Anda di halaman 1dari 77

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang pesat sekarang

ini, membuat kita untuk lebih membuka diri dalam menerima perubahan-

perubahan yang terjadi akibat kemajuan dan perkembangan tersebut. Dalam

masa persaingan yang sedemikian ketatnya sekarang ini, menyadari sumber

daya manusia merupakan model utama dalam suatu usaha, maka kualitas

tenaga kerja harus dikembangkan dengan baik. Jadi perusahaan atau instansi

diharapkan memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk lebih mengenal

dunia kerja dengan cara menerima mahasiswa yang ingin mengadakan

kegiatan praktek kerja lapangan (Depkes RI, 1989).

Praktek kerja lapangan dipandang perlu karena melihat pertumbuhan

dan perkembangan ekonomi yang cepat berubah. Praktek Kerja Lapangan

(PKL) akan menambah kemampuan untuk mengamati, mengkaji serta menilai

antara teori dengan kenyataan yang terjadi dilapangan yang pada akhirnya

dapat meningkatkan kualitas managerial mahasiswa dalam mengamati

permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun

kenyataan yang sebenarnya (Depkes RI, 2004).

PPKM (Praktek Pembangunan Kesehatan Masyarakat) adalah kegiatan

pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat akan

pentingnya hidup sehat tanpa terjangkit suatu penyakit yang tidak disadari

oleh masyarakat. Pentingnya kegiatan PPKM adalah untuk membantu

masyarakat terutama masyarakat yang bergolongan menengah ke bawah

1
2

untuk melakukan pemeriksaan penunjang penyakit yang sering diderita oleh

masyarakat. Karena tanpa disadari oleh masyarakat bahwa pemeriksaan ini

wajib dilaksanakan minimal satu bulan sekali untuk mencegah terjangkitnya

suatu penyakit (Indriartiningsih,2019).

Laboratorium kesehatan adalah sarana yang melaksanakan pelayanan

pemeriksaan, pemeriksaan, pengukuran, penetapan dan penguji terhadap

bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia utnuk

penentuan jenis penyakit,penyebab penyakit,kondisi kesehatan atau faktor-

faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan Masyarakat.

Analis Kesehatan merupakan tenaga kesehatan yang memiliki peran penting

terhadap pemeriksaan laboratorium (Notoatmodjo, 2003).

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan yang

pelayanannya disediakan oleh Dokter, Perawat dan Tenaga Ahli Kesehatan

lainnya. Rumah sakit oleh WHO (1957) diberikan batasan yaitu suatu bagian

menyeluruh (integrasi) dari organisasi medis yang berfungsi memberikan

pelayanan kesehatan secara lengkap kepada masyarakat yang outputnya

menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan. Rumah sakit juga

merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial.

Fungsinya menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang

bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabitasi pasien) (Depkes

RI, 1998).

Menurut surat Menteri Kesehatan RI nomor 983/Menkes/17/1992

tentang pedoman organisasi Rumah Sakit umum adalah Rumah Sakit yang
3

memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik, dan

subspesialistik sedangkan klasifikasi didasarkan pada perbedaan tingkat

menurut  kemampuan pelayan kesehatan yang dapat disediakan yaitu Rumah

Sakit kelas A, B (Pendidikan dan Non Pendidikan), C dan D. 

Rumah Sakit Rafflesia Kota Bengkulu termasuk dalam Rumah Sakit

dengan klasifikasi sebagai Rumah Sakit kelas C sehingga merupakan sarana

pembelajaran (Pendidikan) merupakan tempat untuk mencari dan menambah

pengalaman kerja maupun lapangan kerja. Rumah Sakit Raflesia Kota

Bengkulu memiliki Laboratorium sebagai salah satu sarana pendukung yang

tak lepas dari setiap Rumah Sakit guna menunjang pelayanan utama dalam

menunjang diagnosik dan perawatan penderita. Laboratorium Patologi Klinik

dan BDRS rumah sakitt Rafflesia memberikan pelayanan berupa pengambilan

sampling, pemeriksaan Hematologi darah lengkap, Urine dan malaria, Feses,

Kimia Klinik, Serologi dan Mikrobiologi. (Depkes RI, 1998).

a.2 Tujuan

a. Menambah wawasan secara praktek mengenai pemeriksaan yang

dilakukan di Laboratorium.

b. Menambah wawasan secara praktek mengenai pelayanan kesehatan yang

dilakukan di Laboratorium.

c. Melakukan pengambilan dan penanganan sampel serta pemeriksaan

klinik.

d. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sebagai penunjang

pembangunan kesehatan masyarakat.


4

1.3 Manfaat

Manfaat Praktek Kerja Lapangan dan Praktek Pembangunan

Kesehatan Masyarakat ini adalah:

a. Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan ini mahasiswa dapat

menambah wawasan dan pengetahuan baik secara teori maupun praktek

serta mengetahui Pelayanan Kesehatan yang dilakukan di Laboratorium

Kesehatan.

b. Mahasiswa dapat menjalin kerjasama yang baik dengan petugas

Laboratorium Klinik maupun petugas lain yang ada di Rumah Sakit

Rafflesia Kota Bengkulu

c. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami sistem Manajemen

Laboratorium dan Pemantapan Mutu Laboratorium Klinik Rumah Sakit

Rafflesia Kota Bengkulu.

1.4 Waktu Kegiatan

Kegiatan PKL dan PPKM dilaksanakan pada tanggal 22 maret 2021

sampai 17 april 2021.

1.5 Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan PKL dan PPKM di laksanakan di Laboratorium Rumah

Sakit Rafflesia Kota Bengkulu.


5

BAB II
ANALISIS SITUASI UMUM

2.1. Gambaran Umum Situasi Lahan PKL

2.1.1 Sejarah Institusi

Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu (Sebuah Pengabdian

Kemanusiaan Untuk Masyarakat). Pada awalnya Rumah Sakit ini

berbentuk Rumah Sakit Bersalin dan Anak. Rumah Sakit Rafflesia mulai

berdiri pada tanggal 18 November 1982. Rumah Sakit Rafflesia

Bengkulu adalah Rumah Sakit Swasta yang dimiliki oleh Yayasan

Rafflesia No. 65 tanggal 29 Maret 1976 oleh Notaris Soelaiman

Ardjasasmita, SH di Jakarta.

Berdasarkan SK Menkes RI NO.1235/YANMED/RSKS/SK/XI/1990

pada tanggal 05 November 1990, Rumah Sakit Bersalin dan Anak

Rafflesia berubah fungsi Rumah Sakit Umum Rafflesia selanjutnya

disingkat ‘’RS.Rafflesia’’ sesuai dengan fungsinya memberikan

pelayanan umum yang bertujuan untuk melayani kesehatan masyarakat

diwilayah Bengkulu dan sekitarnya.

2.1.2 Struktur Organisasi Institusi

PENANGGUNG JAWAB INSTANSI LABORATORIUM

dr. Lentini Win Maretti Sihaloho,Sp.PK

KEPALA INSTANSI LABORATORIUM

Rahayu,Amd.AK

PENANGGUNG JAWAB BDRS STAFF LABORATORIUM


1. Ratih Dwi Rahayu,Amd.AK
Puput Mahesta,Amd.AK 2. Rizki Indria,Amd.AK
3. Rahmatul Aina,Amd.AK
4. Selvi Maryanti,Amd.AK
5. Suzanti,Amd.AK
6

2.1.3 Visi, Misi, dan Fungsi Institusi RS. Rafflesia

RS Rafflesia merupakan lembaga yang bernaung dibawah Yayasan

Rafflesia Jakarta. RS Rafflesia ditetapkan oleh pengurus Yayasan

Rafflesia, dengan menetapkan:

a. Visi :‘’Menjadi Rumah Sakit Dengan Pelayanan Prima’’ (Prima

dalam melayani, prima dalam sikap, prima dalam kualitas).

b. Misi : ‘’Memberikan Pelayanan Kesehatan Secara Prima’’

‘’Menyiapkan Sumber daya Rumah Sakit Yang

berkualitas’’.

c. Motto :

S : Sapa

M : Menarik > Ramah dan Sopan

I : Informatif > Berpenampilan Baik

L : Luwes > Tidak Kaku, Dinamis, Gesit

E : Etika > Beretika

2.2. Gambaran Umum Laboratorium Insitusi Lahan PKL

2.2.1 Ketenagaan Laboratorium

Jumlah kepegawaian dan staf di Instalasi Laboratorium RS

Rafflesia Bengkulu sebanyak 8 orang dengan perincian sebagai berikut :

a. 1 orang penanggung jawab instalasi laboratorium RS Rafflesia

b. 1 orang kepala ruangan instalasi laboratorium RS Rafflesia


7

c. 1 orang penanggung jawab Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) RS

Rafflesia

d. 5 orang Staf kepegawaian instalasi laboratorium RS Rafflesia.

2.2.2 Fasilitas Peralatan dan Sarana Laboratorium

a. Sarana Laboratorium

Gedung Laboratorium Klinik, Terdiri dari ruangan tunggu, ruangan


sampling, ruangan administrasi rawat jalan dan rawat inap, ruangan
laboratorium yang mencakup pemeriksaan kimia klinik,
hematologi, urinologi, ruangan imunologi, dan ruang penyimpanan
reagen dan bahan habis pakai, serta ruangan istirahat.
b. Fasilitas Peralatan

Pada instalasi laboratorium RS Rafflesia memiliki peralatan kerja

berupa centrifuge, mikroskop, urine analyzerverify U-120,

waterbath, mikropipet, spektrofotometer, electrolyte analyzer

CBS400, clinical analytic A15, hematology analyzer swelab alfa,

alat pemeriksaan T3 T4 TSH, Kulkas Reagen dan bahan habis

pakai, serta kulkas penimpanan darah.

2.2.3 Kegiatan Pelayanan Laboratorium

a. Hematologi : Hemoglobin (HB) , Hematokrit (HCT), Trombosit

(PLT), Leukosit (WBC) , Eritrosit (RBC), waktu pendarahan (BT),

waktu pendarahan (CT), laju endap darah (LED), MCH,

MCV,MCHC, malaria (mikroskopis), diffcount (eosinofil, basofil,

segmen, limfosit, monosit), golongan darah (golda).

b. Kimia darah : SGPT, SGOT, Ureum, Bilirubin indirect, Bilirubin

total, Bilirubin direct, Gula darah, Protein total, Albumin, Globulin,


8

ureum, Kreatine, Asam Urat, Trigliserida, Kolesterol total,

Kolesterol LDL, Kolesterol HDL, Gula darah sewaktu, Gula darah

puasa, Gula darah P.P, Gamma GT, T3, T4, TSH, HbA1C, alkali

phosphatase.

c. Mikrobiologi : BTA

d. Klinik rutin :

Pemeriksaan Urine :

a) Warna

b) Kejernihan

c) Ph

d) Protein

e) Reduksi

f) Bilirubin

g) Keton

h) Sedimen(epitel, silinder, bakteri kristal,

leukosit, eritrosit)

e. Pemeriksaan Feses :
a) warna
b) konsistensi
c) amuba
d) telur cacing

e) leukosit

f) eritrosit

g) bakteri

h) lendir
9

f. Imunologi :

a) Widal (paratyphi O, paratyphi H, typhi

O, typhi H)

b) Tubex TF

c) Troponin I

d) HIV

e) DBD (IgG dan IgM)

f) VDRL

g) HbsAg

h) HbsAb

i) NS1

j) HCV

k) HCG

g. Elektrolit :

a) Natrium

b) Kalium

c) Kalsium

d) Magnesium.
10

BAB III

KEGIATAN PKL

3.1 Kegiatan Non Teknis

Kegiatan Non teknis selama Praktik Klinik Lapangan dan Praktek

Pembangunan Kesehatan Masyarakat di instlasi laboratorium RS

Rafflesia Bengkulu adalah sebagai berikut :

1. Melaksanakan pencatatan data dan identitas pasien yang akan diperiksa

2. Melaksanakan kegiatan pencatatan hasil pemeriksaan kedalam buku hasil

pemeriksaan

3. Melaksanakan pencatatan dan kodefikasi sampel

4. Melakukan penjelasan berupa waktu pengambilan hasil pemeriksaan

kepada pasien atau keluarga pasien

5. Bertanya kepada seluruh staf laboratorium tentang seluruh pemeriksaan

ataupun sesuatu yang tidak dimengerti

3.2 Kegiatan Teknis

3.2.1 Pengambilan sampel darah vena

Tujuan :

Untuk mendapatkan sampel darah vena pada pasien.

Alat dan bahan :

a. Kapas alkohol

b. Spuite 3cc
11

c. Tourniquet

d. Wadah sampel

Prosedur kerja:

a. Menerima formulir pemeriksaan pasien.

b. Menyiapkan peralatan sampling

c. Mengarahkan pasien untuk posisi yang nyaman dalam sampling darah

d. Melakukan palpasi pada area pembuluh darah vena ( bagian vena

cubital)

e. Desinfeksi bagian yang akan di tusuk dengan kapas alkohol agar

terhindar dari bakteri

f. Pasang tourniquet diatas bagian penusukan

g. Mengambil darah pasien pada pembuluh vena dengan spuite pada posisi

45o

h. Setelah darah keluar, lakukan penarikan pump spuit secara perlahan

sesuai aliran darah.

i. Lepaskan karet pembendung sesegara mungkin setelah darah mengalir

j. Setelah jumlah darah cukup lepaskan spuit, dan tutup dengan kapas

kering dan tekan

k. Masukkan darah kedalam tabung yang sesuai dengan permintaan

(plain/EDTA)

l. Buang jarum pada tempatnya

m. Homogenisasi tabung yang telah di isi specimen


12

n. Tuliskan label nama pasien dengan tepat

o. Perhatikan luka tempat pengambilan darah kemudian pasang plaster.

3.2.2 Pengambilan darah kapiler

Tujuan :

Untuk mendapatkan sampel darah kapiler pasien.

Alat dan bahan :

a. Jarum lancet

b. Kapas alkohol

Prosedur kerja :

a. Siapkan alat dan bahan

b. Arahkan pasien ke posisi yang nyaman untuk mengambil darah kapiler

c. Desinfeksi kulit yang akan ditusuk ( biasanya di jari tangan) dengan

kapas alcohol

d. Memegang erat bagian yang akan ditusuk

e. Tusuk dengan lancet

f. Hapus tetesan darah yang pertama

g. Tampung darah dengan wadah

3.2.3 Pengambilan sampel urine

a. Urine Sewaktu

Urine sewaktu dapat digunakan untuk bermacam-macam

pemeriksaan, yaitu urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang yang

tidak ditentukan dengan khusus. Urine sewaktu ini biasanya cukup baik

untuk pemeriksaan rutin


13

b. Urine Pagi

Urine pertama pagi setelah bangun tidur adalah yang paling baik

untuk diperiksa.Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan

cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami

pemekatan.Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan

pemeriksaan rutin, serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG

(Human chorionic gonadothropin) dalam urine. Sebaiknya urine yang

diambil adalah urine porsi tengah (midstream urine) (Riswanto dan

Rizki, 2015)

c. Urine 24 Jam

Urine 24 jam digunakan apabila diperlukan penetapan kuantitatif

suatu zat dalam urine. Untuk mengumpulkan urine 24 jam diperlukan

botol besar, bervolume 1½ liter atau lebih yang dapat ditutupi dengan

baik. 13 Botol ini harus bersih dan biasanya memerlukan sesuatu zat

pengawet (Hanifah, 2012).

d. Urine 2 jam post prandial

Sampel urine ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria.Merupakan

urine yang pertama kali dilepaskan 1½ - 3 jam setelah makan (Hanifah,

2012).

3.2.4 Sampel Feses

Pemeriksan feses bertujuan untuk mendeteksi penyakit atau

gangguan pada sistem pencernaan.Pemeriksaan feses diawali dengan

pengambilan sampel tinja pasien. Selanjutnya, sampel tinja akan dibawa ke


14

laboratorium untuk diteliti. Sampel tinja akan dinilai konsistensi, warna,

dan baunya, serta dilihat apakah mengandung lendir atau tidak.

3.3 Jenis Pemeriksaan Laboratorium

3.3.1 Pemeriksaan yang sering dilakukan

a. Pemeriksaan Hematologi (Hematology Analyzer swelab alfa)

a) Pemeriksaan Hemoglobin/Hb

Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi adanya

anemia danpenyakitginjal.Peningkatan hemoglobin dapat menunjukan

indikasiadanya dehidrasi,penyakitparu-paru obstruksi menahun, gagal

jantung kongestif dan lain-lain. Nilai Hb turun mengindikasi adanya

penyakit anemia.

Nilai normal :

Pria :14-18 g/dl

Wanita :12-16 g/dl

b) Pemeriksaan Leukosit/White Blood Cell (WBC)

Leukosi tmerupakan komponen darah yang berperanan dalam

memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses

metabolic toksin, dll. Penurunan kadar leukosit bias ditemukan pada kasus

penyakit akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll. Sedangkan

peningkatannya bias ditemukan pada penyakit infeksi bakteri, penyakit

inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll.

Nilai Normal : 4.000 – 11. 000 /mm3


15

) Hitung Jenis Leukosit (Diffcount)

Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai

jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit yang masing-masingnya

memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah

neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis

leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan

proses penyakit. Adapun fungsi dari eosinofil dan basophil adalah untuk

memberikan reaksi alergi pada benda asing atau infeksi, sedangkan

monosit berfungsi sebagai reaksi virus atau imun dan limfosit berfungsi

untuk pembentukan antibodi. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan

jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah

absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relative (%) dikalikan

jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.

Nilai normal :

Eosinofil : 0-3%

Basofil : 0-2%,

Neutrofil Segmen : 35- 80%

Limfosit : 15-40%,

Monosit :1-10%

d)Trombosit/ Platelet (PLT)

Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu

dalam proses pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa

kelainan dalam morfologi trombosit antara lain giant platelet (trombosit


16

besar) dan platelet clumping (trombosit bergerombol). Trombosit yang

tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak ada

keluhan. Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa

ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia

Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll.

Nilai normal :150.000-450.000/mm3 darah.

e) Hematokrit/ HCT

Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah

sel darah merah dalam 100ml darah yang dinyatakan dalam persen (%).

Persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma dimana kadar hematokrit = 3

x kadar Hb.

Nilai normal :

Pria :35%-38%

Wanita : 34% -45%.

f) Waktu Perdarahan/ Bleeding Time(BT)

Sebagai pemeriksaan penyaring sebelum operasi untuk mengetahui

adanya kelainan trombosit sebagai proses pembekuan darah. Apabila

trombosit rendah maka BT akan meningkat, jika ini terjadi maka orang

tersebut tidak dapat operasi.

 Metode Ivy (menggunakan alat tensimeter)

Cara keja:

1. Pasang manset tensimeter pada lengan atas dan pompakan

tensimeter sampai 40 mm Hg selama pemeriksaan .


17

Bersihkan permukaan volar lengan bawah dengan kapas

alkohol 70 % . Pilih daerah kulit yang tidak ada vena

superfisial , kira - kira 3 jari dari lipatan siku.

2. Rentangkan kulit dan lukailah dengan lebar 2 mm dalam 3

mm dengan menggunakan lancet.

3.Tepat pada saat terjadi perdarahan stop watch dijalankan

4. Setiap 30 detik hapuslah bintik darah yang keluar dari luka.

Hindari jangan sampai menutup luka.

5. Bila perdarahan berhenti, hentikan stopwatch dan catat hasil.

Nilai Normal: 1-3 Menit

 Metode duke (daun telinga)

Cara kerja :

1. Bersihkan daun telinga dengan kapas alkohol ,

biarkan mengering.

2. Buat luka dengan disposable lanset steril panjang

2 mm dalam 3 mm. sebagai pegangan pakailah

kaca objek dibalik daun telinga dan tepat pada saat

darah keluar jalankan stop watch.

3. Setiap 30 detik darah yang keluar diisap dengan

kertas saring bulat tetapi jangan sampai menyentuh

luka

4. Bila perdarahan berhenti , hentikan stop watch

dan catatlah waktu perdarahan.


18

Nilai normal :1 – 3 menit

g) Waktu Pembekuan / Clotting Time(CT)

Sebagai pemeriksaan penyaring sebelum operasi untuk

mengetahui kelainan pembekuan darah (kelainan faktor-faktor

pembekuan darah).

 Metode Lee-White (Metode Tabung)

Metode Lee - White menggunakan 4 tabung masing - masing

terisi 1 ml darah lengkap, diinkubasi dalam suhu 370 C.

Tabung perlahan - lahan dimiringkan setiap 30 detik supaya

darah bersentuhan dengan dinding tabung sekaligus melihat

sudah terjadinya pembekuan.

Cara kerja:

1. Tempatkan ke 4 tabung reaksi ke dalam water bath (370 C)

2. Ambil darah vena 4 ml, segera jalankan stop watch pada saat

darah tampak di dalam jarum . Tuangkan 1 ml kedalam

setiap tabung.

3. Setelah 3 menit mulailah mengamati tabung 1 . Angkat

tabung keluar dari water bath dalam posisi tegak lurus, lalu

miringkan, perhatikan apakah darah masih bergerak atau

tidak ( membeku ). Lakukan hal ini pada tabung 1 setiap

selang waktu 30 detik sampai terlihat darah dalam tabung

sudah tidak bergerak ( darah sudah membeku ).


19

4. Catat selang waktu dari saat pengambilan darah sampai

darah membeku sebagai masa pembekuan.

Rumus : Rata - rata dari tabung 2,3,dan 4, hasil dibulatkan 0,5

menit.

2+ 3+4
: waktu
3

Nilai normal :4-10 menit.

 Metode Object Glass (Metode Slide)

Masa pembekuan dihitung mulai darah dikeluarkan pada ujung

jari dan diletakkan pada object glass hingga terbentuk benang-

benang fibrin pada tetesan darah tersebut.

Cara Kerja:

1. Lakukan pengambilan darah kapiler, setelah itu taruh

tetesan darah diatas object glass dan nyalakan stopwatch

2. Tiap 30 detik ujung lancet digerakkan keatas pada tetesan

darah 1 sampai terlihat benang-benang fibrin

3. Masa pembekuan dilihat saat adanya benang fibrin pada

object glaas, bias sudah terlihat matikan stopwatch dan catat

waktu.

Nilai normal: 2 – 6 Menit

 Metode Pipet Kapiler

Darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler lalu ditentukan masa

pembekuannya.
20

Cara kerja:

1. Sebelum pembacaan dimulai tabung kapiler digores terlebih

dahulu dengan kikir ampur dengan jarak masing-masing 1

cm agar ,udah dipatahkan

2. Masa pembekuan saat terlihat benang fibrin pada waktu

pematahan tabung kapiler terlihat mulai dari stopwatch

dijalakan

3. Tusuk ujung jari dengan lancet, jalankan stopwatch pada

saat darah keluar

4. Hisap darah dengan tabung kapiler sampai penuh.

Nilai normal: 1 – 2 Menit

Prosedur Pemeriksaan Darah Lengkap Menggunakan Hematology Analyzer

Swelab Alfa

a) Pastikan botol pembuangan kosong

b) Nyalakan stabilizer dengan menaikkan kontak on

c) Setelah stabilizer stabil nyalakan UPS dengan menekan tombol on

d) Nyalakan alat dengan menekan tombol on pada belakang bawah alat

e) Setelah keadaan standby lakukan “prime system” ( pencucian ) Menu –

Prime System

f) Setelah pencucian selesai, lakukan “Background”


21

g) Masukan New Sample- seq : Background – tekan tanda start (dibelakang

needle) 1:1

h) Nilai background yang telah ditetapkan :

RBC : ≤0.02 x 1013/I

WBC : ≤0,2 x 109/I

HGB : ≤0,1 g/l

PLT ≤10 x 109 /l

i) Setelah background masuk dalam nilai yang ditetapkan maka kita

melakukan running pasien.

j) Running pasien:

New Sample – masukkan ID : Blood – masukkan sampel/ darah – tekan

tombol start (dibelakang needle)

k) Untuk melihat hasil pemeriksaan sentuh tanda “sample”

l) Pasien selanjutnya lakukan seperti nomor j dan k

m) Jika alat akan dimatikan maka lakukan “prime system” (pencucian)

n) Dari main menu tekan standby

o) Setelah selesai matikan alat dengan menekan tombol off di belakang

bawah kiri alat

Cara Kerja Manual H2TL

Hemoglobin Metode Sahli

1. Masukkan hcl 0.1 n ke dalam tabung pengencer sampai tanda 2


2. isap darah kapiler dengan pipet hb sampai tanda 20 ul
3. hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet
22

4. segera alirkan darah dari pipet ke dalam dasar tabung pengencer. Catat
waktu /saat darah dicampurkan ke dalam hcl.
5. Isap kembali isi tabung ke dalam pipet kemudian tiupkan kembali isi pipet
ke dalam tabung, lakukan hal ini 2 sampai 3 kali agar sisa-sisa darah
terbilas ke dalam tabung.
6. tambahkan aquadest, tetes demi tetes, sambil mengaduk isi tabung sampai
diperoleh warna isi tabung sama dengan warna standar yang ada di
komparator.warna larutan dibaca pada jarak sepanjang lengan atas dengan
latar belakang cahaya matahari, warna larutan disamakan dengan warna
gelas standar. Tinggi larutan sesuai dengan skala yang menunjukkan kadar
hb dalam g% (lihat pada dasar meniskus). Laporkan nilainya dalam gr%
(=gr/100 ml = gr/dl).
Nilai Normal: perempuan 12 – 16 gr/dl
laki-laki 14 – 18 gr/dl

Hematokrit

1. Diisi mikro kapiler dengan darah yang mengandung antikoagulan edta


10% hingga mencapai 3/4 bagian dari tabung, ditutup bagian ujung tabung
tempat masuknya darah dengan menggunakan lilin
2. Diletakkan tabung kapiler ke dalam sentrifus dengan ujung tertutup
disebelah luar, diputar sentrifus dengan kecepatan 16000 rpm selama 3-5
menit, dibaca hasil dengan menggunakan skala hematokrit dalam satuan
persen.
Nilai rujukan :
o Bayi baru lahir : 44 - 46 %
o Usia 1 – 3 tahun : 29 – 40 %
o Usia 4 – 10 tahun : 31 – 43 %
o Pria dewasa : 40 – 54 %
o Wanita dewasa : 36 – 46 %
23

Hitung trombosit

 Cara langsung (Cara pipet)


Darah diencerkan dalam pipet thoma eritrosit dengan menggunakan
larutan rees ecker, kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung. Jumlah sel
trombosit dihitung dalam volume tertentu dengan menggunakan faktor
konversi jumlah sel trombosit/μl darah dapat diperhitungkan.
Cara Kerja:
1. Isap larutan rees ecker sampai tanda 1 dengan pipet thoma eritrosit.
2. Bilas pipet menggunakan larutan tersebut. Lakukan pengambilan sampel
darah kapiler atau vena. Isap sampel darah sampai tanda 0,5 dengan pipet
thoma eritrosit.
3. Hapus darah yang melekat pada luar ujung pipet. Lalu isap larutan rees
ecker sampai tanda 101.
4. Kocok pipet supaya homogen, buang 3-4 tetes.
5. Siapkan kamar hitung yang bersih dan kering dengan dect glass diatasnya,
lalu letakkan diatas mikroskop.
6. Teteskan 1 tetes kedalam kamar hitung, biarkan 2-3 menit.
7. Hitung jumlah leukosit dalam 25 kotak sedang ditengah dengan
perbesaran 40x.
8. Kriteria : sel yang menyinggung garis kiri dan atas dihitung sel yang
menyinggung garis kanan dan bawah tidak dihitung.

 Cara tabung
Darah diencerkan dalam tabung serologi dengan menggunakan
larutan Ammonium oxalate 1 %, kemudian dimasukkan ke dalam kamar
hitung. Jumlah sel trombosit dihitung dalam volume tertentu dengan
24

menggunakan faktor konversi jumlah sel trombosit/μl darah dapat


diperhitungkan.

Cara Kerja:
1. Masukkan 4 ml larutan Amonium Oxalat 1% ke dalam tabung.
2. Isap 20 μl larutan Amonium Oxalat 1% dengan pipet hemoglobin, bilas
pipet hb.
3. Isap 20 μl sampel darah, hapus darah yang melekat pada luar ujung pipet.
Masukkan ke dalam tabung, bilas 3-4 kali, homogenkan.
4. Siapkan kamar hitung yang bersih dan kering dengan dect glass diatasnya,
lalu letakkan diatas mikroskop.
5. Teteskan 1 tetes darah yang sudah diencerkan tadi kedalam kamar hitung,
biarkan 2-3 menit.
6. Hitung jumlah leukosit dalam 25 kotak sedang ditengah dengan
perbesaran 40x.
7. Kriteria :
 sel yang menyinggung garis kiri dan atas dihitung
 sel yang menyinggung garis kanan dan bawah tidak dihitung

 Menghitung jumlah trombosit

N : jumlah sel

V : volume kamar hitung → 1/10

P : pengenceran  → 200

 Nilai Normal : 150.000 – 400.000

Hitung Leukosit
25

 Cara pipet leukosit


1. Dengan pipet lekosit darah diisap sampai tanda 0,5 , bila lebih letakkan
ujung pipet pada bahan yang tidak meresap misal plastik, sampai darah
tepat pada tanda 0,5.
2. Bersihkan bagian luar pipet tersebut dari darah dengan tissue. Kemudian
isaplah larutan pengencer sampai tanda 11. (pengencer 1: 20).
3. Peganglah pipet lekosit tersebut sedemikian rupa sehingga kedua ujung
pipet terletak diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan. Homogenkan
selama 3 menit agar semua eritrosit hemolisis.
 Cara Tabung
1. Larutan pengencer sebanyak 0,38 ml dimasukkan dengan menggunakan
pipet 0,5 ml ke dalam tabung ukuran 75 x 10 mm
2. Tambahkan 20 µl darah EDTA, darah kapiler ke dalam tabung tersebut
(pengencer 1: 20). Pada waktu mengambil darah EDTA jangan lupa
menghomogenkan darah dengan baik. Sebelum memasukkan 20 µl darah
Penuntun Praktikum Hematologi 13 ke dalam larutan pengencer,
hapuslah kelebihan darah yang ada di dalam pipet. Hati-hati agar darah di
dalam pipet tidak ikut terserap.
3. Darah yang tersisa di dalam pipet dibilas dengan mengisap dan
mengeluarkan larutan pengencer sebanyak 3 kali.
4. Tabung tersebut ditutup dengan parafilm dan dicampur hingga
homogen. Pencampuran dilakukan selama 1 menit.
 Mengisi Kamar Hitung
1. Letakkan KH dengan hati-hati di bawah mikroskop dalam keadaan rata
air. Turunkan kondensor atau kecilkan diafragma. Gunakanlah
pembesaran kecil untuk mencari daerah yang akan di hitung. Setelah itu
penghitungan sel dilakukan dengan menggunakan lensa objektif 10x dan
lensa okuler 10x.
2. Pada hitung lekosit minimal sel yang dihitung 100 sel dengan menghitung
semua lekosit yang ada pada kempat bidang 1,2,3 dan 4 (gbr.1)
diharapkan syarat minimal sel yang harus dihitung dapat dicapai. Volume
26

yang dihitung sebesar 4 ( 1 x 1 x 0,1 ) = 0,4 ul (mmk). Bila jumlah lekosit


dalam 2 buah bidang 1 dan 3 telah melebihi jumlah 100 sel dengan
catatan bahwa volume yang dihitung sebesar 2 ( 1 x 1 x 0,1 ) = 0,2 ul
(mmk).
3. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus kekanan, kemudian turun
kebawah dan dair kanan kekiri ; lalu turun lagi kebawah dan dimulai lagi
dari kiri ke kanan. Cara seperti ini dilakukan pada ke-empat bidang besar.
4. Kadang-kadang ada sel-sel yang letaknya menyinggung garis batas suatu
bidang. Sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis atas
harus dihitung. Sebaliknya sel-sel yang menyinggung garis batas selah
kanan atau bawah tidak turut dihitung.
 Perhitungan

N : jumlah sel
V : volume kamar hitung → 4/10
P : pengenceran  → 20
 Nilai normal = 4.000 – 10.000/ µl
b. Pemeriksaan Kimia Darah
a) Bilirubin
Merupakan zat warna kuning yang dihasilkan oleh empedu. Bila
terjadi peningkatan kadar bilirubin, kulit akan menjadi kekuningan.
Peningkatan kadar bilirubin bisa terjadi karena penyakit hati dan empedu
(karena radang/infeksi, sumbatan batu, tumor) atau pemecahan sel darah
merah yang berlebihan.
Nilai normal :
Bilirubin direct : 0,25 mg/dl
Bilirubin Indirect: 0,75 mg/dl
Bilirubin Total : 1,0 mg/dl

b) Pemeriksaan Bilirubin total


27

Cara Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam
suhu percobaan 370 C.
2. Siapkan spektrofotometri dengan absorbansi 0 menggunakan
aquadest
3. Siapkan working reagents: Campur 1 ml reagen RN dengan 4 ml
reagen RT
4. Siapkan Standar/ Kalibrasi: Rekonstitusi vial dengan
menambahkan secara tepat 1.0 ml aqua destilasi. Homogenkan
campuran dan biarkan selama 5 – 10 menit sebelum dipergunakan.
5. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,
standar, sampel
6. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

7. Campuran dihomogenkan, inkubasi selama 2 menit pada suhu


ruangan
8. Baca absorbansi sampel blanko terhadap aqua destilasi dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm
9. Baca absorbansi sampel terhadap reagen blanko dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm
10. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar Bilirubin Total dalam
sampel
c. Pemeriksaan Bilirubin direct
Cara Kerja:
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam suhu
percobaan 370C
2. Siapkan spektrofotometri dengan absorbansi 0 menggunakan aquadest
28

3. Siapkan working reagents: Campur 1 ml reagen RN dengan 4 ml reagen


RD
4. Siapkan Standar/ Kalibrasi: Rekonstitusi vial dengan menambahkan
secara tepat 1.0 ml aqua destilasi. Homogenkan campuran dan biarkan
selama 5 – 10 menit sebelum dipergunakan.
5. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko, standar,
sampel
6. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

7. Campuran dihomogenkan, inkubasi selama 5-10 menit pada suhu 370C

8. Baca absorbansi sampel blanko terhadap aqua destilasi dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm

9. Baca absorbansi sampel terhadap reagen blanko dengan spektrofotometer

pada panjang gelombang 540 nm

10. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar Bilirubin Direct dalam sampel

d. SGPT (ALT)

Untuk mengetahui enzim yang terdapat di dalam sel hati. SGPT akan

meningkat kadarnya di dalam darah jika terdapat kerusakan pada hati.

Nilai Normal :< 41 U/L

e. SGOT (AST)

Untuk mengetahui enzim yang terdapat didalam sel parenkim hati.

SGOT akan meningkat kadarnya didalam darah jika terdapat kerusakan pada
29

hati. Namun SGOT tidak spesifik hanya terdapat di dalam hati. SGOT juga

dapat ditemukan disel darah, jantung, dan sel otot. Karena itu peningkatan

SGOT tidak selalu menunjukkan kerusakan pada hati.

Nilai Normal :< 42 U/L

f. Ureum

Untuk mengetahui jumlah nitrogen urea yang ada dalam darah. Ureum

merupakan produk limbah yang dibentuk selama proses pemecahan protein

yang kemudian ditransfer dari hati ke ginjal (melalui aliran darah) dan

dikeluarkan dalam bentuk urin.

Nilai normal :10-50 mg/dl

g. Kreatinin

Untuk mengetahui kadar kreatin dalam darah. Kreatin merupakan

produk penguraian dari kreatinin fosfat dalam metabolisme otot dan

dihasilkan dari kreatin. Biasanya kadar kreatin dalam darah normal karena

massa otot relative konstan, namun bila fungsi ginjal terganggu maka

kreatinin dalam darah akan meningkat.

Nilai normal :0,7 – 1,5 mg/dl

h. Asam urat

Untuk mengetahui adanya penyakit Gout Arthritis (nyeri sendi karena

tingginya kadar asam urat).

Nilai normal :

Pria: 3,4 – 7,0 mg/dl

Wanita : 2,4 – 5,7 mg/dl


30

i. Kolesterol total

Untuk mengetahui kadar kolesterol atau lemak total yang beredar di

seluruh tubuh

Nilai normal :< 200 mg/dl

j. Trigliserida

Untuk mengetahui kadar salah satu jenis lemak dalam darah yang

dibutuhkan tubuh untuk diubah menjadi energi, tinggi rendahnya trigliserida

sangat dipengaruhi oleh makanan yang di konsumsinya. Oleh karena itu

pemeriksaan ini harus puasa10–12 jam.

Nilai normal : 150 - 200 mg/dl

k. HDL kolesterol

Untuk mengetahui kadar lemak baik yang mampu membersihkan atau

menghisap cholesterol yang berlebih kemudian dibawa kembali ke hati dan

akan didaur ulang kembali.

Nilai normal : > 35 mg/dl

Pemeriksaan HDL pada spektrofotometer

a) Pipet sampel plasma 200 Ul dan pipet reagen A 500 uL kedalam tabung

reaksi 1, diamkan 3-5 menit.

b) Kemudian centrifuge tabung selama 10 menit

c) Pipet 50 uL supernatant dan 1000 uL reagen B ke tabung 2

d) Inkubasi pada waterbath selama 10 menit pada suhu 37oC

e) Masukkan base line


31

f) Kemudian masukkan sampel pada alat untuk membaca panjang

gelombang.

|Sampel|
g) Hitung nilai HDL dengan rumus x kadar standar
|Standar|

sampel
Atau x 52,5
0,349

Nilai Normal : 40 mg/dl

l. LDL kolesterol

Untuk mengetahui kadar lemak jahat karena LDL berfungsi untuk

membawa cholesterol ke berbagai bagian tubuh yang membutuhkan namun

LDL yang terlalu banyak dapat menimbulkan penimbunan cholesterol

diarteri yang menyebabkan serangan jantung.

−trigliserida
Cara perhitungan LDL = Cholesterol −HDL
5

Nilai normal : ≤150 mg/dl.

m. Gula Darah Sewaktu

Untuk mengetahui kemampuan hormon insulin dalam memetabolisme

glukosa dalam keadaan tidak puasa.

Nilai normal :< 200 mg/dl

Prosedur kerja glukosa metode POCT:

Glukometer (POCT) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

kadar glukosa darah, yang mana sering digunakan untuk memantau atau

memonitoring tingkat glukosa darah seseorang.

Prinsip :
32

pemeriksaan pada metode ini adalah strip test diletakan pada alat, ketika

darah diteteskan pada zona reaksi tes strip, katalisator glukosa akan

mereduksi glukosa dalam darah. Intensitas dari elektron yang terbentuk dalam

alat strip setara dengan konsentrasi glukosa dalam darah.

Cara kerja:

a) Siapkan alat glucometer yang meliputi stik dan alat analyzer

b) Pasangkan stik pada alat analyzer

c) Desinfeksi jari pasien yang akan di ambil darah kapilernya

d) Tusuk bagian tersebut dengan disposable lancet

e) Kemudian, arahkan stik pada darah kemudian tunggu alat menganalisa

kadar glukosa pada darah

f) Tutup area tusukan pada pasien dengan kapas.

Prosedur penggunaan alat Kimia Analyzer A15

1. Menyalakan alat

a.Nyalakan Monitor dan CPU


b.Tekan tombol power pada bagian belakang alat
kimia analizer. Lampu indikator akan menyala,
tunggu sampai terdengar bunyi beep.
c.Klik 2 kali ikon A15
d.Pilih ikon Warming Up
e.Tunggu sampai ada perintah ganti washing
f.Muncul perintah “Tambahkan Washing Solution untuk
melanjutkan”
g. Buka penutup alat, kemudian ganti dengan botol
washing solution. Klik tunggu hingga
33

selesai.
h. Muncul perintah “Tambahkan System Liquid untuk
melanjutkan”, ganti botol washing solution dengan
botol system liquid, klik
i. Tunggu proses warming up hingga selesai sekitar 15 menit,
hingga muncul Stand by pada
monitor.
j.Pilih N-Rotor , kemudian klik OK, tanpa
menunggu proses pemanasan selesai. k.
Muncul informasi Proses pemanasan rotor
sudah selesai, klik OK.
2. Memasukan sampel

a. Pilih ikon Sampel Baru


b. Masukan nama pasien dan umur pada kolom kode pasien
c. Pilih parameter pemeriksaan, dengan mengklik
pemeriksaan + menahan tombol Ctrl d. Pilih
Tambahkan profil
e. Pilih Ikon Posisi
f. Muncul informasi Apakah anda ingin mengirim semua
sampel yang ada di list, tekan OK
g. Pilih Ikon Autosamples
h. Letakan sampel yang telah di pipet ke dalam rak nomor 3,
usahakan tidak ada gelembung pada
sampel.

i. Klik pada rak nomor 3, lihat posisi sampel yang akan


diperiksa, perhatikan urutan register sampel dengan
urutan sampel pada alat.
j. Klik Accept, muncul informasi apakah anda ingin
menyimpan daftar distribusi rak
kedalam sebuah file, klik OK
34

k. Klik Ikon Start, tunggu pemeriksaan selesai. Untuk


melihat hasil pemeriksaan pada ikon Hasil
Saat Ini
3. Mengganti rotor

a.Jika rotor sudah terpakai semua, tunggu hingga


pemeriksaan yang ada sampai selesai atau pilih
(S-S) Sampling Stop. Pastikan tunggu alat sampai keadaan
Stand By.
b.Buka penutup alat, buka tempat rotor, keluarkan rotor yang
lama.
c.Pilih rotor baru yang bersih dan kering, masukan
ke tempat rotor alat kimia analizer .
d.Tutup kembali penutup alat
e.Klik N-Rotor , tunggu hingga proses pemanasan nya
selesai.
f.Rotor yang telah digunakan cuci di wastafel limbah,
masukan rotor kedalam wadah cairan
detergen diamkan selama 12 jam. kemudian 12 jam dalam
wadah cairan aquades.
4. Mematikan alat

a. Klik Reset untuk menghapus hasil pemeriksaan,


muncul informasi apakah ingin memulai sesi baru. Pilih
OK
b.Pilih Keluar, pilih Dengan Mematikan Alat, muncul
info apakah anda ingin keluar dari program. Klik OK
c.Keluar perintah tambahkan
washing solution sebelum
melanjutkan. d. Ganti botol
sistem liquid pada alat dengan
washing solution.
35

e. Klik , tunggu hingga proses selesai. Program akan


keluar secara otomatis.
f. Matikan alat, matikan Komputer dan Monitor, buang
sampel ke wastafel limbah, masukan reagen kedalam
kulkas.
n. Pemeriksaan Urine

Prosedur pemeriksaan urine (Urine Analyzer)

Prinsip :

Strip uji ditempatkan padatray, lalu tray disimpan di motor penggerak

sehingga strip beergerak kedalam alat pembaca. Analisa pada membaca

referensi di ikuti oleh masing-masing dari bagian uji strip alat berisi led yg

memancarkan cahaya pada berbagai macam panjang gelombang.

Cara kerja :

a) Tekan START kemudian wadah penempatan strip akan keluar dari alat

b) Rendam strip kedalam urine kemudian letakkan pada wadah

c) Tekan “start” kemudian alat akan menganalisa strip urine mulai dari

menghitung mundur 65 detik

d) Hasil akan muncul seperti contoh berikut:


36

) Warna Urine

Warna urin dapat berubah oleh karena obat-obatan, makanan, serta

penyakit yang diderita.Warna urin normal putih jernih, kuning muda atau

kuning.Warna urin berhubungan dengan derasnya diuresis (banyak

kencing), lebih besar diueresis lebih condong putih jernih. Warna urin

kuning normal disebabkan antara lain oleh urocrom dan urobilin. Pada

keadaan dehidrasi atau demam, warna urin lebih kuning dan pekat dari

biasa ginjal normal. (Gandasoebrata, 2006)

 Merah: hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.

Penyebab nonpatologik: banyak macam obat dan zat warna,

bit, rhubab (kelembak), senna.

 Oranye: pigmen empedu.

Penyebab nonpatologik: obat untuk infeksi saliran kemih

(piridium), obat lain termasuk fenotiazin.

 Kuning: urin yang sangat pekat, bilirubin, urobilin.

Penyebab nonpatologik: wotel, fenasetin, cascara,

nitrofurantoin.

 Hijau: biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).

Penyebab nonpatologik: preparat vitamin, obat psikoaktif,

diuretik.

 Biru: tidak ada penyebab patologik.

Pengaruh obat: diuretik, nitrofuran.


37

 Coklat Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen

empedu.

Pengaruh obat: levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.

 Hitam atau hitam kecoklatan: melanin, asam homogentisat,

indikans, urobilinogen, methemoglobin.

Pengaruh obat: levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.

b) Kejernihan urine

Urin yang baru dikemihkan biasanya jernih. Kekeruhan yang timbul

bila urin didiamkan beberapa jam disebabkan oleh berkembangnya kuman.

Kekeruhan ringan bisa disebabkan oleh nubecula. Pada infeksi saluran

kemih, urin akan keruh sejak dikemihkan yang disebabkan lender, sel-sel

epitel dan lekosit lama-lama mengendap.

c) Ph urine

Derajat keasaman urin harus diukur pada urin baru, pH urin dewasa

normalnya adalah 4,6-7,5 pH urin 24 jam biasanya asam, hal ini

disebabkan karena zat-zat sisa metabolise badan yang biasanya bersifat

asam. Penelitian pH urin berguna pada gangguan cairan badan elektrolit

serta pada infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh kuman yang

menguraikan ureum. Adanya bakteriurea urin akan bersifat alkalis.

) Protein

Albumin biasanya jenis senyawa protein pertama yang diekskresikan

dalam urin setiap kali ada masalah ginjal. Jenis lain dari senyawa protein

yang tidak terdeteksi dalam tes dip stick dan dapat diukur melalui tes
38

protein urin yang berbeda. Kondisi yang biasanya menghasilkan jumlah

tinggi protein dalam urin termasuk preeklamsia, multiple myeloma,

peradangan, luka saluran kemih, keganasan dan gangguan lain yang

merusak sel-sel darah merah. Hasil pemeriksaan protein dilaporkan secara

kualitatif (Negatif, 1+, 2+, 3+)

) Glukosa

Metode strip reagen dinilai lebih bagus dibandingkan uji kimia

basah tradisional karena lebih spesifik untuk glukosa dan waktu pengujian

relatif singkat. Strip reagen untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu

glukosa oksidase dan peroksidase, serta zat warna (kromogen), seperti

orto-tuluidin, kalium iodida, tetrametilbensidin atau 4- aminoantipirin.

Perubahan warna yang terjadi tergantung pada kromogen yang digunakan

dalam reaksi. Hasil pemeriksaan glukosa dilaporkan secara kualitatif

(negatif, 1+, 2+, 3+)

) Keton

Strip reagen berisi sodium nitroprusid (nitroferisianida) dan buffer

basa yang bereaksi dengan keton urine membentuk warna ungu atau merah

marum. Sampel urine untuk pemeriksaan benda keton adalah urine acak

atau sewaktu. Hasil pemeriksaan keton dilaporkan secara kualitatif

(negatif, 1+, 2+, 3+)

) Leukosit

Uji strip reagen mendeteksi esterase leukosit yang ditemukan dalam

granula azurofilik leukosit granulositik (neutrofil, eosinofil dan basofil ),


39

serta monosit dan makrofag. Prinsipnya adalah aksi esterase leukosit

memecah ester yang diresapkan dalam pad reagen membentuk senyawa

aromatik. Segera setelah hidrolisis ester, reaksi azocoupling terjadi antara

senyawa aromatik yang dihasilkan dan garam azodium yang disediakan

dalam pad tes menghasilkan warna azo dari krem sampai ungu

) Erirosit.

Normal jumlah eritrosit adalah 0-1/lpb. Pada keadaan normal

eritrosit bisa berasal dari seluruh saluran urogenitalis.Kadang-kadang

perdarahan saluran kemih bagian bawah menimbulkan bekuan darah dalam

urin.Bentuk eritrosit normal adalah cakram bikonkaf, diameter ± 7µ, warna

hijau pucat dan jernih.

) Epitel

Sel epitel adalah sel yang berasal dari permukaan tubuh, seperti kulit,

pembuluh darah, saluran kemih, dan organ tubuh lainnya.Sel ini berperan

sebagai penghalang antara bagian dalam dan luar tubuh, sehingga dapat

melindungi bagian dalam tubuh dari virus.

Jika menjumpai adanya sejumlah kecil sel epitel di dalam urine lewat

mikroskop, kondisi ini terbilang normal.Kadar normal sel epitel di dalam

kencing manusia biasanya berkisar 0 – 4 sel per lapang pandang.


40

Pemeriksaan Urine Secara Manual

1. Pemeriksaan Sedimen Urine

Tujuan :

Menemukan adanya unsur - unsur organik dan anorganik dalam urine

secara mikroskopis

Prinsip Pemeriksaan:

urine mengandung elemen - elemen sisa hasil metabolisme didalam

tubuh, elemen tersebut ada yang secara normal dikeluarkan secara bersama -

sama urine tetapi ada pula dikeluarkan pada keadaan tertentu. Elemen -

elemen tersebut dapat dipisahkan dari urine dengan jalan dicentrifuge.

Elemen akan mengendap dan endapan dilihat dibawah mikroskop

Alat dan bahan

 Tabung reaksi

 Object glass

 Cover glass

 Mikroskop

 Centrifuge (+ tabung centrifuge)

 Sampel urine

Cara Kerja

1. Sampel urin dihomogenkan dulu kemudian dipindahkan ke dalam

tabung centrifuge sebanyak 10 ml.

2. Centrifuge dengan kecepatan relatif rendah (sekitar 1500 - 2000 rpm)

selama 5 menit.
41

3. Tabung dibalik dengan cepat untuk membuang supernatant sehingga

tersisa endapan kira-kira 0,2-0,5 ml.

4. Endapan diteteskan ke gelas obyek dan ditutup dengan cover glass.

5. Endapan pertama kali diperiksa di bawah mikroskop dengan

perbesaran rendah menggunakan lensa obyektif 10X, disebut lapang

pandang besar (LPB) atau lapang pandang kecil (LPK) untuk

mengidentifikasi benda-benda besar seperti silinder dan kristal.

Interpretasi hasil

Dilaporkan Normal + ++ +++ ++++


Eritrosit/LPK 0-3 4-8 8-30 >30 Penuh
Leukosit/LPK 0-4 5-20 20-50 >50 Penuh
Silinder/Kristal/LP 0-1 1-5 5-10 10-30 >30

L
Keterangan : untuk kalsium oxalate : + masih dinyatakan normal; ++

dan +++ sudah dinyatakan abnormal

2. Pemeriksaan Glukosa Metode Benedict

Tujuan:

Untuk memeriksa adanya kandungan glukosa dalam sampel urine

Prinsip Pemeriksaan :

Dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro

kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Intensitas

warna merah dari ini secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urine

yang diperiksa

Alat dan bahan:


42

 Tabung reaksi

 Api bunsen

 Reagen Benedict dengan komposisi: CuSO4 17,3 Na Citrate 173 Na

Carbonat 100 Aquadest ad 1.000 ml

 Sampel urine

Cara Kerja :

1. Masukkan 5 ml reagen Benedict dan 8 tetes urine (2,5 ml reagen Benedict

dengan 4 tetes urine) ke dlam tabung reaksi

2. Kocok, kemudian dipanaskan sampai mendidih di atas api Bunsen

3. Atau dapat dimasukkan ke dalam penangas air dengan air yang telah

mendidih selama 5 menit

4. Biarkan dingin, amati perubahan warna yang terjadi

Interpretasi Hasil :

( - ) : Tetap biru

( + ) : Keruh, warna hijau agak kuning

( ++ ) : Kuning kehijauan dengan endapan kuning

( +++ ) : Kuning kemerahan, dengan endapan kuning merah

( ++++ ) : Merah jingga sampai merah bata

2. Pemeriksaan Protein Urine

Tujuan

Untuk mengetahui kadar protein dalam urine secara kualitatif

Metode
43

Untuk menguji secara kualitatif protein dalam urine dilakukan dengan

merebus urine dalam suasana asam menggunakan asam asetat 6%, positif jika

muncul endapan atau kekeruhan pada larutan uji

Prinsip Pemeriksaan

Protein dalam susunan asam lemah, bila dipanaskan akan mengalami

denaturasi

Alat dan bahan

 Tabung reaksi

 Asam asetat 6%

 Api Bunsen

 Sampel urine

 Penjepit kayu

 Spuite

Cara Kerja

1. Siapkan reagen asam asetat 4 tetes masukkan ke dalam tabung reaksi

2. Kemudian masukkan urin 2,5 ml ke dalam tabung reaksi yang sudah

berisi 4 tetes asam asetat 6% urin

3. Panaskan dalam waterbath selama 5 menit

4. Amati hasil

Interpretasi Hasil:

(+) : keruh

(++) : keruh berbutir

(+++): keruh berkeping


44

(++++): keruh menggumpal besar

1.4 Pemeriksaan Parasitologi Feses

Pemeriksaan feses lengkap adalah suatu pemeriksaan laboratorium

untuk menilai dan mengukur melalui beberapa parameter yang bertujuan

untuk mengetahui kondisi sistem pencernaan seseorang melalui feses.Teknik

pemeriksaan feses memerlukan cara pengumpulan sampel yang benar

sehingga pemeriksaan dan interpretasi dapat menunjang ketepatan diagnosis.

Sebelum prosedur dilakukan, jelaskan terlebih dahulu kepada pasien maksud

dan tujuan prosedur pemeriksaan.

Prosedur pemeriksaan

Pemeriksaan feses meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis,

tes darah samar tinja, pemeriksaan mikrobiologi, dan imunologi.

) Pemeriksaan Makroskopis

Pada pemeriksaan makroskopis akan diperiksa hal-hal berikut:

Warna :

Warna normal pada feses adalah kecoklatan atau kuning.Warna tersebut

diakibatkan karena adanya zat bilirubin yang dihasilkan oleh hati.Namun,

warna dapat bersifat variatif tergantung pada diet pasien.Warna tanah liat

(clay-coloured) atau warna dempul yang pucat menunjukan adanya kelainan

seperti obstruksi bilier, empedu, atau steatorrhea.

Tinja berwarna gelap atau kehitaman (black tarry stool) disebut

melena.Melena terjadi jika terdapat perdarahan lebih dari 100 mL di saluran

pencernaan atas.Selain pendarahan pada saluran pencernaan atas, obat-obatan


45

yang mengandung zat besi, bismuth, dan karbon aktif juga dapat memberikan

warna kehitaman pada tinja.

Konsistensi :

Konsistensi normal feses adalah agak lunak dan berbentuk. Konstipasi

menyebabkan tinja menjadi kecil dan keras sehingga sulit untuk dikeluarkan.

Untuk pemeriksaan konsistensi, skala feses Bristol dapat digunakan untuk

panduan visual saat pemeriksaan. Bristol Stool Form Scale disingkat BSF

juga digunakan untuk memonitor keadaan pasien yang memiliki feses yang

cair

Jumlah :

Pada keadaan normal, jumlah tinja manusia adalah 100-250 gram/hari.

Namun, hal tersebut dipengaruhi oleh jumlah makanan yang dikonsumsi,

khususnya sayur yang banyak mengandung

Bau :

Bau normal pada tinja disebabkan oleh indol, skatol, serta asam

butirat.Bau pada tinja dihasilkan oleh keadaan seperti penguraian protein dan

gula. Bau menyengat dapat disebabkan oleh parasit Giardia lamblia atau

malabsorpsi lemak

Lendir :

adanya sedikit lendir dalam tinja adalah normal. Beberapa bakteri dan

parasit dapat menyebabkan adanya lendir yang banyak pada tinja.

Darah :
46

adanya campuran darah segar menandakan perdarahan pada saluran

pencernaan bawah. Darah yang bercampur dengan tinja juga didapati pada

disentri yang disebabkan oleh Shigella.

Parasit :

Pada infeksi parasit, kista parasit bisa ditemukan pada tinja yang padat,

sedangkan trofozoit bisa ditemukan pada tinja yang cair. Pada pemeriksaan

makroskopis juga bisa tampak cacing, contohnya Enterobius

vermicularis dan Ascaris lumbricoides

) Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopis merupakan langkah yang penting dalam

mendeteksi abnormalitas pada usus. Pemeriksaan mikroskopis merupakan

pemeriksaan diagnostik yang digunakan untuk melihat adanya leukosit, jenis

protozoa, dan telur cacing. Cacing yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan

makroskopis dapat dilihat menggunakan pemeriksaan mikroskopis. Direct

wet mount, saline wet mount, dan iodine wet mount dapat digunakan untuk

melihat bentuk cacing, telur, larva, tropozoit, dan kista. Iodine wet

mount lebih baik digunakan jika ingin melihat kista. Cara sederhana tersebut

ialah dengan sedikit menaruh sampel tinja yang diemulsi dalam 1-2 tetes

saline atau iodine pada slide kaca, kemudian slide kaca baru ditempatkan di

atasnya dan sediaan diperiksa di bawah mikroskop.

Leukosit :

Pada keadaan normal, leukosit tidak ditemukan dalam tinja. Untuk

pemeriksaan leukosit, sampel tinja diambil pada bagian yang


47

berlendir.Leukosit biasanya didapati pada infeksi yang disebabkan oleh

bakteri dan tidak ditemukan pada kasus diare yang disebabkan oleh virus dan

parasit

Eritrosit :

Pada keadaan normal, eritrosit tidak ditemukan dalam tinja. Invasi

amoeba dapat menyebabkan adanya darah pada tinja. Keadaan seperti disentri

juga merupakan infeksi pada usus yang menyebabkan diare yang disertai

darah atau lendir. Penyebab lain adanya eritrosit pada tinja

adalah inflammatory bowel disease, keganasan, ulkus peptikum,

angiodisplasia, dan diverticulosis.

Lemak :

Pada manusia sehat, kurang dari 6 g/hari lemak diekskresi dalam

tinja.Jumlah ini tetap konstan meskipun konsumsi harian lemak mencapai

100-125 g. Untuk pengumpulan sampel pemeriksaan steatorrhea, tinja

dikumpulkan selama 72 jam saat pasien melakukan diet yang mengandung

100 g lemak setiap hari. Namun, pemeriksaan ini sudah mulai digantikan

dengan tes steatokrit asam yang didasarkan pada pengukuran berat. Tes ini

didapati lebih sederhana, cepat, dan murah dibandingkan dengan

pengumpulan lemak 72 jam

Gula :

Pemeriksaan ini menggunakan kertas kromatografi untuk

mengidentifikasi adanya gula dalam tinja. Pemeriksaan ini memungkinkan


48

untuk mendiagnosis galaktosemia klasik yang juga disebut dengan

galaktosemia tipe 1, malabsorpsi sukrosa, intoleransi laktosa, dan keadaan

seperti malabsorpsi glukosa-galaktosa, pH tinja diperiksa menggunakan

kertas nitrazine. Kertas kemudian ditempelkan pada sampel tinja selama 30

detik, kemudian bandingkan perubahan warna pada kertas nitrazine. pH

normal tinja adalah 7,0-7,5. Pada bayi yang meminum asi, pH akan lebih

asam daripada normal. Feses dengan pH rendah dapat disebabkan oleh

penyerapan yang buruk dari karbohidrat atau lemak.

3.3.2 Jenis Pemeriksaan Yang Jarang Dilakukan

1. pemeriksaan hematologi

a) Eritrosit

Eritrosit adalah kepingan darah yang berbentuk bulat dengan sedikit

ceruk di tengahnya, agak mirip donat. Sel darah ini dibuat di sumsum tulang

melalui proses yang disebut erythropoiesis. Sel darah yang belum matang

disebut dengan retikulosit. Jumlahnya, bisa mencapai 1-2% dari eritrosit

keseluruhan.

Nilai normal :

Pria : 4,5 - 5,5 juta/mm3

Wanita : 4 - 5 juta/mm3
49

) MCV

MCV adalah singkatan dari mean corpuscular volume. Artinya, nilai

MCV akan menunjukkan ukuran sel darah merah atau eritosit pada sampel

darah yang diambil saat pemeriksaan.

Rumus Perhitungannya :

Nilai Hematokrit (Vol %)


MCV = x 10
Jumlah Eritrosit ( juta/ µl)

Nilai normal :80 – 100 FL

) MCH

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau HER (Hemoglobin

Eritrosit Rata-rata) adalah jumlah hemoglobin per-eritrosit yang dinyatakan

deengan satuan perkilogram. Rumus perhitungannya :

Nilai Hemaglobin( gr %)
MCH= x 10
Jumlah Eritrosit( juta/ µl)

Nilai normal :28 – 35 g

) MCHC

MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentrattion) atau KHER

(Konsentrasi Hemaglobin Eritrosit Rata-rata) adalah konsentrasi hemoglobin

yang didapat per-eritrossit yang dinyatakan dengan satuan gram per desiliter

(g/dl). Rumus perhitungannya :

Nilai Hemoglobin(gr %)
MCHC =
Jumlah Hematokrit (vol %)

Nilai normal :330 – 360 g/L

Prinsip kerja :
50

Hematology analyzer adalah sampel darah yang sudah dicampur dengan

reagen dilusi sebanyak 200x proses hemolyzing untuk mengukur jumlah

lekosit. Selanjutnya sampel dilakukan dilusi lanjutan sebanyak 200x (jadi

40.000x) untuk mengukur eritrosit dan trombosit. Sampel diproses pada blok

data processing dan hasilnya akan ditampilkan pada monitor dan dicetak

dengan mesin print. Prinsip kerja hematology analyzer adalah sampel darah

yang sudah dicampur dengan reagen dilusi sebanyak 200x proses hemolyzing

untuk mengukur jumlah lekosit.Selanjutnya sampel dilakukan dilusi lanjutan

sebanyak 200x (jadi 40.000x) untuk mengukur eritrosit dan trombosit.

Sampel diproses pada blok data processing dan hasilnya akan ditampilkan

pada monitor dan dicetak dengan mesin print.

) LED / Laju Endapan Darah

LED atau Laju Endap Darah adalah kecepatan sel-sel darah merah

mengendap di dalam tabung uji dengan satuan mm/jam. Uji LED umumnya

dilakukan menggunakan metode Westergren dan bertujuan untuk memantau

keberadaan radang atau infeksi di dalam tubuh.

Prinsip kerja :

LED dengan metode manual adalah darah dengan antikoagulan dengan

perbandingan tertentu dan dimasukkan dalam tabung khusus (Westergren)

yang diletakkan tegak lurus dan dibiarkan selama 1 jam, maka eritrosit dan

mengendap, 3 fase dalam pemeriksaan LED yaitu fase pembentukan rouleaux

(gulungan) yang berlangsung kurang lebih 15 menit (pada fase ini terjadi gaya

tarik menarik antara partikel-partikel eritrosit), fase pengendapan eritrosit


51

yang berlangsung kurang lebih 30 menit, fase pemadatan eritrosit yang

berlangsung kurang lebih 15 menit. Kelemahan metode manual antara lain.

Prosedur Pemeriksaan LED menggunakan metode Westergren

1 Darah diencerkan dengan Natrium sitrat 0,109 M dalam tabung reaksi

dengan perbandingan 1: 4 (0,4 mL Natrium sitrat + 1,6 mL darah)

dicampur hingga homogen

2 Diisap darah tersebut kedalam pipet westergren sampai garis tanda 0 mm

3 Dipasang pipet westergren tersebut dalam raknya dengan posisi tegak

lurus

4 Pasang timer sampai 1 jam kemudian baca hasil.

Nilai normal :

Pria : < 10 mm/jam

Wanita : < 15 mm/jam

4.2.2 pemeriksaan kimia

a) Alkali Phospatase

Alkali phosphatase (ALP) adalah enzim yang ditemukan pada berbagai

jaringan tubuh, seperti hati, tulang, saluran empedu, dan usus. Terdapat

beberapa bentuk alternatif dari ALP yang disebut sebagai isoenzim.

Prinsip kerja :

Alkali phosphatase mengkatalisa dalam media alkali yang mentransfer

4- nitrophenilphospat dan 2-amino-2-metil-1-propanol (AMP) menjadi 4-

nitrophenol. Kenaikan 4-nitrofenol diukur secara fotometri pada panjang


52

gelombang 405 nm yang sebanding dengan aktivitas alkali phosphatase dalam

sampel.

Prosedur Pemeriksaan Alkali Phospatase

1. Siapkan dua buah tabung, tabung pertama sebagai blanko yang berisi

aquadest. Tabung yang kedua sebagai tes yang berisi 1.000 µl reagen kerja

kemudian ditambah 20 µl sampel serum.

2. Homogenkan larutan.

3. Masukkan ke dalam kuvet dan diukur absorbansi pada panjang gelombang

405 nm

4. Baca absorbansi kembali tepat setelah 1,2,3 menit

Nilai normal :

Pria : 61 – 232 U/L

Wanita : 49 - 232 U/L

b) Albumin

Albumin merupakan protein utama yang terdapat dalam darah

manusia.Albumin diproduksi oleh organ hati.Fungsi albumin sendiri adalah

untuk mengatur tekanan dalam pembuluh darah dan menjaganya agar cairan

yang terdapat dalam pembuluh darah tidak bocor ke jaringan tubuh

sekitarnya.
53

Cara Kerja:

1. Persiapkan sampel

2. Homogenkan

3. inkubasi selama 5 menit pada suhu 20°C – 25°C.

4. baca hasil dengan panjang gelombang 546 nm

Nilai normal :3,5 – 5,2 g/dl

c) Globulin

Globulin merupakan protein yang dapat tidak larut dalam air, tetapi

larut dalam larutan garam.Protein ini berbentuk globular, memiliki berat

molekul yang tinggi.Globulin banyak ditemukan sebagai antibodi yang

disebut immunoglobulin.

Nilai normal :1,2 – 3,2 g/dl

) Gula Darah Puasa (GDP)

GDP adalah kadar gula darah yang didapatkan sebelum makan. Tes ini

dilakukan setelah puasa atau setelah tidak mengonsumsi makanan selama 8

jam. Biasanya, cara ini digunakan untuk mendiagnosa penyakit diabetes.

Nilai normal :75 – 115 mg/dl


54

e) Gula Darah 2 Jam Prostprandial (GD2PP)

GDPP yaitu kadar guka darah yang diperiksa saat 2 jam setelah minum

larutan glukosa 75 gram. Pemeriksaannya dilakukan setelah pemeriksaan

GDP.

Nilai normal :80 – 120 mg/dl

f) Gamma GT

Tes gamma GT adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk

mengukur kadar enzim gamma-glutamyl transferase (GGT) dalam darah

seseorang. Enzim ini berfungsi membantu organ hati untuk membersihkan zat

beracun dari dalam tubuh.

Nilai normal :

Pria : < 55 IU/L

Wanita : < 38 IU/L

g) HbA1c

Pemeriksaan HbA1c (hemoglobin A1c) merupakan salah satu cara yang

dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan mengontrol kondisi diabetes.

Pemeriksaan HbA1c berfungsi untuk mengukur rata-rata jumlah hemoglobin

A1c yang berkaitan dengan gula darah (glukosa) selama 3 bulan terakhir.

Durasi ini sesuai dengan siklus hidup sel darah merah, termasuk hemoglobin,

yaitu tiga bulan.

Nilai normal :4 – 5,6%


55

h) Na (Natrium)

Natrium adalah salah satu elektrolit. Sebagai elektrolit, natrium

memiliki fungsi untuk membantu fungsi otot dan saraf. Sel saraf memerlukan

sinyal listrik, yang disebut impuls saraf, agar bisa berkomunikasi dengan sel

lain. Impuls saraf tersebut muncul karena adanya pergerakan natrium di

sepanjang membran sel saraf.

Nilai normal : <135-155 mmol/L

i) K (Kalium)

Kalium atau potasium adalah suplemen mineral untuk mengatasi

hipokalemia atau defisiensi (kekurangan) kalium. Kalium berperan penting

dalam menjaga kesehatan jantung, ginjal, saraf, mengatur keseimbangan

cairan tubuh, dan kontraksi otot.

Nilai normal :< 3,4 – 5,3 mmol/L

j) Ca (Kalsium)

Kalsium adalah mineral penting yang bermanfaat untuk pertumbuhan

dan pemeliharaan tulang serta gigi. Kalsium bisa didapat dari beberapa jenis

makanan, seperti susu dan produk olahannya, sayuran hijau, sarden, serta

salmon.

Nilai normal :< 1,1 – 1,4 mmol/L

k) Mg (Magnesium)

Magnesium adalah salah satu jenis mineral penting yang dibutuhkan

tubuh. Magnesium berperan dalam lebih dari 300 proses biologis yang terjadi


56

di dalam tubuh, termasuk pencernaan, komunikasi antar sel saraf, hingga

gerakan otot-otot.

Nilai normal: 0,7-1,8 mmol/L

Prosedur Pemeriksaan Horron H900 Electrolyte Analyzer

Prinsip :

Electrolytes diukur dengan proses yang dikenal sebagai

potensiometri. Metode ini mengukur tegangan yang berkembang antara

permukaan dalam dan luar elektroda selektifion. Elektroda (membran) terbuat dari

bahan yang selektif permeabel untuk ion yang diukur. Misalnya, natrium elektroda

terbuat dari formula kaca khusus yang selektif mengikat ion natrium. Bagian

dalam elektroda di isi dengan cairan yang mengandung ion natrium, dan bagian

luar membran kaca direndam dalam sampel. Perbedaan potensial berkembang

melintasi membran kaca yang tergantung pada perbedaan konsentrasi natrium

(aktivitas) di dalam dan di luar membran kaca. Potensi ini diukur dengan

membandingkannya dengan potensi elektroda referensi.  Karena potensi elektroda

referensi tetap konstan, perbedaan tegangan antara dua elektroda tersebut

diberikan untuk konsentrasi natrium dalam sampel.

Cara kerja :

1) di main menu, klik SAMPLE ANALYSIS

2) masukkan no. sampel dan klik ts

3) Serum sampel di campur/homogenkan

4) Letakkan sampl di jarum aspirasi , tekan tombol aspiration dan tutup

kembali jarum
57

5) Alat melakukan pengtesan hingga keluar hasil

6) Setelah keluar hasil otomatis terprint.

2. Pemeriksaan Serologi

1) Pemeriksaan T3

Triiodothyronine (T3) adalah salah satu dari dua hormon utama yang

dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Hormon tiroid utama lainnya disebut thyroxine

(T4). T3 dan T4 secara bersama-sama mempunyai fungsi untuk mengatur

metabolisme tubuh. Hampir sebagian besar T3 ditemukan dalam bentuk terikat

dengan protein di dalam darah. Sisanya dalam jumlah kecil tidak terikat dengan

protein yang disebut sebagai free T3, dan merupakan bentuk aktif biologis dari

hormon. Membantu evaluasi fungsi kelenjar tiroid; mendiagnosis gangguan tiroid,

termasuk hipertiroidisme, dan menentukan penyebabnya; memantau efektivitas

pengobatan gangguan tiroid.

Prinsip :

Modifikasi dari prinsip elisa yang pembacaan berdasarkan flouresensi

Cara Kerja

1) nyalakan alat

2) masukkan ID chip T3

3) tekan “start”

4) ambil 75 µl sampel (serum/plasma)

5) masukkan kedalam tabung solution A

6) kocok tabung solution A

7) ambil 75µl soution B, masukkan ke tabung solution A


58

8) homogenkan dan diamkan 8 menit.

9) ambil campuran sampel 75µl

10) masukkan kedalam kaset test

11) masukkan kasettest ke dalam alat ichromax

12) tekan mulai

13) baca hasil

Nilai normal : 0,9 - 2,5 Nmol/L

2) Pemeriksaan T4

Pemeriksaan free T4 (FT4) merupakan pemeriksaan menggunakan

sampel darah yang diambil dari pembuluh darah vena di lengan untuk

mengukur konsentrasi thyroxine (T4) dalam bentuk bebas (tidak terikat

dengan protein) dalam darah. Thyroxine (T4) adalah salah satu dari dua

hormon utama yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Hormon tiroid utama

lainnya disebut triiodothyronine (T3). T4 dan T3 secara bersama-sama

mempunyai fungsi untuk mengatur metabolisme tubuh. Hampir sebagian

besar T4 ditemukan dalam bentuk terikat dengan protein di dalam darah.

Sisanya dalam jumlah kecil tidak terikat dengan protein yang disebut sebagai

free T4, dan merupakan bentuk aktif biologis dari hormon. Membantu

evaluasi fungsi kelenjar tiroid; membantu diagnosis gangguan tiroid; sebagai

uji saring hipotiroidisme pada bayi baru lahir; memantau efektivitas

pengobatan gangguan tiroid.

Prinsip :

Modifikasi dari prinsip elisa yang pembacaan berdasarkan flouresensi


59

Cara Kerja Pemeriksaan T4

1) nyalakan alat

2) masukkan ID chip T4

3) tekan “start”

4) ambil 75 µl sampel (serum/plasma)

5) masukkan kedalam tabung solution A

6) kocok tabung solution A

7) ambil 75µl soution B, masukkan ke tabung solution A

8) homogenkan dan diamkan 8 menit.

9) ambil campuran sampel 75µl

10) masukkan kedalam kaset test

11) masukkan kasettest ke dalam alat ichromax

12) tekan mulai

13) baca hasil

Nilai normal : 60- 120 nmol/L

3) Pemeriksaan TSH

Pemeriksaan TSH merupakan pemeriksaan menggunakan sampel darah

yang diambil dari pembuluh darah vena di lengan untuk mengukur

konsentrasi thyroid-stimulating hormone (TSH) dalam darah. Thyroid-

stimulating hormone (TSH) adalah hormon yang berfungsi merangsang

kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon thyroxine (T4) dan

triiodothyronine (T3). Fungsi TSH dipengaruhi oleh thyrotropin releasing

hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus untuk mempertahankan


60

konsentrasi yang stabil dari hormon tiroid dalam darah. Sebagai uji saring dan

membantu diagnosis gangguan tiroid; memantau pengobatan hipotiroidisme

dan hipertiroidisme.

Prinsip :

Modifikasi dari prinsip elisa yang pembacaan berdasarkan flouresensi

Prosedur pemeriksaan TSH

1)nyalakan alat

2) masukkan id chipTSH

3) Tekan select

4) Ambil 150µl sampel

5) masukkan kedalam tabung pencampur sampel

6) ambil 75µl (deteksi buffer)

7) masukkan kedalam tabung pencampur sampel

8) kocok tabung

9)ambil 75µl campuran sampel

10) masukkan ke kaset test

11) masukkan kedalam alat ichromax

12) tekan selct

13) baca hasil

Nilai Normal : 0,25 – 5 uLU/ml


61

4) Hbsag

Untuk mengetahui adanya infeksi virus Hepatitis C. Jika HbsAg positif

› terinfeksi virus hepatitis B. Jika HbsAg positif selama lebih dari 6bulan,

berarti pasien menderita Hepatitis B kronis › disarankan untuk rutin

memeriksakan fungsi hati (SGOT,SGPT, Protein Total, Albumin, AFP)

paling tidak 6 bulan -1 tahun sekali.

Prinsip:

Imunokromatografi dengan prinsip seurm/plasma yang diteteskan pada

bantalan sampel bereaksi dengan partikel yang telah dilapisi dengan HBs

(antibody). Campuran ini selanjutnya akan bergerak sepanjang strip

membrane untuk berikatan dengan antibody spesifik pada daerah tes (T),

sehingga akan menghasilkan garis warna.

Cara Kerja:

1. Centrifuge darah hingga terbentuk serum

2. Buka segel kemasan dengan merobek pada tanda sobekan. Keluarkan alat

uji dari kemasan.

3. Celupkan strip hingga batas maksikmum

4. Keluarkan strip

5. Tunggu selama 10-15menit dan baca hasilnya.

6. Hasil yang dibaca setelah 30 meniit tidak dapat digunakan.


62

Interpretasi Hasil

Positif

Sebagai tambahan pada pita control (C) berwarna pink. Pita dengan

warna pink yang berbeda juga muncul pada daerah uji (T).

Negatif

Hanya satu pita berwarna muncul pada daerah control (C). Tidak muncul

pita yang jelas pada daerah uji (T).

5) HCG

HCG merupakan suatu tahap test yang menggunakan urine secara

imunokromatografi untuk mendeteksi adanya human karionik gonadotropin

dalam urine dan juga mendeteksi kehamilan.

Prinsip pemeriksaan:

Cara kerja:

a. Urine ditampung dalam pot urine

b. Test trip dibuka, kemudian di celupkan ke dalam pot yang berisi urine

(dalam mencelupkan test trip, tidak boleh melebihi tanda garis pada test

strip).

c. Hasil dibaca setelah 5 menit

Interpretasi Hasil

Positif

Sebagai tambahan pada pita control (C) berwarna pink. Pita dengan

warna pink yang berbeda juga muncul pada daerah uji (T).
63

Negatif

Hanya satu pita berwarna muncul pada daerah control (C). Tidak muncul

pita yang jelas pada daerah uji (T).

6) HCV

Untuk mengetahui adanya virus hepatitis C. dimana anti HCV igG

antibody dinyatakan sebagai petunjuk infeksi virus hepatitis C virus, tes ini

berdasarkan prinsip yang menggunakan rekombinan HCV protein sebagai

viral antigen .

Cara Kerja:

1. Buka Segel Kemasan Dengan Merobek Pada Tanda Sobekan.

Keluarkan Alat Uji Dari Kemasan .

2. Ambil 100µl Sampel Mengunakan Pipet Mikro, Lalu Teteskan

Kedalam Sumuran Sampel Pada Kaset

3. Tunggu Selama 10 -20 Menit Dan Baca Hasilnya .Hasil Negatif Harus

Ditegaskan Sampai 15 Menit

4. Hasil Yang Dibaca Setelah 25 Menit Tidak Dapat Digunakan Sebagai

Data.

Interpretasi Hasil

Positif

Sebagai tambahan pada pita control (C) berwarna pink. Pita dengan

warna pink yang berbeda juga muncul pada daerah uji (T).
64

Negatif

Hanya satu pita berwarna muncul pada daerah control (C). Tidak muncul

pita yang jelas pada daerah uji (T).

7) Golongan darah dan Rhesus

Untuk mengetahui pengkelompokan darah yang didasarkan pada jenis

antigen yang dimilikinya. Pembagian golongan darah sistem ABO dan

Rhesus didasarkan adanya perbedaan aglutinogen (antigen) dan aglutinin

(antibodi) yang terkandung dalam darah

Prinsip :

Reaksi antigen yang terdapat pada permukaan eritrosit dengan antibodi

yang sama sehingga terbentuk aglutina

Nilai normal: Terjadinya aglutinasi

Cara Kerja:

a. Pada sebuah tabung darah dipipet sebanyak 20ul

b. Darah diteteskan pada kertas golongan darah

c. Tambahkan reagen anti A, reagen anti B, reagen anti AB.

d. Darah dihomegenkan dilihat dan diamati hasil aglutinasinya.

Interpretasi hasil:
65

Golongan darah A : Terjadi aglutinasi pada Anti A dan Anti AB

Golongan darah B : Terjadi aglutinasi pada Anti B dan Anti AB

Golongan darah AB: Terjadi aglutinasi pada Anti A, AntiB dan Anti AB

Golongan darah O : Tidak terjadi reaksi aglutinasi pada Anti A, AntiB dan

Anti AB

8) HIV

Untuk mengetahui adanya Human Imuno Defisensi Virus. Virus ini

berkembang lewat lapisan luar lipid yang dibawah dari membran sel inang.

Prinsip :

Ultra rapid test device (serum/plasma) bersifat kualitatif selaputnya

memiliki ketebalan dengan sistem antigen ganda untuk mendeteksi antibodi

HIV dalam serum atau plasma.

Cara Kerja:

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Pindahkan test device dari kantung pembungkus dan gunakan sesegera

mungkin .

c. Tempatkan test device pada permukaan yang bersih atau permukaan yang

tinggi

d. Pegang penetes secara vertikal, teteskan 1 tetes seru/plasma (sekitar 25 ul)

kemudian tambahkan 2 tetes larutan buffer

e. Tunggu sampai garis merah terlihat .hasil akan dibaca dalam 15-20 menit

Nilai normal: Non reaktif


66

9) IgG Anti Dengue

Untuk mengetahui adanya riwayat infeksi virus dengue penyebab

demam dengue/demam berdarah

Nilai Normal: Negatif

10) IgM Anti Dengue

Untuk mengetahui adanya infeksi akut virus dengue penyebab demam

dengue /demam berdarah

Nilai Normal: Negatif

11) Widal slide

Untuk mengetahui adanya infeksi terhadap kuman Salmonella typhi dan

paratyphi yang merupakan penyebab demam tifoid/tifus.

Prinsip :

Reaksi antara antigen salmonella sp yang terdapat pada reagen widal

dengan antibodi Salmonella sp. yang terdapat pada serum pasien

Cara Kerja:

1) Kualitatif

a. Pada plat tetes pemeriksaan widal teteskan 20ul serum pasien sebanyak 8

tetes secara berurutan.

b. Pada masing-masing darah pada plat ditambah 20ul antigen H, AH, BH,

CH, O, AO, BO, CO

c. serum masing masing dihomogenkan, digoyang goyangkan selama 1 menit

dan diamati terjadinya aglutinasi pada setiap tetesan pada plat tetes.

Nilai Normal: Negatif


67

2) Semi Kuantitatif

a. siapkanalat dan bahan

b. ditetesi 20µl serum dan 1 tetes larutan widal pada slide test, jika hasil

positif, lanjutkan pada pengenceran 10µl

c. ditetes 10 µl serum dan 1 tetes larutan widal

d. jika masih positif pada pengenceran 10µl, maka dilanjutkan pada

pengenceran 5µl

e. ditetes 5 µl serum dan 1 tetes larutan widal

f. baca hasil

Interpretasi hasil :

1
 Pengenceran 20µl =
80

1
 Pengenceran 10µl =
160

1
 Pengenceran 5µl =
320

l) Crossmatching (Uji cocok serasi)

Tujuan:

Untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor.

Prinsip:

Sel donor dicampur dengan serum penerima (Mayor Crossmatch) dan

sel penerima dicampur dengan serum donor dalam bovine albumin 20% akan

terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis bila golongan darah tidak

cocok

Metode: tabung
68

Alat dan bahan:

1. Tabung reaksi

2. Pipet tetes

3. Mikroskop

4. Centrifuge

5. Tabung sentrifuge

6. Bovine albumin 20%

7. Nacl 0,9%

8. Serum coombs

9. Darah pasien

10. Darah donor

Cara kerja:

1. Masukkan darah kedalam tabung vakum ungu (darah

pasien dan darah donor)

2. Siapkan 6 tabung reaksi (untuk 1 kantong darah)

3. Centrifuge darah pada tabung ungu hingga plasma dan

endapan darah terpisah

4. Ambil 200 µl endapan darah

5. Tahap pencucian:

3
 Sampel darah + NaCl 0,9% sebanyak tabung
4

 kemudian dicentrifuge selama 2 menit

 lakukan berulang sebanyak 3 kali


69

6. pembuatan suspense 5%

 1 tetes darah sampel yang telah dicuci

 Ditambahkan 19 tetes NaCl 0,9%

7. Pembuatan mayor dan minor

 Beri label My (mayor) Mn (minor) pada 2 buah

tabung reaksi

 Mayor : 2 tetes serum pasien + 1 tetes suspesi 5%

donor

 Minor : 2 tetes serum donor + 1 tetes suspense 5%

pasien

8. Putar selama 15 detik (centrifuge) lalu tetes kan pada

object glass

9. Baca pada mikroskop dengan perbesaran 10 kali

10. Kemudian teteskan albumin 22% pada:

 Mayor + 2 tetes serologi albumin 22%

 Minor + 2 tetes serologi albumin 22%

11. inkubasi selama 15 menit pada suhu 37 derajat,

kemudian centrifuge 15 detik.

12. teteskan pada object glass lihat lagi di bawah mikroskop

dengan perbesaran 10x

3
13. setelah itu, tambah NaCl , centrifuge selama 2 menit.
4

Kemudian cuci sebanyak 3 kali


70

14. buang supernatant, tambah reagen Comb Test (AHG)

sebanyak 2 tetes

15. centrifuge selama 15 detik , kemudian letakkan di object

glass dan baca di bawah mikroskop dengan perbesaran

10 kali.

Interpretasi hasil :

(-) Eritrosit menyebar dan transfusi dapat dilakukan

(+) Eritrosit bergumpal dan transfusi tidak dapat dilakukan

Prosedur Pemeriksaan Imonuserologi NS1

Prinsip pemeriksaan: Bilas antibody IgM dan IgG dari virus dengue

dalam sampel akan ditemukan secara spesifik oleh antibody anti human IgM

dan IgG yang terikat pada membran netro selulosa sebagai fase padat,

kemudian berikatan dengan anti dengue yang telah membentuk kompleks

dengan gold babelled ani dengue yang telah membentuk kompleks dengan

gold babelled anti dengue yang telah membentuk monokorald antibody dan

member warba pink pada garis test.

Cara Kerja:

1. Stik ditulis nomor sampel

2. Pipet sampel sebanyak 5ul menggunakan mikropipet, letakan dalam

sumuran pada alat tes.

3. Tambahkan reagen buffer Dengue IgG/IgM sebanyak 3 tetes.

4. Tunggu hasilnya selama 15menit


71

Interprestasi Hasil: Hasil negatif jika hanya muncul strip merah pada

control dan pada blangklo ditulis (negatif), jika hasil positif muncul 2 strip

merah pada stik dan pada blangko ditulis (positif).

Prosedur kerja serologi menggunakan strip test

Prinsip pemeriksaan: Imunokromatografi dengan prinsip serum yang

diteteskan pada bantalan sampel bereaksi dengan partikel yang telah dilapisi

dengan anti HBS (antibodi). Campuran ini selanjutnya akan bergerak

sepanjang strip membran untuk berikatan dengan antibody spesifik. Pada

adarah tes, akan menghasilkan garis warna.

Cara Kerja:

a. Siapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Siapkan serum dalam tabung reaksi

c. Keluarkan strip dari kemasannya

d. Celupkan kedalam serum, biarkan selama 15 menit

e. Amati hasil test yang terjadi

3.3.3Pemeriksaan yang dirujuk ke instansi lain

a) Analisa Gas Darah

Analisa gas darah arteri dilakukan ketika dibutuhkan informasi tentang

status asam-basa pasien.Kontraindikasi : keadaan fibrinolisis sistemik, seperti

pada terapi trombolitik merupakan keadaan kontraindikasi relatif.

Tujuan dilakukan analisa gas darah adalah untuk mengetahui:

a. pH darah

b. Tekanan parsial Karbon Dioksida (PCO2)


72

c. Bikarbonat (HCO3-)

d. Base excess/deficit

e. Tekanan Oksigen (PO2)

f. Kandungan Oksigen (O2)

g. Saturasi Oksigen (SO2)

Tahapan pengambilan sampel:

1. Untuk menghidup dan mematikan alat tekan tombol on/off yang

ada dibagian samping alat

2. Lakukan QC manager seperti control dan SRC

3. Scan barcode yang ada pada bungkus kaset

4. Masukkan kaset AGD kedalam tempat kaset tunggu sampai

kalibrasi selesai

5. Tunggu ada perintah memasukkan sampel

6. Putar sampel dengan dua telapak tangan

7. Buka ujung spuit dan buang sedikit darah ke kassa

8. Tusuklah spuit ke ujung kaset, tekan ok

9. Tunggu sampai hasil keluar

Interpretasi Hasil :

PH : 7,35 – 7,45

PaCo2 : 35 – 45 mmHg

PaO2 : 75 -100 mmHg

Co2 : 22-32 mEq/l


73

o. Patologi Anatomi (jaringan)

Patologi Anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi

yang berguna secara klinis melalui pemeriksaan jaringan dan sel, yang

umumnya melibatkan pemeriksaan visual kasar dan mikroskopik pada

jaringan, dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang dimanfaatkan

untuk memvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan di sekeliling

sel. Kini, patolog anatomi mulai mempergunakan biologi molekuler untuk

memperoleh informasi klinis tambahan dari spesimen yang sama.

Proses pengolahan jaringan:

1. Masukkan sampel jaringan kedalam wadah plastik bersih dan baru

2. Tambahkan formalin sampai jaringan terendam

3. Ikat sampel , dan lapisi dengan plastic

4. Berikan label identitas pasien dengan tepat

5. Simpan dalam tempat tertutup sebelum dikirim ke instansi tujuan

p. Pemeriksaan Sputum/BTA (Bakteri Tahan Asam).

1. Berikan pot sputum baru dan bersih kepada pasien

2. Berikan label identitas dengan tepat

3. Setelah sampel sputum didapatkan, bungkus post sampel dengan plastic

4. Kemudian kirim ke instansi tujuan.


74

BAB IV

HASIL OBSERVASI LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

Laboratorium Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu memiliki kondisi yang

sesuai sebagai institusi Praktek Kerja Lapangan karena telah memenuhi

standar mutu laboratotium yang telah ditetapkan sehingga tidak ada lagi

terdapat adanya kesenjangan antara penampilan pelayanan kesehatan yang

dilakukan dengan standar mutu laboratorium yang telah ditetapkan. Dengan

kata lain, laboratoium Rumah sakit yang dapat membantu dokter dalam

menunjang menegakkan diagnosa penyakit pada pasien.

Adapun hasil pengalaman belajar yang telah diperoleh dilahan Praktek

Kerja Lapangan tetapi tidak boleh ditempat perkuliahan sehingga

menghasilkan pengetahuan dan kompetisi yang menjadi nilai tambah bagi

peserta Praktek Kerja Lapangan, yaitu :

1. Melakukan prosedur penerimaan pasien dan prosedur administrasi

2. Pemeriksaan hematologi dengan menggunakan Auto Hematologi Analyzer

“Hema Swelab Alfa”

3. Pemeriksaan kimia darah dengan menggunakan alat fotometer Biosystem

A15
75

4. Melakukan prosedur kerja transfusi darah di (Bank Darah Rumah Sakit)

BDRS

5. Pemeriksaan serologi, fesses, urine dan mikrobiologi

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Praktek Kerja Lapangan di Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu dimulai

pada tanggal 22 Maret 2021 sampai 17 April 2021, dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Menerapkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan keterampilan khususnya

dalam hal pemeriksaan laboratorium dan administrasi laboratorium.

2. Praktik Kerja Lapangan sangat penting bagi mahasiswa karena dengan

praktik ini menambah pengalaman, wawasan dan keterampilan setelah

melakukan praktik kerja lapangan di Laboratorium Rumah Sakit Rafflesia

baik teknis maupun non teknis serta administrasi atau management.

3. Laboratorium Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu sudah memenuhi syarat

dari segi teknis maupun management yang berfungsi dalam membantu

diagnosa pasien.

5.2 Saran

1. Untuk Laboratorium Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu

a. Diharapkan untuk para analis dan karyawan, dapat selalu menjaga

kesehatan dan keselamatan kerja.


76

b. Diharapkan kepada para analis dan karyawan dapat meningkatkan

pengetahuan dan wawasan tentang profesi analis dan kerjanya melalui

seminar-seminar.

2. Untuk Institusi Akademi

a. Diharapkan pihak akademi tetap menjalin kerja sama yang baik dengan

pihak Laboratorium Rumah Sakit Rafflesia sebagai tempat Praktik

Kerja Lapangan Mahasiswa.

b. Diharapkan selain praktek pada Laboratorium Klinik juga perlu praktek

atau minimal kunjungan pada pabrik obat, makanan, minuman atau

pabrik – pabrik minuman lainnya.

3. Untuk mahasiswa yang melakukan Praktek Kerja Lapangan

a. Diharapkan kepada mahasiswa untuk dapat menyesuaikan diri dan

bekerja sama dengan sesama profesi analis kesehatan lainnya.

b. Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu dan kesempatan

praktik kerja lapangan ini untuk mempraktikkan teori yang telah didapat

di lingkungan Akademi Analis Kesehatan Harapan Bangsa dengan

lingkungan kerja.
77

DAFTAR PUSTAKA

Indriatiningsih, W,dkk. 2019. Praktik Pembangunan Kesehatan Masyarakat


(PPKM) dalam Upaya Pencegahan Penyakit Kardiovaskuler di Desa Ngablak
Kidul, Pedurungan, Semarang. prosiding mahasiswa seminar nasional
unimus, volume 2.
Depkes RI. 2004. UUno. 29 tahun 2004
Menteri Kesehatan RI nomor 983/Menkes/17/1992 tentang pedoman organisasi
Rumah Sakit umum
DEPKES.1998. Pedoman Praktek Hematologi. Pendidikan ahli madya analis
kesehatan. Bandung
Harti,dkk. 2019. Pemeriksaan Widal Slide Untuk Diagnosa Demam Tifoid.
Surakarta

Anda mungkin juga menyukai