Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan yang
pelayanannya disediakan oleh Dokter, Perawat dan Tenaga Ahli Kesehatan
lainnya. Rumah sakit oleh WHO diberikan batasan yaitu suatu bagian
menyeluruh (integrasi) dari organisasi medis yang berfungsi memberikan
pelayanan kesehatan secara lengkap kepada masyarakat yang outputnya
menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan. Rumah sakit juga merupakan
pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial. Fungsinya
menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabitasi pasien) (Depkes RI, 1998).
Laboratorium kesehatan adalah sarana yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan, pengukuran, penetapan dan penguji terhadap bahan yang berasal
dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor-faktor yang dapat
berpengaruh pada kesehatan perorangan dan Masyarakat. Analis Kesehatan
merupakan tenaga kesehatan yang memiliki peran penting terhadap
pemeriksaan laboratorium (Notoatmodjo dalam Saimima, 2015).
Kompetensi utama sebagai pelaksana layanan laboratorium kesehatan
yang harus memahami ilmu pengetahuan yang mendasari uji laboratorium
meliputi Hematologi, Kimia Klinik, Bakteriologi, Parasitologi, Imunologi
Serologi, Toksikologi, Virologi, Sitohistoteknologi dan Kimia Kesehatan.
Perencanaan proses yang berkaitan dengan tupoksi di laboratorium kesehatan
mencakup alur kerja, keselamatan kerja dan prosedur baku serta mampu
melaksanakan proses penyiapan speimen untuk pengujian juga merupakan
kompetensi utama yang harus di miliki. Kompetensi utama sebagai pelaksana
layanan laboratorium juga harus mampu melaksanakan proses penyiapan dan
pemeliharaan peralatan, bahan reagensia, prosedur pemantapan mutu
laboratorium pada setiap bidang proses pengujian dan membuat laporan
pengujian meliputi Hematologi, Kimia Klinik, Bakteriologi, Parasitologi,

1
Imunologi Serologi, Toksikologi, Virologi, Sitohistoteknologi dan Kimia
Kesehatan.
Dalam menambah kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta menilai
antara teori dengan kenyataan yang terjadi dilapangan yang pada akhirnya
dapat meningkatkan kualitas managerial mahasiswa dalam mengamati
permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun
kenyataan yang sebenarnya maka dibutuhkan suatu kegiatan Magang. Melalui
pelaksanaan Magang Mandiri diharapkan para mahasiswa Analis Kesehatan
STIKes Bina Mandiri Gorontalo yang dilaksanakan di RSUD Bumi Panua
Pohuwato mendapatkan pengalaman kerja praktik yang berhubungan dengan
bidang ilmunya serta memiliki bekal keterampilan yang bersifat akademik dan
profesional sehingga lebih kompeten atau mampu bersaing dalam pasar kerja
yang ada.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari magang mandiri ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan ketrampilan mahasiswa
sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan
kebutuhan program pendidikan yang ditetapkan.
2. Mengenal kegiatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat secara
menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknis maupun sosial
budaya
3. Melatih mahasiswa dalam berinteraksi secara langsung dengan pasien.
C. Manfaat
Adapun tujuan manfaat magang mandiri ini adalah sebagai berikut :
1. Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan ini mahasiswa dapat menambah
wawasan dan pengetahuan baik secara teori maupun praktek serta
mengetahui Pelayanan Kesehatan yang dilakukan di Laboratorium
Kesehatan.
2. Mahasiswa dapat menjalin kerjasama yang baik dengan petugas
Laboratorium Klinik maupun petugas lain yang ada di RSUD Bumi Panua
Pohuwato.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Latar Belakang Sejarah Rumah Sakit


Tahun 2002 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pohuwato sudah
mulai dirintis pembangunannya dimana Pohuwato masih bergabung dengan
Kabupaten Induk yaitu Boalemo. Bangunan tersebut awalnya berlokasi di
Blok Plan yang sekarang menjadi Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten
Pohuwato. Tahun 2004 Lokasi pembangunan RSUD Pohuwato dipindahkan
ke Desa Botubilotahun Kec. Marisa. Rumah Sakit diresmikan penggunaanya
pada tanggal 6 April 2006 oleh Gubernur Gorontalo dengan nama RSUD
Pohuwato.
Tahun 2011 RSUD Pohuwato telah beroleh tipe/kelas sebagai Rumah
Sakit Umum Daerah dengan kelas C melalui ketetapan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : HK.03.05/I/1173/11 Tanggal
13 Mei Tahun 2011 dan telah terakreditasi 5 (lima) pelayanan dengan
memperoleh sertifikat akreditasi dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia di Jakarta dengan nomor sertifikat
: KARS-SERT/126/XI/2011.
Tahun 2016 tepatnya tanggal 6 Mei 2016 Berdasarkan Peraturan Bupati
Pohuwato Nomor : 21 Tahun 2016 tentang Pemberian Nama Rumah Sakit
Umum Daerah, RSUD Pohuwato telah berganti nama RSUD BUMI
PANUA . Beralamatkan Jl. dr. Herizal Umar Desa Botubilotahu Kec. Marisa
Kab. Pohuwato, Telp/Fax (0443) 210880 email: pohuwato.rsud@gmail.com
Web : www.rsud.pohuwatokab.go.id.
Adapun informasi dasar tentang RSUD Pohuwato adalah sebagai berikut :
Nama Rumah Sakit : RSUD Bumi Panua
Pemilik : Pemerintah Kab.Pohuwato
Alamat : Jl. Dr. Herizal Umar Desa Botubilotahu
Kec. Marisa Kab. Pohuwato
Telepon/Fax : (0443) 210880
Email : pohuwato.rsud@gmail.com
Websit : www.rsud.pohuwatokab.go.id

3
Kelas :C
Akreditasi : Dasar
Jumlah TT : 117 TT
Dasar Hukum/Landasan operasional berdirinya RSUD :
1. Surat Izin Mendirikan Rumah Sakit Kelas C oleh Bupati Pohuwato Nomor
445/PEM/392.a/V/2011
2. Surat Izin Bupati Pohuwato tentang Izin Operasional RSUD Pohuwato
Nomor 445/PEM/392/V/2011
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.03.05/I/1173/11 Tanggal 13 Mei Tahun 2011 tentang Penetapan Kelas
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo.
4. Sertifikat dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit Nomor KARS-
SERT/126/XI/2011
5. SK Bupati Pohuwato Nomor 188/25/II/2013 tentang Penetapan Status
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) pada
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pohuwato.
B. Visi dan Misi
a. Visi
Suatu keinginan yang tidak berlebihan kiranya RSUD Bumi Panua
Kabupaten Pohuwato dapat tumbuh menjadi institusi layanan kesehatan
modern, berkelas Nasional, dalam bentuk jejaring rumah sakit di seluruh
Indonesia.
Visi RSUD Bumi Panua mengandung makna cita cita yang di
inginkan seluruh pimpinan dan karyawan RSUD serta masyarakat,
gambaran keinginan tersebut mengkristal dalam bentuk Visi RSUD
Pohuwato Yaitu Menjadi Rumah Sakit Rujukan di Wilayah Barat
Provinsi Gorontalo.
b. Misi
Agar visi menjadi kenyataan harus diupayakan cara untuk
mencapainya, pilihan cara untuk mewujudkan visi menjadi pilihan utama
masyarakat Pohuwato dirumuskan dalam misi sebagai berikut:

4
1) Memberikan Pelayanan Kesehatan yang bermutu tinggi dan terjangkau
sesuai perkembangan ilmu kedokteran.
2) Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat melalui Promotif,
Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif .
3) Pengembangan layanan unggulan\Melakukan kerjasama dengan
Pemerintah dan Swasta untuk memenuhi tenaga medis dan
paramedic\Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
C. Tujuan
Pada garis besarnya, acuan yang digunakan untuk merumuskan tujuan
adalah garis garisan yang telah di tentukan oleh pemerintah, dalam hal ini
departemen kesehatan, departemen dalam negeri,pemerintah daerah dan
departemen terkait.
Adapun tujuan dari RSUD Bumi Panua Pohuwato adalah :
1. Mengupayakan tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal
bagi masyarakat.
2. Menyediakan akses pelayanan kesehatan yang makin luas, profesional,
efektif, efisien dan terjangkau bagi semua golongan masyarakat.
3. Mewujudkan pelayanan unggulan sub spesialistik
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan
pelatihan yang kompetitif serta meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Menjadikan RSUD Bumi Panua sebagai jejaring pendidikan dan
pelayanan keahlian di Wilayah Barat Provinsi Gorontalo.
D. Nilai-Nilai
Dalam rangka mewujudkan visi dan misinya RSUD Bumi Panua
Kabupaten Pohuwato memiliki nilai dan keyakinan dasar yang merupakan
budaya kerja dan menjadi pijakan, pegangan dan pedoman bagi direksi, unit
kerja menejemen, unit kerja pelayanan operaioanl dan seluruh karyawan
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Nilai nilai dasar (CORE VALUES) terdiri atas : profesionalisme
(professionalism), kepedulian (responsiveness), kepuasan pelanggan
(customer satisfaction), kewirausahaan (entrepreneurship), keterbukaan
(Transparancy), efisiensi (efficiency), dan keadilan (equity). Rumusan nilai
nilai dasar adalah: seluruh jajaran RSUD Pohuwato tanpa terkecuali, dalam

5
menjalankan tugas pokok dan fungsinya memiliki budaya kerja kelembagaan
yang professional, efisien dan efektif, memiliki jiwa serta semangat birokrasi
wirausaha yang berkeadilan dan terbuka disertai kepedulian yang tinggi
terhadap tuntutan kepuasan pelanggan dalam upaya pencapaian visi dan misi
rumah sakit.
Keyakinan dasar (CORE BELIEFS) terdiri atas : ibadah, keikhlasan,
kejujuran, kebersamaan, kemandirian, optimism dan keramahan. Rumusan
keyakinan dasar adalah visi dan misi RSUD Pohuwato akan dapat diwujudkan
apabila seluruh jajaran tanpa terkecuali mampu bekerja dalam suatu tim yang
senantiasa dilandasi niat beribadah yang mengedepankan dan berpegang teguh
pada nilai keikhlasan, kejujuran, keramahan, yang disertai semangat
kemandirian dan optimisme yang tinggi dalam suasana kebersamaan dan
saling ingat mengingatkan.
E. Kondisi Umum
Pada Tahun 2002 Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Pohuwato sudah dirintis sejak Pohuwato masih bergabung dengan Kabupaten
Induk yaitu Boalemo dan diresmikan penggunaanya pada tanggal 6 April 2006
oleh Gubernur Gorontalo. Dan pada Tahun 2011 RSUD Pohuwato telah
beroleh tipe/kelas sebagai Rumah Sakit Umum Daerah dengan kelas C melalui
ketetapan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
HK.03.05/I/1173/11 Tanggal 13 Mei Tahun 2011 dan telah terakreditasi 5
(lima) pelayanan dengan memperoleh sertifikat akreditasi dari Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
di Jakarta dengan nomor sertifikat : KARS-SERT/126/XI/2011.
F. Sarana Pelayanan
a. Pelayanan Gawat Garurat
IGD memiliki ruangan yang terdiri dari :
1) Ruang Triage
Yaitu tempat untuk memilah pasien yang akan masuk di area
merah, kuning dan hijau yang memiliki luas 23,52m panjang 5,6m
dan lebar 4,2m.

6
2) Ruang Observasi
Ruang observasi yang terbagi dalam 3 area yaitu merah, yang
memiliki luas 21.6m panjang 3,6m lebar 6m mempunyai fasilitas 3
bed, tabung O2, tiang infus, monitor bed side, syring pump dan infus
pump dan sampiran kuning, yang memiliki luas 19.44m panjang 3,6m
lebar 5,4m. mempunyai fasilitas 3 bed, tiang infus dan sampiran.hijau
yang memiliki luas 19,44m, panjang 3,6m lebar 5,4m. fasilitas bed
dan tiang infus, tabung O2 serta sampiran.
3) Ruang Tindakan
Memiliki luas 31,6m panjang 4,8m, lebar 6,6m. memiliki fasilitas
untuk melakukan tindakan medis, lampu operasi, lampu LED, bak
instrument yang berisi (pingset, gunting, klem, spatel, nierbeken),
tensimeter, TEM, suction, troly emergency, tabung O2, kanul dan
masker O2, AC.
4) Ruang Perawat
Memiliki luas 21,6m panjang 6m, lebar 3,6m dan memiliki
fasilitas kulkas, TV, loker, tempat tidur, AC.
5) Ruang Dokter
Dengan luas 19,8m panjang 6m, lebar 3,3m yang memiliki
fasilitas tempat tidur, AC, TV, kulkas, kamar mandi.
6) Ruangan tempat lemari berkas dan lemari obat luas 19,8m, panjang
3m, lebar 6,6m.
7) Ruangan Ponek Kebidanan
Dengan luas 18m panjang 6m, lebar 3m yang di fasilitasi oleh 2
bed, meja stanles steel dan alat alat kebidanan.
8) Ruangan kecil dekat ruang tindakan
Tempat untuk mensterilkan alat dan mencuci alat dengan luas
7,5m Panjang 3,6m , lebar 2,1m.
9) Nurse station
Dengan luas 12,9m panjang 3,6m, lebar 3,6m yang di lengkapi
komputer, aipone. dan bersampingan dengan kamar mandi pasien.

7
b. Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan menenmpati gedung dengan luas + 495m.
Adapun Jenis pelayanan rawat jalan yang ada di RSUD Pohuwato adalah :
1) Pelayanan rawat jalan bedah
2) Pelayanan rawat jalan interna/penyakit dalam
3) Peayanan rawat jalan Kebidanan dan Kandungan
4) Pelayanan rawat jalan Penyakit Anak
5) Pelayanan rawat jalan Penyakit mata
6) Pelayanan rawat jalan THT
7) Pelayanan Rawat Jalan Gigi
8) Pelayanan rawat jalan fisiotherapi
9) Pelayanan konsultasi gizi
10) Pelayanan rawat jalan umum
11) Pelayanan rawat jalan narkoba
c. Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan rawat inap di RSUD Pohuwato telah mengalami
peningkatan yang sangat signifikan seiring dengan permintaan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan rawat inap yang memadai. Sesuai standarnya
RSUD Pohuwato memiliki empat gedung pelayanan rawat inap sebagai
berikut :
1) Rawat Inap Penyakit Dalam/Interna
Ruangan penyakit dalam ( interna ) terdiri dari dua gedung yaitu
gedung perawatan pasien non infeksi dan gedung perawatan isolasi.
Gedung perawatan pasien non infeksi di bangun pada tahun 1997
dengan luas 400 m dan direhab pada tahun 2015.
Gedung perawatan isolasi dibangun pada tahun yang sama 1997
dengan luas 192 m. Adapun fasilitas pendukung yang ada di gedung
tersebut adalah listrik, PDAM, aipon, TV, computer, dan lain- lain.
Kondisi ruang rawat inap penyakit dalam/interna pada tahun 2016
digambarkan seperti pada tabel berikut ini :

8
Tabel II.I
Jumlah dan kondisi tempat tidur di ruangan penyakit dalam
( interna) RSUD Bumi Panua tahun 2016.
JUMLAH
LUAS
NO NAMA RUANGAN TEMPAT KONDISI KET
M
TIDUR
BAIK TDK
1 Kamar 1 45 M 4
2 Kamar 2 45 M 2
3 Kamar 3 45 M 4
4 Kamar kecil 8.6 M 1
5 Kamar 4 45 M 4
6 Kamar 5 45 M 4
7 Kamar kecil 1 isolasi 12 M 1
8 Kamar kecil 2 isolasi 12 M 1
9 Kamar 6 (isolasi) 36 M 4
10 Kamar 7 (isolasi) 36 M 4
11 Nurse station 1 9 M -
12 Nurse station 2 9 M -
13 Nurse station 3 9 M
14 Ruang peracikan obat 10.5 M
15 Selasar interna 99 M
16 Selasar isolasi 24 M
JUMLAH 29

2) Rawat Inap Kebidanan dan Kandungan


Gedung rawat inap kebidanan dan kandungan di RSUD Pohuwato
sudah memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan rawat inap
namun masih belum mencukupi sesuai standarnya. Kondisi
ketersediaan tempat tidur pada gedung rawat inap kebidanan dan
kandungan.
Tabel II.I
Jumlah dan Kondisi Tempat Tidur di Unit Kebidanan
RSUD Bumi Panua Tahun 2016
Nama Jumlah Tempat Tidur
No Gedung/ VIP Kelas I Kelas II Kelas III Ket
Ruangan Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak Baik Tidak
Belum
Ruang ada
1 - - 4 - 4 - 7 -
Kebidanan ruanga
n VIP

9
3) Rawat Inap Bedah
Gedung Instalasi Perawatan Bedah Di dirikan Pada Tahun 2007
dengan luas 600 m terdiri dari :
1) Bangsal Perawatan
2) Kamar mandi pasien
3) Kamar Mandi Perawat/dokter
4) Gudang
5) Ruang Dokter
6) Ruang Jaga Perawat
Jumlah tempat tidur pada ruang perawatan bedah sejumlah 16
Tempat tidur dengan kategori kelas III.
4) Rawat Inap Anak
Luas bangunan 400 M2 terdiri dari 7 ruangan yang terdiri dari 1
kamar kelas II, 4 kamar kelas III dan 1 kamar ruang observasi dengan
masing-masing ukuran sebagai berikut :
1. Kamar kelas II 3x5=15M2
2. kamar I 6x5=30M2
3. kamar II 6x5=30M2
4. kamar III 5x5=25M2
5. kamar IV 6x5=30M2
6. Ruang observasi 3x5=15M2
7. kamar perawat 4x5=20M2
8. Ruang administrasi 3x5=15M2
9. Gudang 4x5=30M2
Gedung perawatan anak dibangun tahun 2005 dan di operasikan
tahun 2006 dan fasilitas pendukungnya adalah air dan listrik yang
memadai. Jumlah tempat tidur sebanyak 27 terdiri dari 5 kamar dan
masing-masing kamar terdiri dari 5 tempat tidur dan ruang kelas II
terdiri dari 1 tempat tidur.

10
Tabel II.III
Jumlah dan Kondisi Tempat Tidur di Unit Perawatan Anak
RSUD Bumi Panua Tahun 2016
Jumlah Tempat Tidur
Nama VIP Kelas I Kelas II Kelas III
No Gedung/ Ket.
Ruangan Baik Tdk Baik Tdk Baik Tdk Baik Tdk

1 Perawatan - - - - 2 - 8 17 Rusak
anak rodanya

5) Rawat inap VIP


a. VIP Bougenville
Gedung VIP Bougenville dibangun pada Tahun 2010 dengan
luas bangunan 82,5 M. Karena kebutuhan pasien akan pelayanan
rawat inap kelas I dan II maka VIP ini mengubah beberapa ruangan
menjadi ruang kelas I dan II.
Tabel II.IV
Jumlah dan Kondisi Tempat Tidur
Di Unit/Instalasi Vip Bougenvile RSUD Bumi Panua Tahun 2016
JUMLAH TEMPAT TIDUR
NO PERAWATAN VIP KELAS I KELAS II KELAS III KET
VIP Baik Tdk Baik Tdk Baik Tdk Baik Tdk
BOUGENVILE
1. 7 Bed - - - - -

b. VIP Teratai
Gedung VIP Teratai dibangun pada Tahun 2015 dengan luas
bangunan 375 m. Kebutuhan masyarakat akan VIP sangat besar
sehingga pelayanan VIP belum dapat memenuhi kebutuhan
tersebut. VIP Teratai terdiri atas 5 ruangan perawatan dengan
kondisi tempat tidur dan fasilitas yang memadai.
d. Pelayanan Intensif
Unit pelayanan Intensif di RSUD Bumi Panua terbagi atas Gedung
ICU/ICCU/PICU dan Gedung NICU. Luas gedung ICU/ICCU/PICU
adalah 300m terdiri dari ruang perawatan, ruang perawat, ruang dokter,

11
ruang administrasi, ruang peralatan, kamar mandi/wc, ruang
tunggu/transfer pasien. Sementara ruang Perawatan NICU adalah ruangan
yang menyatu dengan gedung Perawatan Kebidanan/VK. Runag Nicu
terdiri atas ruang perawatan bayi sakit, ruang perawatan bayi sehat, ruang
peralatan, Kamar mandi/WC, ruang perawat/dokter dan administrasi.
Tabel II.V
Jumlah dan Kondisi Tempat Tidur di Unit Intensive
RSUD Bumi Panua Tahun 2016

Jumlah Tempat Tidur


No Nama Gedung/ Ruangan Ket.
Kondisi
Baik Tdk
1. ICU/ICCU/ PICU 6 2
2. NICU 15 -

e. Pelayanan Radiologi
Ruang pelayanan radiologi berada satu gedung dengan IGD yang
memiliki luas keseluruhan gedung tersebut adalah 631 m. Tahun 2015
Ruang pelayanan radiologi telah direnovasi dengan persiapan beberapa
ruangan termasuk persiapan palayanan CT-Scan. Hal ini sangat
memungkinkan karena disamping telah didukung oleh gedung/ruang yang
memadai juga telah didukung oleh kebaradaan tenaga dokter Spesialis
Radiologi. Adapun rincian ruangan yang ada di Instalasi Radiologi adalah
sebagai berikut :
1. Ruang pemeriksaan rontgent 1
Luas ruangan P=8m L=5,65m T=375m. dilengkapi dengan X-Ray
Conventional, AC 2 PK, Toilet, Oksigen (O2), Examination lamp,
tiang infuse, lemari alat medis, ruang ganti pakaian, Grid Lysholm all
size, peralatan proteksi radiasi.
2. Ruang Pemeriksaan rontgent 2
Luas ruangan P=5.75m L=5m T=3.75m. Dilengkapi dengan
pesawat X-Ray Mobile, Toilet (WC), AC 2 PK, Oksegen (O2), tiang
infuse, brancard, ruang ganti pakaian, peralatan proteksi radiasi

12
3. Ruang pemeriksaan foto Dental X-Ray
Luas ruangan P=5m L=3.7m T=3.75m. Dilengkapi dengan Dental
X-Ray, AC 1 PK, Ruang ganti pakaian, peralatan proteksi radiasi.
4. Ruang Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Luas ruangan P=3.8m L=3.5m T=3.75m. Dilengkapi pesawat USG
3D Color Doppler, USG Portable, AC 1 PK, Exhaust Fan, Kamar
Mandi (WC), tempat tidur pasien, meka biro, kursi.
5. Ruang Processing Film (Kamar gelap)
Luas ruangan P=5m L=2.7m T=3.75m. Dilengkapi Exhause Fan,
alat pengukur suhu, lemari penyimpanan bahan habis pakai dan reagen,
transfer box, Hi-Dryer, safety light, kaset dan hanger film X-Ray.
6. Ruang Administrasi
Luas ruangan P=3.85m L=3.5m T=3.75m. dilengkapi denga light
box, kipas angin, computer + printer, TV, aiphone, lemari arsip, meja
biro, meja panjang, dan kursi serta Toilet (WC).
7. Ruang Dokter Radiologi (Expertise)
Dengan AC 1 PK, light box, aiphone, TV, kulkas,
Komputer+printer, locker, meja biro dan kursi. Luas ruangan
P=5.85m L=3m T=3.75m.
8. Ruang Kepala ruangan
Luas ruangan P=3.2m L=2.6m T=3.75m. Dilengkapi dengan meja
biro, kursi, lemari arsip.
9. Ruang tunggu pasien
Luas ruangan P=5.5m L=3.5m T=3.75m dilengkapi dengan kursi
tunggu pasien dan tanda peringatan bahaya radiasi.
f. Pelayanan Laboratorium Klinik
Gedung pelayanan laboratorium memiliki luas 300 m2 dengan
rincian keberadaan ruangan sebagai berikut :
1. Ruang TB DOTS 3 x 4 m
2. Ruang Pemeriksaan TB Genexpert 2 x 4 m
3. Ruang Pengecatan TB 2 x 4 m
4. Toilet 1x1,5 m

13
5. Tempat Sampling 3 x 4 m
6. Ruang Pemeriksaan Hematologi, Kimia Klinik, Serologi 4 x 6 m
7. Ruang Pemeriksaan Urinalisa 4 x 6 m
8. Toilet 1x1,5 m
9. Ruang Kepala Instalasi 3,5 X 4,5 m
10. Ruang Kepala Unit & Ruang Rapat 3 x 4 m
11. Ruang Istirahat 3 X 4 m
Tabel II.VI
Jumlah prasarana pendukung serta kondisinya di Unit/instalasi Laboratorium
RSUD Bumi Panua Tahun 2016

Nama Alat Kondisi Pengadaan


Kesehatan
No Jumlah Satuan Tahun Ket
dan Non Baik Tdk Berapa
Kesehatan

Hematolohi 1
Buah
1 Analyzer 2013

Hematolohi
2 1 Buah 2016
Analyzer

3 Foto Meter 1 Buah 2008


4 Centrifus 1 Buah 2011


5 Mikroskop 2 Buah 2011

Foto meter
6 1 Buah KSO
full Otomat
Hematologi
7 1 Buah KSO
Analizer
Elektrolit
8 1 Buah KSO
Analizer

9 Urin Analizer 1 Buah KSO

10 Ingkubator 2 Buah 2005

11 Nerples 1 Buah 2012

14
g. Pelayanan Bedah Sentral
Gedung Instalasi Bedah Sentral dibangun Pada Tahun 2007 dengan
luas 600 m terdiri dari empat kamar operasi yakni :
1) Ruang Bedah 5. Ruang Dokter
2) Ruang Obgin 6. Ruang Perawat
3) Ruang Mata 7. Ruang
Kondisi gedung saat sudah tidak memenuhi syarat untuk pelayanan
bedah. Oleh karenanya di Tahun 2016 telah dianggarkan biaya
peningkatan gedung berupa rehabilitasi berat gedung bedah sentral dengan
harapan kedepanya RSUD Bumi Panua telah mempunyai gedung bedah
sentral yang memadai dan sesuai standarnya. Di Unit gawat darurat telah
tersedia ruang bedah cyto.
h. Pelayanan UTDRS (Unit Transfusi Darah Rumah Sakit)
Gedung pelayanan UTDRS dibangun dengan anggaran DAK Tahun
2008 dengan luas 195.48 m yang terdiri dari Ruang genste 3.6 m, Ruang
steril 4, 8 m, ruang pimpinan 17,92 m, runag laboratorium 77,28 m, ruang
Aftap 26.88 m, ruang administrasi, 14.08 m, loket 6.08m, ruang jaga 17.28
m, ruang pemulihan 10.24 m, dan ruang tunggu 10.24 m. Saat ini UTDRS
Bumi panua sudah dilengkapi dengan bank darah sehingga dapat
menyimpan persediaan darah yang cukup.
i. Pelayanan Gizi/Kitchen
Instalasi gizi RSUD Bumi Panua dibangun tahun 2004. Gedung
tersebut memiliki luas 81.9 m. Kondisi gedung sudah jauh dari layak,
sehingga tahun 2016 gedung dapur akan di bangun baru yang sesuai
standar. Ketersediaan fasilitas dan peralatan dapur belum memadai
sehingga membutuhkan dukungan pembiayaan untuk melengkapinya. Saat
ini Unit Dapur di lengkapi dengan ruang penyimpanan bahan makanan,
ruang pengolahan, ruang penyajian, ruang penyimpanan Alat, ruang
administrasi, ruanga kepala instalasi serta kamar mandi (WC).
j. Pelayanan Laundry
Instalasi laundry RSUD Bumi Panua dibangun tahun 2004. Gedung
tersebut memiliki luas 42.6 m. Kondisi gedung sudah jauh dari layak

15
sesuai standar. Ketersediaan fasilitas dan peralatan laundry belum
memadai sehingga membutuhkan dukungan pembiayaan untuk
melengkapinya.
k. Pelayanan Sanitasi
Dengan didukung oleh tenaga sanitasi yang professional, maka
palayanan sanitasi di RSUD Bumi Panua sudah cukup memadai. Fasilitas
Sanitasi yang ada di RSUD Bumi Panua adalah Incenerator, IPAL,
Instalasi Sarana Air bersih, Pengolahan limbah B3.
l. Pelayanan IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Rumah Sakit)
Gedung palayanan IPSRS dibangun dengan biaya BLUD Tahun 2014
dengan luas 80 m. dengan dukungan tenaga elektromedik, petugas
listrik dan bangunan yang memadai palayanan IPSRS di RSUD Bumi
Panua sudah cukup memadai walaupun sampai sekarang fasilitasnya
belum didukung oleh peralatan kalibrasi sebagai alat pemantau kualitas
peralatan kesehatan di ruah sakit.
m. Pelayanan Ambulance
Jumlah ambulance transport di RSUD Pohuwato 9 unit (4 kondisi baik,
2 rusak ringan dan 3 rusak berat) dan mobil jenazah 2 unit (1 baik dan 1
rusak berat). Saat ini RSUD Pohuwato belum memiliki ambulance yang
terlengkap. Oleh karenanya masih membutuhkan dukungan pembiayaan
untuk melengkapinya.
G. Sumber Daya Manusia
Aparatur Sipil Negara di RSUD Pohuwato per 31 Desember 2015
berjumlah 140 orang yang dapat diklasifikasikan berdasarkan golongan,
jabatan dan pendidikan. Setiap Tahun jumlah Aparatur Sipil Negara di RSUD
Pohuwato mengalami fluktuasi. Berikut ini kami paparkan jumlah Aparatur
Sipil Negara Tahun 2011 s.d 2016 sebagai berikut :

16
a. Berdasarkan Golongan
Tabel II.VII
Kondisi Aparatur Sipil Negara menurut Kepangkatan
di RSUD Bumi Panua Tahun 2011 s.d Tahun 2016

Golongan Golongan Golongan Golongan


JLH
No Tahun I II III IV

A B C D A B C D A B C D A B C D

1. 2011 2 47 21 19 25 10 13 3 1 141

2. 2012 I 1 47 27 19 17 12 9 2 1 135

3. 2013 2 20 28 28 25 9 16 2 2 132

4. 2014 2 44 21 19 18 19 2 1 126

5. 2015 6 44 30 19 18 20 2 1 140

6. 2016 1 1 7 1 48 27 15 20 7 1 1 134

b. Berdasarkan Jabatan
Tabel II.VIII
Kondisi Aparatur Sipil Negara menurut Jabatan
di RSUD Bumi Panua Tahun 2011 s.d Tahun 2016
Jabatan

No Tahun Jumlah
Fungsional
Struktural Fungsional
Umum

1. 2011 12 125 4 141

2. 2012 12 119 4 135

3. 2013 13 115 4 132

4. 2014 13 109 4 126

5. 2015 14 109 17 140

6. 2016 14 110 10 134

17
c. Berdasarkan Pendidikan
Tabel II.IX
Kondisi Aparatur Sipil Negara menurut Tingkat Pendidikan
di RSUD Bumi Panua Tahun 2011 s. d Tahun 2016
Tingkat Pendidikan
Tahun Jumlah
No S1/ SLTA /
S3 S2 D III DII DI SLTP SD
DIV SPK

1. 2011 0 0 41 85 1 1 13 0 0 141

2. 2012 0 0 37 83 1 2 12 0 0 135

3. 2013 0 2 37 80 0 3 10 0 0 132

4. 2014 0 3 37 73 1 3 9 0 0 126

5. 2015 0 3 45 79 1 3 9 0 0 140

6. 2016 0 3 44 72 0 1 14 0 0 134

Sementara tenaga kontrak di RSUD Pohuwato per 31 Desember 2016


sebanyak 282 orang dengan rincian sebagai berikut :
Tabel II.X
Kondisi Tenaga Kontrak
di RSUD Bumi Panua Tahun 2011 s. d Tahun 2016

Tahun
No. Jenis Tenaga
2012 2013 2014 2015 2016
1 Dokter THT - 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang
2 Dokter Mata - 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang
3 Dokter Urologi - 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang
4 Dokter Radiologi - - 1 Orang 1 Orang 1 Orang
5 Dokter Obgyn 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang
6 Dokter Anastesi 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang
7 Dokter Bedah 1 Orang 2 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang
8 Dokter Ahli Anak 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang
9. Dokter Ahli Jantung - - - - 1 Orang
10 Dokter Umum 1 Orang 1 Orang 2 Orang - 1 Orang

11 Dokter Internship - - 10 Orang 12 orang 12 orang


12 Teknisi Billing System - - - 1 Orang 1 Orang
13 Laundry 3 Orang 3 Orang 4 Orang 5 Orang 5 Orang

14 Pramusaji 10 Orang 10 Orang 4 Orang 4 Orang 4 Orang

18
15 Juru masak - - 8 Orang 8 Orang 8 Orang
16 Petugas Taman - - 2 Orang 2 Orang 3 Orang

17 Cleaning Service 23 Orang 23 Orang 32 Orang 35 Orang 37 Orang

18 Sopir 8 Orang 7 Orang 6 Orang 7 Orang 7 Orang


19 Perawat 15 Orang - 52 Orang 55 Orang 78 orang
20 Perawat Supervisor - - - 3 Orang -
21 Perawat Gigi - - 1 Orang 1 Orang 1 orang
22 Pelaksana UTD 4 Orang 4 Orang 1 Orang 2 Orang 2 orang
23 Sanitasi - - 1 Orang 2 Orang 4 orang
24 Bidan D III 3 Orang 9 Orang 14 Orang 14 Orang 15 orang
25 Bidan D IV - - 1 Orang -
26 Analis 1 Orang - 4 Orang 5 Orang 6 orang
27 Fisioterapi - - 1 Orang 1 Orang 1 orang
28 Radiografer - - 2 Orang 1 Orang 2 orang
29 Gizi -- - 3 Orang 3 Orang 3 orang
30 Elektromedik 2 Orang 2 Orang 3 Orang 3 Orang 3 orang
31 Operator Yanmed - - 17 Orang 35 Orang 40 orang
32 Operator Billing System - - 11 Orang - -
33 Simda - - 2 Orang 2 Orang 2 orang
34 Genset 3 Orang 3 Orang 3 Orang 4 Orang 4 orang

35 Petugas Loket
- - 8 Orang 8 Orang 7 orang
Pembayaran
36 Petugas Intalasi Air - - 2 Orang 2 Orang 2 orang
37 Petugas Instalasi Listrik - - 2 Orang 2 Orang 2 orang
38 Apoteker - 1 Orang 1 Orang 1 Orang 1 orang
39 Asisten Apoteker - - 2 Orang 3 Orang 3 orang
40 Perawat Ners - - - 8 Orang -
41 Akuntan - - 1 Orang 1 Orang 1 orang
42. Tenaga Farmasi 1 Orang
43. Rekam Medik - - - - 1 orang
44. Evakuator - - - 8 orang
45 Security - - - - 8 orang

Sebagai pusat rujukan RSUD Pohuwato telah didukung oleh tenaga


dokter ahli sebagai berikut :

19
1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 2 orang ASN tapi 1 orang
berpindah tugas
2. Dokter Spesialis Obgyn 1 orang ASN
3. Dokter Spesialis Anak 1 Orang Kontrak Full Time
4. Dokter Spesialis Bedah 1 Orang (Residen/PPDS)
5. Dokter Spesialis Radiologi 1 Orang ( Kontrak Full time)
6. Dokter Spesialis Mata 1 orang (residen/PPDS)
7. Dokter Spesialis THT 1 orang (residen/PPDS)
8. Dokter Spesialis Patologi Klinik 1 orang (ASN)
Dalam penyelesaian pendidikan (spesialis Anak 1 org, spesialis
bedah 1 orang, dokter spesialis mata 1 org, spesialis rehabilitasi medik 1
orang dan spesialis syaraf 1 orang, Spesialis forensik 1 orang).
H. Fasilitas Sarana Dan Prasarana
Faktor input penting untuk meningkatkan kinerja adalah sarana dan
prasarana pendukung dalam pelaksanaan tugas terutama untuk pelayanan
Kesehatan dan Rujukan di Rumah Sakit. Jenis dan jumlah bangunan, yang
dimiliki sekarang meliputi Gedung :
1. UGD dan Radiologi
2. Poliklinik
3. Gedung Perawatan Kelas III Interna
4. Gedung Perawatan Anak dan Kebidanan
5. Gedung Perawatan Bedah
6. Gedung Isolasi
7. Rehabilitasi dan Fisiotherapy
8. Farmasi/Apotik
9. Laboratorium
10. ICU
11. Bedah Unit Central
12. Instalasi Sanitasi
13. Laundry
14. Gedung IPAL
15. UTDRS

20
16. Kantor Rumah Sakit
17. Gedung Jenazah
18. Gedung VIP 1
19. Rumah Dinas Dokter (4 unit)
20. Rumah Genset
21. Reservoir Air Bersih (Beton)
22. Selasar Penghubung
23. Tempat Parkir
24. Aula
25. Mushola
26. VIP 2
27. Dapur
28. IPSRS

21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Phlebotomy
Pengambilan darah di laboratorium sering diasumsikan dengan nama
flebotomi. Flebotomi (bahasa inggris : phlebotomy) berasal dari kata Yunani
phleb dan tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti
mengiris/memotong (cutting). Dahulu dikenal istilah venasectie (Belanda),
venesection atau venisection (Inggris) (Ulya, 2016). Flebotomis adalah
seorang tenaga medis yang telah mendapatkan latihan untuk mengeluarkan
dan menampung specimen darah dari pembuluh darah pena, arteri atau kapiler
(Ferliem, 2011).
Dalam praktek laboratorium klinik, ada 3 macam cara memperoleh darah,
yaitu melalui tusukan vena (venipuncture), tusukan kulit (skinpuncture), dan
tusukan arteri atau nadi. Venipuncture adalah cara yang paling umum
dilakukan, oleh karena itu istilah phlebotomy sering dikaitkan dengan
venipuncture (Poetri, 2014)
B. Pengambilan Darah Vena
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya
diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan
siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak
ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau
vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena
basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan
arteri brachialis dan syaraf median (Poetri, 2014).
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka
pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan.
Lakukan pengambilan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang
ukurannya lebih kecil (Poetri, 2014).

22
Gambar III.I Letak Vena

Pemilihan vena berdasarkan beberapa alasan, yaitu (Ferliem, 2011) :


1) Dekat, vena mediana paling dekat dengan permukaan kulit, sehingga
mudah diakses.
2) Tidak bergerak, vena mediana merupakan vena yang paling tidak
bergerak ketika jarum menusuk sehingga tusukan dapat berhasil
dengan sukses.
3) Aman, tusukan pada vena mediana kurang beresiko.
4) Nyaman, vena mediana tidak terlalu membuat rasa tidak nyaman saat
ditusuk.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara
vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring),
sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer)
(Poetri, 2014) :
a. Pengambilan Darah Vena dengan Syring
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring)
merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium
klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah

23
sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah tabung silinder,
pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan
mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G,
24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada
pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan
(rapuh atau kecil).
b. Pengambilan Darah Vena dengan Tabung Vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD
(Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini
berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik.
Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke
dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah
tercapai.
Tabung vakum merupakan tabung yang telah hampa udara yang
diproduksi oleh perusahaan, sehingga saat pengambilan darah maka akan
tersedot sendiri dengan gaya vakum tabung ini. Tabung vakum rata-rata
terbuat dari kaca antipecah atau plastik bening dengan berbagai ukuran
volume yang berisi zat additif didalamnya (Ulya, 2016).
C. Pengambilan Darah Kapiler
Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang
berarti proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang
digunakan untuk pengambilan darah kapiler, yaitu sebagai berikut (Nursasi,
2016):
1. Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.
2. Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian
tepi telapak kaki atau pada ibu jari kaki.
3. Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan
peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dan sebagainya), kongesti atau sianosis setempat.
a. Fingerstick (Jari)
Fingerstick untuk orang dewasa dan anak usia lebih dari satu 1 tahun.
Gunakan bagian daging yang terletak antara bagian tengah dan bagian

24
samping jari ketiga atau keempat sisi telapak tangan. Waspada, jangan
menggunakan jari untuk bayi yang berusia kurang dari 1 tahun (Strasinger
dan Marjorie, 2016).

Gambar III.II Skinpuncture - Fingerstick

b. Heelstick (Tumit)
Heelstick untuk bayi kurang dari 1 tahun. Gunakan bagian medial dan
lateral pada permukaan bawah (planar). Waspada, jangan melakukan
pungsi pada bagian posterior tumit (Strasinger dan Marjorie, 2016).

Gambar III.III Skinpuncture -


Heelstick

25
D. Faktor Penyulit dalam Pengambilan Spesimen Darah Vena
Adapun kesulitan dalam pengambilan spesimen darah vena dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut (Poetri, 2014) :
a. Faktor Fisik Pasien
1. Kegemukan
Pada pasien yang gemuk terkadang phlebotomis sulit untuk
menemukan pembuluh darah vena yang akan ditusuk karena terhalang
oleh jaringan lemak. Orang yang gemuk memiliki vena yang lebih
dalam dan tidak terlihat sehingga sulit untuk dipalpasi.
2. Oedema
Oedema merupakan penimbunan cairan tubuh. Phlebotomis
menjadi sulit untuk menemukan letak vena. Jika darah yang diambil
pada tempat yang oedema, maka darah akan tercampur dengan cairan
oedema sehingga akan terjadi pengenceran. Phlebotomis dapat
mencari pembuluh darah lain yang tidak oedema.
3. Luka bakar
Pasien yang mengalami luka bakar, jaringan pada tubuhnya rusak
dan mudah mengalami infeksi. Jangan melakukan pengambilan di
daerah ini. Pasien sangat rentan terhadap infeksi.
b. Faktor Psikologis Pasien
Faktor penderita yang kurang kooperatif disebabkan penderita merasa
ketakutan sehingga penderita menolak untuk dilakukan pengambilan
darah. Cara mengatasinya dengan mencari bantuan petugas lain dan
menenangkan pasien agar pasien mengerti perlunya untuk dilakukan
pengambilan darah. Bila tidak berhasil, jelaskan secara tertulis pada
lembar permintaan laboratorium.
c. Faktor Teknik
Gagal memperoleh darah. Gagal pengambilan darah disebabkan:
1.Cara pengambilan darah vena yang salah oleh phlebotomis
2.Tusukan sudah tepat tetapi darah tidak cukup terhisap, kemungkinan:
a) Kesalahan teknik
1) Arah tusukan tidak tepat

26
2) Sudut tusukan terlalu kecil atau terlalu besar
3) Salah menentukan vena yang dipilih
4) Tusukan terlalu dalam atau kurang dalam
5) Pembuluh bergeser karena tidak terfiksasi
b) Kesalahan non teknik
Pembuluh darah menyempit (kolaps) karena rasa takut yang
berlebihan dan menyebabkan volume darah berkurang. Volume
darah berkurang karena pendarahan berat, kekurangan cairan
tubuh, dan tekanan darah turun.

Gambar III.IV Kesalahan-kesalahan Penusukan Jarum

E. Hematologi
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari
bagian padat yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit),
trombosit dan bagian cairan yang berwarna kekuningan yang disebut plasma.
Pemeriksaan hematologi rutin dapat menentukan kualitas kesehatan.
a. Tujuan dilakukannya pemeriksaan Hematologi

27
1. Mendeteksi kelainan hematologi (anemia dan leukemia) bila timbul
dugaan adanya kelainan jumlah dan fungsi dari sel darah.
2. Kelainan sistemik (hati dan ginjal) yang dapat mempengaruhi sel darah
baik bentuk maupun fungsinya.
3. Membantu diagnosis penyakit infeksi dengan melihat kenaikan atau
penurunan jumlah leukosit serta hitung jenisnya.
b. Komponen darah yang diperiksa pada pemeriksaan Hematologi Rutin
1. Leukosit
a) Fungsi leukosit / sel darah putih adalah melindungi tubuh melawan
infeksi bakteri dan virus.
b) Pemeriksaan leukosit dilakukan untuk mengetahui kelainan sel darah
putih yang bertanggungjawab terhadap imunitas tubuh, evaluasi
infeksi bakteri dan virus, proses metabolik toksik dan keganasan sel
darah putih.
c) Nilai normal : dewasa : 4,8-10,8 (103/l), anak-anak : 6,0-17,5
(103/l)
2. Pemeriksaan Hitung Jenis
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membantu diagnosis dan memantau
penyakit terutama penyakit infeksi dan keganasan. Pemeriksaan hitung
jenis terdiri dari:
a) Neutrofil
1) Neutrofil berperan dalam melindungi tubuh melawan infeksi
2) Nilai normal : 50-70 %
b) Limfosit
1) Limfosit berperan untuk memproduksi antibodi dalam melawan
infeksi
2) Nilai normal : 25-40 %
c) Monosit
1) Berperan dalam sistem imun
2) Nilai normal 2-8 %
d) Eosinofil

28
1) Eosinofil berperan dalam reaksi alergi, reaksi obat dan infeksi
parasit.
2) Nilai normal : 2-4 %
e) Basofil
1) Basofil berperan dalam proses alergi dan inflamasi
2) Nilai normal : 0-1,0 %
c. Hemoglobin (Hb)
1. Hb merupakan protein yang terdapat dalam eritrosit yang berfungsi
membawa oksigen ke dalam tubuh.
2. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi Hb
3. Nilai normal : Laki-laki : 14-18 (g/dL), Perempuan : 12-16 (g/dl), anak-
anak : 11,3-14,1 (g/dl)
d. Eritrosit
1. Fungsi eritrosit / sel darah merah adalah membawa oksigen ke seluruh
tubuh
2. Nilai normal : laki-laki : 4,4-5,9 (106/l), perempuan : 3,8-5,2 (106/l).
e. Hematokrit
1. Hematokrit merupakan perbandingan antara sel darah merah, sel darah
putih dan trombosit dengan plasma darah
2. Nilai normal : laki-laki : 42-52 %, perempuan : 37-47 %
f. Trombosit
1. Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah
2. Pemeriksaan trombosit dilakukan untuk mengevaluasi gangguan
pembekuan darah.
3. Nilai normal : 150-450 (103/l)
g. Nilai-nilai MC
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ukuran serta kandungan
hemoglobin dalam sel darah merah.
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
1. Pemeriksaan untuk mengetahui rata-rata banyaknya hemoglobin yang
terdapat dalam eritrosit.
2. Nilai normal : 26-34 pg

29
Mean Corpuscular Volume (MCV)
1. Pemeriksaan untuk mengetahui rata-rata volume eritrosit
2. Nilai normal : 80-100 fL
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
1. Konsentrasi hemoglobin pada volume eritrosit
2. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keadaan anemia
3. Nilai normal : 32-36 g/dL
h. Pemeriksaan Laju Endap Darah
1. Pemeriksaan ini digunakan untuk pemantauan keberhasilan terapi dan
perjalanan penyakit terutama penyakit kronis, mengetahui kemungkinan
adanya keganasan, penyakit kolagen atau infeksi, membedakan tingkat
radang atau pembentukan antibodi terhadap dua penyakit yang secara
klinis susah dibedakan.
2. Nilai normal : laki-laki : 0-8 mm/jam, perempuan : 0-15 mm/jam.
(Hilab,2015)
F. Kimia Klinik
Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari teknik terhadap darah, urin,
sputum (ludah, dahak), cairan otak, ginjal, sekret2 yang dikeluarkan. (Filanie,
2009).Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat
digunakan darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan
kimia darah di dalam laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot
jantung, ginjal, lemak darah, gula darah, fungsi pankreas, elektrolit dan dapat
pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosis anemi.
Uji fungsi hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin,
bilirubin total & bilirubin direk, serum glutamic oxaloacetate transaminase
(SGOT/AST) & serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT/ALT), gamma
glutamyl transferase (-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase
(CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan
pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik elektroforesis. Dengan
pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui perubahan fraksi
protein di dalam serum. Pemeriksaan elektroforesis protein serum ini

30
menunjukkan perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya memeriksa kadar
protein total dan albumin serum.
Uji fungsi jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine kinase (CK),
isoenzim creatine kinase yaitu CKMB, N-terminal pro brain natriuretic
peptide (NT pro-BNP) dan Troponin-T. Kerusakan dari otot jantung dapat
diketahui dengan memeriksa aktifitas CKMB, NT pro-BNP, Troponin-T dan
hsCRP. Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk kelainan otot jantung, karena
hasil yang meningkat dapat dijumpai pada beberapa kerusakan jaringan tubuh
seperti hati, pankreas, keganasan terutama dengan metastasis, anemia hemolitik
dan leukemia.
Uji fungsi ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum
adalah produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi
oleh hati dan dikeluarkan lewat urin. Pada gangguan ekskresi ginjal,
pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadar ureum akan
meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot
dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar kreatinin dalam
serum dipengaruhi oleh besar otot, jenis kelamin dan fungsi ginjal. Di
Laboratorium Klinik Utama Bio Medika pemeriksaan kadar kreatinin
dilaporkan dalam mg/dl dan estimated GFR (eGFR) yaitu nilai yang dipakai
untuk mengetahui perkiraan laju filtrasi glomerulus yang dapat memperkirakan
beratnya kelainan fungsi ginjal.
Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin
(creatinine clearance test/CCT). Creatinine clearance test/CCT memerlukan
urin kumpulan 24 jam, sehingga bila pengumpulan urin tidak berlangsung
dengan baik hasil pengukuran akan mempengaruhi nilai CCT. Akhir-akhir ini,
penilaian fungsi ginjal dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah
yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan dalam pengumpulan urin. Cystatin
adalah zat dengan berat molekul rendah, dihasilkan oleh semua sel berinti di
dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh proses radang atau kerusakan
jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan melalui ginjal. Oleh karena itu kadar
Cystatin dipakai sebagai indikator yang sensitif untuk mengetahui kemunduran
fungsi ginjal.

31
Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol total,
trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama
dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti
pasien dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah
jantung, pasien dengan diabetes melitus (DM) dan hipertensi serta pasien
dengan keluarga yang menunjukkan peningkatan kadar lemak darah. Untuk
pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya berpuasa selama 12 - 14 jam. Bila
pada pemeriksaan kimia darah, serum yang diperoleh sangat keruh karena
peningkatan kadar trigliserida sebaiknya pemeriksaan diulang setelah berpuasa
> 14 jam untuk mengurangi kekeruhan yang ada. Untuk pemeriksaan kolesterol
total, kolesterol HDL dan kolesterol LDL tidak perlu berpuasa. Selain itu
dikenal pemeriksaan lipoprotein (a) bila meningkat dapat merupakan faktor
risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan kadar gula darah dipakai untuk mengetahui adanya
peningkatan atau penurunan kadar gula darah serta untuk monitoring hasil
pengobatan pasien dengan Diabetes Melitus (DM). Peningkatan kadar gula
darah biasanya disebabkan oleh Diabetes Melitus atau kelainan hormonal di
dalam tubuh. Kadar gula yang tinggi akan dikeluarkan lewat urin yang disebut
glukosuria. Terdapat beberapa macam pemeriksaan untuk menilai kadar gula
darah yaitu pemeriksaan gula darah sewaktu, kadar gula puasa, kadar gula
darah 2 jam setelah makan, test toleransi glukosa oral, HbA1c, insulin dan C-
peptide. Kadar gula darah sewaktu adalah pemeriksaan kadar gula pada waktu
yang tidak ditentukan. Kadar gula darah puasa bila pemeriksaan dilakukan
setelah pasien berpuasa 10 - 12 jam sebelum pengambilan darah atau sesudah
makan 2 jam yang dikenal dengan gula darah 2 jam post-prandial. Pasien DM
dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat pemeriksaan gula
darah puasa dan tetap menggunakan obat untuk pemeriksaan gula darah post-
prandial. Pemeriksaan kadar gula darah puasa dipakai untuk menyaring adanya
DM, memonitor penderita DM yang menggunakan obat anti-diabetes;
sedangkan glukosa 2 jam post-prandial berguna untuk mengetahui respon
pasien terhadap makanan setelah 2 jam makan pagi atau 2 jam setelah makan
siang. Kadar gula darah sewaktu digunakan untuk evaluasi penderita DM dan

32
membantu menegakkan diagnosis DM. Selain itu dikenal pemeriksaan kurva
harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada jam 7 pagi, 11 siang
dan 4 sore, yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula darah selama 1 hari
dengan diet dan obat yang dipakai. Pada pasien dengan kadar gula darah yang
meragukan, dilakukan uji toleransi glukosa oral (TTGO). Pada keadaan ini
pemeriksaan harus memenuhi persyaratan:
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien harus makan karbohidrat yang cukup.
2. Tidak boleh minum alkohol.
3. Pasien harus puasa 10 12 jam tanpa minum obat, merokok dan olahraga
sebelum pemeriksaan dilakukan.
4. Di laboratorium pasien diberikan gula 75 g glukosa dilarutkan dalam 1 gelas
air yang harus dihabiskan dalam waktu 10 15 menit atau 1.75 g per kg
berat badan untuk anak.
5. Gula darah diambil pada saat puasa dan 2 jam setelah minum glukosa.
Insulin adalah merupakan hormon yang dihasilkan oleh pankreas pada sel
beta pulau Langerhans. Berkurangnya aktifitas insulin akan menyebabkan
terjadinya Diabetes Melitus. Pemeriksaan aktifitas insulin bila diduga
terdapat insufisiensi insulin, peningkatan kadar insulin pada pasien dengan
hipoglikemia. Pengukuran aktifitas insulin ini tidak dipengaruhi oleh insulin
eksogen. Insulin berasal dari pro insulin yang mengalami proteolisis
menjadi C-peptide. C-peptide dipakai untuk
mengetahui sekresi insulin basal.
Untuk pemantauan DM dilakukan uji HbA1c. Pemeriksaan ini menunjukkan
kadar gula darah rerata selama 1 3 bulan. Dalam keadaan normal, kadar
HbA1c berkisar antara 4 6% dan bila gula darah tidak terkontrol, kadar
HbA1c akan meningkat. Oleh karena itu, penderita dengan kadar gula darah
yang normal bukan merupakan petanda DM terkontrol. DM terkontrol bila
kadar HbA1c normal. Hasil pemeriksaan HbA1c akan lebih rendah dari
sebenarnya bila didapatkan hemoglobinopati seperti thalassemia. Oleh karena
itu, penderita DM sebaiknya melakukan pemeriksaan analisa hemoglobin
untuk mengetahui kelainan tersebut dalam menilai hasil pemeriksaan HbA1c .

33
Akhir akhir ini uji HbA1c selain untuk monitoring pengobatan, dipakai untuk
diagnosis DM.
Pankreas menghasilkan enzim amilase dan lipase. Amilase selain dihasilkan
oleh pankreas juga dihasilkan oleh kelenjar ludah dan hati yang berfungsi
mencerna amilum/karbohidrat. Kadar amilase di dalam serum meningkat pada
radang pankreas akut. Pada keadaan tersebut, keadaan amilase meningkat
setelah 2 12 jam dan mencapai puncak 20 30 jam dan menjadi normal
kembali setelah 2 4 hari. Gejala yang timbul berupa nyeri hebat pada perut.
Kadar amilase ini dapat pula meningkat pada penderita batu empedu dan pasca
bedah lambung.
Lipase adalah enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang berfungsi
mencerna lemak. Lipase akan meningkat di dalam darah apabila ada kerusakan
pada pankreas. Peningkatan kadar lipase dan amilase terjadi pada permulaan
penyakit pankreatitis, tetapi lipase serum meningkat sampai 14 hari, sehingga
pemeriksaan lipase bermanfaat pada radang pankreas yang akut stadium lanjut.
Untuk pembentukan hemoglobin dibutuhkan antara lain besi, asam folat dan
vit. B12. Besi merupakan unsur yang terbanyak didapatkan di darah dalam
bentuk hemoglobin, serum iron (SI), total iron binding capacity (TIBC) dan
ferritin. Pemeriksaan SI bertujuan mengetahui banyaknya besi yang ada di
dalam serum yang terikat dengan transferin, berfungsi mengangkut besi ke
sumsum tulang. Serum iron diangkut oleh protein yang disebut transferin,
banyaknya besi yang dapat diangkut oleh transferin disebut total iron binding
capacity (TIBC). Saturasi transferin mengukur rasio antara kadar SI terhadap
kadar TIBC yang dinyatakan dalam persen. Ferritin adalah cadangan besi
tubuh yang sensitif, kadarnya menurun sebelum terjadi anemia. Pada anemia
tidak selalu terjadi perubahan pada SI, TIBC dan ferritin tergantung pada
penyebab anemia. Pada anemia defisiensi besi, kadar SI dan saturasi transferin
menurun sedangkan TIBC akan meningkat/normal dan cadangan besi tubuh
menurun. Pengukuran asam folat dan vitamin B12 bertujuan untuk
mengetahui penyebab anemia.
Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak, yang fungsinya
menahan air di dalam tubuh. Na mempunyai banyak fungsi seperti pada otot,

34
saraf, mengatur keseimbangan asam-basa bersama dengan klorida (Cl) dan ion
bikarbonat. Kalium (K) merupakan kation intraseluler terbanyak. Delapan
puluh sembilan puluh persen K dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh
karena itu, pada kelainan ginjal didapatkan perubahan kadar K. Klorida (Cl)
merupakan anion utama didalam cairan ekstraseluler. Unsur tersebut
mempunyai fungsi mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dan
mengatur keseimbangan asam-basa.
Kalsium (Ca) terutama terdapat di dalam tulang. Lima puluh persen ada
dalam bentuk ion kalsium (Ca), ion Ca inilah yang dapat dipergunakan oleh
tubuh. Protein dan albumin akan mengikat Ca di dalam serum yang
mengakibatkan penurunan kadar ion Ca yang berfungsi di dalam tubuh. Oleh
karena itu untuk penilaian kadar Ca dalam tubuh perlu diperiksa kadar Ca total,
protein total, albumin dan ion Ca.
Fosfor (P) adalah anion yang terdapat di dalam sel. Fosfor berada di dalam
serum dalam bentuk fosfat. Delapan puluh sampai delapan puluh lima persen
kadar fosfat di dalam badan terikat dengan Ca yang terdapat pada gigi dan
tulang sehingga metabolism fosfat mempunyai kaitan dengan metabolisme Ca.
Kadar P yang tinggi dikaitkan dengan gangguan fungsi ginjal, sedangkan kadar
P yang rendah mungkin disebabkan oleh kurang gizi, gangguan pencernaan,
kadar Ca yang tinggi, peminum alkohol, kekurangan vitamin D, menggunakan
antasid yang banyak pada nyeri lambung. (Anonim, 2012)
G. Imunologi/serologi
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang
mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua
organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum
baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malafungsi sistem imun pada
gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun,
penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-
komponen sistem imun in vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki
berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi
beberapa subdisiplin.

35
Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan yang menggunakan serum seperti
pemeriksaan pada dugaan demam dengue. Demam dengue dapat merupakan
infeksi pertama kali yang disebut infeksi primer dan dikenal sebagai demam
dengue, serta infeksi kedua kali yang disebut infeksi sekunder yang dapat
menimbulkan penyakit demam berdarah yang dikenal sebagai dengue
haemorragic fever (DHF) yang dapat mengalami renjatan dan berakhir dengan
kematian. Pada demam dengue, pemeriksaan serologi yang tersedia adalah
pemeriksaan antigen NS-1, IgA-anti dengue, antibodi dengue IgG dan IgM.
Pemeriksaan serologi tersebut di atas mempunyai hasil yang sangat
bervariasi tergantung pada respon imun penderita. Pemeriksaan Widal adalah
pemeriksaan yang bertujuan mengetahui adanya demam tifoid yang disebabkan
oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A,B,C.
Pemeriksaan Widal sering menunjukkan reaksi silang dengan kuman usus
sehingga pemeriksaan ini tidak bersifat spesifik. Untuk mendeteksi infeksi
dengan Salmonella typhi yang spesifik dapat diperiksa Salmonella typhi IgM.
Pada infeksi lambung yang disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori
yang dapat menyebabkan radang, tukak pada lambung dan dapat menimbulkan
keganasan. Oleh karena itu, adanya infeksi dengan kuman Helicobacter pylori
dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap H.pylori IgG-IgM.
Penyakit infeksi lain yang banyak di Indonesia adalah infeksi dengan parasit
Entamoeba histolityca yang dapat menyebabkan perdarahan usus bahkan dapat
menimbulkan kerusakan dinding usus (perforasi). Pasien yang diduga pernah
mengalami infeksi dengan parasit tersebut dapat diketahui dengan pemeriksaan
antibodi terhadap amoeba golongan IgG.
Terhadap penyakit tuberculosis (TBC), khususnya yang telah menyebar di
dalam tubuh dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap kuman
tuberculosis. Untuk penyakit syphilis yang disebabkan oleh Treponema
pallidum dapat dilakukan pemeriksaan VDRL/TPHA. VDRL adalah
pemeriksaan yang tidak spesifik tetapi cukup sensitif untuk penyakit syphilis.
Tetapi pada beberapa penyakit seperti TBC, kusta, frambusia dapat
menimbulkan hasil positif palsu. Sedangkan syphilis stadium dini dan syphilis
stadium lanjut sering menghasilkan reaksi negatif palsu. Untuk membuktikan

36
seseorang pernah kontak dengan kuman Treponema pallidum dilakukan
pemeriksaan serologi TPHA yang menguji adanya antibodi spesifik terhadap
kuman Treponema pallidum. (Anonim, 2012)
H. Urinalisa
Urinalisis adalah suatu tes yang dilakukan pada urine pasien untuk tujuan
diagnosa infeksi saluran kemih, screening , dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal. Uranilisis juga merupakan tes untuk memantau perkembangan
penyakit ginjal, diabetes, dan tekanan darah ( hipertensi ) dan screening
kesehatan secara umum. (Ahdiah, 2014)
Urin yang normal jumlah rata-rata 1-2 liter sehari tetapi perbedaan jumlah
urin sesuai cairan yang dimasukkan, jika banyak mengkonsumsi protein maka
akan diperlukan banyak cairan untuk melarutkan ureanya, sehingga urin yang
dikeluarkan jumlahnya sedikit dan menjadi pekat.
Urialisis dapat meberikan informasi klinik yang penting. Urinalisis
merupakan pemeriksaan rutin pad sebagian besar kondisi klinis, pemeriksaan
urin mencakup evaluasi hal-hal berikut:
1. Observasi warna dan kejernihan urin.
2. Pengkajian bau urin.
3. Pengukuran keasaman dan berat jenis urin
4. Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, dan badan keton dalam
urin (masing- masing untuk proteinuria, glukosuria, dan ketonoria).
5. Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin sesudah melakukan pemusingan
(centrifuging) untuk mendeteksi sel darah erah (hematuria), sel darah putih,
slinder (silindruria), Kristal (kristaluria), pus (piuria) dan bakteri
(bakteriuria).
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi
vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria
dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan
mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan
sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa
millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu
membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid

37
harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen.
Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang tidak
tercemar. Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine
sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari
adalah yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa
asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami
pemekatan. Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin.
Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan
gunakan urin yang mengandung antiseptik. Lakukan pemeriksaan dalam waktu
satu jam setelah buang air kecil. Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen
urine harus dihindari karena dapat mengurangi validitas hasil. Analisis harus
dilakukan selambat-lambatnya 4 jam setelah pengambilan spesimen.
Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk
dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang
semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan
mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi
bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan
keton, jika ada, akan menguap.
Terdapat lima jenis sampel urine sesuai dengan tujuan pemeriksaanyan
yaitu:
a. Urine sewaktu
Urine sewaktu adalah sampel urine yang diambil sewaktu saat pasien
akan melakuakn pemeriksaan, urine sewaktu digunakan untuk pemeriksaan
urine rutin.
b. Urine pagi
Urine pagi adalah sampel urine yang diambil saat pagi hari ketika pasien
bangun tidur dan belum mengonsumsi apapun. Urine pagi digunakan untuk
pemeriksaan sedimen, berat jenis, dan kehamilan
c. Urine osprundial
Urine osprundial adalah sampel urine yang diambil antara 1 1.5 jam
setelah makan. Urine osprundial digunakan untuk pemeriksaan glukosa.

38
d. Urine 24 jam
Urine 24 jam adalah sampel urine yang ditampung selama 24 jam. Urine
24 jam ini digunakan untuk analisa kuantitatif
e. Urine tiga gelas dan urine dua gelas
Urine tiga gelas dan urine dua gelas sudah mulai jarang dilakukan.
Sampel urine ini digunakan untuk mengetahui adanya radang
1. Pemeriksaan makroskopik
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik :
warna dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih
sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan
urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer
hampir tidak berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo
matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan
urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga
bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.
a) Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti
umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan,
iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik
volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa.
Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka
keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan
fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas,
minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula
disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus,
diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila
volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan
oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah,
deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana
jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin
dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam
dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam

39
12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti
didapat pada diabetes mellitus.
b) Warna urin
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat
mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di
urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam
tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing
berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin
(proteinuria). Urin yang baru di kemihkan berwarna jernih. Beberapa
keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
1) Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin,
porfobilinogen, porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam
obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna.
2) Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab
nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat
lain termasuk fenotiazin.
3) Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin,
urobilin. Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara,
nitrofurantoin.
4) Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama
Pseudomonas). Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat
psikoaktif, diuretik.
5) Biru : Tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik,
nitrofuran.
6) Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen
empedu. Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
7) Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin, asam
homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh
obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.
8) Seperti susu : Penyebab patologik : fosfat dan urat jumlah besar,
getah prostat protein yang membeku.

40
c) Bau urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan
adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam
organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan
oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau
buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan
perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang
dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari
semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih
umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
d) Kejernihan
Kejernihan urine dinyatakan dengan jernih, agak keruh, keruh, atau
sangat keruh. Kekeruhan pada urine disebut sebagai nubecula yang
terdiri dari lender, sel epitel, dan leukosit yang lambat laun
mengendap. Kekeruhan didalam urine dapat pula disebabkan oleh urat
amorf, fosfat amorf yang mengendap dan dari bakteri dari botol
penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat
desebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen sel epitel, leukosit, dan
eritrosit dalam jumlah banyak.
e) Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin dapat dilakukan dengan cara
piknometer, carik celup, dan urinometer. Yang lebih umum di
gunakan adalah dengan carik celup, namun pemeriksaan berat jenis
urin dengan piknometer lebih teliti. Tingginya berat jenis itu memberi
kesan tentang pekatnya urin, jadi bertalian dengan faal pemekat
ginjal. BJ urin 24 jam pada orang normal sekitar 1,016 1,022.
Sedangkan BJ urin sewaktu pada orang normal 1,003 1,030. Bila BJ
urin sewaktu 1,025 atau lebih sedangkan reduksi urin dan protein
negatif, hal ini menunjukan faal pemekatan ginjal baik. Dan bila BJ
urin lebih dari 1,030 kemungkinan glukosuria.

41
f) Buih urine
Buih normal urine adalah berwarna putih. Jika saat melakukan
ekskresi buihnya berwarna putih dan banyak maka mengandung
protein. Apabila buihnya kuning berarti mengandung obat.
2. Pemeriksaan mikroskopis
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu
pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan
pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang
dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan
dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan
memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan
penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X)
yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur
sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-
rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit.
Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup
dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali).
Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik
dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan
antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma,
bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau
jaringan seperti urat amorf dan kristal.
a) Sel darah merah (eritrosit)
Pada sedimen urin normal sejumlah 0 - 5 sel eritrosit per LP dapat
ditemukan Jumlah lebih besar dari lima per LP harus diselidiki
secara menyeluruh dan penyebab hematuria harus dicari.
Mikroskopik sel darah merah terlihat mirip dengan yang ditemukan
dalam darah perifer, yaitu dobel disk cekung yang memiliki warna
oranye samar pucat yang menyatakan kadar hemoglobin mereka.
Dalam urin hipertonik, sel darah merah mungkin crenated dan dalam
urin hipotonik mereka mungkin membengkak, menjadi bola, dan,
pada waktunya, pecah, hanya menyisakan membran atau sel "hantu"

42
yang terlihat seperti tetesan kecil minyak. Tetesan minyak dapat
dibedakan dari sel darah merah berdasarkan ukurannya yang
bervariasi, tidak adanya hemoglobin, dan berbentuk bulat.
b) Sel darah putih (leukosit)
Leukosit sering ditemukan pada sedimen urin normal, tetapi sedikit
dan tidak boleh melebihi lima per LP Walaupun semua jenis WBC
yang muncul dalam darah perifer juga dapat ditemukan dalam urin
(yaitu, limfosit, monosit, eosinofil), saat ini sel yang paling umum
adalah PMN. PMN memiliki fungsi fagositosis, motil secara aktif,
dan bergerak secara ameboid dengan pseudopodia. Leukosit ukuran
diameter 10 sampai 20 pM,. PMN dalam urine dapat segera diketahui
karena inti multisegmented dan sitoplasma granular.
Pewarnaan sedimen memungkinkan pengamat untuk
mengidentifikasi PMN lebih mudah karena inti multilobe tampak jelas
dan dapat mengurangi kebingungan dengan sel nonleukocytic, seperti
sel-sel RTE. Pewarnaan Wright atau Giemsa merupakan sarana
akurat mengidentifikasi berbagai leukosit lainnya, seperti limfosit dan
eosinofil
c) Sel epitel
Urin normal berisi tiga varietas utama sel epitel: tubular ginjal,
transisi (urothelial), dan skuamosa Sel-sel ini melapisi saluran kemih,
tubulus dan nefron.
1) Sel epitel renal tubular
Sel RTE jarang ada dalam sedimen urin orang normal (nol
sampai satu per lima LP). Bila ada, biasanya dalam bentuk
tunggal tetapi juga dapat ditemukan berpasangan. Jika ada batas
microvillus, berasal dari tubulus proksimal. Identifikasi
imunohistokimia dengan cara pewarnaan fosfatase asam dapat
dilakukan bila diperlukan, karena sel-sel RTE memiliki kandungan
enzim intraselular yang tinggi. Bentuk paling sering adalah
polyhedral, tetapi mungkin agak datar, menunjukkan bahwa
mereka berasal dari lengkung Henle. inti mereka biasanya eksentrik

43
tetapi mungkin sentral; tampak jelas seperti bola dengan nucleolus
jika tidak ada perubahan autolytic.
RTE sel biasanya ditemukan dalam air seni karena proses
pembaharuan dan regenerasi sel tubular. Pada biopsi ginjal, sel-sel
lapisan tubular sering menunjukkan aktivitas mitosis, sel-sel yang
lebih tua lepas ke aliran urin dan dapat dilihat dalam sediment.
Jenis regenerasi sel terjadi pada nefron proksimal daripada distal,.
2) Sel epitel transisi
Sel ini (juga disebut sel urothelial) merupakan lapisan epitel
pada sebagian besar saluran kemih dan sering tampak di sedimen
(nol sampai satu per LP). Bentuknya bertingkat-tingkat dan
biasanya beberapa lapisan sel tebal. Ada tiga bentuk utama: bulat,
polyhedral, dan "kecebong.", sel Transisi memiliki karakteristik
yang khas yaitu mudah menyerap air dan dengan demikian
membengkak sampai dua kali ukuran aslinya.. Sel transisi
Polyhedral sulit dibedakan dari sel RTE jika mereka tidak memiliki
permukaan microvillus dan memiliki inti di pusat. Sitoplasma sel
transisional tidak mengandung jumlah besar fosfatase asam. Sel
urothelial berbentuk kecebong sering tampak dalam urin. Mereka
mungkin berasal dari lapisan pertengahan epitel transisi. Sel
Transisi kecebong muncul dalam kelompok-kelompok atau
pasangan, serta tunggal, inti biasanya di pusat, dan mereka
memiliki sitoplasma berbentuk fusiform Peningkatan jumlah sel
Transisi dalam urin biasanya menandakan inflamasi pada saluran
kemih.
3) Sel epitel skuomosa
Sel epitel skuamosa adalah yang termudah dari semua sel epitel,
dan mudah dikenali dan sering dijumpai dalam urin karena
bentuknya yang besar, datar. Spesimen urine porsi tengah paling
baik digunakan. Sejumlah sel skuamosa dalam urin dari seorang
pasien wanita biasanya menunjukkan kontaminasi vagina.

44
d) Kristal
Pembentukan kristal berkaitan dengan konsentrasi berbagai garam
di urin yang berhubungan dengan metabolisme makanan pasien dan
asupan cairan serta dampak dari perubahan yang terjadi dalam urin
setelah koleksi sampel (yaitu perubahan pH dan suhu, yang mengubah
kelarutan garam dalam air seni dan menghasilkan pembentukan
kristal). Karena ginjal memainkan peran utama dalam ekskresi
metabolit dan pemeliharaan homeostasis, produk akhir dari
metabolisme ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam urin, dan ini
cenderung untuk mengendapkan kristal (10). pH urin normal
bervariasi dan beberapa kristal dikaitkan dengan pH asam dan basa.
atau netral, dan siswa dengan baik disarankan untuk menyadari
berbagai bentuk morfologis dan karakteristik mereka. Beberapa jenis
kristal ada yang dianggap abnormal.
1) Kristal asam urat
Asam urat, suatu produk metabolisme dari pemecahan protein,
ada di urin dalam konsentrasi yang tinggi dan umumnya
menghasilkan berbagai macam struktur kristal. Amorf urate dapat
digambarkan sebagai granular, birefringent, kristal tidak berwarna
sampai kuning mereka tampak sebagai butiran halus ketika
diamati dengan pembesaran 10x atau 40x. Kristal ini sering terjadi
ketika urin didinginkan. Kristal ini membentuk sedimen warna
merah muda dibagian bawah tabung centrifuge. Kebanyakan amorf
urate larut ketika ditambahkan larutan alkali ke sedimen atau bila
urin dihangatkan setelah pendinginan.
Kristal asam urat adalah pleomorfik dibanding semua kristal
urin, mereka ada dalam berbagai bentuk, seperti batang, kubus,
mawar enam sisi, piring, rhombi, dan seperti batu asahan. Mereka
sangat birefringent dan bervariasi dalam ukuran. Kristal asam urat
larut dalam larutan alkali dan tidak larut dalam asam. Mereka
biasanya tidak berwarna sampai berwarna kuning pucat, pink atau

45
coklat. Kristal asam urat sering dikaitkan dengan batu ginjal, tetapi
keberadaan mereka di urin orang normal adalah sangat umum.
2) Kalsium oksalat
Kristal kalsium oksalat yang paling sering diamati pada urine
asam dan netral. Varian yang umum adalah bentuk dihidrat,
sebuah oktahedral, kristal berwarna mirip bentuk amplop. Kristal
jenis ini ditemukan dalam urin normal, terutama setelah menelan
asam askorbat dalam dosis besar atau makanan yang kaya akan
asam oksalat seperti tomat atau asparagus. Bentuk lainnya adalah
monohidrat, berbentuk seperti halter atau elips tergantung pada
apakah posisi datar atau miring
3) Kristal asam hippuric
4) Kristal asam hippuric terkait dengan pH netral.
Kristal ini biasanya tidak berwarna, prisma memanjang dengan
ujung piramida, juga bisa tipis dan berbentuk jarum. Mereka
birefringent dan terkait dengan diet tinggi buah-buahan dan sayuran
yang mengandung sejumlah besar asam benzoat.
5) Kristal amorf fosfat
Kristal fosfat adalah kristal yang paling sering diamati terkait
dengan urin alkali. Yang paling sering dijumpai adalah kristal
amorf fosfat, ini tidak dapat dibedakan dari kristal amorf urat
dalam urin asam. Kristal menghasilkan endapan putih di dasar
tabung centrifuge.
6) Kristal amonium biurate
Kristal Amonium biurate memiliki bentuk "duri apel".
Berwarna coklat kekuningan dan sering menunjukkan striations
radial atau konsentris di pusat seperti "senjata" atau spikula.
Mereka biasanya ditemukan di dalam urin dengan pH netral dan
larut dalam natrium hidroksida. Mereka jarang ditemui pada urin
normal.

46
7) Kristal kalsium karbonat
Kristal karbonat kalsium berbentuk spherules-halter kecil
ditemukan dalam urin basa ( Gambar. 11 ). Karena ukurannya
yang kecil, mereka sering disangka bakteri. Bakteri tidak
birefringent. Kristal-kristal larut dalam asam asetat.
e) Silinder/torax
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang
terbentuk di tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder
terbentuk hanya dalam tubulus distal yang rumit atau saluran
pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal dan lengkung Henle
bukan lokasi untuk pembentukan silinder. Silinder dibagi-bagi
berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya. Faktor-faktor
yang mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang
rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH
rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi protein,
terutama mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall
adalah matriks protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein
yang dihasilkan oleh sel epitel ginjal. Semua benda berupa partikel
atau sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah melekat
pada matriks protein yang lengket.
f) Cystine
Cystine berbentuk heksagonal dan tipis. Kristal ini muncul dalam
urine sebagai akibat dari cacat genetik atau penyakit hati yang parah.
Kristal dan batu cystine dapat dijumpai pada cystinuria dan
homocystinuria. Cystine terbentuk pada pH asam dan ketika
konsentrasinya > 300mg. cystine crystalluria atau urolithiasis
merupakan indikasi cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme
bawaan cacat yang melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu
termasuk asam amino sistin.

47
3. Pemeriksaan kimia
a) Pemeriksaan glukosa
Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai
reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan
cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin
didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan
reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa,
formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat,
vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara
reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai
100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti
galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara
enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang
mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton
melebihi 40 mg/dl. Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam
urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa
dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk
mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis,
sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan
intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti
pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.
b) Pemeriksaan protein urin
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di
glomerulus yang diserap olehtubulus ginjal. Normal ekskresi protein
urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam
setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai
proteinuria.Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat
karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang
tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam
jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi
air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein tinggi. Protein

48
terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin
merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang
disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan
hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat
molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe
penyakit tubulointerstitiel.
Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol
biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap
globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein. Protein Bence Jones
merupakan protein globulin monoclonal yang dapat ditemui di dalam
darah dan urin yang berukuran kecil dengan berat molekul antara 22
hingga 24 kDa (kilo Dalton). Pada keadaan normal, protein Bence
Jones tidak ditemukan pada urin manusia. Jika protein Bence Jones
ditemukan pada urin seseorang, maka hal itu merupakan indikasi
bahwa orang tersebut menderita Multiple Myeloma yang dikenal juga
dengan nama Plasma Cell Myeloma atau Kahlers disease. Multiple
myeloma merupakan bentuk kanker dari sel-sel plasma dimana sel-sel
yang abnormal akan terakumulasi di tulang sehingga menyebabkan
terjadinya lesi atau luka pada tulang.
Adanya protein Bence Jones yang ditemukan pada urin digunakan
sebagai penegakan diagnosis awal atas seseorang yang menderita
kegagalan ginjal sebagai manifestasi dari penyakit Multiple Myeloma
atau Kahlers disease. Ukurannya yang kecil membuat protein Bence
Jones dapat lolos dari proses penyaringan (filtrasi) yang terjadi di
ginjal. Keadaan ditemukannya protein di dalam urin disebut
proteinuria. Kadar protein yang tinggi di dalam urin atau adanya
gejala-gejala yang mengarah pada keadaan multiple myeloma
merupakan dasar dilakukannya pengujian (tes kuantitatif) protein
Bence Jones. Urine immunofixation adalah metode pengujian terbaik
untuk mendeteksi protein Bence Jones. Prinsipnya adalah mendeteksi
melalui proses pengendapan yang terjadi sebagai akibat dari terjadinya
reaksi spesifik antara Antigen (dalam hal ini adalah protein Bence

49
Jones) dengan Antibodi. Pengendapan dapat dilihat langsung dengan
mata telanjang atau mikroskop.
c) Bilirubin
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk
(bilirubin terkonjugasi) karena tidak terkait dengan albumin, sehingga
mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine
apabila kadar bilirubin dalam darah meningkat. Bilirubinuria dijumpai
pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus
obstruktif, kanker hati (sekunder), dan CHF disertai ikterik.
d) Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi
mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah
bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen
berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran
darah, disini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu dan kira-
kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh
ginjal.Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi apabila
fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam
saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk
melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dapat dijumpai pada
destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia
hemolitik), kerusakan parenkim hepar seperti toksik hepar, hepatitis
infeksiosa, sirosis hepar, dan keganasan hepar, penyakit jantung
dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa,
dan anemia sel sabit. Urobilinogen dalam urine menurun pada ikterik
obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu
yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah,
kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau
dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat
dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.

50
e) pH urin
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus
ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final
urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat
berkisar dari 4,5 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh
konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan
menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari
(bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan
penyakit gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat
mempengaruhi pH urine. Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab
bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa.
Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap
albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti
eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa
sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH
yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat.
Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH
urine :
1) pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi
saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea
menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus
ginjal, spesimen basi.
2) pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada
anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus,
asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan
meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman.
f) Badan keton
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam -hidroksibutirat)
diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat
digunakan. Asam aseotasetat dan asam -hidroksibutirat merupakan
bahan bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama
untuk otot jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan

51
untuk menggunakan keton sudah mencukupi maka akan diekskresi ke
dalam urine, dan apabila kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton
telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yang
dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.
Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat
(kelaparan, tidak seimbangnya diet tinggi lemak dengan rendah
karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan
gastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (misalnya
diabetes), sehingga tubuh mengambil kekurangan energi dari lemak
atau protein, febris.
I. Bakteriologi
Bakteri dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok
raksasa dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan
kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif
sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti
mitokondria dan kloroplas.Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut dalam
artikel mengenai prokariota, karena bakteri merupakan prokariota, untuk
membedakan mereka dengan organisme yang memiliki sel lebih kompleks,
disebut eukariota. Istilah "bakteri" telah diterapkan untuk semua prokariota
atau untuk kelompok besar mereka, tergantung pada gagasan mengenai
hubungan mereka.Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua
organisme. Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai
simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri.
Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 m, meski ada
jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka
umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan
komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak
menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok
lain (Edi sukarman, 2012).
a. Prinsip dari pewarnaan
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen
selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut

52
kromogen. Ikatan ion dapat terjadi karena adanya muatan listrik baik pada
komponen seluler maupun pada pewarna. Terdapat tiga macam metode
pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan
pewarnaan gram. Pewarnaan sederhana menggunakan pewarna tunggal,
pewarnaan diferensial memakai serangkaian larutan pewarna atau reagen.
Pewarnaan gram merupakan metode pewarnaan yang paling umum
digunakan untuk mewarnai sel bakteri
Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif,
salah satu di antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna
terdapat pada ion positif (zat pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna
akan terdapat pada ion negatif (zat pewarna- Na+). Hubungan antara bakteri
dengan zat pewarna basa yang menonjol disebabkan terutama oleh adanya
asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma sel. Jadi, jika bakteri
itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri akan bereaksi
dengan ion positif zat pewarna basa, Kristal violet, safranin dan metilin blue
adalah beberapa zat pewarna basa yang biasa digunakan. Sebaliknya zat
pewarna asam ditolak oleh muatan negatif bakteri menyeluruh. Jadi,
mewarnai bakteri dengan zat pewarna asam akan menghasilkan hanya
pewarnaan pada daerah latar belakang saja. Karena sel bakteri tak berwarna
di atas latar belakang yang berwarna (Dirayantie,2014)
b. Basil tahan asam (BTA)
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang pada pengecatan Ziehl-Neelsen
(ZN) tetap mengikat warna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol,
sehingga tidak mampu mengikat warna kedua. Bakteri tersebut ketika
diamati dibawah mikroskop tampak berwarna merah dengan warna dasar
biru muda. Terdapat lebih dari 50 spesies Mycobacterium, antara lain
banyak yang merupakan saprofit.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri tahan asam, berbentuk
batang dan bersifat aerob obligat yang tumbuh lambat dengan waktu
generasi 12 jam atau lebih. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan
tuberculosis dan merupakan patogen yang berbahaya bagi manusia.
Mycobacterium leprae menyebabkan lepra. Mycobacterium avium-

53
intracellulare (kompleks M. avian) dan mikobakteria apitik lain yang sering
menginfeksi pasien AIDS, adalah patogen ortunistik pada orang-orang
dengan fungsi imun yang terganggu lainnya, dan kadang-kadang
menyebabkan penyakit pada pasien dengan sistem imun yang normal
(Rizqiyansyah,2013)
c. Macam-macam Pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA)
Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl
Neelson, Kinyoun Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret
paru-paru atau ludah) untuk analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat
dikenal ada 3 jenis sputum:
1) Sputum pagi : sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat
bangun pagi.
2) Spot sputum : sputum yang dikeluarkan pada saat itu.
3) Collection sputum: sputum yang keluar dan ditampung selama 24 jam.
Sputum yang telah diperoleh dapat disimpan dalam lemari es selama satu
minggu (Rizqiyansyah,2013)
d. Pewarnaan Ziehl Neelsen
Termasuk pewarnaan tahan asam. Biasanya dipakai untuk mewarnai
golongan Mycobacterium (M. tuberculosis dan M. leprae) dan
Actinomyces. Bakteri genus Mycobacterium dan beberapa spesies nocardia
pada dinding selnya mengandung banyak zat lipid (lemak) sehingga bersifat
permeable dengan pewarnaan biasa. Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+)
terhadap pewarnaan tahan asam. Pewarnaan tahan asam dapat digunakan
untuk membantu menegakkan diagnose tuberculosis.
Pewarnaan ini merupakan prosedur untuk membedakan bakteri menjadi 2
kelompok tahan asam dan tidak tahan asam. Bila zat warna yang telah terpe
netrasi tidak dapat dilarutkan dengan alkohol asam, maka bakteri tersebut
disebut tahan asam sedangkan sebaliknya disebut tidak tahan asam.

54
J. Parasitologi
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad- jasad yang hidup untuk
sementara atau tetap di dalam atau pada permukaan jasad lain dengan maksud
untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari jasad itu. (Media
ukhuwwahfillah, 2011).
a. Metode Natif (Direct Slide)
Metode pemeriksaan ini sangat baik digunakan untuk infeksi berat tetapi
pada infeksi ringan telur-telur cacing sulit ditemukan. Prinsip dari
pemeriksaan ini dilakukan mencampurkan feses dengan 1-2 tetes NaCl
fisiologis 0,9% atau eosin 2% lalu diperiksa di bawah mikroskop dengan
perbesaran 100x. Penggunaan eosin 2% digunakan untuk agar lebih jelas
membedakan telur-telur cacing dengan kotoran sekitarnya.

55
BAB IV
PEMBAHASAN

Rumah sakit merupakan organisasi yang bertujuan memberikan pelayanan


kesehatan kepada masyarakat dalam rangka peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dan pelayanan administrasi. Kegiatan pelayanan rumah sakit yang
diberikan kepada masyarakat dan pelayanan administrasi, antara lain kegiatan
promotif, kuratif, preventif, dan rehabilitatif (Farida, 2012). Tindakan preventif
dalam pelayanan rumah sakit merupakan tindakan yang dilakukan oleh rumah
sakit dalam melakukan pencegahan terhadap penyakit. Langkah awal pelayanan
preventif rumah sakit ialah dengan melakukan suatu pemeriksaan laboratorium
guna untuk mengetahui serta mendiagnosa penyakit yang diderita oleh pasien baik
penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Hal ini sesuai dengan konsep 5
level of prevention yaitu dimana salah satunya ialah diagnosis dini dan pengobatan
segera (early diagnosis and prompt treatment).
Oleh karena itu, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Bina Mandiri
Gorontalo mengadakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh mahasiswa
Program Studi (Prodi) DIII Analis Kesehatan selaku calon teknisi/pranata
laboratorium yaitu berupa kegiatan Magang Mandiri guna untuk memberi
mahasiswa akan pengetahuan dan pengalaman secara langsung di lapangan yang
nantinya akan sangat berguna dalam dunia kerja. Kegiatan Magang Mandiri ini
dilakukan selama 21 hari kerja dengan rumah sakit yang dijadikan tempat magang
ialah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bumi Panua Pohuwato.
Penanggung jawab laboratorium rumah sakit adalah seorang dokter spesialis
patologi klinik atau apabila tidak memungkinkan, dapat dilaksanakan oleh
seorang dokter umum yang telah mendapat pelatihan mengenai manajemen dan
teknis dibidang laboratorium klinik. Staf laboratorium klinik RS terdiri dari
tenaga analis, perawat, tenaga administrasi, dan tenaga lain untuk menunjang
pekerjaan laboratorium klinik rumah sakit (Depkes RI, 2008). Penanggung jawab
laboratorium di RSUD. Bumi Panua Pohuwato ialah seorang dokter spesialis
patologi klinik yaitu dr. Torajasa Achamar, Sp.PK., M.Biomed yang membawahi
9 orang tenaga analis kesehatan dan 2 orang tenaga administrasi.

56
Seorang analis kesehatan dikenal dengan kemampuannya dalam menganalisa
sampel dari pasien untuk menegakkan diagnosa penyakit serta memiliki
kemampuan dalam melakukan praktik phlebotomy. Hal ini menjadi suatu
tantangan untuk kami mahasiswa magang untuk mengaplikasikan hasil
pembelajaran kami langsung dilapangan walaupun hanya sebatas pada
pemeriksaan bakteriologi, parasitologi dan phlebotomy. Namun hal ini tidak
menutup kemungkinan unutuk kami dapat menyerap ilmu seperti hematologi,
kimia klinik, imunologi dan serologi maupun ilmu pendukung lainnya seperti
komunikasi terhadap pasien.
Pada awal kami menjalani magang, kami diberikan orientasi laboratorium.
Orientasi laboratorium ialah tahap pengenalan mahasiswa magang dengan
laboratorium RSUD Bumi Panua Pohuwato. Pada tahap ini kami diperkenalkan
dengan dokter penanggung jawab laboratorium yaitu dr. Torajasa Achamar,
Sp.PK., M.Biomed serta 9 orang tenaga analis kesehatan. Selain itu, kami juga
diperkenalkan dengan alat-alat pemeriksaan yang digunakan di laboratorium. Di
laboratorium ini sebagian besar pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
alat-alat otomatis sehingga hasil pemeriksaan tidak memerlukan waktu lama untuk
dikeluarkan serta hasilnya lebih akurat. Kemudian, kami diperkenalkan dengan
lingkungan rumah sakit yaitu bagian-bagian ruangan rumah sakit seperti ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD), ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang-ruang
lainnya. Setelah itu, kami diberikan jadwal dinas yang dibagi menjadi 3 shift
dimana tiap shift-nya terdapat 2 orang mahasiswa magang yang berdinas dan
sekurang-kurangnya 1 orang tenaga analis kesehatan yang juga berperan sebagai
pendamping kami.
Kegiatan awal yang harus kami lakukan ialah melakukan sampling. Sampling
merupakan suatu kegiatan phlebotomy yang bertujuan untuk mengumpulkan
spesimen/sampel darah dari pasien untuk dilakukan pemeriksaan. Jika
dibandingkan dengan ilmu phlebotomy yang kami dapatkan dari kampus, kami
hanya diajarkan bagaimana melakukan insisi vena (pungsi vena) pada 3 tempat
vena yaitu mediana cubiti vein, cephalic vein dan basilica vein. Lain halnya yang
kami dapatkan dilapangan, tenaga analis kesehatan dapat mengambil darah vena
tidak hanya pada 3 tempat yang telah disebutkan sebelumnya namun dapat

57
dilakukan pada bagian lain seperti punggung tangan atau kaki yaitu dorsal vein
dan diselangkangan yaitu femoralis vein. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Strasinger dan Marjorie (2016) bahwa ketika darah tidak didapat dari pungsi vena
yang pertama, flebotomis harus memilih tempat lain dan mengulangi prosedur
menggunakan jarum baru. Selain itu, kami juga diajarkan bagaimana
berkomunikasi dengan pasien serta keluarga pasien yang hendak diambil darah.
Sehingga tetap terjalin kesinambungan antara knowledge (pengetahuan), skill
(keterampilan) dan attitude (sikap).
Terdapat berbagai macam pemeriksaan yang kami dapatkan namun dapat
dikategorikan menjadi 2 secara garis besar yaitu pemeriksaan yang dilakukan
secara manual dan pemeriksaan secara otomatis. Pemeriksaan yang dilakukan
secara manual antara lain yaitu pemeriksaan BTA, pemeriksaan feses,
pemeriksaan golongan darah dan rhesus, pemeriksaan mikroskopik urin,
pemeriksaan widal, pemeriksaan malaria, pemeriksaan plano, pemeriksaan HBs-
Ag dan pemeriksaan B20. Sedangkan, pemeriksaan yang dilakukan secara
otomatis menggunakan alat instrumentasi antara lain yaitu pemeriksaan kimia
klinik, pemeriksaan hematologi, pemeriksaan elektrolit darah, pemeriksaan urin
rutin.
Pemeriksaan BTA merupakan pemeriksaan secara kualitatif untuk
mengidentifikasi adanya Basil Tahan Asam (BTA) terhadap sampel sputum dari
pasien. Bakteri yang tergolong BTA misalnya bakteri penyebab penyakit
Tuberkulosis (TBC) yaitu Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit
lepra atau kusta yaitu Mycobacterium leprae. Di laboratorium Bumi Panua
Pohuwato melayani pemeriksaan BTA dimana terfokus pada penderita penyakit
TBC. Jika kami bandingkan dengan praktikum bakteriologi kami, tenaga analis
kesehatan di laboratorium hanya menggunakan satu jenis metode pemeriksaan
BTA yaitu metode Ziehl Neelsen. Prinsip kerja metode Ziehl Neelsen menurut
Arianda (2015) ialah dinding bakteir yang tahan asam mempunyai lapisan lilin
dan lemak yang sukar ditembus cat, dengan pengaruh fenol dan pemanasan maka
lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin.

58
Pemeriksaan feses merupakan pemeriksaan secara kualitatif maupun
kuantitatif untuk mengidentifikasi atau bahkan menentukan banyaknya telur
cacing yang terdapat dalam sampel feses (tinja) pasien. Jika dibandingkan antara
praktikum kami dengan pemeriksaan laboratorium Bumi Panua Pohuwato
terdapat beberapa perbedaan yaitu pemeriksaan feses yang dilakukan terbagi
menjadi 2 yaitu pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik. Hal ini menjadi
perbedaan karena kami hanya difokuskan dalam pemeriksaan mikroskopik yaitu
mengidentifikasi telur cacing pada feses. Pemeriksaan makroskopik feses menurut
Gandasoebrata (2013) ialah terdiri dari warna, bau, konsistensi, lendir, darah dan
parasit. Selain itu, perbedaan lainnya ialah tenaga analis kesehatan hanya
menggunakan satu jenis metode pemeriksaan yaitu metode natif. Hal ini menjadi
perbedaan karena kami mempelajari berbagai macam jenis pemeriksaan telur
cacing serta mempelajari metode pemeriksaan yang cocok untuk jenis telur
cacing, misalnya untuk pemeriksaan telur cacing kremi (Enterobius vermicularis)
metode yang paling cocok digunakan ialah metode selotip.
Pemeriksaan golongan darah dan rhesus merupakan pemeriksaan untuk
menentukan golongan darah dan rhesus yang dimiliki oleh seseorang. Jenis
pemeriksaan ini kami pelajari pada masa magang mandiri karena kami belum
mempelajari mata kuliah imunologi/serologi. Penetapan golongan darah dan
rhesus terbilang cukup mudah yaitu cukup dengan meneteskan darah pada slide di
tiga titik. Tiap tetes darah diberi masing-masing satu serum secara berurutan yaitu
serum anti-A, serum anti-B, dan serum anti-D (untuk rhesus). Jika terjadi
aglutinasi (penggumpalan) pada serum anti-A maka golongan darah A. Jika terjadi
aglutinasi pada serum anti-B maka golongan darah B. Jika terjadi aglutinasi pada
kedua serum maka golongan darah AB dan jika tidak terjadi aglutinasi pada kedua
serum maka golongan darah O. Kemudian, jika terjadi aglutinasi pada serum anti-
D maka rhesus positif (+) dan jika tidak maka rhesus negatif (-).
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan untuk mendiagnosa bahwa
seseorang menderita penyakit demam thypoid (tifus) yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhii. Pemeriksaan ini termasuk ke dalam imunoserologi sehingga
menjadi salah satu pemeriksaan yang kami pelajari dalam magang mandiri. Di
laboratorium Bumi Panua, pemeriksaan widal hanya menggunakan 4 macam

59
antigen dari 8 antigen yang seharusnya namun menurut tenaga analis kesehatan
antigen tersebut sudah dapat mewakili (representatif). Prinsip kerja pemeriksaan
widal menurut Arianda (2015) ialah antibodi salmonella dalam serum penderita
bereaksi dengan antigen salmonella membentuk kompleks yang dapat dilihat
berupa adanya aglutinasi.
Pemeriksaan mikroskopik urin merupakan pemeriksaan untuk
mengidentifikasi komponen apa saja yang terkandung dalam sedimen urin pasien.
Komponen yang sering diperiksa dalam urin ialah eritrosit, leuoksit dan epitel.
Selain itu, dengan melakukan pemeriksaan mikroskopik urin dapat juga untuk
mengidentifikasi adanya kristal-kristal urin baik berupa kristal asam urat, kristal
kalsium oksalat dan kristal-kristal lainnya guna untuk menegakkan diagnosa
pasien akan penyakit tertentu seperti batu ginjal.
Pemeriksaan plano test merupakan pemeriksaan yang biasanya dilakukan oleh
wanita untuk mengetahui kehamilan. Mempelajari plano test cukup mudah, plano
test menggunakan sampel urin dari pasien yang ingin memeriksakan
kehamilannya. Dengan menggunakan strip HCG, urin dari pasien kemudian
dimasukkan strip tersebut. Setelah strip tersebut menunjukkan kontrol berupa
garis berwarna tebal, maka strip tersebut ditunggu hingga muncul garis kedua
yang berwarna agak samar maupun tebal. Jika garis tersebut muncul maka dapat
dipastikan bahwa hasil pemeriksaan pasien ialah positif (+) atau sedang hamil.
Pemeriksaan HBs-Ag merupakan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa
bahwa seseorang menderita penyakit hepatitis B. Sama halnya dengan plano test,
pemeriksaan HBs-Ag menggunakan strip HBs-Ag dan cara pembacaannya pun
sama namun sampel yang digunakan ialah plasma dari pasien penderita.
Pemeriksaan IgG/IgM merupakan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa
bahwa seseorang menderita penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue). Sampel
yang digunakan ialah serum pasien cara pembacaannya pun sama dengan
pemeriksaan plano dan HBs-Ag namun pemeriksaan IgG/IgM menggunakan
reagen tersendiri. Pemeriksaan B20 merupakan pemeriksaan untuk menegakkan
diagnosa bahwa seseorang menderita penyakit HIV/AIDS. Pemeriksaan B20
dilakukan dengan menggunakan 2 macam strip yang keduanya memiliki reagen

60
tersendiri tetapi menggunakan serum yang sama. Hasil pembacaannya pun sama
seperti pemeriksaan sebelumnya.
Selanjutnya kami mempelajari bagaimana melakukan pemeriksaan
hematologi, urinalisa dan kimia klinik secara otomatis dengan menggunakan
instrument. Jika ditinjau dari instrument yang dimiliki, laboratorium Bumi Panua
Pohuwato sudah terbilang sangat memadai. Hal ini dikarenakan disetiap jenis
pemeriksaan baik hematologi, urinalisa dan kimia klinik telah memiliki alat
instrumentasinya. Pemeriksaan hematologi menggunakan 3 buah alat Hematology
Analyzer dan sebuah alat LED Autometic, pemeriksaan urinalisa menggunakan
alat Urine Analyzer dan pemeriksaan kimia klinik menggunakan sebuah alat Semi
Autometic Photometer, 2 buah alat Full Automatic Photometer dan sebuah alat
Electrolyte Analyzer. Selain itu, kelebihan alat Hematology Analyzer yang
dimiliki oleh laboratorium Bumi Panua Pohuwato ialah satu-satunya di kabupaten
Pohuwato dimana alat pemeriksaanya telah menggunakan 5 diff, jika
dibandingkan dengan puskesmas atau RS lain yang hanya menggunakan 3 diff.
Bukan hanya itu, laboratorium Bumi Panua Pohuwato kini memiliki alat baru
yakni GeneXpert yang merupakan suatu instrument canggih dalam pemeriksaan
bakteriologi yang dikhususkan untuk pemeriksaan BTA resisten.
Di akhir magang kami melaksanakan evaluasi yang merupakan salah satu
kebijakan dari RSUD Bumi Panua Pohuwato yang wajib dilaksanakan. Tujuan
dilakukannya evaluasi ini ialah untuk mengukur sejauh mana pengetahuan
mahasiswa magang melalui pembelajaran dan pengalaman yang kami dapatkan
selama magang mandiri berlangsung. Evaluasi ini berbentuk presentasi kelompok
yang kami beri judul Magang Mandiri Oleh Mahasiswa STIKes Bina Mandiri
Gorontalo Di Laboratorium RSUD Bumi Panua Pohuwato. Dengan berakhirnya
tahap evaluasi ini, maka berakhir pula kegiatan magang mandiri yang kami
lakukan.

61
BAB V
HASIL MAGANG MANDIRI

JUMLAH PASIEN
NO. JENIS PEMERIKSAAN JUMLAH
I II III
A. HEMATOLOGI
1. Darah Lengkap 188 212 170 570
2. LED 8 11 6 25
B. IMUNOLOGI/SEROLOGI
1. Widal 5 4 7 16
2. HBs-Ag 40 47 30 117
3. Golongan Darah/Rhesus 59 57 39 155
4. B20 2 6 1 9
5. Ig G/Ig M 2 1 1 4
C. KIMIA KLINIK
1. Glukosa Sewaktu 134 160 136 430
2. Glukosa Puasa 6 2 4 12
3. Glukosa 2 Jam PP 1 0 0 1
4. Total Kolesterol 15 27 17 59
5. HDL 2 7 9 18
6. LDL 0 7 10 17
7. Trigliserida 4 10 12 26
8. Albumin 8 3 6 17
9. SGOT 24 32 17 73
10. SGPT 24 32 17 73
11. Ureum 30 24 22 76
12. Kreatinin 24 24 22 70
13. Uric Acid 17 9 15 41
14. Elektrolit 42 40 36 118
D. URINALISA
1. Urin Lengkap 11 20 26 57
2. Plano Test 4 0 2 6

62
E. BAKTERIOLOGI
1. BTA 37 21 52 110
F. PARASITOLOGI
1. Malaria 2 2 0 4
2. Feses Lengkap 6 4 4 14

63
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan magang mandiri yang telah dilaksanakan oleh
mahasiswa STIKES Bina Mandiri Gorontalo di laboratorium RSUD Bumi
Panua Pohuwato maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan magang ini dapat
meningkatkan, memperluas, memantapkan serta menyeimbangkan
keterampilan mahasiswa dengan teori yang sebelumnya telah diperoleh
dilingkungan kampus. Kegiatan magang mandiri ini dapat pula melatih
mahasiswa dalam berinteraksi secara langsung dengan pasien melalui
sampling. Sampling merupakan kemampuan utama yang harus dikuasai baik
secara teori maupun praktik oleh tenaga analis khususnya mahasiswa pada
kegiatan magang mandiri ini. Selain sampling, berbagai pemeriksaan telah
juga dilakukan oleh mahasiswa dengan didampingi oleh tenaga analis
laboratorium meliputi hematologi, imunoserologi, kimia klinik, urinalisa,
bakteriologi, parasitologi. Pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium
sebagian besar sudah menggunakan alat instrumen yang canggih sehingga
lebih memudahkan bagi tenaga analis serta hasilnya lebih akurat. Sementara
untuk pemeriksaan secara manual lebih cenderung menggunakan metode yang
sederhana.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan kepada pihak RSUD Bumi Panua
Pohuwato ialah perlu adanya gudang penyimpanan bahan laboratorium serta
kami mengusulkan adanya pemisahan ruangan untuk tiap pemeriksaan seperti
ruang pemeriksaan hematologi, parasitologi dan lain sebagainya.

64
DAFTAR PUSTAKA

Ahdiah. 2014. Urinalisi. http:// 200.blogspot.co.id/s.html. Diakses pada tanggal


6 Agustus 2017

Anonim. 2012. Pemeriksaan kimia klinik. http://www.biomedika.co.id/services/la


boratorium/33/k.html. Diakses pada tanggal 6 Agustus 2017

Arianda, Dedy. 2015. Buku Saku Analis Kesehatan Revisi 5. Analis Muslim
Publishing : Bekasi

Depkes RI. 1998. Standar Pelayanan dan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
Depkes RI. 2008. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
Farida, Maya Istia. 2012. Analisis Pengelolaan Data Rekam Medis Di Rumah
Sakit Angkatan Udara (RSAU) Lanud Iswahyudi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Jawa Tengah

Ferliem. 2011. Flebotomi. Universitas Hasanuddin. Makassar

Gandasoebrata, R. 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat : Jakarta

Media ukhuwwahfillah. 2011. Lapaoran Prasitologi Lengkap. http;//asmilarti


hidup.blogspot.co.id..html. Diakses pada tanggal 6 Agustus 2017
Nursasi, Suci. 2016. Pengambilan Darah Vena dan Darah Kapiler. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Rezky. Makassar

Poetri, Ririn A.S. 2014. Pengambilan Spesimen Darah Vena Pada Nn. BW Di
Ruang Kasuari I RSUD Kabupaten Sorong. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Sorong. Papua Barat

Rizqiyansyah, Apri. 2013 . Bakteri tahan asam BTA .http://vongolafamily7th.blog


spot.co.id Di akses 6 Agustus 2017

Saimina, Musran. 2015. Laporan PKL Lengkap. http://masran-


saimima.blogspot.co.id/2015/04/laporan-praktek-kerja-lapangan-lengkap.html.
Diakses pada tanggal 6 Agustus 2017

Strasinger, Susan King dan Marjorie Schaub Di Lorenzo. 2016. Intisari Flebotomi
: Panduan Pengambilan Darah. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Ulya, Faizatul. 2016. Flebotomi Sederhana. Universitas Muhammadiyah


Semarang. Jawa Tengah

65
LAMPIRAN

KEGIATAN PESERTA MAGANG MANDIRI

Pewarnaan BTA Pengambilan Plasma Pemeriksaan Pemeriksaan Golongan


Elektrolit Darah/Rhesus

Pemeriksaan Hematologi Pemeriksaan HBs-Ag Pemeriksaan Mikroskopik Urin

Pemeriksaan Widal Pemeriksaan Gula Darah

66
GAMBARAN RSUD BUMI PANUA POHUWATO

Ruang Laboratorium Ruang ICU/ICCU

Ruang NICU Ruang Kebidanan

Ruang IGD Ruang Perawatan Bedah

Ruang Perawatan Interna Ruang VIP

67
ALAT-ALAT PEMERIKSAAN DI LABORATORIUM
RSUD BUMI PANUA POHUWATO

Urine Analyzer Electrolyte Analyzer LED Automatic

Hematology Analyzer - BCC Hematology Analyzer - Quintus Hematology Analyzer - Genius

Semi Automatic Photomater Full Automatic Photometer Mikroskop

68
Coagulation Analyzer GeneXpert Centrifuge

69

Anda mungkin juga menyukai