Anda di halaman 1dari 4

Pelatihan Manajemen Obat

Diposting pada: 2012-02-13 22:25:00 | Hits : 887 | Kategori: Internal

Sesuai dengan perkembangan di bidang kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi


pelayanan kefarmasian dari pengelolaan obat sebagai komoditi kepada pelayanan yang
komprehensif dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat, namun lebih luasnya
mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang
rasional. Adanya pelatihan Manajemen Pengelolaan Obat ini merupakan salah satu upaya
untuk mengantisipasi apa yang terjadi di lapangan.

Kegiatan Pelatihan Manajemen Pengelolaan Obat di kabupaten Balangan dipandang perlu


dilaksanakan karena :

 Untuk meningkatkan pengetahuan di bidang manajemen pengelolaan obat di Puskesmas /


jaringannya.

 Masih terdapat perbedaan pengelolaan logistic obat di antara Puskesmas / jaringannya.

 Belum optimalnya pengelolaan obat di Puskesmas.


Pelatihan ini meliputi Kepala Puskesmas , Tenaga Farmasi/Pengelola Obat Puskesmas dan
Bidan Koordinator/Perawat dan materi yang disampaikan meliputi paparan materi dari
narasumber Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kepala UPT Instalasi
Farmasi Kabupaten (IFK) Balangan.

Adapun tujuan Pelatihan Manajemen Pengelolaan Obat di Kabupaten Balangan adalah :


 Menyusun rencana kebutuhan obat secara efektif dan efesien
 Melaksanakan permintaan obat dan perbekalan kesehatan sesuai kebutuhan
 Melaksanakan penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan denganbaik dan benar
 Melakukan penendistribusian obat dan perbekalan kesehatan sesuai kebutuhan dan
jadwal yang telah ditentukan
 Melakukan pencatatan dan pelaporan secara akurat
 Melakukan pembinaan, survise dan evaluasi pengelolaan obat di Pustu dan
Poskesdes/Posyandu

Kegiatan Pelatihan Pengelolaan Obat yang dilaksanakan Oleh Kasie Farmasi, Sarana
dan Prasarana ini menghasilkan beberapa kesepakatan :

1. Laporan paling lambat masuk tanggal 10 setiap bulannya, lplpo, 20 pemakaian obat terbanyak,
formulir kompilasi data peresepan tingkat puskesmas (for), resep generik,psikotropika &
narkotika.

2. Untuk permintaan obat di pustu, poskesdes/polindes menggunakan lplpo sub unit yg


dilaporkan ke puskesmas induk tiap tgl 25 setiap bulannya disertai dengan resep.

3. Petugas pengelola obat puskesmas melakukan monitoring ke sub unit pelayanan kesehatan.

4. Administasi pengelolaan obat harus dilengkapi ( buku harian pengeluaran, kartu stok, buku
register gudang ).

5. Stok optimal lplpo wajib diisi oleh petugas penanggungjawab pengelola obat puskesmas mulai
bulan maret untuk 20 macam pemakaian obat terbanyak dan seluruh item obat dilaksanakan
pada bulan januari 2013.

6. Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten ( ifk ) tiap 3 bulan sekali, apabila tidak
mencukupi bisa menggunakan bon yang ditandatangani oleh kepala instalasi farmasi
kabupaten ( IFK ) dengan diketahui oleh kepala dinas kesehatan kabupaten.

7. Pengelola obat harus mempunyai arsip administrasi selain data sistem informasi puskesmas (
simpus ).

8. Untuk obat syrup kering harus diserahkan setelah ditambahkan dengan air masak/matang (
aqua destilata ).

9. Tenaga farmasi puskesmas supaya dapat membuat brosur cara pemakaian obat khususnya
untuk obat tetes mata, tetes telinga, tetes hidung, suppositoria.

10. Obat ephedrin hcl ( golongan prekursor ), maka instalasi farmasi kabupaten dan puskesmas
wajib melakukan pencatatan sebagaimana yang ditetapkan dalam pp no.44 tahun 2010
tentang prekursor ( dilaporkan pada pelaporan psikotropika ).
Share on facebook Share on twitter Share on email Share on print More Sharing Services 0
Posting Lainnya:


 Dinkes Belu Gelar Pelatihan Bagi Pengelola Obat di Puskesmas
 Dinas Kesehatan Kabupaten Belu mengadakan pelatihan manajemen pengelolaan obat
bagi pengelola obat di Puskesmas, menyusul tanggung jawab pegelolaan obat di
puskesmas maupun rumah sakit masih menemui kendala walaupun sudah dikelola
tenaga berpendidikan farmasi.
Pengelolaan (manajemen) obat publik dan perbekalan kesehatan sangat perlu
dilakukan sebagai upaya menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan dan
derajat kesehatan pada masyarakat.
“Walau demikian, tanggung jawab pegelolaan obat di puskesmas maupun rumah sakit
masih menemui kendala walaupun sudah dikelola tenaga berpendidikan farmasi,” kata
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, Theresia M. Saik, M.Kes, ketika membuka
pelatihan tersebut, di Hotel Permata, Belu, Jumat (12/4).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu Theresia M. Saik, M.Kes, yang didampingi
Kepala Bina Pelayanan Kesehatan drg. Elfida Fahik, dalam arahannya
mengemukakan bahwa memperjuangkan derajat kesehatan masyarakat harus
dilakukan oleh semua elemen masyarakat.
Hal itu menjadi sebuah indikasi penting agar kesehatan masyarakat tetap terjaga, dan
salah satu sarana yang sangat penting adalah obat-obatan.
“Perjuangan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat harus dilakukan
secara bersama oleh semua elemen yang terkait di dalamnya, termasuk di dalamnya
adalah pengelola obat yang berada di puskesmas-puskesmas,” tegasnya.
Kepala Dinas Kesehatan juga mengharapkan kepada para pengelola obat di
puskesmas harus memiliki komitmen dan niat yang tegas dalam pelayanan kesehatan,
demi memperbaiki dan mengobati kondisi para pasien yang membutuhkan.
Hal itu disebabkan, untuk menjamin ketersediaan obat atau perbekalan farmasi yang
memadai, sangat diperlukan mekanisme sistem pengelolaan obat yang baik dan benar
melalui perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi, pencatatan dan pelaporan.
“Berdasarkan mekanismen tersebut, peranan pengelola obat di puskesmas sangatlah
penting sebagai ujung tombak di tengah-tengah masyarakat dalam hal pelayanan di
bidang obat-obatan,” katanya lagi.
Dalam laporan panitia yang dibacakan Yutta Nahak, S.Farm, Apt, dikemukakan
bahwa materi-materi yang akan dibawakan dalam pelatihan tersebut antara lain
Kebijakan Obat Nasional dan Daerah, Kebijakan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas, Perencanaan Kebutuhan Obat.
Selain itu, juga Penerimaan dan Penyimpanan, Pendistribusian dan Pelayanan,
Pencatatan dan Pelaporan, Pengelolaan Narkotika dan OKT, Penanganan Sediaan
Farmasi yang rusak/kadaluarsa.
Sedangkan narasumber atau fasilitatornya adalah Theresia M. Saik, M.Kes (Kadis
Kesehatan Kabupaten Belu), drg. Elfrida Fahik (Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes
Belu), Daniel Seran, S.Farm, Apt, Petronela S. Manek, S.Farm, Apt dan Yutta Nahak,
S.Farm, Apt.
Peserta pelatihannya adalah tenaga pengelola obat dengan latar belakang pendidikan
farmasi yang berada di 33 puskesma di wilayah Kabupaten Belu. (mc belu/toeb).
 Suka · Komentari

Anda mungkin juga menyukai