BLOK 11
PROFESIONALISME DAN MANAJEMEN KEDOKTERAN GIGI
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
Dilaksanakan di :
3. Klinik Meditama
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Field Lab BLOK
11 Profesionalisme dan Manajemen Kedokteran Gigi
Laporan ini kami susun demi memenuhi sebagian tugas yang telah
diberikan kepada kami. Pada kesempatan ini, kami ucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan ini,
terutama kepada drg. Dwi Windu Kinanti Arti, MMR selaku penanggung
jawab blok 11 dan para dosen pembimbing yang senantiasa membantu dan
membimbing kami, sehingga Laporan Field Lab ini dapat kami selesaikan
dengan baik.
Laporan ini kami susun untuk memperluas dan menambah wawasan
kami dan para pembaca khususnya mahasiswa. Untuk menunjang
pemahaman dan melatih keterampilan mahasiswa.
Kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan laporan selanjutnya.
Penyusun
BAB I ............................................................................................................. 5
PENDAHULUAN ......................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................ 7
PEMBAHASAN .......................................................................................... 12
BAB IV ........................................................................................................ 43
PENUTUP .................................................................................................... 43
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui sistem manajemen kesehatan pada Rumah
Sakit, Puskesmas, dan Klinik.
2. Untuk mengetahui sistem pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit,
Puskesmas, dan Klinik.
1.4 MANFAAT
TINJAUAN PUSTAKA
I. perencanaan;
II. penggerakkan dan pelaksanaan;
III. pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja; dan
IV. dukungan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam
manajemen Puskesmas.
BAB III
PEMBAHASAN
Tahun 1993
Pembangunan Instalasi Bedah Sentral, Gedung Radiologi, dan
Gedung Perawatan III, hingga mencapi 80 TT
Tahun 1994
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1183/Menkes/SK/XI/1994
tentang Penetapan Kelas 41 Rumah Sakit Daerah sebagai Rumah
Sakit Umum Kelas D
Peningkatan fasilitas Gedung perawatan IV, Gedung Laundry, Kamar
Jenazah dan Generator Set
Pembangunan Masjid melalui bantuan Yayasan Amal Bhakti Muslim
Pancasila
Tahun 1995
Tarif RS berdasar Perda Kotamadya Dati II No 1 Tahun 1995 tanggal
10 Maret 1995
Jumlah tennaga 197 orang, terdiri dari 9 dokter spesialis, 2 apoteker
, 50 tenaga perawat, 36 tenaga non perawat, 36 orang tenga teknis dan
administrasi, 46 TPHL
Tahun 1996
Berdasarkan SK Menkes Nomor 536/Menkes/SK/VI/1996 meningkat
menjadi Kelas C
Tahun 1997
Pembangunan IPAL atas bantaun Austria
Tahun 1998
Akreditasi 5 pelayanan diperoleh pada tanggal 30 April 1998
Tahun 2002
Pada tanggal 14 Agustus 2002 berhasil mendapatkan akreditasi 12
pelayanan
Tahun 2003
VISI
MISI
MOTO
Pendaftaran
SEP dan Pengendali apsien
Ada rujukan dari dokter keluarga atau puskesmas
Mendaftar menggunakan kartu BPJS
Recording
Kode penyakit
Diperiksa
Pasien mengantri obat
Jika ada pemeriksaan penunjang maka diberi pengantar
Kasir
Pasien pulang
Memasukan data
Verifikasi
Direkap selama 1 bulan
Muncul tarif
Membuat berita acara untuk klaim
2. KEUANGAN
Sumber pembiayaan untuk seluruh aktifitas pelayanan
kesehatan di RSUD bersumber dari APBD dan Pendapatan Rumah
Sakit. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan daeserah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD
disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan keuangan daerah. Pendapatan Rumah Sakit BLUD
(Badan Layanan Usaha Daerah) adalah pendapatan Rumah Sakit pada
umumnya berasal dari kegiatan operasionalnya, seperti kegiatan
koperasi, kegiatan laboratorium, dan kegiatan kesehatan lainnya.
RSUD Kota Semarang juga mendapatkan dana dari pihak BPJS dalam
penanganan pasien BPJS.
i. Rehabilitatif Medik
RUANG A
a. Pengertian Hidroterapi
Hidroterapi adalah metode pengobatan menggunakan air
untuk mengobati atau meringankan suatu penyakit. Hidroterapi terkait
dengan terapi hidrotermal, dimana suhu air yang diubah – ubah
digunakan untuk menyembuhkan berbagai keluhan penyakit.
Hidroterapi di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro dipandu oleh bagian
fisioterapi yaitu Bapak Winarno, S.St.Ft.
c. Metode Hidroterapi
Metode hidroterapi yang digunakan oleh RSUD K.R.M.T.
Wongsonegoro yaitu :
Stretching ( Peregangan )
Straightening ( Pelurusan )
d. Keuntungan hydroteraphy :
metode yang di lakukan menjadi lebih ringan. Hal ini disebabkan
adanya gaya apung di dalam air, sedangkan di udara tidak ada.
2. Hubbertank
Hubbertank adalah hidroterapi yang digunakan untuk terapi pada
anak. Pada dasarnya, prinsip dan metode yang digunakan sama
dengan hidroterapi. Pasien anak yang melakukan terapi hubbertank
ini sebagian besar adalah Pasien Cerebral Palsy.
RUANG B
Stimulasi Listrik
Stimulasi elektrik adalah merupakan transfer energi ke luka
dengan penggunaan arus elektrik dan menempatkan elektroda
disekitar luka sehingga arus elektrik mengalir melewati luka untuk
percepatan penyembuhan luka
Pada ruangan 2,3,4 terdapat Diatremi MWD yaitu sejenis microwave untuk
mengurangi nyeri muskulus skeletal.
a. Pengertian
Suatu tehnik terapi dengan menggunakan mesin mekanis
berupa tarikan /peregangan pada pinggang dan pelvis.
b. Tujuan
Membantu merelaksasi otot-otot daerah pinggang
(lumbal).
Membantu mengurangi penekanan/ kompresi/iritasi akar
syaraf.
Membantu penguluran / peregangan otot-otot vertebrae
regio lumbal
a. Pengertian
Suatu tehnik terapi dengan menggunakan mesin mekanis
berupa tarikan /peregangan pada daerah cervical (leher).
b. Tujuan
RUANG C
Elektroterapi yaitu
penggunaan alat terapi dengan memberikan arus listrik bolak–balik
pada tubuh
Alat untuk latihan kaki lumpuh dan bisa diatur untuk lumpuh sebagian
ataupun lumpuh seluruhnya
PASIEN
(AlurPendaftaranPasienRawatJalan /RawatDarurat)
Perbedaan pemberian obat dibedakan dari pasien BPJS dan pasien umum.
A. Alur (sesuai sistem pembayaran)
1. Umum, rawat jalan
Pasien membawa resep → diberikan kepada bagian farmasi →
screening obat → menghitung nominal biaya sesuai persetujuan
awal.
2. BPJS, rawat jalan
Pasien membawa resep → diberikan kepada bagian farmasi →
screening obat → obat yang diminta sesuai dengan ketentuan
BPJS → tidak dikenai biaya
3. IGD
Pemeriksaan → dibawa ke laboratorium
4. Rawat Inap
- Pembayaran dilakukan saat pasien akan pulang
- Pasien diberi kartu obat yang tersedia disetiap bangsal dan
kartu akan dibawa oleh petugas farmasi. Pemakaian 1x24 jam
5. IBS
- Pasien dengan paket operasi → obat didapat berdasarkan
tambahan
- Pembayaran dilakukan saat pasien akan pulang. Melewati
bagian lab dahulu
B. Barang masuk
- Ada istilah “FEVO” : first expired, obat diletakkan dibagian
depan
- Stock Opname: dengan pengecekan komdisi fisik
- Obat yang banyak laku : Dilakukan mutasi
- Obat yang tidak banyak laku: tidak dilakukan mutasi
- Obat yang sudah expired : akan dikeluarkan dan dimusnahkan
dengan evaporator.
Merah
TRIASE
Kuning
Hijau
anamnesa
Laporan Field Lab BLOK 11 Page 35
Ruang CPR/PONEX
Sarana Prasarana
Obat-obatan yang ada diruang Instalasi Gawat Darurat terdapat Eprinephrin
dan non Epinephrin, Dopamin. Alat-alatnyanya terdapat portable mobile, SA,
Air-way, RMA. Pada ruangan IGD terdapat Triase bilik hijau, bilik kuning,
dan bilik merah dan ruang CPR/PONEX. Ambulan di Rumah Sakit Umum
Daerah Semarang terdiri dari ambulan penjemputan, ambulan rujuk, dan
ambulan jenazah. Pemanggilan ambulan harus sesuai kebutuhan trias.
SDM
Dokter Umum tiga, perawat lima, dan bidannya dua.
vi. Laboratorium
1. Pemeriksaan Hematologi
2. Pemeriksaan Hemostasis
3. Pemeriksaan Kimia Klinik
4. Pemeriksaan Imunoserologi
a. Rawat Jalan
Pasien yang datang ke poli rawat jalan akan diperiksa oleh dokter
dan apabila dokter menyarankan untuk pemeriksaan
laboratorium, maka pasien akan diminta untuk datang ke bagian
laboratorium dengan sudah membawa surat/kertas permintaan lab
dari dokter yang memeriksa. Pemeriksaan lab yang dilakukan
sesuia dengan permintaan yang tertera pada lampiran dari dokter.
Waktu pengerjaan hingga hasilnya jadimaksimal 120 menit.
Biasanya pasien mendaftar di TPPRJ.
b. Rawat Inap
Tetapi pasien mendaftar di TPPRI. Dokter yang memeriksa
biasanya akan mencantumkan permintaan pemeriksaan
laboratorium pada cacatan medis pasien, kemudian pasien akan
diperiksa oleh pihak laboratorium sesuai dengan permintaan
dokter tersebut. Waktu pengerjaan hingga hasilnya jadi maksimal
120 menit.
c. IGD
Jika ada perintah dari dokter untuk pemeriksaan laboratorium.
Pasien mendaftar di TTPRI. Waktu pengerjaan hingga hasilnya
jadi maksimal 90 menit.
vii. Radiologi
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Aditama CY. 2003 Manajemen administrasi rumah sakit. Edisi ke-2. Jakarta:
UI Press.