Anda di halaman 1dari 44

UNIVERSITAS INDONESIA

PENELAAH TATA CARA PELAKSANAAN SAMPLING ALAT


KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH
TANGGA DI SUATU PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

VINDA MAHARANI PATRICIA, S.Farm.


1106153561

ANGKATAN LXXV

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2012

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 Sub Direktorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga ............................................................... 3
2.2 Alat Kesehatan ................................................................................. 4
2.3 Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga............................................. 6
2.4 Pelaksanaan Sampling Alat Kesehatan (ALKES) dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT). .............................. 6
2.5 Langkah Kegiatan Sampling .................................................... 11
2.6 Penanganan Tindak Lanjut Alat Kesehatan dan PKRT yang
Tidak Memenuhi Syarat (TMS) ....................................................... 16
2.7 Pengujian Sampling Alat Kesehatan dan PKRT .............................. 17
BAB 3. METODE PENGUMPULAN DATA ................................................. 23
3.1 Tujuan …………………………………………………………. 23
3.2 Manfaat ……………………………………….……………….. 23
3.3 Waktu dan Tepat Pelaksanaan PKPA …………………….…… 23
3.4 Pelaksanaan Kegiatan Sampling dan Pengujian Alat
Kesehatan Berdasarkan Pedoman Tekhnis Pelaksanaan
Sampling dan Pengujian Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga ………………………………..…… 24
BAB 4. PEMBAHASAN…………………………………………………… 25
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………. 28
5.1 Kesimpulan……………………………………...……………... 28
5.2 Saran…………………………………………………………… 28
DAFTAR ACUAN………………………………………………………….. 30

ii Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Skema Prosedur Pelaksanaan Sampling ………………………. 31
Lampiran 2. Tata Cara Pengkodean Sampling………………………………. 32
Lampiran 3. Kode Sampling dan Data Sample …………………………….. 33
Lampiran 4a. Berita Acara Pengambilan Contoh Alat Kesehatan …………... 34
Lampiran 4b. Berita Acara Pengambilan Contoh PKRT ..................................... 35
Lampiran 5a. Laporan Hasil Pengujian Jarum Suntik ………………….…… 36
Lampiran 5b. Laporan Hasil Pengujian IV Catheter. ........................................... 37
Lampiran 5c. Laporan Hasil Pengujian Infus Set ................................................ 38
Lampiran 5d. Laporan Hasil Pengujian Kondom ................................................ 39
Lampiran 5e. Laporan Hasil Pengujian Pembersih Lantai .................................. 40

iii Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alat kesehatan (alkes) dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT)
memiliki peran penting dalam kualitas pelayanan kesehatan, dimana merupakan
sesuatu yang sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat luas, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Bidang kefarmasian dan alat kesehatan yang merupakan sub sistem dari
sistem kesehatan, yang perlu menyamakan gerak dan langkahnya dengan sub-sub
sistem kesehatan yang lainnya. Hal ini sangat diperlukan supaya pencapaian visi
Departemen Kesehatan “Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat” dan misi
“Membuat Rakyat Sehat” akan lebih cepat terwujud.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap alat
kesehatan dan PKRT, serta perkembangan tekhnologi alat kesehatan yang sangat
pesat, saat ini telah banyak alat kesehatan dan PKRT yang beredar di masyarakat.
Alat Kesehatan (Alkes) dan atau Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
setelah mendapat izin edar perlu dipastikan bahwa produk tersebut secara terus
menerus sesuai dengan persyaratan peraturan keamanan, mutu dan manfaat serta
standar yang diminta ketika mengajukan permohonan persetujuan tersebut. Untuk
itu perlu ada suatu mekanisme yang memastikan bahwa setiap persoalan yang
terjadi pada produk setelah dipasarkan dapat diatasi dengan baik dan dilaporkan
kepada pihak Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dalam hal
ini Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan (Dit Bina Prodis
Alkes) untuk diketahui dan ditindaklanjuti sesuai dengan permasalahannya
dengan melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian alkes dan PKRT,
dilaksanakan baik di tingkat pusat, Dinas Kesehatan Provinsi maupun Dinas
Kesehatan Kabupaten/kota. Salah satu langkah yang ditempuh dalam rangka
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian ini adalah dengan pelaksanaan
sampling untuk kemudian dilakukan pengujian.

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


2

Dari hasil pengujian produk alkes dan PKRT yang disampling tersebut
akan diketahui apakah produk tersebut masih memenuhi standar untuk digunakan
serta untuk penanganan tindak lanjut terhadap alkes dan PKRT yang tidak
memenuhi syarat (TMS).
Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan pada Direktorat Bina
Produksi dan Distribusi Kefarmasian RI, maka pada Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) kali ini penulis ditempatkan di Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan, untuk mengevaluasi hasil pengujian sampling yang
diambil dari suatu market (pasar) atau tempat dijualnya alat kesehatan dan PKRT
dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan uji dalam rangka menjamin keamanan,
mutu, dan manfaat alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT)
yang telah terdaftar dan beredar di masyarakat.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui kegiatan sampling dan tata cara pengambilan
sampling dengan benar sehingga diperoleh sampel yang representatif.
b. Mampu mengetahui dan memahami jenis produk yang akan disampling
dan tindaklanjut apabila sampel tersebut tidak memenuhi syarat.

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sub Direktorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan


Kesehatan Rumah Tangga
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan, Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan,
evaluasi dan penyusunan laporan di bidang inspeksi alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga. Dalam melaksanakan tugas,
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga menyelenggarakan fungsinya, yaitu (Kementrian Kesehatan RI,
2010a) :
a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang inspeksi
produk, sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga;
b. Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
inspeksi produk, sarana produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga;
c. Penyiapan bahan bimbingan teknis di bidang inspeksi produk, sarana produksi
dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
d. Penyiapan bahan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan
kebijakan di bidang inspeksi produk, sarana produksi dan distribusi alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.
Subdirektorat Inspeksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga, terdiri dari Seksi Inspeksi Produk dan Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan
Distribusi.

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


4

2.1.1 Seksi Inspeksi Produk


Seksi Inspeksi Produk mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, serta bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi dan penyusunan
laporan di bidang inspeksi produk alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga.

2.1.2 Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi


Seksi Inspeksi Sarana Produksi dan Distribusi mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, dan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta bimbingan teknis,
pemantauan, evaluasi, dan penyusunan laporan di bidang inspeksi sarana produksi
dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga.

2.2 Alat Kesehatan


Menurut Permenkes No 1190/Menkes/Per/VIII/2010, alat kesehatan
adalah instrumen, apparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh
(Kementerian Kesehatan RI, 2010b). Selain pengertian tersebut, alat kesehatan
dapat juga mengandung obat yang tidak mencapai kerja utama pada atau dalam
tubuh manusia melalui proses farmakologi, imunologi atau metabolisme tetapi
dapat membantu fungsi yang diinginkan dari alat kesehatan dengan cara tersebut.
Alat kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud
oleh produsen, dapat digunakan sendiri maupun kombinasi untuk manusia dengan
satu atau beberapa tujuan sebagai berikut (Kementerian Kesehatan RI, 2010b):
a. Diagnosis, pencegahan, pemantauan, perlakuan atau pengurangan penyakit
b. Diagnosis, pemantauan, perlakuan, pengurangan atau kompensasi kondisi
sakit
c. Penyelidikan, penggantian, pemodifikasian, mendukung anatomi atau proses
fisiologis

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


5

d. Mendukung atau mempertahankan hidup


e. Menghalangi pembuahan
f. Desinfeksi alat kesehatan
g. Menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosis melalui pengujian
in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia
Alat kesehatan dibagi menjadi beberapa klasifikasi. Pembagian klasifikasi
ini berdasarkan resiko yang ditimbulkan oleh produk (Kementerian Kesehatan RI,
2010b).
1. Kelas I
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya tidak rnenyebabkan
akibat yang berarti. Penilaian untuk alat kesehatan ini dititikberatkan hanya
pada mutu dan produk
2. Kelas IIa
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat
memberikan akibat yang berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan
kecelakaan yang serius. alat kesehatan ini sebelum beredar perlu mengisi dan
memenuhi persyaratan yang cukup lengkap untuk dinilai tetapi tidak
memerlukan uji klinis.
3. Kelas IIb
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat
memberikan akibat yang sangat berarti kepada pasien tetapi tidak
menyebabkan kecelakaan yang serius. Alat kesehatan ini sebelum beredar
perlu mengisi dan memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa
resiko dan bukti keamanannya untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji
klinis.
4. Kelas III
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya dapat memberikan
akibat yang serius kepada pasien atau perawat/operator. Alat kesehatan ini
sebelum beredar perlu mengisi formulir dan memenuhi persyaratan yang
lengkap termasuk analisa resiko dan bukti keamanannya untuk dinilai serta
memerlukan uji klinis.

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


6

2.3 Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga


Menurut Permenkes No 1190/Menkes/Per/VIII/2010, perbekalan
kesehatan rumah tangga, yang selanjutnya disingkat PKRT adalah alat, bahan,
atau campuran bahan untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan untuk
manusia, pengendali kutu hewan peliharaan, rumah tangga dan tempat – tempat
umum. Klasifikasi dari perbekalan kesehatan rumah tangga adalah sebagai berikut
(Kementerian Kesehatan RI, 2010b):
a. Kelas I (Resiko rendah)
PKRT yang pada penggunaannya tidak menimbulkan akibat yang berarti
seperti iritasi, korosif, karsinogenik. PKRT ini sebelum beredar perlu mengisi
formulir pendaftaran tanpa hasil disertai hasil pengujian laboratorium. Contoh :
Kapas, tissue.
b. Kelas II ( Resiko sedang)
PKRT yang pada penggunaannya dapat menimbulkan akibat seperti iritasi,
korosif tapi tidak menimbulkan akibat serius seperti karsinogenik. PKRT ini
sebelum beredar perlu mengisi formulir pendaftaran dan memenuhi persyaratan
disertai hasil pengujian laboratorium. Contoh : Deterjen, Alkohol.
c. Kelas III (Resiko tinggi)
PKRT yang mengandung pestisida dimana pada penggunaannya dapat
menimbulkan akibat serius seperti karsinogenik. PKRT ini sebelum beredar
perlu mengisi formulir pendaftaran dan memenuhi persyaratan, melakukan
pengujian pada laboratorium yang telah ditentukan serta telah mendapatkan
persetujuan dan KOMISI PESTISIDA. Contoh : Anti nyamuk bakar, repelan.

2.4 Pelaksanaan Sampling Alat Kesehatan (ALKES) dan Perbekalan


Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) (Departemen Kesehatan RI, 2009)
Pengambilan sampel (sampling) adalah tahap awal dalam proses dimana
data hasil karakteristik suatu batch produk dikumpulkan untuk proses evaluasi.
Kegiatan sampling merupakan bagian dari kegiatan pengawasan alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Kegiatan ini diarahkan kepada Alat
Kesehatan dan PKRT yang diprioritaskan. Metodologi sampling menyediakan
metodologi yang valid dan dapat dipertahankan tetapi menjadi lebih penting untuk

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


7

mencocokkan jenis sample yang diperlukan dengan analisa yang kita lakukan.
Oleh karena itu, auditor harus berhati-hati untuk memeriksa kualitas informasi
dari sample yang diambil. Jika kulitasnya tidak bagus maka sampling tidak dapat
diterima.

2.4.1 Prioritas Produk Yang disampling


Sasaran sampling diprioritaskan pada alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga dengan kriteria sebagai berikut:
a. Produk yang menarik perhatian karena efek samping yang mungkin
ditimbulkan dan memiliki pengaruh sosial yang luas
b. Produk yang rawan terhadap kerusakan atau kondisinya cenderung tidak
stabil seperti reagensia/diagnostik untuk jenis pemeriksaan tertentu
c. Produk yang mempunyai batas kadaluarsa
d. Produk yang dipakai oleh masyarakat luas seperti kondom, anti nyamuk
terutama bakar, repelant.
e. Alat kesehatan steril

2.4.2 Waktu dan Prioritas Lokasi Sampling


Kegiatan pengambilan sampling sebaiknya dimulai pada awal tahun dan
disesuikan dengan rencana kerja masing-masing institusi di daerah.
Pengambilan sampling dapat dilaksanakan di provinsi, kabupaten/kota dan
ditentukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Adapun lokasi
pengambilan sampling alkes dan PKRT adalah sebagai berikut:
a. PAK (Penyalur Alat Kesehatan) / CPAK (Cabang Penyalur Alat Kesehatan)
b. Apotik
c. Toko Swalayan
d. PBF
e. RS
f. Pasar Tradisional
Di seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


8

2.4.3 Petugas Sampling


Tenaga pelaksanaan sampling di setiap tingkat adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Provinsi
Petugas sampling ditingkat provinsi adalah 2 orang petugas dari Dinas
Kesehatan Provinsi yang telah ditunjuk (1 orang merangkap sebagai
penanggung jawab sampling).
b. Tingkat Kabopaten/kota
Petugas sampling di tingkat kabupaten/kota adalah 2 orang pendamping
pelaksana sampling dari Sinas Kesehatan Kabupaten (1 orang merangkap
sebagai penanggung jawab sampling).

Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah


Pemerintah Pusat Pemda Provinsi Pemda Kab/Kota
Pengambilan
Penetapan kebijakan sampel/contoh sediaan
standar, norma, pedoman, farmasi di lapangan
kriteria, dan prosedur
surveilan paska
pemasaran sediaan
farmasi, alat kesehatan,
dan makanan minuman
Pengelolaan pengawasan Melakukan koordinasi Melakukan pengambilan
post market sediaan dan pelatihan contoh alat kesehatan
farmasi, alat kesehatan, pengambilan contoh dan PKRT kelas I,
dan makanan minuman alat kesehatan dan kosmetika, makanan
Melakukan pengambilan PKRT kelas I, minuman hasil industri
contoh sediaan farmasi, kosmetika, makanan rumah tangga, obat
alat kesehatan, dan minuman hasil tardisional hasil industri
makanan minuman industri rumah tangga, rumah tangga, obat
obat tradisional hasil tardisional hasil industri
industri kecil obat kecil obat tradisional
tradisional

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


9

Tersedianya data dan Tersedianya data dan Tersedianya data dan


informasi keamanan, informasi keamanan, informasi keamanan,
mutu, dan manfaat mutu, dan manfaat mutu, dan manfaat
sediaan farmasi dan alat sediaan farmasi dan sediaan farmasi dan alat
kesehatan tingkat nasional alat kesehatan tingkst kesehatan tingkat
provinsi kab/kota

2.4.4 Persyaratan Tenaga Pelaksana Sampling


2.4.4.1 Penanggung Jawab Sampling
Penanggung jawab sampling harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Memiliki kemampuan berkomunikasi untuk dapat menggali data/informasi
dan menjelaskan hasil-hasilnya.
b. Memiliki pengetahuan dan kemampuan keterampilan yang cukup tentang
pelaksanaan sampling alkes dan PKRT.
c. Memiliki keinginan dan motivasi untuk selalu berorientasi pada peningkatan
mutu.
d. Setiap penanggung jawab sampling harus dilengkapi surat tugas yang
dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat atau dari Dinas
Kesehatan Kabupaten setempat apabila ikut melakukan sampling.

2.4.4.2 Petugas Pelaksana Sampling


Sedangkan petugas sampling harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Memiliki pengetahuan dan kemampuan keterampilan yang cukup tentang
pelaksanaan sampling alkes dan PKRT.
b. Memiliki ketekunan dan integritas sehingga proses dan hasil pengambilan
sampel representatif dan dapat dipertanggungjawabkan.
c. Mampu bekerja sama dengan baik dalam satu tim.
d. Setiap petugas sampling harus dilengkapi surat tugas yang dikeluarkan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat apabila ikut melakukan sampling.

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


10

2.4.5 Tugas Penangung Jawab dan Petugas Sampling


2.4.5.1 Penanggung Jawab Sampling
Ruang lingkup petugas penanggung jawab sampling adalah sebagai
berikut:
a. Menyusun jumlah dan jenis produk yang akan di sampling serta jadwal
pengambilan/pembelian sampel
b. Menghitung kebutuhan dana sampling (harga alkes/PKRT, lama sampling,
transport, ATK, tarif uji, pengiriman dan pengambilan uji alkes/PKRT)
c. Mempersiapkan daerah yang akan di sampling, waktu kunjungan sampling,
surat pemberitahuan ke lokasi sampling dan macam alkes/PKRT yang akan di
sampling.
d. Mempersiapkan kelengkapan surat tugas dari pejabat yang berwenang.
e. Mempersiapkan berita acara pengambilan sampel seperti yang tertera pada
lampiran 4a dan 4b.
f. Menerima dan mengecek hasil pengambilan sampel
g. Memberi kode pada bahan sampling sesuai lokasi pengambilan sampel
h. Mengirim hasil pengambilan sampel ke laboratorium uji secara langsung
maupun lewat pos.
i. Menerima hasil uji dan mencatat setiap hasil uji dari laboratorium.
j. Melaporkan hasil pengujian sampel secara berkala setiap bulan dengan format
sesuai lampiran.2 kepada dirjen Binfar Alkes dan PKRT dengan u/p Direktur
Bina Prodis Alkes/Dinas Kesehatan Provinsi setempat.
k. Melakukan evaluasi terhadap setiap hasil uji dan apabila ditemukan
alkes/PKRT yang tidak memenuhi syarat segera melaporkan ke Dirjen Binfar
dan Alkes/Dinas Kesehatan Provinsi setempat.

2.4.5.2 Petugas Sampling


Sedangkan ruang lingkup tugas petugas sampling adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan perlengkapan pengambilan sampel sesuai dengan kebutuhan
b. Mengecek perlengkapan sebelum menuju lokasi pengambilan sampel
c. Melakukan pengambilan sampel sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


11

d. Wajib menyerahkan hasil pengambilan sampel setiap selesai melaksanakan


tugas kepada penanggung jawab sampling paling lambat satu minggu setelah
sampai.
e. Membantu pengemasan hasil sampling untuk dikirim ke laboratorium uji

2.4.6 Strategi Pelaksanaan Kegiatan Sampling


a. Memanfaatkan institusi kesehatan yang ada baik dipusat maupun di daerah.
b. Dilakukan secara acak dengan membeli alkes dan PKRT di lapangan/pasaran
dengan jumlah sesuai dengan kebutuhan uji.
c. Kegiatan sampling dilaksanakan secara regular setiap tahun baik di pusat
maupun daerah tanpa memperhitungkan hasil sampling yang telah
dilaksanakan pada tahun sebelumnya.

2.5 Langkah Kegiatan Sampling (Departemen Kesehatan RI, 2009)


Untuk memastikan bahwa setiap petugas sampling melakukan
pengambilan sampel dengan benar sehingga diperoleh sampel yang representatif
maka petugas sampling harus mengikuti langkah kegiatan sebagai berikut:
2.5.1 Tahap Persiapan Sampling
Tahapan persiapan ini dibagi dalam 2 tahap meliputi:
2.5.1.1 Penyusunan rencana kegiatan
Pada tahapan ini dilaksanakan penyusunan rencana kegiatan sampling
yang akan dilaksanakan selama satu tahun anggaran lengkap dengan alokasi
waktu, biaya, dan pengaturan petugas pelaksana sampling. Adapun tahapan yang
akan direncanakan meliputi:
a. Menyusun rencana kerja, mengalokasikan daerah sasaran sampling
b. Menginformasikan kegiatan ke daerah sasaran
c. Menentukan sampel dan jumlah sampel yang akan di sampling
d. Menentukan parameter dan laboratorium uji yang akan digunakan

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


12

2.5.1.2 Persiapan Administrasi


Sedangkan untuk persiapan administrasi antara lain:
a. Mempersiapkan surat tugas bagi petugas sampling dari pejabat yang
berwenang untuk ditujukan kepada pejabat setempat dalam rangka
pengambilan sampel yang dilaksanakan di sarana penyalur alkes atau sarana
kesehatan dan lainnya.
b. Mempersiapkan surat pemberitahuan ke daerah tentang pelaksanaan sampling
di lokasi sampling.
c. Mempersiapkan perlengkapan sampling sesuai dengan kebutuhan, antara lain:
1. Amplop besar ukuran A3 dan kantong plastik (tempat sampel)
2. Dus (tempat amplop isi sampel)
3. Lakban/tali/lak (penutup dus)
4. Spidol/alat tulis (pencatatan)
5. Stiker sampling
6. Label (identitas Sampel)

2.5.2 Tahap Pelaksanaan Sampling


2.5.2.1 Sampel
Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan sampling di lapangan/pasaran
dengan melakukan pembelian alkes dan PKRT yang telah ditentukan sesuai
alokasi biaya serta rencana wilayah dan waktu pelaksanaan yang telah ditentukan
untuk alkes dan PKRT yang akan di sampling.
Cara pengambilan sampling dilaksanakan sebagai berikut:
a. Sampel diambil secara acak dengan nomor batch/lot/kode produksi yang
sama
b. Sampel yang diambil dari kemasan yang masih utuh serta secara fisik tidak
rusak.
c. Sampel diambil dalam jumlah yang cukup (sesuai yang dibutuhkan
laboratorium) untuk keperluan pengujian dan pertinggal.
Selanjutnya sampel beserta data-data dilakukan pencatatan dalam waktu
paling lama 7 hari setelah sdampling dilaksanakan. Semua contoh yang diambil

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


13

dari satu tempat/sarana dimasukkan ke dalam dus kemudian disegel dengan


lakban dan diberi label dengan penandaan sebagai berikut:
a. “sampel alat kesehatan” / “sampel PKRT”
b. Tanggal pengambilan
c. Nama dan tanda tangan pengambilan sampel
Yang harus diperhatikan adalah:
1. Hasil sampling dikemas dengan baik dapat dibawa langsung atau bila dikirim
melalui pos, paling lambat 1 minggu
2. Petugas sampling wajib menyerahkan hasil sampling kepada penanggung
jawab paling lambat 1 minggu setelah pelaksanaan sampling.

2.5.2.2. Pencatatan Sampel


a. Melakukan pencatatan identitas untuk setiap sampel yang diambil, terdiri
dari:
1. Nomor urut
2. Nama distributor
3. Nama alat kesehatan
4. Bentuk alat/kesehatan
5. Komposisi
6. Nama pabrik
7. Nomor registrasi
8. Nomor batch
9. Kemasan primer daqn sekunder
10. Tanggal kadaluarsa (bila ada)
11. Tanggal pengambilan sampel
b. Identitas asli produk apabila akan dikirim ke laboratorium uji harus
dirahasiakan/dihilangkan dan diganti dengan kode/identitas baru
c. Sampel dimasukkan ke dalam amplop besar dan diberi kode tersebut
diatas (nomor 2).
d. Produk yang mudah rusak dibuka dari kemasannya (contoh amti nyamuk
bakar) dimasukkan ke dalam plastik transparan terlebih dahulu sebelum
dimasukkan ke dalam amplop besar.

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


14

e. Kodefikasi sampling
Sampel diberi abjad sesuai daftar sampling da identitas asal daerah
sampling dan jenis uji.
Contoh:
Kantong darah : A (Dapat ditentukan sendiri)
Asal sampling Manado : nomor urut I di belakang huruf
Jenis uji : nomor urut II di belakang huruf
Merk : nomor urut III di belakang huruf

Maka pengkodean menjadi : A.1.1.1

Berarti kantong darah asal sampling Manado dengan jenis uji sterilitas dan
merk
A

Konfidensial dan menghindari subjektifitas

Dikirim ke laboratorium ditulis pada ampop besar sebagai kemasan sampel


uji

2.5.2.3 Pengiriman dan pengujian Sampel


a. Semua sampel yang telah dicatat dimasukkan ke dalam dus tertutup
dan disegel/dilakban serta diberi label “SAMPEL ALKES/PKRT”,
kode, tanda pengambilan sampel, nama dan tanda tangan penanggung
jawab.
b. Setiap sampel diberi keterangan lain, misalnya: zat yang akan
diperiksa dan lain sebagainya yang akan diperiksa. Selanjutnya
sampel dikirim ke laboratorium uji yang telah ditentukan.
c. Merk dagang harus dirahasiakan.
d. Penanggung jawab sampling mengirimkan hasil sampling ke
laboratorium uji setelah diberi kode/identitas baru.

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


15

e. Melakukan dokumentasi terhadap tanda terima sampel dari


laboratorium uji.
f. Hasil uji laboratorium hanya boleh diberikan kepada penanggung
jawab sampling.

2.5.2.4. Pelaporan hasil uji sampel


a. Penanggung jawab sampling meminta hasil uji sampling dari
laboratorium uji apabila pengujian telah selesai
b. Penanggung jawab sampling mencatat hasil uji sampling dari
laboratorium uji.
c. Penanggung jawab sampling mengevaluasi hasil uji laboratorium
d. Apabila hasil uji diragukan penanggung jawab sampling dapat
melaksanakan uji ulang
e. Penanggung jawab sampling membuat laporan akhir hasil sampling
f. Laporan evaluasi hasil akhir oleh tim sampling diserahkan pada:
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

2.5.2.5 Penyimpanan sampel pertinggal dan Dokumentasi


a. Untuk alkes/PKRT yang hasil pengujiannya:
1. Memenuhi syarat (MS), contoh pertinggal disimpan sampai tahun
anggaran pengambilan sampel tersebut berakhir.
2. Untuk alkes yang hasil pengujiannya Tidak Memenuhi Syarat
(TMS), contoh pertinggal disimpan sampai tindak lanjut minimal 3
(tiga) tahun kemudian.
3. Alkes-alkes yang telah tersimpan hingga waktu yang telah
ditentukan tersebut, akan dimusnahkan oleh petugas setempat yang
diberikan wewenang untuk memusnahkannya.
b. Dokumentasi
Semua petugas/tim sampling wajib melakukan dokumentasi terhadap:
1. Surat tugas
2. Laporan hasil kegiatan yang terdiri dari:

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


16

a) Rencana pelaksanaan sampling


b) Kwitansi, faktur, dll, bukti hasil pembelian sampel
c) Catatan pemberian kode
d) Bukti pengiriman sampling ke laboratorium uji
e) Hasil pengujian dari laboratorium uji
f) Rekapitulasi hasil uji
g) Surat SPJ

2.6 Penanganan Tindak Lanjut Alat Kesehatan dan PKRT yang tidak
memenuhi Syarat (TMS) (Departemen Kesehatan RI, 2009)
Setelah pelaksanaan sampling dilakukan dan telah mengetahui hasilnya,
dilakukan penanganan tindak lanjut terhadap alat kesehatan dan PKRT yang tidak
memenuhi syarat standar mutu dan keamanan yang ditetapkan. Hal ini bertujuan
untuk:
a. Keseragaman dalam penanganan tindak lanjut alat kesehatan yang tidak
memenuhi syarat.
b. Efisiensi dan efektifitas dalam mencari penyebab kasus alkes yang tidak
memenuhi syarat.
Tindak lanjut terhadap alkes dan PKRT yang tidak memenuhi syarat
dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Evaluasi hasil laporan pengawasan
2. Menentukan apakah diperlukan TL (Tindak Lanjut)
3. Menentukan TL ringan/berat
4. Sifat TL ringan/berat
5. Jenis TL adalah:
a) Sanksi Administratif, meliputi :
1) Peringatan lisan
2) Peringatan tertulis
3) Public warning
4) Pengamanan / Penarikan kembali
5) Pencabutan izin
b) Sanksi Pidana : Proses Penyidikan

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


17

2.7 Pengujian Sampling Alat Kesehatan dan PKRT


Pengambilan sampel ( sampling) adalah tahap awal dalam proses dimana
data hasil karakterisasisatu batch produk dikumpulkan untuk proses evaluasi. Oleh
karena hanya sebagian saja dari suatu batch yang diambil sampelnya untuk
pengujian, bagian tersebut harus mewakili batch tersebut. Hasil pengujian sampel
tersebut akan menentukan nasib batch tersebut, sehingga proses seleksi sampel
merupakan tahap kritis (penting) dalam sistem penjaminan mutu (Quality
Assurance Systems).
Metode uji sampling yang digunakan pada beberapa/sebagian alat kesehatan dan
PKRT diantaranya digunakan 2 metode pengujian yaitu uji sterilitas dan uji
kebocoran.

2.7.1 Uji Sterilitas (Farmakope edisi IV, 1995)


Uji sterilitas merupakan metode uji yang digunakan untuk menetapkan
apakah sediaan uji yang harus steril sudah memenuhi syarat atau tidak. Suatu
produk dikatakan steril bila memenuhi persyaratan dalam uji sterilitas dan
kemungkinan hasil positif dapat terjadi karena tekhnik yang salah atau
kontaminasi lingkungan pada waktu pengujian.
2.7.1.1 Media Uji Sterilitas (Farmakope Edisi IV, 1995)
Media yang digunakan untuk uji sterilitas adalah media yang digunakan
mempunyai sifat merangsang pertumbuhan bagi mikroba yaitu:
a. Fluid Thioglycolate Medium (FTM)
1. Pancreatic Digest of Casein 15.0 g
2. Yeast Extract (water-soluble) 5.0 g
3. Glucose monohydrate 5.5 g/5.0 g
4. Sodium Thioglycollate 0.5 g
5. 0.1% Resazurin Sodium Solution (freshly prepared) 1.0 mL
6. Granulated Agar (moisture not more than 15%) 0.75 g
7. Purified water 1000 mL
8. Polysorbate 80 (optional) 5.0 mL
9. pH after sterilisation (measured at room temperature): 7.1 ± 0.2

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


18

b. Media Tioglikolat Alternatif (untuk alat yang mempunyai lumen kecil):


1. Pancreatic Digest of Casein 15.0 g
2. Yeast Extract (water-soluble) 5.0 g
3. Glucose monohydrate / anhydrous 5.5 g/5.0 g
4. Sodium Chloride 2.5 g
5. L – Cystine 0.5 g
6. Sodium Thioglycollate 0.5 g
7. Purified water 1000 mL
8. pH after sterilisation (measured at room temperature): 7.1 ± 0.2
c. Soybean-Casein Digest Medium (SCDM)
1. Pancreatic Digest of Casein 15.0 g
2. Papain Digestof Soybean Meal 3.0 g
3. Glucose monohydrate / anhydrous 2.5 g/2.3 g
4. Sodium chloride 5.0 g
5. Dipotassium hydrogen phosphate 2.5 g
6. Purified water 1000 mL
7. Polysorbate80 (optional) 5.0 mL
8. pH after sterilisation (measured at room temperature): 7.3 ± 0.2

2.7.1.2 Metode Uji Sterilitas (Farmakope Edisi IV, 1995)


Metode uji sterilitas yang digunakan adalah metode inokulasi langsung
ke dalam media uji dan tekhnik penyaringan membran
a. Metode Inokulasi Langsung ke Dalam Media Uji
Prinsip dari metode pengujian ini adalah inkubasi minimal 14 hari dengan
pengamatan padahari ke 3, 4, atau 5, hari ke 7 atau 8, dan pada hari terakhir
pengujian. Metode ini digunakan untuk cairan, salep dan minyakyang tidak larut
dalam isopropil miristat, zat padat, kapas murni, perban, pembalut, benang bedah
dan bahan sejenisnya, alat kesehatan steril alat suntuk kosong atau terisi steril.
Pengujian awal untuk kapas murni, perban, pembalut, benang bedah dan
bahan sejenisnya, dari setiap kemasan,ambil secara aseptik 2 bagian atau lebih
masing-masing 100-500 mg dari bagian paling dalam. Dan secara aseptik

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


19

pindahkan bagian bahan uji ini ke dalam sejumlah tertentu wadah media yang
sesuai dan inkubasi.
Sedangkan untuk alat kesehatan steril, metode pengujiannya adalah:
1. Untuk alat yang mempunyai pipa/saluran berlubang seperti alat transfusi atau
infus atau yang ukurannya menyebabkan pencelupan tidak dapat dilakukan dan
hanya saluran cairannya yang harus steril, prosedur yang dilakukan adalah
dengan membilas lumen masing-masing dengan media uji (FTM dan SCDM)
hingga diperoleh kembali tidak kurang dari 15 mL setiap media. Kemudian
inkubasi dengan tidak kurang dari 100 mL masing-masing media.
2. Untuk alat dengan lumen yang sangat kecil sehingga media FTM tidak
mengalir, gunakan media ATM, tetapi inkubasi dilakukan secara anaerob.
3. Jika karena ukuran dan bentuk alat tidak dapat diuji dengan cara pencelupan
keseluruhannya ke dalam tidak lebih dari 1000mL media, prosedur yang
dilakukan adalah:
a) Uji bagian alat yang paling sulit disterilisasidan jika mungkin lepaskan
2 atau lebih bagian yang paling dalam dari alat.
b) Secara aseptik pindahkan bagian tersebut ke dalam sejumlah tertentu
tabung berisi tidak kurang dari 1000mL media yang sesuai, lalu
diinkubasikan.
c) Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin
sekurangnya pada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada hari ke-7 atau ke-8
dan pada hari terakhir dari masa uji.
b. Uji Sterilitas Dengan Tekhnik Penyaringan Membran
Kegunaan dari uji sterilitas dengan tekhnik penyaringan membran adalah:
1. Berguna untuk cairan dan serbuk yang dapat larut yang bersifat bakteriostatik
atau fungistatik, untuk memisahkan mikroba kontaminan dari penghambat
pertumbuhan.
2. Berguna untuk bahan seperti minyak, salep, atau krem yang dapat melarut ke
dalam larutan pengencer bukan bakteriostatik atau fungistatik.
3. Berguna untuk uji sterilitas permukaan atau lumen kritis alat kesehatan.
Prosedur awal yang dilakukan adalah:

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


20

a) Buat perbandingan yang sama menggunakan sejumlah tertentu bahan uji dan
cairan pengencer dan pembilas yang sesuai.
b) Bilas membran 3 kali, tiap kali 100 mL cairan pengencer dan pembilas.
Pada metode ini, prosedur yang dilakukan untuk alat kesehatan adalah:
a) Secara aseptik alirkan volume tertentu cairan melalui tiap lumen tidak kurang
dari 20 alat hingga diperoleh 100 mL dari tiapalat.
b) Kumpulkan cairan dalam wadah aseptik dan saring seluruh volume melalui
penyaring membran.
c) Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang, potong membran
menjadi setengah bagian (jika digunakan hanya 1), celupkan membran atau
setengah bagian membran ke dalam 100 mL SCDM dan inkubasi pada suhu
20° - 25° dan ke dalam media FTM dengan suhu inkubasi 30°-35° selama
minimal 7 hari.
d) Jika ukuran alat besar dan ukuran lot kecil, lakukan uji sejumlah unit yang
sesuai seperti yang tertera pada kasus serupa dalam media uji.

2.7.1.3 Uji Daya Letup dan Kebocoran (Standar Nasional Indonesia, 1993)
Uji daya letup dan kebocoran digunakan untuk menguji kondom agar
menjamin mutu dan keamanannya saat dipasarkan hingga sampai ke tangan
konsumen. Metode yang dilakukan yaitu:
a. Uji Daya Letup
Prosedur yang dilakukan yaitu:
1. Gunakan alat pengujian daya letup
2. Atur kecepatan aliran udara sebanyak 24-30 liter/menit dengan mengggunakan
flowmeter
3. Pasang kondom pada alat uji
4. Alirkan udara ke dalam kondom tersebut sampai meletup
5. Catat volume dan tekanannya

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


21

b. Uji Kebocoran
Prosedur yang dilakukan yaitu:
1. Gunakan alat uji kebocoran kondom
2. Pasang kondom pada alat uji
3. Isi kondom dengan air sejumlah 300 mL biarkan menggantung 1 menit dan
tekan bagian bawah agar air naik ke atas membasahi bagian yang kosong
4. Ambil kondom yang telah berisi air dari alat dan ikat bagian gelang sedemikian
rupa sehingga air tidak keluar
5. Keringkan permukaan luar kondom
6. Gelindingkan kondom tersebut sambil ditekan diatas kertas penyerap
7. Amati beberapa kali apakah ada kebocoran pada kondom tersebut atau tidak

2.7.1.4 Uji Koefisien Fenol (Standar Nasional Indonesia,1995)


Uji koefisien fenol digunakan untuk menguji pembersih lantai dan
sejenisnya. Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji
keefektifannya. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan
melakukan tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas
suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama.
Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu
volume tertentu dengan biakan Salmonella thypii, Staphylococcus aureus, atau
Pseudomanas aeruginosa. Digunakan fenol USP yang mempunyai titik beku pada
40°C atau diatasnya. Dibuat larutan stok 5 %, disimpan dalam botol tertutup
terbuat dari gelas amber, ditempat dingin, terlindungi dari cahaya. Fenol dibakukan
dengan larutan kalium atau natrium bromat. Prosedur pengujiannya adalah:
a. Encerkan dengan air steril larutan contoh 5% , masing - masing 1:300; 1:325;
1:350; l : 375; dan 1:400 .
b. Encerkan dengan air steril larutan fenol standar 5% masing - masing 1:90 dan
1:100.
c. Siapkan biakan Salmonella Thyphi
d. Pipet masing-masing 5 ml larutan contoh dan larutan fenol standar ke dalam
tabung reaksi, inkubasikan selama 24 jam pada suhu 35 - 37 °C .

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


22

e. Tiap 30 detik ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 0,5 ml "Test


Culture". Harap di lakukan langkah- langkah pengamanan, karena bakteri ini
berbahaya.
f. Kocok kuat -kuat supaya bakteri menyebar .
g. Sesudah 5 menit (4,5 menit dibiarkan 0,5 menit untuk pemindahan) diambil
satu mata jarum Osse, kemudian inokulasi pada nutrient agar dalam cawan
petri. Selanjutnya 5 menit kemudian diambil lagi dan inokulasi pada "nutrient
agar" (untuk pengamatan 10 menit), 5 menit setelah itu diambil lagi untuk
pengamatan 15 menit .
h. Inkubasi cawan petri dalam inkubator 37°C, selama 48 jam dan diamati hasil
pertumbuhan bakteri pada 5 menit ,10 menit, dan 15 menit .

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


BAB 3
METODE PENGUMPULAN DATA

3.1. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya sampling dan pengujian alat kesehatan (alkes) dan
perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) adalah adalah agar dapat mengetahui
jenis-jenis alat kesehatan dan PKRT yang masih memenuhi syarat dan yang tidak
memenuhi syarat untuk beredar di masyarakat. Sehingga dapat dilakukan tindak
lanjut terhadap alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga yang tidak
memenuhi syarat tersebut.

3.2. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan adanya pelaksanaan sampling dan
pengujian alat kesehatan (alkes) dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT)
adalah untuk tetap menjamin keamanan, mutu dan manfaat alkes dan PKRT yang
telah terdaftar dan beredar di masyarakat.

3.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKPA


Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dilaksanakan dari tanggal
18 Juni 2012 hingga 29 Juni 2012. Pekerjaan yang dilakukan selama PKPA
adalah mengamati dan menilai laporan pelaksanaan sampling ALKES dan PKRT
yang beredar di masyarakat di suatu provinsi/kabupaten/kota. Pada saat
pengamatan yang dilakukan terhadap laporan pelaksanaan sampling ALKES dan
PKRT, ditemukan beberapa alat kesehatan dan PKRT yang tidak memenuhi
syarat yang masih beredar di masyarakat. Pelaksanaan sampling ini berpedoman
pada Pedoman Tekhnis Pelaksanaan Sampling dan Pengujian Alat Kesehatan
(ALKES) dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) yang dibuat oleh
Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Departemen Kesehatan
RI pada tahun 2009.

23 Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


24

3.4. Pelaksanaan Kegiatan Sampling dan Pengujian Alat Kesehatan


Berdasarkan Pedoman Tekhnis Pelaksanaan Sampling dan
Pengujian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
Pelaksanaan kegiatan smpling dan pengujian alat kesehatan yaitu petugas
yang ditunjuk datang ke sarana – sarana penyalur seperti PAK, toko kesehatan,
apotek, dan supermarket untuk PKRT dan membeli secara acak beberapa alat
kesehatan dan produk PKRT berdasarkan kategori produk yang ingin diujikan
kemudian pengujian dilakukan di laboratorium yang sudah terakreditasi untuk
mendapatkan hasil pengujian yang valid. Apabila hasil pengujian menunjukkan
tidak memenuhi syarat, dapat dilakukan tindak lanjut dengan memberikan
peringatan dan pemanggilan kepada perusahaan serta dapat pula dilakukan recall
(penarikan kembali) produk yang telah beredar di masyarakat (skema prosedur
pelaksanaan sampling terlampir pada lampiran 1).

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


BAB 4
PEMBAHASAN

Pengamanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga


merupakan upaya untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh
penggunaan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga yang tidak
memenuhi persyaratan.
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1190/Per/VIII/2010 bahwa
dalam rangka menjamin alat kesehatan dan/atau PKRT yang memenuhi standar
dan/atau persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan diselenggarakan upaya
pemeliharaan mutu alat kesehatan dan/atau PKRT yang dilakukan sejak kegiatan
produksi sampai dengan penggunaan alat kesehatan dan/atau PKRT. Tanpa
terkecuali pada alat kesehatan dan/atau PKRT impor pun harus turut serta dalam
upaya pemeliharaan mutu alat kesehatan baik itu dari proses pembuatan sampai
kepada penggunaannya. Oleh karena itu, untuk menegakkan upaya tersebut maka
dilakukan kegiatan sampling baik pada alat kesehatan maupun perbekalan
kesehatan rumah tangga. Tujuan dilaksanakan kegiatan sampling adalah agar
dapat menjamin mutu dan manfaat alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga yang telah terdaftar dan telah beredar di masyarakat.
Produk yang dalam hal ini dilakukan sampling adalah alat kesehatan steril
seperti dissposible syringe, IV cateter, dan infus set, serta produk yang sering
dipakai oleh masyarakat luas seperti kondom, dan pembersih lantai. Kegiatan
sampling ini, dimana dalam laporan ini, dilakukan studi kasus untuk menelaah
kegiatan sampling yang salah satunya dilakukan oleh pemerintah Provinsi
Kepulauan Riau dengan mengambil sampel di Kota Batam. Kegiatan pengambilan
sampling ini idealnya dilakukan setiap tahun sekali setiap awal tahun. Namun,
sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan rencana kerja masing-masing
institusi di daerah masing-masing.
Tahap awal yang dilakukan pada kegiatan sampling adalah membuat data
harga produk yang akan di sampling yang biasanya terdiri dari nama produk atau
jenis produk, jumlah yang akan di ambil, harga persatuan produk, dan tempat
pembelian produk tersebut. Kegiatan sampling ini dilakukan secara acak dan
dilaksanakan oleh petugas dari pemerintah pusat bersama petugas dari pemerintah
25 Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


26

provinsi yang datang ke sarana-sarana penyalur produk seperti penyalur alat


kesehatan (PAK)/CPAK, PBF, dan RS untuk membeli disposible syringe, IV
Catheter dan infus set. Sedangkan untuk kondom, dan pembersih lantai dapat
dibeli di apotik, toko-toko swalayan/supermarket, dan pasar tradisional. Jumlah
yang dibutuhkan untuk pengujian produk sampling ini adalah untuk disposible
syringe 10 pcs, IV catheter 10 pcs, infus set 10 pcs, kondom 300 buah, dan
pembersih lantai 1 kemasan. Pada saat pembelian sampel, produk yang dibeli
biasanya harus 2-3 kali lipat dari jumlah produk yang dibutuhkan untuk sampel.
Hal ini dimaksudkan selain untuk pengujian, juga harus ada sampel pertinggal
yang dimana dipergunakan pada saat terjadi pengulangan pengujian apabila
pengujian pertama produk tersebut tidak memenuhi syarat (TMS).
Setelah sampel diperoleh, dilakukan pengkodean sampling yang bertujuan
untuk menjaga kerahasiaan produk yang akan di sampling tersebut. Kode
sampling untuk produk yang akan di ujikan pada kegiatan ini adalah untuk alat
kesehatan seperti jarum suntik (disposible syringe) dengan merk TR (A 21 1 1),
infus set dengan merk OT (D 21 1 8), IV catheter dengan merk BD (C 21 1 5).
Untuk perbekalan kesehatan rumah tangga yaitu kondom ST (F 21 2 14), dan
pembersih lantai dengan merk SK (H 21 4 27). Tata cara pengkodean sampling
(terlampir pada Tabel 1 lampiran 2) tersebut adalah :
a. Untuk nomor urut pertama merupakan kode dari jenis produk (A: Dissposible
syringe; C: IV Catheter ; D: Infus set ; E: Kondom ; dan G: pembersih lantai).
b. Nomor urut kedua adalah provinsi ( 3 : Kepulauan Riau)
c. Nomor urut ketiga adalah kode jenis uji (1 : uji sterilitas; 2 : Uji kebocoran; 4:
koefisien fenol)
d. Nomor Urut Keempat adalah kode merk sampling (biasanya dibuat/diurutkan
sendiri oleh petugas sampling)
Setelah diberikan kode sampling, sampel diberikan penanda lainnya
seperti nama produk, bentuk alat/sediaan, nomor batch/lot, tanggal kadaluarsa dan
tanggal pengambilan sampel (terlampir pada Table 2 lampiran 3) dan berita acara
pengambilan contoh (terlampir pada lampiran 4a dan 4b). Selanjutnya, sampel-
sampel yang diambil tersebut dimasukkan ke dalam dus dengan di beri label pada
luar dus meliputi kode sampling, jenis uji, dan jumlah yang diujikan. Dus-dus

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


27

sampel tersebut dikirim ke laboratorium – laboratorium yang sudah terakreditasi


seperti TGM, Sucofindo, atau laboratorium lain yang sudah terakreditasi yang
terdapat di provinsi/kabupaten/kota tersebut untuk dilakukan pengujian.
Pengujian untuk setiap alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga berbeda-beda. Untuk jarum suntik, IV catheter, dan infus set, sample
dikirim ke laboratorium Sucofindo dan uji yang dilakukan adalah uji sterilitas
untuk menjamin alat kesehatan tersebut tetap steril hingga sampai saat digunakan
kepada pasien. Untuk kondom dilakukan uji kebocoran di Laboratorium PT.
Trimitra Global Makmur untuk menjamin produk tersebut tetap aman digunakan
sesuai dengan fungsinya. Sedangkan untuk pembersih lantai, dilakukan uji
koefisien fenol di Laboratorium PT. Trimitra Global Makmur untuk mengukur
daya antiseptik pada pembersih lantai tersebut.
Setelah dilakukan pengujian, akan di dapatkan hasil pengujian yaitu
berupa laporan hasil pengujian / Report of Analysis (terlampir pada lampiran 5)
yang menunjukkan apakah produk yang diujikan memenuhi syarat atau tidak
memenuhi syarat. Dalam hal ini produk-produk yang tidak memenuhi syarat
adalah infus set dengan merk TR, dan kondom dengan merk ST. Untuk produk
yang tidak memenuhi syarat/tidak lolos uji, dilakukan evaluasi oleh Ditjen Binfar
dan Alkes untuk dilakukan pengujian kembali dengan menggunakan sampel
pertinggal dari produk-produk tersebut. Jika memenuhi syarat, akan di berikan
surat pemberitahuan hasil MS (memenuhi syarat) ke Dinas Kesehatan Provinsi.
Jika tidak memenuhi syarat, akan dilakukan tindaklanjut dengan memberikan
peringatan / surat pemanggilan kepada perusahaan/industri yang memproduksi
produk tersebut. Jika perusahaan/industri tersebut tidak memberikan tanggapan
selama jangka waktu yang ditentukan, akan dilakukan recall (penarikan kembali)
produk tersebut yang beredar di masyarakat.

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a. Kegiatan sampling alat kesehatan dan PKRT merupakan kegiatan
pengambilan sampel untuk alat kesehatan dan PKRT yang beredar disuatu
daerah/ provinsi yang meliputi pembelian sampel, pencatatan data sampel,
pengujian, dan analisa sampel yang bertujuan untuk mengetahui mutu alat
kesehatan yang beredar dimasyarakat.
b. Produk – produk alat kesehatan dan PKRT yang diujikan pada kegiatan
sampling kali ini adalah jarum suntik (disposible syringe) merk TR, infus
set merk OT, IV catheter merk IN, kondom merk ST, dan pembersih lantai
merk SK. Produk-produk tersebut dilakukan pengujian di laboratorium
yang sudah terakreditasi yang sebelumnya telah diberikan kode sampling.
Dari hasil pengujian produk, produk yang tidak memenuhi syarat adalah
infus set merk OT, dan kondom merk ST. Untuk produk yang tidak
memenuhi syarat, harus dilakukan pengujian kembali dan jika hasil
masih menunjukkan tidak memenuhi syarat, diberikan peringatan/
surat pemanggilan kepada perusahaan dan dilakukan recall (penarikan
kembali) produk apabila perusahaan tersebut tidak memberikan
tanggapan selama jangka waktu yang ditentukan.

5.2 Saran
a. Kegiatan sampling sebaiknya dilakukan di kota/kabupaten di seluruh
Indonesia.
b. Perlu dilakukan pengawasan lebih ketat dan lebih rutin mengenai alat
kesehatan dan PKRT yang beredar di seluruh Indonesia
c. Perlu ditambahkan kategori pengujian jenis alat kesehatan dan PKRT
yang selama ini beredar di masyarakat
d. Perlunya sosialisasi kepada produsen untuk menerapkan cara produksi alat
kesehatan dan PKRT yang baik dan kepada distributor menerapkan cara
distribusi alat kesehatan dan PKRT yang baik sehingga dapat aman dan

28 Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


29

mutu tetap terjaga hingga ke tangan konsumen (masyarakat). Serta


diperlukan sosialisasi kepada masyarakat untuk selalu menggunakan alat
kesehatan dan PKRT yang terdaftar, dan selalu melaporkan apabila terjadi
efek yang merugikan setelah menggunakan alat kesehatan dan PKRT
tersebut.

Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


DAFTAR ACUAN

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Pelaksanaan


Sampling dan Pengujian alat Kesehatan (ALKES) dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT). Jakarta : Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010a). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Direktorat Jenderal
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010b). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1190/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang
Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Farmakope Edisi IV (1995). Uji Sterilitas. Jakarta: Departemen Kesehatan
Indonesia
Standar Nasional Indonesia No. 16-2723-93 (1993). Uji Daya Letup dan
Kebocoran Kondom. Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional Republik
Indonesia.
Standar Nasional Indonesia No. 06-1842-95 (1995). Pembersih Lantai
Berdesinfektan. Jakarta : Dewan Standardisasi Nasional Republik Indonesia.

30 Universitas Indonesia

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


LAMPIRAN

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


32

Lampiran 1. Skema Prosedur Pelaksanaan Sampling

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


32

Lampiran 2. Tata Cara Pengkodean Sampling

Kode Provinsi (2) Sampling


Kode Jenis Produk (1) Sampling
No. Kode Provinsi
1 11 NAD No. Kode Jenis Produk
2 12 SUMATERA UTARA 1 A DISPOSIBLE
3 13 SUMBAR SYRINGE
4 14 RIAU 2 B BENANG BEDAH
5 15 JAMBI 3 C IV CATHETER
6 16 SUMSEL 4 D INFUSION SET
7 17 BENGKULU 5 E KONDOM
8 18 LAMPUNG 6 F PEMBALUT
9 19 KEP. BANGKA 7 G PEMBERSIH
BELITUNG LANTAI
10 21 KEP. RIAU
11 31 DKI JAKARTA
12 32 JABAR Kode Jenis Uji (3) Sampling
13 33 JATENG
14 34 DIY No. Kode Jenis Produk
15 35 JATIM 1 1 STERILITAS
16 36 BANTEN 2 2 KEBOCORAN
17 51 BALI 3 3 FLUORESENSI
18 52 NTB 4 4 KOEFISIEN
19 53 NTT FENOL
20 61 KALBAR
21 62 KALTENG
Kode Merk Uji (4) Sampling
22 63 KALSEL
23 64 KALTIM
No. Kode Jenis Produk
24 71 SULAWESI UTARA
1 1 TERUMO
25 72 SULAWESI
2 2 INFLO
TENGAH
3 3 STERA
26 73 SULAWESI
4 Dst dst
SELATAN
27 74 SULAWESI
TENGGARA
28 75 GORONTALO
29 76 SULAWESI BARAT
30 81 MALUKU
31 82 MALUKU UTARA
32 91 PAPUA
33 92 PAPUA BARAT

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


Lampiran 3. Kode Sampling dan Data Sample

Kode Produk Lab. Penguji Bentuk No. No. Kemasan Exp. Tanggal
(Nama alat/sediaan Registrasi Batch/Lot Primer/ Date Pengambilan
Alkes/PKR Sekunder Sample
T)
A 21 1 1 TR SUCOFINDO Jarum suntik Depkes RI 091022C Sekunder 09.2014 28-06-2010
AKL
20902300075
C 21 1 5 BD TGM IV Catheter Depkes RI 0906025 Sekunder 05.2014 28-06-2010
AKL
20902400814
D 21 1 8 OT SUCOFINDO Infus Set Depkes RI 190A40B Sekunder 01.2015 28-06-2010
AKD
20902700335
F 21 2 14 ST TGM Kondom Depkes RI TWMA Sekunder 12.2013 28-06-2010
AKL 13-100108
21105600717
H 21 4 27 SK TGM Pembersih Depkes RI 14002999 Primer - 28-06-2010
Lantai PKD
20303800421

33

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software.
To purchase, go to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


34

Lampiran 4a. Berita Acara Pengambilan Contoh Alat Kesehatan

BERITA ACARA PENGAMBILAN CONTOH

Nomor : 003 / BA-PC / Dinkes / VI / 2010

Pada hari ini Senin, tanggal dua puluh delapan bulan Juni tahun dua ribu sepuluh,
dengan Surat Tugas dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau,
Nomor : 716 / SPT-Dinkes / VI / 2010, telah dilakukan pengambilan contoh Alat
Kesehatan / PKRT pada sarana:

Nama Sarana : PT. Intan Persada Global

Pimpinan / Pemilik : Ir. Soenarto

Alamat : Jl. Raden Patah Blok I No. 3 Batam

Dengan perincian sebagai berikut :

No. Nama Kemasan No. Reg No. Batch Tgl. Daluarsa Jumlah
Alkes/Pabrik
1 TR / Disposible Sekunder Depkes RI 091022C 09.2014 30
syringe AKL
20902300075
2 BD / IV Sekunder Depkes RI 0906025 05.2014 30
Catheter AKL
20902400814
3 OT / Infus Set Sekunder Depkes RI 190A40B 01.2015 30
AKD
20902700335

Tanjungpinang, 28 Juni 2010

Mengetahui : Petugas Pengambil Contoh

Pimpinan ......................... 1. ....................................

2. ....................................

(.......................................)

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


35

Lampiran 4b. Berita Acara Pengambilan Contoh PKRT

BERITA ACARA PENGAMBILAN CONTOH

Nomor : 004 / BA-PC / Dinkes / VI / 2010

Pada hari ini Senin, tanggal dua puluh delapan bulan Juni tahun dua ribu sepuluh,
dengan Surat Tugas dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau,
Nomor : 716 / SPT-Dinkes / VI / 2010, telah dilakukan pengambilan contoh Alat
Kesehatan / PKRT pada sarana:

Nama Sarana : JC SUPERMARKET

Pimpinan / Pemilik : BCS MALL

Alamat : Sei Baloi - Batam

Dengan perincian sebagai berikut :

No. Nama Kemasan No. Reg No. Batch Tgl. Daluarsa Jumlah
Alkes/Pabrik
1 Kondom ST Sekunder Depkes RI TWMA 12.2013 600
AKL 13-100108
21105600717
2 SK Pembersih Primer Depkes RI 14002999 - 3
Lantai PKD
20303800421

Tanjungpinang, 28 Juni 2010

Mengetahui : Petugas Pengambil Contoh

Pimpinan ......................... 1. ........................................

2. ........................................

(.......................................)

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


36

Lampiran 5a. Laporan Hasil Pengujian Jarum Suntik

Laporan Hasil Uji Jarum Suntik di Laboratorium Sucofindo

REPORT OF ANALYSIS

The following sample (s) was submitted and identified by the client as :

CLIENT : Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Jl. Ahmad Yani No. 62, Tanjung Pinang

TYPE OF SAMPLE : DISPOSIBLE SYRINGE

DATE RECEIVED : July 2, 2010

TESTED FOR : Sterility test

DESCRIPTION OF SAMPLE : Packing : Original Packing

SAMPLE IDENTIFICATION : Code : A.21.1.1

YOUR REFERENCE :-

DATE OF ANALYSIS : July 2 – 28, 2010

Test Result
The Product to be examined comply with the test for sterility

This certificate/report is issued under our General and Conditions, copy of which is available upon request or may be accessed at
www.sucofindo.co.id

SBU General Services

(..................................)

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


37

Lampiran 5b. Laporan Hasil Pengujian IV Catheter

Laporan Hasil IV Catheter di Laboratorium PT. Trimitra Global Makmur

LAPORAN HASIL PENGUJIAN

No. 0201/LP-DK002/VII/2010

Nama Sample : IV Catheter

Kode sample : C.21.1.5

Kemasan : Plastik

No. Batch/Daluarsa :-

Pengirim : Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Jln. Ahmad yani No. 41

Tanjung Pinang – Kepulauan Riau

Tanggal diterima : 01 Juli 2010

Jumlah yang diterima : 10 pcs

Tanggal Pengujian : 12 Juli 2010

HASIL PENGUJIAN

Identifikasi : Sterilitas

Hasil pengujian : Steril

Tangerang, 14 Juli 2010

Analyst

(.........................)

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


38

Lampiran 5c. Laporan Hasil Pengujian Infus Set

Laporan Hasil Uji Infus set di Laboratorium Sucofindo

REPORT OF ANALYSIS

The following sample (s) was submitted and identified by the client as :

CLIENT : DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN


RIAU

Jl. Ahmad Yani No. 62, Tanjung Pinang

TYPE OF SAMPLE : INFUS SET

DATE RECEIVED : July 2, 2010

TESTED FOR : Sterility test

DESCRIPTION OF SAMPLE : Packing : Original Packing

SAMPLE IDENTIFICATION : Code : D.21.1.8

YOUR REFERENCE :-

DATE OF ANALYSIS : July 2 – 28, 2010

Test Result
The Product to be examined does not comply with the test for sterility

This certificate/report is issued under our General and Conditions, copy of which is available upon request or may be accessed at
www.sucofindo.co.id

SBU General Services

(..................................)

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


39

Lampiran 5d. Laporan Hasil Pengujian Kondom

Laporan Hasil Uji kondom di Laboratorium PT. Trimitra Global Makmur

LAPORAN HASIL PENGUJIAN

No. 0201/LP-DK002/VII/2010
Nama Sample : Kondom ST

Kode sample : C.21.2.14

Kemasan : Plastik

No. Batch/Daluarsa : TWMA13 – 100108 / 12 - 2013

Pengirim : Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Jln. Ahmad yani No. 41

Tanjung Pinang – Kepulauan Riau

Tanggal diterima : 01 Juli 2010

Jumlah yang diterima : 300 pcs

Tanggal Pengujian : 02 Agustus 2010

HASIL PENGUJIAN

Pemerian : Lateks berwarna putih kekuningan

Identifikasi : Uji Kebocoran

Hasil pengujian : 1 Bocor

Tangerang, 02 Agustus 2010

Analyst

(.........................)

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012


40

Lampiran 5e. Laporan Hasil Pengujian Pembersih Lantai

Laporan Hasil Uji Pembersih Lantai di Laboratorium Sucofindo

REPORT OF ANALYSIS

The following sample (s) was submitted and identified by the client as :

CLIENT : DINAS KESEHATAN PROVINSI KEPULAUAN


RIAU

Jl. Ahmad Yani No. 62, Tanjung Pinang

TYPE OF SAMPLE : PEMBERSIH LANTAI

DATE RECEIVED : July 2, 2010

TESTED FOR : Coefficient phenol

DESCRIPTION OF SAMPLE : Packing : Original Packing 1 (one) sample

SAMPLE IDENTIFICATION : Code : H.21.4.28

YOUR REFERENCE :-

DATE OF ANALYSIS : July 2 – 28, 2010

Parameter Test Result Requirement Method


- Coefficient phenol 3.75 Min 2.50 SNI : 06 – 1842 - 1995

This certificate/report is issued under our General and Conditions, copy of which is available upon request or may be accessed at
www.sucofindo.co.id

SBU General Services

(..................................)

Laporan praktek ..., Vinda Maharani Patricia, FF, 2012

Anda mungkin juga menyukai