Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Protozoa

parasit yang merupakan golongan Plasmodium yang hidup dan

berkembang biak dalam sel darah merah manusia penyakit ini secara

alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Malaria merupakan

salah satu penyakit yang terbesar dibeberapa wilayah dunia, umumnya

tempat-tempat yang rawan malaria terdapat pada negara-negara

berkembang dimana tidak memilki tempat penampungan atau penampungan

air yang cukup, sehingga menyebabkan air menggenang dan dapat dijadikan

sebagai tempat ideal nyamuk untuk bertelur.

Menurut laporan World Malaria Report Tahun 2011, malaria lazim

di 106 negara di dunia tropis dan semi tropik (Afrika; Amazon, Amerika

Tengah dan Asia Selatan, Tengah dan Asia Tenggara; Pasifik) yang

merupakan rumah bagi lebih dari setengah penduduk dunia. Pada sebagian

besar daerah, malaria merupakan masalah abadi. Perkiraan beban malaria

bervariasi. Setiap tahun, malaria dilaporkan menyebabkan lebih dari 250-

660 juta infeksi (kasus) dan lebih dari satu juta kematian (kebanyakan

diantaranyaanak-anakAfrika).Namun, World Malaria Report memperkirakan

bahwa jumlah kasus malaria meningkat dari 233 juta pada tahun 2000

menjadi 244 juta pada tahun 2005, tetapi menurun sampai 225 juta tahun

2009 dan 216 juta pada tahun 2010. Menurut laporan yang sama,
jumlah kematian karena malaria menurun dari 985.000 di tahun 2000

menjadi 781.000 pada tahun 2009 dan 655. 000 pada tahun 2010

(Kementrian Kesehatan RI, 2012 ).

Target yang ditetapkan oleh World Health Assembly dan Kemitraan

Roll Back Malaria (RBM) untuk mengurangi jumlah kasus dan kematian

akibat malaria yang tercatat pada tahun 2000 sebesar 50% atau lebih pada

akhir tahun 2010 dan sebesar 75% atau lebih pada tahun 2015 belum

tercapai. Sebaliknya, selama 35 tahun terakhir, kejadian malaria telah

meningkat 2-3-kali lipat dan kebangkitan ini terus datang dari beberapa

faktor seperti melemahnya sistem kesehatan masyarakat dibeberapa negara

miskin, kemiskinan berlanjut dan ketidak stabilan politik

Resistensi obat terhadap parasit, resistensi nyamuk terhadap

insektisida, perubahan iklim global, pergerakan atau migrasi penduduk ke

daerah malaria, perubahan praktek pertanian termasuk pembangunan

bendungan dan irigasi penggundulan hutan (Malaria site, Kementrian

Kesehatan RI, 2012).

Data WHO menyebutkan Tahun 2010 tercatat 544.470 kasus malaria

di Indonesia, dimana tahun 2009 terdapat 1.100.000 kasus klinis dan tahun

2010 meningkat lagi menjadi 1.800.000 kasus dan telah mendapat

pengobatan. Pada tahun 2011, jumlah kasus malaria di Indonesia

sebanyak 256.592 orang dari 1.322.451 kasus malaria yang diperiksa

sampel darahnya dengan tingkat kejadian tahunan 1,75/1000 penduduk.


Artinya, setiap 1000 penduduk terdapat 2 orang terkena malaria ( Dirjen

PP&PL Depkes RI, 2011).

Menurut hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (Tahun,2011), terdapat

15 juta kasus malaria dengan 38 ribu kematian setiap tahunnya.

Diperkirakan 70% penduduk Indonesia tinggal di daerah yang berisiko

tertular malaria. Dari 484 kabupaten atau kota merupakan daerah endemis

malaria

Penyakit malaria juga membawa dampak kerusakan ekonomi yang

signifikan. Penyakit malaria dapat menghabiskan sekitar 40% biaya

anggaran belanja Kesehatan masyarakat (ABKN) dan menurunkan sebesar

1.3 % produk domestic bruto (PDB) khususnya di Negara-negara dengan

tingkat penularan tinggi ( WHO, 2010).

Dalam Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009 Pasal 1 ayat 11

dan 12 bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan

pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promosi), pencegahan penyakit

(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan, dilanjutkan dengan Pasal 1 ayat 16 dijelaskan bahwa

Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan

dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan

turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan

diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.Annual parasit


incidence (API) nasional tahun 2009 adalah 1.85% dengan kisaran provinsi

0,02 – 27,66%. Angka ini jauh menurun dibandingkan API tahun 1990

yaitu 4,68%. Dihubungkan dengan target pencapain Millenium

Devoloment Goals (MDGs), angka API 2009 sudah memenuhi target. Kasus

malaria klinis tahun 2009 di Indonesia dilaporkan sebanyak 1.143.024

kasus. Sebesar 75,5% dari kasus tersebut diperiksa sedian darahnya, dan

dihasilkan 23,1% sedian darah yang positif. Upaya pengendalian

malaria untuk wilayah di luar Jawa-Bali menggunakan Annual Malaria

Incidence (AMI). Pada tahun 2005 AMI di luar Jawa-Bali sebesar 24,75%.

Angka ini terus turun hingga 12,27% pada tahun 2009. Namun, pada tahun

2004-2009 pencapain AMI masih belum menuhi target, karena pada kurun

waktu tersebut AMI berda di atas target yang telah ditentukan.

Kawasan Indonesia Timur sebagian besar dilanda penyakit Malaria

yang sering terjadi kejadian luar biasa (KLB). Pada tahun 2008, Annual

Malaria Incidence (AMI) tertinggi adalah di Papua Barat yaitu sebesar

167,47% , Papua 84,74% dan Maluku 51,42%. Penyakit Malaria ditularkan

dari orang ke orang oleh nyamuk Anopheles yang membawa parasit

malaria atau plasmodium. Gejala malaria berupa demam, mengigil, dan

berkeringat (trias malaria), biasanya disertai diare, mual, muntah, sakit

kepala, nyeri otot, atau pegal-pegal (malaria tanpa komplikasi). Tetapi

dapat juga ditemukan keadaan yang lebih berat, seperti gangguan

kesadaran, kejang, panas yang sangat tinggi, mata dan kulit kuning,

perdarahan di hidung, gusi dan saluran pencernaan, nafas cepat atau sesak,
warna air seni seperti teh tua sampai kehitaman, telapak tangan sangat pucat

(malaria komplikasi). Pada anak-anak cepat menjadi gawat hingga koma

dan meninggal. Anak balita rentan tertular malaria karena daya tahan yang

kurang ( Kemenkes RI, 2010).

Berdasarkan data cakupan penemuaan dan pengobatan malaria di

puskesmas Un dengan metode pemeriksaan Mikroskopis dan Rapid

Diagnostic Test (RDT), ditemukan yang melakukan pemeriksaan pada

tahun 2010 sebanyak 437 pasien dan yang positif malaria 140 kasus,

pada tahun 2011 terjadi penurunan hingga 2012 di bandingkan pada

tahun 2010 yang jumlah penderita begitu banyak. Di tahun 2011 yang

melakukan pemeriksaan malaria sebanyak 296 pasien dan yang positif

malaria 21 kasus dan pada tahun 2012 yang melakukan pemeriksaan

malaria sebanyak 101 pasien yang positif malaria 13 kasus. Berdasa

hasil klasifikasi Umur kebanyakan diderita oleh anak-anak di bawah usia

9 tahun dan ditas >15 tahun dan penderita yang terbanyak yaitu

Plasmodium vivax (Tersiana) kemudian Plasmodium falciparum (Tropica), (

Puskesmas Un, Kota Tual 2012).

Kejadian malaria bukan hanya dipandang dari sekedar sakit atau tidak

sakit dalam suatu komunitas masyarakat, tetapi harus dipandang secara

lebih luas baik dari segi pencegahan maupun pengobatan terhadap penyakit

ini sendiri. Untuk itu, masyarakat harus tetap melakukan upaya-upaya yang

berorientasi pada pencegahan akan penyakit ini seperti upaya-upaya promotif

dan preventif agar masyarakat turut merasa terlibat dalam upaya mencegah
permasalahan kesehatan misalnya dengan melakukan upaya-upaya

pencegahan yang dikemukakan oleh Leavel and Clark dalam Five level

prevention.

Perilaku yang berhubungan dengan kejadian malaria itu bisa dilihat dari

segi tindakan yang diambil untuk mencegah kejadian malaria itu sendiri

seperti memperhatikan tempat-tempat yang mudah menjadi sarang

nyamuk, dan membantu mengurangi terpapar dari gigitan nyamuk. Namun

selain itu, dari segi promotif dapat melakukan penyuluhan kesehatan

yang dilakukan petugas kesehatan atau pemegang program pemberantasan

malaria untuk dapat lebih menambah pengetahuan masyarakat tentang

malaria itu sendiri.

Bentuk peran serta masyarakat juga merupakan salah satu upaya

pencegahan permasalahan kesehatan yanmg paling efektif, karena untuk

mencapai masyarakat yang sehat, peran masyarakat dapat membantu

menunjang tercapainya status derajat kesehatan yang optimal. Upaya-

upaya yang dapat dilakukan masyarakat dalam perannya mencegah

permasalahan kesehatan seperti mencegah meningkatnya pravelensi kejadian

malaria misalnya dengan mengurangi kebiasan-kebiasan atau perilaku yang

berhubungan dengan kejadian malaria dan melakukan perlindungan-

pelindungan khusus.

Kebisaan masyarakat berada di luar rumah pada malam hari sangat

mempengaruhi resiko untuk terpaparnya penyakit malaria karena nyamuk

Anopheles lebih senang mengigit pada malam hari. Kebiasaan masyarakat


di Kota Bengkulu biasanya suka berkumpul sambil berbincang-bincang di

luar rumah pada malam hari dan menonton televisi sampai larut malam dan

pada mereka yang tidak memiliki pesawat televisi sendiri biasanya

menunggu dan menonton tv di luar rumah tengganya

Berdasarkan data-data tentang kejadian malaria dan hasil penelitian

yang dilakukan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa upaya

pencegahan bukan hanya dillakukan oleh pemerintah, akan tetapi

masyarakat juga harus melakukan penceghan-pencegahan yang berbasis

untuk melindungi diri sendiri dan keluarga.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah yaitu :

“Perilaku masyarakat dalam upaya Pencegahan penyakit malaria di wilayah

Kerja Puskesmas Sungai Serut Kota Bengkulu”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum.

Untuk mengetahui gambaran perilaku masyrakat terhadap

upaya pencegahan penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Sungai

serut, Kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengkaji cara mendalam tentang upaya promosi kesehatan

dalam pencegahan penyakit malaria.

b. Untuk mengkaji secara mendalam tentang upaya perlindungan khusus

yang dilakukan dalam pencegahan penyakit malaria.


c. Untuk mengkaji secara mendalam tentang upaya diagnosis

dini dan pengobatan segera yang dilakukan dalam pencegahan

terhadap penyakit malaria.

D. Manfaat penelitian.

1. Manfat bagi masyarakat

Menambah pengetahuan bagi masyarakat mengenai prilaku

masayarakat dalam upaya pencegahan penyakit malaria, sehingga

masyarakat dapat melakukan upaya preventif terhadap penyakit malaria

ini.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini merupakan salah satu sumber informasi bagi

Dinas kesehatan Kota Bengkulu, dan puskesmas Sungai Serut untuk

menentukan arah kedepan dalam Upaya pencegahan Penyakit malaria.

3. Manfaat Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu

pengetahuan serta bisa manjadi salah satu bahan acuan bagi peneliti

lainnya yang akan meneliti dibidang yang sama tentang penyakit

malaria.

4. Manfaat bagi Peneliti

Merupakan penghargaan bagi peneliti serta sebagai tambahan

pegalaman ilmiah dan menambah wawasan pengetahuan peneliti tentang

prilaku penderita malaria terhadap upaya pencegahan penyakit malaria di

puskesmas Sungai Serut Kota Bengkulu.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang penyakit malaria

1. Pengertian malaria

Penyakit Malaria sudah dikenal sejak lama . Kata Malaria

berasal dari bahasa italia dari 2 suku kata yaitu “Mal” yang artinya

buruk dan “Aria” yang artinya udara sehingga malaria berarti udara

buruk (Bad Air). Hal ini disebabkan karena malaria dahulu banyak

terdapat di daerah rawa-rawa dan berbau busuk. (Prabowo 2004).

Malaria adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh

infeksi protozoa (parasit) dari genus plasmodium yang dapat dengan

mudah dikenali dari gejala malaria meriang (panas, dingin dan

menggigil) serta demam berkepanjangan. Penyakit ini menyerang

manusia dan juga sering ditemukan pada hewan berupa burung, kera,

dan primate lainya (Achmadi,2008). Malaria pada manusia disebabkan

oleh P. malariae, P. vivax, dan P. Ovale. Pada tubuh manusia, parasit

membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati dan kemudian

menginfeksinsel darah merah (Depkes RI, 2008).

Menurut Hiporactes (460 SM-377 SM), menyebutkan sebagai

“Malaria”atau udara buruk, sehingga penderita mengigil karenanya.

Penderita umumnya tinggal di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan

gas-gas yang berbau busuk, sehingga sebagian besar masyarakat


pada zamannya menduga atau percaya bahwa udara buruk sekitar

rawa menjadi penyebab malaria (Achmadi,

2005).

Pada tahun 1897 Dr. Ronald Ross, akhirnya menemukan

penyebab sebenar nya dari malaria bukanlah disebabkan oleh udara

kotor tetapi akibat gigitan nyamuk Anopheles, yang secara teoritis

cukup dengan satu kali gigitan nyamuk anopheles itu seseorang

sudah dapat terjangkit dengan penyakit malaria. (Ndoen,2006).

2. Penyebab Malaria

Malaria ditularkan melalui nyamuk Anopheles betina genus

Plasmodium, spesies Anopheles (aconitus, sundaicus, balabacensis,

vagus, dan lain-lain). Pada manusia terdapat empat spisies dari ganus

Plasmodium (Soegijanto, 2004) yaitu :

1) Plasmodium Falciparum

Penyebab dari malaria falciparum atau malaria tertiana yang

maligna (ganas) atau juga sering disebut malaria tropika yang sering

menyababkan demam setiap hari.

2) Plasmodium vivax

Penyabab dari malaria vivax atau disebut juga malaria tertian

beligna (jinak).

3) Plasmodium malarie

Penyebab malaria quartana atau malaria malariae.


4) Plasmodium oval

Penyebab dari malaria ovale. Jenis ini jarang sekali dijumpai

di Indonesia, karena umumnya banyak kasusnya terjadi di Afrika dan

Pasifik Barat. Untuk Anopheles telah ditemukan 400 spesies,

80 spesies diantaranya terbukti sebagai vektor malaria, dan 24

diantaranya ditemukan di Indonesia. Anophles memiliki empat tahap

dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva, kepompong, dan nyamuk

dewasa. Telur,larva dan kepompong berda dalam air 5-14 hari.

Nyamuk Anopheles dewasa adalah vector penyebab malaria.

Nyamuk betina dapat bertahan hidup selama sebulan.

3. Siklus hidup nyamuk malaria

Siklus hidup nyamuk malaria terbagi atas dua fase atau siklus

yaitu fase atau siklus aseksual atau yang sering dikenal sebagai

schizogoni dan fase atau siklus seksual atau yang dikenal sebagi

sporogoni.

1) Fase aseksual (fase schizogoni)

a. Stadium hati

Stadium ini dimulai ketika nyamuk Anopheles betina

menggigit manusia dan memasukkan sporozoit yang terdapat pada

air liurnya ke dalam darah manusia sewaktu menghisap darah.

Dalam waktu yang

singkat (± ½-1 jam) semua sporazoit menghilang dari peradaran

darah masuk ke dalam sel hati dan segera menginfeksi sel hati.
Selama 5-16 hari dalam sel-sel hati (hepatosis) sporozoit

membela diri secara aseksual, danberubah menjadi sizon

kriptosik dalam sel hati menjadi menjadi matang, bentuk ini

bersama sel hati yang diinfeksi akan pecah dan mengeluarkan

5.000-30.000 merozoit tergantung spesiesnya yang segera ke

sel-sel darah merah.

b. Stadium darah

Siklus di darah dimulai dengan keluarnya dari merozoit

dari skizon matang di hati kedalam sirkulasi dan berubah menjadi

trofozoit dewasa dan selanjutnya membela diri menjadi sizon.

Sizon yang sudah matang dengan merozoit-merozoit di dalamnya

dalam jumlah maksimal tertentu tergantung dari spesiesnya, pecah

bersama sel darah yang diinfeksi dan merozoit-merozoit yang

dilepas itu kembali menginfeksi ke sel-sel darah merah tadi untuk

mengulang siklus tadi

2) Fase Seksual (fase sporogoni)

Setelah siklus schizogoni darah berulang beberapa kali,

beberapa merozoit tidak lagi mnjadi sizon, tetapi berubah menjadi

gametosit dalam sel darah merah, yang terdiri dari gametosit jantan

dan betin. Jika gametosit yang matang diisap oleh nyamuk

Anopheles, maka didalam lambung nyamuk terjadi proses ekflagelasi

gametosit jantan yang bergerak aktif mencari sel gamet betina.

Selanjutya pembuahan terjadi antara satu sel gamet jantan


(mikrogamet) dan satu sel gamet betina (mikrogamet) menghasilkan

zigot dengan bentuknya yang memanjang lau berubah menjadi

ookinet yang bentuknya vermiformis dan bergerak aktif menembus

mulkosa lambung. Didalam dinding lammbung paling luar ookinet

mengalami pembelahan inti menghasilkan sel-sel yang memenuhi

kista yang membungkusnya disebut ookista. Di dalam ookista

dihasilkan puluhan ribu sporozoit, menyebabkan ookista pecah dan

menyebarkan sporozoit- sporozoit yang berbentuk seperti rambut

keseluruh bagian rongga badan nyamuk (hemosel) dan dalam

beberapa jam saja menumpuk di dalam kelenjar ludah nyamuk.

Sporozoit bersifat infektif bagi manusia jika masuk ke peradaran

darah.

4. Penularan Malaria

Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan :

a. Penularan secarah alamiah (natural infection)

Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles betina

yang infektif. Nyamuk ini menggigit orang sakit malaria yang

kemudian parasit dari ikut terhisap bersama dengan darah

penderita malaria. Kemudian nyamuk tersebut menggigit orang sehat

dan melalui gigitan tersebut parasit ditularkan ke orang lain.

b. Penularan yang tidak alamiah

1) Malaria bawaan (congenital)


Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya

menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau

plasenta.

2) Secara mekanik

Peularan terjadi melalui transfuse darah atau melalui jarum

sunti. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara

penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di

Bandung pada tahun

1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan sunikan intra

vena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk

menuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya

dibuang sekali pakai (disposable).

3) Secara Oral (Melalui Mulut)

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam

(P.gallinasium) burung dara (P.relection) dan monyet

(P.knowlesi). Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya

penularan alamiah seperti adanya gametosi pada penderita,

umur nyamuk kontak antara manusia dengan nyamuk dan lain-

lain.

5. Gejala Klinis Malaria

Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa

serangan demam dengan interval tertentu yang diselingi oleh suatu


periode dimana penderita bebas sama sekali dari demam.gejala

klinis malaria antara lain sebagai berikut:

a) terasa lemas dan pucat karena kekuranga darah dan berkeringat, nafsu

maka menurun.

b) Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.

c) Sakit kepala yang berat, terus-menerus, khususnya pada infeksi

dengan Plasmodium Flaciparum.

d) Dalam keadaan menahun (Kronis) gejala diatas, disertai

pembesaran limpa

e) Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan

penurunan.

f) Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya

tetapi yang menonjol adalah mencret (Diare) dan pusat karena

kekurangan darah (Anemia) serta adanya riwayat kunjungan ke

atau berasal dari daerah malaria. Berat ringannya manifestasi

malaria tergantung jenis plasmodium yang menyebabkan infeksi.

Untuk P. falciparum demam tiap 24-48 jam, P.Vivax demam tiap hari

ke -4 dan P.ovale memberikan infeksi yang paling ringan dan sering

sembuh spontan tanpa pengobatan.

B. Tinjauan tentang tingkat pencegahan penyakit

Melakukan upaya pencegahan merupakan salah satu satu upaya kegunaan

pengetahuan riwayat alamiah penyakit yang kita miliki seperti melakuakan

Five Level Prevention yang dikemukan oleh Leavel and Clark (dalam
Soekidjo, 2007) dimensi tingkat pelayanan kesehatan, promosi kesehatan

dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of

prevention) yaitu:

1. Promosi kesehatan (Health promotion)

Dalam tingkat ini promosi kesehatan diperlukan misalnya dalam

peningkatan misi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan,

kesehatan perorangan, dan sebagainya.

2. Perlindungan khusus (Specific protection)

Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan

khusus ini, promosi kesehatan sangat diperlukan terutama di negara-

negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang

pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada

orang dewasa maupun pada anak-anaknya, masih rendah.

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and prompt

treatment)

Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat

terhadap kesehatan dan penyakit, maka penyakit-penyakit yang terjadi

dalam masyarakat sering sulit terdeteksi. Bahkan kadang-kadang

masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini

akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan masyarakat

yang layak. Oleh sebab itu, promosi kesehatan sangat diperlukan dalam

tahap ini.

4. Pembatasan cacat (Disability Imitation)


Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang

kesehatan dan penyakit, sring mengakibatkan masyarakat tidak

melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Mereka tidak melakukan

pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.

Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan yang

bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan untuk

melakukan sesuatu. Oleh karena itu, promosi kesehatan juga diperlukan

dalam tahap ini.

5. Rehabilitasi (Rehabilitation)

Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang

orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan

latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan

kesadaran orang tersebut, maka ia tidak atau segan melakukan latihan-

latihan yang dianjurkan. Di samping itu orang yang cacat setelah

sembuh dari penyakit merasa malu untuk kembali kemasyarakat.

Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai

anggota masyatakat yang normal. Oleh sebab itu, jelas promosi

kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi

juga untuk masyarakat.

C. Tinjauan Umum Tentang Promosi kesehatan (Health promotion)

Promosi kesehatan memasarkan atau menjual atau memperkenalkan

pesan-pesan atau upaya-upaya kesehatan, sehingga masyarakat membeli


atau menerima perilaku kesehatan atau mengenal pesan kesehatan tersebut

sehingga mau berperilaku hidup sehat.

Tujuan promosi kesehatan adalah membuat orang lain mampu

meningkatkan kontrol dan memperbaiki kesehatan masyarakat dengan

basis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri (self emprofment).

Jadi, promosi ksehatan lebih ditujukan untuk untuk meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap masalah kesehatan. Promosi kesehatan pada tingkat

ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangn proses bibit

penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga dapat menguntungkan manusia

dengan cara meningkatkan daya tahan manusia dan memperbaiki

lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat. Ruang

lingkup promosi kesehatan dintaranya sebagai berikut :

1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education)

yang penekanannya pada perubahan atau perbaikan perilaku melalui

peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.

2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing) yang

penekanannya pada pengenalan produk atau jasa melalui kampanye.

3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan peningkatan (upaya

komunikasi dan pemberian informasi) yang tekanannya pada penyebaran

informasi.

4. Promosi kesehatan merupkan upaya peningkatan (promotif) yang

penekannya pada upaya- upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan


5. Promosi kesehatan mencakup u paya advokasi dibidang kesehatan,

yaitu upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar

mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya

legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di

berbagai bidang atau sektor).

6. Promosi kesehatan juga mencakup pengorganisasian masyarakat

(community organization), pengembangan masyarakat (community

development), penggerakan masyarakat (social mobilization) dan

pemberdayaan masyarakat (community empowerment).

7. Promosi kesehatan juga dapat dilakukan melalui intervensi pada

host atau tubuh manusia misalnya makanan bergizi seimbang,

berperilaku sehat, meningkatkan kualitaslingkungan untuk mencegah

terjadinya penyakit misalnya menhilangkan tempat berkembang biaknya

kuman penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, mnghilangkan

tempat berkembang biaknya vektor penyakit misalnya genangan air yng

menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes, atau terhadap

agent penyakit seperti misalnya dengan memberi antibiotic untuk

membunuh kuman.

D. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan khusus (Specific protection)

Perlidungan khusus (Specific protection) adalah upaya spesifik

untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertenu, misalnya melakukan

imunisasi. Perlidungan khusus merupakan tindakan yang dilakukan

untuk mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit


pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada

penyakit tertentu. Tidakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat

tetapi memiliki resiko terkena penyakit tertentu misalnya, pemberian

imunisasi.

Pelindungan khusus terkait penyakit mlaria untuk mencegah

terjadinya penularan penyakit dengan cara yang dapat dilakukan mulai dari

diri sendiri hingga meneruskan ke lingkungan masyarakat seperti

pengunan kelambuh, pengunaan obat anti nyamuk, mengurangi kebiasan

keluar rumah pada malam hari, membersihkan dan menjaga kondisi

lingkungan sekitar rumah yang mendukung perindukan nyamuk yaitu ada

tidaknya tempat perindukan dan persinggahan nyamuk disekitar rumah.

Menurut hasil penelitian Pamela, 2009 menyatakan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara keberadaan langit-langit, kerapatan dinding,

keberadaan parit atau selokan dengan kejadian malaria Selain itu, dan

dalam hasil penelitian Romadon, 2001 menyatakan bahwa ada hubungan

bermakna antara keberadaan genangan air dengan kejadian malaria

E. Tinjauan Umum Tentang Diagnosis dini dan pengobatan segera

(Early diagnosis and prompt treatment)

Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and

prompt treatment) merupakan tindakan menemukan penyakit sedini

mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.

1. Mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini meruakan penyakit

menular.
2. Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan

orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.

Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and

prompt treatment) dilakukan akibat rendahnya pengetahuan dan kesadaran

masyarakat terhdap kesehatan dan penyakit maka sering sulit

mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi dimasyarakat. Bahkan kadang-

kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya.

Hal ini menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan

yang layak oleh sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada

tahap ini.
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Dasar pemikiran Variabel yang diteliti


Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit yang timbul akibat

dari ketidak seimbangan yang terjadi antara tiga faktor yang dikenal sebagai

segitiga epidemiologi yaitu faktor host (yang didalamnya nyamuk

Anopheles.sp dikatakan sebagai host definitif) dan manusia sebagai

host perantara, faktor agent (Plasmodium) dan faktor environment atau

faktor lingkungan. Dari ketidak seimbangan yang terjadi antara ketiga faktor

inilah yang membuat penyakit malaria timbul dan menyebar hampir

diseluruh wilayah didunia. Untuk mencegah dan mengurangi penyebaran

dan peningkatan prevelensi penyakit malaria ini maka diperlukan usaha-

usaha untuk mencegah penyakit tersebut yaitu salah satunya dengan

merubah perilaku manusia dan meningkatkan pengetahuan yang selama ini

mempengaruhi terjadinya penyakit malaria. Faktor perilaku manusia

tersebut dapat berupa kebiasaan atau adat istiadat.

Upaya pencegahan terhadap penyakit malaria ini dapat dilakukan

dengan meniru upaya pencegahan yang dikemukan dalam Five Level

Prevention oleh Leavel and Clark yaitu promosi kesehatan (Health

Promotion), perlindungan khusus (Specific Protection), diagnosis dini dan

pengobatan segera (Early diagnosis and prompt treatmen), mengurangi atau

mengatasi kecatan dan pemulihan (Disability Imitation and Rehabilitation).

Pengetahuan mayarakat tentang penyakit malaria juga perlu untuk lebih


ditingkatkan, mengingat masyarakat pun harus tahu apa itu malaria dan

seberapa bahaya malaria bagi kelangsungan hidup manusia. Selain itu

tindakan yang nyata pun harus dilakukan oleh masyarakat dalam upaya

mencegah penyakit malaria agar dapat membantu meningkatkan derajat

kesehatan secarah lebih optimal dengan melakukan hal-hal seperti

mengurangi atau memperhatikan kebiasaan keluar rumah pada malam

hari, menggunakan kelambu pada saat tidur, meggunakan obat anti

nyamuk dan menjaga kebersihan lingkungan rumah yang menjadi

tempat perindukan nyamuk. Oleh karena, tindakan berpengaruh secara

nyata terhadap kejadian malaria. Semakin baik tidakan dalam upaya

pencegahan dan pemberantasan terhadap penyakit malaria maka akan

semakin berkurang resiko untuk terjadinya penularan penyakit malaria.

B. Pola pikir variabel yang diteliti

Berdasarkan hal diatas, maka konsep pemikiran variabel yang

diteliti digambarkan seperti bagan berikut:

Promosi Kesehatan

Perilaku
pencegahan
Perlindungan Khusus
Malaria

Diagnosis dini dan


Pengobatan Segera

Gambar 3.1 Adaptasi teori leavel and clark (1965) dalam Soekidjo, 2007
C. Definisi konsep

1. Perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan malaria

Perilaku masyarakat dalam pencegahan malaria adalah suatu

tindakan atau cara dan upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk

menolak atau mencegah penyakit malaria.

2. Promosi kesehatan

Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (Promotif)

yang penekanannya dilakukan pada upaya pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan masyarakat dalam mencegah penyakit malaria. Promosi

kesehatan dalam hal ini misalnya upaya penyeluhan (upaya

komonikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyabaran

informasi yang didapatkan oleh masyarakat dari petugas kesehatan

dalam mencegah penyakit malaria

3. Perlindungan khusus

Perlindungan khusus (specific protection) adalah upaya spesifik

untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, cara yang

dapat dilakukan mulai dari diri sendiri dan hingga lingkungan di

sekitar kita, dalam hal ini penyakit malaria yang dapat dilakukan oleh

masyarakat misalnya dengan penggunaan kelambu, pengguaan OAN

(obat anti nyamuk), dan mengurangi kebiasaan keluar rumah pada

malam hari serta dengan memperhatikan kondisi rumah dan lingkungan

sekitar.
4. Diagnosis dini dan pengobatan segera

Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and

prompt treatment), merupakan tindakan menemukan penyakit sedini

mungkin dengan menemukan dan memahami gejala yang ditimbulkan

dan melakukan penatalaksanaan segara dengan terapi yang tepat terhadap

penyakit yang dalam hal ini adalah penyakit malaria.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi.

Pendekatan fenomenologi untuk mencoba mengungkap dan memaparkan

makna atas fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi

pada lingkungan masyarakat terkait upaya pencegahan malaria yang

diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 yang

berlangsung selama dua minggu dari tangga 31 Maret – 13 April 2014

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kerja Puskesmas Sungai

Serut kota Bengkulu, yang memiliki jumlah kasus malaria yaitu sebesar

13 Kasus yang sudah terjadi di tahun 2012.

C. Informan penelitian
Data tentang informan pertama diperoleh melalui Laporan Puskesmas

dari bulan Juni sampai desember tahun 2013 yang positif

menderita penyakit malaria yaitu 13 penderita dan penderita malaria dari

bulan Januari sampai Maret tahun 2014 yang positif malaria yaitu 12

penderita. Informan berikutnya diperoleh melalui informasi dari


informan pertama dan seterusnya. Informan lain adalah keluarga penderita

yang mendampingi penderita malaria. Informan kunci adalah petugas

pengelolah malaria.

Berdasakan hasil pemeriksaan dipuskesmas Sungai serut klasifikasi

Umur kebanyakan diderita oleh anak-anak di bawah usia 9 tahun dan

ditas >15 tahun yang setelah melakukan pemeriksaan darah terkait

keluhan dan gejala yang dialami. Dan dari data tersebut diambil

Informan pada penelitian ini yang terdiri dari masyarakat yang tinggal di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Serut yaitu : 7 informan yang

diantaranya adalah Penderita yang diketahui masih menderita penyakit

malaria (Penderita rawat jalan atau yang telah berda dirumah) yang

berjumlah 3 orang penderita yang pernah mengalami penyakit malari

pada bulan januari sampai maret 2014 dan 4 orang pernah mengalami

penyakit malaria dari bulan Juni sampai Desember 2013. Dan terdapat

informan keluarga penderita penyakit malaria berjumlah 3 orang,

penderita yang merupakan keluarga dari penderita yang masih anak-

anak dibawah usia 9 tahun, untuk melihat gambaran perilaku mereka

terhadap upaya pencegahan terhadap penyakit malaria sebelum ataupun

sesudah menderita penyakit ini. Informasi yang diperoleh pada hasil

penelitian ini adalah dari hasil wawancara mendalam (Indepth

interview) dengan masyarakat atau informan dengan menggunakan

pedoman wawancara.
Sebelum melakukan wawancara mendalam kepada informan peneliti

terlebih dahulu melakukan wawancara mendalam terhadap ketua

pengelolah program penagulangan penyakit menular (P2M) sebagai key

informan, hal ini dilakukan supaya peneliti bisa mengingatkan kembali

kepada pengelola terkait kriteria informan yang akan diwawancarai supaya

informasinya lebih jelas.

Pada tanggal 2 April peneliti melakukan wawancara mendalam

terhadap pengelola Penangulangan penyakit menular (Key informan).

Setelah mewawancarai informan kunci peneliti di dampingi oleh petugas

kesehatan untuk mewawancarai informan pertama (Ml). Kemudian pada

tanggal 4 April 2014 peneliti mewawancarai informan kedua dan informan

ketiga. Kemudian pada tanggal 8 April 2014 peneliti di dampingi petugas

kesehatan di karenakan peneliti sulit menemukan alamat tempat tinggal

informan dan pada tanggal 8 april 2014 peniliti menemukan 2 informan

yaitu informan ke empat (Ci) dan ke lima (Rn) untuk diwawancarai.

Kemudian pada tanggal 12 April 2014 peneliti mewawancarai 2 informan

yaitu informan ke enam (Yns) dan ke tujuh (Ard).

Adapun karakteristik umur informan yang di dapatkan dilapangan

bervariasi yaitu berkisar antara 17 hingga 48 tahun, denagan jenis

kelamin informan yaitu terdiri dari laki-laki berjumlah 3 orang dan

perempuan 4 orang. Tingkat pendidikan informan rata-rata adalah lulusan

Sekolah Menengah Atas (SMA), karakteristik pekerjaan dari informan

yaitu 3 orang ibu rumah tangga, 1 orang belum bekerja, 1 orang tukang
bangunan, 1 orang yang bekerja sebagai pegawai negri sipil dan 1 orang

pelajar. Dan riwat terkenal malaria rata-rata informan mendertia malaria

tersiana.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dimaksud adalah dengan metode

wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman

wawancara, alat perekam, alat tulis menulis, dan kemera. Selain itu juga

dilakukan observasi untuk menanbah validitas data yang dibutuhkan dan

mendukung akurasi dari penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Diperoleh dengan wawancara mendalam (Indepth Interview) dengan

menggunakan pedoman wawancara serta. Dalam melakukan wawancara

dengan informan, peneliti berkunjung dari rumah ke rumah informan untuk

penggalian informasi langsung dengan sumber data dilapangan (door to

door). Selain itu juga dilakukan observasi untuk menambah validitas data

yang dibutuhkan dan mendukung akurasi dari penelitian ini. Penelitian ini

dilakukan dengan mewawancarai 7 orang masyarakat yang ada kaitannya

dengan penyakit malaria yang telah menjadi informan dalam penelitian ini.

Penelitian hari pertama dilakukan dengan mewawancarai 1 informan

dengan bantuan kader kesehatan yang mengantar sampai kerumah informan

yang dalam hal ini ditemui adalah penderita Malaria dan Keluarga Penderita.

Setelah itu selanjutnya dilakukan oleh peneliti hingga selesai proses


penelitian dan wawancara, dengan mewawancarai 2 atau 3 orang informan

setiap harinya, kadang sehari hanya mewawancarai 1 orang informan

dikarenakan ada masyarakat yang tidak bisa memberikan keterangan

karena sedang melakukan aktivitasnya.

2. Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari puskesmas Sungai Serut berupa Rekapan

Laporan Malaria bulan Januari sampai Desember 2013 dan Register

Malaria ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan).

F. Uji keabsahan data

Untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui triangulasi sumber yaitu dengan

membandingkan informasi informan ( Cross check) antara informasi yang

satu dengan informan yang tinggal serumah. Dalam melihat akurasi

informasi yang diperoleh pada penelitian ini, sumber tidak hanya berasal

dari penderita, tetapi juga dari keluarga penderita serta petugas kesehatan

pemegang program pemberantasan Malaria.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan secara manual sesuai

dengan petunjuk pengolahan data kualitatif serta sesuai dengan tujuan

penelitian ini dan selanjutnya dianalisis dengan metode “Content Analysis”

kemudian diinterprestasikan dan disajikan dalam bentuk narasi Kajian isi (content

analysis) menurut Holsti adalah tehnik apapun yang digunakan untuk menarik
kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara

objektif dan sistematis (Hamzah, 2010).


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan penelitian

1. Karakteristik Informan

Berdasarkan data dari puskesmas Sungai serut bahwa tahun

2013 tercatat 13 penderita yang positif malaria dan tahun 2014

terdapat 12 penderita. Jumlah informan yang telah diwawancarai

sebanyak 7 orang, 3 orang penderita malaria (Ard, Rn, dan Tn) di tahun

2013 dan 4 orang penderita di tahun 2013. Informasi yang diperoleh

melalui wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman

wawancara. Informan dalam penelitian ini terdiri atas, penderita dan

anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita.

Adapun karakteristik umur informan bervariasi. Jumlah

informan terdiri dari 1 orang petugas kesehatan pemegang program

penanggulangan penyakit malaria, dan jumlah informan penderita terdiri

dari umur 17 hingga 48 tahun, denagan jenis kelamin informan

yaitu terdiri dari laki-laki berjumlah 3 orang dan perempuan 4 orang.

Tingkat pendidikan informan rata-rata adalah lulusan Sekolah

Menengah Atas (SMA), karakteristik pekerjaan dari informan yaitu 3

orang ibu rumah tangga, 1 orang belum bekerja, 1 orang tukang

bangunan, 1 orang yang bekerja sebagai pegawai negri sipil dan 1

orang pelajar. Dan riwat terkenal malaria rata-rata informan

mendertia malaria tersiana.


2. Upaya pencegahan tingkat promosi kesehatan (Health Promotion)
Pencegahan pada tingkat promosi kesehatan yang pernah

diperoleh masyarakat di wilayah puskesmas UN berupa adanya

penyuluhan untuk menambah informasi serta sumber informasi lain

yang diterima masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan Ml bahwa pernah mendapatkan sosiasilasi dan penyuluhan oleh

petugas kesehatan. Adapun materi yang diterima pada saat penyuluhan

tentang pencegahan dan pengobatan malaria. Untuk melakukan

pencegahan menurut informan MI dari informasi yang diterima pada

penyuluhan adalah dengan membersihkan pekarangan rumah.

Upaya melakukan pencegahan melalui tingkat promosi kesehatan

yang diterima masyarakat berupa informasi atau materi penyuluhan

tentang malaria. Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan

informan Ml yang pernah menerima materi sosialisasi atau penyuluhan.

Informasi yang peroleh tentang pencegahan malaria, penyebab penyakit


malaria. Namun ada informasi yang diketahu informan Yns yang meski

tidak pernah mendapatkan penyuluhan. Menurutnya, informasi berupa

gejala malaria yaitu muncul bintik-bintik kemerahan akibat gigitan

nyamuk dan panas tinggi. Selanjutnya informasi yang diperoleh.

Selanjutnya, informan Rn yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan

menyatakan bahwa malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk Anhopeles.

Sumber informasi yang diperoleh informan beragam. Ada yang

menyebutkan bahwa informasi yang didapatkan seputar penyakit malaria

adalah melalui media televisipetugas kesehatan, materi pembelajaran

sekolah, informasi pada saat berkunjungke puskesmas, serta

mendapatkan informasi melalui interaksi teman.

3. Upaya pencegahan tingkat perlindungan khusus (Spesific Protection)

Perlindungan khusus yang dilakukan oleh masyarakat adalah

upaya untuk menghindari penyakit terjangkitnya penyakit malaria. Olehnya

berbagai macam yang dilakukan dalam upaya sepsific protection atau

perlindungan khusus, mulai dari kebiasaan keluar pada waktu malam hari,

penggunaan pelindung diri dari gigitan nyamuk, serta cara lain yang

digunakan untuk menjauhkan diri dari gigitan nyamuk.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan Yns terkait kebiasaan

berada diluar rumah saat malam hari. Infomran tersebut biasa keluar

malam untuk melakukan ronda, biasa juga minum-minum sopi atau

minuman keras bersama teman-teman. Namun berbeda dengan informan

Rn bahwa keluar malam hanya untuk nongkron, bersama teman-teman


sekompleks sambil bercerita hingga larut malam Berdasarkan hasil

observasi bahwa pada saat informan keluar malam hari, tidak ada yang

menggunakan alat pelindung dari gigitan nyamuk seperti jaket, lotion anti

nyamuk atau membakar obat nyamuk.

Selanjutnya informasi yang diperoleh dalam hasil penelitian ini

yang terkait perlindungan khusus dalam upaya pencegahan penyakit malaria

adalah penggunaan obat anti nyamuk atau semacamnya apada saat tidur.

Berdasarkan dengan hasil wawancara dengan informan Ci bahwa pada waktu

tidur tiba maka dia segera membakar obat nyamuk dan tanpa menggunakan

kelambu. Berbeda dengan pernyataan Sfi bahwa untuk mengusir nyamuk

biasanya dengan membakar kayu. Hal tersebut dilakukan untuk proses

pengasapan dalam rumah dengan harapan nyamuknya bisa keluar.

Sedangkan informan Rn menegaskan bahwa kalau banyak nyamuk pada saat

tidur maka dia hanya menutupi badannya dengan menggunakan sarung.

B. PEMBAHASAN

1. Upaya pencegahan tingkat promosi kesehatan (Health Promotion)

Promosi kesehatan merupakan salah satu cara yang digunkan

menurut leavel and clark untuk mencegah penyakit dan pola

penyebarannya agar tidak semakin berkembang di dalam masyarakat.

WHO sendiri merumuskan promosi kesehatan adalah sebagai proses

untuk meningkatkan kemampun masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatannya. Memelihara kesehatan baik secara fisik,

mental maupun sosial masyarakat.


Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya dua

informan yang menyatakan pernah memperoleh penyuluhan dengan

informasi seputar dengan penyakit malaria. Hasil penelitian Mayasari,

dkk. (2012) bahwa pengetahuan dan sikap menunjukkan hubungan

yang bermakna dimana ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan

dengan perubahan pengetahuan dan sikap responden. Namun Mayasari,

dkk. Juga menemukan bahwa antara penyuluhan dan perilaku atau

tindakan tidak menunjukkan pengaruh yang bermakna namun terlihat

ada peningkatan perilaku positif masyarakat. Sedangkan Mardiah,

dkk. (2008) menyatakan dalam penelitiannya bahwa ada hubungan yang

bermakna antara materi, komunikator dan metode penyuluhan dengan

perilaku pencegahan malaria yang meliputi pengetahuan, sikap dan t

indakan. Dari hasil uji regresi logistik maka diperoleh faktor yang paling

berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit malaria adalah faktor

komunikator.

Upaya-upaya promosi kesehatan dapat dilakukan dengan

berbagai cara yang salah satunya dapat dilakukan dengan metode

penyuluhan kesehatan. Penyuluhan kesehatan sebagai aspek promosi

kesehatan merupakan bagian penting yang dapat dilakukan dengan

pendekatan edukasi untuk menambah pengetahuan dan pemahaman

masyarakat tentang sesuatu (Notoatmodjo,2007).

Walapun telah mengalami penurunan kejadian dari tahun ke

tahun, namun upaya pencegahan malaria dari tingkat promosi


kesehatan harus dan masih perlu untuk tetap dilakukan agar presentase

kejadian yang rendah ini tetap dan masyarakat tetap paham dan

melakukan pencegahan berkelanjutan terhadap malaria ini, karena

selama ini masyarakat hanya melakukan upaya pencegahan dan

pengobatan dari pengelaman dan kejadian pasca sakit

2. Upaya pencegahan tingkat perlindungan khusus (Spesific Protection)

Perlindungan khusus adalah point kedua dari lima tingkat

pencegahan penyakit yang dikemukakan oleh leavel and clark.

Perlindungan khusus (Spesific Protection), yaitu tindakan yang masih

dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi

bibit penyakit pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi

sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada

seseorang yang sehat tetapi memiliki resiko terkena penyakit

tertentu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan biasa keluar

malam untuk melakukan ronda malam, bercerita, duduk didepan teras

atau hanya sekedar berjalan. Ahmadi (2008) bahwa sebagian responden

melakukan aktifitas berada di luar rumah malam hari seperti ke masjid

untuk melakukan sholat berjamaah ataupun kebiasaan duduk berkumpul

di pance sore atau malam hari. Tidak adanya hubungan antara

kebiasaan beraktifitas di luar rumah pada malam hari dengan kejadian

malaria diduga karena aktifitas menggigit nyamuk Anopheles pada

umumnya jam 21.00 lebih, sedangkan responden biasanya kerumah


dibawah jam 21.00. Namun berbeda aktifitas yang dilukukan oleh

masyarakat wi wilayah kerja puskesmas UN bahwa lamanya waktu

informan berada diluar rumah pada waktu malam hari (jam 19.00 –

02.00 dini hari. Ini juga menandakan bahwa masyarakat tersebut rentan

terhadap malaria.

Seringnya berada di luar rumah dan informan tidak menggunakan

pelindung diri dari gigitan nyamuk seperti jaket atau lotion. Mereka

melakukan hal-hal tersebut misalnya menggunakan jaket hanya pada saat

cuaca dan kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan seperti cuaca

dan kondisi lingkungan yang dingin ataupun hanya pada saat

berkenderaan pada waktu malam. Kebiasaan penduduk berda di luar

rumah pada malam hari dan kebiasaan tidak berpakaian sangat

berhubungan dengan kejadian malaria. Dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Thaharuddin, dkk. (2002) bahwa kebiasaan keluar rumah

malam hari termasuk kegiatan berkumpul di warung kopi dan

melaksanakan kegitan pada waktu malam mulai dari jam 17.00

sampai dengan jam 20.03 merupakan faktor yang mempengarahui

angka kejadian malaria. Ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh (Ikrayama Babba, 2007) yang menunjukan bahwa kebiasaan keluar

rumah pada malam hari berpengaruh signifikan terhadap kejadian

malaria (p ˭˭ 0,000) dengan nilai OR : 5, 54 (95% CI : 2, 37 ˗˗ 12, 98).

Hal ini dapat disimpulkan bahwa kebiasaan keluar rumah pada malam
hari berpeluang terkanal malaria 5, 54 kali dibandingkan orang yang

tidak keluar rumah pada malam hari.

3. Upaya pancegahan tingakat diagnosis dini dan pengobatan segera


(Early diagnosis and promp treatment)
Diagnosis dini dan pengobatan segera adalah cara pencegahan

ketiga dari lima tingkatan pencegahan yang dikemukakan oleh leavel

and clark yang lebih menfokus kan kepada cara orang atau

masyarakat menangani gejala penyakit yang timbul yang mereka alami

dan melakukan penanganan yang lebih kepada penyakit tersebut.

Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt

treatment), merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin

dan melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.

Upaya untuk dignosa dini dan pengobatan berupa gejala awal

yang dirasakan oleh informan, dan upaya pencarian pengobatan.

Berdasarkan jawaban informan bahwa pertama kali mengetahui bahwa

dirinya terkena malaria dari petugas kesehatan di puskesmas (bidan,

dokter dan mantri), namun ada pula informan yang mendapatkan

informasi bahwa dia malaria dari tetangganya dan kerabat karena melihat

gejala yang dirasakannya. Gejala yang dirasakan seperti demam, muntah.

Hasil penelitian Santoso, dkk. (2012) bahwa gejala klinis yang ditemukan

pada penderita malaria berupa menggigil, sakit kepala, pusing, anoreksia

dan nyeri otot. Menurut Arsin (2012) bahwa ada dua gejala malaria.

Pertama, gejala malaria ringan yakni; demam menggigil secara berkala

dan biasanya disertai sakit kepala, pucat karena kurang darah,


kadang-kadang di mulai dengan badan terasa lemah, mual/muntah

tidak nafsu makan.Kedua, gejala malaria berat; kejang-kejang,

kehilangan kesadaran, kuning pada mata, panas tinggi, kencing berwarna

teh tua, nafas cepat, muntah terus, dan pingsan bahkan sampai koma.

Hasilpenelitian menunjukkan bahwa informan melakukan

pengobatan segera dengan meminum obat paracetamol yang

diperolehnya dengan membeli di warung terdekat, guna meredakan

demam. Selain itu, informan menyatakan bahwa ketika dia sakit, orang

tuanya (ibu) membawanya ke tempat pelayanan kesehatan terdekat

(puskesmas) untuk mendapatkan pengobatan segera.

Namun berbeda dengan jawaban satu informan yang mengatakan

bahwa upaya yang dilakukan untuk pengobatan segera terhadap

penyakitnya dengan cara menggoreng daun pepaya kemudian dimakan

bersama dengan orang dolo- dolo (dulu-dulu). Daun pepaya berkhasiat

sebagai bahan obat malaria dan menambah nafsu makan. Akar dan biji

berkhasiat sebagai obat cacing, getah buah berkhasiat sebagai obat

memperbaiki pencernakan (Depkes 2000). Astuti (2009) menambahkan

dalam hasil penelitiannya bahwa daun pepaya mengandung ekstrak etanol

70% dan daun pepaya mempunyai efek terhadap aktivitas penurunan

kadar AST dan ALT pada tikus galur Wistar setelah pemberian obat TBC

(INH dan rifampisin).


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan diperoleh, maka
dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut :
Pencegahan pada tingkat promosi kesehatan pada masyarakat di wilayah
kerja pukesmas Sungai serut adalah penyuluhan kesehatan, meskipun
belum maksimal secara keseluruhan karena hanya sebagian yang pernah
mendapatkan penyuluhan.
2. Pencegahan pada tingkat perlindungan khusus adalah dengan melakukan
pengasapan (membakar dedaunan kering, kayu) pada waktu sore hari
dari jam
17.00 – 19.00 untuk mengusir vektor nyamuk. Sedangkan penggunaan
kelambu dan obat nyamuk sangat jarang dilakukan.
3. Pencegahan pada tingkat diagnosis dini yang lebih mengarah kepada
pemahaman masyarakat menemukan gejala dan pengobatan sendiri
dengan membeli paracetamolberdasarkan pengalaman dan pengetahuan
mereka. Ada juga yang berobat dipuskesmas serta pengobatan
tradisional (memakan daun papaya yang suda di goreng).
B. Saran
1. Kepada Pemerintah dan Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dan Petugas
Kesehatan Puskesmas Sungai serut untuk perlu adanya penyuluhan yang
dilakukan kepada masyarakat mengenai malaria ini lebih sering lagi
untuk lebih menambah pengetahuan dan informasi masyarakat
tentang malaria sehingga masyarakat bisa melakukan upaya-upaya
pencegahan penyakit sedini mungkin terkait malaria, walaupun tingkat
kejadian malaria telah mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
2. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai keberhasilan perilaku masyarakat terhadap
pencegahan malaria disarankan agar dapat mengembangkan variabel-
variebel yang belum ada, serta
dapat melakukan penelitian yang mendalam dan terarah yang terkait
dengan perilaku penderita terhadap pencegahan dan pengobatan Malaria
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: Kompas.


Aidah, L.N. 2002. Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penyakit Malaria
Di Desa Hargotirto Kecmatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Daerah
Istimenwa Yogyakrta Tahun 2001.

Ahmadi, Supri. 2008. Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Desa Lubuk Nipis
Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim. Tesis Program
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang 2008

Anonim, 2010, Indonesia bebas malaria 2030. Http://www.antaranews.com


(diakses 20Desember 2012).

Arsunan Arsin, 2012. Malaria Di Indonesia Tinjauan Aspek Epidemiologi.


Makassar: Masagena Press.

Astuti, Dwi, Santi. 2009. Efek Ekstrak Etanol 70% Daun Pepaya (Carica
papaya, Linn.) Terhadap Aktivitas Ast & Alt Pada Tikus Wistar Setelah
Pemberian Obat Tuberkulosis (Isoniazid & Rifampisin). Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi.

Astuti, P. A. G. I. 2002. Perilaku Bidan Di Desa Dalam Tatalaksana Malaria


Pasca Pelatihan Aspek Klinis Malaria (Studi Evaluasi Di Kabupaten
Sumba Timur). Skripsi.

Babba, Ikrayama. 2007. Faktor –faktor risiko yang mempengaruhi kejadian


malaria (Studi kasus diwilayah kerja Puskesmas Hamadi Kota Jayapura). Tesis
diterbitkan, Program S2 Epidemiologi FKM USU

Bungin, burhan. 2007 Metodologi penelitian kualitatif . Jakarta : PT. Raja


Grafindo
Perseda.

Blog dokter .2010. Malaria 0h malaria. www.medisiana.web.id. (diakses 6


Januari
2013).
Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia.
http://.bankdata.depkes.go.id.nasional/public/report/. (diakses 6 Januari
2013)

Depkes RI. 2008. Pedoman Penatalaksanaann Kasus Malaria Di Indonesia.


Jakarta: Direktorat Jenderal P2PL, Depkes RI
Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2011.Peringatan hari malaria sedunia.
http://www.infopenyakit.com/def_menu.asp?menuId=17&menutype=1 (diakses
30 Januari 2013)

Emzir. (2011). Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data.Jakarta:


PT.GrafindoPersada.

Ernawati, K., dkk. 2011. Hubungan Faktor Risiko Individu Dan Lingkungan
Rumah Dengan Malaria Di Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran
Provinsi Lampung Indonesia 2010. MAKARA, KESEHATAN, VOL. 15,
NO. 2, DESEMBER 2011:
51-57.
Friaraiyani, dkk. 2006. Pengaruh Lingkungan Dan Perilaku Masyarakat
Terhadap Kejadian Malaria Di Kab. Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah.
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2, No.2, Januari 2006:121-126
Lampiran 1

PERILAKU MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN


PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU
TAHUN 2014

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PETUGAS KESEHATAN

I. Identitas Informan
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Jabatan :
Lama menjabat :
Tanggal Wawancara :
II. Garis-garis besar pertanyaan wawancara
a. Promosi kesehatan
Tindakan yang dilakukan dalam hubungannya dengan upaya pencegahan
penyakit malaria misalnya penyuluhan :
1. Ada tidaknya Informasi kesehatan yang diberikan terkait penyakit
malaria kepada masyarakat?
2. Bentuk Informasi seperti apa yang bapak/ibu berikan kepada
masyarakat terkait penyakit malaria ?
3. Bagaimana harapan bapak/ibu setelah pemberian informasi yang
diberikan kepada masyarakat terkait penyakit malaria?
b. Perlindungan khusus
Tindakan yang dilakukan oleh puskesmas dalam upaya pencegahan penyakit
malaria terkait dengan perlindungan khusus
1. Apakah ada program-program khusus yang diberikan kepada masyarakat
dalam upaya pencegahan malaria?
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera
Upaya yang telah dilakukan dalam hubungannya mencegah penyakit malaria adalah
1. Bagaimana upaya atau tindakan yang dilakukan oleh puskesmas untu mencegah
terjadi penyebaran penyakit malaria?
PERILAKU MASYARAKAT DALAM UPAYA
PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SUNGAI SERUT KOTA
BENGKULU
TAHUN
2014

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK


PENDERITA
(Indepth
Interview)

III. Identitas Informan


Nama

: Umur

: Jenis Kelamin

: Pekerjaan :

Pendidikan :

Tanggal Wawancara

: Riwayat terkena

malaria :

IV. Garis-garis besar pertanyaan

wawancara a. Promosi kesehatan

Tindakan yang dilakukan dalam hubungannya dengan upaya

pencegahan penyakit malaria misalnya penyuluhan :

1. Pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan terkait malaria?

2. Informasi apa saja yang anda peroleh terkait malaria?


3. Darimana anda mendapatkan informasi tentang penyakit
malaria?

4. Dalam bentuk apa informasi apa yang anda dapatkan?

b. Perlindungan khusus

Tindakan yang dilakukan masyarakat dalam upaya pencegahan

penyakit malaria terkait dengan perlindungan khusus secara

pribadi misalnya :

1. Kebiasaan keluar rumah pada malam hari

a. Apakah anda biasa keluar atau berada diluar

rumah pada malam hari? Kegiatan apa yang anda

dilakukan?

b. Barapa lama anda berda diluar rumah pada


malam hari?

Penggunaan pelindung apa yang anda gunakan

pada saat berada diluar rumah ? (misalnya : jaket,

OAN lation atau semprot)

2. Apakah pada waktu malam hari anda menggunakan obat anti

nyamuk atau kelambu diwaktu tidur ?

3. Jenis obat anti nyamuk atau kelambu apa yang anda gunkan ?

4. Apakah rutin anda menggunakan obat anti nyamuk atau


kelambu ?

5. Adakah cara-cara lain yang anda gunakan untuk

terhindar dari gigitan nyamuk pada malam hari ?

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera


Upaya yang telah dilakukan masyarakat dalam hubungannya

mencegah penyakit malaria adalah :

1. Dari mana anda mengetahui bahwa anda menderita penyakit


malaria?

Apa yang anda rasakan pada saat anda sakit malaria?

2. Bagaimana tindakan pengobatan apa yang anda

lakukan ketika mengalami gejala-gejala penyakit

malaria sebelum melakukan pemeriksaandipuskesmas?

Anda mungkin juga menyukai