Oleh:
i
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
ABSTRAK v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Pengaruh Perawatan Ortodontik pada Jaringan Periodontal 3
2.1.1 Respon Jaringan Periodontal Terhadap Pergerakan Gigi 3
2.1.2 Kerusakan pada Jaringan Periodontal 3
2.1.3 Faktor Etiologi Kerusakan Jaringan Periodontal 4
2.1.4 Faktor yang Dipertimbangkan Selama Perawatan Ortodontik 4
2.2 Perawatan Periodontal pada Masalah Ortodontik 5
2.2.1 Periodontally Accelerated Osteogenic Orthodontics 5
2.2.2 Piezocision 7
2.2.3 Preorthodontic Osseous Surgery 8
2.2.4 Fiberotomy 10
2.2.5 Frenektomi 10
2.2.6 Preorthodontic Grafting 11
2.3 Perawatan Ortodontik pada Masalah Periodontal 11
2.3.1 Midline Diastemaand CorrectionBlack Triangles 11
2.3.2 Pathological Migration with Infrabony Defect 12
2.3.3 Tilted Molars 12
2.3.4 Gummy Smile 13
2.3.5 Gingival Margin Discrepancies 13
2.3.6 Periodontitis Agresif 13
2.3.7 Crown Lenghtening dengan ekstrusi Ortodontik 14
2.4 Pemeliharaan Periodontal selama Perawatan Ortodontik 14
PENDAHULUA
1
3. Apa tindakan periodontal yang dapat menunjang perawatan ortodontik?
4. Apa tindakan ortodontik yang dapat menunjang perawatan periodontal?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2 Piezocision
Corticotomy yang dikombinasikan dengan piezoelectric surgery sebagai pengganti bur
diperkenalkan pada tahun 2007 oleh Vercelotti dan Podesta. Mereka mengatakan kelebihan
dari teknik ini adalah pengurangan waktu perawatan yang signifikan. Prosedur ini cukup
invasif karena memerlukan pembuatan flap dan pengangkatan tulang yang cukup banyak
(Harshita dkk, 2018).
Pada tahun 2009, Dibart dkk mengembangkan piezocision sebagai teknik invasif
minimal. Pada prosedurnya yaitu dengan membuat sayatan kecil pada gingiva bukal untuk
memungkinkan piezosurgery knife masuk dan melakukan pemotongan pada tulang kortikal
bagian bukal sedalam 0,5mm pada bagian mesial dan distal (Harshita dkk, 2018).
Laporan klinis menunjukkan bahwa regional acceleration phenomena (RAP) ini dapat
bertahan hingga 6 bulan. Nelson et al pada tahun 1983 menyatakan bahwa hal ini dapat
diulang lebih dari sekali di area yang sama untuk mengaktifkan kembali RAP (setelah 5-6
bulan) (Harshita dkk, 2018).
Regional Acceleration Phenomena (RAP) merupakan proses penyembuhan paska
corticotomy dilakukan. Fenomena ini merupakan proses fisiologis yang kompleks, dimana
terjadi percepatan dalam remodelling, serta penyembuhan pada jaringan keras dan lunak di
daerah corticotomy. Proses ini dapat mendukung keberhasilan dari kombinasi perawatan
ortodonti dengan teknik pembedahan periodontal (Harshita dkk, 2018).
Keterlibatan furkasi yaitu adanya kondisi bifurkasi dan trifurkasi pada gigi berakar
banyak yang rusak akibat penyakit periodontal. Keterlibatan furkasi dapat diperiksa dengan
menggunakan probe nabers dan diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi oleh Glickman tahun
1953. Defek yang terjadi pada furkasi dapat memburuk selama terapi ortodontik. Oleh karena
itu, sebelum dilakukannya perawatan ortodontik defek pada furkasi harus dihilangkan (Janu
dkk, 2015). Teknik yang dapat digunakan dalam mengatasi defek pada furkasi dengan
bertujuan tercapainya regenerasi periodontal yaitu bone grafts, tissue regeneration,
modifikasi permukaan akar dan mediator biologis (Thahir dkk, 2019).
2.2.5 Frenektomi
Frenulum adalah lipatan membran mukosa yang menempel pada bibir dan pipi ke
mukosa alveolar, gingiva, dan periosteum. Perlekatan frenulum yang abnormal pada rahang
atas dapat menimbulkan masalah estetik dan mengganggu hasil perawatan ortodontik pada
kasus midline diastema. Perlekatan frenulum dikatakan abnormal ketikah celah tulang
berbentuk V terbentuk diantara dua gigi insisivus sentral serta frenulum yang tebal yang dapat
menahan gaya ortodontik. Frenulum dapat menyebabkan terjadinya relapse setelah dilakukan
perawatan ortodontik. Keadaan ini dapat diatasi dengan melakukan tindakan Frenektomi
(Janu dkk, 2015).
Frenektomi adalah tindakan pengangkatan frenulum termasuk keterikatannya pada
tulang yang mendasari. Frenektomi dapat dilakukan dengan teknik scalpel, electrosurgery
atau dengan menggunakan laser. Teknik Frenektomi konvensional menggunakan scalpel
merupakan teknik yang umum digunakan karena prosedur sederhana, murah dan praktis.
Namun dalam melakukan teknik konvensional ini, kemungkinan komplikasi yang timbul
lebih tinggi. Luka sayatan yang lebar serta perdarahan berlebih dapat terjadi selama operasi.
Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien dan dapat menyebabkan trauma bagi
pasien. Teknik electrosurgery dan laser efektif dalam meminimalkan perdarahan,
mempersingkat waktu kerja, mengurangi pembengkakan pasca operasi sehingga pasien lebih
nyaman. Disamping keunggulan yang dimiliki, teknik electrosurgery dan laser memiliki
kekurangan seperti memerlukan biaya operasional yang lebih, teknik ini dapat menyebabkan
jaringan di sekitar lokasi nekrosis, tidak dapat dilakukan pada pasien yang menggunakan alat
pacu jantung serta dapat menghasilkan asap yang berlebihan selama prosedur (Thahir dkk,
2018).
Tufted dental floss lebih disarankan penggunaannya karena dapat lebih efisien dalam
menghilangkan plak khususnya di permukaan proksimal gigi dibandingkan dengan regular
dental floss. oral irrigator dapat pula digunakan untuk membantu menghilangkan sisa-sisa
makanan dan plak dari daerah yang tidak dapat dicapai oleh sikat gigi sebagai tambahan
untuk dalam proses kebersihan rongga mulut secara menyeluruh Pasien dengan Removable
appliance harus melepaskan dan membersihkan alat setiap setelah makan dan sebelum tidur,
tidak lupa pasien diwajibkan untuk menyikat dan bersihkan gigi setiap kali alat dilepaskan
(Bathla, 2011).
Alat ortodontik harus dirancang sebaik mungkin. Penempatan anchorage harus
diperhatikan sehingga tidak menyebabkan iritasi jaringan, dan harus dapat diterima secara
estetika. Alat ortodontik sebaiknya dibuat sesederhana mungkin sehingga dapat mencegah
kecenderungan penumpukan plak pada gigi, hindari penggunaan hook, elastomer ring serta
resin berlebih didaerah bracket (Bathla, 2011). Penggunaan steel ligatures lebih
direkomendasikan penggunaangnya, karena elastomer ring telah terbukti lebih mengakibatkan
akumulasi plak dibandingkan steel ties. Bonds lebih disarankan dibandingkan dengan bands,
karena gigi molar yang dilakukan bond menunjukkan kejadian akumulasi plak, gingivitis dan
hilangnya perlekatan interproksimal yang lebih sedikit (Bathla, 2011).
BAB III
KESIMPULAN
Hal yang perlu diperhatikan selama perawatan ortodontik pada pasien dengan
periodontal compromised adalah pemeliharaan oral hygiene, mobilitas gigi, resesi gingiva,
serta posisi braket dan molar band. Perawatan ortodontik dapat menunjang perawatan
periodontal dengan menyediakan lengkung rahang dan posisi gigi yang ideal sehingga dapat
meningkatkan kesehatan jaringan periodontal. Beberapa tindakan periodontal yang dapat
menunjang perawatan ortodontik yaitu melalui perawatan piezocision, preorthodontic osseous
surgery, fiberotomy, frenektomi, preorthodontic grafting, serta crown lenghtening. Perawatan
orthodontik yang dapat dilakukan berkaitan dengan masalah periodontal seperti pada kasus
midline diastema and correction black triangles, pathological migration with infrabony
defect, tilted molars, gummy smile, gingival margin discrepancies, serta periodontitis agresif.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Alfuriji, S., Alhazmi, N., Alhamlan, N., dkk., 2014, The Effect of Orthodontic Therapy on
Periodontal Health: A Review of the Literature, International Journal of Dentistry, 1-4
Al-Jasser, R., Al-Jewair, T., Al-Rasheed, A., 2020, One-year rotational relapse frequency
following conventional circumferential supracrestal fiberotomy, World J Clin Case,
8(2): 245-486
Althagafi, J. A., dkk, 2019, Orthodontic Treatment in Patients with Periodontal Disease: A
Literature Review, EC Dental Science, 18(12): 1-7
Bathla, S., Bathla, M., 2011, Periodontics Revisited, 1st ed, Jaypee Brothers Medical
Publishers, New Delhi, hal 436-442
Bawono, C.A., Metta, P., Komara, I., 2016, Prosiding Dies Natalis 57 FKG Universitas
Padjajaran, 342-351
Bhaskar, N., Garg, A.K., Gupta, V., 2013, Periodontics as an adjunct to clinical orthodontics:
An Update, Indian J Multidiscip Dent
Chaitanya, A. S. K., Reddy, Y. M., Sreekanth, C., Reddy, B. V., Kumar, B. L., Raj, G. K. P.,
2014, Orthodontic Tooth Movements and its Effects on Periodontium, Int J dent Med
Res, 1(4):119-123
Chandra GN.R.B., Vandana, K.L., 2017, Periodontal osseous defects: A review, CODS J
Dent, 9(1): 22-29
Djebali, I. E., Chabre, C., 2015, Gummy Smile: Orthodontic or Surgical Treatment?, J
Dentofacial Anom Orthod, 18(102): 1-19
Dumitrescu, A.L., 2010, Etiology and Pathogenesis of Periodontal Disease, Springer
Heidelberg Dordrecht, New York, hal 313-315
Gorbunkova, A., Pagni, G., Brizhak, A., Farronato, G., Rasperini, G., 2015, Impact of
orthodontic treatment on periodontal tissue: A narrative review of multidiciplinary
literature, International Journal of Dentistry, 2016: 1-9
Gyawali, R., Bhattarai, B., 2017, Orthodontic Management in Aggressive Periodontitis,
International Scholarly Research Notices, 2017(1): 1-8
Harshita, N., Kamath, D.G., Kadakampally, D., 2018, Peri - ortho interaction- A review, J
Pharm Sci & Res, 10(5): 1053-1056
Janu, A., Agarwal, L., Singh, K., Singh, A., 2015, Periodontal procedures adjunct to
orthodontic treatment, Orthodontic Journal of Nepal, 5(1): 42-45
Kapoor, A., Singhal, L., Kapoor, S., Kapoor, A., 2016, Ortho-Perio Interrelationships: An
Overview, International Journal of Pharmaceutical Sciences and Drug
Kornialia, 2018, Hubungan Piranti Ortodonti Cekat terhadap Kesehatan Jaringan Periodontal,
Jurnal Endurance, 3(1): 96
Lubis, P.M., Nasution, R.O., Zulkarnain, 2017, Black triangle, etiology and treatment
approaches: literature review, Advances in Health Science Research, 8: 241-244
Ozbilen, E.O., Yilmaz, N.H., Kose, K.N., 2018, Orthodontic extrusion with circumferential
supracrestal fiberotomy: A report of two cases, Turkish Journal of Orthodontics, 31(4):
145-149
Reynolds, M. A., Kao, R. T., Nares, S., Camargo, P. M., Caton, J. G., Clem, D. S., Fiorelini,
J. P., Geisinger, M. L., Mills, M. P., Nevins, M. L., Rosen, P. S., 2015, Periodontal
regeneration-intrabony defects: Practical applications from the AAP regeneration
workshop, Clinical Advances in Periodontics, 5(1): 21-29
Singh, G., 2004, Textbook of Orthodontics. New Delhi: JBM Publisher, 208-209
Suwandi, T., 2020, Keterkaitan Antara Bidang Orthodonti dan Periodonti dalam Perawatan
Estetika Rongga Mulut, JKGT, 2(1): 68-74
Thahir, H., Djais, A., Wendy, S., Achmad, M., Akbar, F., 2018, Management of maxillary
labial frenum and comparison between conventional techniques and incision-below the-
clamp technique: case report, J Dentomaxillofac Sci, 3(1): 61-66
Thahir, H., Setiawati, D., 2019, Regenerative approach in the treatment of grade II furcations:
a case report, J Dentomaxillofac Sci, 4(1): 53-56
Zasciurinskiene, E., Lindsten, R., Slotte, C., Bjerklin, K., 2016, Orthodontic Treatment in
Periodontitis Susceptible Subjects: a Systematic Literature Review, Clinical and
Experimental Dental Research, 10(2):162-173