Anda di halaman 1dari 25

LITERATURE REVIEW

RELATIONSHIP BETWEEN PERIODONTAL AND ORTHODONTIC THERAPY

Pembimbing: drg. Eka Pramudita Ramadhany, Sp.Perio, Sert.KGI, FISID


Penguji: drg. Media Sukmalia Adibah, Sp.Perio

Oleh:

Putu Imas Audina (1902641013)


Aliza Husnul Farida (1902641014)
Ni Putu Ayu Sakura (1902641015)

PROGRAM STUDI SARJANAKEDOKTERAN GIGI DAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL

Pembimbing

drg. Eka PramuditaRamadhany, Sp.Perio, Sert.KGI,


FISID NIP

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR iv
ABSTRAK v
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Pengaruh Perawatan Ortodontik pada Jaringan Periodontal 3
2.1.1 Respon Jaringan Periodontal Terhadap Pergerakan Gigi 3
2.1.2 Kerusakan pada Jaringan Periodontal 3
2.1.3 Faktor Etiologi Kerusakan Jaringan Periodontal 4
2.1.4 Faktor yang Dipertimbangkan Selama Perawatan Ortodontik 4
2.2 Perawatan Periodontal pada Masalah Ortodontik 5
2.2.1 Periodontally Accelerated Osteogenic Orthodontics 5
2.2.2 Piezocision 7
2.2.3 Preorthodontic Osseous Surgery 8
2.2.4 Fiberotomy 10
2.2.5 Frenektomi 10
2.2.6 Preorthodontic Grafting 11
2.3 Perawatan Ortodontik pada Masalah Periodontal 11
2.3.1 Midline Diastemaand CorrectionBlack Triangles 11
2.3.2 Pathological Migration with Infrabony Defect 12
2.3.3 Tilted Molars 12
2.3.4 Gummy Smile 13
2.3.5 Gingival Margin Discrepancies 13
2.3.6 Periodontitis Agresif 13
2.3.7 Crown Lenghtening dengan ekstrusi Ortodontik 14
2.4 Pemeliharaan Periodontal selama Perawatan Ortodontik 14

BAB III. KESIMPULAN 17


DAFTAR PUSTAKA 18
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Prosedur vertical dan horizontal corticotomy 7


Gambar 2. Prosedur bone graft setelah corticotomy 7
Gambar 3. Osseous crater 8
Gambar 4. Three-wall intrabony defects 9
Gambar 5. Furcation defect 9
Gambar 6. Sikat gigi khusus ortodontik 15
ABSTRAK

Penggunaan alat ortodontik dalam meningkatkan estetik semakin meningkat.


Perawatan ortodontik bertujuan untuk menghasilkan oklusi yang fungsional dan
meningkatkan estetika. Keberhasilan jangka pendek dan jangka panjang perawatan ortodontik
dipengaruhi oleh status periodontal pasien sebelum, selama dan setelah perawatan ortodontik
dan juga mencakup perawatan pemeliharaannya. Pada pasien yang melakukan perawatan
ortodontik dapat memiliki masalah periodontal yang memburuk selama terapi ortodontik.
Piranti ortodontik membuat gigi lebih sulit dibersihkan dan mempermudah terjadinya
penumpukan plak pada gigi pasien yang merupakan faktor penyebab terjadinya penyakit
periodontal dan kerusakan gigi. Piranti ortodontik dapat memberikan dampak berupa
perubahan lingkungan rongga mulut, peningkatan jumlah plak, perubahan komposisi flora
normal, gingivitis, dekalsifikasi email atau white spot di sekitar gigi yang di pasang piranti.
Tujuan dari penulisan makalah literature review ini adalah untuk mengetahui hal yang perlu
diperhatikan dalam perawatan ortodontik pada pasien dengan periodontal compromized.,
untuk mengetahui pengaruh perawatan ortodontik dalam menunjang perawatan periodontal,
untuk mengetahui tindakan periodontal yang dapat menunjang perawatan ortodontik., serta
untuk mengetahui tindakan ortodontik yang dapat menunjang perawatan periodontal.

Kata kunci: Perawatan ortodontik, kesehatan jaringan periodontal


BAB I

PENDAHULUA

1.1 Latar Belakang


Belakangan ini perawatan estetika dengan menggunakan alat ortodontik semakin
meningkat, bahkan menjadi trend terutama di kalangan muda. Penampilan yang baik
dipengaruhi oleh senyum yang sehat dengan susunan gigi yang rapi. Tujuan perawatan
ortodontik adalah untuk menghasilkan oklusi yang fungsional dan meningkatkan estetika.
Perawatan ortodontik juga dilakukan untuk menghasilkan kesehatan struktur jaringan
pendukung gigi1.
Persentase orang dewasa yang melakukan perawatan ortodontik lebih dari 40% dan
kebanyakan dari pasien ini memiliki masalah periodontal yang dapat memburuk selama terapi
ortodontik, sehingga ortodontis harus mengambil peran aktif dalam mendiagnosis masalah
periodontal sebelum memulai perawatan, seperti skrining sederhana yang terdiri dari probing,
evaluasi attached gingiva dan hasil radiografis2.
Masyarakat sering tidak menyadari risiko dari penggunaan piranti ortodontik
terutama ortodontik cekat dalam hal kebersihan mulut. Piranti ortodontik membuat gigi lebih
sulit dibersihkan dan mempermudah terjadinya penumpukan plak pada gigi pasien yang
merupakan faktor penyebab terjadinya penyakit periodontal dan kerusakan gigi. Piranti
ortodontik dapat memberikan dampak berupa perubahan lingkungan rongga mulut,
peningkatan jumlah plak, perubahan komposisi flora normal, gingivitis, dekalsifikasi email
atau white spot di sekitar gigi yang di pasang piranti3.
Keterkaitan antara bidang periodontik dan ortodonti kini sangat penting dalam
menegakkan diagnosis dan rencana perawatan. Tujuan penulisan ini adalah untuk membahas
tentang keterkaitan antara bidang periodontik dan ortodontik dalam mendapatkan hasil
perawatan yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan ortodontik pada pasien
dengan periodontal compromized?
2. Bagaimana perawatan ortodontik dapat menunjang perawatan periodontal?

1
3. Apa tindakan periodontal yang dapat menunjang perawatan ortodontik?
4. Apa tindakan ortodontik yang dapat menunjang perawatan periodontal?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan ortodontik
pada pasien dengan periodontal compromized.
2. Untuk mengetahui pengaruh perawatan ortodontik dalam menunjang
perawatan periodontal.
3. Untuk mengetahui tindakan periodontal yang dapat menunjang perawatan ortodontik.
4. Untuk mengetahui tindakan ortodontik yang dapat menunjang perawatan periodontal.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Penulisan literature review ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan ortodontik pada pasien dengan
periodontal compromized.
2. Sebagai sumber informasi mengenai pengaruh perawatan ortodontik
dalam menunjang perawatan periodontal.
3. Sebagai sumber informasi mengenai tindakan periodontal yang dapat
menunjang perawatan ortodontik.
4. Sebagai sumber informasi mengenai tindakan ortodontik yang dapat menunjang
perawatan periodontal.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengaruh Perawatan Ortodontik pada Jaringan Periodontal


2.1.1 Respon Jaringan Periodontal Terhadap Pergerakan Gigi
Ketika suatu tekanan ortodontik dikenakan pada suatu gigi, terjadi daerah tekanan
yang searah dengan arah pergerakan gigi serta daerah tarikan di daerah yang berlawanan
dengan arah pergerakan gigi.Di daerah tekanan, ligamen periodontal menyempit hingga
kurang lebih 1/3 ketebalan mula-mula. Pada saat itu terjadi peningkatan peredaran darah
dalam rangka meningkatkan pasokan darah kapiler. Peningkatan pasokan darah ini berguna
untuk mobilisasi sel-sel fibroblas dan osteoklas. Osteoklas adalah sel resorpsi tulang yang
berjajar di sepanjang dinding soket gigi pada sisi tekanan. Sel-sel ini meresorpsi tulang
sehingga gigi dapat bergerak di dalam soketnya ke arah pergerakan gigi yang diinginkan
(Singh, 2004).
Bila tekanan yang diberikan berada dalam batasan yang dapat diterima secara
fisiologis, maka yang terjadi adalah resorpsi tulang di daerah yang berhadapan dengan
ligamen periodontal. Resorpsi ini disebut frontal resorption. Sebaliknya bila tekanan yang
diberikan melewati ambang batas tekanan yang dapat diterima secara fisiologis, yang terjadi
adalah undermining resorption. Resorpsi ini tidak terjadi pada tulang yang berhadapan
dengan ligamen periodontal melainkan terjadi di belakang dan atas zona hyalinisasi. Pada
daerah tekanan, ligamen periodontal mengalami hyalinisasi karena terputusnya pasokan darah
pada pembuluh darah kapiler di daerah itu (Singh, 2004).
Tekanan ortodontik yang melampaui ambang batas fisiologis dapat mengakibatkan
putusnya ligamen periodontal yang teregang sehingga peredaran darah pun terputus dan
terjadi resorpsi tulang sehingga gigi akan mengendur di dalam soketnya (Singh, 2004).

2.1.2 Kerusakan pada Jaringan Periodontal


Perawatan ortodontik dapat menyebabkan gingivitis lokal, tetapi jarang berkembang
menjadi periodontitis. Faktor kesehatan mulut sangat penting dilakukan sebelum dan setiap
kunjungan perawatan. Perawatan ortodontik pada pasien dengan penyakit periodontal aktif
dikontraindikasikan sebagai risiko peningkatan kerusakan periodontal lebih lanjut. Perawatan
ortodontik dapat menimbulkan masalah periodontal seperti peradangan gingiva atau
gingivitis, hilangnya attached gingiva, resesi gingiva, poket gingiva dan kerusakan tulang.
(Suwandi, 2020).

2.1.3 Faktor Etiologi Kerusakan Jaringan Periodontal


Reaksi jaringan periodontal terhadap perawatan ortodontik tergantung pada
banyaknya faktor seperti merokok, stress, diabetes melitus dan osteoporosis. Diabetes melitus
yang tidak terkontrol merupakan kontraindikasi. Plak bakteri merupakan etiologi utama
penyakit periodontal, volume plak ini meningkat pada pemakaian piranti ortodontik dan akan
terjadi shifting tipe bakteri. Berbagai spesies bakteri, seperti Bacterioids intermedius,
spirochetes, motile road, B forsythus, T. denticola, P. nigrescens, C. rectus, dan fusiform
ditemukan meningkat pada plak gigi pasien yang menjalani perawatan ortodontik (Kapoor
dkk, 2016). Faktor etiologi kerusakan jaringan periodontal (Alfuriji dkk, 2014) :
1. Durasi perawatan
Sebagian besar penelitian menyimpulkan bahwa risiko dan keparahan resorpsi apikal
akar eksternal meningkat seiring dengan meningkatnya durasi perawatan ortodontik.
Sameshima dan Sinclair melihat sampel dari 868 pasien yang dikumpulkan dari 6 praktisi
spesialis yang berbeda dan menemukan waktu perawatan yang lebih lama secara
signifikan terkait dengan peningkatan resorpsi akar untuk gigi insisivus sentral rahang
atas.
2. Jenis alat
Alat ortodontik cekat terbukti menyebabkan lebih banyak resorpsi akar daripada alat
orthodontik lepasan. Dibuktikan dengan peningkatan rentang pergerakan gigi yang
dihasilkan oleh piranti cekat.
3. Besaran gaya
Peningkatan tekanan yang diberikan menghasilkan terjadinya peningkatan resopsi akar
eksternal.

2.1.4 Faktor yang Dipertimbangkan Selama Perawatan Ortodontik


Sebelum melakukan perawatan ortodontik, terdapat beberapa faktor yang harus
diperhatikan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan periodontal. Faktor-faktor
tersebut yaitu (Harshita dkk, 2018):
1. Pemeliharan oral hygiene
Beberapa penelitian mengkonfirmasi bahwa perawatan ortodontik tidak merusak
perlekatan periodontal jika tingkat peradangan gingiva tetap terkontrol. Namun gaya
yang berlebih dan peradangan tidak terkontrol yang diakibatkan oleh plak menyebabkan
kerusakan perlekatan periodontal. Kehadiran plak dianggap sebagai salah satu faktor
utama perkembangan gingivitis. Braket ortodontik dapat mengganggu pengangkatan plak
gigi secara efektif, sehingga meningkatkan risiko gingivitis.
2. Mobilitas gigi secara radiografi
Secara radiografi dapat diamati bahwa ruang ligamen periodontal melebar selama
pergerakan gigi ortodontik. Semakin berat gaya ortodontik maka semakin besar jumlah
kerusakan resorpsi yang dihasilkan dan mengarah ke mobilitas yang lebih besar. Jika gigi
menjadi sangat bergerak selama perawatan ortodontik, semua gaya harus dihentikan
sampai mobilitas turun ke tingkat sedang.
3. Resesi gingiva
Perawatan ortodontik sebenarnya tidak menyebabkan resesi gingiva, hal ini bergantung
pada pergerakan gigi. Pergerakan gigi harus berada dalam ruang alveolar crest
trabeculae. Pergerakan gigi yang terjadi di luar selubung tulang bertindak sebagai faktor
predisposisi resesi gingiva. Faktor-faktor yang mempengaruhi resesi gingiva pada pasien
ortodontik salah satunya adalah ketebalan cortical plate. Cortical plate (tulang kompak =
antara permukaan terluar tulang dengan tulang trabekula) yang tipis lebih rentan
terhadap resesi gingiva dibandingkan jaringan normal atau tebal.
4. Posisi braket dan molar band
Molar band yang dipasang di subgingiva dapat mengganggu gingiva dan jaringan
dibawahnya. Hiperplasia gingiva dapat menjadi masalah potensial di sekitar molar band
yang menyebabkan pseudo-pocketing. Slot braket harus tegak lurus dengan sumbu
panjang gigi.

2.2 Perawatan Periodontal pada Masalah Ortodontik


2.2.1 Periodontally Accelerated Osteogenic Orthodontics
Perawatan ortodonti secara konvensional pada pasien dewasa sering membutuhkan
waktu perawatan yang lama untuk mendapatkan kestabilan struktur jaringan periodontal.
Peningkatan daya secara ortodontik tidak akan mempercepat pergerakan dari akar, hal ini
disebabkan jaringan periodontal tidak dapat “mengalahkan” kestabilan dari tulang alveolar
tanpa terjadinya kerusakan dari ligamen periodontal dan atau resorpsi pada akar (Bawono
dkk, 2016).
Penggunaan kombinasi perawatan ortodonti dengan teknik pembedahan corticotomy
pertama kali dilaporkan oleh Kole pada tahun 1959. Pada laporannya, Kole melakukan
prosedur vertical corticotomy pada sisi bukal dan lingual dan horizontal osteotomy pada
tulang kortikal dari gigi yang akan digerakkan. Pergerakan gigi yang tejadi dikenal dengan
istilah “bony block movement”. Peneliti yang banyak menerbitkan laporan ilmiah mengenai
kombinasi perawatan ortodontik dengan teknik pembedahan adalah dua orang bersaudara
yaitu Dr.Thomas Wilcko seorang periodontis dan Dr.William Wilcko seorang ortodontis.
Mereka menjelaskan tentang tahapan prosedur “Periodontally Accelerated Osteogenic
Ortodontic”/PAOO atau dikenal juga dengan istilah Wilckodontics (Bawono dkk, 2016).
Tujuan dari teknik ini adalah mempercepat pergerakan gigi selama perawatan
ortodontik. Teknik ini meliputi mucoperiosteal flap pada sisi bukal dan palatal/ingual, diikuti
prosedur corticotomy, bone perforation, bone grafting dan perawatan fixed orthodontic.
Penggunaan teknik ini akan mengurangi waktu perawatan sekitar 30% sampai dengan 50%
jika dibandingkan dengan teknik perawatan ortodontik konvensional (Bawono dkk, 2016).
Laporan yang dipublikasikan semenjak tahun 2000 sampai dengan 2009 oleh Wilcko
bersaudara menyatakan bahwa teknik PAOO menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi
dalam mempercepat proses pergerakan gigi. Mereka menggabungkan prosedur corticotomy
pada sisi labial dan lingual, dengan prosedur bone grafting untuk mencegah resiko terjadinya
dehisensi dan fenestrasi sehingga akan memperluas cakupan dari perawatan ortodonti. Wilcko
bersaudara juga melaporkan bahwa teknik PAOO akan memperlebar luas tulang alveolar,
memberikan kestablian pasca terapi dan mengurangi resiko terjadinya resorpsi pada akar
(Bawono dkk, 2016).
Prosedur bedah PAOO meliputi insisi sulkular dengan desain preservasi papilla dan
dilanjutkan dengan melakukan full thickness flap pada regio maksila dan mandibula.
Kemudian dilanjutkan dengan elevasi full thickness flap untuk membuka jaringan tulang
dibawahnya sehingga akan didapatkan akses terhadap permukaan tulang. Prosedur vertical
corticotomy dilakukan dengan menggunakan bur 2-3 mm dibawah puncak tulang alveolar
memanjang sampai dengan 2 mm dibawah apeks gigi. Kemudian kedua potongan vertical
corticotomy ini disambungkan dengan horizontal corticotomy pada area apikal. Apabila
tulang alveolar memiliki ketebalan lebih dari 2 mm, lakukan tindakan perforasi pada
permukaan tulang kortikal hingga mencapai permukaan tulang radikular. Hal ini dilakukan
untukmendapatkan lebih banyak suplai darah bagi material bone graft. Tahapan selanjutnya
adalah penempatan material bone graft pada daerah potongan corticotomy, dilanjutkan
dengan penutupan flap dengan jahitan interrupted (Gambar 1 dan 2) (Bawono dkk, 2016) .
Gambar 1. Prosedur vertical dan horizontal corticotomy, (A dan B) disertai perforasi
kortikal pada sisi labial dan lingual (C) (Bawono dkk, 2016).

Gambar 2. Prosedur bone graft setelah corticotomy (Bawono dkk, 2016).

Tahapan corticotomy sendiri umumnya dilakukan dengan menggunakan handpiece


dengan bur bundar tungsten carbidedengan kedalaman pengambilan tulang sebesar 1-2 mm
yang disertai dengan penggunaan saline sebagai larutan irigasi. Pada tahun 2007, Vercelotti
mulai mengenalkan penggunaan Piezosurgical Unit untuk menggantikan bur dalam prosedur
corticotomy (Bawono dkk, 2016) .

2.2.2 Piezocision
Corticotomy yang dikombinasikan dengan piezoelectric surgery sebagai pengganti bur
diperkenalkan pada tahun 2007 oleh Vercelotti dan Podesta. Mereka mengatakan kelebihan
dari teknik ini adalah pengurangan waktu perawatan yang signifikan. Prosedur ini cukup
invasif karena memerlukan pembuatan flap dan pengangkatan tulang yang cukup banyak
(Harshita dkk, 2018).
Pada tahun 2009, Dibart dkk mengembangkan piezocision sebagai teknik invasif
minimal. Pada prosedurnya yaitu dengan membuat sayatan kecil pada gingiva bukal untuk
memungkinkan piezosurgery knife masuk dan melakukan pemotongan pada tulang kortikal
bagian bukal sedalam 0,5mm pada bagian mesial dan distal (Harshita dkk, 2018).
Laporan klinis menunjukkan bahwa regional acceleration phenomena (RAP) ini dapat
bertahan hingga 6 bulan. Nelson et al pada tahun 1983 menyatakan bahwa hal ini dapat
diulang lebih dari sekali di area yang sama untuk mengaktifkan kembali RAP (setelah 5-6
bulan) (Harshita dkk, 2018).
Regional Acceleration Phenomena (RAP) merupakan proses penyembuhan paska
corticotomy dilakukan. Fenomena ini merupakan proses fisiologis yang kompleks, dimana
terjadi percepatan dalam remodelling, serta penyembuhan pada jaringan keras dan lunak di
daerah corticotomy. Proses ini dapat mendukung keberhasilan dari kombinasi perawatan
ortodonti dengan teknik pembedahan periodontal (Harshita dkk, 2018).

2.2.3 Preorthodontic Osseous Surgery


Tindakan preorthodontic osseous surgery dilakukan tergantung pada jenis defek pada
tulang. Adapun defek yang dapat terjadi yaitu Osseous craters, three-wall intrabony defects
dan lesi furkasi (Bathla dkk, 2011).
Osseous craters adalah defek pada dua dinding interproksimal yang terdiri dari plat
kortikal fasial dan lingual. Keadaan defek osseous craters tidak akan membaik dengan
perawatan ortodontik. Pada crater dangkal yaitu dengan kedalaman poket 4-5 mm dapat
diatasi tanpa tindakan operasi selama perawatan ortodontik. Namun pada crater dalam harus
dilakukan tindakan pendahuluan dengan melakukan pembedahan. Pembedahan dilakukan
dengan membentuk kembali defek dan mengurangi kedalaman poket. Hal ini dapat
meningkatkan kemampuan untuk mempertahankan area interproksimal selama perawatan
ortodontik. Sehingga dengan menghilangkan crater sebelum dilakukan perawatan ortodontik,
pasien dapat mempertahankan area interproksimal selama dan setelah perawatan ortodontik
(Bathla dkk, 2011).

Gambar 3. Osseous crater (Chandra dkk, 2017)


Three-wall intrabony defects yaitu terjadi kehilangan penopang tulang periodonsium.
Keadaan ini menyebabkan perlu dilakukan terapi periodontal regeneratif yaitu bone grafts
bersama dengan membran resorbable atau non-resorbable. Tindakan bone grafts perlu
dilakukan untuk mengisi defek pada three-wall intrabony. Perawatan ortodontik baru dapat
dilakukan apabila hasil dari terapi periodontal stabil dalam kurun waktu 3-6 bulan setelah
operasi (Bathla dkk, 2011).

Gambar 4. Three-wall intrabony defects (Reynolds dkk, 2015)

Keterlibatan furkasi yaitu adanya kondisi bifurkasi dan trifurkasi pada gigi berakar
banyak yang rusak akibat penyakit periodontal. Keterlibatan furkasi dapat diperiksa dengan
menggunakan probe nabers dan diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi oleh Glickman tahun
1953. Defek yang terjadi pada furkasi dapat memburuk selama terapi ortodontik. Oleh karena
itu, sebelum dilakukannya perawatan ortodontik defek pada furkasi harus dihilangkan (Janu
dkk, 2015). Teknik yang dapat digunakan dalam mengatasi defek pada furkasi dengan
bertujuan tercapainya regenerasi periodontal yaitu bone grafts, tissue regeneration,
modifikasi permukaan akar dan mediator biologis (Thahir dkk, 2019).

Gambar 5. Furcation defect (Thahir dkk, 2019)


2.2.4 Fiberotomy
Masalah yang sering terjadi pasca perawatan ortodontik adalah terjadinya rotational
relapse atau kembalinya gigi ke posisi semula sebelum dilakukan perawatan ortodontik.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh kepatuhan pasien yang buruk dalam pemakaian retainer,
faktor iatrogenik, periode retensi mekanis dan terbatasnya kemampuan serat supra alveolar
untuk beradaptasi dengan posisi gigi yang telah dikoreksi. Beberapa metode dapat dilakukan
sebagai upaya untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya rotational relapse, yaitu
koreksi pada gigi yang rotasi, reduksi interproksimal untuk memperlebar kontak proksimal,
penggunaan retainer jangka panjang serta bedah circumferential supracrestal fiberotomy
(CSF) (Al-Jasser dkk, 2020).
Circumferential supracrestal fiberotomy (CSF) adalah prosedur bedah periodontal
yang dilakukan untuk memisahkan free gingiva dan serat transseptal disekitar gigi yang
mengalami rotasi. Teknik Circumferential supracrestal fiberotomy (CSF) pada dasarnya
terdiri dari memasukan scalpel ke dalam sulkus gingiva dan memutuskan perlekatan epitel
yang mengelilingi gigi. Blade digunakan untuk mentranseksi serat transseptal dengan
memasuki ruang ligamen periodontal secara interdental. Pemisahan ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya rotational relapse dengan mengurangi ketegangan yang terjadi oleh
serat-serat yang dapat menarik gigi ke posisi asli (Bathla dkk, 2011).

2.2.5 Frenektomi
Frenulum adalah lipatan membran mukosa yang menempel pada bibir dan pipi ke
mukosa alveolar, gingiva, dan periosteum. Perlekatan frenulum yang abnormal pada rahang
atas dapat menimbulkan masalah estetik dan mengganggu hasil perawatan ortodontik pada
kasus midline diastema. Perlekatan frenulum dikatakan abnormal ketikah celah tulang
berbentuk V terbentuk diantara dua gigi insisivus sentral serta frenulum yang tebal yang dapat
menahan gaya ortodontik. Frenulum dapat menyebabkan terjadinya relapse setelah dilakukan
perawatan ortodontik. Keadaan ini dapat diatasi dengan melakukan tindakan Frenektomi
(Janu dkk, 2015).
Frenektomi adalah tindakan pengangkatan frenulum termasuk keterikatannya pada
tulang yang mendasari. Frenektomi dapat dilakukan dengan teknik scalpel, electrosurgery
atau dengan menggunakan laser. Teknik Frenektomi konvensional menggunakan scalpel
merupakan teknik yang umum digunakan karena prosedur sederhana, murah dan praktis.
Namun dalam melakukan teknik konvensional ini, kemungkinan komplikasi yang timbul
lebih tinggi. Luka sayatan yang lebar serta perdarahan berlebih dapat terjadi selama operasi.
Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien dan dapat menyebabkan trauma bagi
pasien. Teknik electrosurgery dan laser efektif dalam meminimalkan perdarahan,
mempersingkat waktu kerja, mengurangi pembengkakan pasca operasi sehingga pasien lebih
nyaman. Disamping keunggulan yang dimiliki, teknik electrosurgery dan laser memiliki
kekurangan seperti memerlukan biaya operasional yang lebih, teknik ini dapat menyebabkan
jaringan di sekitar lokasi nekrosis, tidak dapat dilakukan pada pasien yang menggunakan alat
pacu jantung serta dapat menghasilkan asap yang berlebihan selama prosedur (Thahir dkk,
2018).

2.2.6 Preorthodontic Grafting


Jaringan periodontal harus tetap stabil disekitar area servikal gigi selama perawatan
ortodontik berlangsung. Attached gingiva yang cukup diperlukan untuk menahan gaya
ortodontik sehingga dapat mencegah terjadinya kehilangan tulang dan resesi gingiva. Pada
jaringan halus dan tipis jauh lebih rentan terjadi resesi gingiva dibandingkan jaringan yang
tebal selama perawatan ortodontik. Untuk mengatasi keadaan tersebut, perlu dilakukan free
gingival grafting sebelum memulai perawatan ortodontik (Bathla dkk, 2011). Resesi gingiva
yang terjadi selama perawatan ortodontik harus segera dilakukan soft tissue grafting.
Tindakan ini harus dilakukan segera untuk mengatasi resesi yang masih minimal dan
meningkatkan prognosa pengobatan. Perawatan ortodontik perlu dievaluasi untuk
menentukan apakah perawatan tersebut harus ditunda hingga penyembuhan luka selesai
(Gorbunkova dkk, 2015).

2.3 Perawatan Ortodontik pada Masalah Periodontal


2.3.1 Midline Diastema and Correction Black Triangles
Pasien yang sebelumnya pernah terkena penyakit periodontal sering muncul keadaan
"segitiga hitam" akibat hilangnya papila interdental. Untuk mengatasi keadaan ini, perawatan
ortodontik dapat dilakukan dengan tujuan memperbaiki posisi gigi dan meningkatkan estetika
jaringan lunak (Harshita dkk, 2018). Perawatan ortodontik dapat mengubah topografi level
puncak alveolar interproksimal dan meningkatkan posisi papila interdental. Tindakan ini
ditujukan untuk mengurangi ruang black triangle dengan menampatkan lebih banyak titik
kontak di regio apikal, sehingga ketinggian tulang alveolar dan papila dapat diinduksi oleh
gerakan ekstrusi ortodontik (Lubis dkk, 2017).
2.3.2 Pathological Migration with Infrabony Defect
Pada kasus gigi anterior yang bermigrasi secara patologis dapat mengganggu
penampilan pasien yang tidak estetik serta dikaitkan dengan adanya defek infrabony.
Berbagai gerakan ortodontik seperti intrusi, ekstrusi, rotasi dan penegakan diperlukan untuk
mencapai hasil estetik yang memuaskan. Hal ini dapat membantu dalam mengontrol
kerusakan periodontal dan memulihkan fungsi rongga mulut. Intrusi merupakan jenis
pergerakan gigi yang direkomendasikan untuk gigi dengan kehilangan tulang horizontal atau
defek infrabony. Selama dilakukannya perawatan, harus memperhatikan gaya biomekanik
serta kebersihan mulut yang terkendali. Apabila kebersihan rongga mulut tidak terjaga, akan
menyebabkan kerusakan periodontal dengan menggeser deposit supragingiva menjadi deposit
subgingiva (Harshita dkk, 2018).

2.3.3 Tilted Molars


Penegakan gigi molar yang miring dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan
ortodontik cekat ataupun lepasan. Gigi molar dapat miring kearah mesial apabila terjadi
kehilangan gigi di anterior yang berkepanjangan dan tidak dilakukan penggantian. Masalah
periodontal yang sering muncul pada molar yang miring yaitu terbentuknya poket pada sisi
mesial, poket yang muncul dapat berupa poket relatif maupun absolut. Permasalahan
periodontal ini dapat muncul akibat hubungan yang tidak baik dari sementoenamel junction
ke alveolar ridge serta pembersihan yang kurang baik di daerah tersebut (Harshita dkk, 2018).
Pemulihan kesehatan gingiva tidak akan cukup hanya melalui terapi awal (SRP), perawatan
yang dianjurkan dalam situasi seperti ini yaitu melalui kolaborasi terapi dengan bagian
ortodontik. Pada kasus seperti ini diindikasikan melakukan molar uprighting, sehingga gigi
akan kembali ke posisi yang baik. Jangka waktu perawatan molar uprighting mulai dari 3
hingga 6 bulan. Ketika gigi telah tegak defek pada sisi mesial akan merenggang sehingga
menjadikan gingiva memiliki kontur yang lebih fisiologis (Chaitanya dkk, 2014). Proses
uprighting pada gigi diyakini mengurangi kerusakan periodontal, karena adanya proses
pembentukan tulang pada saat gigi digerakkan. Ortodontis memainkan peran utama dalam
memposisikan gigi sehingga kebersihan mulut dapat dipertahankan. Perawatan lebih lanjut
yang dapat dilakukan untuk memperoleh kontur jaringan pada daerah edentulous yaitu
melalui terapi bedah berupa osteoplasti / osteoktomi. Setelah terapi ortodontik selesai, pasien
harus dimotivasi untuk tetap menjaga kebersihan mulut dan mengikuti pemeriksaan gigi
secara rutin (Suwandi, 2020).
2.3.4 Gummy Smile
Senyum yang banyak memperlihatkan gusi disebut sebagai Gummy Smile,
digambarkan dengan tampakan gingiva lebih dari 2 mm pada saat posisi senyum maksimal.
Adanya pembesaran gingiva dapat terjadi karena kebersihan mulut yang buruk, hyperplasia
gingiva yang diinduksi obat atau altered passive eruption, garis bibir tinggi, bibir atas
hypermobile serta pertumbuhan vertikal rahang atas yang berlebihan (Djebali dan Chabre,
2015). Pendekatan etiologi penting untuk menentukan pendekatan rencana perawatan. Terapi
Gummy smile yang disebabkan oleh kelainan skeletal maupun dental dapat dilakukan melalui
perawatan bedah ortognatik dan perawatan ortodontik (Harshita dkk, 2018).

2.3.5 Gingival Margin Discrepancies


Perbedaan tinggi margin gingiva (diskrepansi) dapat disebabkan oleh abrasi tepi
insisal atau keterlambatan migrasi margin gingiva. Perawatan dapat dilakukan dengan
pergerakan gigi ortodontik untuk memposisikan margin gingiva atau bedah perbaikan pada
margin gingiva yang berbeda. Tindakan bedah dapat berupa gingivoplasti sesudah perawatan
ortodontik. Menyelaraskan margin gingiva secara ortodontik dilakukan untuk menghindari
recounturing gingiva, yang berpotensi terjadi pengurangan tulang dan eksposur dari akar gigi
(Harshita dkk, 2018) (Bathla, 2011)

2.3.6 Periodontitis Agresif


Perawatan ortodonti bertujuan mengoreksi ketidakharmonisan tulang rahang, susunan
gigi atau keduanya. Ketidakharmonisan susunan gigi tidak hanya terjadi pada jaringan gigi
yang sehat tetapi dapat terjadi pula akibat penyakit periodontal. Penyakit periodontal seperti
periodontitis agresif dapat menyebabkan terjadinya maloklusi seperti gigi insisif rahang atas
protrusi, ekstrusi, rotasi atau diastema gigi anterior yang akan mempengaruhi estetika pasien.
Maloklusi gigi dapat dikoreksi dengan alat ortodonti cekat (Althagafi dkk, 2019).
Perawatan ortodonti bukan merupakan kontraindikasi pada penderita penyakit
periodontal selama penyakit periodontalnya dapat dikontrol. Perawatan ortodonti pada
penderita penyakit periodontal parah seperti periodontal agresif harus dilakukan secara hati-
hati melalui pendekatan perawatan yang berbeda dengan pasien tanpa penyakit periodontal
(Zasciurinskiene dkk, 2016). Perawatan ortodonti tidak dapat menjamin tidak kambuhnya
penyakit periodontal di kemudian hari, tetapi perawatan ortodonti dapat menjadi salah satu
bagian dari keseluruhan rencana perawatan pasien dengan penyakit periodontal. Ekstrusi,
rotasi atau diastema pada gigi anterior sering tejadi akibat penyakit periodontal parah dan
perawatan ortodonti dapat dilakukan dengan tujuan mengembatikan susunan gigi pada
posisinya serta memperbaiki gangguan oklusal. Perawatan ortodonti pada penderita penyakit
periodontal tujuan utamanya bukan untuk mengoreksi maloklusi secara komprehensif sampai
tercapai suatu oklusi ideal, tetapi perawatan yang sifatnya adjunctive (tambahan). Fokus
utama perawatan ortodonti ini tetap pada penyakit periodontal dengan menempatkan gigi
pada posisi seideal mungkin sehingga meningkatkan kesehatan periodontal dengan
mengurangi kemungkinan penumpukan plak (Gyawali dan Bhattarai, 2017).
Perawatan ortodonti pada pasien penderita penyakit periodontal parah dapat dilakukan
dengan memperhatikan beberapa hal, yaitu: Penyakit periodontal telah terkontrol dan oral
hygne harus baik, daya yang digunakan untuk perawatan ortodonti harus ringan, gunakan alat
ortodontik dengan prinsip low friction, kooperasi pasien sangat diperlukan, alat retainer
sebaiknya menggunakan alat yang berfungsi sebagai splint untuk mengatasi kegoyangan gigi
(Gyawali dan Bhattarai, 2017).

2.3.7 Crown Lenghtening dengan ekstrusi Ortodontik


Prosedur crown lenghtening merupakan teknik umum yang dilakukan dengan tujuan
pemaparan struktur gigi untuk penempatan margin restorasi, peningkatan dimensi mahkota
klinis dengan meningkatkan kualitas retensi dan menyediakan "lebar biologis" antara puncak
tulang alveolar dan margin apikal pada restorasi (Dumitrescu, 2010). Ekstrusi ortodontik
adalah metode yang efektif untuk crown lenghtening. Terdapat dua tipe ekstrusi secara
ortodontik yaitu tipe 1 adalah ekstrusi yang lambat dengan jaringan periodonsium dan tipe 2
adalah ekstrusi ortodontik yang cepat tanpa jaringan periodonsium. Pada ekstrusi ortodontik
yang lambat, diberikan gaya ringan yang menyebabkan ketegangan pada serat periodontal
dikirim ke tulang dan terjadi migrasi koronal periodonsium. Pada ekstrusi cepat, diperlukan
gaya yang lebih besar serta dilakukan supracrestal circumferential fiberotomy (CSF) untuk
menggerakan gigi dari tulang alveolarnya (Ozbilen dkk, 2018).

2.4 Pemeliharaan Periodontal selama Perawatan Ortodontik


Alat ortodontik memiliki bentuk yang cenderung rumit sehingga pasien yang
menggunakan alat ortodontik akan lebih kesulitan dalam menjaga kebersihan rongga mulut
karena akumulasi bakteri mudah terbentuk disekitar komponen-komponen alat ortodontik.
Penggunaan alat ortodontik cekat dapat memberikan dampak berupa perubahan lingkungan
rongga mulut, komposisi flora rongga mulut, dan peningkatan jumlah plak yang dapat dapat
meningkatkan resiko terjadinya karies, gingivitis dan kemungkinan terjadi penyakit
periodontal. Masalah kebersihan rongga mulut tidak hanya merupakan tanggung jawab pasien
saja, namun setiap dokter gigi harus mampu memotivasi, memeriksa dan menginstruksikan
secara berulang kepada pasiennya mengenai prosedur perawatan atau instruksi kebersihan
rongga mulut di rumah yang tepat selama masa terapi dengan alat ortodontik cekat. (Bathla,
2011)
Sikat gigi merupakan alat utama dalam melaksanakan kontrol plak secara mekanis.
Pemakai ortodonti cekat dianjurkan untuk memakai sikat gigi desain khusus yaitu sikat gigi
dua tingkat dengan baris tengah bulu sikat lebih pendek dibandingkan bulu sikat pada ke dua
pinggirnya untuk membantu penyingkiran plak disekitar bracket. Pasien pengguna alat
ortodontik cekat direkomendasikan menyikat gigi dengan teknik bass horizontal, dengan
meletakkan sikat gigi dalam arah horizontal dengan sudut 45° terhadap braket untuk
menghindari tersangkutnya sikat gigi dan terlepasnya bracket. Pemakai ortodonti cekat juga
dianjurkan untuk memakai sikat gigi elektrik. Sikat gigi elektrik merupakan sikat gigi yang
dapat menggerakkan bulu sikatnya melalui daya baterai atau daya listrik. Sikat gigi elektrik
dapat membantu pasien ortodonti yang mempunyai kesulitan dalam menyikat gigi secara
manual (Bathla, 2011).

Gambar 6. Sikat gigi khusus ortodontik (Bathla, 2011).

Tufted dental floss lebih disarankan penggunaannya karena dapat lebih efisien dalam
menghilangkan plak khususnya di permukaan proksimal gigi dibandingkan dengan regular
dental floss. oral irrigator dapat pula digunakan untuk membantu menghilangkan sisa-sisa
makanan dan plak dari daerah yang tidak dapat dicapai oleh sikat gigi sebagai tambahan
untuk dalam proses kebersihan rongga mulut secara menyeluruh Pasien dengan Removable
appliance harus melepaskan dan membersihkan alat setiap setelah makan dan sebelum tidur,
tidak lupa pasien diwajibkan untuk menyikat dan bersihkan gigi setiap kali alat dilepaskan
(Bathla, 2011).
Alat ortodontik harus dirancang sebaik mungkin. Penempatan anchorage harus
diperhatikan sehingga tidak menyebabkan iritasi jaringan, dan harus dapat diterima secara
estetika. Alat ortodontik sebaiknya dibuat sesederhana mungkin sehingga dapat mencegah
kecenderungan penumpukan plak pada gigi, hindari penggunaan hook, elastomer ring serta
resin berlebih didaerah bracket (Bathla, 2011). Penggunaan steel ligatures lebih
direkomendasikan penggunaangnya, karena elastomer ring telah terbukti lebih mengakibatkan
akumulasi plak dibandingkan steel ties. Bonds lebih disarankan dibandingkan dengan bands,
karena gigi molar yang dilakukan bond menunjukkan kejadian akumulasi plak, gingivitis dan
hilangnya perlekatan interproksimal yang lebih sedikit (Bathla, 2011).
BAB III
KESIMPULAN

Hal yang perlu diperhatikan selama perawatan ortodontik pada pasien dengan
periodontal compromised adalah pemeliharaan oral hygiene, mobilitas gigi, resesi gingiva,
serta posisi braket dan molar band. Perawatan ortodontik dapat menunjang perawatan
periodontal dengan menyediakan lengkung rahang dan posisi gigi yang ideal sehingga dapat
meningkatkan kesehatan jaringan periodontal. Beberapa tindakan periodontal yang dapat
menunjang perawatan ortodontik yaitu melalui perawatan piezocision, preorthodontic osseous
surgery, fiberotomy, frenektomi, preorthodontic grafting, serta crown lenghtening. Perawatan
orthodontik yang dapat dilakukan berkaitan dengan masalah periodontal seperti pada kasus
midline diastema and correction black triangles, pathological migration with infrabony
defect, tilted molars, gummy smile, gingival margin discrepancies, serta periodontitis agresif.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Alfuriji, S., Alhazmi, N., Alhamlan, N., dkk., 2014, The Effect of Orthodontic Therapy on
Periodontal Health: A Review of the Literature, International Journal of Dentistry, 1-4
Al-Jasser, R., Al-Jewair, T., Al-Rasheed, A., 2020, One-year rotational relapse frequency
following conventional circumferential supracrestal fiberotomy, World J Clin Case,
8(2): 245-486
Althagafi, J. A., dkk, 2019, Orthodontic Treatment in Patients with Periodontal Disease: A
Literature Review, EC Dental Science, 18(12): 1-7
Bathla, S., Bathla, M., 2011, Periodontics Revisited, 1st ed, Jaypee Brothers Medical
Publishers, New Delhi, hal 436-442
Bawono, C.A., Metta, P., Komara, I., 2016, Prosiding Dies Natalis 57 FKG Universitas
Padjajaran, 342-351
Bhaskar, N., Garg, A.K., Gupta, V., 2013, Periodontics as an adjunct to clinical orthodontics:
An Update, Indian J Multidiscip Dent
Chaitanya, A. S. K., Reddy, Y. M., Sreekanth, C., Reddy, B. V., Kumar, B. L., Raj, G. K. P.,
2014, Orthodontic Tooth Movements and its Effects on Periodontium, Int J dent Med
Res, 1(4):119-123
Chandra GN.R.B., Vandana, K.L., 2017, Periodontal osseous defects: A review, CODS J
Dent, 9(1): 22-29
Djebali, I. E., Chabre, C., 2015, Gummy Smile: Orthodontic or Surgical Treatment?, J
Dentofacial Anom Orthod, 18(102): 1-19
Dumitrescu, A.L., 2010, Etiology and Pathogenesis of Periodontal Disease, Springer
Heidelberg Dordrecht, New York, hal 313-315
Gorbunkova, A., Pagni, G., Brizhak, A., Farronato, G., Rasperini, G., 2015, Impact of
orthodontic treatment on periodontal tissue: A narrative review of multidiciplinary
literature, International Journal of Dentistry, 2016: 1-9
Gyawali, R., Bhattarai, B., 2017, Orthodontic Management in Aggressive Periodontitis,
International Scholarly Research Notices, 2017(1): 1-8
Harshita, N., Kamath, D.G., Kadakampally, D., 2018, Peri - ortho interaction- A review, J
Pharm Sci & Res, 10(5): 1053-1056
Janu, A., Agarwal, L., Singh, K., Singh, A., 2015, Periodontal procedures adjunct to
orthodontic treatment, Orthodontic Journal of Nepal, 5(1): 42-45
Kapoor, A., Singhal, L., Kapoor, S., Kapoor, A., 2016, Ortho-Perio Interrelationships: An
Overview, International Journal of Pharmaceutical Sciences and Drug
Kornialia, 2018, Hubungan Piranti Ortodonti Cekat terhadap Kesehatan Jaringan Periodontal,
Jurnal Endurance, 3(1): 96
Lubis, P.M., Nasution, R.O., Zulkarnain, 2017, Black triangle, etiology and treatment
approaches: literature review, Advances in Health Science Research, 8: 241-244
Ozbilen, E.O., Yilmaz, N.H., Kose, K.N., 2018, Orthodontic extrusion with circumferential
supracrestal fiberotomy: A report of two cases, Turkish Journal of Orthodontics, 31(4):
145-149
Reynolds, M. A., Kao, R. T., Nares, S., Camargo, P. M., Caton, J. G., Clem, D. S., Fiorelini,
J. P., Geisinger, M. L., Mills, M. P., Nevins, M. L., Rosen, P. S., 2015, Periodontal
regeneration-intrabony defects: Practical applications from the AAP regeneration
workshop, Clinical Advances in Periodontics, 5(1): 21-29
Singh, G., 2004, Textbook of Orthodontics. New Delhi: JBM Publisher, 208-209
Suwandi, T., 2020, Keterkaitan Antara Bidang Orthodonti dan Periodonti dalam Perawatan
Estetika Rongga Mulut, JKGT, 2(1): 68-74
Thahir, H., Djais, A., Wendy, S., Achmad, M., Akbar, F., 2018, Management of maxillary
labial frenum and comparison between conventional techniques and incision-below the-
clamp technique: case report, J Dentomaxillofac Sci, 3(1): 61-66
Thahir, H., Setiawati, D., 2019, Regenerative approach in the treatment of grade II furcations:
a case report, J Dentomaxillofac Sci, 4(1): 53-56
Zasciurinskiene, E., Lindsten, R., Slotte, C., Bjerklin, K., 2016, Orthodontic Treatment in
Periodontitis Susceptible Subjects: a Systematic Literature Review, Clinical and
Experimental Dental Research, 10(2):162-173

Anda mungkin juga menyukai