Anda di halaman 1dari 101

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan
nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal (Depkes RI, 1992). Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, salah satu unsur kesehatan adalah sarana kesehatan. Sarana
kesehatan meliputi Balai Pengobatan, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah
Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus dan sarana kesehatan lainnya (Depkes RI,
1992).
Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai
misi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
oleh seluruh lapisan masyarakat, juga sebagai tempat pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan kesehatan. Salah
satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit adalah
pelayanan Laboratorium Kesehatan (Siregar, 2004).
Kegiatan yang dilakukan Instalasi Laboratorium kesehatan adalah
sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari
manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan
atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan kesehatan
masyarakat. Laboratorium kesehatan merupakan sarana penunjang upaya
pelayanan kesahatan, khususnya bagi kepentingan preventif dan curative,
bahkan promotif dan rehabilitative.
Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan
pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi
klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik atau bidang lain yang berkaitan
dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya
diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

1
dikelompokkan pada tenaga teknik biomedika dengan nama Ahli Teknologi
Laboratorium Medik.
Ahli Teknologi Laboratorium Medik ( ATLM ) merupakan bagian dari
profesi di bidang kesehatan yaitu petugas yang bekerja di laboratorium untuk
melakukan pemeriksaan laboratorium sebagai mitra dalam menegakkan
diagnosa penyakit. Dalam upaya meningkatkan wawasan, pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya
di rumah sakit, maka Poltekkes Kemenkes Bengkulu menyelenggarakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa Program DIII Analis
Kesehatan yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Fatmawati Jakarta, sehingga diharapkan mahasiswa memiliki bekal tentang
Instalasi Laboratorium Rumah Sakit.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dilakukannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) di RSUD.
dr.M.Yunus Bengkulu ini adalah untuk mendidik lulusan Analis Kesehatan
agar mampu mengelola Laboratorium Rumah Sakit sesuai dengan etik dan
ketentuan yang berlaku di dalam sistem pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pengalaman belajar dan ketrampilan kepada Mahasiswa(i)
dalam merencanakan, mempersiapkan pengambilan sampel/spesimen
dan melaksanakan pemeriksaan.
b. Meningkatkan motivasi Mahasiswa(i) tentang manfaat pemeriksaan
laboratorium.
c. Melatih pengembangan kerjasama dengan tenaga kesehatan.
d. Melatih dan mengembangkan sikap dan ketrampilan Mahasiswa(i)
dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
laboratorium.
e. Terlaksananya praktek kerja lapangan mahasiswa Jurusan Analis
Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu tingkat III semester 6 tahun
akademik 2016/2017.

2
f. Terpenuhinya persyaratan kurikulum pada program reguler Jurusan
Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
g.Tercapainya peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam
melakukan pemeriksaan laboratorium, khususnya bagi mahasiswa
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

C. Manfaat
Manfaat dari melaksanakan Praktik Klinik Lapangan :
1. meningkatnya keterampilan mahasiswa dalam pemeriksaan-
pemeriksaan laboratorium dengan baik sesuai SOP
2. mahasiswa menjadi bagian dari laboratorium selama praktik klinik
lapangan
3. menambahkan rasa percaya diri mahasiswa dalam komunikasi pada
pasien
4. meningkatnya realisasi mahasiswa untuk bekerja setelah selesai kuliah

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaa


1. Tempat
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Instalasi
Laboratorium Klinik Rumah Sakit Umum dr.M.Yunus Bengkulu.
2. Waktu
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 17
Januari 2017 s/d 11 Februari 2017.

BAB II
MANAJEMEN RUMAH SAKIT

A. Sejarah Singkat RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu


Rumah Sakit Umum Bengkulu pada awalnya berdiri pada tahun 1922 di
Jalan Jendral Ahmad Yani Kelurahan Kampung Cina dan sekarang di tempati
Kantor Pos Bengkulu. Pada tahun 1925, Rumah Sakit Umum Bengkulu

3
pindah ke kawasan Anggut Atas. Dengan Direkturnya Seorang dokter
Belanda yang bernama dr. Briunkop yang didampingi seorang dokter yang
berasal dari Indonesia dr. Assikin serta beberapa petugas kesehatan, yaitu
Zickken Opesser (Perawat) dan dua orang tenaga administrasi dan seorang
pelayan. Pada saat itu, Provinsi Bengkulu masih merupakan keresidenan dari
Provinsi Sumatra Selatan. Dan pada tahun 1977, Rumah Sakit Umum
Bengkulu pindah ke kawasan Padang Harapan sampai tahun 1995.
Berkat usaha keras dari jajaran pejabat Rumah Sakit Umum Daerah
Bengkulu, maka pada tanggal 7 Maret 1978 Rumah Sakit Umum Daerah
Bengkulu diresmikan pemakaianya oleh Menteri Kesehatan Prov. G. A.
Siswabessy dan menjadikan tanggal 7 Maret sebagai hari jadi Rumah Sakit
Umum Daerah Bengkulu dengan klarifikasi C Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Nomor : 51/Menkes/SK/II/1978. Kemudian meningkat menjadi
Kelas B Non Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
1065/Menkes/SK/XI/1992.
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 445.28.366
tanggal 10 Juli 1995 Rumah Sakit Umum Daerah Bengkulu resmi menjadi
Rumah Sakit Umum Swadana Daerah yang diperkuat dengan Peraturan
Daerah Nomor 14 tahun 1994 dan Surat Keputusan Direktur Nomor 655
tahun 1995. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2002 tentang
Organisasi RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dinyatakan bahwa Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. M. Yunus Bengkulu merupakan Lembaga Teknis Daerah
yang berbentuk badan. Sekarang menjadi lembaga pendidikan, yaitu Akademi
Keperawatan Provinsi Bengkulu (sekarang menjadi Poltekkes Provinsi
Bengkulu).
Pada tahun 1996, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus Bengkulu
dipindahkan ke lokasi Desa Sidomulyo Kota Bengkulu sampai dengan
sekarang. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 445.
28. 366 tanggal 10 Juli 1995 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus
Bengkulu resmi menjadi Rumah Sakit Umum Swadana Daerah yang
diperkuat dengan Peraturan Daerah Nomor : 14 tahun 1994 dan Surat
Keputusan Gubernur Bengkulu nomor : 655 tahun 1995. Selanjutnya

4
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
1413/MENKES/SK/XII/2006 pada tanggal 15 Desember 2006, Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. M. Yunus resmi menjadi Rumah Sakit Kelas B Pendidikan
dan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Provinsi Bengkulu dan pada
Tanggal 29 Desember 2009 Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur No.
320/XXVII/RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu ditetapkan menjadi Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD).
Selanjutnya Berdasarkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. M. Yunus Bengkulu Nomor : 821/11306/SK/UM.4 tanggal 2 Januari 2004
tentang uraian tugas di Lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M.
Yunus Bengkulu, dijabarkan seluruh uraian tugas pejabat struktur dan
fungsional/instalasi. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus Bengkulu
sebagai rumah sakit rujukan tertinggi di Provinsi Bengkulu dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan diwajibkan harus memperhatikan dasar-
dasar pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2014, yaitu
prikemanusiaan, pemerdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta
pengutamaan dan manfaat.

B. VISI dan MISI RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu


1. VISI
“Menjadi Rumah Sakit Rujukan, Pedidikan yang Terpercaya dan punyai
Daya Saing Se-SumateraTahun 2017”
2. MISI
1) Menyelenggarakan pelayanan yang profesional
2) Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, penelitian dan
pengembangan
3) Menyediakan pelayanan unggulan dibidang kesehatan melalui
pemberdayaan seluruh potensi sumber daya dan kemitraan rumah
sakit
4) Meningkatkan kesejahteraan karyawaan

5
5) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan
pemberdayaan potensi sebagai tenaga profesional dalam memberikan
pelayanan
6) Memenuhi kebutuhan sarana, prasarana dan fasilitas Rumah Sakit
untuk menunjang kualitas pelayanan
7) Menerapkan praktek bisnis yang sehat sesuai dengan prinsip efektif,
efisien dan ekonomis guna meningkatkan produktifitas kinerja

BAB III
LABORATORIUM

A. Profil Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu


Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu merupakan
salah satu penunjang medik yang ada di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Lokasi
ruangan laboratorium klinik ini sangat strategis, yaitu berada di sebelah
ruangan radiologi. Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu memiliki beberapa ruangan, yaitu terdiri dari ruangan tunggu,
ruangan sampling, ruangan administrasi rawat jalan dan rawat inap, ruangan
kepegawaian, ruangan kimia klinik, ruangan hematologi, ruangan
mikrobiologi, ruangan imunologi, ruangan sholat, ruangan klinik rutin, ruangan
penyimpanan reagensia dan bahan habis pakai, ruangan istirahat dan ruangan
kepala laboratorium klinik.
Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu berdiri pada
tahun 1998 sejak berpindahnya Rumah Sakit Umum daerah Provinsi Bengkulu
pindah dari kelurahan Padang Harapan ke Kelurahan Sidomulyo. Pada saat itu,
metode pemeriksaan yang digunakan masih metode manual dan ada 5 bidang

6
pelayanan pemeriksaan pada saat itu, yaitu bidang kimia klinik, bidang
hematologi, bidang mikrobiologi, bidang imunologi, dan bidang klinik rutin.
Sampai sekarang, sudah 4 kali penggantian jabatan Kepala Instalasi dan Kepala
Ruangan Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Dan
nama-nama tersebut adalah sebagai berikut :
1) dr. Ismu, Sp.PK (Kepala Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Dr. M.
Yunus) dan Syahidan, S. Sos., M.Kes (Kepala Ruangan Laboratorium
Klinik RSUD Dr. M. Yunus)
2) dr. April (Kepala Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Dr. M. Yunus) dan
Defa Defiza, S.Sos., M. Kes (Kepala Ruangan Instalasi Laboratorium
Klinik RSUD Dr. M. Yunus)
3) dr. Lista Cherly Viera ( Kepala Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Dr.
M. Yunus) dan Drs. A Fahmi (Kepala Ruangan Instalasi Laboratorium
Klinik RSUD Dr. M. Yunus)
4) dr. Mulyadi, Sp.PK., M.Sc (Kepala Instalasi Laboratorium Klinik RSUD
Dr. M. Yunus) dan Ahmad Jais, SKM., M.Si (Kepala Ruangan Instalasi
Laboratorium Klinik RSUD Dr. M. Yunus)
Sampai sekarang jumlah kepegawaian dan staf di Instalasi Laboratorium Klinik
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu sebanyak 30 orang dengan perincian sebagai
berikut :
1) 1 orang Kepala Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu
2) 1 orang Kepala Ruangan Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu
3) 2 orang Staf Kepegawaian Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu
4) 1 orang penanggung jawab ruangan sampling Instalasi Laboratorium
Klinik RSUD Dr. M. Yunus
5) 1 orang penanggung jawab ruang kimia klinik Instalasi Laboratorium
Klinik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
6) 1 orang penaggung jawab ruangan hematologi Instalasi Laboratorium
Klinik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
7) 1 orang penanggung jawab ruangan klinik rutin Instalasi Laboratorium
Klinik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

7
8) 1 orang penanggung jawab ruangan imunoserologi Instalasi Laboratorium
Klinik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
9) 1 orang penanggung jawab ruangan mikrobiologi Instalasi Laboratorium
Klinik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
10) 20 Orang Staf Instalasi Laboratorium Klinik RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu

Struktur Organisasi Instalasi Laboratorium Klinik

Direktur RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Wadir Penunjang Medik


dan Pendidikan

Kabid Kesling dan


Penunjang Medik

Kepala Instalasi Lab. Klinik

dr. Mulyadi, Sp.PK., M.Sc

Kepala Ruangan Instalasi Lab Klinik

Ahmad Jais, SKM., M.Si

Penanggung Jawab Logistik Penanggung Jawab Administrasi

Sri Astuti, Amd.Ak Ferlita Suada, SST

Bagan 2.1 Struktur Organisasi Instalasi Laboratorium Klinik


Staf Instalasi Lab Klinik

8
B. Profil Bank Darah RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
merupakan salah satu Instalasi penunjang medik yang ada di RSUD Dr. M.
Yunus. Bank Darah Rumah Sakit RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu berada
disebelah palang merah Indonesia (PMI) Kota Bengkulu. Gedung Bank
Darah Rumah Sakit (BDRS) RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu terdiri ruanga
kepala BDRS, ruangan administarsi, ruang laboratorium, ruang tunggu dan
ruang istirahat.
Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
berdiri pada tahun 2011. Sampai sekarang, sudah 2 kali penggantian jabatan
Kepala Unit Bank Darah dan Kepala Ruangan Bank Darah Rumah Sakit
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Nama- nama tersebut adalah sebagai berikut:
1) Dr. Prima Januarti ( Kepala Unit Bank Darah RSUD Dr. M. Yunus ) dan
Ahmad Jais, SKM., M.Si ( Kepala Ruangan Bank Darah RSUD Dr. M.
Yunus).
2) Dr. Afni ( Kepala Unit Bank Darah RSUD Dr. M. Yunus ) dan Drs. A
Fahmi ( Kepala Ruangan Bank Darah RSUD Dr. M. Yunus).
3) Dr. Sabrina ( Kepala Unit Bank Darah RSUD Dr. M. Yunus ) dan Drs. A
Fahmi ( Kepala Ruangan Bank Darah RSUD Dr. M. Yunus).
4) Dr. Mulyadi ( Kepala Unit Bank Darah RSUD Dr. M. Yunus ) dan Fredy
Brawijaya, Amd. AK ( Kepala Ruangan Bank Darah RSUD Dr. M.
Yunus).
Sampai sekarang, jumlah pegawai Bank Darah RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu sebanyak 12 orang, dengan perincian sebagai berikut :
1. 1 orang Kepala Unit Bank Darah Rumah Sakit RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu.
2. 1 orang Kepala Ruang Bank Darah Rumah Sakit RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu.
3. 1 orang Kaur administrasi Bank Darah Rumah Sakit RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu.
4. 1 orang staf administrasi Unit Bank Darah Rumah Sakit RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu.
5. 9 staf Laboratorium Unit Bank Darah Rumah Sakit RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu.

9
Struktur Organisasi Bank Darah Rumah Sakit

Direktur RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Wadir Penunjang Medik dan Pendidikan

Kabid Kesling dan Penunjang Medik

Kepala Unit BDRS

Dr. Mulyadi

Kepala Ruangan BDRS

Fredy Brawijaya, Amd. AK

Penanggung Jawab Administrasi


Penanggung Jawab Perlengkapan
Merry Kristina,
Bagan 2.2 Struktur Organisasi Instalasi Laboratorium KlinikSKM
Merry Kristina, SKM
C. Umum Bangunan /Ruangan
Gedung terdiri dari 2 bagian, yaitu :
1. Gedung Laboratorium Klinik, Terdiri dari ruangan tunggu, ruangan
sampling, ruangan administrasi
Staf rawat
BDRS jalan dan rawat inap, ruangan
kepegawaian, ruangan kimia klinik, ruang hematologi, ruang urinologi
dan parasitologi, ruangan imunologi, ruangan mikrobiologi, ruangan
penyimpanan reagen dan bahan habis pakai, ruangan istirahat dan ruangan
kepaala laboratorium klinik.

10
2. Gedung Bank Darah Rumah Sakit, terdiri dari ruangan tunggu, ruangan
addministrasi, ruangan penyimpanan dan pemeriksaan darah, ruang
istirahat ruang kepala Bank Darah Rumah Sakit dan ruang dapur.

D. Alur Pelayanan Laboratorium


1. Pelayanan Laboratorium Klinik
a. Rawat Jalan
Alur pelayanan laboratorium laboratorium klinik terhadap pasien rawat
jalan adalah sebagai berikut :
1) Pasien data ke bagian administraasi laboratorium rawat jalan dan
pasien memberikan surat permintaan dari dokter poli rumah sakit
kepala petugas, kemuudian pasien pasien tunggu di ruang tunggu
sampai dipanggil namanya.
2) Petugas mengisi kedalam buku register rawat jalan berupa nama
pasien, poli/bangsal asal dan jenis pemeriksaan yang diminta dari
dokter dokter. Kemudian mengisi blanko pemeriksaan yang
dibutuhkan berupa nama pasien, poli/bangsal asal dan waktu
permintaan pemeriksaan, serta jumlah tarif yang harus dibayarkan
oleh pasien sesuai permintaan ( khusus pasien umum)
3) Blanko dikasihkan dikasihkan ke petugas sampling dan petugas
sampling memanggil pasien.
4) Dilakukan pengambilan sampel sesuai dengan permintaan
pemeriksaan di blanko. Kemudian petugas memberikan penjelasan
kepada pasien berupa waktu untuk pengambilan hasil pemeriksaan.
5) Pendistribusian sampel sampel ke setiap ruangan sesuai dengan
permintaan pemeriksaaan.
6) Petugas mencatat nama dan poli atau bangsal asal dibuku hasil
pemeriksaan.
7) Dilakukan pengelolahan dan pemeriksaan sampel.
8) Mencatat hasil pemeriksaan dibuku hasil pemeriksaan dan blanko
pemeriksaan.
9) Blanko yang sudah diisi kemudian dikembalikan ke administrasi
rawat jalan untuk mencatat dan menyimpan data hasil pemeriksaan di
komputer. Kemudian nomor kde pasien dibuku register rawat jalan

11
diberi tanda centang atau lingkaran sebagai telah selesai dilakukan
administrasi.
10) Hasil pemeriksaan diberikan kepada pasien.

Pasien Datang Membawa Surat Dari Dokter Poli

Mendaftar Di Administrasi Laboratorium Rawat


Jalan

Blanko Dikasihkan Ke Petugas Sampling


Alur Pelayanan Laboratorium Klinik

Pasien Dipanggil Dan Pengambilan Sampel

Sampel Didistribusikan Ke Setiap Ruangan

Urinologi Dan Mikrobiologi


Kimia Klinik Hematologi Imunologi
Parasitologi

Blanko Dikembalikan Ke Petugas Administrasi Ke


Petugas Administrasi Lab Rawat Jalan

12

Blanko hasil pemeriksaan dikasihkan ke pasien


Bagan 2.3 Alur pelayanan Laboratorium Klinik terhadap pasien Rawat Jalan
b. Rawat Inap
Alur pelayanan laboraatorium klinik terhadapa pasien rawat inap
adalah sebagai berikut :
1) Keluarga pasien datang keruangan administrasi laboratorium
rawat inap dan memberikan sampel dan blanko permintaan dari
dokter rawat inap kepada petugas. Kemudian, petugas mengisi
nama pasien, asal bangsal, awaktu permintaan, dan jenis
pemeriksaan kedalam buku register rawat inap. Kemudian petugas
menjelaskan kepada keluarga pasien waktu untuk mengambil hasil
pemeriksaan.
2) Pendistribusian sampel ke setiap ruangan sesuai dengan jenis
pemeriksaan yang diminta.
3) Petugas ruangan mencatat nama dan asal bangsal ke dalam buku
hasil pemeriksaan.
4) Melakukan pengelolahan dan pemeriksaan sampel.
5) Mencatat hasil pemeriksaan di buku hasil pemeriksaan dan blanko
pemeriksaan.
6) Blanko yang sudah diisi kemudian dikembalikan ke petugas
administrasi.
7) Petugas administrasi mencatat dan menyimpan data hasil
pemeriksaan di komputer.

13
8) Keluarga pasien datang sesuai waktu yang dijanjikan dan petugas
memberikan blanko hasil pemeriksaan kepada keluarga pasien.

Alur pelayanan Laboratorium Klinik terhadap pasien Rawat Inap

Keluarga pasien datang membawa blanko dan


sampel pasien

Mendaftar di administrasi laboratorium rawat inap

Sampel didistribusikan ke setiap ruangan

Urinologi dan
Kimia Klinik Hematologi Imunologi Mikrobiologi
parasitologi

Blanko dikembalikan ke petugas administrasi administrasi lab rawat jalan


Bagan 2.4 Alur pelayanan Laboratorium Klinik terhadap pasien Rawat Inap

Blanko
2. Pelayanan Bank hasil
Darah pemeriksaan
Rumah Sakit dikasihkan ke pasien
a. Pendaftaran transfusi darah
Alur pelayanan bank darah rumah sakit terhadap pendaftaran transfusi darah
adalah sebagai berikut :

14
1) Keluarga pasien datang ke ruangan administrasi bank darah rumah sakit
dan memberikan sampel dan blanko permintaan dari dokter rawat inap
kepada petugas. Kemudian petugas mengisi nama pasien, asal bangsal,
waktu permintaan dan jenis pemeriksaan ke dalam buku register
penerimaan sampel.
2) Petugas membawa sampel ke ruangan pengelolahan sampel.
3) Melakukan pengelolahan dan pemeriksaan sampel
4) Mencatat hasil pemeriksaan di buku hasil pemeriksaan dan blanko
pemeriksaan.
5) Blanko yang sudah diisi kemudian dikembalikan ke petugas administrasi.
6) Petugas administrasi mencatat dan menyimpan data hasil pemeriksaan
pasien di buku peneriman sampel dan membuat kartu merah ( kartu
golongan darah) dan kartu hijau (kartu permintaan kantong darah) untuk
dikasih ke PMI.
7) Keluarga pasien dipanggil dan petugas menjelaskan kartu merah dan kartu
hijau.

Keluarga pasien datang membawa blanko dan


sampel pasien

Mendaftarkan di administrasi bank darah rumah


sakit

Sampel didistribusikan ke ruangan pemeriksaan


darah

Blanko dikembalikan ke petugas administrasi bank


darah

Petugas membuat kartu merah dan kartu hijau

Bagan 2.5 Alur pelayanan Bnak Darah terhadap Pendaftaran Pasien


Petugas memberikan kartu merah dan kartu hijau
kepada keluarga pasien
15
b. Pengambilan kantong darah
Alur pelayanan bank darah rumah sakit terhadap pengambilan kantong darah
adalah sebagai berikut :
1) Keluarga pasien membawa kartu merah dan menyerahkan ke petugas
administrasi.
2) Petugas mencari blanko pasien untuk mengetahui jenis permintaan darah.
3) Ptugas mengambil darah sesuai golongan darah dan nama pasien yang
tercantum di kantong darah.
4) Petugas melakukan pengelolahan darah dan mencatat identitas kantong
darah serta nam pasien.
5) Kantong darah diksihkan ke petugas administrasi untuk dicatat identitas
kantong darah dan nama pasien.
6) Kantong darah dikasihkan ke keluarga pasien beserta kartu merah.

Keluarga pasien datang membawa kartu merah

Kartu merah dikasihkan ke petugas dan petugas


mencari blanko pasien

Blanko dikasihkan ke ruangan pemeriksaan darah

Pengambilan kantong darah dan mengelolah darah


sesuai permintaan dari blanko

Mencatat identitas kantong darah dan nama pasien

Petugas mencatat identitas kantong darah beserta


nama pasien di buku pengambilan darah

Kantong darah beserta identitasnya dikasihkan ke petugas


administrasi bank darah, dan Kantong darah dan kartu merah
Bagan 2.6 Alur pelayanan dikasihkan
Bnak Darah terhadappasien
ke keluarga Pengambilan Kantong Darah
E. Pemantapan Mutu Laboratorium
1. Pemantapan Mutu Internal

16
Laboratorium Klinik dan Bank Darah Rumah Sakit telah melaksanakan
Pemantapan Mutu Internal (PMI) untuk bidang kimia klini, hematologi dan
Imunologi.
2. Pemantapan mutu Eksternal
Laboratorium klinik dan Bank Darah Rumah Sakit mengkuti pemantapan
mutu Eksternal yang diselenggarakan oleh :
a. Kementrian kesehatan Republik Indonesia yang diselenggarakan oleh
pemantapan Mutu Eksternal Nasional pemeriksaan malaria Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

BAB IV
KEGIATAN PRAKTIK KLINIK LAPANGAN

17
A. Kegiatan Non Teknis
Kegiatan Non teknis selama praktik klinik lapangan di laboratorium klinik
dan bank darah rumah sakit umum dr. M. Yunus Bengkulu adalah sebagai
berikut :
1. Melaksanakan pencatatan data dan identitas pasien yang akan
diperiksa
2. Melaksanakan kegiatan pencatatan hasil pemeriksaan kedalam buku
hasil pemeriksaan
3. Melaksanakan pencatatan dan kodefikasi sampel
4. Melakukan informed consent berupa penjelasan terhadap sampel yang
akan digunakan
5. Melakukan penjelasan berupa waktu pengambilan hasil pemeriksaan
kepada pasien dan / atau keluarga pasien
6. Bertanya kepada seluruh staf dan karyawan tentang seluruh
pemeriksaan ataupun sesuatu yang tidak dimengerti

B. Kegiatan Teknis
Secaara umum, kegiatan teknis yang dilakukan selama praktik kerja
lapangan di RSUD dr.M.Yunus Bengkulu adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan peralatan dan reagaen yang digunakan
2. Turut serta dalam melakukan pemeriksaan sampel meliputi kimia
darah, hematologi, imunoserologi, mikrobiologi, kimia klinik rutin
dengan bimbingan dari tenaga fungsional masing-masing
laboratorium.

C. Pemantapan Mutu Internal


1. Pemantapan Mutu Internal Kimia Klinik Alat Architect Plus

18
1.1 Cara Membuat Control MCC alat Kimia Klinik
1. Control diencerkan dengan Aquades sesuai petunjuk yang ada
2. Setelah diencerkan, masukkan control ke dalam cup sample
3. Didinginkan dalam frezeer (Kluarkan saat akan melakukan
control)

1.2 Cara Melakukan Control Alat Kimia Klinik


1. Siapkan Control yang sudah jadi (MCC Control)
2. Klik order Control
3. Order lakukan seperti pemeriksaan. Klik pemeriksaan yang akan
di control
4. Tunggu hasil control keluar
5. Catat hasil control pada buku
6. Alat ready di gunakan

2. Pemantapan Mutu Internal Hematologi Alat Drew3

2.1 Cara Melakukan Control Alat Hematologi


1. Siapkan Control yang sudah jadi (Control Hematologi)
2. Buat settingan control pada alat

19
3. Masukan jarum alat pada tabung yang berisi control. Tekan alat
4. Tunggu hasil control keluar
5. Catat hasil control pada buku
6. Alat ready di gunakan

3. Pemantapan Mutu Internal Hematologi Alat Drew3

3.1 Cara Melakukan Control Alat Elektrolit


1. Siapkan Control yang sudah jadi (ISOTROL)
2. Buat settingan control pada alat
3. Masukan jarum alat pada tabung yang berisi control
4. Tunggu hasil control keluar
5. Catat hasil control pada buku
6. Alat ready di gunakan

D. Sampling
1. Pemeriksaan bidang kimia darah
Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan bidang kimia darah adalah
berupa serum. Pengambilan dan prepasi sampel dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Disiapkan kapas alkohol, plester, tourniquet, spuit, vacumtaener
bertutup merah tanpa anti koagulan
b. Dicari pembuluh darah yang terlihat atau teraba pada lengan
pasien.
c. Dipasang tourniquet tiga jari diatas lengan yang akan ditusuk.
d. Disenfektan darah yang akan ditusuk dengan alkohol, dibiarkan
hingga kering.
e. Ditusuk vena dengan spuit 3 cc atau 5 cc sesuai kebutuhan. Setelah
terlihat darah masuk kedalam spuit, ambil darah vena secara
perlahan-lahan hingga isi spuit terisi dengan darah.
f. Dilepaskan tourniquet dan ditempelkan kapas alkohol pada
tusukan. Jarum spuit dilepaskan. Masukan darah vena ketabung
vacumtaener berwarna merah. Dibiarkan darah membeku.

20
g. Setelah darah membeku dicentrifugekan darah tersebut dengan
kecepatan 3000 rpm selama 5 menit (untuk mendapatkan serum).

2. Pemeriksaan bidang hematologi


Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan di bidang hematologi
berupa darah. Pengambilan dan prepasi sampel dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a. Disiapkan kapas alkohol, plester, tourniquet, spuit, vacumtaener
bertutup merah tanpa anti koagulan
b. Dicari pembuluh darah yang terlihat atau teraba pada lengan
pasien.
c. Dipasang tourniquet tiga jari diatas lengan yang akan ditusuk.
d. Disenfektan darah yang akan ditusuk dengan alkohol, dibiarkan
hingga kering
e. Ditusuk vena dengan spuit 3 cc atau 5 cc sesuai kebutuhan. Setelah
terlihat darah masuk kedalam spuit, ambil darah vena secara
perlahan-lahan hingga isi spuit terisi dengan darah
f. Masuk darah vena ke tabung berwarna ungu. Kemudian darah
dihomogenkan segera agar darah bercampur dengan EDTA.
g. Diputar darah tersebut dengan menggunakan pemutar darah agar
darah bercampur dengan EDTA dengan sempurna.

3. Pemeriksaan Kimia klinik Rutin


Sampel yang digunakan untuk kimia klinik rutin berupa urin dan
darah. Pengambilan dan prepasi sampel dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Urin
Pengambilan urin dilakukan dengan pasien dengan petunjuk yang
telah diberikan dan dijelaskan oleh petugas pengambilan sampel.
Pengambilan urin diambil berdasarkan kebutuhan pemeriksaan,
yaitu urin sewaktu, urin pagi, dan urin yang diambil pada waktu
tertentu sesuai dengan pemeriksaan yang dibutuhkan.
b. Darah
Pengambilan dan prepasi darah dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Disiapkan kapas alkohol, kapas kering, lancet dan objek gelas
b. Bersihkan jari tangan pasien yang akan ditusuk dengan kapas
alkohol. Kemudian diberikan hingga kering

21
c. Ditusuk dengan lancet. Dibersihkan darah pertama kali keluar
dengan kapas kering
d. Letakkan tetesan darah pada salah satu sisi objek yang akan
digunakan sebagai sediaan tebal. Kemudian diteteskan lagi di
atas objek glass disebelah sediaan tebal
e. Tempelkan kapas di tempat tusukan
f. Buat sediaan apus tipis pada teteskan darah kedua di atas objek
glass yang akan digunakan sebagai sedia tipis. Biarkan hingga
sediaan tersebut menjadi kering.

4. Pemeriksaan Bidang Imunoserologi


Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan bidang imunoserologi
adalah berupa serum. Pengambilan dan preparasi sampel dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Disiapkan kapas alkohol, plaster, vacumtainer bertutup merah
tanpa antikoagulan dan spuit
b. Dicari pembuluh darah yang terlihat atau terabah pada lengan
pasien
c. Dipasang tourniquet darah yang terlihat atau teraba pada lengan
pasien
d. Didesinfektan darah yang akan ditusuk dengan alkohol, dibiarkan
hingga kering
e. Ditusuk vena dengan jarum spuit 3 cc. Setelah telihat darah masuk
ke dalam spuit, ambil darah vena secara perlahan-lahan hingga isi
spuit terisi oleh darah.
f. Dilepaskan tourniquet dan ditempelkan kapas alkohol pada bekas
tusukan. Kemudian jarum spuit dilepaskan
g. Masukan darah vena ke dalam tabung vacumtainer berwarna
merah. Dibiarkan hingga darah membeku
h. Setelah darah membeku, dicentrifuge darah tersebut dengan
kecepatan 3000 rpm selama 5 menit (untuk mendapatkan serum)

5. Pemeriksaaan Bidang Mikrobiologi

22
Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi berupa sputum.
Pengambilan dan preparasi sampel dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Disipakan pot dahak
b. Pasien diminta kelapangan terbuka, misalnya ke halaman depan atau di
ruangan khusus yang mempunyai fentilasi cukup.
c. Pot dahak yang telah diberi label pada badan atau tutup pot kemudian
dibuka, dipegagang tuttupnya, dan diberikan kepada pasien.
d. Penderita dalam posisi berdiri atau tidak memungkinakan dalam posisi
duduk dengan badan agak condong kedepan
e. Penderita diminta untuk menarik nafas 2-3 kali, dengan setiap kali
hembuskan nafas dengan kuat sambil batuk yang kuat sampai
diperoleh dahak.
f. Dahak yang keluar ditampung langsung di dalam pot dahak dengan
cara mendekatkan pot dahak kemulut.
g. Pot ditutup

6. Pemeriksaan Imunohematologi (Bank Darah )


Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan dibidang hematologi berupa
darah.

Pada bagian sampling terdapat sebuah alat yang membantu mengirim


sampel dari ruangan rawat inap ke laboratorium dan mengirim hasil dari
laboratorium ke ruangan rawat inap, alat tersebut disebut Aerocom.

Alat ini bukan untuk pemeriksaan, namun digunakan oleh Laboratorium 24


jam untuk menerima sampel dari ruang rawat inap dan untuk mengirimkan hasil.
Laboratorium 24 jam menggunakan alat aerocom untuk menerima sampel dan
formulir serta mengirim hasil ke gedung rawat inap .
1. Perawat mengirimkan sampel dan formulir dari ruangan
2. Jika sampel akan diperiksa di laboratorium , maka formulir dirinci di
bagian administrasi rawat inap

23
3. Setelah semua pemeriksaan selesai dilakukan, hasil akan dikirim melalui
aerocom.
Masukkan hasil pemeriksaan ke dalam tabung aerocom
b. Letakkan tabung aerocom pada pipa yang tersedia
c. Tekan nomor tujuan pengiriman hasil
d. Aerocom akan melontarkan tabung menuju ruang rawat inap

E. Prosedur Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Bidang Kimia Darah

Pemeriksaan kimia darah


Judul pemeriksaan : Pemeriksaan kimia darah
Tujuan pemeriksaan : Untuk mengetahui hasil pemeriksaan kimia darah
secara otomatis
Prinsip pemeriksaan : melakukan prosedur pemerikssaan kimia klinik
secara otomatis mulai dari pemipetan sampel,
penambahan reagen, inkubasi, serta pembacaan
serpan cahayanya.
Hal yang harus diperhatikan :
a. Serum yang dihasilakn tidak boleh hemolisis, sebab dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
b. Melakukan Quality Control sebelum melakukan pemeriksaan

24
Landasan Teori :
Pemeriksaan kimia klinik merupakan salah satu pemeriksaan yang sering
dilakukan oleh petugas laboratorium khususnya yakni analis kesehatan medik.
Beberapa pemeriksaan yang sering dilakukan dilaboratorium kimia klinik diantara
nya adalah : glukosa darah,kolesterol, triglesirrida,asam urat, sgot, sgpt, ureum,
creatinin,hdl, ldl, dan sebagainya. Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada
tingkat glukosa didalam darah atau tingkat glukosa serum, glukosa dialirkan
melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Glukosa
diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem syaraf dan eritrosit. Gula
darah 2 jam PP atau gula darah post prandial merupakan pengukuran kadar
glukosa dalam darah setelah 2 jam pembebanan glukosa yang setara dengan 75
gram glukosa. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk evaluasi aktifitas insulin
dalam tubuh. pemeriksaan ini bermanfaat untuk skrining dan diagnosis diabetes
mellitus. Gula darah sewaktu yaitu pengukuran kadar gula dalam darah yang
dilakukan seketika waktu tanpa ada puasa. Jadi biasanya kadar gula akan lebih
tinggi. Pemeriksaan gula darah sewaku digunakan untuk mengetahui penurunan
kadar gula darah dalam waktu yang cepat.
Kolesterol total merupakan kadar keseluruhan kolesterol yang beredar
dalam tubuh manusia. Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan
komponen structural esensial pada membran plasma. Senyawa kolesterol
disintesis di jaringan asetil KoA dan merupakan presersor utama semua steroid
lain didalam tubuh. Triglesirida adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh
usu setelah mengalami hidrolisi.triglesirida kemudian masuk dalam plasma
dalam2 bentuk yaitu, klomikron berasal dari penyeraapan usus,, dan sebagai
VLDL yang dibentuk oleh hepar dengan bantuan insulin. Kolesterol HDL yaitu
singkatan dari High Density Lipoprotein atau kolesterol yang berkepadatan tinggi,
juga disebut sebagai kolesterolbaik karena perannya dalam tubuh untuk membantu
penyerapan asam lemak esensial dan juga memprodusi hormone.
Ureum adalah hasil akhir metaabolisme protein, berasal dari asam amino
yang telah dipindah amoniannyan dalam hatidan mencapai ginjal. Hamper seluruh
ureum dibentuk dalam hati dai metabolism protein. Urea berdisfusi bebas masuk

28
kedalam cairan intra sel dan ekstra sel. Kreatinin adalah produk limbah dari
protein daging dalam makanan dan dari otot-oto tubuh. kreatinin dibuang dari
darah oleh ginjal. Kreatinin dalam darah dan urin meningkat.
Alkali fosfat meerupakan enzyme yang diproduksi terutma olh epitel hati
dan osteoblas, enzim ini juga beraal dari usus, tubulus proksimalis ginjal. Plasenta
dan kelenjar susu yang sedang membuat susu. Alkli fosfat diekresi oleh ssaluran
empedu. Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari
hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikulo endotel.bilirubin
bberaal dari perombakan zat-at lain. Protein adalah suatu makro molekul yang
tersusun atas suatu molekul asam amino yang berhubungan satu dengan yang lain
melalui suatu ikatan yang dinamakan ikatan peptide. Asam amino dapat
membentuk suatu senyawa protein yang memiliki banyak ikatan peptide oleh
karena itu disebabkan polipeptida.

Alat Dan Bahan :


1. Serum Pasien 4. Tabung Darah
2. Mikropipet 5. Kaset
3. Tip 6. Architect Plus

Prosedur Kerja :

a. Untuk melakukan Log-on


No Prosedur
1 Pilih F2 Log-On pada snapshoot screen
2 Pada field user name ketik admin ( huruf capital semua)
3 Pada field paswoord masukan system
4 Pilih done

b. Untuk melakukan star up sehari-hari

29
No Prosedur kerja

1 Cek status suplay dan inventaris reagen


2 Mengganti dan mengupdate suplay dan reagen
3 Melakukan pemeliharaan harian
4 Mengecek status kalibrasi ( melakukan kalibrasi untuk kalibrasi
yang habis masa berlaakunya)
5 Melakukan quality control

c. Prosedur pemeriksaan pasien


No Prosedur kerja

1 Pipet serum kedalam cup sampel kurang lebih 300 ul


2 Susun sampai didalam carrier ID (kaset)
3 Dari menu order pilih patient order
4 Di fiel SID masukan ID sampel
5 Pilih pemeriksaan yang diminta
6 Klik F3 – add

d. Untuk melihat hasil


No Prosedur kerja

1 Dari layar monitor klik result kemudian result review


2 Lihat hasil yang diinginkan

e. Untuk melakukan Log Off


No Prosedur kerja

1 Pilih log –off


2 Tekan tombol delete untuk menghapus user name klik done

Interprestasi Hasil :
Gula darah sewaktu : 140 mg/dl
Gula darah puasa : 70-110 mg/dl
Gula darah Prop pandial : 140 mg/dl
Ureum : 6-20 mg/dl

30
Kreatinin : 0,6 – 1,3 mg/dl

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan yaitu kita dapat melakukan
pemeriksaan kimia darah secar otomatis dengan prosedur yang sesuai dengan SOP
serta mengetahui interprestasi hasil dari parameter yang ada.

Pengoperasian alat centrifuge


Judul : Pengoperasian alat centrifuge
Tujuan pemeriksaan : untuk memisahkan eritrosit dan serum
Prinsip Pemeriksaan : Prinsip centrifuge didasarkan pada pemisahan
molekuler dari sel atau organel subseluler. Pemisahan tersebut berdasarkan konsep
bahwa partikel yang tersuspensi di sebuah wadah akan mengendap kedalam wadah
karena adanya gaya gravitasi, laju endapan suatu partikel yang tersuspensi tersebut
diukur dengan meningkatkan atau menurunnya pengaruh gravitasi terhadap
partikel.
Landasan Teori :
Centrifuge adalah instrumen laboratorium yang berfungsi untuk
memisahkan partikel-partikel dalam suatu larutan yang terdapat pada tabung reaksi
yang mempunyai berat molekul yang berbeda, centrifuge bekerja dengan
menggunakan prinsip sedimentasi, dimana percepatan sentripetal menyebabkan zat
yang lebih padat akan mengendap didasar tabung.
Centrifuge bertujuan untuk memisahkan sel menjadi organel-organel utama
sehingga fungsinya dapat diketahui. Dalam bentuk yang sederhana centrifius terdiri
atas rator dengan lubang-lubang untuk meletakkan wadah untuk meletakkan tabung
yang berisi cairan dan sebuah alat atau yang lain yang dapat memutar rotor pada
kecepatan yang diinginkan. Semua bagian lain yang terdapat pada centrifuge
modern saat ini hanyalah perlengkapan yang dimaksudkan untuk melakukan
berbagai fungsi yang berguna dan mempertahankan kondisi lingkungan dimana
rotor tersebut bekerja.

31
Alat Dan Bahan :
1. Centrifuge
2. Tabung darah
3. Sampel ( darah pasien)

Prosedur Kerja :

NO CARA KERJA
1 Letakkan centrifuge ditempat yang datar
2 Colokkan kabel alat ke listrik
3 Tekan tombol On/Off yang ada dibagian belakang alat
4 Atur kecepatan (RPM) dan waktu
5 Tekan open untuk membuka oven
6 Masukkan sampel yang akan di centrifuge dengan posisi
seimbang
7 Tutup dan tekan tomvbol start tunggu sampai berhenti
Kesimpulan :
Berdasarkan pemeriksaan berikut didapatkan hasil bahwa sampel
tersebut sudah lisis dengan baik apabila darah tersebut sudah terpisah dengan
serumnya.
Pemeriksaan Analisa Gas Darah
Judul Pemeriksaan : Pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD)
Tujuan Pemeriksaan : Untuk mengetahui komponen dan cara pemeriksaan
AGD sesuai dengan SOP
Prinsip pemeriksaan : Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk
kesemua sampel secara giliran dimana gas sampel
akan dibandingkan dengan gas standar melalui
pemencaran system infra red dimana menghasilkan
panjang gelombang yang dikonvensi recelver menjadi
signal analog.
Landasan teori :
Analisa gas darah sering disebut dengan blood gas analisa yang
merupakan pemerikaaan penting untuk penderita sakit kritis yang bertujuan

32
untuk mengetahui pertukaran oksigen, karbondioksida, asam basa dalam
darah arteri. Analisa gas darah biasanya dilakukan untuk mengkaji gangguan
keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh gangguan pernapasan
gangguan metabolic.
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam
penanganan pasien-pasien penyakit berat dan menahun, pemerikaan analisa
gas darah dikenal juga dengan pemeriksaan ASTRUP yaitu suatu
pemeriksaan gas darahyang dilakkukan melalui darah arteri.

Alat Dan Bahan :


1. Sampel/ darah arteri 3. Spuit
2. Kaset 4. Kain kassa

Prosedur kerja :
No Prosedur kerja
1 Untuk menghidup dan mematikan ala tekan tombol on/off yang ada
dibagian samping alat
2 Lakukan QC manager seperti control dan SRC
3 Cara melakukan pemeriksaan sampel
- Scan barcode yang ada pada bungkus kaset
- Masukkan kaset AGD kedalam tempat kaset tunggu sampai kalibrasi
selesai
- Tunggu ada perintah memasukkan sampel
- Putar sampel dengan dua telapak tangan
- Buka ujung spuit dan buang sedikit darah ke kassa
- Tusuklah spuit ke ujung kaset, tekan ok
- Tunggu sampai hasil keluar

Interprestasi Hasil :
PH : 7,35 – 7,45
PaCo2 : 35 – 45 mmHg
PaO2 : 75 -100 mmHg
Co2 : 22-32 mEq/l

33
Kesimpulan :
ML SBerdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kita dapat
mengetahui prosedur kerja pemeriksaan analisa Gas Darah secara otomati
dengan baik dan benar sesuai dengan SOP yang ada dan mengetahui nilai
normal pada komponen pemeriksaan AGD.

Pemeriksaan Elektrolit
Judul pemeriksaan : Pemeriksaan Elektrolit
Tujuan pemeriksaan : untuk mengetahui kadar elektrolit dalam serum pasien
Prinsip pemeriksaan :sampel akan ditarik oleh elektroda yang sensitif terhadap
ion-ion tersebut, kemudian digunakan elektroda reference
untuk membandingkan naik turun potensial

Landasan teori
Elektrolit berperan dalam tubuh manusia karena setiap proses
metabolisme dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh elektrolit yang juga
dibutuhkan untuk menjaga potensi elektrokimiawi, membrane sel yang akhirnya
dapat dipengaruhi fungsi saraf, otot, serta aktifitas sel seperti kontraksi, sekresi.
Pemeriksaan elektrolit yang sering diminta oleh klinisi untuk menilai
keseimbangan kadar elektrolit dalam tubuh adalah pemeriksaan Na, K, Cl,
merupakan analit kimia yang penting akan karena kelainannya dapat segera
mengancam nyawa, sehingga kesalahan pengukuran dapat menimbulkan
konsumsi serius.
Elektrolyte analiser merupakan alat yang digunakan untuk pemeriksaan
yang bertujuan untuk mencapai pengukuran tepat dari pengujian sampel yang
digunakan adalah dari serum darah dan urin pasien. Elektrolyte analizer dapat
mendeteksi ion logam anorganik, ion garam anorganik, ion kalsium sampel
bahan kecil. Elektrolite dalam larutandapat digambarkan sebagai terkonsentrasi
jika memiliki konsentrasi rendah, jika proporsi yang tinggi dari berdiososiasi
terlarut tidak memisahkan.

34
Alat dan Bahan :
1.Serum pasien 3. Mikropipet 5. Electrolyte analizer
2. Tabung darah 4. Tip
Prosedur kerja :

35
Interprestasi hasil
Natrium = 135 – 153 mEq/L
Klorida = 8,5 – 10,5 mEq/L
Kalium = 3,5 – 5,1 mEq/L

Kesimpulan :
Berdasrkan pemeriksaan di atas kita dapat mengetahui prosedur
penggunaan alat electrolyte analyzer sesuai dengan SOP yang ada serta
mengetahui interprestasi hasil dari kadar electrolyte yang ada.

2. Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan Darah Lengkap (Hematologi)


Judul : Pemeriksaan Darah Lengkap
Tujuan : Untuk mengetahui pemeriksaan hematologi darah secara
otomatis (hematology analyzer) dengan Alat Drew3, dan Alat
Celtac Mek 6510k
Prinsip : Sampel darah yang sudah dicampur dengan reagent didilusi
sebanyak 200x dan melalui proses hemolyzing untuk mengukur
kadar jumlah hemoglobin dengan cara fotometri dan mengukur
kadar jumlah sel darah putih, serta didilusi lagi sebanyak 200x
(jadi 40.000x) untuk mengukur kadar jumlah sel darah putih dan
platelet. Kemudian diproses pada blok data processing dan
hasilnya akan ditampilkan pada display dan print out.
Landasan teori
Hematology Analyzer adalah alat untuk mengukur sampel berupa
darah. Alat ini biasa digunakan dalam bidang Kesehatan. Alat ini dapat
membantu mendiagnosis penyakit yang diderita seorang pasien seperti
kanker, diabetes, dll. Alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap

36
dengan cara menghitung dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan
impedansi aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel-sel yang di lewatkan.
Mengukur sampel berupa darah. Alat ini biasanya digunakan dalam bidang
kesehatan. Alat ini dapat mendiagnosis penyakit yang diderita seorang pasien
seperti kanker, diabetes, dll. Pemeriksaan hematologi rutin seperti meliputi
pemeriksaan hemoglobin, hitung sel leukosit, dan hitung jumlah sel
trombosit.
Prinsip kerja alat ini yaitu pengukuran dan penyerapan sinar akibat
interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan
atau sampel yang dilewatinya. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip flow
cytometer . Flow cytometri adalah metode pengukuran (=metri) jumlah dan
sifat-sifat sel (=cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (=flow) melalui celah
sempit Ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa sehingga
sel dapat lewat satu per satu, kemudian dilakukan penghitungan jumlah sel
dan ukurannya. Alat ini juga dapat memberikan informasi intraseluler,
termasuk inti sel.
Prinsip impedansi listrik berdasarkan pada variasi impedansi yang
dihasilkan oleh sel-sel darah di dalam mikrooperture (celah chamber mikro )
yang mana sampel darah yang diencerkan dengan elktrolit diluents / sys DII
akan melalui mikroaperture yang dipasangi dua elektroda pada dua sisinya
(sisi sekum dan konstan ) yang pada masing masing arus listrik berjalan
secara continue maka akan terjadi peningkatan resistensi listrik (impedansi)
pada kedua elektroda sesuai dengan volume sel (ukuran sel) yang melewati
impulst / voltage yang dihasilkan oleh amplifier circuit ditingkatkan dan
dianalisa oleh elektonik system lalu hemoglobin diukur dengan melisiskan
Red Blood Cels (REC) dengan sys. LYSE membentuk methemoglobin ,
cyanmethemoglobin dan diukur secara spektrofotometri pada panjang
gelombang 550 nm pada chamber. Has yang didapat diprintout pada printer
berupa nilai lain grafik sel.
Prinsip light scattering adalah metode dimana sel dalam suatu aliran
melewati celah dimanaberkas cahaya difokuskan ke situ (sensing area).

37
Apabila cahaya tersebut mengenai sel, diletakkan pada sudut-sudut tertentu
akan manangkap berkas-berkas sinar sesudah melewati sel itu. Alat yang
memakai prinsip ini lazim disebut flow cytometri. Fungsi dari Hematologi
Analyzer yaitu alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan
cara menghitung dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan
impedansi aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel-sel yang dilewatkan.
Mengukur sampel berupa darah. Alat ini biasanya digunakan dalam bidang
kesehatan. Alat ini dapat mendiagnosis penyakit yang diderita seorang pasien
seperti kanker, diabetes, dll. Pemeriksaan hematologi rutin seperti meliputi
pemeriksaan hemoglobin, hitung sel leukosit, dan hitung jumlah sel
trombosit.

Alat Dan Bahan :


1. darah Pasien 3. kasa/tisu
2.tabung darah 4. hematologi analyzer

Standar Prosedur
Pemeriksaan Hematologi dengan Alat Drew3
Operasional
Alat Hematologi Drew3 1. Cara Menghidupkan Alat Drew3
1. Tekan tombol power dibagian depan alat
drew
2. Kemudian layar welcome lalu tekan OK
3. Kemudian muncul menu awal (Run
sample, datalog dan seterusnya) lalu tekan
star up untuk mengetahui bacground,
power lamp berwarna merah dan berhenti
ketika power lamp berubah hijau
4. Cek nilai background (WBC < 0.2, RBC <
0.05, HGB < 0.1 dan PLT < 5)
5. Jika nilai bacground tidak masuk lakukan
star up kembali.

2. Prosedur Pengukuran Control


1. Pada layar awal tekan Run sample

38
2. Tekan QC lalu pilih control yang akan
diukur (Low, High, dan Normal)
3. Buka tutup tabung Control hematologi
dan masukkan jarum kedalam tabung,
hisap darah dengan menekan cont switch
4. Catat hasil control di buku
Catatan :
- Bila hasil control tidak masuk, maka jangan
lakukan penghisapan darah sample pasien,
sampai hasil control masuk dengan cara Bleacing
alat terlebih dahulu
- Setelah blecing lakukan pengukuran kontrol ulang
3. Prosedur Pengukuran Sample
1. Pada awal buka Run sample
2. Masukkan ID sesuai yang diinginkan
3. Darah sample yang telah dihomogenkan
dialat blood roller mixer, buka tutup tabung
sample (ungu) masukkan jarum kedalam
tabung, hisap darah dengan menekan count
swich
4. Catat hasil sesuai dengan parameter yang
diperiksa.

4. Cara Bleaching Alat Drew


1. Buat larutan bleacing 1 : 2 (10 ml bayclean +
20 ml aqua water infus)
2. Buka tutup sampling alat drew menggunakan
obeng gemuk hitam
3. Masukkan masing-masing cheamber 2 ml
larutan bleaching
4. Tekan menu  maintenance  preventive
maintenance  bleach  OK, muncul
tulisan for 2 ml – 2 ml OK kan, alat akan
mencuci sendiri kurang lebih 10 menit
Cara Mematikan Alat Kembali ke menu awal  tekan shutdown  OK
Drew3

39
Cara Mengganti Reagen Menu  maintenance  reagen pack 
Drew masukan kode di samping kotak  save 
replace pack  print pack  start up. Alat siap
ready
Catatan :
Bila ada hasil WBC ++++ (over/ketinggian)
maka lakukan pengenceran sample
Cara :
Hisap 100 uL darah sample, tambahkan 300 uL
larutan NaCL (homogenkan) lakukan pengukuran
sample sesuai prosedur. Hasil yang didapat
kalikan 4
Alat Hematologi Celtac1. Cara Menghidupkan Alat Celtac Mek 6510k
Nihon Kohden (nihon kohden)
1. Tekan main power yang ada dibagian
belakang alat, maka main power lamp pada
bagian depan alat akan menyala
2. Tekan power key yang ada pada bagian
depan alat maka power lamp akan menyala
hijau
3. Alat akan menampilkan layar ready dan siap
digunakan
4. Sebelum menggunakan prosedur sample dan
control sek bacground dengan cara tekan
MENU- OTHER- BACKGROUND –
OK/YES
2. Prosedur Pengukuran Control
1. Pada layar ready muncul : -sample type
Blood & control (klik control), -measure
mode: normal. Pilih jenis control yang akan
di ukur (Normal/Low/High)
2. Buka tutup tabung hematologi, control dan
masukkan jarum kedalam tabung (jangan
biarkan jarum sample menyentuh dasar

40
tabung ) kemudian hisap darah control
dengan menekan count swich
3. Catat hasil control dibuku control
3. Prosedur Pengukuran Sample
1. Pada layar ready muncul :
2. Sample type Blood & Control (klik blood)
3. Measure mode : Normal

4. Cara Mematikan Alaeltac : nihon kohden


1. Tekan power key yang ada pada bagian
depan alat maka alat akan mencuci sendiri
selama 7 menit
2. Layar akan mati sendiri
3. Tekan main power yang ada dibagian alat
Catatan : Nilai Background di alat celtac
- WBC : < 0,2
- RBC : < 0,05
- HGB : < 0,1
- PLT : < 10
Jika hasil yang di dapat lebih dari nilai di atas ,
maka lakukan strong clean dengan cara tekan :
menu – operation – strong clean – OK. Alat akan
mencuci kurang lebih 25 menit dan lakukan lagi
pengukuran background

Pemeriksaan APTT dan PT


Judul : Pemeriksaan APTT dan PT
Tujuan : Untuk menilai kemampuan faktor koagulasi darah berupa
activated partial thromboplastin time (APTT) Dan Prothrombin
Time (PT)dengan alat koagulasi sysmex CA-50
Prinsip : Menginkubasikan plasma sitrat yang mengandung semua
faktor koagulasi intrinsik kecuali kalsium dan trombosit dengan
tromboplastin parsial (fosfolipid) dengan bahan pengaktif (mis.
kaolin, ellagic acid, mikronized silica atau celite koloidal).

41
Setelah ditambah kalsium maka akan terjadi bekuan fibrin. Waktu
koagulasi dicatat sebagai APTT.

Landasan teori
A. Masa Protrombin Plasma (PT) & International Normalized Ratio
Masa Protrombin Plasma ( PT ) digunakan untuk menguji
pembekuan darah melalui jalur ekstrinsik dan jalur bersama yaitu faktor
pembekuan VII, X, V, protrombin dan fibrinogen. Selain itu juga dapat
dipakai untuk memantau efek antikoagulan oral karena golongan obat
tersebut menghambat pembentukan faktor pembekuan protrombin, VII, IX,
dan X. Pemeriksaan PT juga sering dipakai untuk memantau efek
pemberian antikoagulan oral. Juga dianjurkan agar hasil pemeriksaan PT
dilaporkan secara seragam dengan menggunakan INR ( International
Normalized Ratio ), yaitu rasio yang dipangkatkan dengan ISI dari reagens
tromboplastin yang digunakan. INR didapatkan dengan membagi nilai PT
yang didapat dengan nilai PT normal kemudian dipangkatkan dengan ISI di
mana ISI adalah International Sensitivity Index. INR digunakan untuk
monitoring terapi warfarin ( Coumadin ) pada pasien jantung, stroke, deep
vein thrombosis ( DVT ), katup jantung buatan, terapi jangka pendek
setelah operasi misal knee replacements. INR hanya boleh digunakan
setelah respons pasien stabil terhadap warfarin, yaitu minimal satu minggu
terapi. Standar INR tidak boleh digunakan jika pasien baru memulai terapi
warfarin untuk menghindari hasil yang salah pada uji. Pasien dalam terapi
antikoagulan diharapkan nilai INR nya 2-3 , bila terdapat resiko tinggi
terbentuk bekuan, iperluakn INR sekitar 2,5 – 3,5. Faktor yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan PT adalah :

1. Sampel darah membeku


2. Membiarkan sampel darah sitrat disimpan pada suhu kamar selama
beberapa jam
3. Diet tinggi lemak
4. Penggunaan alkohol

42
Test PT ini abnormal / memanjang pada :
1. Pada penyakit hati ( sirosis hati, hepatitis, abses hati, kanker hati,
ikterus )
2. Afibrinogenemia
3. Defisiensi faktor koagulasi ( II, V, VII, X )
4. Disseminated intravascular coagulation ( DIC )
5. Fibrinolysis
6. Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
7. Gangguan reabsorbsi usus.
8. Pengaruh obat-obatan :
a. Vitamin k antagonis
b. Antibiotik ( penisilin, streptomisin, karbenisilin, kloramfenikol,
kanamisin, neomisin, tetrasiklin )
c. Antikoagulan oral ( warfarin, dikumarol)klorpromazin ,
klordiazepoksid, difenilhidantoin , heparin, metildopa ),
mitramisin, reserpin, fenilbutazon , quinidin, salisilat/ aspirin,
sulfonamide.
Tes PT memendek pada keadaan :
1. Tromboflebitis
2. Infark miokardial
3. Embolisme pulmonal
4. Pengaruh obat : barbiturate, digitalis, diuretik, difenhidramin,
kontrasepsi oral, rifampisin dan metaproterenol.
Jadi disini faktor XII dan faktor XI by pass. Selain dilaporkan dalam
detik, hasil PT juga dilaporkan dalam rasio, aktivitas protombin dan indeks.
Rasio yaitu perbandingan antara PT penderita dengan PT kontrol. Aktivitas
protombin dapat ditentukan dengan menentukan dengan menggunakan
kurva standart dan dinyatakan dalam %.
B. Tromboplastin Parsial Teraktivasi /APTT
Pemeriksaan ini digunakan untuk menguji pembekuan darah melaui
jalur intrinsik dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan XII, prekalikrein,
kininogen, XI, IX, VIII, X, V, protombin dan fibrinogen. Faktor yang dapat
mempengaruhi hasil APTT adalah :
1. Bekuan pada sampel darah
2. Sampel darah hemolisis atau berbusa akibat dikocok-kocok
3. Pengambilan sampel darah pada jalur intravena misal pada infus
Heparin

43
C. FIBRINOGEN
Fibrinogen adalah glikoprotein dengan berat molekul mencapai
340.000 dalton. Fibrinogen disintesis di hati ( 1,7-5 g/hari ) dan oleh
megakariosit. Di dalam plasma kadarnya sekitar 200-400 mg/dl.Waktu
paruh fibrinogen sekitar 3-5 hari. Fibrinogen tersusun atas 6 rantai, yaitu : 2
rantai Aα, 2 rantai Bβ dan 2 rantai γ. Trombin ( FIIa ) memecah molekul
fibrinogen menjadi 2 fibrinopeptide A ( FPA ) dari rantai Aα dan 2
fibrinopeptide B ( FPB ) dari rantai Bβ. Fibrin monomer yang dihasilkan
dari reaksi ini kemudian berlekatan membentuk fibrin, yang selanjutnya
distabilkan oleh factor XIIIa.
Tahap pertama stabilisasi terdiri atas ikatan dua rantai γ dari dua
fibrin monomer. Ikatan ini adalah asal dari D-Dimer, produk degradasi
fibrin spesifik. Fibrinogen dapat didegradasi oleh plasmin.

Alat dan Bahan :


1. Serum pasien
2. Tabung reaksi
3. Kasa
4. alat koagulasi sysmex CA-50
Prosedur STAR UP (menghidupkan Alat)
1. Periksa ketersediaan kertas printer
operasional
2. Pastikan kabel power menempel pada strip kontak
alat
dengan benar
koagulasi 3. Pastikan tabung reaksi bekas tidak tertinggal didalam
sysmex detektor/well
CA-50
1. INPUT DATA ANALISA QC
1. Tekan tombol select masuk main menu
2. Tekan tombol 2*2. ID No.Entry*
3. Tampil *select CH 1-4, pilih channel yang akan
digunakan, tekan enter
4. Klik QC1, tekan enter
5. Lakukan analisa QC sesuai prosedur masing-masing
parameter

2. INPUT DATA ANALISA SAMPLE

44
1. Tekan tombol select masuk main menu
2. Tekan tombol 2*2 ID No.entry
3. Tampil select CH 1-4, pilih channnel yang akan
digunakan tekan enter
4. Ketik nomor sample, tekan enter
5. Lakukan analisa QC sesuai prosedur masing-masing
parameter
-
3. PROSEDUR ANALISA SAMPLE/QC
a. PT
1. Masukkan 50 uL sample (CPN) kedalam reaction tube
2. Masukkan kedalam well
3. Tekan start alat akan menghitung mundur 180 detik
4. Siapkan 100 uL reagen tromborel S sebelum hitungan
5 detik, masukkan reagen tepat pada saat hitungan 0
detik, tunggu hasil keluar

- b. APTT
1. Masukkan 50 uL sample (CPN) kedalam reaction tube
2. Masukkan kedalam well
3. Tekan start alat akan menghitung mundur 60 detik
4. Siapkan 50 uL reagen pathromtin SL sebelum
hitungan 5 detik , masukkan reagen tepat pada saat
hitungan 0 detik , alat akan menghitung mundur 180
detik
5. Siapkan 50 uL reagen CaCL2 sebelum hitungan 5
detik, masukkan reagen tepat pada saat hitungan 0
detik, tunggu hasil keluar
-
- c. FIBRINOGEN
1. Masukkan 90 uL OVB + 10 uL sample kedalam
reaction tube
2. Masukkan kedalam well
3. Tekan start alat akan menghitung mundur 180 detik
4. Siapkan 500 uL reagen thrombin sebelum hitungan 5
detik, masukkan reagen tepat pada saat hitungan 0
detik, tunggu hasil keluar

4. SHUTDOWN (Matikan Alat)


1. Pastikan alat dalam keadaan ready dan pastikan

45
tabung reaksi bekas tidak tertinggal didalam detektor
2. Tekan tombol power yang terdapat pada bagian
samping alat dan lepaskan kabel power

NILAI NORMAL COAGULATION ANALIZER CA50


SERIES

1. Nilai sample
No Parameter Reagen Nilai
Normal
1 PT Dade 9,7 –
Inovin/Thromborel 13,1
S sec
2 APTT Pathromtin SL 25,5
CaCl2 -42,1
sec
3 Fbg Thrombin OVB 180 –
(fibrinogen) Buffer 350
mg/dl
4 INR - 0,9 –
1,2 sec

2. Nilai Control
No Parameter Reagen Nilai
Normal
1 PT SDA 9,9 – 13,5
2 APTT SDA 28,8 –
39,0
3 Fbg SDA 195-293
4 INR 0,85 -1,27

Catatan : hasil INR keluar dengan hasil PT (lihat di print out


kertas)

46
Pemeriksaan ACT
Judul : Pemeriksaan ACT
Tujuan : Untuk mengetahui waktu yang diperlukan darah untuk membeku
Prinsip : Mengukur waktu terbentuknya fibrin dengan cara interaksi
sampel darah dengan activating agent Kaolin pada alat, kemudian
secara elektronik diukur waktu terbentuknya serabut fibrin
Landasan teori
ACT pertama kali ditemukan oleh Hatterseley pada tahun 1966, adalah
pemeriksaan waktu pembekuan untuk monitoring terapi antikoagulasi Heparin,
digunakan terutama pada kateterisasi jantung dan bedah jantung terbuka CABG.
Heparin adalah polisakarida, suatu inhibitor pembekuan darah yang diberikan
secara intravena karena tidak efektif diabsorbsi dari traktus digestivus,
digunakan sebagai pencegahan dan terapi tromboemboli. Heparin memerlukan
kofaktor AT III (anti trombin III), suatu antikoagulan alami pada jalur intrinsik,
untuk dapat bertindak sebagai antikoagulan. AT III bersama Heparin mengikat
faktor koagulasi yang teraktivasi dan trombin sehingga menghambat
terbentuknya fibrin. Sensitivitas pasien terhadap Heparin sangat bervariasi
dipengaruhi oleh obat-obatan seperti nitrogliserin. Resistensi Heparin dapat
disebabkan oleh penurunan kemampuan dan fungsi AT III, trombositopenia,
trombositosis, umur pasien, konsentrasi hemoglobin, nitrogliserin, antikoagulan
oral (memperpanjang waktu pembekuan). Hipotermia akan memperlambat
pembentukan bekuan darah.
Alat dan bahan :
1. Darah vena
2. Kasa/tisu
3. ACT automatis
ACT (Activated Cloting Prosedur Pemeriksaan ACT
Time) 1. Hidupkan dan inkubasi alat ACT kurang
lebih 5-10 menit
2. Darah vena diambil sebanyak 2 cc kedalam

47
tabung ACT
3. Tekan START pada saat darah dimasukkan
kedalam tabung ACT
4. Homogenkan darah dengan cara mengocok
kurang lebih 10 kali
5. Sampel dimasukkan kedalam alat ACT
sambil sedikit menekan dan memutar
kekanan kuarang lebih 5 kali putaran
6. Catat hasil yang tertera di monitor sebagai
nilai ACT
Nilai Normal ACT : 70 -180 sec
Catatan : jika hasil act tidak keluar /eror
 Sebab : suhu alat ACT belum stabil, listrik tidak
stabil, darah tidak homogen
 Cara : lakukan penyamplingan dan pemeriksaan
 ulang

Pemeriksaan LED
Judul : Pemeriksaan LED
Tujuan : Untuk mengetahui kecepatan laju endap darah pada sampel darah
pasien.
Prinsip :Mengukur kecepatan mengendap sel-sel darah dalam satuan waktu
tertentu, dalam keadaan darah berdiri tegak lurus dalam satu
tabung.
Metode : westergren
Landasan teori
Pemeriksaan Laju Endap Darah merupakan suatu pemeriksaan untuk
menentukan kecepatan eritrosit (darah yang telah diberi antikoagulan) jatuh ke
dasar sebuah tabung vertikal dalam waktu tertentu. Nilai LED di diukur dari atas
kolom eritrosit yang mengendapt sampai batas cairan dalam periode terntentu.
Kecepatan pengendapan sangat dipengaruhi oleh kemampuan eritrosit
membentuk rouleaux. Rouleaux adalah gumpalan sel-sel darah merah yang
disatukan bukan oleh antibody atau ikatan kovalen tapi semata-mata oleh gaya
tarik permukaan. Jika proporsi globulin terhadap albumin meningkat atau jika

48
kadar fibrinogen sangat tinggi, maka pembentukan rouleaux akan meningkat dan
kecepatan mengandapnyapun akan meningkat. Adapun faktor-faktor lain yang
mempengaruhi laju endap darah adalah rasio sel darah merah terhadap plasma
dan viskositas plasma.
Alat dan bahan :
1. Darah vena
2. Tabung westergreen
3. Rak tabung westergreen
4. Natrium sitrat 3,8%
5. Tabung reaksi
Laju Endap Darah Pemeriksaan Laju Endap Darah
(LED) 1. Darah diencerkan dengan Natrium sitrat
0,109 M dalam tabung reaksi dengan
perbandingan 1: 4 (0,4 mL Natrium sitrat +
1,6 mL darah) dicampur hingga homogen
2. Diisap darah tersebut kedalam pipet
westergren sampai garis tanda 0 mm
3. Dipasang pipet westergren tersebut dalam
raknya dengan posisi tegak lurus
4. Pasang timer sampai 1 jam kemudian baca
hasil

Nilai Normal
Pria : < 10 mm/jam
Wanita : < 15 mm/jam

3. Pemeriksaan Imunoserologi

Pengoperasian Alat Mini Vidas


Materi : Pengoperasian Alat Mini Vidas
Tujuan : Untuk mengetahui cara pengoperasian alat mini Vidas
Prinsip : Modifikasi dari prinsip elisa yang pembacaan berdasarkan
flouresensi

49
Metode : Automatic
Landasan Teori :
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)/Test Elisa adalah suatu
teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk
mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. Alat mini vidas
adalah salah satu alat yang digunakan untuk pemeriksaan imunologi. Prinsip alat
ini merupakan modifikasi dari prinsip ELISA yang pembacaannya berdasarkan
fluoresensi.
Komponen-komponen mini vidas:
1. Tombol on/off
2. Tray, berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan strip yang berisi
sampel dan reagen.
3. Display (Layar), berfungsi sebagai tempat untuk menampilkan program
pada alat.
4. Printer
5. Inkubator, berfungsi untuk proses inkubasi pada pemeriksaan, agar reaksi
lebih sempurna biasanya pada suhu 370C.
Sistem yang digunakan pada uji vidas:
1. Sistem VIDAS uji menggunakan sistem reagen Strip.
2. SPR (Wadah Fase Padat) dilapisi dengan antigen atau antibodi.
3. Strip berisi semua reagen yang diperlukan untuk reaksi. SPR bertindak
sebagai pipetting dan perangkat reagen transfer.
4. Pada setiap tahap reaksi, maka aspirasi reagen masuk dan keluar.
Ini untukmencegah kontaminasi antar-reagen atau antar-sampel.

Prosedur Kerja :

STANDAR
PROSEDUR
PENGOPERASIAN ALAT MINI VIDAS
OPERASIONAL
(SPO)
Prosedur 1. Sambungkan UPS pada listrik. Nyalakan UPS.
2. Tekan tombol On/Off yang terdapat pada bagian
Pengoperasian
belakang Alat.
Alat Mini Vidas

50
3. Alat akan melakukan inisialisasi/warming up kurang
lebih 10 menit.
4. Setelah selesai, pada layar akan muncul menu utama
sebagai berikut :
 Start section
 Status screen
 Master LOT menu
 Result menu
 Untility menu
Kalibrasi Control Pilih STATUS SCREEN untuk masuk pada program
dan Sampel pemeriksaan
1. Letakkan strip dan SPR pada section yang
dikehendaki (misal : section A)
2. Pilih STATUS SCREEN pada menu utama
3. Pilih section yang dikehendaki (misal : section A)
4. Pilih posisi A1 (dengan menekan angka 1 pada
keypad)
5. Pilih S dan angka 1 pada keypad (S1 untuk posisi
A1), lalu tekan Enter. Pilih S dan angka 1 pada
keypad (S1 untuk posisi A3), apabila kalibrasi triplo,
lalu tekan enter. Pilih C dan angka 1 pada keypad (C1
untuk posisi A4), lalu tekan enter. Pilih C dan angka
2 pada keypad (C2 apabila ada untuk posisi A5) lalu
tekan enter.
6. Pilih sampel ID
7. Masukkan sampel ID pasien tersebut (max 12
huruf/angka), lalu tekan enter.
8. Setelah selesai tekan Start
9. Alat tersebut akan mengkalibrasi sendiri.
Hal-hal yang 1. Pemeriksaan dengan reagen baru terlebih dahulu
perlu MLE pada alat secara otomatis.
2. SPR dan Strip reagen yang digunakan harus sama.
diperhatikan
3. Setiap 1 SPR dan 1 strip reagen hanya untuk satu test
4. Kalibrasi dan running control dilakukan setiap 2
minggu sekali
5. Setelah selesai digunakan mini vidas dapat langsung
dimatikan tanpa harus melalui prosedur khusus.
Kualitas 1. Otomatis

51
2. Tidak ada kontaminasi
3. Fluoresensi terbaca

Pemeriksaan Feritin
Judul : Pemeriksaan Feritin
Tujuan : Untuk mengetahui kadar konsentrasi feritin dalam tubuh pasien.
Prinsip : Modifikasi dari prinsip elisa yang pembacaan berdasarkan
flouresensi
Metode : Automatic
Landasan Teori :
Ferritin adalah sebuah protein yang terdapat di dalam sel pada hampir
seluruh makhluk hidup. Ferritin merupakan protein penyimpan zat besi paling
utama pada tubuh. Zat besi bebas bersifat toksik atau berbahaya bagi sel tubuh
memiliki mekanisme perlindungan untuk mengikat zat besi bebas tersebut. Di
dalam sel, zat besi disimpan dalam bentuk ikatan dengan protein ferritin. Oleh
karena itu, ferritin berfungsi menyimpan zat besi dalam bentuk terlarut dan non-
toksik.
Kadar ferritin dalam serum darah berkolerasi dengan jumlah total
simpanan zat besi tubuh sehingga pegurukuran ferritin serum adalah pemeriksaan
laboratorium yang paling mudah untuk memperkirakan status simpanan zat besi.
Kadar ferritin dapat mengalami peningkatan atau penurunan. Peningkatan kadar
ferritin darah dapat terjadi akibat hemokromatosis. Hemakromatosis adalah
penumpukan zat besi berlebihan yang terdapat dalam bentuk keturunan (bawaan)
atau didapat (sekunder).

Prosedur Kerja :
STANDAR PEMERIKSAAN FERITIN DENGAN ALAT MINI VIDAS
PROSEDUR

52
OPERASIONAL
(SPO)
Prosedur Reagensia : Biomerieux
Spesimen : Serum, Plasma (EDTA/Heparin)
Prosedur Kerja :
1. Keluarkan reagen kit atau strip + SPR dari lemari es, diamkan
pada suhu ruangan selama lebih kurang 30 menit sebelum
digunakan.
2. Untuk kit pertama/lot yang baru master lot entry (MLE) card
harus dibaca terlebih dahulu.
3. Pipet sampel pasien, control (C1), dan kalibrator (S1) sebanyak
100 ul dan masukkan pada sumur sampel dimasing-masing
strip.
4. Untuk pengkalibrasian reagen kalibrator harus “TRIPLIKAT”
atau “TRIPLE”.
5. Kalibrasi valid selama 14 hari, setelah itu harus diulang kembali
(S1+C1).
6. Masukkan strip + SPR kedalam Minividas/vidas.
7. Identifikasi pasien, control (C1) dan kalibrator (S1).
8. Tekan “START”

Interpretasi Hasil :
Nilai Normal Feritin :
Laki-laki : 30 - 400 ng/ml
Perempuan : 15 - 300 ng/ml
Catatan :
Pemeriksaan feritin pada pasien thalasemia, sampel diencerkan 10
x dengan cara Reagen 1 (R1) 900 ul + serum 100 ul. Hasil yang
terbaca di alat mini vidas di kali 10.

Pemeriksaan Troponin I
Judul : Pemeriksaan Troponin I
Tujuan : Untuk mengetahui kadar konsentrasi Troponin dalam tubuh
pasien.

53
Prinsip : Modifikasi dari prinsip elisa yang pembacaan berdasarkan
flouresensi
Metode : Automatic
Landasan Teori :
Troponin adalah protein spesifik yang ditemukan dalam otot jantung dan
otot rangka. Bersama dengan tropomiosin, troponin mengatur kontraksi otot.
Kontraksi otot terjadi karena pergerakan molekul miosin di sepanjang filamen
aktin intrasel. Troponin terdiri dari tiga polipeptida :
1. Troponin C (TnC) dengan berat molekul 18.000 dalton, berfungsi
mengikat dan mendeteksi ion kalsium yang mengatur kontraksi.
2. Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen
inhibitorik yang berfungsi mengikat aktin.
3. Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi
mengikat tropomiosin.
Uji troponin digunakan untuk membantu mendiagnosis serangan jantung, untuk
mendeteksi dan mengevaluasi cedera miokardium, dan untuk membedakan nyeri
dada karena serangan jantung atau mungkin karena penyebab lainnya. Troponin
adalah tes yang lebih spesifik untuk serangan jantung daripada tes lainnya (yang
mungkin menjadi positif pada cedera otot rangka) dan tetap tinggi untuk jangka
waktu beberapa hari setelah serangan jantung. Troponin kadang-kadang
meningkat secara menetap pada pasien dengan penyakit miokardium yang tidak
memperlihatkan peningkatan mioglobin, CK-MB, atau LDH. Pasien-pasien ini
biasanya mengidap angina yang tidak stabil; troponin bisa untuk memantau
perkembangan klinis pada penyakit ini secara kuantitatif.
Prosedur Kerja :
STANDAR
PROSEDUR PEMERIKSAAN TROPONIN I DENGAN ALAT MINI
OPERASIONAL VIDAS
(SPO)
Prosedur Reagensia : Biomerieux
Spesimen : Serum, Plasma (EDTA/Heparin)

54
Prosedur Kerja :
1. Keluarkan reagen kit atau strip + SPR dari lemari es,
diamkan pada suhu ruangan selama lebih kurang 30
menit sebelum digunakan.
2. Untuk kit pertama/lot yang baru master lot entry
(MLE) card harus dibaca terlebih dahulu.
3. Pipet sampel pasien, control (C1), dan kalibrator (S1)
sebanyak 200 ul dan masukkan pada sumur sampel
dimasing-masing strip.
4. Untuk pengkalibrasian reagen kalibrator harus
“TRIPLIKAT” atau “TRIPLE”.
5. Kalibrasi valid selama 14 hari, setelah itu harus
diulang kembali (S1+C1).
6. Masukkan strip + SPR kedalam Minividas/vidas.
7. Identifikasi pasien, control (C1) dan kalibrator (S1).
8. Tekan “START”

Interpretasi Hasil :
- ug/l : Normal
- ug/l : Resiko ACS
- ug/l : Resiko AMI

Pemeriksaan serologi T3
Judul : Pemeriksaan serologi T3
Tujuan : Untuk mengetahui kadar konsentrasi hormon t3 dalam darah
pasien.
Prinsip : Modifikasi dari prinsip elisa yang pembacaan berdasarkan
flouresensi
Metode : Automatic
Ruangan : Imunologi
Landasan Teori :
Triidothyronine (T3) adalah hormon tiroid yang ada dalam darah dengan
kadar yang sedikit yang mempunyai kerja yang singkat dan bersifat lebih kuat
daripada tiroksin (T4). T3 disekresikan atas pengaruh thyroid stimulating

55
hormone (TSH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise dan thyroid–releasing
hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus. T3 didalam aliran darah terikat
dengan thyroxine binding globulin (TBG) sebanyak 38 – 80%, prealbumin 9 –
27% dan albumin 11 – 35%. Sisanya sebanyak 0.2 – 0.8% ada dalam bentuk
bebas yang disebut free T3. Free T3 meningkat lebih tinggi daripada free T4 pada
penyakit graves dan adenoma toxic. Free T3 dipakai untuk monitoring pasien
yang menggunakan obat anti-tiroid, karena pada pengobatan tersebut, produksi T3
berkurang dan T4 dikonversi menjadi T3. Selain itu, kadar free T3 diprediksi
untuk menentukan beratnya kelainan tiroid.
Thyroxine (T4) di dalam aliran darah ada dalam bentuk free T4 dan yang
terikat dengan protein. Protein pengikat T4 adalah TBG sebanyak 75%, albumin
10% dan prealbumin 15% dari T4 total. Sebagian kecil yaitu 0.03% dari T4 ada
dalam bentuk bebas yang disebut free T4. Free T4 ini merupakan suatu uji
laboratorium yang paling baik untuk mengetahui adanya disfungsi dari kelenjar
tiroid.

Prosedur Kerja :
STANDAR
PROSEDUR
PEMERIKSAAN T3 DENGAN ALAT MINI VIDAS
OPERASIONAL
(SPO)
Prosedur Kerja 1. Keluarkan Reagen Kit Atau Strip + Spr Dari Lemari
Es, Diamkan Pada Suhu Ruangan Selama ± 30 Menit
Sebelum Digunakan
2. Untuk Kit Pertama/Lot Yang Baru Master Lot Entry
(Mle) Card Harus Dibaca Terlebih Dahulu
3. Pipet Sampel Pasien, Control (C1), Dan Kalibrasi
(S1) Sebanyak 100µ Dan Masukan Pada Sumur
Sampel Di Masing-Masing Strip

56
4. Untuk Pengkalibrasian Reagen Kalibrasi Harus
“Triplikat” Atau “Triple”
5. Kalibrasi Valid Selama 14 Hari, Setel Itu Harus
Diulang Kembali (S1 + C1)
6. Masukan Strip + Spr Kedalam Minividas/Vidas
7. Identifikasi Pasien, Control (C1) Dan Kalibrator (S1)
8. Tekan “Start”
Interprestasi Hasil Nilai Normal : 0,9 - 2,5 Nmol/L

Pemeriksaan serologi T4
Judul : Pemeriksaan serologi T4
Tujuan : Untuk mengetahui kadar konsentrasi hormon t4 dalam darah
pasien.
Prinsip : Modifikasi dari prinsip elisa yang pembacaan berdasarkan
flouresensi
Metode : Automatic
Ruangan : Imunologi

Landasan Teori :
Tes T4 digunakan untuk menentukan suatu hipotiroidisme atau
hipertiroidisme, menentukan maintenance dose tiroid pada hipotiroidisme dan
memonitor hasil pengobatan antitiroid pada hipertiroidisme. Tes T3 digunakan
untuk mendiagnosis hipertiroidisme dengan kadar T4 normal . TSHs (Thyroid
Stimulating Hormon sensitive) adalah tes TSH generasi ke tiga yang dapat
mendeteksi TSH pada kadar yang sangat rendah sehingga dapat digunakan
sebagai pemeriksaan tunggal dalam menentukan status tiroid dan dilanjutkan
dengan tes FT4 hanya bila dijumpai TSHs yang abnormal. FT4 lebih sensitif
daripada FT3 dan lebih banyak digunakan untuk konfirmasi hipotiroidisme
setelah dilakukan tes TSHs .
Prosedur Kerja :
STANDAR PEMERIKSAAN T4 DENGAN ALAT MINI VIDAS
PROSEDUR
OPERASIONAL

57
(SPO)
Prosedur Kerja 1. Keluarkan Reagen Kit Atau Strip + Spr Dari
Lemari Es, Diamkan Pada Suhu Ruangan Selama
± 30 Menit Sebelum Digunakan
2. Untuk Kit Pertama/Lot Yang Baru Master Lot
Entry (Mle) Card Harus Dibaca Terlebih Dahulu
3. Pipet Sampel Pasien, Control (C1), Dan
Kalibrasi (S1) Sebanyak 200µ Dan Masukan
Pada Sumur Sampel Di Masing-Masing Strip
4. Untuk Pengkalibrasian Reagen Kalibrasi Harus
“Triplikat” Atau “Triple”
5. Kalibrasi Valid Selama 14 Hari, Setel Itu Harus
Diulang Kembali (S1 + C1)
6. Masukan Strip + Spr Kedalam Minividas/Vidas
7. Identifikasi Pasien, Control (C1) Dan Kalibrator
(S1)
8. Tekan “Start”
Interprestasi Nilai Normal : 60- 120 nmol/L
Hasil

Pemeriksaan serologi TSH


judul : Pemeriksaan serologi TSH
Tujuan : Untuk mengetahui kadar konsentrasi hormon tSH dalam darah
pasien.
Prinsip : Modifikasi dari prinsip elisa yang pembacaan berdasarkan
flouresensi
Metode : Automatic
Ruangan : Imunologi
Landasan Teori :
Thyroid stimulating hormone (TSH) adalah hormon yang dihasilkan oleh
hipofisa anterior. TSH berfungsi merangsang produksi hormon tiroid seperti T4
dan T3 melalui reseptornya yang ada di permukaan sel tiroid. Sintesis dari TSH
ini dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh
hypothalamus bila didapatkan kadar hormon tiroid yang rendah di dalam darah.

58
Bila kadar T3 dan T4 meningkat, produksi TSH akan ditekan sehingga akan
terjadi penurunan kadar T3 dan T4. Sebagaimana diketahui, hormon tiroid terikat
pada protein yang disebut thyroxin binding protein. Banyaknya thyroxin binding
protein yang tidak mengikat hormon tiroid merupakan ukuran dari T-Uptake.
Tes Thyroid Releasing Hormone (TRH) digunakan untuk mengukur
respons hipofisis terhadap rangsangan TRH, yaitu dengan menentukan kadar TSH
serum sebelum dan sesudah pemberian TRH eksogen. Pada hipertiroidisme klinis
atau subklinis tidak tampak peningkatan TSH setelah pemberian TRH. Sebaliknya
bila pasien eutiroid atau sumbu hipotalamus-hipofisis masih intak, maka hipofisis
akan memberikan respons yang adekuat terhadap rangsangan TRH. Tes TRH yang
normal menyingkirkan diagnosis hipertiroidisme .Tes TRH hanya dilakukan pada
pasien yang dicurigai hipertiroidisme sedangkan kadar FT4 dan FT3 masih
normal atau untuk mengevaluasi kadar TSH yang rendah atau tidak terdeteksi
dengan atau tanpa hiper/hipotiroidisme yang penyebabnya tidak diketahui .

Prosedur Kerja :
STANDAR
PROSEDUR
PEMERIKSAAN TSH DENGAN ALAT MINI VIDAS
OPERASIONAL
(SPO)
Prosedur Kerja 1. Keluarkan Reagen Kit Atau Strip + Spr Dari
Lemari Es, Diamkan Pada Suhu Ruangan Selama
± 30 Menit Sebelum Digunakan
2. Untuk Kit Pertama/Lot Yang Baru Master Lot
Entry (Mle) Card Harus Dibaca Terlebih Dahulu
3. Pipet Sampel Pasien, Control (C1), Dan
Kalibrasi (S1) Sebanyak 200µ Dan Masukan
Pada Sumur Sampel Di Masing-Masing Strip
4. Untuk Pengkalibrasian Reagen Kalibrasi Harus
“Triplikat” Atau “Triple”
5. Kalibrasi Valid Selama 14 Hari, Setel Itu Harus
Diulang Kembali (S1 + C1)
6. Masukan Strip + Spr Kedalam Minividas/Vidas

59
7. Identifikasi Pasien, Control (C1) Dan Kalibrator
(S1)
8. Tekan “Start”
Interprestasi Nilai Normal : 0,25 – 5 uLU/ml
Hasil

Pemeriksaan HIV dengan Smart Diagnostik


Judul : Pemeriksaan HIV dengan Smart Diagnostik
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya antibody terhadap virus HIV
dalam tubuh pasien.
Prinsip : Serum yang di teteskan pada ruang membrane bereaksi dengan
partikel yang telah dilapisi dengan protein A yang terdapat pada
bantalan specimen. Selanjutnya akan brgerak secara kromatografi
dan bereaksi dengan antigen HIV rekombinan yang terdapat pada
garis test. Jika specimen mengandung antibody HIV maka akan
timbul garis warna.
Metode : Dipstik
Landasan Teori :
HIV adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini
menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh,
sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Seperti virus lain pada
umumnya, HIV hanya dapat bereplikasi dengan memanfaatkan sel inang. Siklus
hidup HIV diawali dengan penempelan partikel virus (virion) dengan reseptor
pada permukaan sel inang, di antaranya adalah CD4, CXCR5, dan CXCR5. Sel-
sel yang menjadi target HIV adalah sel dendritik, sel T, dan makrofaga. Sel-sel
tersebut terdapat pada permukaan lapisan kulit dalam (mukosa) penis, vagina,
dan oral yang biasanya menjadi tempat awal infeksi HIV. Selain itu, HIV juga
dapat langsung masuk ke aliran darah dan masuk serta bereplikasi di noda limpa.

60
Istilah HIV telah digunakan sejak 1986 (coffin et al.,1986) sebagai nama
untuk retrovirus yan diususlkan pertama kali sebagai penyebab AIDS oleh Luc
Montegnier dari Prancis, yang awalnya menamakannya LAV (Lymphadenopathy
Associated Virus) adan oleh Robert Gallo dari AS, yang awalnya menamakannya
HTLV-III ( Human T Lymphotropic Virus Type III ). AIDS adalah singkatan dari
Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari
perkembangbiakan virus hiv dalam tubuh mahluk hidup. Virus HIV membuuhkan
waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya system kekebalan
tubuh yang tadinya dimiliki karena sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus
HIV.

Prosedur Kerja :
STANDAR
PROSEDUR PEMERIKSAAN HIV DENGAN SMART DIAGNOSTIK
OPERASIONAL
(SPO)
Prosedur Kerja 1. Buka Segel Kemasan Dengan Merobek Pada Tanda
Sobekan. Keluarkan Cassette Dari Dalam
Kemasannya.
2. Hisap Sampel Dengan Menggunakan Pipet
Diposabele Yang Disediakan, Lalu Teteskan 1 Tetes
(25µl) Serum/Plasma 2 Tetes Whole Blood
Masukan Kedalam Lubang Pada Cassette.
3. Segera Teteskan 1 Tetes Diluents (Untuk
Serum/Plasma) Atau 2 Tetes Diluents (Untuk
Whole Blood) Ke Dalam Lubang Sampel.
4. Baca Hasil Dalam 25 Menit Setelah Penetesan
Diluent.
5. Jangan Membaca Hasil Setelah 30 Menit.
Inteprestasi Hasil - Reaktif
Munculnya Dua Garis Merah Pada Zona “C” Dan
Zona “T1” Atau Pada Zona “C” Dan Zona “T2”

61
Atau Muncul Tiga Garis Merah Pada Zona “C”,
“T1” Dan “T2”.
- Non Reaktif
Muncul Hanya Satu Garis Merah Pada Zona “C”,
- Invalid
Bila Tidak Muncul Garis Merah Pada Zona Control
“C”.
Interprestasi Hasil : Jika Ditemukan Garis Samar Pada Garis Tes,
Dianggap Reaktif.

Pemeriksaan Anti HCV dengan Smart Diagnostik


Judul : Pemeriksaan Anti HCV dengan Smart Diagnostik
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya antibody terhadap virus
Hepatitis C dalam tubuh pasien.
Prinsip : Serum atau plasma yang diteteskan pada bantalan sampel akan
bereaksi dengan partikel yang telah dilapisi dengan protein A.
Campuran ini selanjutnya akan bergerak sepanjang strip
membrane untuk berikatan dengan antibody spesifik pada pada
daerah tes (T) sehingga akan membentuk garis warna.
Metode : Dipstik
Landasan Teori :
Hepatitis C virus (HCV) adalah (50 nm dalam ukuran) kecil, diselimuti,
beruntai tunggal, secara positif virus RNA. Ini adalah anggota hanya dikenal dari
genus''''hepacivirus dalam keluarga Flaviviridae''''. Ada enam genotipe utama dari
virus hepatitis C, yang ditunjukkan secara numerik (misalnya, genotipe 1,
genotipe 2, dll).
Virus hepatitis C (HCV) ditularkan oleh darah-ke-darah. Di negara maju,
diperkirakan bahwa 90% orang dengan infeksi HCV kronis terinfeksi melalui
transfusi darah atau produk darah yang tidak diskrining atau melalui penggunaan
narkoba suntikan atau paparan seksual. Di negara berkembang, sumber utama
infeksi HCV yang tidak steril alat suntik dan infus darah yang tidak cukup
disaring dan produk darah. Belum ada kasus yang berhubungan dengan transfusi

62
didokumentasikan hepatitis C di Amerika Serikat selama lebih dari satu dekade
sebagai pasokan darah keras disaring dengan baik AMDAL dan PCR teknologi.
Tes human anti HCV lgG antibody dikembangkan untuk mendeteksi sirkulasi
anti HCV lgG antibody dinyatakan sebagai petunjuk infeksi hepatitis C virus, tes
ini berdasarkan prinsip yang menggunakan rekombinan HCV protein sebagai viral
antigen. Pada langkah pertama anti HCV lgG dalam specimen bila ada akan
terikat pada protein rekombinan HCV yang dilabel pada permukaan sumur
microtitir. Setelah inkubasi bagian specimen yang tidak terikat akan dipisahkan
melalui pencucian, pada pencucian ke dua anti human lgG konjugat ditambahkan
akan mengikat antibody spesifik manusia anti HCV lgG pada permukaan sumur
akan membentuk sandwich complex.
Prosedur Kerja :
STANDAR
PROSEDUR PEMERIKSAAN ANTI HCV DENGAN SMART
OPERASIONAL DIAGNOSTIK
(SPO)
Prosedur Kerja 1. Buka Segel Kemasan Dengan Merobek Pada Tanda
Sobekan. Keluarkan Alat Uji Dari Kemasan .
2. Ambil 100µl Sampel Mengunakan Pipet Mikro,
Lalu Teteskan Kedalam Sumuran Sampel Pada
Kaset
3. Tunggu Selama 10 -20 Menit Dan Baca Hasilnya
.Hasil Negatif Harus Ditegaskan Sampai 15 Menit
4. Hasil Yang Dibaca Setelah 25 Menit Tidak Dapat
Digunakan Sebagai Data.
Inteprestasi Hasil - Positif
Sebagai Tambahan Pada Pita Control (C) Berwarna
Pink . Pita Dengan Warna Pink Yang Berbeda Juga
Muncul Pada Daerah Uji (T)
- Negatif
Hanya Satu Pita Berwarna Muncul Pada Daerah
Contlor (C). Tidak Muncul Pita Yang Jelas Pada
Daerah Uji (T)
- Tidak Valid

63
Tidak Munculnya Warna Pada Derah Uji Maupun
Daerah Control Atau Muncul Hanya Satu Pita
Berwarna Pada Daerah Uji Menunjukan Kesakahan
Prosedur Atau Pereaksi Sudah Rusak.

Pemeriksaan Widal
Judul : Pemeriksaan Widal
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya antibody terhadap
salmonella dalam serum pasien.
Prinsip : Antibodi salmonella dalam serum penderita bereaksi dengan
antigen
salmonnella membentuk kompleks yang dapat dilihat berupa
adanya
aglutinasi.
Metode : Dipstik
Landasan Teori :
Pemeriksaan widal adalah salah satu pemeriksaan serologi yang bertujuan
untuk menegakan diagnosa demam tipoid. Uji widal positif artinya ada zat anti
(antibodi) terhadap kuman Salmonella, menunjukkan bahwa seseorang pernah
kontak/terinfeksi dengan kuman Salmonella tipe tertentu. Pemeriksaan ini masih
banyak dipakai di negara-negara berkembang dikarenakan biayanya yg relatif
terjangkau dan hasilnyapun dapat diketahui dengan segera. Pemeriksaan widal
bertujuan untuk mendeteksi adanya antibodi (kekebalan tubuh) terhadap kuman
Salmonela dengan cara mengukur kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O
dan H dalam sampel darah. Tubuh kita akan membentuk antibodi jika terpapar
kuman Salmonela typhi, baik kuman yg masuk secara alamiah dan menyebabkan
sakit, kuman yg masuk namun tidak menunjukan gejala (karier) ataupun melalui
vaksinasi.
Pada pasien yg saat ini tidak sedang sakitpun pemeriksaan widal mungkin
saja menunjukan hasil yang positif, pada pasien yang mendapat vaksinasi tipoid
hasil pemeriksaan widalnyapun bisa positif. Perlu diperhatikan sobat analis semua

64
bahwa pemeriksaan widal yang positif bukan hanya terjadi pada infeksi kuman
Salmonella typhi, namun juga akibat infeksi kuman Salmonella yang lain,
sehingga pada saat ini pemeriksan ini tidak dapat lagi dijadikan acuan
pemeriksaan yg spesifik terhadap penyakit tipoid. Pengambilan sampel pasien
untuk pemeriksaan widal juga kadang kurang tepat waktunya, karena berdasarkan
perjalanan penyakitnya antibodi terbentuk pada hari ke 5-7 ke atas, sehingga tidak
bijak jika pemeriksaan widal dilakukan sebelum hari ke 5, dan kalaupun pada
pemeriksaan wideal didapat hasil yg positif pada sebelum hari ke 5 maka yg
terdeteksi tersebut dimungkinkan antibodi yg terbentuk tersebut berasal dari
infeksi sebelumnya. Mengingat adanya kelemahan tersebut maka pada saat ini di
era kemajuan teknik pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan tersebut seharusnya
tidak lagi menjadi pilihan, meskipun masih saja dilakukan di laboratorium-
laboratorium pratama atau di daerah-daerah dimana teknik pameriksaan yg lain
belum tersedia, namun tetap memperhatikan hal-hal penting dalam menegakan
diagnosa tipoid yaitu tanda klinis yg menunjang (demam lebih dari 7 hari,
anamnesis dan pemeriksaan fisik) atau dilakukan pemeriksaan widal serial pada
minggu ke 1 dan minggu ke 2 dan pada periode convalescence saat demam mulai
turun (pemeriksaan cukup bermakna jika terdapat kenaikan titer 2-4 kali).
Prosedur Kerja :
STANDAR
PROSEDUR
PEMERIKSAAN WIDAL TEST
OPERASIONAL
(SOP)
Reagensia Fotress
Spesimen Serum, Plasma
Prosedur Kerja 1. Disiapkan kaca slide yang kering dan bersih dengan
delapan lingkaran.
2. Teteskan reagen widal antigen H dan O masing-
masing satu tetes ke dalam lingkaran, tiap reagen satu
lingkaran.
3. Pipet 20 µl serum dengan menggunakan pipet micro
dan letakkan kesetiap lingkaran slide.
4. Homogen dan lebarkan tiap-tiap tetesan serum

65
dengan reagen sampai merata dalam lingkaran
dengan menggunakan batang pengaduk.
5. Goyang dan putar slide pada kecepatan 70 rpm secara
berlahan selama 1 menit dengan menggunakan
tangan atau rotator.
Interprestasi Hasil - Positif (+) : Terjadi aglutinasi
- Negatif (-) : Tidak terjadi aglutinasi

Pemeriksaan Serologi DHF dengan Smart Diagnostik


Judul : Pemeriksaan Serologi DHF dengan Smart Diagnostik
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya antibody terhadap DHF
dalam tubuh pasien.
Prinsip : jika serum diletakkan dibantalan sampel dan ditambah reagen
diluent DHF, maka jika terdapat antibodi terhadap DHF antibodi
tersebut akan berikatan dengan antigen yang terikat pada kertas
nitroselulose. Dan akan menghasilkan garis warna.
Metode : Dipstik
Ruangan : Imunologi
Landasan Teori :
Imunopatogenesis DBD dan SSD masih merupakan masalah yang
kontroversial. Dua teori yang digunakan untuk menjelaskan perubahan
patogenesis pada DBD dan SSD yaitu hipotesis infeksi sekunder (teori secondary
heterologous infection) dan hypothesis antibody dependent enhancement ( ADE ).
Teori infeksi sekunder menyebutkan bahwa apabila seseorang mendapatkan
infeksi primer dengan satu jenis virus, akan terjadi proses kekebalan terhadap
infeksi terhadap jenis virus tersebut untuk jangka waktu yang lama, tetapi jika
orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis serotipe virus yang
lain, maka terjadi infeksi yang berat. Pada teori kedua (ADE), menyebutkan tiga
hal yaitu antibodies enhance infection, T-cells enhance infection serta limfosit T
dan monosit akan melepaskan sitokin yang berkontribusi terhadap terjadinya
DBD dan SSD.Singkatnya secara umum ADE dijelaskan sebagai berikut, bahwa
jika terdapat antibodi spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka antibodi tersebut

66
dapat mencegah penyakit, tetapi sebaliknya apabila antibodi yang terdapat dalam
tubuh merupakan antibodi yang tidak dapat menetralisasi virus, justru dapat
menimbulkan penyakit yang berat.
Prosedur Kerja :
STANDAR
PROSEDUR PEMERIKSAAN SEROLOGI DHF DENGAN SMART
OPERASIONAL DIAGNOSTIK
(SOP)
Reagensia Standar Diagnostic, INC
Spesimen Serum, Plasma
Prosedur Kerja 1. Buka segel kemasan dengan merobek pada tanda sobekan,
keluarkan alat uji dari kemasan.
2. Ambil 5 µl spesimen serum atau plasma menggunakan pipet
kapiler atau mikropipet dan teteskan ke dalam sumuran
sampel (S), lalu segera tambahkan 4 tetes diluent ke dalam
sumuran diluent.
3. Tunggu selama 15-20 menit dan baca hasilnya.
4. Hasil yang dibaca setelah 20 menit tidak dapat digunakan
sebagai data.
Interprestasi Hasil - Positif IgM
Muncul dua garis pink pada zona “C” dan zona “M”. Hasil
tetap dinyatakan positif meskipun garis terlihat samar/kurang
jelas.
- Positif IgG
Muncul dua garis pink pada zona “C” dan zona “G”. Hasil
tetap dinyatakan positif meskipun garis terlihat samar/kurang
jelas.
- Positif IgM dan IgG
Muncul tiga garis pink pada zona “C”, zona “M” dan zona
“G”. Hasil tetap dinyatakan positif meskipun garis terlihat
samar/kurang jelas.
- Negatif
Hanya muncul satu garis pink pada zona “C”.
- Tidak Valid
Tidak munculnya garis pink pada zona “C”, disarankan untuk
melakukan test ulang.

67
Pemeriksaan Rheumatoid factor (Rf) dengan Smart Diagnostik
Judul : Pemeriksaan Rheumatoid factor (Rf) dengan Smart Diagnostik
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya antibody terhadap Rf dalam
tubuh pasien.
Prinsip : Serum diteteskan di strip tes akan bereaksi dengan antigen strip
akan bergerak dan bereaksi menghasilkan garis warna
Metode : Dipstik
Landasan Teori :
Rheumatoid Faktor atau RF merupakan suatu penyakit autoimun
dimana immunoglobulin yang bereaksi dengan molekul Ig yang berlebih sehingga
membentuk IgG abnormal menimbulkan pembentukan auto antibody yang dikenal
sebagai factor rematoid. Kemudian IgG yang abnormal tersebut akan difagosit
oleh magrofag. Sebagian besar RF adalah IgM, tetapi dapat juga berupa IgG atau
IgA. Pemeriksaan rheumatoid factor (RF) adalah suatu pemeriksaan laboratorium
yang mengukur jumlah antibodi RF di dalam darah. Sedangkan rheumatoid
factor adalah protein yang diproduksi oleh sistem imun tubuh yang dapat
menyerang jaringan sehat di dalam tubuh (bagian dari sistem kekebalan tubuh
yang menyerang jaringannya sendiri, dan bukan jaringan asing).
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien-pasien yang dicurigai adanya
penyakit autoimun seperti RA dan sindrom Sjogren. Pasien tidak perlu berinisiatif
untuk melakukan pemeriksaan ini sendiri, biarkan dokter anda yang menentukan
kapan anda perlu memeriksakan nilai rheumatoid factor anda. Pemeriksaan ini
sangat berguna untuk membantu dokter memberikan diagnosis yang tepat
terhadap penyakit RA dan menentukan terapi sesuai dengan kondisi RF saat itu.
Tes RF merupakan serangkaian kelompok tes darah, yang termasuk diantaranya
adalah Antinuclear antibody (ANA), Anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP)
antibodies, pemeriksaan darah lengkap, C-reactive protein (CRP), Laju endap
darah (LED).

68
Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengambil sejumlah darah dari pembuluh
vena di lengan Anda dan kemudian sampel darah tersebut akan diperiksakan di
laboratorium. Untuk batasan hasil yang normal adalah kurang dari 40-6 u/mL atau
kurang dari 1:80 titer.
Prosedur Kerja :
STANDAR
PROSEDUR PEMERIKSAAN RHEUMATOID FACTOR (Rf)
OPERASIONAL DENGAN SMART DIAGNOSTIK
(SOP)
Reagensia Smart Diagnostic
Spesimen Serum, Plasma
Prosedur Kerja 1. Buka segel kemesan dengan merobek pada tanda
sobekan. Keluarkan alat uji dari kemasan.
2. Tambahkan 4 µl spesimen ke dalam vial yang berisi 4
ml pelarut. Kocok vial sampai diperoleh larutan yang
homogen.
3. Patahkan ujung tutup vil dan tuangkan 2-3 tetes
larutan spesimen pada ujung strip uji.
4. Tunggu sampai muncul pita berwarna. Baca hasilnya
setelah 10 menit.
5. Hasil yang dibaca setelah 15 menit tidak dapat
digunakan sebagai data.
Interprestasi Hasil - Positif
Sebagai tambahan pada pita control (C) berwarna pink.
Pita dengan warna pink yang berbeda juga muncul pada
daerah uji (T).
- Negatif
Hanya satu pita berwarna muncul pada daerah control
(C). Tidak muncul pita yang jelas pada daerah uji (T).
- Tidak Valid
Tidak munculnya warna pada daerah uji maupun daerah
control atau muncul hanya satu pita berwarna pada
daerah uji menunjukkan kesalahan prosedur atau
pereaksi sudah rusak.

69
Pemeriksaan Anti - Streptolysin O (ASO) dengan Smart Diagnostik
Judul : Pemeriksaan Anti - Streptolysin O (ASO) dengan Smart
Diagnostik
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya antibody terhadap Anti -
Streptolysin O dalam tubuh pasien.
Prinsip : Serum diteteskan di strip tes akan bereaksi dengan antigen strip
akan bergerak dan bereaksi menghasilkan garis warna
Metode : Dipstik
Landasan Teori :
ASTO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan
paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih
kurang 80 % penderita demam reumatik / penyakit jantung reumatik akut
menunjukkan kenaikkan titer ASTO ini; bila dilakukan pemeriksaan atas 3
antibodi terhadap streptococcus, maka pada 95 % kasus demam reumatik /
penyakit jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap
streptococcus.
Penyakit demam rematik diawali dengan infeksi bakteri Streptococcus
beta-hemolyticus golongan A pada kerongkongan. Infeksi ini menyebabkan
penderita mengeluh nyeri kerongkongan dan demam. Jika infeksi tidak segera
diobati, bakteri Streptococcus yang ada akan melakukan perlengketan yang kuat
(adherence) di daerah sekitarnya dan merangsang pengeluaran antibodi (Ig-G).
Antibodi yang dihasilkan akan mengikat kuman Streptococcus dan membentuk
suatu kompleks imun dan akan menyebar ke seluruh tubuh, terutama ke jantung,
sendi, dan susunan saraf.
Prosedur Kerja :
STANDAR
PROSEDUR PEMERIKSAAN Anti – streptolysin O (ASO) DENGAN
OPERASIONAL SMART DIAGNOSTIK
(SOP)
Reagensia Smart Diagnostic
Spesimen Serum, Plasma

70
Prosedur Kerja 1. Buka segel kemasan dengan merobek pada tanda
sobekan. Keluarkan alat uji dari kemasan.
2. Tambahkan 4 µl spesimen ke dalam vial yang berisi
4 ml pelarut. Kocok vial sampai diperoleh larutan
yang homogen.
3. Patahkan ujung tutup vial dan tuangkan 2-3 tetes
larutan spesimen pada ujung strip uji.
4. Tunggu sampai muncul pita berwarna. Baca hasilnya
setelah 10 menit.
5. Hasil yang dibaca setelah 15 menit tidak dapat
digunakan sebagai data.
Interprestasi Hasil - Positif
Sebagai tambahan pada pita control (C) berwarna
pink. Pita dengan warna pink yang berbeda juga
muncul pada daerah uji (T).
- Negatif
Hanya satu pita berwarna muncul pada daerah control
(C). Tidak muncul pita yang jelas pada daerah uji (T).
- Tidak Valid
Tidak munculnya warna pada daerah uji maupun
daerah control atau muncul hanya satu pita berwarna
pada daerah uji menunjukkan kesalahan prosedur atau
pereaksi sudah rusak.

Pemeriksaan HbsAg dengan Smart Diagnostik


Judul : Pemeriksaan HbsAg dengan Smart Diagnostik
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya antibody terhadap HbsAg
dalam tubuh pasien.
Prinsip : Imunokromatografi dengan prinsip serum/plasma yang diteteskan
pada
bantalan sample bereaksi dengan partikel yang telah dilapis
dengan anti HBs (antibody). Campuran ini selanjutnya akan
bergerak sepanjang strip membrane untuk berikatan dengan

71
antibody spesifik pada daerah tes (T), sehingga akan
menghasilkan garis warna.
Metode : Dipstik
Landasan Teori :
Antigen permukaan virus hepatitis B (hepatitis B surface antigen, HBsAg)
merupakan material permukaan dari virus hepatitis B. Pada awalnya antigen ini
dinamakan antigen Australia karena pertama kalinya diisolasi oleh seorang dokter
peneliti Amerika, Baruch S. Blumberg dari serum orang Australia. HBsAg
merupakan petanda serologik infeksi virus hepatitis B pertama yang muncul di
dalam serum dan mulai terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi,
mendahului munculnya gejala klinik serta meningkatnya SGPT. Selanjutnya
HBsAg merupakan satu-satunya petanda serologik selama 3 – 5 minggu. Pada
kasus yang sembuh, HBsAg akan hilang antara 3 sampai 6 bulan pasca infeksi
sedangkan pada kasus kronis, HBsAg akan tetap terdeteksi sampai lebih dari 6
bulan. HBsAg positif yang persisten lebih dari 6 bulan didefinisikan sebagai
pembawa (carrier). Sekitar 10% penderita yang memiliki HBsAg positif adalah
carrier, dan hasil uji dapat tetap positif selam bertahun-tahun.
Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B,
baik untuk keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit
transfusi darah, serta digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis.
Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menetapkan bahwa hepatitis akut yang
diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi dengan virus lain. HBsAg
positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan infeksi virus
hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg positif
menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HBsAg
positif dengan IgG anti HBc dan anti-HBe positif menunjukkan infeksi virus
hepatitis B kronis dengan replikasi rendah.
Prosedur Kerja :
STANDAR PEMERIKSAAN HbsAg DENGAN SMART
PROSEDUR DIAGNOSTIK
OPERASIONAL

72
(SOP)
Reagensia Smart Diagnostic
Spesimen Serum, Plasma
Prosedur Kerja 1. Buka segel kemasan dengan merobek pada tanda
sobekan. Keluarkan alat uji dari kemasan.
2. Ambil 100 µl serum menggunakan pipet micro, lalu
teteskan ke dalam sumuran.
3. Tunggu selama 10-20 menit dan baca hasilnya. Hasil
negatif harus ditegaskan sampai 25 menit.
4. Hasil yang dibaca setelah 30 meniit tidak dapat
digunakan.
Interprestasi Hasil - Positif
Sebagai tambahan pada pita control (C) berwarna
pink. Pita dengan warna pink yang berbeda juga
muncul pada daerah uji (T).
- Negatif
Hanya satu pita berwarna muncul pada daerah control
(C). Tidak muncul pita yang jelas pada daerah uji (T).
- Tidak Valid
Tidak munculnya warna pada daerah uji maupun
daerah control atau muncul hanya satu pita berwarna
pada daerah uji menunjukkan kesalahan prosedur atau
pereaksi sudah rusak.

Pemeriksaan HbsAb dengan Smart Diagnostik


Judul : Pemeriksaan HbsAb dengan Smart Diagnostik
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya antibody terhadap virus
Hepatitis B dalam tubuh pasien.
Prinsip : Strip megandung α dan β HBsAb akan beraksi dengan α dan β
HBsAb dalam serum sampel membentuk imunokompleks akan
terus bermigrasi dan terikat dengan zona kontrol membentuk garis
yang kedua. Dua buah garis akan terlihat bila sampel
mengandung HBs. Bila tidak ada HBs atau konsentrasi HBs
rendah maka garis akan terlihat pada kontrol saja.
Metode : Dipstik

73
Landasan Teori :
HbsAb adalah antibody hepatitis B permukaan yang diprosuksi oleh tubuh
dan menunjukkan seseorang terlindugi dari infeksi hepatitis B. pemeriksaan
hepatitis B sebaiknya dilakukan pada seseorang yang mempunyai kemungkinan
tertular penyakit hepatitis B. misalnya penggunaan jarum suntik, seperti orang
yang tinggal didaerah endemic hepatitis B, atau juga para pelaku kesehatan.
Hepatitis B merupakan penyakit infeksi pada hati yang angka kejadiannya
tinggi dan dapat menimbulkan masalah kronis, seperti sirosis hepatitis dan kanker
hati. Diagnosis hepatitis B dikerjakan dengan melakukan tes terhadap beberapa
marker serologi dan virus hepatitis B dan dengan menambahkan tes tambahan
untuk menyingkirkanpenyebab seperti Hbs Ag dan anti HB. Hepatitis B secara
awam lazim disebut sebagai penyakit kuning. Pada penyakit hepatitis B mata yang
berwarna kuning sering dijumpai pada sepertiga kasus. Untuk lebih mengarah
pada diagnosis hepatitis B, perlu digali mengenai riwayat transfusi darah,
hemodialisis dan lain sebagainya.
Jika positif, pasien dianggap memiliki kekebalan terhadap hepatitis B
(baik karena infeksi yang telah sembuh atau karena vaksinasi). Hepatitis B karier
kronis dapat menunjukkan HBsAg dan Anti HBs positif. Positif untuk HbsAg dan
anti HBs pada saat yang bersamaan, tetapi hal ini sangat jarang terjadi (<1%). Jika
negatif pasien belum memiliki kekebalan terhadap virus hepatitis B.
Prosedur Kerja :
STANDAR
PROSEDUR PEMERIKSAAN HbsAb DENGAN SMART
OPERASIONAL DIAGNOSTIK
(SOP)
Reagensia Smart Diagnostic
Spesimen Serum, Plasma
Prosedur Kerja 5. Buka segel kemasan dengan merobek pada tanda
sobekan. Keluarkan alat uji dari kemasan.
6. Ambil 100 µl serum menggunakan pipet micro, lalu
teteskan ke dalam sumuran.
7. Tunggu selama 15-20 menit dan baca hasilnya.

74
Hasil negatif harus ditegaskan sampai 20 menit.
8. Hasil yang dibaca setelah 20 meniit tidak dapat
digunakan.

Interprestasi Hasil - Positif


Sebagai tambahan pada pita control (C) berwarna
pink. Pita dengan warna pink yang berbeda juga
muncul pada daerah uji (T).
- Negatif
Hanya satu pita berwarna muncul pada daerah control
(C). Tidak muncul pita yang jelas pada daerah uji (T).
- Tidak Valid
Tidak munculnya warna pada daerah uji maupun
daerah control atau muncul hanya satu pita berwarna
pada daerah uji menunjukkan kesalahan prosedur
atau pereaksi sudah rusak.

4. Pemeriksaan Mikrobiologi

Pemeriksaan TB (Mikrobakterium Tuberkulosis)


Judul : Pemeriksaan TB (Mikrobakterium Tuberkulosis)
Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya TB dalam sputum
atau dahak pasien.
Prinsip : Bakteri Tahan Asam (BTA) akan memberikan warna
merah, karena dinding terluar bakteri tebal dan dengan
pencucian asam alkohol warna yang telah diikat bakteri
tidak akan luntur.
Metode : automatic dan manual ( pewarnaan Ziehl Neelson)
Landasan Teori :
Mikrobiologi merupakan cabang ilmu dari biologi yang khusus
mempelajari jasad-jasad renik. Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani (micros,
kecil, bios , hidup, dan logos, pengetahuan) sehingga secara singkat dapat
diartikan bahwa mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mahluk-
mahluk hidup yang kecil-kecil. Mahluk-mahluk hidup yang kecil-kecil tersebut

75
disebut juga dengan mikrooprganisme, mikrobia, mikroba, atau jasad renik.
Mikrobiologi memerlukan ilmu pendukung seperti kimia, fisika, dan biokimia.
Mikrobiologi sering disebut ilmu praktek dan biokimia. Dalam mikrobiologi
dasar diberikan pengertian dasar tentang sejarah penemuan mikroba, macam-
macam mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya, metabolisme
mikroba secara umum, pertumbuhan mikroba dan faktor lingkungan, mikroba
terapang di bidang lingkungan dan pertanian. Mikrobilogi lanjut telah
berkembang menjadi bermacam-macam ilmu yaitu virologi, bakteorologi,
mikologi, mikrobiologi pangan, mikrobiologi tanah, mikrobiologi industri, dan
sebagainya yang mempelajari mikroba spesifik secara lebih rinci atau menurut
kemanfaatannya.
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali dalam
penularannya. Seperti halnya penyakit flu biasa, dalam penyebaranya TBC juga
melalui udara. Penyakit tuberkolosis sangat mematikan apabila tidak segera
dilakukan penanganan. Di Indonesia, penanganan sejak dini sudah dilakukan
dengan memberikan paket imunisasi BCG pada balita. Namun demikian, belum
sepenuhnya Indonesia 100% terbebas dari penyakit ini. Mycobacterium
Tuberculosis adalah bakteri penyebab dari penyakit TBC, kuman ini berbentuk
batang yang mengelompok atau disebut berkoloni. Kuman ini paling sering
menyerang organ pernafasan atau paru-paru, walaupun masih bisa menyerang
organ tubuh yang lain. Infeksi primer dapat terjadi pada indifidu yang belum
memiliki kekebalan terhadap basil ini. Nama lain dari TBC adalah TB yaitu
adalah singkatan dari tubercles bacillus. Jadi antara TBC dan TB adalah penyakit
yang sama. Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan
kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok
bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna
pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol asam).
Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan
asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan
carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna

76
Prosedur Kerja :
STANDAR
PEMERIKSAAN TB MENGGUNAKAN ALAT GeneXpert
PROSEDUR
(Xpert MTB/RIF)
OPERASION
AL (SPO)

Alat dan Alat :


Bahan  Certridge MTB/RIF
 Pipet Steril disposable
 Dapar (Buffer)

Bahan yang harus disediakan di laboratorium :


 Pot dahak steril, bertutup uril lebih dari 3, anti bocor dan
bening.
 Handscoon/ sarung tangan sekali pakai.
 Jas laboratorium dan masker. Kantong plastik tahan panas
yang dapat diautoklaf untuk wadah limbah infeksius.
 Pencatat waktu (Timer)
 Larutan Dinfeksitan (larutan hipoklorit 1% dan alkohol
70%.
 Label atau spidol permanen.
Cara Perhatian : sebelum pemprosesan contoh uji dimulai, pastikan
menghidupkan alat GaneXpert berfungsi baik.
alat GaneXpert 1. Hidupkan UPS
2. Hidupkan alat GaneXpert
3. Pada tampilan komputer, klik 2 kali icon “Shortcut
GeneXpert Dx”. Untuk GeneXpert dengan system
operasional computer menggunakan Windows XP. Hal
ini tidak berlaku untuk sistem operasional computer
dengan menggunakan windows 7.
4. Log in ke sistem perangkat lunak GaneXpert dengan
menggunakan nama pengguna dan kata sandi.
5. Klik CHECK STATUS dan periksa kesiapan modul, bila
tidak siap lakukan analisis “Troubleshooting” yang

77
mengacu pada buku panduan.
Penyiapan 1. Lakukan tindakan desiinfeksi pada area kerja. Alasi
contoh uji meja kerja dengan kertas tisu. Semprotkan desinfektan
secukupnya.
2. Beri label pada dinding samping cartridge berisi
identitas contoh uji. Label jangan ditempelkan atau
ditulis pada penutup atau bagian barcode cartridge.
3. Bukalah penutup pot dahak, tambahkan dapar dengan
perbandingan 1 bagian volume contoh uji dan 2 bagian
volume dapar.
4. Kocok dengan kuat 10-20 kali sampai homogen.
5. Biarkan selama 10 menit pada suhu kamar.
6. Kocok kembali dengan kuat 10-20 kali.
7. Diamkan selama 5 menit pada suhu kamar sampai dahak
benar-benar homogen, tidak boleh ada gumpalan pada
dahak, bila masih ada gumpalan biarkan selama 5-10
menit pada suhu kamar.
Catatan : Lakukan uji dalam 30 menit setelah contoh uji
dimasukkan ke dalam cartridge.
Penyiapan 1. Hisap contoh uji dengan menggunakan pipet steril dari
Cartridge kit uji sampai meniscus di atas tanda minimum (>2ml).
2. Buka penutup cartridge.
3. Masukkan contoh uji yang telah di proses seperti di atas
kedalam lubang cartridge Xpert MTB/RIF.
4. Alirkan perlahan melalui dinding cartridge untuk
mencegah gerosol dan gelembung udara.
5. Tutup cartridge, pastikan penutup terpasang kuat.
Catatan : sisa contoh uji dapat disimpan sampai 12 jam pada
suhu 2- 8oC untuk kemungkinan pemeriksaan ulangan bila
diperlukan.
Uji dengan alat 1. Lihat tampilan pada GaneXpert system, klik CREATE
GeneXpert TEST, maka akan tampak kotak dialog “scan cartridge
barcode”.
2. Pindai barcode pada cartridge Xpert MTB/RIF.
3. Akan tampil jendela Create Test.
4. Menggunakan informasi barcode, mesin secara otomatis

78
akan menisi kotak-ktak pada : Select assay, reagen lot
ID, Cartridge SN, dan Expiration Date.
5. Pindai atau ketik nama pasien dan identitas contoh uji,
pastikan identitas benar. Identitas contoh uji
berhubungan dengan hasil uji dan akan ditampilkan
dalam jendela View Results dan semua laporan.
6. Klik start test.
7. Ketik kata sandi (password) milik pemeriksa GeneXpert
8. Buka pintu modul dengan lampu berkedip, dan
masukkan cartridge.
9. Tutup pintu modul secara sempurna sampai terdengar
bunyi “klik”
Pembacaan, Membaca hasil pada perangkat lunak GeneXpert (Basic user
pencatatan dan setting)
pelaporan 1. Klik VIEW RESULTS tampak tampilan view results.
2. Apa bila perangkat lunak melaporkan Error, Invalid atau
No Result, ulangi pengujian menggunakan contoh uji
yang telah diolah dan cartridge baru.
3. Bila menunjukkan laporan Error, Invalid atau No Result
maka pelajari manual troubleshooting untuk mengatasi
masalah yang timbul sebelum meminta contoh uji yang
baru untuk pengulangan uji.

Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan sesuai dengan petunjuk
program pengendalian TB Nasional.

STANDAR
PROSEDUR
PEMERIKSAAN TB MENGGUNAKAN METODE MANUAL
OPERASION
AL (SPO)
PEMBUATAN SEDIAAN APUS
Alat dan 1. Objekglass yang baru, bersih, dan belum pernah dipakai
Bahan sebelumnya.
2. Aplikator dari bambu atau lidi lancip, bambu atau lidi ujung

79
tidak rata atau ose.
3. Botol berisi pasir dan disenfektan (alkohol 70%/lysol) untuk
membersihkan ose.
4. Lampu spritus/ bunsen
5. Wadah pembuangan berisi desenfektan (misalnya lysol 5%)
6. Wadah pembuangan untuk aplikator
Cara Membuat 1. Tulis nomor identitas pasien pada bagian ujung kaca. Bila
Sediaan Apus menggunakan kaca prostet tulis dengan menggunakan pensil
2B pada bagian yang buram/postet. Bila menggunakan kaca
biasa, tulis dengan spidol permanen pada stiker yang
diletakkan dibalik sediaan.
2. Pilih dan ambil bagian dari sputum/dahak yang firulen
menggunakan ose atau lidi yang dipipihkan ujungnya.
3. Untuk meratakan sediaan buat spiral-spiral kecil sewaktu
apusan setengah kering dengan menggunakan lidi lancip
sehingga didapat sebaran yang rata.
4. Ose yang telah digunakan dicelupkan dalam botol pasir
5. disenfektan, kemudian bakar hingga ose membara.
6. Bila menggunakan lidi, langsung dibuang kedalam boto berisi
disenfektan.
7. Keringkan di udara. Setelah kering lakukan fiksasi dengan
pemanasan.
8. Pastikan apusan menghadap keatas.
9. Lewatkan 3x melalui api dari lampu spritus. Masing-masing
kurang lebih 1 detik. Gunakan pinset atau penjepit kayu untuk
memegang kaca sediaan.
10. Keringkan apusan di atas rak sediaan, hindari sinar matahari
langsung.
11. Cuci tangan setelah selesai membuat sediaan apus.
PEWARNAAN SEDIAAN APUS
Alat dan bahan 1. Rak sediaan untuk meletakkan sediaan. Rak diletakkan di atas
bak cuci atau baskom.
2. Pinset atau penjepit kayu.
3. Air mengalir atau botol semprot.
4. Lampu spritus.
5. Rak untuk mengeringkan sediaan yang telah di warnai.
6. Pengatur waktu.
7. Methylene Blue 0,3%.
8. Carbol Fuchsin 0,3%.

80
9. Asam Alkohol (3% HCl dalam Etanol).
10. Korek api.
Cara 1. Letakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap keatas
pewarnaan pada rak yang ditempatkan di atas bak cuci atau baskom,
metode antara satu sediaan dengan sediaan lainnya masing-masing
Ziehlneelsen berjarak kurang lebih satu jari. Jumlah maksimal sediaan pada
sekali pewarnaan 12 buah.
2. Genangi seluruh permukaan sediaan dengan karbol fuchsin.
Saring zat warna setiap kali akan melakukan pewarnaan
sediaan.
3. Panasi dari bawah dengan menggunakan korek api setiap
sediaan hingga keluar uap.
4. Diamkan selama minimal 5 menit. Waktu yang lebih lama
juga boleh, tetapi pewarnaan diatas sediaan tidak boleh sampai
kering.
5. Bilas sediaan dengan hati-hati dengan air mengalir.
6. Jangan ada percikan kesediaan lain.
7. Miringkan sediaan menggunakan penjepit kayu atau pinset
untuk membuang air.
8. Genangi dengan asam alkohol sampai tidak tampak warna
merah carbol fuchsin kemudian bilas dengan air mengalir.
9. Genangi permukaan sediaan dengan methylene blue selama
10-20 detik.
10. Bilas sediaan dengan air mengalir. Jangan ada percikan
kesediaan lain.
11. Miringkan sediaan untuk mengalirkan air.
Pembacaan 1. Gunakan lensa objektif 10x untuk menetapkan fokus dan
sediaan Apus menemukan lapangan pandang. Periksa sediaan untuk
menentukan kualitas sediaan. Pada sediaan dahak umunya
ditemukan lebih banyak se leukosit atau sel radang dari sel
epitel.
2. Teteskan 1 tetes imersi oil, aplikator minyak imersi oil tidak
boleh menyentuh kaca objek. Tetesan harus jatuh bebas
kepermukaan sediaan apus agar aplikator minyak imersi oil
tidak terkontaminasi kuman TB.
3. Putarlah lensa objektif 100x dengan hati-hati keatas sediaan

81
apus.

5. Pemeriksaan Klinik Rutin

Feses rutin
Judul : Feses Rutin
Tujuan : untuk mengidentifikasi infeksi
Prinsip : dengan pewarnaan (mikroskopis) dan dengan cara langsung
(makroskopis)
Landaasan teori :
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang
kita makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal
produksi 100 – 200 gram / hari. Terdiri dari air, makanan tidak tercerna, sel
epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis, Jenis makanan serta
gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya
dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang
telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu
penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan
laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih
diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan
mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses ,
cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang
benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.

Alat: Bahan:
Batang pengaduk (Lidi) - Sampel tinja sebanyak 10 gram atau
Object glass sebesar biji kacang
Cover glass - eosin
Mikroskop
Beaker glass

82
Pemeriksaan Makroskopis
1. Perhatikan kosentensi dan warna feces
2. Perhatikan lendir,darah dan danah pada feaces

Pemeriksaan Mikroskopis
1. Siapkan objek glass
2. Teteskan 1 tetes eosin
3. Ambil sampel seujung lidi
4. Homogenkn dengn cara mngaduk
5. Tutup dengan dekglass
6. Baca dengan menggunakan perbesaran dengan 10x dan 40x
perbesaran
7. Amati unsur-unsur yang terkandung dalam veses

Cara kerja urin rutin dengan klinitek


Judul : Feses Rutin
Tujuan : untuk mengidentifikasi infeksi
Prinsip : mikroskopis dan dengan cara langsung (makroskopis)
Landasan teori
Ekskresi adalah pengeluaran bahan – bahan yang tidak berguna yang
berasal dari sisa metabolisme. Di dalam tubuh manusia terdapat organ – organ
yang berperan dalam ekskresi tersebut, yaitu paru – paru, kulit, hati, ginjal. Kulit
merupakan salah satu organ ekskresi keringat, minyak dan garam – garam
mineral. Paru – paru mengekskresikan CO2 dan uap air (H2O). Sedangkan hati
mengekskresikan empedu dan ginjal mengekskresikan urin dan zat – zat
buangan seperti urea, asam urat,dll. vesika urinaria (kantong urin), jika kantong
urin sudah penuh akan dikeluarkan melalui uretra.Salah satu hasil ekskresi dari
sistem ekskresi (ginjal) yaitu urin. Urin terbentuk melalui 3 tahap, yaitu: proses
filtrasi, re-absorpsi dan augmentasi. Pada tahap filtrasi yang terjadi di
glomerulus akan menghasilkan urin primer, glukosa, asam amino, garam, air,
urea,, asam urat, ion. Lalu terjadi penyerapan kembali pada tahap reabsorpsi dan
menghasilkan urin sekunder. Kemudian pada tahap yang terakhir terjadi
penambahan zat sisa seperti urea, asam urat, sisa obat, H+, NH4+.

83
Alat : Bahan:
1. Strip test 1. Urin
2. Tabung reaksi
3. Clinitek
4. Kasa
5. Mikroskop
6. Deck glass

Pemeriksaan makroskopis
1. Perhatikan warna dan kejernihan urin
2. Centrifuge urin selama 2 menit
3. Lanjutkan pemeriksaan kimiawi
4. Siapkan urin sebanyak 2/4 tabung
5. Celupkan multistik ke dalam urin
6. Baca stik pada alat klinitek
Pemeriksaan mikroskopis
1. Sipakan objek glass, tetesi satu tetes sedimen urin
2. Tutup dengan menggunakan dekglass
3. Amati unsur-unsur dalam urin dengan perbesaran 10x dan 40x

Pemeriksaan uji narkoba


Judul : pemeriksaan uji narkoba
Tujuan :mengidentifikasi zat narkoba pada urine
Prinsip : dengan strip yang memiliki tiga hasilpositif,negatif dan valid,
dicelupkan pada urine akan menimbulkan reaksi pada reagen dan zat yang
terkandung dalam urine termasuk apabila ada zat kandungan narkoba.
Dasar Teori :
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya.
Selain “narkoba”, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik “narkoba”
atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko
kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya
adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak

84
dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu
disalah gunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis.
Strip test telah Dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dibuat dalam
bentuk imunokromatografi kompetitif kualitatif yang praktis, tidak
memerlukan tenaga trampil dan cepat (hasil dapat diperoleh dalam 3-10
menit). Dengan sampel urin teknik ini memiliki sensitivitas sesuai dengan
standard National Institute on Drug Abuse (NIDA, sekarang SAMHSA), dan
dengan spesifisitas 99,7%.

Alat dan Bahan :


Strip test Narkoba
Urine
Timer

Cara Kerja :
Biarkan strip test dalam suhu kamar.
Buka penutup strip test, kemudian celupkan strip test tersebut secara
vertical ke dalam sample urine selama 10-15 detik.
Ketika strip test dicelupkan tidak boleh melewati batas garis yang paling
bawah Zona Sample (S).
Tempatkan test strip itu pada bidang datar. Lalu baca hasil setelah 5-10
menit.

Interpretasi Hasil :
Positif : Hanya terbentuk pita pink pada Control (C)
Negative : Terbentuk dua pita pink pada Control (C) dan pada Test (T).
Invalid :,Tidak terbentuk pita pink pada Control (C) dan pada Test (T).
atau terbentuk pita pink pada Test (T) sedangkan pada Control
(C) tidak terbentuk pita pink.

Pemeriksaan Uji Kehamilan

85
Judul :Uji Kehamilan Rapid Tes
Tujuan : Untuk mengetahui ada tidaknya HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) dalam urine pasien.
Prinsip kerja : Terjadi reaksi immunologi secara kimiawi antara hormon HCG
dalam urin (antigen) dengan antibody pada test pack. Alat tes
kehamilan (test pack) disentuhkan atau dicelupkan dalam urine,
maka akan muncul hasil berupa garis merah, yang menandakan
hasil positif.
Landasan teori
Hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang ada
dalam darah dan dikeluarkan oleh sel plasenta/embrio/bakal janin, sebagai hasil
pembuahan sel telur oleh sperma. Karena kehadirannya yang spesifik sebagai
hasil pembuahan itulah, maka HCG dapat dijadikan penanda kehamilan. Namun
biasanya dibutuhkan 3-4 minggu sejak hari pertama menstruasi terakhir
(biasanya dokter menyebutnya HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir) agar jumlah
HCG dapat dideteksi oleh uji kehamilan.
Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran Tuba
falopi, telur yang telah dibuahi itu bergerak menuju rahim dan melekat pada
dindingnya. Sejak saat itulah plasenta mulai berkembang dan memproduksi
HCG yang dapat ditemukan dalam darah serta air seni. Keberadaan hormon
protein ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama keterlambatan
haid, kira-kira hari keenam sejak pelekatan janin pada dinding rahim. Kadar
hormon ini terus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan, terhitung sejak
hari terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu hamil mengalami penambahan
kadar hormon HCG sebanyak dua kali lipat setiap 3 hari. Peningkatan kadar
hormon ini biasanya ditandai dengan mual dan pusing yang sering dirasakan
para ibu hamil. Setelah itu kadarnya menurun terus secara perlahan, dan hampir
mencapai kadar normal beberapa saat setelah persalinan. Tetapi ada kalanya
kadar hormon ini masih di atas normal sampai 4 minggu setelah persalinan atau
keguguran.

86
Kadar HCG yang lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui pada
kehamilan kembar dan kasus hamil anggur (mola). Sementara pada perempuan
yang tidak hamil dan juga laki-laki, kadar HCG di atas normal bisa
mengindikasikan adanya tumor pada alat reproduksi. Tak hanya itu, kadar HCG
yang terlalu rendah pada ibu hamil pun patut diwaspadai, karena dapat berarti
kehamilan terjadi di luar rahim (ektopik) atau kematian janin yang biasa disebut
aborsi spontan.
Alat uji kehamilan untuk dipakai di rumah (home pregnancy test, HPT) yang
biasa dikenal dengan test pack merupakan alat praktis yang cukup akurat untuk
mendeteksi kehamilan pada tahap awal yang menggunakan urine. Urine yang
digunakan yaitu air seni pertama setelah bangun pagi, karena konsentrasi
hormon HCG pada saat itu tinggi dalam urine. Bentuk alat tes kehamilan (test
pack) ada dua macam, yaitu strip dan compact. Bedanya, bentuk strip harus
dicelupkan ke urine yang telah ditampung atau disentuhkan pada urine waktu
buang air kecil. Untuk compact sudah ada tempat untuk menampung urine yang
akan diteteskan.
Deteksi kehamilan dengan mengukur beta-HCG urin diantaranya adalah
dengan metode strip. Metode strip berdasarkan reaksi pembentukan kompleks
antigen-antibody (immunoassay). Metode strip lebih sensitif yaitu minimal 20-
25 mIU/ml. Metode strip ini yang lazim dilakukan karena selain lebih sensitif
juga lebih praktis.
Reaksi pembentukan kompleks antigen antibodi antara HCG sebagai
antigen dan anti HCG sebagai antibodi bersifat spesifik. Antibodi akan
mengenali antigen pada lokasi tertentu yang disebut epitop. Antibodi poliklonal
adalah antibodi yang mengenali suatu antigen melalui ikatan dengan epitop yang
bervariasi karena berasal dari sel B yang berbeda-beda. Sedangkan antibodi
monoklonal lebih spesifik mengenali antigen pada satu epitop tertentu karena
berasal dari satu sel B yang dibiakan.

87
Alat dan bahan :
1. Urine sewaktu
2. Wadah urine
3. Tisu/kasa
4. Dipstik uji kehamilan
Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Diambil bungkusan test pack, buka bungkusannya.
3. Diambil strip test, lalu dicelupkan pada urine dalam wadah.
4. Didiamkan 3 – 5 menit, baca hasil secara makroskopis ditandai
dengan perubahan warna garis yang tertera pada test pack

Interpretasi hasil :
Positif : terbentuk 1 garis merah pada C (control) dan T (Test)
Negatif : terbentuk 2 garis merah pada C (control)

Pemeriksaan Glukosa urine


Judul :Pemeriksaan glukosa urine
Tujuan :Untuk memeriksa adanya kandungan glukosa dalam
sampel urine.
Prinsip Pemeriksaan : Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi
kupro kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan
berwarna merah. Intensitas warna merah dari ini secara
kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang
diperiksa.

Landasan teori :
Urin atau air seni adalah cairan yng diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Fungsi
utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari

88
dalam tubuh. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa
dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung
kemih, dan akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Urin terdiri dari air
dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan
materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial (Chernecky and Berger, 2008).
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin
seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan
dalam urin orang yang sehat. Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine
termasuk pemeriksaan penyaring. Untuk menyatakan keberadaan suatu glukosa,
dapat dilakukan dengan cara yang berbeda- beda. Cara yang tidak spesifik dapat
dilakukan dengan menggunakan suatu zat dalam reagen yang berubah sifat dan
warnanya jika direduksi oleh glukosa. Diantaranya adalah penggunaan reagen
fehling yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung
garam cupri. Sedangkan pembuktian glukosuria secara spesifik dapat dilakukan
dengan menggunakan enzim glukosa oxidase (Prasetya, 2011).
Interpretasi :
(-) : warna biru / hijau keruh
(+) : larutan keruh dan hijau agak kuning
(++) : kuning kehijauan dengan endapan kuning
(+++) : kuning kemerahan dengan endapan kuning merah
(++++) : merah jingga sampai merah bata
Alat dan bahan:
Alat:
Tabung reaksi, waterbath, pipet tetes, pipet ukur, rak tabung reaksi

Bahan:
Larutan benedict, urin pasien

89
Cara kerja :
1. santrifuge urin selama 1 menit
2. kemudian siapkan reagen benedict 2,5 ml masukkan ke dalam tabung reaksi
3. Kemudian tambahkan 4 tetes urin yang sudah di cantrifuge
4. Panaskan dalam waterbath selama 5 menit
5. Amati hasil

Hasil pengamatan:

Pemeriksaan Protein urin


Judul : pemeriksaan protein urine
Tujuan :Untuk memeriksa adanya kandungan protein dalam sampel
urine.
Prinsip Pemeriksaan : Protein akan mengendap dalam suasana asam,yaitu
dengan penambahan asam sulfosalisilat kedalam urin.
Landasan teori :
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan
N . Protein sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk
memnbangun struktur tubuh. Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai
sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari karbohidrat dan/atau lemak.
Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai sifatnya saat
bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa
perlakuan lainnya.Protein yang dipanasakan akan membentuk presipitasi yang

90
terlihat berupa kekeruhan. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai
atau mendekati titik isoelektrik protein.
Penetapam kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan
berdasarkantimbulnya kekeruhan pada urin. Karena padatnya atau kasarnya
kekeruhan itumenjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, maka
menggunakan urinyang jernih menjadi syarat yang penting.Salah satu uji protein
urin yang cukup peka adalah dengan melalui pemanasan urin dengan asam
asetat. Pemberian asam asetat dilakukan untukmencapai atau mendekati titik iso-
elektrik protein, sedangkan pemanasanbertujuan untuk denaturasi sehingga
terjadilah presipitasi.
Interpretasi :
(-) : jernih
(+) : keruh
(++) : keruh dengan butir-butiran
(+++) : keruh dengan kepingan
(++++) : keruh dengan gumpalan
Alat dan bahan:
Alat:
Tabung reaksi, waterbath, pipet tetes, pipet ukur, rak tabung reaksi,
cantrifuge

Bahan:
Larutan asam asetat % , urin pasien

91
Cara kerja :
1. santrifuge urin selama 1 menit
2. kemudian siapkan reagen asam asetat 4 tetes masukkan ke dalam tabung
reaksi
3. Kemudian masukkan urin 2,5 ml ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi 4
tetes asam asetat 6%
4. Panaskan dalam waterbath selama 5 menit
5. Amati hasil

Hasil pengamatan:
Kesimpulan:
Pada pemeriksaa protein urin, tidak
ditemukan adanya kandungan protein
dalm urin sehingga urin normal(-)

6. Pemeriksaan Patologi Anatomi

FNAB (Fine Needle Aspiraton Biopsy)


Judul : FNAB (Fine Needle Aspiraton Biopsy)
Tujuan : Untuk mengetahui pemeriksaan FNAB pada pasien
Prinsip : Dibuat sediaan apusan dan dilakukan pewarnaan dengan
methanol, eosin dan metilen blue untuk pemeriksaan dibawah
mikroskop.

Landasan Teori :

92
Biopsy aspirasi jarum halus (FNAB) bermanfaat sebagai metode
diagnostic prabedah yang cukup sederhana dan cepat juga tidak memerlukan
anastesi lokal. FNAB adalah tindakan memeriksa suatu bagian tubuh dengan
cara menyuntikkan jarum halus (lebih kecil dari jarum biasanya) kebagian yang
menonjol lalu dilakukan aspirasi atau penyedotan untuk mengabil isi benjolan.
Bahan sedotan yang diambil akan dibuat sediaan apusan sebelum
akhirnya akan diperiksa oleh dokter ahli patologi. Untuk menentukan jenis
penyakit pada benjolan bagian tubuh yang abnormal dapat diperiksa FNAB yaitu
kelenjar leher, kelenjar gondok, kelenjar liur, payudara maupun tumor.
Pengambilan bahan biopsy dapat tumor atau kanker pada histopatologi,
struktur dan karakteristik sel dari jaringan yang diambil menjadi penentu
seseorang dapat divonis terkena kanker atau tidak.

Alat dan bahan :


1. Objeck glass 4. Mikroskop
2. Needle 5. Kapas alcohol
3. Preparat 6. Sampel benjolan

Prosedur Kerja :
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dari sampel yang diambil dibuat sediaan, tunggu hingga kering
3. Fiksasi dengan methanol selama 5 menit
4. Celupkan kedalam eosin selama ½ menit
5. Celupkan kedalam metilen blue ½ menit
6. Bilas dengan air mengalir
7. Keringkan dan periksa di bawah mikroskop oleh dokter spesialis PA

Interpretasi Hasil :
1. Normal : Tidak ditemukan sel-sel ganas
2. Tidak normal : Ditemukan sel-sel ganas (kanker)
Membuat sediaan jaringan histology
Judul : Membuat sediaan jaringan histology
Tujuan : mengetahui proses pembuatan sediaan jaringan histology
Prinsip : Jaringan yang didapat di fiksasi kemudian ditanam dililin

93
paraffin, kemudian dipotong dan diletakkan di objek glass,
pewarnaan dengan menggunakan HE, pemriksaannya
dilakukan dibawah mikroskop

Landasan Teori
Histoteknologi adalah metode membuat jaringan dari sedimen tertentu
untuk melakukan suatu rangkaian proses hingga menjadi preparat yang baik dan
siap umtuk dianalisis. Specimen berasal dari organ manusia. Preparat yang baik
dapat digunakan untuk mempelajari perubahansel jaringan akibat sautu
perubahan pada penelitian dan alat bantu diagnosis atau penyakit.
Preparat yang baik penelitian dapat memberikan hasil yang akurat untuk
menjawab pertanyaan riset. Untuk mencapai tujuan tersebut preparat harus dapat
memberikan gambaran tentang bentuk dan susunan sebagaimana sel jaringan
tersebut hidup.

Prosedur Kerja
1. Prosesing jaringan
NO REAGEN WAKTU (JAM)
1 Formalin buffer 10% 1,5
2 Alcohol 70% 1
3 Alcohol 96% 1
4 Alcohol 96% II 1
5 Alcohol 96% III 1,5
6 Alkohol 100% 1
7 Alcohol 100% II 1
8 Alcohol x Xylol 1:1 1
9 Xylol 1 1
10 Xylol 2 1
11 Paraffin 1 1,5
12 Paraffin 2 1,5

2. Embedding : proses pembuatan blok paraffin atau penanaman jaringan ke blok


paraffin
3. Cutting : pemotongan blok paraffin dengan mikrotom dengan ketebalan 3-5
mikron
4. Masukkan kedalam waterbath

94
5. Letakkan pada hotplate selama 15-20 menit hingga jaringan kering
6. Lakukan pewarnaan
NO REAGEN WAKTU
1 Xylol 1 3 menit
2 Xylol 2 3 menit
3 Absolute 90, 80, 70 20 celup
4 Air mengalir 30 detik
5 HE 5 menit
6 Lithium carbonat 4 celup
7 Air mengalir 30 detik
8 Alcohol 70% 20 celup
9 Eosinphloxine 1 menit
10 Air mengalir 30 detik
11 Alcohol 70, 80, 90 20 celup
12 Carboxilol 20 celup
13 Xylol 1 20 celup
14 Xylol 2 20 celup

7. Proses mounting dengan entelan ditutup dengan deck glass


8. Labeling
7. Bank Darah Rumah Sakit

Pemeriksaan Golongan Darah


Judul : Pemeriksaan Golongan Darah
Tujuan : Untuk mengetahui golongan darah pasien.
Prinsip : Adanya aglutinogen dalam sel darah merah dan agglutinin dalam
plasma yang sesuai dapat meyebabkan aglutinasi.
Metode : Slide
Landasan Teori :
Golongan darah merupakan komponen antigenik terstruktur yang
diturunkan dan diekpresikan pada permukaan eritrosit, dapat terdeteksi dengan
alloantibodi spesifik. Golongan darah abo disebut juga golda klassik dan
golongan darah mayor. Nama ini di berikan berdasarkan ada tidaknya antigen A
dan B pada eritrosit. Antigen ini dinamakan “aglutinasi”. Sedangkan anti bodi
yang terdapat dalam serum ( aglutinin) diberi atanda alfa dan berta yang terdapat
normal dalam serum ( natural antibodi).
Berhubung karena reaksi antar antigen dg antibodinya terajadi aglutinasi
maka antigennya dinamakan aglutinogen dan anti bodinya aglutinin.
Aglutinogen yang terdapat pada eritrosit adalah faktor yang digumpalkan ,
sebaliknnya aglutininyang terdapat dalam serum adalah faktor yang mempunyai

95
sifat menggumpalkan. Aglutinin alfa adalah anti a dan menggumpalkan
aglutinogen golongan darah A dan AB. Sedangkan aglutinin beta adalah anti b
menggumpalkan golongan b dan ab. Aglutinogen yang tedapat pada eritrosit
snsitivitas atau mudah tidaknya digumpalkan tidak sama, walaupun golda sama.
Perbedaaan ini lebih nyata dalam serum tidak sama untuk semua orang
1. Bahan Pemeriksaan : Antisera A, B, AB, D dan darah pasien
2. Alat :
a. Objek glass
b. Pipet tetes
c. Batang pengaduk

Prosedur kerja:
No Prosedur Kerja Gambar
1 Antisera A, B, D diteteskan pada
objek glass yang bersih dan bebas
lemak

2. Antisera tersebut masing-masing


ditambahkan satu tetes darah
pasien

3. Kemudian dicampur dengan


menggunakan ujung batang
pengaduk

4. Goyangkan 2 menit

5. Amati ada atau tidaknya


aglutinasi

6. interpretasi hasil

Anti A Anti B Anti AB Anti D Golongan


(Rhesus) darah

96
+ - + + A+
- + + + B+
+ + + + AB+
- - - + O+

Pemeriksaan Crossmatching
Judul : pemeriksaan crossmatching
Tujuan : Untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor.
Prinsip : Sel donor dicampur dengan serum penerima (Mayor Crossmatch)
dan sel penerima dicampur dengan serum donor dalam bovine
albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis
bila golongan darah tidak cocok
Metode : Tabung

Landasan Teori :
Crossmatch adalah suatu jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum
pelaksanaan transpusi darah. Crossmatch perlu dilakukan sebelum melakukan
transpusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor.
Prinsip crossmatch ada dua yaitu mayor dan minor.
Mayor crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi
keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga
complete antibodies maupun incomplete antibodies dapat ditemukan dengan
cara tabung saja. Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak
dapat mengesampingkan agglutinin RH yang hanya bereaksi pada suhu
370C,lagi pula untuk menentukan anti RH sebaiknya digunakan cara crossmatch
dengan high protein metode.
Ada beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi silang
dalam larutan garam faal dan reaksi silang pada objek glass serum antiglobulin
meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibody kelas IGM yang kuat
biasanya mengumpalkan eritrosit yang mengandung antigen yang relevan secara
nyata,tetapi antibody yang lemah sulit dideteksi.
Bahan Pemeriksaan : Bovine albumin 20%, NaCl 0,9 %, Serum Coombs,darah
pasien dan darah donor, eritrosit 5%

97
Alat :
a. Tabung reaksi d. Centrifuge
b. Pipet tetes e. Tabung sentrifuge
c. Mikroskop

Prosedur :
A. Pembuatan suspensi Eryhtrosit 5 %
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi diisi masing- masing dengan larutan NaCl
0,9 % sampai ¾ tabung
2. Tambahkan 2 tetes darah EDTA dan campur.
3. Putar pada sentrifuge pada 3000 rpm selama 2 menit.
4. Cairan dibuang dan pada endapan ditambahkan larutan NaCl 0,9 %
sebanyak ¾ tabung. Campur dan putar lagi, ulangi langkah tadi sebanyak 3
kali.
5. Terakhir pada penambahan NaCl 0,9 % yang ke-4 kalinya sebanyak ¾
tabung merupakan suspensi eryhtrosit 5 %
6. Siapkan 2 buah tabung reaksi, masing- masing tabung diisi NaCl 0,9 % 19
tetes
7. Ambil 2 tetes eritrosit 5% dari donor dan pasien. Masukkan kedalam
tabung yang sudah berisi 19 tetes NaCl tadi jadilah suspensi eritrosit
pasien dan suspense eritrosit donor
B. Fase I
1. Siapkan 2 buah tabung reaksi (untuk tabung mayor dan tabung minor)
2. Tabung mayor diisi dengan serum pasien dan tabung minor diisi dengan
serum donor
3. Tambahkan 1 tetes suspensi eritrosit donor ke tabung mayor dan I tetes
suspensi eritrosit pasien ke tabung minor
4. Homogenkan
5. Teteskan masing-masing 1 tetes ke objek glass, 1 tetes mayor disebelah
kiri dan 1 tetes minor disebelah kana. Amati dibawah mikroskop
C. Fase II
1. Jika hasil negative, maka selanjutnya ditambahkan 2 tetes bovin albumin
dalam tabung mayor dan minor
2. Inkubasi 15 menit pada suhu 370C
3. Centrifuge
D. Fase III
1. Tambahkan ¾ NaCl ke tabung mayor dan minor
2. Centrifuge dan buang supernatannya
3. Tambahkan kembali ¾ NaCl ke tabung mayor dan minor

98
4. Centrifuge dan buang supernatannya
5. Tambahkan 2 tetes comb test
6. Homogenkan
7. Teteskan masing- masing 1 tetes dari tabung mayor dan minor tadi ke objek
glass
8. Amati dibawah mikroskop

Interpretasi hasil
< - > = jika eritrosit menyebar dan transfusi dapat dilakukan
< + > = jika eritrosit bergerombol dan transfusi tidak dapat dilakukan

Pemeriksaan Crossmatching
Judul : Pemeriksaan Crossmatching
Tujuan : Untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor.
Prinsip : Sel donor dicampur dengan serum penerima (Mayor Crossmatch)
dan sel penerima dicampur dengan serum donor dalam bovine
albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis
bila golongan darah tidak cocok
Metode : gel

Landasan Teori :
Reaksi silang perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk
melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor. Mayor crossmatch
adalah serum penerima dicampur dengan sel donor. Minor Crossmatch adalah
serum donor dicampur dengan sel penerima. Jika golongan darah ABO penerima
dan donor sama, baik mayor maupun minor test tidak bereaksi. Jika berlainan
umpamanya donor golongan darah O dan penerima golongan darah A maka pada
test minor akan terjadi aglutinasi.
Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi
keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga
Complete Antibodies maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan
cara tabung saja. Cara dengan objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan.
Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat
mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 37OC.
Bahan Pemeriksaan :

99
Darah donor,darah pasien, eritrosit 1%, DG-Gel
Alat :
a. DG Gel card
b. Tabung reaksi
c. Mikropipet 500 uL, 5 uL, 50
uL, 25 uL
d. Tip
e. Mikropipet
f. Centrifuge
g. DG spin
h. DG therm

100
Prosedur :
No Prosedur Kerja Gambar
1. Tandai DG gel card dengan
identitas pasien dan donor,
buka aluminium poilnya

2. Siapkan suspensi cell 1 %


untuk pasien dan donor,
siapkan juga serum pasien dan
donornya

3. Mayor crossmatch : 50 uL
suspensi cell donor + 25 uL
serum pasien pada sumur
pertama
Minor crossmatch : 50 uL
suspensi cell pasien + 25 uL
serum donor pada sumur kedua

4. Inkubasi DG- Gel card pada


DG therm selama 15 menit
suhu 370C

5. Putar DG- Gel card dengan


DG spin selama 9 menit

6. Baca hasil
Cara membuat suspensi 1 % : 1000 uL diluent (DG Gel Sol) + 10 uL cell atau
500 uL diluent (DG Gel Sol) + 5 uL cell

Interpretasi hasil

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah lebih kurang 1 bulan melaksanakan praktek kerja lapangan,
penulis banyak sekali memiliki kepuasan tersendiri dan merasakan hal-hal baru
yang sangat bermanfaat. Dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di RSUD
dr.M.Yunus Bengkulu penulis banyak mendapatkan pengetahuan baru tentang
peralatan kesehatan yang ada di RSUD dr.M.Yunus Bengkulu serta system
management laboratorium kesehatan yang berlaku di dr.M.Yunus Bengkulu, yang
itu semua penulis dapatkan atas bimbingan yang diberikan Bapak/Ibu dan rekan-
rekan tenaga fungsional laboratorium serta dokter di laboratorium yang banyak
memberikan bimbingan selama mengikuti praktek kerja lapangan di RSUD
dr.M.Yunus Bengkulu. Didalam Praktek Kerja Lapangan ini, penulis dapat
menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat pada masa perkuliahan dengan
pekerjaan dilapangan sehingga penulis mengetahui dan mempelajari bagaimana
pekerjaan dilapangan sesungguhnya.
a. Praktek Kerja Lapangan di RSUD dr.M.Yunus Bengkulu ini sangat bermanfaat
bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama
masa perkuliahan pada pekerjaan di lapangan sebenarnya.
b. Praktek Kerja Lapangan di RSUD dr.M.Yunus Bengkulu sebagai sarana yang
dapat memberikan wawasan baru tentang berbagai pemeriksaan laboratorium
yang sangat bermanfaat bagi penulis

B. Saran
PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Instalasi Laboratorium Klinik RSUD
dr.M.Yunus Bengkulu dapat terus dilaksanakan oleh mahasiswa analis kesehatan
khususnya Poltekkes Kemenkes Bengkulu guna menambah dan
mengembangkan pengetahuan tentang profesi analis kesehatan yang unggul dan
berkompeten.

REFRENSI

Pedoman pelayanan laboratorium klinik, RSUD dr.M.Yunus Bengkulu 2015


http://kadarguladarahnormal.com/
https://id.wikipedia.org/wiki/Urologi
http://www.biomedika.co.id/services/laboratorium/12/pemeriksaan-
hematologi.html
http://www.kapukonline.com/2011/12/pemeriksaankimiadarahfungsidanartinya.h
tml
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_sakit

Anda mungkin juga menyukai