Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MODUL 103

PENGARUH KONTAK PREMATUR PADA RESTORASI

TERHADAP KO-KONTRAKSI OTOT

Disusun oleh :

Edwin Kurniawan T. / 114417004

Pembimbing : drg. Ary Indrawati, M. Kes

PPDGS KONSERVASI GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

2017
A. Struktur Anatomi TMJ
Sistem artikulasi terdiri dari sendi temporomandibula (TMJ), dan diskus intraartikular, otot
mandibula/rahang dan oklusi. Dalam terminologi paling sederhana, sendi temporomandibula
merupakan artikulasi antara rahang atas dan bawah. Gigi-gigi membentuk kontak antara rahang
atas dan bawah dan otot-otot merupakan motor dari pergerakan mandibula. Sistem ini unik
dimana TMJ berpasangan, stimulus apapun yang mempengaruhi satu sendi atau salah satu
bagian lainnya dari sistem artikulasi dapat menyebabkan knock-on effect pada keseluruhan
sistem.
Merupakan hal penting untuk memiliki pengetahuan tentang anatomi tidak hanya untuk dapat
membedakan antara yang mana fisiologis dan patologis, tetapi juga untuk mengerti tujuan dari
beberapa pilihan perawatan.
TMJ (Gambar 1) merupakan sensi diarthrodial sinovial, yang berarti sendi dilubrikasi oleh
cairan synovial dan ruang sendi dipisahkan menjadi dua kompartemen yang terpisah oleh diskus
intraartikular. Pergerakan yang mengambil bagian dalam kompartemen adalah yang paling
dominan gerakan meluncur pada ruang sendi atas antara permukaan atas dari diskus dan
permukaan bawah dari fossa glenoidalis, dan pergerakan rotasi pada ruang sendi bawah antara
kepala kondil dan di bawah permukaan dikus intraartikular. Tidak seperti permukaan articular
dari sendi sinovial lainnya, dimana permukaanya dilapisi kartilago hialin, permukaan articular
dari TMJ dilapisi oleh lapisan jaringan fibrokartilago. Diperkirakan bahwa pengaturan ini
merefleksikan peran bantalan fungsional tanpa beban dari TMJ; tetapi, penjelasan yang lebih
mungkin, karena lapisan pelindung dari kondil berasal dari osifikasi intramembran, daripada
osifikasi endokondral, oleh karena itu hanya sedikit lempengan endokondral dimana kartilago
articular hialin didapat.

Gambar 1. Sendi Temporomandibula


Kapsul Sendi
Kapsul sendi (Gambar 2) menyelubungi diskus articular dan menempel di atas pada lingkaran
fossa glenoidalis dan eminensia artikularis dan di bawah dari leher kondil. Pada bagian posterior
menempel ke zona bilaminar dan pada bagian anterior menyatu dengan perlekatan otot pterigoid.
Meskipun tipis pada anterior dan posterior, dikuatkan pada lateral oleh ligamen
temporomandibular lateral yang bukan merupakan ligamen yang berbeda tetapi merupakan
bagian yang menebal dari kapsul.

Membran Sinovial
Permukaan dalam yang berkilau dari kapsul yang menyusun membran sinovial. Saat lahir
membran ini melindungi seluruh permukaan sendi internal tetapi hilang dari permukaan articular
saat fungsinya dimulai. Kelenturan permukaan dalam kapsul ditingkatkan oleh proyeksi finger-
like dari membran sinovial yang memancarkan cairan sinovial. Fungsi dari membran sinovial
dipertimbangkan sebagai :
- regulator karena mengontrol keseimbangan elektrolit dan nutrisi
- sekretori melalui sel interstisial
- fagosit
Cairan sinovial merupakan cairan bening, kuning pucat, kental yang disekresi oleh jaringan
sinovial dan mengandung paling banyak ultrafiltrat plasma kaya dengan preteoglikan
mengandung asam hialuronat yang disintesis oleh sel sinovial. Viskositas tinggi dari cairan ini
merupakan hasil dari adanya sodium hialuronat yang menyediakan lubrikasi. Cairan sinovial
juga menyediakan pembuangan produk degradasi dari rongga sendi, lubrikasi permukaan sendi
dan memberi nutrisi bagian vaskular dari sendi.1

B. Ko-Kontraksi Protektif
Ko-kontraksi protektif merupakan respon awal dari otot terhadap perubahan sensori atau
input proprioseptif atau cedera. Respon ini disebut splinting otot protektif atau koaktivasi.
Kondisi ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Ko-kontraksi merupakan fenomena umum
yang dapat dilihat ketika aktivitas fungsional normal. Saat adanya perubahan input sensoria tau
sakit, grup otot antagonis kelihatannya aktif ketika pergerakan sebagai upaya perlindungan
bagian yang cedera. Oleh karena itu sakit dirasakan pada sistem mastikasi dapat menyebabkan
ko-kontraksi protektif dari otot mastikasi. Hasil ini secara klinis pada peningkatan aktivitas otot
pembuka rahang saat penutupan mulut, maupun peningkatan aktivitas otot penutupan mulut saat
mulut membuka. Ko-kontraksi protektif bukan merupakan kondisi patologis tetapi respon
fisiologi normal dari sistem muskuloskeletal.2

C. Etiologi Ko-Kontraksi Protektif


Hal-hal ini dapat menjadi penyebab ko-kontraksi protektif seperti perubahan sensoria tau
input proprioseptif, adanya input sakit dalam yang konstan, dan peningkatan stress emosional.
Kunci untuk mengidentifikasi ko-kontraksi adalah dengan seketika mengikuti sebuah kejadian,
dan oleh karena itu riwayat sangat penting. Ko-kontraksi protektif hanya berlangsung beberapa
hari. Jika tidak dituntaskan, sakit pada otot local akan terjadi.
Beberapa karakteristik klinis pada ko-kontraksi protektif seperti :
- Disfungsi struktur: penurunan range of movement, tetapi pasien tetap dapat mencapai jarak
normal relatif jika diperlukan
- Sakit minimal saat istirahat
- Sakit yang bertambah saat berfungsi
- Merasakan kelemahan otot2
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa penempatan restorasi dengan oklusi yang tidak
harmonis dengan keseluruhan gigi dapat menyebabkan perkembangan TMD pada pasien. Hal ini
dapat terjadi secara cepat, muncul pada sisi ipsilateral dan/atau kontralateral dari restorasi, dan
terdiri dari sakit otot mastikasi, sakit pada TMJ, dan/atau clicking TMJ. Perubahan yang tidak
harmonis ini dapat terjadi karena tindakan sederhana seperti pit dan fissure sealant.
Ketika pasien kembali ke praktek dokter gigi dan mengeluhkan gejala TMD yang dipercaya
oleh dokter gigi tersebut karena penempatan restorasi yang tidak harmonis pada bagian oklusal,
pengalaman klinis menunjukkan restorasi harus disesuaikan sampai pasien merasakan cukup
nyaman. Hambatan oklusi dapat berada pada saat maximum intercuspation atau posisi lainnya.3

D. Perawatan
Ketika ko-kontraksi terjadi akibat restorasi yang buruk, perawatan definitif terdiri dari
penyesuaian restorasi dengan oklusi yang ada. Penyesuaian kondisi oklusi untuk menghilangkan
ko-kontraksi dilakukan hanya pada restorasi yang mengganggu saja dan bukan pada seluruh gigi.
Saat restorasi yang mengganggu dihilangkan, kondisi oklusi kembali ke keadaan awal, yang akan
menyelesaikan gejala-gejala yang timbul.2
Jika keluhannya ada pada gigi posterior, periksa dulu apakah kontak MI pada restorasi baru terlalu
berat. Setelah diamati, kontak MI merata pada gigi, kemudian periksa apakah gigi menyerang posisi
eksentrik. Disarankan kontak gigi lainnya ditandai dengan articulating paper merah tipis dengan cara
berikut: manipulasi mandibula pasien ke dalam relasi sentrik dan mintalah pasien untuk menelan agar gigi
bergeser ke MI, bantu pasien untuk kembali ke relasi sentrik dan mintalah pasien menggeser gigi ke
samping pada gigi itu, mintalah pasien untuk menggigitnya (ke MI) dan geser sisi ke sisi, dan akhirnya
mintalah pasien untuk menggeser mandibula ke depan. Selanjutnya gunakan articulating paper hitam tipis
dan mintalah pasien untuk masuk ke MI. Pengalaman klinis telah menunjukkan bahwa crown yang
dipoles sangat halus mencerminkan mukosa oral merah, sehingga sulit untuk mengamati tanda merah
pada crown, jadi warna yang berbeda mungkin diperlukan dalam situasi ini. Saya menemukan wax
indikator oklusal untuk menjadi tambahan yang bagus untuk mengidentifikasi perbedaan oklusal, dan ini
menghilangkan masalah refleksi dengan crown yang dipoles.
Kurangi restorasi baru dimanapun tanda merah berada. Gigi harus disesuaikan agar terasa nyaman bagi
pasien. Terkadang restorasi disesuaikan seperti yang dijelaskan, namun pasien menyatakan bahwa masih
terasa tidak nyaman. Secara klinis telah diamati bahwa bagian gigi yang tidak direstorasi mungkin perlu
disesuaikan dengan cara yang sama sebelum pasien merasa nyaman. Hal ini berspekulasi hal ini dapat
terjadi karena gigi ini menjadi sensitif untuk perkusi, dan kontak nonideal sebelumnya mungkin tidak lagi
dianggap nyaman.
Secara klinis juga telah diamati bahwa pasien mungkin percaya bahwa restorasi baru memiliki kontak
yang menyimpang bila tidak ada. Kontak yang menyimpang ditemukan pada gigi yang berdekatan dan
saat dihilangkan, gejalanya sembuh. Hal ini berspekulasi hal ini dapat terjadi karena restorasi yang diganti
memiliki kontak yang menyimpang, yang terasa alami bagi pasien. Dengan kontak ini hilang, kontak gigi
lain dalam posisi menyimpang dan terasa tidak alami bagi pasien.
Gigi anterior juga perlu disesuaikan dengan gerakan sentrik dan menyimpang. Amati apakah restorasi
baru memiliki kontak yang lebih berat daripada gigi anterior lainnya dan sesuaikan agar terasa nyaman
bagi pasien. Jika tampak penyesuaian dapat membahayakan estetika pasien, praktisi mungkin perlu
mendiskusikan kemungkinan pemberian penyesuaian kecil pada gigi antagonisnya. Begitu gigi terasa
nyaman bagi pasien, gejala TMD umumnya sembuh dengan cepat. Tidak ada hubungan langsung antara
gangguan yang baru saja terjadi dan perkembangan gejala TMD. Dalam penelitian, beberapa pasien tidak
berkembang gejala TMD dari penempatan gangguan, beberapa di grup kontrol (yang tanpa sadar hanya
memiliki penempatan hambatan simulasi) berkembang gejala TMD, dan beberapa pasien memerlukan
waktu hingga 6 minggu untuk mendapatkan resolusi gejala setelah hambatan dihilangkan.3
Pada jurnal Davies dkk. menunjukkan restorasi baru pada gigi 26 dan 27 disediakan dalam
'pendekatan konformatif'. Selama penyelesaian, kontak oklusal restorasi ini terlalu tinggi
(Gambar 2) karena kontak asli 24 dan 25 tidak jelas. Setelah ini tercapai (Gambar 3), ada
kesempatan untuk 'memperbaiki' kontak oklusal terhadap bagian distal 25. Ini akan melibatkan
perubahan dari kontak pada cuspal yang mengarah ke kedua sisi marginal ridge ke kontak
tunggal yang 'ideal' pada bagian datar dari ridge. Akan ada kasus penyesuaian yang lebih kuat
jika ada kontak miring.4

Gambar 2. Restorasi baru terlalu tinggi Gambar 3. Setelah penyesuaian restorasi yang
baru, oklusi dari sekitar gigi kembali

Seorang pasien yang tidak merespon dengan baik untuk memperbaiki oklusi, dan untuk siapa
yang disebut reffered pain dari gigi telah dikesampingkan, mungkin sistem mastikasinya
diperparah selama prosedur (misalnya membuka mulut yang lama). Terapi awal untuk pasien
tersebut dapat mencakup pembahasan petunjuk pengelolaan diri TMD dan meresepkan muscle
relaxant dan / atau obat anti-inflamasi. Jika obat-obatan diinginkan, sebagai panduan umum, saya
cenderung memberi resep kepada pasien yang mengalami peradangan TMJ sebuah anti-inflamasi
(misalnya, 500 mg naproxen, 1 tablet bid) dan mereka yang memiliki nyeri otot sebuah muscle
relaxant (misalnya 5 mg diazepam, 1 - 2 tablet hs). Kasus pasien harus diikuti untuk memastikan
gejala sembuh, dan jika tidak, terapi TMD tradisional harus dilakukan.3
DAFTAR PUSTAKA

1. Gray R dan Al-Ani Z. Temporomandibular Disorders A problem-based approach. Ed. ke-1.


Iowa : Wiley-Blackwell; 2011: 6-9.
2. Okeson JP. Management of Temporomandibular Diorders and Occlusion. Ed. ke-6. St. Louis:
Mosby Elsevier; 2008: 377-378.
3. Wright EF. Manual of Temporomandibular Disorders. Ed. ke-2. Iowa : Wiley-Blackwell;
2010: 102-104.
4. Davies SJ, Gray RMJ, Smith PW. Good occlusal practice in simple restorative dentistry,
British Dental Journal. 2001; 191 : 365-381.

Anda mungkin juga menyukai