umumnya periodontitis agresif memiliki bentuk utama:
a. Periodontitis agresif menyeluruh/generalized juvenile periodontitis
biasa terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Pada area interproksmal
terjadi kerusakan perlekatan jaringan menyeluruh dan mengenai
paling sedikit tiga gigi permanen selain molar pertama dan insisifus.
Respon serum antibodi yang buruk pada agen penginfeksi.
b. Periodontitis agresif lokal/localized juvenile periodontitis adalah
periodontitis lokal berat yang biasa dialami pada masa pubertas.
13
Kerusakan perlekatan jaringan lokal mengenai gigi permanen molar
pertama. Respon serum antibodi yang kuat pada agen penginfeksi.
Karakteristik pada penderita periodontitis agresif adalah:
a. Pasien sehat secara klinis
b. Attachement loss yang cepat dan destruksi tulang
c. Besarnya deposit microbial inkonsisten/tidak sesuai dengan keparahan
penyakit
d. Agregasi keluarga pada individu yang menderita
c. Periodontitis Sebagai Manifestasi dari Penyakit Sistemik
Periodontitis sebagai manifestasi dari penyakit sistemik adalah diagnosis
yang digunakan apabila kondisi sistemik merupakan faktor predisposisi
utama dan ketika faktor lokal (misalnya, sejumlah besar plak dan
kalkulus) tidak terlihat jelas atau keberadaannya tidak memberikan
pengaruh terhadap keparahan atau perkembangan penyakit. Penyingkira
faktor iritan lokal sebagai bagian dari terapi periodontal konvensional
dalam kasus seperti ini seringkali tidak cukup untuk menghentikan
kerusakan periodontal. Beberapa penyakit dapat memengaruhi jaringan
periodontal secara independent. Penyakit sistemik seperti diabetes melitus
memengaruhi perjalanan periodontitis. Besarnya efek penyakit dan
kondisi ini bervariasi, tetapi menyebabkan peningkatan kejadian dan
keparahan periodontitis. Gambaran klinis dari kelainan ini muncul pada
usia muda dan sulit membedakannya dengan periodontitis agresif yang
menunjukkan kehilangan perlekatan yang cepat dan kemungkinan
kehilangan gigi dini (Carranza 2019).
14
a. Meningkatkan kebiasaan menjaga kebersihan rongga mulut, hal ini
dikarenakan penyakit periodontal utamanya terjadi karena plak dental.
b. Instrumentasi mekanis
Instrumentasi mekanis terhadap akar dengan menggunakan kuret
merupakan perawatan yang efektif pada pasien dengan periodontitis
ringan sampai berat, yaitu dengan kerusakan perlekatan jaringan klinis
kurang dari 5 mm. Perawatan skeling dan root planing merupakan gold
standard untuk penanganan periodontitis secara non bedah. Bukti klinis
memperlihatkan rerata penurunan kedalaman poket dan peningkatan
perlekatan klinis dapat dicapai dengan penghalusan akar pada daerah
dengan kedalaman poket 4-6 mm atau 7 mm lebih. Rata-rata penurunan
kedalaman poket adalah 1,29 mm dan 2,16 mm, dan rata-rata
peningkatan perlekatan klinis adalah 0,55 mm dan 1,29 mm. Penurunan
kedalaman poket biasanya lebih besar pada daerah dengan kedalaman
probing awalnya lebih besar (Greenstain 2012).
c. Ultrasonic Debridement
Istilah ultrasonic debridement mengarah pada pembersihan permukaan
akar dengan alat mekanis vibrasi. Prosedur ini berbeda dengan tindakan
penghalusan akar, tetapi menurut beberapa penelitian didapatkan hasil
yang hampir sama dengan skeling dan penghalusan akar terhadap
penurunan kedalaman poket, peningkatan perlekatan klinis dan
penurunan inflamasi klinis (Renvert et al. 2014).
d. Irigasi Supragingiva
Irigasi supragingiva dapat meningkatkan efek penyikatan gigi dan
mengurangi inflamasi gingiva pada pasien dengan kebersihan mulut
tidak baik. Penurunan inflamasi gingiva berkisar antara 6,5- 54%
(Greenstain 2012).
e. Irigasi Subgingiva
Beberapa penelitian menemukan bahwa irigasi subgingiva dengan
berbagai macam obat-obatan mampu mengurangi jumlah bakteri
pathogen subgingiva. Akan tetapi satu kali irigasi tidak merespons baik
15
obat-obatan lokal ini untuk diberikan obat-obatan secara sistemik
(Greenstain 2012).
f. Pemberian obat-obatan secara lokal
Penggunaan doxycycline hyclate 10%, gel metronidazole 25%, dan serat
tetrasiklin impegrated terbukti memperlihatkan hasil yang sama dengan
perlakuan penghalusan akar, dengan penurunan kedalaman poket (1
mm) dan peningkatan perlekatan klinis. Jika dilakukan penghalusan akar
saja dibandingkan dengan penghalusan akar dan penempatan perio chip,
dapat terjadi perbedaan kedalaman poket sebesar 2 mm. Hasil yang baik
ini terutama didapatkan dengan terapi kombinasi. Untuk mencapai hal
ini peneliti menempatkan chip dua atau tiga kali pada 60% lokasi selama
9 bulan periode evaluasi (Paquette et al. 2018).
g. Antibiotik Sistemik
Terapi antibiotika sistemik memberikan keuntungan lebih banyak
dibandingkan dengan yang diberikan secara lokal. Antibiotika sistemik
dapat diberikan melalui serum ke dasar poket dan mempengaruhi
organisme invasif jaringan seperti Actinomycetemcomitans. Selain itu
juga dapat mempengaruhi sumber dari reinfeksi bakteri, yaitu saliva,
tonsil, dan mukosa. Obat sistemik ini juga lebih murah biayanya dan
mempersingkat waktu perawatan pasien (Greenstain 2012).
h. Perawatan Bedah
Biasanya di perlukan pada kasus yang berat, dimana tidak adanya
perbaikan setelah perawatan awal. Tindakan operatif ini meliputi
reparasi dan meregenerasi jaringan lunak maupun keras dan juga
menggantikan gigi yang hilang dengan implant gigi. Tujuan dari
tindakan ini adalah untuk menghilangkan poket, mendapatkan
perlekatan kembali dan mengembalikan fungsi normal serta estetik
pasien (Greenstain 2012).
18
BAB III
20
17
15
7
3 4
FE B R U A R I MA R E T AP R I L
Bulan
19
Gambar 3.1 Diagram Batang Jumlah Kunjungan Pasien dengan Periodontitis
di UPTDPuskesmas Marga I Tabanan Bulan Februari-April Tahun 2022
20
3.2.3 Prosedur Wajib Tata Laksana Periodontitis
21
6. Prosedur/Langkah- 1. Pasien dipanggil sesuai nomor urut dan dipersilahkan
Langkah duduk
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Operator memakai masker dan handscone
4. Melakukan anamnesa
5. Melakukan pemeriksaan inraoral dan extraoral
6. Menegakkan diagnose
7. Melakukan open bur membersihkan kavitas dan tutup
kapas eugenol
8. Pemberian resep
9. Kembali setelah obat habis
10. Mencatat pada buku register
7. Digaram Alir
Memakai Penderita
Penderita
handscoon diminta
dipanggil
dan masker berkumur
Kembali Pencatatan
Resep data pasien ke
setelah obat buku regiser
habis
22
11. Rekaman
Historis No. Yang Diubah Isi Tanggal
Perubahan Mulai
diberlakukan
1. UPTD Puskesmas 5 Januari
Puskesmas Marga I 2017
Marga I
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Selain itu, terdapat dominan kunjungan dari Ibu hamil yang mengalami
periodontitis. Perempuan pada masa kehamilan sangat rentan mengalami kelainan
periodontal. Hal tersebut dikarenakan saat kehamilan, tidak hanya terdapat
perubahan kadar hormon, akan tetapi juga predisposisi yang lebih besar terhadap
pelebaran pembuluh darah (Carranza 2012).
25
Berdasarkan keadaan masyarakat peningkatan kunjungan pasien dengan
penyakit periodontitis bisa disebabkan oleh tingkat pendidikan masyarakat Marga
yang masih rendah. Pendidikan yang rendah akan memengaruhi kesadaran
masyarakat dan kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulutnya. Gigi berlubang
yang tidak diobati dan menyebabkan rasa sakit menjalar hingga bagian gusi,
karang gigi yang terlalu lama tidak dibersihkan maupun keadaan gigi goyang yang
menyebabkan keluhan pada masyarakat barulah mendorong niat masayarakat
untuk berkunjung ke poli gigi UPTD Puskesmas Marga 1 Tabanan sehingga
menambah angka kejadian terjadinya periodontitis (Ariana 2018).
26
perawatan periodontitis dapat memaksimalkan pelayanan di poli gigi UPTD
Puskesmas Marga 1.
27
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jumlah kunjungan pasien yang mengalami periodontitis di Poli Gigi
UPTD Puskesmas Marga I Tabanan pada bulan Februari-April tahun
2022 adalah sebanyak 66 pasien dari total 414 kunjungan pasien di Poli
Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan.
2. Upaya puskesmas dalam menanggulangi kasus periodontitis adalah
meningkatkan penyuluhan baik kepada siswa dari jenjang pendidikan
SD-SMA hingga masyarakat luas mengenai pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut untuk mengurangi tingkat insidensi
periodontitis. Selain itu, dilakukan perbaikan dan pembaharuan dari
sarana prasana di UPTD Puskesmas terkait untuk meningkatkan
pelayanan yang diberikan kepada pasien.
3.2 Saran
Sebaiknya UPTD Puskesmas Marga I dapat melakukan upaya promotif dan
preventif dengan melakukan pencegahan terjadinya periodontitis melalui
penyuluhan mengenai cara pencegahan akumsulasi plak pada gigi dengan
menggosok gigi teratur dengan baik dan benar, membersihkan interproksimal gigi
menggunakan dental floss, dan menggunakan obat kumur antiseptik untuk
mengurangi pasien yang mengalami periodontitis di wilayah kerjanya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Aljehani YA. Risk factors of periodontal disease: Review of the literature. Int J
Dent. 2014;2014:1–9.
Andriani Ika. Efektivitas Antara Scalling Root Planning (SRP) dengan dan Tanpa
Pemberian Ciprofloxacin Per Oral Pada Penderita Periodontitis. Insisiva
Dental Journal. 2012. 1(2): 70.
Carranza, F.A. and Takei H.H, 2012. Clinical Diagnosis, In Newman, M.G.,
Takei, H.H., Klokkevold, P.R., and Carranza, F.A., Carranza’S Clinical
Periodontology, 10th ed., Saunders Elsevier. St. Louis Missouri
Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Newman and Carranza’s
Clinical Periodontology. 13th ed. Newman and Carranza’s Clinical
Periodontology. Philadelphia: Elsevier Inc; 2019. 326–95, 434–63, 1189-
205.
Depkes, 2005. Dr. J. Leimena, Peletak Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan Primer
(Puskesmas).
Harapan IK, Ali A, Fione VR, 2020, Gambaran Penyakit Periodontal Berdasarkan Umur
29
dan Jenis Kelamin pada Pengunjung Poliklinik Gigi Puskesmas Tikala Baru Kota
Manado Tahun 2017, Jurnal Ilmiah Gigi dan Mulut, Vol 3(1): 20-26
30
Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI; 2018. Hal.94.
Manson JD, Eley BM. (1993), Tanda Klinis Penyakit Periodontal Kronis, dalam:
Kentjana, Susianti (ed) Buku Ajar Periodonti, edisi 2, Penerbit
HIPOKRATES, Jakarta, hal. 127-133.
Paquette DW, Ryan ME, Wilder RS. Locally delivered antimicrobials: clinical
evidence and relevance. J Dent Hyg 2008; 83:10-5.
Saini R., Saini S., and Saini S.R., 2010.Periodontal disease : A risk factor to
Cardio vascular disease. Annuals of Cardiac Anaesthesia. 13:2.159-161
Singh Preetinder, Dev Yash Paul, Rathore Shivani, Khuller Nitin, dan Kaushal
Sumit. Preoperative Ibuprofen Administration for The Treatment of
PostOperative Periodontal Surgical Pain: A double-blind placebo controlled
study. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Sciences. 2014. 4(1): 41.
31
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Kunjungan di Poli Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan Bulan Februari Tahun
2022
32
Lampiran 2. Daftar Kunjungan di Poli Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan Bulan Maret Tahun 2022
33
Lampiran 3. Daftar Kunjungan di Poli Gigi UPTD Puskesmas Marga I Tabanan Bulan April Tahun 2022
34
35