Anda di halaman 1dari 103

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu bentuk

implementasi secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di

sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui

kegiatan kerja secara langsung didunia kerja untuk mencapai tingkat

keahlian tertentu.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) dipandang perlu karena melihat

pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang cepat berubah. PKL akan

menambah kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta menilai antara

teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan yang pada akhirnya

dapat meningkatkan kualitas manajerial peserta didik dalam mengamati

permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun

kenyataan yang sebenarnya.

Berdasarkan UU Nomor 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan

sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial maupun

ekonomis. Setiap masyarakat mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh derajat kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam

bentuk pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan


2

(promotif), pengobatan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) oleh pemerintah dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan

sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun

masyarakat (Azwar,1996). Pengertian pelayanan kesehatan lainnya,

dikemukakan oleh Gani (1995) bahwa pelayanan kesehatan dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat berupa tindakan penyembuhan,

pencegahan, pengobatan dan pemulihan fungsi organ tubuh seperti sedia

kala.

Pelayanan laboratorium rumah sakit merupakan satu diantara

kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang

bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 411/MENKES/PER/III/2010 tentang

laboratorium klinik, yang menyatakan laboratorium klinik adalah

laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan

spesimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan

perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit,

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 228 tahun 2002, rumah

sakit sebagai satu diantara sarana kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat

strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat,


3

dengan demikian rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang

bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau

seluruh lapisan masyarakat.

Menurut surat Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/17/1992

tentang pedoman organisasi Rumah Sakit umum adalah Rumah Sakit

yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik,

dan subspesialistik sedangkan klasifikasi didasarkan pada perbedaan

tingkat menurut kemampuan pelayan kesehatan yang dapat disediakan

yaitu Rumah Sakit kelas A, B (Pendidikan dan Non Pendidikan), C dan D.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berkah Pandeglang termasuk

dalam Rumah Sakit dengan klasifikasi sebagai Rumah Sakit kelas B Non

Pendidikan.

RSUD Berkah Pandeglang memiliki Laboratorium sebagai salah

satu sarana pendukung yang tak lepas dari setiap Rumah Sakit guna

menunjang pelayanan utama dalam menunjang diagnosik dan perawatan

penderita. Laboratorium Patologi Klinik RSUD Berkah Pandeglang

memberikan pelayanan berupa pemeriksaan Hematologi, Urine dan

Feses, Kimia Klinik, Serologi dan Mikrobiologi.


4

B. Tujuan PKL

1. Tujuan umum

a. Praktek Kerja Lapangan ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan baik secara teori maupun praktek serta mengetahui

pelayanan kesehatan yang dilakukan di laboratorium kesehatan.

b. Dapat menjalin kerjasama yang baik dengan petugas Laboratorium

Klinik maupun petugas lain yang ada di RSUD Berkah Pandeglang.

c. Dapat mempelajari dan memahami sistem manajemen laboratorium

dan pemantapan mutu laboratorium klinik RSUD Berkah

Pandeglang.

d. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional yaitu

tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan

etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan yang dilakukan di

laboratorium klinik RSUD Berkah Pandeglang mulai dari tahap Pra

Analitik, tahap Analitik dan Pasca Analitik.

b. Untuk mengetahui sistem manajemen laboratorium dan

pemantapan mutu laboratorium klinik RSUD Berkah Pandeglang.

c. Untuk mengetahui kesehtan dan keselamtan kerja (K3) dalam

laboratorium klinik RSUD Berkah Pandeglang.

d. Untuk mengetahui Sistem Informasi di laboratorium klinik RSUD

Berkah Pandeglang.
5

e. Untuk mengetahui pengolahan limbah di laboratorium RSUD

Berkah Pandeglang.

C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL

Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Instalansi

Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Berkah

Pandeglang selama 56 hari kerja mulai tanggal 09 Desember 2019 – 15

Februari 2020. PKL dilakukan dengan cara melakukan rotasi dari bagian

satu kebagian lain seperti Hematologi, Kimia Klinik, Immunologi, Urinalisa,

Feses, Mikrobiologi, Sampling dan Administrasi.

D. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan PKL ini terdiri dari 5 BAB dan garis besar

masing-masing BAB adalah sebagai berikut:

1. BAB I merupakan bagian BAB pendahuluan yang berisi tentang latar

belakang dan tujuan kegiatan PKL baik umum maupun khusus serta

sistematika laporan penulisannya.

2. BAB II menjelaskan tentang gambaran umum lahan atau tempat PKL

yang terdiri dari sejarah, visi, misi, organisasi dan tata laksana.

3. BAB III memuat tentang gambaran yang lebih khusus yaitu meliputi

tahap pra analitik, analitik, pasca analitik, administrasi laboratorium,

pengendalian mutu laboratorium mengenai ketenagaan, pengendalian

mutu internal dan eksternal, K3 serta pengelolaan limbah.


6

4. BAB IV membahas mengenai permasalahan yang terjadi di

Laboratorium serta pemecahannya.

5. BAB V berisi penutup yang merupakan kesimpulan dan saran.

6. Lampiran berisi tentang gambar alat-alat laboratorium.


7

BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Berkah Pandeglang

Rumah Sakit Umum Berkah Pandeglang sudah beroperasi sejak tahun 1925.

Pada awalnya merupakan balai pengobatan bagi tenaga perkebunan pada jaman

penjajahan Belanda. Rumah Sakit Umum Berkah Pandeglang merupakan pusat

rujukan Kabupaten Pandeglang yang berupaya melaksanakan pelayanan

kesehatan yang paripuna. Sejak pada tanggal 13 Januari 1999, Rumah Sakit

Umum Berkah Pandeglang menjadi tipe C sampai dengan tahun 2017 dan saat ini

sudah menjadi tipe B. Sesuai dengan perkembangannya pada tahun 2008, bahwa

nama Rumah Sakit Umum Pandeglang berubah menjadi Rumah Sakit Umum

Daerah Berkah Kabupaten Pandeglang. Pada tanggal 1 April 2008 secara resmi

Rumah Sakit Umum Daerah Berkah Pandeglang beralih tempat dari Jl. Kesehatan

No.1 ke Jl. Raya Labuan Km.5 Cikoneng Pandeglang.

Pada tahun 2012 Rumah Sakit sudah terakreditasi 5 pelayanan dasar,

dengan harapan bisa lebih memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna

dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang lebih baik. Rumah Sakit Umum

Daerah Berkah Kabupaten Pandeglang dipimpin oleh seorang direktur.


8

Nama - nama Direktur yang pernah memimpin Rumah Sakit di antaranya

yaitu:

1. Tahun 1935 – 1949 : Dr. Goesti Hasan

2. Tahun 1949 – 1952 : Dr. Satrio

3. Tahun 1952 – 1956 : Prof. Drajat D. Prawiranegara

4. Tahun 1964 – 1972 : Dr. Rd. Otje Djuwaeni Sastradinata

5. Tahun 1972 – 1974 : Dr. Sukanti

6. Tahun 1974 – 1979 : Dr. Rachmat Sumantri

7. Tahun 1979 – 1993 : Toto Sutopo Sastrasudirdja

8. Tahun 1993 – 1997 : Dr. Hj. Farida

9. Tahun 1997 – 2002 : Dr. Gatot Supriyadi

10. Tahun 2002 – 2004 : Dr. Nina Manorosana

11. Tahun 2004 – 2007 : Drs. Iskandar, MM

12. Tahun 2007 – 2008 : Dr. Gatot Supriyadi

13. Tahun 2008 – 2010 : H. Didi Suhandi

14. Tahun 2010 – 2014 : Dr. Hj. Asmani Raneyanti MM, MHA

15. Tahun 2017 – sekarang : Dr. H. Firmansyah, M.Kes


9

B. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Berkah Pandeglang

1. Nama Rumah Sakit : RSUD Berkah Kabupaten Pandeglang

2. Status kepemilikan : Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang

3. Alamat : Jl Raya Labuan Km 5 Cikoneng Pandeglang

4. Kecamatan : Kadu Hejo

5. Kabupaten : Pandeglang

6. Propinsi : Banten

7. Jumah tempat tidur : 272 Tempat Tidur

8. Luas tanah : 84.579 M2

9. Luas Bangunan : ±13.857,56 M2

10. No.Telpon/fax : (0253) 202077/201963

Rumah Sakit Umum Daerah Berkah Kabupaten Pandeglang adalah satu–

satunya Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 41 tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah pasal 15, bahwa RSUD Berkah Pandeglang

merupakan bagian dari lembaga teknis daerah dan merupakan unsur pendukung

tugas kepala daerah.

Berdasarkan Keputusan Bupati Pandeglang dengan Nomor; 445/Kep.404-

Huk/2007, tanggal 17 Oktober 2016 tentang penetapan pola pengelolaan keuangan

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah Berkah

Pandeglang dengan harapan dapat meningkatkan mutu Pelayanan kesehatan di

wilayah kabupaten Pandeglang.

Sesuai dengan Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 34 Tahun 2014 tentang

rincian tugas, fungsi dan tata kerja lembaga teknis daerah Kabupaten Pandeglang.

Rumah Sakit Umum Berkah adalah unsur pendukung tugas Bupati dibidang
10

pelayanan kesehatan, dipimpin oleh seorang direktur yang bertanggung jawab

kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. RSUD mempunyai tugas pokok

melaksanakan pelayanan kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna

dengan upaya penyembuhan, pemulihan dan pencegahaan dan peningkatan

derajat kesehatan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dan menitikberatkan

kepada jasa pelayanan kesehatan rujukan medik spesialistik dasat serta jasa

pelayanan medik spesialistik lainnya secara paripurna, proaktif, sensitif dan

responsif membina pelayanan kesehatan rujukan Puskesmas dan sarana

kesehatan lainnya di Kabupaten Pandeglang sesuai dengan perundang–undangan

yang berlaku.

C. Visi, Misi dan Motto RSUD Berkah Pandeglang

1. Visi

“Rumah Sakit yang Santun, Menarik dan Terpercaya dalam

Pelayanan”

a. Santun artinya dalam memberikan pelayanan dilakukan dengan sentuhan

halus, sopan dan penuh kebaikan.

b. Menarik artinya menyenangkan pelanggan/pengunjung.

c. Terpercaya dalam pelayanan artinya dalam melaksanakan dan memberikan

pelayanan dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan.

2. Misi

a. Mengembangkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) agar mampu

memberikan pelayanan yang santun dan menyenangkan.

b. Mengembangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) sesuai

dengan standar Rumah Sakit.

c. Meningkatkan dan mengembangkan fasilitas pelayanan kesehatan yang


11

bermutu.

d. Meningkatkan dan mengembangkan bangunan fisik Rumah Sakit yang

representatif dan sarana prasarana serta peralatan kesehatan yang sesuai

dengan standar Rumah Sakit.

e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas obat dan perbekalan Kesehatan di

Rumah Sakit.

3. Motto RS

Bekerja dengan ramah, tulus, dan ikhlas untuk pelayanan yang berkualitas.

D. Visi dan Misi Pelayanan Laboratorium RSUD Berkah Pandeglang

1. Visi

Memberikan pelayanan pemeriksaan laboratorium klinik secara

professional dan bermutu untuk membantu diagnosa sesuai dengan visi RSUD

Berkah Pandeglang yaitu:

a. Santun artinya dalam memberikan pelayanan dilakukan dengan sentuhan

halus, sopan dan penuh kebaikan.

b. Menarik artinya menyenangkan pelanggan atau pengunjung.

c. Terpercaya dalam pelayanan artinya dalam melaksanakan dan memberikan

pelayanan dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan.

2. Misi

Menyelenggarakan pelayan diagnostik kesehatan yang bermutu dengan

jenis pemeriksaan luas disertai akurasi yang tinggi dan berupaya memenuhi

harapan pelanggan.
12

E. Struktur Organisasi RSUD Berkah Pandeglang

Gambar 1.
Struktur Organisasi RSUD Berkah Pandeglang.
13

F. truktur Organisasi Instalasi Laboratorium RSUD Berkah Pandeglang

PENANGGUNG JAWAB
Dr. RITA
RACHMAYANTI,SP.PK
NIP.19770104 2002121 2 004

KEPALA RUANGAN
IMAT WIRAHMAT,S,ST
NIP. 19790726 200312 1 005

KOORD.
KOORD.
KOORD. KOORD.
KOORD. ADMINISTRASI
KOORD.KIMIA KLINIK KOORD. KOORD.KLINIK
KOORD.KLINIK RUTIN
RUTIN &
& ADMINISTRASI
HEMATOLOGI BAKTERIOLOGI
BAKTERIOLOGI IMUNOSEROLOGI
IMUNOSEROLOGI
HEMATOLOGI
JOHARIAH,S.Sos
JOHARIAH,S.Sos
MULYANI, Amd.AK LENI TIEN RIWANTINI,
RIWANTINI, Amd.AK
Amd.AK KARYANIE
KARYANIE ROSE, Amd.AK
ROSE, Amd.AK
LENI MARLINA,
MARLINA, Amd.AK
Amd.AK TIEN NIP.19710318 2007
NIP.19710318 2007 2
2 006
006
NIP.19760114B199702 2
NIP.19760114B199702 2 NIP.197812042006042008 NIP.19740902
NIP.19740902 20050 1
20050 122
NIP.197812042006042008
007
007

STAF
STAF
ADMINISTRASI
ADMINISTRASI

HARI
HARI KOHARI
KOHARI

PELAKSANA

1. M.ILHAM, Amd.AK
2. AJAT SUDRAJAT, Amd.AK
3. INDRAWATIE, Amd. AK
4. AHMAD ANDRIAN, Amd.AK
5. NELI, Amd.AK
6. DEWI SEPTIANI, Amd. AK
7. NURCAHYA FITRI, Amd.AK
8. HANIFULLAH

Gambar 2.
Struktur Organisasi Instalasi Laboratorium
RSUD Berkah Pandeglang.
14

G. Landasan Pelayanan Laboratorium dan Kebijakan Pelayanan Laboratorium


RSUD Berkah Pandeglang

1. Landasan Pelayanan Laboratorium RSUD Berkah Pandeglang

a. Undang–Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

b. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

c. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983 / Kes / SK / IV / 1992 tentang

Pedoman Organisasi Rumah Sakit.

d. Undang–Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

e. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333 tahun 1999 tentang Standar

Pelayanan Rumah Sakit.

f. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436 / MENKES / SK / IV / 1993

Tentang Berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan

Medis di Rumah Sakit.

g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 411 / MENKES / PER / III / 2010

Tentang Laboratorium Klinik.

h. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 920 / MENKES / PER / XII / 86

Tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik.


15

i. Keputusan Menteri kesehatan nomor 298 / MENKES / SK / III / 2008 / Tentang

Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan.

2. Kebijakan Pelayanan Laboratorium RSUD Berkah Pandeglang

a. Pasien yang datang ke instalasi Laboratorium harus sudah membawa surat

pengantar permintaan pemeriksaan Laboratorium kecuali untuk pasien yang

akan melakukan pemeriksaan atas permintaan sendiri.

b. Surat pengantar permintaan pemeriksaan Laboratorium harus dilengkapi

dengan identitas pasien yang mecakup nama, umur pasien, nomor rekam

medis, dokter pengirim dan pemeriksaan yang diminta.

c. Untuk memantau kualitas pelayanan Laboratorium maka dilakukan kegiatan

supervisi pelayanan secara rutin oleh Kepala Instalasi.

d. Seluruh pelayanan Laboratorium harus berorientasi pada kepuasan

pelanggan.
16

BAB III

GAMBARAN KHUSUS

A. PRA ANALITIK

1. Administrasi Laboratorium

a. Alur pelayanan

1) Alur Pelayanan Pemeriksaan Pasien Rawat Inap

Dokter
Dokter memberikan instruksi jenis
pemeriksaan Laboratorium

Perawat

Mengantarkan formulir permintaan


pemeriksaan Laboratorium dan
spesimen pemeriksaan.

Petugas Laboratorium/Admin
Menginput jenis pemeriksaan
Laboratorium yang diminta

Petugas Laboratorium

Melakukan verifikasi identitas pasien dan


Melakukan pemeriksaan.
Untuk hasil Laboratorium dengan nilai
kritis dikonsultasikan ke dokter Spesialis
Patologi Klinik

Petugas Laboratorium mengantarkan


hasil ke ruangan

Gambar 3.
Alur pelayanan pemeriksaan pasien rawat inap.
Sumber : Arsip RSUD Berkah Pandeglang.
17

2) Alur Pelayanan Pemeriksaan dari Instalasi Rawat Jalan non BPJS

Pasien

Ke Laboratorium membawa formulir


permintaan pemeriksaan Laboratorium

Petugas Laboratorium/Admin
Menginput jenis pemeriksaan
Laboratorium yang diminta

Pasien membayar ke loket pembayaran


dan kembali ke adminitrasi Laboratorium
dengan membawa bukti pembayaran

Petugas Laboratorium
Melakukan verifikasi identitas pasien
Mengambil sampel
Melakukan pemeriksaan
Untuk hasil Laboratorium dengan nilai
kritis dikonsultasikan ke dokter Spesialis
Patologi Klinik

Petugas Laboratorium
Menginput hasil pemeriksaan

Pasien

Mengambil hasil pemeriksaan


Laboratorium

Gambar 4.
Alur Pelayanan pemeriksaan dari Instalasi Rawat jalan non BPJS
Sumber : Arsip RSUD Berkah Pandeglang.
18

3) Alur Pelayanan Pemeriksaan dari Instalasi Rawat Jalan BPJS

Pasien

Ke Laboratorium membawa formulir


permintaan pemeriksaan Laboratorium

Petugas Laboratorium/Admin
Menginput jenis pemeriksaan
Laboratorium yang diminta

Pasien menyerahkan persyaratan


meliputi : fotocopy BPJS, Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga
(KK)

Petugas Laboratorium
Melakukan verifikasi identitas pasien
Mengambil sampel
Melakukan pemeriksaan
Untuk hasil Laboratorium dengan nilai
kritis dikonsultasikan ke dokter Spesialis
Patologi Klinik

Petugas Laboratorium

Menginput hasil pemeriksaan

Pasien

Mengambil hasil pemeriksaan


Laboratorium

Gambar 5.
Alur Pelayanan pemeriksaan dari Instalasi Rawat jalan BPJS
Sumber : Arsip RSUD Berkah Pandeglang.
19

4) Alur Pelayanan Pemeriksaan dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) Non

BPJS

Dokter

Dokter memberikan instruksi jenis


pemeriksaan Laboratorium

Keluarga pasien/petugas IGD

Mengantarkan formulir permintaan


pemeriksaan Laboratorium dan sampel

Petugas Laboratorium/Admin
Menginput jenis pemeriksaan
Laboratorium yang diminta

Pasien membayar ke loket pembayaran


dan kembali ke adminitrasi Laboratorium
dengan membawa bukti pembayaran

Petugas Laboratorium
Melakukan verifikasi identitas pasien
Melakukan pemeriksaan
Untuk hasil Laboratorium dengan nilai
kritis dikonsultasikan ke dokter Spesialis
Patologi Klinik

Petugas Laboratorium mengantarkan


hasil ke IGD

Gambar 6.
Alur Pelayanan pemeriksaan dari IGD Non BPJS
Sumber : Arsip RSUD Berkah Pandeglang.
20

5) Alur Pelayanan Pemeriksaan dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) BPJS

Dokter

Dokter memberikan instruksi jenis


pemeriksaan Laboratorium
Keluarga pasien/petugas IGD

Mengantarkan formulir permintaan


pemeriksaan Laboratorium dan sampel

Petugas Laboratorium/Admin
Menginput jenis pemeriksaan
Laboratorium yang diminta

Pasien menyerahkan persyaratan


meliputi : fotocopy BPJS, Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga
(KK)

Petugas Laboratorium

Melakukan verifikasi identitas pasien


Melakukan pemeriksaan
Untuk hasil Laboratorium dengan nilai
kritis dikonsultasikan ke dokter Spesialis
Patologi Klinik

Petugas Laboratorium mengantarkan


hasil ke IGD

Gambar 5.
Alur Pelayanan pemeriksaan dari IGD BPJS
Sumber : Arsip RSUD Berkah Pandeglang.
21

b. Persiapan Formulir Pemeriksaan

1) Formulir pemeriksaan yang diterima, data-data harus dilengkapi seperti

Identitas Dokter Pengirim, Identitas Pasien, jenis pemeriksaan yang

diperiksa, diagnosa, tanggal permintaan pemeriksaan, tanda tangan

dokter pengirim, nomor medical record.

2) Pada wadah spesimen di beri label yang bertuliskan identitas pasien

(nama, nomor Laboratorium, asal ruangan).

2. Persiapan alat

Gunakan wadah spesimen yang bersih, bermulut lebar dan terbuat dari gelas

atau plastik yang sesuai jenis pemeriksaan. Sesuaikan wadah dengan volume

spesimen. Untuk pemeriksaan mikrobiologi menggunakan pot steril.

3. Persiapan Pengambilan Spesimen

a. Pencegahan terhadap terkontaminasinya spesimen dengan mikroorganisme

yang berada di luar.

b. Pemeriksaan Tuberculosis (TBC), sputum pagi diambil pada pagi hari

setelah pasien bangun tidur, kemudian sputum sewaktu diambil 2 jam

setelah pengambilan sputum pagi.

c. Volume spesimen harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan di laboratorium.

4. Persiapan Pasien dan Kriteria Pasien

a. Pemeriksaan Profil Lipid (Kolesterol, Trigliserida, HDL & LDL Kolesterol),

pasien harus berpuasa selama 10-12 jam dan hanya diperbolehkan minum

air mineral saja.

b. Pemeriksaan Glukosa Puasa, pasien harus berpuasa selama 8-10 jam dan

hanya diperbolehkan minum air mineral saja.


22

c. Apabila persyaratan diatas telah terpenuhi, pemeriksaan dapat dilanjutkan.

Jika belum, maka pemeriksaan dilakukan keesokan harinya dengan

melakukan persyaratan di atas.

5. Pengambilan spesimen

a. Lakukan pengambilan spesimen sesuai dengan persyaratan yang benar

sesuai dengan jenis pemeriksaan.

b. Baca formulir permintaan pemeriksaan untuk mengetahui macam

pemeriksaan yang diminta.

1) Persiapkan peralatan dan zat-zat tambahan yang diperlukan

(antikoagulan, pengawet, media dan sebagainya).

a) Tanpa antikoagulan warna merah dengan clot activator

b) Tabung dengan antikoagulan :

1)) Kode warna ungu dengan EDTA.

2)) Kode warna biru dengan Natrium Sitrat.

3)) Kode warna hitam dengan Natrium Sitrat.

2) Melakukan pengambilan spesimen dengan memperhatikan teknik-teknik

yang baik untuk memperoleh spesimen yang memenuhi syarat.

3) Melakukan prosedur desinfeksi yang benar sesuai dengan prosedur.

4) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pengambilan

spesimen.

5) Pengambilan spesimen dilakukan pada fase penyakit yang tepat.

6) Memastikan bahwa volume spesimen cukup untuk melakukan

pemeriksaan.

7) Wadah spesimen harus bersih dan sesuai, kecuali untuk pemeriksaan

kultur, wadah spesimen harus steril.


23

8) Menutup wadah dengan rapat agar spesimen tidak bocor selama

pengiriman.

9) Mencantumkan label berisi data pasien (Nama dan nomor rekam medis)

dan tanggal pada wadah dengan lengkap dan tepat sesuai dengan

permintaan.

c. Prosedur pengambilan darah vena

1) Cara kerja :

a) Persiapan sebelum pengambilan darah

1)) Menyapa pasien yang datang ke Laboratorium (selamat pagi, siang

atau malam).

2)) Mempersilahkan pasien untuk duduk.

3)) Memverifikasi identitas pasien (nama lengkap dan tanggal

lahir).

4)) Menanyakan persiapan yang telah dilakukan pasien (puasa dan

lain-lain).

5)) Menginformasikan jumlah spesimen yang akan diambil untuk

pemeriksaan kepada pasien.

6)) Standarisasi posisi pasien (duduk atau berbaring).

7)) Phlebotomis mencuci tangan.

8)) Mempersiapkan syringe dan tabung penampung yang berisi

antikoagulan yang sesuai dan telah diberi label, torniquet, alkohol

swab.
24

b) Proses pengambilan darah vena

1)) Memilih daerah yang akan difungsi : pengambilan darah vena

(vena cepalic, vena mediana cubiti dan vena basilica).

2)) Melakukan palpasi didaerah yang akan ditusuk.

3)) Bersihkan dengan alkohol 70% secara sirkuler dari central

keluar dan biarkan kering.

4)) Memasang torniquet sehingga terjadi bendungan vena.

Pemasangan bendungan tidak boleh >1 menit.

5)) Menggunakan syringe yang sesuai dengan jenis dan jumlah

spesimen.

6)) Tusuk vena sejajar dengan arah alirannya, lubang jarum

menghadap keatas.

7)) Sesaat setelah darah keluar pada indikator, lepaskan

bendungan dan letakkan kasa kering diatas daerah fungsi.

8)) Tarik jarum keluar dan tekan daerah fungsi, tinggikan posisi

lengan.

9)) Memberi plaster yang sesuai dengan bahan.

10)) Pengambilan darah tidak boleh dilakukan pada jalur infus.

d. Prosedur Pengambilan Darah Kapiler

1) Cara kerja :

a) Jari tangan yang akan ditusuk dibersihkan (jari tengah atau jari

manis) dengan swab alkohol dan dibiarkan kering.

b) Daerah yang akan ditusuk lakukan penekanan sedikit supaya rasa

nyeri berkurang.

c) Lalu ditusuk bagian pinggir dengan lancet steril.


25

d) Setelah pengambilan darah kapiler selesai, tekan bekas tusukan

dengan swab alkohol agar pendarahan berhenti.

e) Bekas tusukan ditutup dengan plester.

e. Pengambilan Urin Lengkap

1) Kepada pasien diberikan wadah tempat urin yang telah diberi label etiket

yang berisikan data pasien.

2) Berikan kepada pasien tentang cara pengambilan spesimen :

a) Buka wadah spesimen.

b) Pasien berkemih, buang kurang lebih 10-30 ml urin yang

keluar pertama.

c) Tampung urin berikutnya dengan wadah spesimen

sebanyak 20-30 ml.

d) Sisa urin selanjutnya tidak di tampung.

e) Tutup wadah spesimen penampung.

3) Kirim spesimen segera ke Laboratorium.

f. Pengambilan Feses

1) Kepada pasien diberikan wadah spesimen yang telah diberi label etiket

yang berisikan data pasien.

2) Beri penjelasan pada pasien tentang cara pengambilan spesimen

a) Feses ditampung dan di masukan ke dalam wadah spesimen yang

telah di siapkan.

b) Feses yang ditampung tidak boleh dari popok.

c) Tutup wadah spesimen penampung.

3) Kirim spesimen segera ke Laboratorium.


26

g. Pengambilan Sputum

1) Kepada pasien diberikan wadah spesimen yang telah diberi label etiket

yang diberikan data pasien.

2) Berikan penjelasan kepada pasien tentang cara pengambilan spesimen :

a) Perintahkan pasien untuk berkumur dengan air hangat.

b) Buka wadah spesimen dan letakan tutup dengan bagian dalam

menghadap ke atas.

c) Perintahkan pasien untuk membatukkan sputum dan tampung dengan

wadah spesimen.

d) Tutup wadah spesimen.

3) Kirim spesimen ke Laboratorium.

6. Pengiriman Spesimen

a. Pengiriman Spesimen dari Ruangan rawat inap

Pengiriman spesimen dari ruangan rawat inap ke Laboratorium dilakukan

sesegera mungkin setelah proses pengambilan spesimen yang dilakukan

oleh perawat ruangan.

b. Pengiriman Spesimen dari (Instalasi Gawat Darurat) IGD

Pengiriman spesimen dari (instalasi gawat darurat) IGD ke laboratorium

dilakukan sesegera mungkin setelah proses pengambilan spesimen yang

dilakukan oleh perawat.

7. Penerimaan Spesimen

a. Penerimaan spesimen dari Ruangan Rawat Inap

1) Petugas yang menerima spesimen pemeriksaan memeriksa kesesuaian

antara spesimen yang diterima dengan formulir pemeriksaan.

2) Spesimen yang tidak memenuhi syarat, hendaknya ditolak.


27

b. Penerimaan spesimen dari Instalasi Gawat Darurat (IGD)

1) Petugas yang menerima spesimen pemeriksaan memeriksa kesesuaian

antara spesimen yang diterima dengan formulir pemeriksaan.

2) Spesimen yang tidak memenuhi syarat, hendaknya ditolak.

8. penanganan spesimen

a. Pengiriman Spesimen

Pengiriman spesimen ke laboratorium dilakukan sesegera mungkin

setelah proses pengambilan specimen.

b. Penerimaan spesimen

1) Petugas yang menerima spesimen pemeriksaan memeriksa kesukaan

antara spesimen yang diterima dengan formulir pemeriksaan.

2) Catat kondisi spesimen yang diterima.

3) Spesimen yang tidak memenuhi syarat, hendaknya ditolak.


28

B. Analitik

1. Hematologi

a. Darah Lengkap

Pemeriksaan hematologi mempunyai dua alat diantaranya SYSMEX XS

500i dan CELL DYN RUBY. Penggunaan CELL DYN RUBY hanya

digunakan untuk konfirmasi hasil SYSMEX Xs 500i ketika hasil kritis/hasil

tidak terbaca.

1) Pemeriksaan Hematologi dengan alat SYSMEX XS 500i

a) Metode :

1)) Lekosit dan Hitung jenis Lekosit (Flouresensi flow cytometry).

2)) Eritrosit dan Trombosit (Impedance).

3)) Hemoglobin (method SLS).

4)) Hematokrit (Cumulative Pulse Height Detection).

b) Prinsip :

1)) Lekosit dan Hitung jenis Lekosit1 (Flouresensi flow cytometry) :

Setiap sel yang melewati berkas sinar laser akan menyebabkan sinar

laser terpancar (scattered) ke dua arah, yaitu forward scatter (FSC)

yang pararel dengan arah sinar dan side scatter (SSC) yang arahnya

tegak lurus pada sinar laser.

2)) Eritrosit dan Trombosit (Impedance) :

Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang

mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau sampel

yang dilewati.
29

3)) Hemoglobin (method SLS) :

Kelompok hidrofilik sodium lauryl sulfat bertindak berdasarkan globin.

Perubahan globin terjadi karena perubahan Fe2+ dalam hemoglobin

teroksidasi menjadi Fe3+ sodium lauryl sulfat berikatan dengan Fe3+

membentuk suatu produk stabil yang dianalisis dengan fotometer.

4)) Hematokrit (Cumulative Pulse Height Detection) :

Metode deteksi berdasarkan tinggi pulsa eritrosit, merupakan rasio sel

darah merah terhadap volume total darah. Kadar hematokrit didapat

perbandingan antara volume darah keseluruhan dinyatakan dalam

persen.

c) Alat dan Bahan :

1)) Hematology analyzer XS 500i.

2)) Reagen XS-500i : Stromalyser -4DL, Sulfolyser, Cellclean,

Stromatolyser -4DS,Cellpack.

3)) Darah EDTA.

4)) Tabung EDTA.

5)) Kontrol alat sysmex XS 500i (Level Low, Level Normal, Level High).

d) Cara Kerja :

a) Menyalakan alat sysmex XS 500i :

1)) Cek kecukupan reagent.

2)) Cek kertas printer yang tersedia.

3)) Pastikan kabel dan selang terpasang dengan benar, pastikan selang

tidak terhimpit.

4)) Cek penampungan limbah pastikan dalam kondisi kosong, jika

penuh buang terlebih dahulu limbahnya.


30

5)) Nyalakan secara berurutan printer, komputer, instrument tunggu

sampai muncul dimonitor kotak dialog untuk Log in ke program

sysmex, kemudian baru nyalakan main unit Sysmex XS 500i.

6)) Tunggu beberapa saat, alat akan melakukan “Star Up” dan

“Background check” untuk memastikan kesiapan alat.

7)) Setelah alat dalam kondisi siap ditandai dengan tanda ready pada

alat menyala hijau, lakukan kontrol dengan bahan kontrol yang

sesuai yaitu E-Check di menu QC sesuai dengan level masing–

masing kontrol.

b) Quality Control

1)) Cek lampu ready pada alat menyala hijau, jika tidak kemungkinan

ada suatu error.

2)) Kemudian pilih mode “Manual”.

3)) Klik “QC”, lalu akan muncul tampilan QC.

4)) Pilih QC file yang akan dijalankan (Low, Normal, High) dan klik“OK”.

5)) Homogenisasi Control E-check lalu tempatkan pada aspiration port

dan tekan START.

6)) Maka akan muncul tampilan hasil analisa QC.

c) Melakukan pemeriksaaan darah dengan alat sysmex XS 500i

1)) Setelah alat Sysmex XS-500i dinyalakan dan dalam kondisi “Ready”

ditandai dengan lampu ready pada alat menyala hijau, tekan “Manual

Menu” dimonitor. pilih “No” pada Manual mode kemudian masukkan

data pasien yang meliputi Nomor Laboratorium, Nama Pasien, Jenis

kelamin.
31

2)) Kemudian pilih “CBC” untuk pemeriksaan tanpa hitung jenis lekosit

atau “CBC+DIFF” untuk pemeriksaan dengan hitung jenis leukosit,

kemudian tekan “OK”.

3)) Untuk spesimen dengan data yang sudah di masukkan di alat

dilakukan homogenisasi dengan cara melakukan pengocokan

menggunakan tangan dengan cara memutar membentuk angka “8”

sebanyak 5-10 kali.

4)) Kemudian letakkan spesimen di ujung jarum penghisap dan

kemudian tekan tombol dibelakang jarum tersebut, spesimen akan

terhisap secara otomatis di tandai dengan lampu berwarna hijau

yang berkedap kedip.

5)) Setelah terdengar bunyi “Beep” sebagai tanda bahwa spesimen

sudah siap dihisap, kemudian lepaskan spesimen dari ujung jarum

penghisap.

6)) Tunggu ± 1 menit maka hasil akan keluar pada komputer untuk

diinput data.

2) Pemeriksaan Hematologi dengan alat CELL DYN RUBY

a) Metode : Flow Cytometry Spectrophotometry

b) Prinsip :

1)) Flow Cytometry Method Using Semiconductor Laser

Cytometry digunakan untuk physiological analisis dan

karakteristik kimia dari sel dan partikel biologi yang lain. Flow

Cytometry digunakan untuk analisa sel dan partikel yang melewati

filter yang sangat kecil. Sampel darah dihisap, diukur, diencerkan

pada pengenceran tertentu dan diwarnai. Kemudian sample dialirkan


32

ke dalam flow cell. Sheath flow ini umtuk meningkatkan acurasi

perhitungan sel. Setelah partikel darah melewati pusat dari flow cell

golongan dari darah abnormal dicegah dan kontaminasi flow cell akan

dikurangi. Sebuah semi konduktor laser beam akan memancarkan

kedalam sel darah yang akan melewati flow cell. Pancaran sinar balik

ini akan diterima oleh photodiode, sisi pancaran sinar dan sisi

fluorescent sinar akan diterima oleh tabung photo multiplier. Sinar ini

dikonversikan ke dalam getaran elektrik kemudian memungkinkan

untuk mendapatkan informasi sel darah.

2)) Spectrophotometry-Hemoglobin Method

Spectrophotometry-hemoglobin metode adalah metode

pengukuran hemoglobin dengan menggunakan Light-Emitting Diode

(LED). Sample yang telah ditambahkan HGB Lyse dimasukkan ke

dalam HGB mixing chamber yang nantinya akan diukur dengan Light-

Emitting Diode (LED). Seperti pada metode cyanhemoglobin, metode

Spectrophotometry-hemoglobin juga sama akurat pada pengukuran

darah, yang berisi methhemoglobin sebagai control darah. Dalam

metode Spectrophotometry-hemoglobin HGB Lyse melisiskan sel

darah merah yang membuat hemoglobin. Kelompok globin dari

molekul hemoglobin akan berubah menjadi kelompok hydrophilic alkyl

dari Sodium Lauryl Sulfate. Perubahan ini mengkonversi hemoglobin

dari ferrous (Fe+2) menjadi ferric (Fe+3) membentuk

methhemoglobin, dengan gabungan Sodium Lauryl Sulfate.


33

c) Alat dan Bahan :

1)) Hematology analyzer Cell DYN Ruby.

2)) Reagen Cell DYN Ruby : WBC LYSE, CN-FREE HGB / NON

LYSE,

DILUENT/SHEAT.

3)) Darah EDTA.

4)) Tabung EDTA.

5)) Kontrol alat Cell DYN Ruby (Level Low, Level Normal, Level High).

d) Cara Kerja :

1)) Nyalakan alat (Jika status alat unitialized, tekan F12 sampai

initialized.

2)) Tunggu hingga status alat initialized.

3)) Tekan F12 untuk run/prime.

4)) Tunggu hungga status alat ready dan nilai background masuk

kriteria

WOC ≤ 0.10

NOC ≤ 0.10

RBC ≤ 0.02

HGB ≤ 0.10

PLT ≤ 5.0

5)) Sign on operator dengan ID.

6)) Status alat ready, tekan F11 - Select Open.

7)) Dari next open tube entry (NOTE) cari QCID files yang akan di

run.

8)) Letakkan kontrol yang telah di homogenisasi di bawah probe.


34

9)) Tekan touch plate.

10)) Lihat hasil, bandingkan dengan range.

e) Quality Control

1)) Cek lampu ready pada alat menyala hijau, jika tidak

kemungkinan ada suatu error.

2)) Kemudian pilih mode “Manual”.

3)) Klik “QC”, lalu akan muncul tampilan QC.

4)) Pilih QC file yang akan dijalankan (Low, Normal, High) dan klik

“OK”.

5)) Homogenisasi Control E-check lalu tempatkan pada aspiration

port dan tekan START.

6)) Maka akan muncul tampilan hasil analisa QC.

f) OPEN MODE dengan alat CELL DYN Ruby

1)) Status alat ready, tekan F11 untuk memilih open mode.

2)) Masukkan ID sample ke kolom Spec ID QCID.

3)) Pilih test yang akan di run pada menu : patient.

4)) Isi data pasien dengan cara tekan tombol More Spec Info.

5)) Letakkan sample pasien yang telah dihomogenisasi dibawah

probe.

6)) Tekan touch plate.

7)) Hasil dapat dilihat pada datalog dan terdisplay di layar Run.

8)) Hasil dapat juga dicetak secara otomatis.

g) CLOSED MODE alat CELL DYN Ruby

1)) Status alat ready, tekan F11 untuk memilih Closed mode.

2)) Tekan F12 – Start Loader.


35

3)) Hasil dapat dilihat pada data.

4)) alog dan terdisplay dilayar Run.

5)) Hasil dapat juga dicetak.

Table 1.
Nilai Normal Pemeriksaan Hematologi.

NILAI NORMAL
JENIS
PEMERIKSAAN

Dewasa Anak – Anak Bayi


Hemoglobin P : 11,7-16,2 P : 10,7-14,7 g/dl P : 15,2-23,6 g/dl
g/dl L : 10,7-13,1 g/dl L : 12,7-18.7 g/dl
L : 12,1-17,6
g/dl
Hematokrit P : 35-47% P: 31-43% P : 44-72%
L : 40-52% L: 33-45 % L : 42-62%
Eritrosit P : 4,2- P : 4,2-5,4 juta/µL P : 4,7-6,1 juta/µL
5,4juta/µL L : 4,7-6,1 juta/µL L : 5,5-7,2 juta/ µL
L : 4,7-6,1
juta/µL
Leukosit 4.500- 5.000-13.500/µL 13.000-38.000/µL
11.300/µL
Trombosit 150.000- 150.000- 150.000–
450.000/µL 450.000/µL 450.000/µL
MCV 70-96 Fl 72–88 Fl 98 – 122 fL

MCH 23-31 pg 24-30 pg 31-37 pg

MCHC 30-36 g/dL 32-36 g/dL 31–35 g/dL

Basofil 0-1% : 0-1% : 0-1%

Eosinofil 1-3% 1-3% 1-3%

Netrofil batang 2-6% 2-6% 2-6%

Netrofil segmen 50-70% 50-70% 50-70%

Limfosit 20-40% 20-40% 20-40%


36

h. Pembuatan Morfologi Darah Tepi

1) Metode : Mikroskopis

2) Prinsip : Setelah hapusan darah diwarnai, dihitung persentase jenis-jenis

leukosit yang ada didalam sediaan apusan darah tersebut.

3) Alat dan Bahan :

a) Sampel darah dalam tabung antikoagulan K3EDTA.

b) Kaca objek.

c) Kaca penutup.

d) Methanol.

e) Reagen Giemsa.

4) Cara kerja :

a) Bahan berupa darah EDTA dalam tabung K3EDTA bertutup ungu

dengan volume 3 ml yang tidak lebih dari 2 jam setelah dilakukan

sampling.

b) Disiapkan kaca objek yang kering, bersih dan bebas lemak serta kaca

penggeser dengan sisi pendek yang rata.

c) Diletakkan satu tetes darah kira-kira 2-3 mm dari ujung kaca objek.

Diletakkan kaca penggeser di depan tetesan, dengan sudut 30-45 0

terhadap kaca objek.

d) Ditarik kaca penggeser ke belakang hingga menyentuh tetesan dan

tunggu sampai darah menyebar pada sudut tersebut.

e) Didorong kaca penggeser sampai terbentuk hapusan sepanjang 3-4 cm

pada kaca objek. Hapusan tidak boleh terlalu tebal atau terlalu tipis.
37

Makin besar sudut atau makin cepat menggeser makin tipis hapusan

yang dihasikan.

f) Dibiarkan hapusan mengering. Tuliskan identitas nama pasien dan

nomor rekam medis pada bagian tebal hapusan menggunakan pensil.

g) Difiksasi menggunakan methanol dengan cara meneteskan methanol

sampai menutupi seluruh bagian hapusan darah, tunggu hingga

mengering.

h) Diteteskan giemsa sampai menutupi seluruh permukaan hapusan darah

dan biarkan selama 10-15 menit, cuci dengan air mengalir setelah itu

biarkan kering.

i) Diperiksa dengan menggunakan mikroskop pada lensa objektif 10x100

kemudian dihitung presentase jenis-jenis Leukosit.

5) Interprestasi hasil : -

6) Nilai normal :

a) Basofil : 0-1%

b) Eosinofil :1-3%

c) Netrofil batang : 2-6%

d) Netrofil segmen : 50-70%

e) Limfosit : 20-40%

f) Monosit : 2-8%

i. Pemeriksaan Laju Endap Darah

1) Metode : Infrared Optical Coupuler.

2) Prinsip : Menghitung tinggi awal darah pada range tertentu dan

persentase sedimentasi. Cahaya infrared melewati tabung Erythrocyte


38

Sedimentation Rate (ESR) kemudian untuk menghitung jarak ke bagian

bawah.

3) Alat dan bahan :

a) Sampel darah Sodium Sitrat 3.8%.

b) Alat Caretium XC-A30.

4) Cara kerja :

a) Persiapan sampel.

1)) Membutuhkan 1.28 ml untuk setiap sampel.

2)) Darah bisa langsung disuntikkan ke dalam tabung LED yang berisi

0.38 ml antikoagulan.

3)) Perlahan-lahan membalikkan tabung untuk setidaknya 5 kali untuk

mencampur antikoagulan dan seluruh darah sepenuhnya.

Catatan: gelembung udara harus dikeluarkan dari sampel darah.

b) Melakukan pemeriksaaan

1)) Hidupkan daya, instrumen berjalan secara otomatis.

2)) Tekan "Service", masuk ke menu layanan, kemudian tekan

"Setting", masuk ke menu pengaturan.

3)) Tekan "Time", masuk ke dalam pengaturan waktu menu, mengatur

waktu dengan baik.

4)) Tekan "Mengukur waktu", layar akan menampilkan "30 menit" atau

"60 menit". Biasanya "30 menit" disarankan.

5)) Tekan "Temp. Kal", layar akan menampilkan "Ya" atau "Tidak".

Pilih "Ya" untuk kompensasi suhu.


39

6)) Tekan "Printer", layar akan menampilkan "Ya" atau "Tidak". Pilih

"Ya" untuk mencetak hasilnya secara otomatis.

7)) Tekan "exit" untuk kembali ke menu utama.

8)) Tekan "Jumlah" di menu utama, input sesuai Nomor Lubang dan

Nomor sampel yang akan diuji.

9)) Setelah pemanasan selama 15 menit, masukkan tabung sampel ke

dalam lubang sesuai dan mulai pengujian. Hasilnya akan dicetak

secara otomatis setelah selesai tes.

10)) Setelah semua tes selesai, matikan instrumen.

5) Nilai normal

a) Wanita : 0-20 mm/jam

b) Pria : 0-15 mm/jam

j. Pemeriksaan Masa Pembekuan Darah

1) Metode : Lee and White.

2) Prinsip : Menguji faktor – faktor pembekuan darah dengan cara

menentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku.

3) Alat dan Bahan :

a) Sampel darah tanpa antikoagulan

b) Rak tabung

c) Stopwatch

d) Spuit

e) Tabung reaksi

4) Cara kerja :

a) Sediakan 4 tabung berdiameter 7-8 mm dan letakkan di dalam rak

tabung.
40

b) Dilakukan pungsi vena dengan semprit 5 ml, pada saat darah kelihatan

masuk kedalam spuit jalankan stopwatch. Isaplah 5 ml darah.

c) Diangkat jarum dari spuit dan alirkan perlahan-lahan 1 ml darah ke

dalam tiap tabung yang dimiringkan pada waktu diisi dengan darah.

d) Ditiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak tabung dan miringkan

untuk melihat apakah telah terjadi pembekuan. Dalam tindakan itu

jagalah jangan sampai tabung lain ikut tergoyang.

e) Setelah darah dalam tabung pertama itu beku, periksalah tabung ke

dua tiap 30 detik juga terhadap adanya pembekuan. Catatlah waktu

bekunya.

f) Tindakan sama di lakukan berturut-turut dengan tabung ke tiga dan ke

empat. Catatlah waktu bekunya.

g) Masa pembekuan itu ialah masa pembekuan rata-rata dari tabung ke

2,3 dan 4 masa pembekuan itu di laporkan dengan dibulatkan sampai

½ menit.

5) Interpretasi hasil : Terbentuknya bekuan yang terbentuk dari benang

fibrin.

6) Nilai normal : 9-15 menit.

k. Pemeriksaan Masa Pendarahan

1) Metode : Duke

2) Prinsip : Menguji sistem vaskuler (kapiler) dengan cara membuat

perdarahan pada jaringan yang masih original.

3) Alat dan Bahan :

a) Kapas alkohol 70%.

b) Kertas saring.
41

c) Lancet.

d) Stopwatch.

4) Cara kerja :

a) Bersihkan cuping telinga dengan alkohol 70% dan biarkan kering lagi.

b) Ditusuk cuping telinga tersebut dengan lancet sedalam 2 mm.

c) Jika terlihat darah mulai keluar jalankanlah stopwatch.

d) Dihapus tetes darah tiap 30 detik memakai sepotong kertas saring,

jagalah jangan sampai menekan kulit pada waktu mengisap darah.

e) Hentikan stopwach pada waktu darah tidak bisa dihisap lagi dan

catatlah waktu itu. Menekan kulit pada waktu menghisap darah.

5) Interpretasi hasil : Waktu ditentukan berdasarkan banyaknya tetesan

darah pada kertas saring.

6) Nilai normal : 1-3 menit.

l. Pemeriksaan Hemostasis

1) Metode : Deteksi optik

2) Prinsip : Intensitas cahaya yang terpencar segera setelah reagen

ditambahkan ke dalam sampel didefinisikan sebagai 0%. Setelah sampel

menjadi keruh dan penuh, maka koagulasi selesai. Intensitas cahaya

tersebar didefinisikan sebagai 100%. Lamanya koagulasi ditentukan

dengan mengambil nilai satu titik yang menunjukkan clotting time pada

kurva koagulasi. Dengan metode ini memungkinkan penentuan clotting

time dapat dilakukan pada sampel dengan intensitas per pencaran sinar

yang rendah. Oleh karena itu, instrument dapat secara efektik digunakan

untuk low fibrinogen pada sampel yang memiliki perubahan nyaris tak
42

terlihat pada intensitas sinar yang terpencar atau waktu pembekuan

sampel plasma yang perlahan, maka yang terjadi perpanjangan waktu

pembekuan.

3) Alat dan bahan :

a) Alat sysmex Ca-600.

b) Reagen PT : Inovin.

c) Reagen APTT : Pathrombin SL dan CaCl.

d) Darah dengan antikoagulan plasma sitrat.

e) Cell Clean.

4) Cara Kerja :

a) Cara Menghidupkan alat Sysmex Ca 600

1)) UPS dipastikan hidup dan bekerja dengan baik.

2)) Alat Sysmex Ca 600 dinyalakan dengan menekan tombol ON yang

terdapat di bagian belakang alat.

3)) Ditunggu hingga muncul tanda Start maka alat siap untuk

digunakan. Namun bila tanda Start tidak muncul maka dapat ditekan

C9-0.

4)) Kemudian dilakukan kontrol pada alat sesuai dengan parameter

pemeriksaan yang ada dan alat dikondisikan pada keadaan siap

digunakan untuk melakukan pemeriksaan.

5)) Alat boleh dipergunakan apabila nilai kontrol masuk. Apabila kontrol

tidak masuk, pengerjaan kontrol harus diulang sampai nilainya

masuk. Apabila tetap tidak masuk maka berarti alat perlu dikalibrasi.

b) Cara melakukan pemeriksaan APTT


43

1)) Diinput data pasien dengan cara tekan “ID entry” ketik sesuai no

Laboratorium pasien pada kolom identitas sampel pada monitor

alat, kemudian dicentang jenis pemeriksaan yang dipilih (APTT)

dan ditekan enter setiap selesai memasukkan identitas sampel dan

jenis pemeriksaan.

2)) Ditekan tombol Start untuk memulai pemeriksaan.

3)) Ditunggu beberapa menit hingga pemeriksaan selesai dan hasil

pemeriksaan akan keluar berupa print out pada alat.

5) Nilai normal :

a. PT : 8.3 -11.4 detik.

b. APTT : 29 – 40.2 detik.

m. Immunoserologi

a. Golongan Darah A, B, O, Dan Rhesus

1) Metode : Forward Grouping

2) Prinsip :

a) Forward Grouping :

Reaksi aglutinasi sel darah merah dengan Anti-A, Anti-B, dan Anti-AB

yang ada didalam reagen (sel darah merah mengandung antigen).

b) Rhesus :

Reaksi aglutinasi sel merah yang mengandung antigen-D dengan anti-

D yang ada didalam reagen.

3) Alat dan bahan :

a) Reagen Anti-A, Anti-B, Anti-AB, dan Anti-D.

b) Spesimen darah perifer, darah dengan antikoagulan.

c) Batang pengaduk.
44

d) Slide golongan darah.

e) Pipet tetes.

4) Cara kerja :

a) Diteteskan 1 tetes darah pada masing-masing lingkaran yang terdapat

pada slide golongan darah.

b) Ditambahkan 1 tetes Anti-A, Anti-B, Anti-AB, dan Anti-D pada masing-

masing lingkaran slide golongan darah.

c) Dihomogenkan menggunakan batang pengaduk hingga homogen.

d) Diperhatikan terjadinya aglutinasi.

5) Interpretasi Hasil :

Tabel 2
Interpretasi Hasil Golongan Darah

Sel Grouping
Anti A Anti B Anti AB Anti D Golongan Darah
+ - + + A/+
- + + + B/+
- - - + O/+
+ + + + AB/+

Keterangan :

(+) : Terbentuk aglutinasi.

(-) : Tidak terbentuk aglutinasi.

b. Pemeriksaan Widal

1) Metode : Aglutinasi

2) Prinsip : Terjadi reaksi aglutinasi antara antigen Salmonella dengan

antibody spesifik yang terdapat dalam serum penderita demam thypoid

dan parathypoid.

3) Alat dan bahan :

a) Serum atau plasma


45

b) Antigen Salmonella thypi H dan O.

c) Antigen Salmonella parathypi A: O dan H.

d) Antigen Salmonella parathypi B: O dan H.

e) Antigen Salmonella parathypi C: O dan H.

f) Batang pengaduk.

g) Circle di slide dengan latar belakang berwarna putih.

h) Rotator.

4) Cara kerja :

a) Diletakkan masing-masing 20 µl serum atau plasma pada circle di

slide nomor 1 sampai dengan nomor 8.

b) Ditambahkan masing-masing 1 tetes suspensi antigen yang

sebelumnya telah dikocok terlebih dahulu di samping tetesan serum,

kemudian aduk dengan batang pengaduk.

c) Slide digoyangkan diatas rotator selama 2 menit.

d) Reaksi positif bila terjadi aglutinasi.

5) Interpretasi hasil :

Tabel 3
Interpretasi hasil Widal

Pengenceran Titer
20 ul 1:80
10 ul 1:160
5 ul 1:320

6) Nilai normal : -/negatif.


46

c. Anti-HIV 1/2 Check Device

1) Metode : Immunokromatografi Test (ICT).

2) Prinsip : Spesimen akan bereaksi dengan partikel emas koloid yang telah

di labeli dengan antigen spesifik HIV 1/2 dilabeli pada garis tes. Jika

terdeteksi antibodi HIV 1/2 maka akan timbul garis berwarna ungu pada

daerah tes.

3) Alat dan Bahan :

a) Sampel plasma, serum, dan Whole Blood.

b) Reagen rapid test Anti-HIV 1/2 Check Device.

c) Pipet.

d) Diluent.

4) Cara Kerja :

a) Dibuka kemasan reagen dan letakkan pada temperatur ruangan dan

beri identitas pasien.

b) Untuk spesimen Serum/Plasma :

Dengan menggunakan pipet disposable yang disediakan, masukkan 3

tetes serum/plasma ke lubang sampel (S) dan jalankan timer.

c) Untuk spesimen darah :

1)) Dengan menggunakan pipet disposable yang disediakan,

dimasukkan 3 tetes darah kedalam lubang sampel (S).

2)) Kemudian tambahkan 1 tetes buffer dan jalankan timer.

d) Baca hasil dalam 30-60 menit. Jangan membaca melebihi 60 menit.


47

5) Interpretasi Hasil :

Gambar 8.
Interpretasi hasil Anti HIV.
Sumber : Insert kit Anti HIV.

6) Nilai normal : -/negatif

d. Dengue IgG/IgM

1) Metode : Immunokromatografi Test (ICT).

2) Prinsip : Mouse anti-human IgM dan antibodi IgM manusia bereksi pada

membrane selulose. Spesimen mengalir melalui membran tes, colloidal

gold conjugated akan bereaksi dengan antibodi spesifik (IgG/IgM) virus

dengue dan membentuk garis ungu jika terdeteksi virus dengue.

3) Alat dan Bahan :

a) Mikropipet.

b) Tip kuning.

c) Serum atau plasma.

d) Diluent buffer.

4) Cara Kerja :

a) Semua komponen kit dan spesimen diletakkan ke dalam suhu ruang

sebelum digunakan.

b) Kaset tes dikeluarkan dari kemasan, letakkan dalam permukaan datar

dan kering.

c) Diberi label identitas pasien.


48

d) Ditambahkan 5 µl serum atau plasma ke dalam well spesimen yang

bertuliskan “S”.

e) Ditambahkan 4 tetes buffer/diluent ke dalam well spesimen.

f) Dibaca hasil dalam waktu 15-20 menit, jangan membaca hasil lebih

dari 20 menit. Hal ini dapat menyebabkan hasil positif palsu.

5) Interpretasi Hasil :

Gambar 9.
Interpretasi hasil Dengue IgG/IgM.
Sumber : Insert kit Dengue IgG/IgM.

6) Nilai normal : -/negatif

e. HbsAg

1) Metode : Immunokromatografi Test (ICT).

2) Prinsip : Pengujian berdasarkan metode kromatografi yang mengandung

membran filter dilapisi dengan anti Hbs dan colored gold colloida dilapisi

dengan anti Hbs. Pada garis uji (T) akan terbentuk garis warna ungu jika

terdeteksi HbsAg pada spesimen.

3) Alat dan bahan :

a) Test device HbsAg

b) Pipet tetes.
49

c) Bahan pemeriksaan : Whole blood, Serum dan Plasma.

4) Cara kerja :

a) Semua komponen kit dan sampel diletakkan ke dalam suhu ruang

sebelum digunakan.

b) Buka pembungkus test device, dan segera digunakan setelah dibuka.

c) Diberi label identitas pasien yang akan diperiksa.

d) Dimasukkan 3 tetes sampel whole blood, serum dan plasma ke dalam

sumur sampel yang terdapat pada kaset.

e) Dibaca hasil setelah 15 menit.

f) Tidak boleh lebih dari 20 menit. Hal ini dapat menyebabkan hasil yang

in valid.

5) Interpretasi Hasil :

Gambar 10.
Interpretasi hasil HbsAg.
Sumber : Insert kit HbsAg.

6) Nilai normal : -/negatif.

f. HAV IgG/IgM

1) Metode : Immunokromatografi Test (ICT).

2) Prinsip : Tes strip mengandung membran filter yang dilapisi dengan

antigen rekombinan HAV murni yang digunakan untuk mengidentifikasi


50

anti HAV secara spesifik dengan sensitivitas yang tinggi. Pada garis tes

(T) akan muncul garis berwarna ungu jika terdeteksi anti HAV.

3) Alat dan bahan :

a) Sampel serum atau plasma.

b) Reagen rapid test Anti-HAV.

c) Pipet.

4) Cara kerja :

a) Semua komponen kit dan sampel diletakkan ke dalam suhu ruang

sebelum digunakan.

b) Kaset tes dikeluarkan dari kemasan, letakkan dalam permukaan datar

dan kering.

c) Diberi label identitas pasien yang akan diperiksa.

d) Dimasukkan 5 µl sampel serum atau plasma ke dalam sumur sampel

yang terdapat pada kaset.

e) Ditambahkan 2-3 tetes buffer HAV.

f) Ditunggu selama 10-15 menit.

g) Dibaca hasil setelah 15 menit.

h) Tidak boleh lebih dari 20 menit. Hal ini dapat menyebabkan hasil yang

tidak valid.
51

5) Interpretasi Hasil

Gambar 11.
Interpretasi hasil HAV IgG/IgM.
Sumber : Insert kit HAV IgG/IgM.

6) Nilai normal : -/negatif.

g. Anti Hepatitis C Virus ( HCV)

1) Metode : Immunokromatografi Test (ICT).

2) Prinsip : Tes strip mengandung membran filter yang dilapisi dengan

antigen rekombinan HCV murni yang digunakan untuk mengidentifikasi

anti HCV secara spesifik dengan sensitivitas yang tinggi. Pada garis tes

(T) akan muncul garis berwarna ungu jika terdeteksi anti HCV.

3) Alat dan bahan :

a) Sampel serum atau plasma.

b) Reagen rapid test Anti-HAV.

c) Pipet.

4) Cara kerja :

a) Semua komponen kit dan sampel diletakkan ke dalam suhu ruang

sebelum digunakan.
52

b) Kaset tes dikeluarkan dari kemasan, letakkan dalam permukaan datar

dan kering.

c) Diberi label identitas pasien yang akan diperiksa.

d) Dimasukkan 10 µl sampel serum atau plasma ke dalam sumur sampel

yang terdapat pada kaset.

e) Ditambahkan 3-4 tetes buffer HCV.

f) Ditunggu selama 10-15 menit.

g) Dibaca hasil setelah 15 menit.

h) Tidak boleh lebih dari 20 menit. Hal ini dapat menyebabkan hasil yang

in valid.

5) Interpretasi hasil :

Gambar 12.
Interpretasi hasil Anti HCV.
Sumber : Insert kit Anti HCV.

6) Nilai normal : -/negatif.

h. Dengue NS1 Ag

1) Metode : Immunokromatografi Test (ICT).

2) Prinsip : SD Bioline Dengue NS1 AG test memiliki strip membran yang

sudah terlapisi anti-dengue NS1. Sampel bergerak sepanjang membran

secara kromatografi menuju daerah test (t) dan membentu garis warna.

3) Alat dan bahan :


53

a) Sentrifuge

b) Cup serum.

c) Mikropipet.

d) Kit SD Bioline Dengue NS1 AG yang terdiri dari : pipet plastik

disposable, kaset test, 1 panduan penggunaan.

e) Serum atau plasma.

4) Prosedur kerja :

a) Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu,

komponen kit disesuaikan dengan suhu ruang.

b) Alumunium foil dibuka setelah dibuka, kaset harus segera digunakan.

c) Ditambahkan 3 tetes (100ul) sampel pada lubang sumur dengan pipet

disposable.

d) Hasil dibaca setelah 15-20 menit setelah penambahan buffer.

5) Interpretasi hasil

Gambar 13.
Interpretasi hasil Dengue NS1 Ag .
Sumber : Insert kit Dengue NS1 Ag.

6) Nilai normal : -/negatif.

i. Pemeriksaan Thyroid dengan alat TOSHO AIA-360

1) Metode : Automatic
54

2) Prinsip :

a) ST AIA-PACK TSH adalah pemeriksaan two-site

immunoenzymometric yang dilakukan sepenuhnya di dalam Test Cup

ST AIA-PACK TSH. TSH yang ada dalam sampel uji diikat dengan

antibodi monoklonal bergerak pada fase padat magnetik (manik-manik)

dan enzim-label antibodi monoklonal dalam test cup. Manik-manik

dicuci untuk menghilangkan enzim-label yang terikat antibodi

monoklonal dan kemudian diinkubasi dengan substrat fluorogenik, 4-

Methylumbelliferyl fosfat (4MUP). Jumlah antibodi monoklonal enzim-

label yang mengikat manik-manik berbanding lurus dengan konsentrasi

TSH dalam sampel uji. Sebuah kurva standar dibangun, dan

konsentrasi sampel TSH yang tidak diketahui tersebut dihitung dengan

menggunakan kurva ini.

b) ST AIA-PACK TT3 adalah pemeriksaan immuno enzyme kompetitif

yang dilakukan di dalam ST AIA-PACK TT3 cup test. Triiodothyronine

yang hadir di dalam sampel tes bersaing dengan enzyme-labeled

triiodothyronine (T3) untuk jumlah yang terbatas situs ikatan pada T3-

spesifik antibodi yang telah dilekatkan pada manik-manik magnetik.

Manik-manik dicuci untuk menghilangkan enzyme-labeled free

triiodothyronine yang tidak terikat, dan kemudian diinkubasi dengan

subtrat fluorogenik, 4-methylumbelliferyl phosphate (4MUP). Jumlah

enzyme-labeled TT3 yang terikat pada manik-manik berbanding

terbalik dengan kadar TT3 pada sampel. Sebuah kurva standar

menggunakan kisaran konsentrasi standar yang telah diketahui, dan


55

konsentrasi sampel TT3 yang tidak diketahui tersebut dihitung dengan

menggunakan kurva ini.

c) ST AIA-PACK T4 adalah pemeriksaan immuno enzyme kompetitif yang

dilakukan di dalam ST AIA-PACK T4 cup test. Thyroxine, Yang

dipindahkan dari ikatan protein oleh ANS (8-anilino-1-naphthalene

sulfonic acid), dan free T4 berada di dalam sampel tes bersaing

dengan enzyme-labeled thyroxine untuk jumlah yang terbatas dari situs

ikatan pada antibodi spesifik thyroxine yang dilekatkan pada manik-

manik magnetik. manik-manik dicuci untuk menghilangkan enzyme-

labeled free thyroxine yang tidak terikat, dan kemudian diinkubasi

dengan subtrat fluorogenik, 4-methylumbelliferyl phosphate (4MUP).

Jumlah enzyme-labeled thyroxine yang terikat pada manik-manik

berbanding terbalik dengan kadar T4 pada sampel. Sebuah kurva

standar menggunakan kisaran konsentrasi standar yang telah

diketahui, dan konsentrasi sampel T4 yang tidak diketahui tersebut

dihitung dengan menggunakan kurva ini.

3) Alat dan Bahan :

a) Sentrifuge.

b) Cup serum.

c) Mikropipet.

d) Test Cup.

e) TOSOH AIA 360.

f) Serum.

4) Prosedur Kerja :

a) Melakukan pemeriksaan Sampel Pasien :


56

1)) Disiapkan serum pasien yang akan dites.

2)) Tekan “ASSAY MONITOR” → “SAMP.ID” → “MODIFY” → : Ketik

nama/ “Kontrol/ Sampel” → “nomor OK”.

3)) Diletakan serum pada posisi yang sesuai dengan data yang di

input SAMP.ID di karosel bawah. Lalu letakan Test-cup sesuai

dengan jenis dan jumlah tesnya pada karosel atas (sesuai

urutannya).

4)) Ditekan “START” pada keypad di pojok kanan atas monitor. Hasil

selesai akan diprint otomatis dalam waktu ± 30 menit.

b) Melakukan Kontrol

1)) Disiapkan kontrol yang akan dites dan biarkan suhu ruang (18-

25˚C).

2)) Ditekan “ASSAY MONITOR” → “SAMP.ID” → “MODIFY” → : Ketik

nama/ “Kontrol/ Sampel” → “nomor OK”.

3)) Diletakan Kontrol pada posisi yang sesuai dengan data yang di

input SAMP.ID di karosel bawah. Lalu letakan Test-cup sesuai

dengan jenis dan jumlah tesnya pada karosel atas (sesuai

urutannya).

4)) Dilekan “START” pada keypad di pojok kanan atas monitor. Hasil

selesai akan diprint otomatis dalam waktu ± 30 menit.

5) Interprestasi Hasil :-

6) Nilai Normal :

a) TSH : 0.38 – 4.31 µIU/mL.

b) T3 : 0.79 – 1.58 ng/mL.


57

c) T4 : 4.9 – 11 µg/dL.

i. Kimia Darah

1) Indiko Plus

a) Metode : Spektrofotometri.

b) Prinsip : Cahaya yang dipancarkan melalui media transparan akan

diserap, besarnya penyerapan sebanding dengan kepekatan suatu

zat dengan dibuatnya deret standar dan berdasarkan kurva

kalibrasi maka kadar suatu zat dapat di ketahui.

c) Alat dan bahan :

1)) Serum / plasma.

2)) Mikropipet.

3)) Cup serum.

4)) Reagen kerja.

d) Cara kerja :

1)) Klik F2

2)) Klik 1.SAMPLES

3)) Klik NEW


58

4)) Ketik nomor/ID sample

5)) Pilih rak, dan pilih posisi

6)) Pilih test/parameter yang mau dikerjakan

7)) Klik SAVE

8)) Klik NEW untuk memasukan data sample lain

9)) Buka cover

10)) Masukan rak dan tutup cover

11)) Klik F1

12)) START

e) Menjalankan kontrol :

1)) Klik F2 pilih rak

2)) Memasukkan dahulu bahan kontrol

(Abtrol/Notrol/Lipotrol)

3)) Klik F4

4)) Klik 1. C

5)) al/QC selection

6)) Klik QCPilih tes sambil menekan tombol ctrl

7)) Klik Perform QC

8)) Kembali ke F1, lalu klik START.


59

f)Parameter Pemeriksaan

1)) Pemeriksaan Glukosa Darah

a)) Metode : GOD-PAP (Enzimatik)

b)) Prinsip : Glukosa dioksidasi oleh enzim Glukose Oksidase ( GOD )

membentuk asam glukonat dan hidrogen peroksida.

Hidrogen peroksida bereaksi dengan phenol dan 4-

aminoantypirin dengan bantuan enzim peroksidase

menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah.

Intensitas warna sebanding dengan kadar glukosa dalam

serum.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : GOD-PAP = 74 – 180 mg/dL

GDS = 70 – 140 mg/dL

G2JPP = < 140 mg/dL

2)) Pemeriksaan Trigliserida Darah

a)) Metode : GPO, Enzimatik

b)) Prinsip : Trigliserida mengalami hidrolisis dengan bantuan Lipase

menjadi Gliserol dan Asam Lemak. Gliserol akan

mengalami fosforilasi dengan ATP menjadi Gliserol-3-

Phosphat dan ADP oleh bantuan Gliseolkinase ( GK ).

Gliserol-3-Phosphat diubah oleh GPO menjadi Dihidroxy

Acetone menjadi Quinoneimine berwarna merah.


60

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : <200 mg/dL

3)) Pemeriksaan Kolesterol Total

a)) Metode : Warna Enzimatik

b)) Prinsip :

kolesterol esterase
Kolesterol ester kolesterol + Fatty Acid

kolesterol okidase
Kolesterol + O2 kolesterol–3–one + H2O2

2H2O2 + p-HBS + 4-aminoantipyrine Peroksidse Quinoneimine + 2H2O2

(warna merah)

Intensitas warna merah yang terbentuk sebanding dengan

cholesterol total dalam sampel.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : <200 mg/dL

4)) Pemeriksaan Kolesterol HDL

a)) Metode : Presipitasi Trinder PEG

b)) Prinsip : Dengan pemberian polyethylene glycol (PEG) kedalam

sampel, setelah disentrifugasi chilomicron, VLDL dan

LDL akan menggendap, yang tertinggal dalam

supernatan hanya HDL (high density lipoprotein)

kolesterolnya yang ditentukan dengan metode enzimatik.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 45 – 120 mg/dL


61

5)) Pemeriksaan Kolesterol LDL

a)) Metode : Test warna-Enzymatik

b)) Prinsip : Chylomicrons, VLDL dan HDl Kolesterol dihilangkan

secara khusus melalui reaksi enzimatik. Kemudian LDL

Kolesterol yang tertinggal diukur melalui reaksi

enzimatik khusus, juga memakai surfactans spesifik

untuk LDL.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai nomal : 100 –160 mg/dL

6)) Pemeriksaan Bilirubin Total

a)) Metode : Diazo, End Point

b)) Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazotized sulfanilic acid

membentuk azobilirubin yang berwarna.

c)) Interpretasi hasil ; -

d)) Nilai normal : <0,9 mg/dL

7)) emeriksaan Bilirubin Direk

a)) Metode : Diazo, End Point

b)) Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazotized sulfanilic acid

membentuk azobilirubin yang berwarna.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : <0,25 mg/dL


62

8)) Pemeriksaan Bilirubin Indirek

a)) Metode : Diazo, End Point

b)) Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazotized sulfanilic acid

membentuk azobilirubin yang berwarna.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 0 – 0,3 mg/dL

9)) Pemeriksaan GOT / AST (Aspartate Amino Transminase / Serum

Glutamic Oxaloacetic Transminase)

a)) Metode : Opitimized Tris Buffer, IFCC Kinetik.

b)) Prinsip :

L-Aspartate + α-Ketoglutarate AST Oxalacetate + L

Glutamate

Oxaloacetate + NADH + H+ MDH MDH L-Malate +

NAD+ + H2O

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai hasil : 10 – 35 IU/L

10)) Pemeriksan SGPT / ALT ( Serum Glutamic Pyruvate Transminase /

Alanin Aminotransferase)

a)) Metode : Optimized Tris Buffer, IFCC Kinetik

b)) Prinsip : ALT mengkatalis transfer gugus amino dari L-Alanine ke α

Ketoglutarate menjadi birufat dan L-Glutamate. Pyruvate


63

selanjutnya mengalami reduksi dan terjadi oksidasi NADH

menjadi NAD+ dengan bantuan enzim lactate

dehidrogenase. Hasil penurunan serapan (absorbance)

pada panjang gelombang 340 nm sesuai dengan aktivitas

ALT.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 10 – 35 IU/I

11)) Pemeriksaan Protein Total

a)) Metode : Biuret

b)) Prinsip : Protein dalam serum bereaksi dengan ion kupri (Cu ++)

dalam suasana alkalis dan memberikan warna ungu.

Intensitas warna yg terbentuk sebanding dengan jumlah

protein dalam sempel.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 6,6 – 8,7 g/dL

12)) Pemeriksaan Albumin

a)) Metode : BCG (Brom Cresol Green)

b)) Prinsip : Albumin dalam serum berikatan dengan kompleks zat

warna BCG sehingga terjadi pengenceran spektrum

absorbsi larutan yang sebanding dengan kadar albumin

dalam serum dan dibaca pada panjang gelombang 630

nm.
64

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 3,5 – 5,2 gr/Dl

13)) Pemeriksaan Ureum

a)) Metode : Berthelet

b)) Prinsip : Dihidrolisa dengan adanya air dan urease membentuk

amonia dan karbondioksida. Pada metode modifikasi

berthelet ini, ion amonia bereaksi dengan hypoclorit dan

sallycilate membentuk zat warna hijau.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 10 – 50 mg/dL

14)) Pemeriksaan Kreatinin

a)) Metode : Enzimatik Kinetik

b)) Prinsip : CK (Creatine Kinase) mengkatalisis pembentukan ATP

dari Creatine Phosphate dan ADP, ATP dengan adanya

Hexokinase memfosforilasikan Glucose menjadi

glucose-6-Phosphate.Glucose-6-Phosphate

dioksidasikan menjadi Phosphogluconate dan

mereduksi NAD menjadi NADH. Jalannya reaksi

dimonitor dengan peningkatan absorbance yang diukur

pada panjang gelombang 340 nm.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 0,51 – 0,95 mg/dL


65

15)) Pemeriksaan Asam Urat

a)) Metode : Enzimatik Trider / Uricase

b)) Prinsip : Asam urat dioksidasi oleh uricase menjadi allantoin dan

H2O2 DHBS 4-Amino antipyrine dan H2O2 dengan adanya

peroksidase menghasilkan kromogen berwarna yang

sebanding dengan kadar asam urat dalam sampel.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : Perempuan : 2,4 – 5,7 mg/dL

Laki-laki : 3,4 – 7,5 mg/dL

2) Elitech Selectra Pro Series

a) Metode : Spektrofotometri

b) Prinsip : enzimatik memiliki dua reagen ketika reaksi berjalan akan

dibaca oleh sinar, sedangkan Evion memiliki satu reagen akan

dibaca oleh sinar saat reaksi selesai.

c) Alat dan bahan :

1)) Serum / plasma.

2)) Mikropipet.

3)) Cup serum.

4)) Elitech Selectra Pro Series.

5)) Reagen kerja.

d) Cara kerja :
66

1)) Melakukan pemeriksaan sampel pasien :

2)) Dari Main Menu, Klik F8 (Request sampel).

3)) Klik pilihan Request Type, lalu pilih Routine untuk sampel

umum, STAT untuk cyto atau ASAP ( lebih cepat dari Routine

tapi tidak cyto).

4)) Masukan ID/Data sample.

5)) Pilih parameter yang akan diperiksa.

6)) Klik F9 ( sample handling ), klik Ganda/Enter pada Sample

untuk menempatkan posisi Sample pada Sample Tray.

7)) Angkat kaca secara perlahan dari Instrumen.

8)) Letakan Sample sesuai dengan posisi yang tertera pada layar

monitor.

9)) Tarik kaca secara perlahan.

10)) Klik F3 (Start Measurement) untuk melakukan pemeriksaan.

11)) Klik F7 (Evaluate Results) untuk melihat hasil pemeriksaan.

e) Menjalankan kontrol :

1)) Dari main menu, klik F8 (Request Sample).

2)) Klik pilihan Request Type, lalu pilih “Control”.

3)) Pilih parameter yang akan dikontrol.


67

4)) Klik F9 (Sample Handling), klik 2 kali pada “Control” (C) untuk

menempatkan posisi Control pada Sample Tray.

5)) Letakan Control sesuai dengan posisi yang sudah ditetapkan.

6)) Klik F3 (Start Measurement) untuk menjalankan Control, lalu

klik F7 (Evaluate Results) untuk melihat hasil Control.

f) Parameter Pemeriksaan

1)) Pemeriksaan Glukosa Darah

a)) Metode : GOD-PAP (Enzimatik)

b)) Prinsip : Glukosa dioksidasi oleh enzim Glukose Oksidase ( GOD )

membentuk asam glukonat dan hidrogen peroksida.

Hidrogen peroksida bereaksi dengan phenol dan 4-

aminoantypirin dengan bantuan enzim peroksidase

menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah.

Intensitas warna sebanding dengan kadar glukosa dalam

serum.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : GOD-PAP : 74 – 180 mg/Dl

GDS : 70 – 140 mg/Dl

G2JPP : < 140 mg/Dl

2)) Pemeriksaan Trigliserida Darah

a)) Metode : GPO, Enzimatik


68

b)) Prinsip : Trigliserida mengalami hidrolisis dengan bantuan Lipase

menjadi Gliserol dan Asam Lemak. Gliserol akan

mengalami fosforilasi dengan ATP menjadi Gliserol-3-

Phosphat dan ADP oleh bantuan Gliseolkinase ( GK ).

Gliserol-3-Phosphat diubah oleh GPO menjadi Dihidroxy

Acetone menjadi Quinoneimine berwarna merah.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : <200 mg/dL

3)) Pemeriksaan Kolesterol Total

a)) Metode : Warna Enzimatik

kolesterol esterase
b)) Prinsip : Kolesterol ester kolesterol + Fatty Acid

kolesterol okidase
Kolesterol + O2 kolesterol–3–one +

H2O2

2H2O2 + p-HBS + 4-aminoantipyrine Peroksidse

Quinoneimine + 2H2O2

(warna merah)

Intensitas warna merah yang terbentuk sebanding dengan

cholesterol total dalam sampel.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : <200 mg/dL

4)) Pemeriksaan Kolesterol HDL


69

a)) Metode : Presipitasi Trinder PEG

b)) Prinsip : Dengan pemberian polyethylene glycol (PEG) kedalam

sampel, setelah disentrifugasi chilomicron, VLDL dan

LDL akan menggendap, yang tertinggal dalam

supernatan hanya HDL (high density lipoprotein)

kolesterolnya yang ditentukan dengan metode enzimatik.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 45 – 120 mg/dL

5)) Pemeriksaan Kolesterol LDL

a)) Metode : Test warna-Enzymatik

b)) Prinsip : Chylomicrons, VLDL dan HDl Kolesterol dihilangkan

secara khusus melalui reaksi enzimatik. Kemudian LDL

Kolesterol yang tertinggal diukur melalui reaksi

enzimatik khusus, juga memakai surfactans spesifik

untuk LDL.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai nomal : 100 –160 mg/dL

6)) Pemeriksaan Bilirubin Total

a)) Metode : Diazo, End Point

b)) Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazotized sulfanilic acid

membentuk azobilirubin yang berwarna.


70

c)) Interpretasi hasil ; -

d)) Nilai normal : <0,9 mg/dL

7)) Pemeriksaan Bilirubin Direk

a)) Metode : Diazo, End Point

b)) Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazotized sulfanilic acid

membentuk azobilirubin yang berwarna.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : <0,25 mg/dL

8)) Pemeriksaan Bilirubin Indirek

a)) Metode : Diazo, End Point

b)) Prinsip : Reaksi antara bilirubin dengan diazotized sulfanilic acid

membentuk azobilirubin yang berwarna.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 0 – 0,3 mg/dL

9)) Pemeriksaan GOT / AST (Aspartate Amino Transminase / Serum

Glutamic Oxaloacetic Transminase)

a)) Metode : Opitimized Tris Buffer, IFCC Kinetik.

b)) Prinsip : L-Aspartate + α-Ketoglutarate AST Oxalacetate + L

Glutamate

Oxaloacetate + NADH + H+ MDH MDH L-Malate +

NAD+ + H2O
71

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai hasil : 10 – 35 IU/L

10)) Pemeriksan SGPT / ALT ( Serum Glutamic Pyruvate Transminase /

Alanin Aminotransferase)

a)) Metode : Optimized Tris Buffer, IFCC Kinetik

b)) Prinsip : ALT mengkatalis transfer gugus amino dari L-Alanine ke α

Ketoglutarate menjadi birufat dan L-Glutamate. Pyruvate

selanjutnya mengalami reduksi dan terjadi oksidasi NADH

menjadi NAD+ dengan bantuan enzim lactate

dehidrogenase. Hasil penurunan serapan (absorbance)

pada panjang gelombang 340 nm sesuai dengan aktivitas

ALT.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 10 – 35 IU/I

11)) Pemeriksaan Protein Total

a)) Metode : Biuret

b)) Prinsip : Protein dalam serum bereaksi dengan ion kupri (Cu ++)

dalam suasana alkalis dan memberikan warna ungu.

Intensitas warna yg terbentuk sebanding dengan jumlah

protein dalam sempel.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 6,6 – 8,7 g/dL


72

12)) Pemeriksaan Albumin

a)) Metode : BCG (Brom Cresol Green)

b)) Prinsip : Albumin dalam serum berikatan dengan kompleks zat

warna BCG sehingga terjadi pengenceran spektrum

absorbsi larutan yang sebanding dengan kadar albumin

dalam serum dan dibaca pada panjang gelombang 630

nm.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 3,5 – 5,2 gr/dL

13)) Pemeriksaan Ureum

a)) Metode : Berthelet

b)) Prinsip : Dihidrolisa dengan adanya air dan urease membentuk

amonia dan karbondioksida. Pada metode modifikasi

berthelet ini, ion amonia bereaksi dengan hypoclorit dan

sallycilate membentuk zat warna hijau.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 10 – 50 mg/dL

14)) Pemeriksaan Kreatinin

a)) Metode : Enzimatik Kinetik

b)) Prinsip : CK (Creatine Kinase) mengkatalisis pembentukan ATP

dari Creatine Phosphate dan ADP, ATP dengan adanya


73

Hexokinase memfosforilasikan Glucose menjadi

glucose-6-Phosphate. Glucose-6-Phosphate

dioksidasikan menjadi Phosphogluconate dan

mereduksi NAD menjadi NADH. Jalannya reaksi

dimonitor dengan peningkatan absorbance yang diukur

pada panjang gelombang 340 nm.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : 0,51 – 0,95 mg/dL

15)) Pemeriksaan Asam Urat

a)) Metode : Enzimatik Trider / Uricase

b)) Prinsip : Asam urat dioksidasi oleh uricase menjadi allantoin dan

H2O2 DHBS 4-Amino antipyrine dan H2O2 dengan adanya

peroksidase menghasilkan kromogen berwarna yang

sebanding dengan kadar asam urat dalam sampel.

c)) Interpretasi hasil : -

d)) Nilai normal : Perempuan : 2,4 – 5,7 mg/dL

Laki-laki : 3,4 – 7,5 mg/dL

16)) Pemeriksaan Elektrolit menggunakan alat CORNLEY K-Lite 5

a)) Metode : ISE (Ion Selective Elektrode)

b)) Prinsip : Kalium, Natrium, dan Klorida akan ditarik oleh elektroda

yang sensitif terhadap ion-ion tersebut. Kemudian


74

digunakan elektroda reference untuk membandingkan

naik turunnya potensial.

c)) Alat dan Bahan :

1. Alat Cornley K-Lite 5

2. Serum

3. Cup serum

4. Mikropipet

5. Reagen kerja

6. Printer Paper

d)) Cara Kerja :

a) Melakukan pemeriksan sampel pasien

1)) Test a sampel, tekan tombol YES

2)) Serum test, tekan tombol YES

3)) Lift up probe to aspiate. Tekan 1 (masukan no. Sampel 4 digit)

4)) Buka penutup probe, lalu masukan probe ke dalam vial berisi

serum sampel hingga ujung probe terendam larutan serum.

Tekan tombol YES, alat akan menghisap larutan serum.

b) Melakukan permeriksaan kontrol

1)) Test a sampel, tekan tombol YES

2)) Tekan nomer 4 (QC test)

3)) Tekan kontrol 1/2/3


75

4)) Buka vial kontrol lalu angkat penutup probe, masukan probe

kedalam vial kontrol. Tekan tombol YES, alat akan menghisap

larutan kontrol.

e)) Interpretasi hasil : -

f)) Nilai normal :

1. Natrium (Na) : 135 – 145 mmol/L

2. Kalium (K) : 3,5 – 5,5 mmol/L

3. Klorida (Cl) : 98 – 106 mmol/L

4. Calsium (Ca) : 1,1 – 1,35 mmo/L

j. Urinalisa

1) Pemeriksaan Urin Dengan Carik Celup Dan Sedimen

a) Metode : Carik celup dan Mikroskopis

b) Prinsip :

1)) Mikroskopis : Sedimen urin yang mengendap setelah disntrifugasi

4000 rpm 3 menit diletakkan dikaca objek dan ditutup

dengan cover glass kemudian diperiksa dibawah

mikroskop pada pembesaran 10 X dan 40 X.

2)) Carik celup : Unsur-unsur kimia dalam urin bereaksi dengan reagen

yang telah diletakkan pada strip membentuk komplek,

warna.

c) Alat dan bahan :

1)) Pot urin.

2)) Sentrifuge.

3)) Tabung urin.


76

4)) Mikroskop.

5)) Objek glass dan cover glass.

6)) Rak tabung.

7)) Tissue.

8)) Strip carik celup (test strip).

d) Cara kerja :

1)) Bahan Urin dimasukkan ke dalam tabung urin. Kemudian

diamati warna dan kekeruhannya.

2)) Masukkan strip urin kedalam tabung yang berisi bahan urin

selama 2 detik. Hilangkan kelebihan urin dengan meletakkan

strip di atas tissue.

3)) Perubahan warna yang terbentuk di interpretasikan dengan

membandingkannya dengan skala warna rujukan yang terdapat

pada botol/wadah reagen strip.

4)) Kemudian tabung urin yang berisi sampel tersebut di

sentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 3 menit.

5)) Selanjutnya buang supernatant hingga hanya tersisa sedimen

urin didasar tabung.

6)) Homogenkan. Ambil 1 tetes sedimen letakkan di objek glass

dan tutup dengan cover glass.

7)) Amati sedimen dengan mikroskop perbesaran 10 x dan 40 x.

e) Interpretasi hasil :-

f) Nilai normal :
77

Tabel 6.
Nilai normal Urin Lengkap.

Parameter Nilai Normal


Warna Kuning muda, Kuning dan Kuning

Tua
Kejernihan Jernih
Bilirubin Negatif
Urobilinogen 0.1-1.0 µl/dL
Keton Negatif
Blut/Blood/Bloed Negatif
Protein Negatif
Nitrit Negatif
Leukosit esterase Negatif
Glucose Negatif
Dichte/Densidad Specific 1.005-1.030

Gravity
Ph 4,5-8,5
Eritrosit <6 /LPB
Lekosit <3 /LPB
Epitel Positif
Kristal Negatif

2) Test Kehamilan

a) Metode : Immunokromatografi test (ICT).

b) Prinsip :Immunokromatografi HCG di dalam urin akan berikatan

dengan anti HCG (anti HCG ini terikat dengan koloid

kompleks berwarna pink).

c) Alat dan bahan :

1)) Wadah urin.

2)) Test pack strip.


78

3)) Urin pagi / sewaktu

d) Cara kerja :

1)) Keluarkan strip test.

2)) Mencelupkan strip test ke dalam wadah yang berisi urin sampai

batas MAX, jangan melebihi batas maksimal, menunggu sekitar

30-60 detik.

3)) Angkat strip test, menunggu 1-2 menit sampai terlihat garis merah

pada strip.

4)) Baca hasil.

e) Interpretasi hasil :

Gambar 14.
Interpretasi hasil Tes Kehamilan.
Sumber : Insert kit Tes Kehamilan.
e) Nilai normal :-

3) Test Narkoba

1) Metode : Immunokromatografi Kompetitif.

2) Prinsip :Pada strip mengandung konjugat drugs IgG anti narkoba,

dimana substrat urin yang mengandung drugs (AMP/THC/MOR0 akan

bereaksi dengan konjugat dimana hasil (+) ditandai dengan terbentuknya

garis merah pada test, (-) pada control.


79

3) Alat dan bahan :

a) Wadah urin.

b) Reagen test device.

c) Pipet tetes.

4) Cara kerja :

a) Buka kemasan reagen dan letakkan di tempat datar pada temperatur

ruangan dan beri identitas pasien.

b) Masukkan 3 tetes sampel urin ke dalam masing-masing sumur

sampel.

c) Tunggu hingga band muncul.

d) Baca hasil setelah 5 menit. Jangan menginterpretasikan hasil lebih

dari 10 menit.

5) Interpretasi hasil :

Gambar 15.
Interpretasi hasil Narkoba.
Sumber : Insert kit Narkoba.

k. Pemeriksaan Feses

1) Metode : Makroskopis dan Mikroskopis


80

2) Prinsip : Dalam sampel feses dapat diketahui kelainannya dengan

pemeriksaan secara mikroskopis dengan pengecatan lugol atau eosin,

menggunakan pembesaran 100x (lensa objektif 10x dan lensa okuler

10x).

3) Alat dan bahan

a) Mikroskop.

b) Object glass.

c) Cover glass.

d) Kertas saring.

e) Larutan lugol atau eosin.

f) Specimen feses.

g) Reagen Eosin atau Lugol.

4) Cara kerja

a) Pemeriksaan makroskopik

1)) Warna

2)) Konsistensi

3)) Lendir

4)) Darah

5)) Parasit

6)) Sisa makanan

b) Pemeriksaan mikroskopik

1)) Sisa Pencernaan

Cara kerja :

a)) Teteskan 1 tetes lugol pada preparat + feses.


81

b)) tutup dengan cover glass.

c)) Amati dengan mikroskop.

d)) Hasil pengamatan berupa : Sisa sayuran, Jaringan otot,

Jaringan ikat.

2) Eritrosit, leukosit, parasit.

Cara kerja :

a)) Teteskan Eosin ditambah feses.

b)) tutup dengan cover glass.

c)) selanjutnya lihat dibawah mikroskop.

5) Interprestasi : -

6) Nilai normal :

Tabel 7.
Nilai normal Feses Lengkap.

Parameter Nilai Normal


Makroskopis Feses
Warna Coklat
Konsistensi Lunak
Lendir Negatif
Darah 0.7 – 3.4
Mikroskopis Feses
Lekosit Negatif
Eritrosit Negatif
Amoeba coli Negatif
Telur Cacing Negatif
Jamur Negatif
Amylum Negatif
Bakteri Negatif
82

l. Mikrobiologi

1) Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam ( BTA )

a) Metode : Ziehl Neelsen

b) Prinsip : Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan

lilin dan lemak yang sukar ditembus cat, dengan pengaruh fenol dan

pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dpat ditembus cat basic

fuchsin.

c) Alat dan bahan :

1)) Kaca Objek

2)) Mikroskop

3)) Dahak/sputum

4)) Lidi

5)) Korek api

6)) Lampu spirtus

7)) Label

8)) Minyak imersi

9)) Pewarna Ziehl Nelseen 1 ( Karbol Fuchsin 1% )

10)) Pewarna Ziehl Nelseen 2 ( Asam Alkohol 3% )


83

11)) Pewarna Ziehl Nelseen 3 ( Methylene Blue 0,1% )

d) Cara kerja :

1)) Dibuat sediaan dengan cara coiling ukuran 2x3.

2)) Lalu sediaan dilewatkan 3x melalui api spirtus.

3)) Kemudian sediaan digenangi dengan Karbol Fuchsin.

4)) Dari bawah sediaan dipanasi dengan menggunakan sulut

api/spirtus sampai keluar uap ( jangan sampai mendidih ).

5)) Diamkan selama minimal 5 menit. Lebih lama diperbolehkan tetapi

cat jangan sampai mengering.

6)) Sediaan dibilas dengan hati-hati dengan air mengalir.

7)) Sediaan dimiringkan dengan menggunakan pinset/penjepit kayu

untuk membuang air.

8)) Sediaan digenangi dengan asam alkohol sampai tidak tampak

warna merah Karbol Fuchsin.

9)) Digenangi dengan Methylene Blue selama 10 – 20 detik.

10)) Sediaan dibilas dengan air mengalir, keringkan sediaan pada rak

pengering. Jangan keringkan dengan tisu.

e) Interpretasi hasil :
Tabel 5.
Interpretasi hasil BTA.

Pembacaan di bawah
mikroskop Pelaporan hasil
Tidak ditemukan BTA minimal BTA Negatif
84

dalam 100 lapang pandang


1 - 9 BTA dalam 100 lapang Tuliskan jumlah bakteri yang
pandang ditemukan/100 lapang pandang
10 - 99 BTA dalam 100 lapang
1+
pandang
1 – 10 BTA dalam 1 lapang
pandang, periksa minimal 50 2+
lapang pandang
> 10 BTA dalam 1 lapang
pandang, periksa minimal 20 3+
lapang pandang

2) Pemeriksaan TB dengan TCM ( Tes Cepat Molekuler )

menggunakan alat GeneXpert

a) Metode : Real-Time PCR (Polymerase Chain Reaction).

b) Prinsip : Bakteri dalam sputum dilisiskan dan DNA bakteri diisolasi.

Tes diagnostik ini berdasarkan pada semi-kuantitatif, PCR bersarang

Real-Time untuk mendeteksi DNA kompleks M.tuberculosis dalam

sampel dahak dan deteksi Resistensi Rifampicin (RIF) terkait mutasi

gen rpoB dalam sampel dari pasien yang beresiko untuk resistensi

RIF.

c) Alat dan bahan :

1)) Alat GeneXpert.

2)) Dahak/sputum.

3)) Cup steril.

4)) Pipet steril.

5)) Buffer.

d) Cara kerja :

1)) Nyalakan alat GeneXpert dengan menekan tombol power pada

bagian belakang alat.


85

2)) Nyalakan komputer/laptop.

3)) Pilih username dan login password.

4)) Tunggu hingga software GeneXpert DX terbuka secara otomatis.

Klik NO pada kotak Database Management Task.

5)) Periksa status semua modul Available.

6)) Memulai test

7)) Klik Create Test.

8)) Ikuti perintah untuk melakukan scanning barcode pada cartridge

dengan menekan tombol kuning pada scanner.

9)) Masukkan identitas pasien.

10)) Masukkan identitas sampel. Modul akan dipilih secara otomatis,

jangan diubah.

11)) Klik Start Test. Lampu indikator hijau pada modul akan

berkedip.

12)) Masukkan cartridge ke dalam modul.

13)) Tutup rapat modul untuk memulai tes.

e) Interpretasi hasil :

1)) Tidak ditemukan MTB atau ditemukan MTB

2)) Ditemukan resisten Rifampicin atau tidak ditemukan resisten

Rifampicin.

f) Nilai normal : -/negatif


86

C. Pasca analitik

1. Pencatatan hasil

Laporan yang memuat identitas pasien, jenis spesimen, jenis pemeriksaan

yang diperiksa, hasil pemeriksaan, nilai normal, tanggal pemeriksaan dan tanda

tangan.

2. Pelaporan hasil

Setelah pemeriksaan spesimen selesai dilakukan, maka dilanjutkan dengan

pelaporan hasil pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dengan nilai kritis harus segera

dilaporkan ke dokter yang meminta pemeriksaan.

Hasil pemeriksaan yang sudah diprint harus dicrosscek dan diteliti terlebih

dahulu oleh penanggung jawab shift untuk menghindari terjadinya kesalahan

hasil yang nantinya akan dicek ulang dan diparaf oleh Dokter Patologi Klinik.

Laporan hasil pemeriksaan akan diambil oleh pasien atau pengantar (untuk

rawat jalan) dengan menyerahkan kwitansi pembayaran sebagai bukti

pembayaran yang telah lunas, sedangkan untuk pasien rawat inap laporan hasil

pemeriksaan Laboratorium diambil oleh perawat ruangan, perawat yang

bersangkutan diminta menandatangani pada buku tanda terima hasil

pemeriksaan Laboratorium berupa nama dan tanggal pengambilan. Oleh karena

itu yang diperhatikan dalam pelaporan hasil adalah sebagai berikut :

a. Identitas pasien harus sesuai dan benar.

b. Nama dokter yang merujuk pemeriksaan Laboratorium.


87

c. Nomor rekam medik.

d. Laporan hasil pemeriksaan jelas dan lengkap sesuai dengan permintaan

dan mudah diinterpretasikan.

e. Laporan hasil pemeriksaan mempunyai keabsahan yang sudah ditanda

tangani oleh Dokter Patologi Klinik.

D. Pengelolaan Limbah di Laboratorium

1. Limbah Laboratorium di kelompokkan sebagai berikut :

a. Limbah padat :

1) Limbah padat infeksius : peralatan habis pakai seperti spuit, sarung tangan,

masker, kapas, botol spesimen, yellow tip atau blue tip, objek glass,

deglass, tissue, pipet urin dan kemasan reagen.

2) Limbah padat non infeksius : limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di

rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan

halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.

b. Limbah cair

1) Limbah cair infeksius : semua air buangan termasuk tinja, bahan kimia

beracun dari Instalasi Laboratorium Patologi Klinik.

2) Limbah cair non infeksius : limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan rumah

sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan

halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.

2. Pengelolaan Limbah

a. Limbah padat :

1) Limbah padat infeksius :


88

a) Dikumpulkan dalam wadah plastik berwarna kuning untuk menampung

limbah padat medis yang tidak melukai, menusuk atau benda tajam.

b) Dikumpulkan dalam safety box : untuk menampung sampah padat medis

yang tajam.

2) Limbah padat non infeksius : dikumpulkan dalam wadah plastik berwarna

hitam.

b. Limbah cair.

1) Limbah cair infeksius :

a) Urine dan cairan tubuh lainnya langsung di kumpulkan ke dalam kantong

plastik kuning. Sampel dibuang kedalam closet dan wadah spesimen di

plastik kuning.

b) Sisa – sisa reagen yang dapat menimbulkan bahaya infeksi ditampung

dalam derigen dan dikumpulkan di tempat penyimpanan limbah untuk

selanjutnya di angkut oleh pihak ketiga.

2) Limbah cair non infeksius : dikumpulkan dan dibuang kedalam IPAL

(Instalasi Pembuangan Air Limbah) RS.

3. Pengolahan Limbah

a. Semua limbah Laboratorium dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam kantong

plastik besar, kantong plastik hitam untuk limbah non infeksius dan limbah non

medis. Limbah dalam kantong plastik besar diangkat dan diletakkan di tempat

penampungan sementara.

b. Pengambilan limbah dari Laboratorium oleh petugas cleaning service

dilakukan pada malam hari pukul 20.00 WIB.


89

c. Untuk kantong plastik hitam diambil oleh petugas kebersihan dari Pemda

Banten, sedangkan untuk kantong plastik kuning akan dibawa oleh pihak

rekanan yaitu PT.Wastec International.

d. AlurLimbahPadat

Limbah Padat Laboratorium

Pengumpulan di Trolly Limbah B3

Penyimpanan Limbah Di TPS LB3

Pengangkutan Dan Pemusnahan


oleh PT.Wastec International

Gambar 17.
Alur Limbah Padat.

e. Alur Limbah Cair

Limbah Cair Laboratorium

Unit pengolahan kandungan logam

berat dalam limbah Laboratorium

Bak kontrol

Saringan kasar

Bak ekualisasi

Penetralisir kandungan NH dan PO


90

Kolam ikan

Gambar 18.
Alur Limbah Cair.

E. Pemantapan Mutu Internal Dan Eksternal

1. Pemantapan mutu Internal

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan Laboratorium adalah

dengan melakukan kegiatan pemantapan mutu internal dan eksternal

Laboratorium.

2. Tujuan :

a. Menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan Laboratorium,

mendeteksi dan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan analitik yang mungkin

terjadi pada tahap pemeriksaan.

b. Mengupayakan perbaikan dan menghindari atau mencegah kesalahan yang

sama terulang kembali. Meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Laboratorium

secara efektif dan efisien.

3. Sasaran :

Tercapainya mutu pelayanan Laboratorium yang dapat menunjang mutu

pelayanan medis sesuai dengan tuntutan dari perkembangan ilmu pengetahuan.

4. Kegiatan Pemantapan Mutu Internal dan Eksternal

a. Pemantapan Mutu Internal

Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan

yang dilaksanakan oleh masing-masing Laboratorium secara terus menerus


91

agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti dengan memakai

Westgard Multirule System yaitu grafik uji ketelitian dan ketepatan dimana

sumbu (X) menunjukkan hari atau tanggal pemeriksaan, sedangkan sumbu (Y)

menunjukan satuan S (Standar Deviasi Index) dengan rumus :

XI −mean
Satuan SD =
SD

Pemantapan mutu Internal dapat dilakukan dengan cara :

1) Lakukan pemeriksaan pengawasan mutu internal (internal quality control)

setiap hari dengan memakai serum atau darah kontrol sebelum melakukan

pemeriksaan Laboratorium.

2) Sesuaikan hasil quality control dengan nilai range yang tertera pada serum

atau darah kontrol.

3) Apabila hasil diluar nilai range kontrol, lakukan pengecekan terhadap alat

dan reagen , kemudian kerjakan kembali.

b. Pemantapan Mutu Eksternal:

Dilakukan dengan partisipasi dalam program PME (Pemantapan Mutu

Eksternal) yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan dan

perhimpunan secara periodik.

1) Pengendalian mutu eksternal dilaksanakan dengan partisipasi dalam PME

(Pemantapan Mutu Eksternal) Hematologi dan Kimia Klinik yang secara

periodik diselanggarakan 2 (dua) kali dalam setahun.

2) Hasil evaluasi PME (Pemantapan Mutu Eksternal) yang merupakan setiap

nilai Laboratorium terhadap seluruh peserta dan Laboratorium rujukan

menunjukan ketepatan analisis Laboratorium yang dinyatakan baik sekali,

baik, cukup, perlu perbaikan dan buruk.


92

3) Hasil evaluasi diinformasikan kepada seluruh staf dan digunakan untuk

menelaah dan menelusuri letak ketidaksesuaian test dan menunjukan

kolerasi.

4) Hasil evaluasi dan langkah-langkah perbaikan yang telah dilakukan dicatat

dan diarsipkan.

c. Jadwal Kegiatan :

1) Pemantapan Mutu Internal Pra Analitik, Analitik dan Pasca Analitik :

dilakukan setiap hari pada setiap pemeriksaan Laboratorium.

2) Pemantapan Mutu Eksternal : Dilakukan satu tahun dua kali.

d. Pencatatan dan Pelaporan :

1) Pra-Analitik, Analitik dan Pasca-Analitik.

2) Rekapitulasi data dilakukan setiap tiga bulan berturut-turut.

a) Laporan Pemantapan Mutu Internal dilakukan dalam bentuk Westgard

Rule dan Standard Mutu terdapat pada lampiran.

b) Rekapitulasi data, analisa dan evaluasi tahunan dilakukan pada bulan

Desember untuk membuat program peningkatan mutu tahun berikutnya

dan revisi standar mutu.


93

F. Keselamatan Dan Kesehatan Pekerja Di Laboratorium

1. Kesehatan Petugas Laboratorium

a. Persyaratan Kesehatan Petugas Laboratorium Adalah Sebagai Berikut :

1) Pemeriksaan kesehatan secara lengkap termasuk foto thorax dengan sinar

x harus diterapkan pada calon petugas.

2) Keadaan kesehatan petugas Laboratorium harus memenuhi standar yang

ditentukan di Laboratorium.

b. Pencegahan Tuberkulosis

1) Petugas yang bekerja dengan bahan yang diduga mengandung bakteri

Tuberkulosis harus diperiksa foto thorax dengan sinar X setiap tahun.

2) Bagi petugas lainnya foto thorax dengan sinar X setiap 3 tahun.

c. Imunisasi Petugas Laboratorium

1) Setiap Laboratorium harus mempunyai program imunisasi.

2) Petugas Laboratorium diharuskan untuk divaksinasi terutama bila bekerja

di Laboratorim tingkat keamanan biologis 2, 3 dan 4.

3) Setiap petugas Laboratorium harus divaksinisasi Hepatitis B.

4) Petugas wanita usia reproduksi dianjurkan untuk vaksinasi Rubella.

5) Wanita hamil dilarang bekerja dengan TORCH (Toxoplasma, Rubella,

Cytomegalovirus, Herpes virus).


94

d. Perlindungan Petugas Yang Bekerja Dibawah Sinar Uv (Ultra Violet)

1) Pada keadaan tertentu (misalnya pada proses pembuatan vaksin) petugas

Laboratorium harus bekerja dibawah sinar UV.

2) Pada saat bekerja dibawah sinar UV petugas wajib mengenakan pakaian

pelindung dan pelindung mata.

3) Bila ruangan tertutup, jam kerja harus sering digilir untuk menghindari

kelemasan.

e. Pemantauan Kesehatan

1) Kartu kesehatan harus dimiliki oleh setiap petugas Laboratorium.

2) Khusus petugas Laboratorium tingkat keamanan biologis 3 dan 4

pemeriksaan serum petugas terhadap bahaya infeksi Laboratorium harus

dilakukan secara berkala.

3) Kartu Kesehatan harus dibawa setiap saat dan diperlihatkan kepada dokter

bila petugas Laboratorium sakit.

4) Jika petugas Laboratorium sakit lebih dari 3 hari keterangan yang jelas

tentang penyakitnya, maka petugas keamanan kerja Laboratorium harus

melaporkan kepada kepala Laboratorium tentang kemungkinan infeksi dari

Laboratorium.

2. Tata Laksana Keselamatan Kerja Di Laboratorium Klinik


95

a. Jika dicurigai adanya infeksi Laboratorium, maka petugas keamanan kerja

Laboratorium harus menyelidiki dan melaporkan kepada Laboratorium.

b. Laboratorium harus memeiliki buku laporan atau catatan mengenai kesehatan

dan kecelakaan yang disebabkan oleh pekerjaan.

3. Ketentuan Petugas Penunjang diLaboratorium

a. Petugas atau Teknisi Alat Laboratorium

1) Semua petugas teknisi yang sedang memperbaiki alat Laboratorium harus

mencuci tangan sebelum pulang.

2) Dilarang menyentuh alat lain di Laboratorium.

3) Gunakan pakaian pelindung yang tersedia di Laboratorium.

4) Hanya ditugaskan membersihkan lantai, dilarang menyentuh atau

membersihkan meja kerja dan alat Laboratorium yang lain.

5) Hanya mengumpulkan secara terpisah sampah gelas atau kaca dari

sampah kertas dan sampah bahan habis paakai sepeti tabung eppendorf,

tip pipet dan lain-lain. Gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan

karet yang tebal saat bertugas.

6) Dilarang masuk kedalam ruang Laboratorium radio aktif.


96

BAB IV

MASALAH DAN PEMECAHANNYA

A. PRA ANALITIK

1. Temuan 1

Penulisan identitas pasien Rawat Inap pada formulir Laboratorium

meliputi nama, nomor rekam medis, tanggal lahir, tanggal permintaan

pemeriksaan, tanggal dan jam pengambilan spesimen, jenis spesimen

dan diagnosa tidak sesuai dengan data pasien sehingga dapat membuat

terjadinya kesalahan dalam pengambilan spesimen darah pasien tersebut.

Pemecahan :

Pengajuan kepada manajemen rumah sakit untuk penambahan

LIS (Laboratory Information System) sehingga meminimalisir terjadinya

kesalahan identitas.

2. Temuan 2

Masih adanya kesalahan tertukarnya label spesimen.

Pemecahan :

Diberlakukannya sistem LIS (Laboratory Informent system)

atau labeling dengan barcoding mulai dari pendaftaran pasien.

3. Temuan 3

Pada saat pengambilan spesimen darah pemasangan torniquet terlalu


97

lama.

Pemecahan :

Sebaiknya diadakan pelatihan Phlebotomy bagi petugas Laboratorium.


98

4. Temuan 4

Ditemukaan penggunaan reagen dan rapid test yang sudah

melewati masa kadaluarsa.

Pemecahan :

Diadakannya pengecekkan barang (stock of name) setiap

bulan serta memperlancar pensuplaian barang dan membeli

dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan.

5. Temuan 5

Pada pemeriksaan yang menggunakan tabung merah tidak

ditunggu hingga beku terlebih dahulu pada proses sentrifugasi.

Pemecahan :

Pengajuan kepada pihak Laboratorium untuk membagi

petugas khusus pendistribusian sampel.

6. Temuan 6

Pada pemeriksaan BTA tidak diberlakukan diagnosis

pemeriksaan 2 spesimen sputum PS (pagi sewaktu) tetapi

hanya menggunakan sputum pagi, dan tidak sesuai dengan

standar WHO.
99

Pemecahan :

Melakukan sosialisasi tentang pentingnya penengakkan

diagnosis TB sesuai prosedur yang sudah ditetapkan oleh WHO

dan mengirim petugas yang bertanggungjawab untuk melakukan

pelatihan pemeriksaan BTA.

7. Temuan 7

Pada pemeriksaan widal untuk menentukan titer hanya di lihat

secara matameter berdasarkan besaran aglutinasinya

Pemecahan :

Selalu dilakukan kontrol untuk menjaga keakuratan hasil.

8. Temuan 8

Petugas Laboratorium pada saat bekerja tidak

menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) lengkap seperti jas

Laboratorium, masker dan sarung tangan.

Pemecahan :

Meningkatkan komitmen petugas laboratorium dalam hal

menggunakan APD lengkap untuk menjaga keselamatan diri.


100

B. ANALITIK

1. Temuan 1

Pada pemeriksaan hematologi rutin pada alat yang proses

pengambilan darah menggunakan darah kapiler sering diperoleh

hasil trombosit dibawah nilai normal.

Pemecahan :

Sebaiknya pada pemeriksaan darah rutin tetap dilakukan proses

pengambilan darah dari vena dan dilakukan proses homogenisasi

yang benar.

C. PASCA ANALITIK

1. Temuan 1

Pada pembuangan limbah padat domestik dan infeksius masih

sering menumpuk di Laboratorium.

Pemecahan :

Membuat jadwal pembuangan limbah Laboratorium dengan jeda

waktu yang tidak terlalu lama serta melakukan Monitoring

pembuangan limbah padat dan menambah SDM penanganan

limbah.

2. Temuan 2

Penampungan/pengumpulan limbah tidak sesuai antara jenis

limbah dengan tempat limbahnya dan tidak dilakukan pemisahan


101

limbah.

Pemecahan :

Diadakan penyuluhan mengenai penanganan limbah yang baik

dan benar yang sesuai dengan SOP.


102

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

RSUD Berkah Pandenglang, maka dapat disimpulkan :

1. Mendapatkan pengalaman belajar dan keterampilan sehingga

mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan

di akademi.

2. Bertambahnya pengetahuan mengenai proses pengerjaan spesimen

yang baik dan benar.

3. Diberikan kesempatan untuk melakukan sampling darah vena dan

kapiler.

4. Mendapatkan pengalaman bekerja mandiri maupun bersama

dengan profesi lain secara berkelompok (Team Work).

5. Mampu menggunakan berbagai instrumen di Laboratorium.

6. Beberapa hal yang perlu di perhatikan, pada tahap pra analisa adalah

pemberian informasi yang tepat kepada pasien tentang persyaratan

pengambilan spesimen, tahap analisa dalam pelabelan spesimen,

penggunaan reagen, prosedur pemeriksaan yang tepat dan pada

pasca analitik adalah pengetikan hasil laboratorium.


103

B. SARAN

1. Input dan output pemeriksaan menggunakan LIS mengurangi

kesalahan hasil akibat human error.

2. Perlu dilakukan pembacaan SOP (Standar Operasional Prosedure)

dan instruksi kerja agar prosedur kerja yang dilakukan sesuai.

3. Sebaiknya pada saat bekerja di Laboratorium menggunakan APD

(Alat Pelindung Diri) lengkap seperti jas Laboratorium, masker,

sarung tangan dan sepatu tertutup guna melindungi pekerja dari

infeksi dan kecelakaan kerja.

Anda mungkin juga menyukai