dunia praktek kedokteran gigi, sangat penting bagi seorang operator untuk mengetahui
pentalaksanaan yang tepat untuk mengatasi permasalahan TMD tersebut. TMD merupakan suatu
sensasi sakit pada daerah orofasial yang disebabkan oleh multifaktorial seperti, stress,
diskrepansi oklusi, dab faktor lainnya. Penatalaksanaan dari TMD dapat ditempuh dengan
pendekatan farmakologi, mekanik, dan oklusal splint. Dari hasil penelitian Dental Practice Based
Research Network Japan (JDPBRN) menyatakan bahwa sebagian besar dokter mengatasi TMD
dengan pendekatan occlusal adjustment dimana perawatan tersebut bersifat irreversible dan tidak
dapat diklarifikasi efisiensi perawatan. Perawatan yang dianjurkan adalah dengan menggunakan
oklusal splint untuk mengatasi permasalahan TMD.
Restorasi merupakan salah satu perawatan yang paling sering dilakukan pada kehidupan praktek
kedokteran gigi. Restorasi hendaknya tidak menyebabkan diskrepansi oklusi yang dapat
mempengaruhi pergerakan mandibula sehingga dapat menyebabkan gangguan pada sendi
temporomandibular. Oleh sebab itu kontur aklusal pada sebuah restorasi memegang peranan
penting dalam proses oklusi. Untuk mencegah terjadinya TMD operator harus mengetahui
prinsip oklusi dan restorasi yang baik sehingga tidak mengakibatkan TMD.
RESTORASI
Ada 2 macam restorasi gigi, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
artinya bahan tambalan diletakkan segera ke lubang gigi yang sudah dibersihkan dalam satu
kunjungan. Termasuk di dalamnya adalah amalgam, ionomer kaca, resin ionomer, dan resin
komposit. Secara tidak langsung artinya diperlukan dua atau lebih kunjungan.
Tujuan restorasi gigi tidak hanya membuang penyakit dan mencegah timbulnya kembali
karies, tetapi juga mengembalikan fungsinya. Tujuan penting lainnya adalah untuk menstabilisasi
gigi dan menyediakan kondisi yang optimal untuk gigi yang direstorasi dapat berfungsi secara
maksimal. Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan perawatan restorasi yaitu,
titik kontak dan posisi mandibula.
Kontak Posterior yang harus Dihasilkan dari Perawatan Restorasi Direk
Setelah dilakukan perawatan restorasi harus didapatkan suatu stabilitas kontak dengan
gigi antagonis maupun gigi tetangga, sehingga kejadian drifting ataupun erupsi dapat dihindari.
Ketika mandibula pada posisi oklusi restorasi harus dapat menghasilkan oklusi yang harmonis
dengan titik kontak gigi posterior yang ada. Gaya yang diteruskan melalui restorasi harus dapat
disalurkan secara langsung sesuai dengan arah aksis gigi. Pengembalian kontur gigi sesuai
dengan keadaan sebelumnya merupakan suatu faktor yang sangat penting untuk menciptakan
kestabilan titik kontak dengan gigi antagonis, sehingga gigi yang sudah direstorasi dapat
menerima gaya kunyah yang tepat tanpa adanya hambatan dalam pergerakan mandibula yang
dapat menganggu system mastikasi.
OKLUSI
Oklusi berarti menutup tetapi dalam bidang kedokteran gigi oklusi berarti kontak gigi
dengan gigi antagonis ketika rahang menutup (relasi oklusi statis) dan selama pergerakan rahang
(relasi oklusi dinamis). Ukuran rahang manusia sangat bervariasi. Kegagalan dalam mencari
kebenaran dari definisi oklusi diakibatkan karena variasi oklusi yang sangat variatif dalam seitap
individual menghasilkan sebuah kesimpulan pada analisis final, fungsi optimal dan tidak adanya
gejala patologi merupakan karakteristik prinsip oklusi yang baik. Sistem mastikasi sangat
bersifat adaptative, didesain sedemikian rupa sehingga memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi
pada tingkat variasi bentuk dan ukuran lengkung rahang yang tinggi dimana terdapat perbedaan
pada setiap individu. Walaupun sangat adaptatif beberapa pasien sangat sensitive terhadap
perubahan kontak gigi, dimana diperlukan perawatan orthodontic ataupun restorasi dalam
mengatasi hal tersebut.
Oklusi statis dapat didefinisikan dengan menggunakan posisi referensi, yaitu posisi
menutup mulut secara penuh, tepi engsel pada saat mulut tertutup, retrusi, protusi, dan gerakan
lateral. Kontak dengan gigi antagonis sangat mempengaruhi jaringan otot mastikasi dan jaringan
penyangga gigi, pada gerakan yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan tersebut.
Tekanan yang maksimal pada kontak gigi yang terjadi secara rutin mendekati batas dari
pergerakan mandibula menunjukan relevansi dari posisi referensi tersebut.
Titik kontak pada saat mandibula bergerak disebut relasi oklusi dinamik. Gerakan yang
termasuk adalah gerakan meluncur gliding atau sliding, yang mungkin dapat bersifat
mengunbtungkan atau merugikan tergantung dari gigi yang yang terlibat dan respon jaringan otot
mastikasi selama pergerakan berlangsung. Desain dari restorasi gigi berperan penting dalam
jumlah dan lokasi dari kontak oklusal, serta berpengaruh juga pada relasi oklusi static dan
dinamik.
PRINSIP OKLUSI
6 kunci oklusi menurut Andrews :
Relasi molar :
cusp distobukal molar atas pertama berhimpit dengan sisi mesial cusp mesobukal molar kedua,
cusp mesobukal molar pertama atas beroklusi dengan dengan groove antara cusp medial dan
mesial molar pertama bawah.
Angulasi mahkota :
Panjang axis porsi gingiva dari semua mahkota gigi terletak lebih distal dibandingkan
porsi insisal. Aksis ujung mahkota diekspresikan dengan plus atau minus. Derajat ujung
mahkota adalah sudut antara aksis dari mahkota (dilihat dari labial atau bukal) dan garis yang
berhadapan 90 terhadap bidang oklusal. Sudut dikatakan plus apabila porsi gingival dari aksis
gigi lebih dital dari insisal, dikatakan minus apabila sebaliknya.
Oklusi normal tergantung pada ujung mahkota distal yang tepat,
terutama gigi anterior atas karena mereka memiliki mahkota terpanjang.
Mari kita anggap bahwa persegi panjang menempati ruang yang lebih luas
saat diberi tip daripada saat berdiri tegak. Jadi, tingkat ujung gigi seri,
misalnya, menentukan jumlah ruang mesiodistal yang mereka konsumsi dan,
oleh karena itu, memiliki efek yang cukup besar pada oklusi posterior dan
juga anterior estetika.
Rotasi. Kunci
Kunci keempat untuk oklusi normal adalah gigi harus bebas dari rotasi yang tidak
diinginkan. Contoh masalah terlihat pada gambar. 12, garis molar superimposed yang
menunjukkan bagaimana molar, jika diputar, Akan menempati lebih banyak ruang daripada
biasanya, menciptakan situasi yang tidak pasti terhadap oklusi normal.
Bidang oklusal
Bidang oklusi yang ditemukan pada model normal nonorthodontik berkisar dari kurva
yang rata sampai sedikit miring dari curve of Spee. Meskipun tidak semua norma normatif
nonortodontik memiliki bidang oklusi yang datar, saya percaya bahwa bidang datar seharusnya
menjadi tujuan pengobatan sebagai bentuk perawatan yang berlebihan. Ada kecenderungan
alami untuk kurva Spee untuk memperdalam dengan waktu, karena pertumbuhan rahang bawah
ke bawah dan ke depan terkadang lebih cepat dan berlanjut lebih lama dari pada rahang atas, dan
ini menyebabkan gigi anterior bawah, yang dibatasi oleh bagian atas. Gigi dan bibir anterior,
dipaksa mundur dan bangun, menghasilkan gigi anterior yang sesak dan / atau overbite yang
lebih dalam dan kurva Spee yang lebih dalam.
Pada ujung molar gigi bawah, gigi geraham (terutama yang ketiga Geraham)
mendorong ke depan, bahkan setelah pertumbuhan berhenti, menciptakan hasil yang sama. Jika
gigi anterior yang lebih rendah dapat ditahan sampai setelah tumbuh, h telah berhenti dan
ancaman molar ketiga telah dieliminasi dengan letusan atau ekstraksi, maka semuanya harus
tetap stabil di bawah, dengan asumsi bahwa pengobatan telah sesuai. Gigi anterior yang lebih
rendah tidak perlu ditahan setelah jatuh tempo dan ekstraksi gigi molar ketiga, kecuali pada
kasus di mana tidak mungkin untuk menghormati maskulin selama perawatan dan kasus-kasus di
mana faktor lingkungan atau turunan abnormal ada.
Interferensi gigi paling baik bila bidang oklusi relatif datar (Gambar 13, B). Ada
kecenderungan bidang oklusi untuk tertidur setelahnya Pengobatan, untuk alasan yang
disebutkan. Sepertinya wajar untuk mengobati Bidang oklusi sampai agak datar atau terbalik
untuk memungkinkan kecenderungan ini. Dalam kebanyakan kasus, seseorang harus
menempelkan gigi geraham permanen kedua untuk mendapatkan dasar efektif untuk meratakan
bidang oklusi bawah dan atas
Kurva spee dalam yang sering terjadi pada gigi bagian atas, membuat oklusi normal
tidak mungkin terjadi. Pada Gambar. 13, J, hanya premolar pertama atas yang ditempatkan
dengan dengan benar secara interuspia. Gigi bagian atas yang tersisa, anterior dan posterior ke
premolar pertama, secara progresif dalam kesalahan. Kurva balik Spee adalah bentuk ekstrim
dari overtreatment, ruang yang berlebihan untuk masing-masing gigi ditempatkan secara
intercusp.
Pada kasus ini terdapat dua gigi yang memiliki restorasi amalgam undercontour yaitu
pada gigi 14 dan 46, sesuai dengan dasar teori yang sudah dikemukakan restorasi yang
undercontour dapat menyebabkan gangguan kestabilan titik kontak dan hambatan pergerakan
mandibula. Keharmonisan oklusi hanya dapat dicapai apabila tidak ada gangguan pada titik
kontak gigi, baik pada gigi posterior maupun anterior. Titik kontak yang baik dapat tercapai
apabila bidang oklusal, lengkung gigi, kontur cusp, fossa, inklinasi dan marginal ridge terbentuk
dengan baik, apabila salah satu tidak terbentuk maka stabilitas oklusi akan terganggu.
Pergerakan mandibula melibatkan tiga hal utama, yaitu otot mastikasi, sendi
temporomandibula, dan gigi, pada saat mulut membuka maka otot-otot mastikasi akan membawa
rahang mandibula bergerak kearah kaudal dan sendi temporomandibula pun bergerak. Tiga hal
ini sangat berkaitan sehingga apabila ada gangguan pada salah satu dari bagian ini akan
menimbulkan masalah di bagian lainnya.
Sehingga pada kasus ini restorasi amalgam yang undercontour dapat mengganggu
stabilitas oklusi dan pergerakan mandibula, dimana gangguan ini akan memberikan dampak
negative terhadap otot mastikasi dan sendi temporomandibula, seperti halnya myofacial pain
akibat gerakan otot yang berlebihan akibat pola gerakan mandibula yang salah dan lama
kelamaan sendi temporomandibula dapat mengalami kerusakan apabila hal ini tidak
mendapatkan perawatan yang tepat. Oleh sebab itu merestorasi gigi ke bentuk asli merupakan
suatu hal yang penting dalam perawatan restorasi.
Daftar Pustaka