Anda di halaman 1dari 8

BAB II ANALISIS SITUASI

I.

GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografi Puskesmas II Tambak merupakan wilayah timur jauh (tenggara) dari Kabupaten Banyumas, dengan luas wilayah 1.432 Ha atau sekitar 1,1% dari luas kabupaten Banyumas. Wilayah Puskesmas Tambak II terdiri dari 5 desa yaitu; Pesantren, Desa yang paling luas adalah

Karangpucung, Prembun, Purwodadi dan Buniayu.

Purwodadi yaitu 374 ha, sedangkan desa yang wilayahnya paling sempit adalah Karangpucung yaitu sekitar 218 ha. Wilayah Puskesmas II Tambak terletak diperbatasa Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Kebumen, dan berbatasan dengan : 1. Disebelah utara 2. Sebelah timur 3. Sebelah Selatan 4. Sebelah Barat : Desa Watuagung : Kabupaten Kebumen : Desa Gebangsari : Desa Kamulyan, Desa Karangpetir.

Wilayah Puskesmas II Tambak terletak pada ketinggian sekitar 15 mdpl 35 mdpl. Dengan suhu udara rata rata sekitar 27 derajat celcius dengan kelembaban udara sekitar 80 %. Sekitar 50 % dari luas tanah adalah daerah persawahan, 43 % pekarangan dan tegalan dan 7 % lain-lain.

B. Keadaan Demografi 1. Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk dalam wilayah Puskesmas II Tambak tahun 2012 berdasarkan data yang dari BPS adalah 16.232 jiwa. Terdiri dari 7.910 jiwa (48,73 %) laki-laki dan 8.322 jiwa (51,27 %) perempuan. Jumlah keluarga 4.707 KK. Bila

dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2011 (15.740 jiwa) mengalami kenaikan sebesar 3,125 %. 2. Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk tahun 2012 yang paling banyak adalah Desa Purwodadi sebesar 5.057 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.352 jiwa/km2, sedangkan yang paling sedikit penduduknya adalah Desa Pesantren sebesar 2.127 jiwa dengan kepadatan penduduk 967 jiwa/km2. Kepadatan penduduk total wilayah Puskesmas II Tambak adalah 1.134 jiwa/km2. Penyebaran penduduknya cukup merata, mulai dari daerah yang dekat jalan raya sampai ke daerah C. Sosial Ekonomi Dan Budaya 1. Agama

2. Mata Pencaharian Penduduk 3. Pendidikan Penduduk 4. Petugas kesehatan II. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat Untuk melihat gambaran dari derajat kesehatan masyarakat di wilayah Puskesmas II Tambak, dapat dilihat dari angka kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas) dan status gizi.

A. MORTALITAS Angka kematian dapat dipergunakan untuk menilai derajat kesehatan masyarakat diwilayah tertentu dalam waktu tertentu. Disamping untuk mengetahui derajat kesehatan, juga dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai tingkat keberhasilan dari program pembangunan kesehatan dan pelayanan kesehatan di suatu wilyah tertentu. Angka

kematian berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber dipaparkan sebegai berikut dibawah ini. 1. Angka Kematian Bayi Angka kelahiran hidup di wilayah Puskesmas II Tambak tahun 2012 adalah 299 (147 laki-laki dan 152 perempuan. Sedangkan kasus bayi mati 4 bayi. Berarti angka kematian bayi (AKB) di wilayah Puskesmas II Tambak adalah 13,4 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKB Puskesmas II Tambak tahun lalu yaitu 16,6/1.000 kelahiran maka terjadi penurunan 3,2/1.000 kelahiran hidup. Dan jika dibandingkan dengan target Millenium Development Goals (MDGS) tahun 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup maka AKB di Puskesmas II Tambak termasuk baik karena telah melampaui target. Sebagai gambaran AKB selama periode 5 tahun terakhir (20082012) dapat dilihat di grafik berikut

GAMBAR 2.1 GRAFIK ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI PUSKESMAS II TAMBAK TAHUN 2008 2012

2. Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) adalah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa angka kematian ibu (AKI) tahun 2012 adalah 3 kasus atau 1.003,3 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan tahun 2011 adalah 662,3 per 100.000 kelahiran hidup. Kemudian tahun 2008 sampai tahun 2010 tidak ada kasus kematian ibu. Angka-angka tersebut diatas masih belum mencapai target AKI Jawa Tengah yaitu, 60 per 100.000 kelahiran hidup. Dilihat dari kenyataan ini dapat dikatakan bahwa program KIA belum berjalan secara optimal.

3. Angka Kematian Balita Dilihat dari tabel 7 angka kematian Balita tahun 2013 nihil. Sedangkan balita mati pada tahun 2011 juga nihil atau 0/1.000 kelahiran hidup. Tahun 2008 dan tahun 2009 angka kematian Balita juga 0/1.000 kelahiran hidup. Ini menunjukan hasil pencapaian yang baik dan perlu untuk dipertahankan. B. MORBIDITAS 1. Malaria Pada tahun 2012 tidak ditemukan kasus malaria positif maupun malaria klinis. Demikian juga pada tahun 2011 juga tidak ditemukan kasus malaria. Kasus malaria terakhir pada tahun 2010 ditemukan malaria klinis sebanyak 32 atau 1,61 per 1000 penduduk. Positif malaria 3 kasus (1,6/1000 pddk) atau 9 % dari jumlah malaria klinis. Semua mendapatkan pengobatan. Bila dibandingkan dengan tahun 2009 terjadi peningkatan kasus karena pada tahun 2009 positif malaria hanya 2 kasus (0,1/1000 pddk), dan pada tahun 2008 kasus malaria positif tidak ditemukan. Walau angkanya termasuk kecil, dan tidak menunjukan endemis malaria namun demikian perlu diwaspadai karena semua kasus malaria disini adalah eksodan dari luar jawa 2. TB Paru Jumlah penemuan TB Paru BTA positif tahun 2012 adalah sebanyak 5 kasus atau CDR 25/100.000 penduduk. Sedangkan pada tahun 2011 adalah 12 kasus atau CDR 60/100.000 penduduk dengan angka kesembuhan 66,67%. Sedangkan tahun 2010 kasus TB Paru BTA positif 7 kasus atau 33/100.000 penduduk. 3. HIV/AIDS

Kasus HIV tidak pernah ada yang terdeteksi dalam wilayah kerja atau tidak pernah ada kasus positif HIV. Hal ini tidak bisa menunjukan secara pasti tidak adanya kasus HIV, sebab bisa dimungkinkan ada kasus tetapi tidak karena pemeriksaan laborat untuk penderita HIV sementara baru dilakukan pada klinik VCT atau di PMI pada waktu donor darah. Dan Puskesmas selaku yang mempunyai wilayah belum pernah mendapatkan tembusan hasil pemeriksaan laborat dari klinik VCT maupun PMI karena laporan langsung ke tingkat kabupaten. 4. Acute Flaccid Paralysis (AFP) Tidak ditemukan kasus AFP dalam wilayah kerja Puskesmas II Tambak tahun 2012 maupun tahun sebelumnya. Hal ini dapat dijadikan indikator keberhasilan program, baik program immunisasi polio maupun program penemuan penderita AFP. Namun demikian kita harus tetap waspada akan terjadinya AFP karena angka penemuan penderita AFP kabupaten tahun 2011 adalah 6 kasus dan tahun 2010, ditemukan 2 kasus. 5. Demam Berdarah Dengue (DBD) Kasus DBD tidak ditemukan pada tahun 2012 dan tahun 2011. Sedangkan pada tahun 2010 ada 5 kasus (25,13/100.000 pddk) dan pada tahun 2009 juga ditemukan 5 kasus (25,45/100.000 pddk), pada tahun 2008. Hal ini menunjukan terjadinya peningkatan kasus DBD dari tahun 2008 sampai tahun 2010. Ini perlu diwaspadai terutama masalah penularan penyakit DBD ini terkait erat dengan masalah lingkungan. Program pemberantasan sarang nyamuk tentunya perlu ditingkatan lagi selain dilakukan fogging apabila terjadi kasus DBD di wilayah tertentu.

10

GAMBAR 2.2 GRAFIK KASUS DBD PER 100.000 PENDUDUK DI PUSKESMAS II TAMBAK TAHUN 2008 2012

6. Penyakit Tidak Menular Dari tabel 84 dapat dilihat bahwa kasus penyakit tidak menular yang terbanyak adalah Hypertensi, kemudian diikuti oleh Diabetes Militus (DM), sedangkan peringkat ketiga dan seterusnya adalah astma bronkhiale dan seterusnya. Kalau dianalisa maka kebanyakan penyakit tidak menular disebabkan oleh pola hidup yang kurang sehat. Mulai dari pola makan, pola olahraga dan istirahat yang tidak baik yang bisa memicu timbulnya penyakit tidak menular ini. C. STATUS GIZI Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi di Posyandu melalui penimbangan rutin tahun 2012, diperoleh hasil sebagai berikut :

11

1. Jumlah balita yang ada : 1.296 anak 2. Jumlah balita ditimbang : 895 anak (69,3%) 3. Jumlah balita yang naik BB-nya : 664 anak (74,2%) 4. Jumlah BGM : 23 anak (2,6%) 5. Jumlah Gizi buruk : 0 anak (0%). Dari hasil tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa balita yang ditimbang pada tahun 2012 mencapai angka 69,3% terjadi peningkatan jika dibanding dengan tahun 2011 (66,3%). Angka balita yang naik berat badannya mencapai 74,2 % ini juga terjadi peningkatan dari tahun 2011 (64,3%). Angka BGM (2,3%) dan BGT (0%) cukup baik karena masih jauh dari angka 15% sebagai angka batasan maksimal BGM. Hal ini menunjukan bahwa program gizi sudah cukup berhasil, namun demikian perlu ditingkatkan kinerja posyandu terutama untuk mengaktifkan peran serta untuk meningkatkan angka kehadiran balita di masing-masing posyandu.

12

Anda mungkin juga menyukai