Anda di halaman 1dari 21

DEPARTEMEN BEDAH MULUT

TATALAKSANA TMJ

Preseptor : drg. Rosyid Hanung Pinurbo


Presentan : Dwi Putro Setiyantomo (J3A019055)
TMJ

Temporo mandibular joint atau yang sering disebut dengan


sendi craniomandibular merupakan suatu artikulasi antara
bagian skuamosa tulang temporal dan kepala mandibula.
Artikulasi mandibular ini dilabeli sebagai diarthroidial bilateral
atau persendian yang dapat digerakkan dengan bebas serta
dianggap juga sebagai sambungan yang komplek yang
melibatkan dua sendi sinovial yang terpisah yaitu sebelah
kanan dan kiri, di mana terdapat diskus intrakapsular atau
meniskus dan kedua sendi harus berfungsi secara koordinasi.
Bagian- Bagian TMJ

1.Eminensia Artikularis
2.Postglenoid tubercle
3.Fossa Glenoid
4.External Auditory Canal
Pemeriksaan TMJ

1.Subjektif
2.Objektif : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi
3.Radiografi
TMD

Gangguan sendi rahang atau temporomandibular joint disorders (TMJ


Disorders) adalah kelainan-kelainan yang menyangkut sendi rahang.
Nama-nama lain termasuk myofacial pain dysfunction dan Costen's
syndrome. Tanda-tanda dari TMD antara lain adalah kekakuan
(stiffness), sakit kepala, sakit kuping, persoalan menggigit
(malocclusion), bunyi-bunyi clicking atau rahang yang terkunci.
Etiologi TMD

a) Pasien mempunyai fosa mandibular yang dangkal serta kondilus yang


tidak berkembang dengan baik.
b) Anatomi yang abnormal serta kerusakan dari stabilisasi ligament
yang akan mempunyai kecenderungan untuk terjadi kembali (rekuren).
c) Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama.
d)Kelemahan kapsuler yang dihubungkan dengan subluksasi kronis.
e) Diskoordinasi otot-otot karena pemakaian obat-obatan atau gagguan
neurologis.
KLASIFIKASI TMD

1.Internal Derangement
Merupakan gangguan aspek internal dari TMJ, dimana kelainan tersebut berhubungan dengan
diskus dan kondilus, fossa dan artikular eminensia.
Etiologi :
1. Microtrauma : kelebihan beban akibat bruksism ataupun kegiatan parafungsional lainnya,
hipermobilitas persendian.
2. Macrotrauma : terdapat riwayat trauma yang jelas dan perubahan morfologi tulang

DISC D i s p l a c e m e n t

3. Anterior Disc Displacement with Reduction


4. Anterior Disc Displacement without Reduction
Anterior Disc Displacement with Reduction

Diskus mengalami dislokasi kearah


anterior terhadap kepala condyl, yang
mengakibatkan adanya rasa sakit selama
proses translasi. Terdapat bunyi klik pada
saat membuka dan menutup mulut. Namun
pada saat menutup mulut bunyi klik tersebut
tidak terlalu terdengar namu dapat
dirasakan oleh dokter gigi pada saat
dilakukannya palpasi.
Anterior Disc Displacement without Reduction

Bentuk kunci tertutup, dimana diskus mengganngu


translasi kondilus. Pasien tidak akan bisa membuka
mulut secara penuh, jika pasien memaksakan untuk
membuka mulut maka akan terjadi nyeri yang hebat
pada area yang mengalaminya.
2. Chronic Reccurent Dislocation

Disebabkan karena hipermobilitas


dari mandibula. Kondisi tersebut
terjadi ketika kondilus mandibula
bergerak ke anterior di depan
eminensia artikularis dan menjadi
terkunci pada posisi tersebut.
Dapat terjadi secara unilateral
maupun bilateral, dan dapat terjadi
secara spontan pada saat buka
mulut yang lebar seperti pada saat
menguap, makan maupun pada
saat dental treatment. Dislokasi
yang terjadi selama beberapa detik
secara umum menyakitkan dan
disertai dengan spasme otot yang
parah.
3. Ankylosis

I n t r a k a p s u l a r Ankylosis
Ankilosis intrakapsular atau fusi sendi, menyebabkan penurunan bukaan mandibula
yang berupa penurunan sebagian fungsi hingga imobilitas lengkap rahang. Ankilosis
intrakapsular merupakan hasil dari fusi kondilus, diskus dan kompleks fossa sebagai
akibat dari pembentukan jaringan fibrosa, fusi tulang, atau kombinasi keduanya. Jika
ankilosis berasal dari jaringan fibrosa, mobilitas rahang akan lebih besar dari pada
jika ankilosis adalah hasil dari fusi tulang. Evaluasi radiografi menunjukkan
permukaan artikular yang tidak teratur dari kondilus dan fossa.
Ekstrakapsular Ankylosis

Ankilosis ekstrakapsular biasanya melibatkan prosesus koronoideus dan otot


temporalis. Penyebab sering ankilosis ekstrakapsular adalah pembesaran prosesus
koronoideus atau hiperplasia dan trauma pada daerah lengkung zigomatikus. Infeksi di
sekitar temporalis otot juga dapat menyebabkan ankilosis ekstrakapsular.
Pasien awalnya memiliki keterbatasan pembukaan dan deviasi pada sisi yang terkena.
Dalam kasus ini, pembatasan pembukaan lengkap jarang dan gerakan lateral dan
protrusif dapat dilakukan namun terbatas, hal tersebut menunjukkan tidak ada ankilosis
intrakapsular. Radiografi panoramik menunjukkan pemanjangan prosesus koronoideus.
Radiografi verteks submental atau CBCT mungkin berguna dalam menunjukkan
perluasan yang disebabkan oleh fraktur zygomatic lengkung atau kompleks zygomatico
maxillary.
PERSIAPAN

1.Persiapan alat dan bahan

2.Persiapan pasien (pasien duduk di dental chair, memasangkan polybib


kepada pasien, mengatur posisi kerja secara ergonomis)

3.Universal precaution (plastic wrapping, cuci tangan, memakai APD)

4.Berdoa Sebelum tindakan


ALAT DAN BAHAN

ALAT
1.OD Set BAHAN
2.Syringe 1. Barton head bandage
2 Artikulating paper
3.Barton head bandage 3. Cotton roll
4. Kain kassa
5. Set APD (Gown, Masker,
Handscoon)
PENATALAKSANAAN

Terapi non bedah : Terapi dgn Prosedur Bedah :


- Medikamentosa -Reduksi terbuka
- Reposisi -Miotomi otot pteygoideus
- Fiksasi & imobilisasi eksternus, “Blocking” &
Penjangkaran
- Perbaikan oklusi gigi - Menisektomi & Eminektomi
-Kondilotomi, Kondilektomi &
Menisektomi
Teknik reposisi manual dislokasi TMJ
(temporomandibular joint

1. Jika kemungkinan ada fraktur, perlu dilakukan rontgen foto


terlebih dahulu. Jika tidak ada trauma, dapat dilakukan proses
penanganan secara langsung.
2. Pasien ditempatkan pada kursi yang tidak bersandaran dan
menempel dinding sehingga punggung dan kepala pasien
bersandar pada dinding.
3. Sebelum melakukan pertolongan, balut ibu jari dengan kain kasa
yang agak tebal untuk mencegah tergigitnya ibu jari karena setelah
berada pada posisi yang benar maka rahang akan mengatup
dengan cepat dan keras. Setelah itu gunakan sarung tangan.
4. Posisi operator berada di depan pasien.
5. Letakkan ibu jari pada daerah retromolar
pad (di belakang gigi molar terakhir) pada
kedua sisi mandibula setinggi siku-siku
operator dan jari-jari yang lain memegang
permukaan bawah mandibula (A).
6. Berikan tekanan pada gigi-gigi molar
rahang bawah untuk membebaskan kondilus
dari posisi terkunci di depan eminensia
artikulare (B).
7. Dorong mandibula ke belakang untuk
mengembalikan ke posisi anatominya (C & D).
8. Jika tidak mudah untuk direlokasi, operator dapat merujuk untuk dilakukan rontgen foto
9. Dapat dilakukan pemberian midazolam intra vena (untuk mengendorkan otot) dan 1-2 ml 1%
lidokain intraarticular (untuk mengurangi nyeri). Injeksi dilakukan pada sisi kiri daerah yang
tertekan dari kondilus yang displacement.
10. Pemasangan Barton Head Bandage untuk mencegah relokasi dan menghindari pasien
membuka mulut terlalu lebar dalam 24-48 jam. Pasien juga diinstruksikan untuk diet makanan
lunak.
11. Pemberian obat berupa analgetik dan pelemas otot (jika perlu
Instruksi Pasca Tindakan

1.Mengajarkan kepada pasien dan wali pasien tentang cara


pemasangan barton head banded dan diberitahu
penggunaan 7-10 hari
2.Instruksikan untuk diet lunak
3.Instruksikan agar tidak membuka mulut secara lebar
4.Instruksikan kepada pasien untuk meminum obat analgesik
saat sakit atau per 4-6 jam

Anda mungkin juga menyukai