Anda di halaman 1dari 71

PENGAYAAN MATERI UKOM

BIDANG IMUNOSEROLOGI
Retno Martini Widhyasih
Webinar AIPTLMI Regional 3, Sabtu, 3 Oktober 2020
Dasar Penyelenggaraan UJI KOMPETENSI

Undang Undang No. 36 Tahun 2014 Undang-Undang No. 4 tahun 2019


tentang Tenaga Kesehatan, tentang Kebidanan,

2014 2019

2014 2020

Undang Undang No. 38 Tahun 2014 Permendikbud No. 2 tahun 2020


tentang Keperawatan, tentang Tata Cara Pelaksanaan Uji
Kompetensi Mahasiswa Bidang
Kesehatan.
Uji Kompetensi:
• Ujian yang dilaksanakan untuk menilai
pencapaian kompetensi sesuai Standar
Kompetensi dalam rangka memperoleh
BATASAN & sertifikat kompetensi.

RUANG • Sertifikat Kompetensi adalah surat


tanda pengakuan terhadap kompetensi
LINGKUP Tenaga Kesehatan untuk dapat
menjalankan praktik (SIP) juga untuk
mengajukan Surat Tanda Registrasi
(STR).
• Ujian Standarisasi Nasional
Latar Belakang
Pelayanan
kesehatan Penerapan
yang beberapa
paripurna aturanhukum

Kurikulum
Globalisasi Standarisasi berbasis Jumlah Distribusi Kualitas
output kompetensi pendidikan
pendidikan & /KKNI Institusi PendidikanTenaga
kompetensi Kesehatan
nakes

Uji
kompetensi
Prinsip StudentAssessment
Set up standard
Drives learning
- Validitas
Drive process - Reliabilitas
Provide feedback - Feasibilitas
Assessment - Dampak bagi mahasiswa &
institusi pendidikan
LATAR BELAKANG

CLINICAL COMPETENCE

Uji kompetensi merupakan proses


pengukuran pengetahuan,
Knowledge Skills
keterampilan, dan perilaku peserta
didik pada perguruan tinggi bidang
kesehatan.
Attitudes

Clinical Problem Solving

Newble,2000
• Matriks yang menggambarkan keterkaitan
Blue print Uji antara:

Kompetensi 1. Kompetensi atau tujuan yang akan diuji


Metode ujian yang dipilih
(Kisi-kisi uji
2.

3. Bobot tingkat kepentingan setiap


kompetensi) kompetensi/tujuan
 Memastikanketerwakilan
kompetensiatau tujuan yang akan
dinilai di dalam soal-soal ujian
Memastikankongruensiantara
Fungsi 
kompetensiatau tujuan yang
Blueprint dinilai dengan metode penilaian
Uji Kompetensi  Memastikankecukupan sampling
 Sebagai pedoman menulisdan
memilihsoal-soal yang diujikan
Referensi
Blue Print
• Area Kompetensi
• Daftar pokok
Bahasan
• Daftar masalah
• Daftar keterampilan
laboratorium
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri
atas profesionalitas yang luhur, mawas diri dan
pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan
ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan sistem
informasi laboratorium, landasan ilmiah ilmu
teknologi laboratorium medik, keterampilan
laboratorium medik, dan pengelolaan masalah
Area kesehatan berbasis laboratorium.
Kompetensi
1. Profesionalitas yang Luhur
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
3. Komunikasi Efektif
4. Pengelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Laboratorium Medik
6. Keterampilan Laboratorium Medik
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan Berbasis Laboratorium
7 Area
Komponen Kompetensi
Hematologi
Kimia Klinik
Area kompetensi 5 : Imunoserologi
Landasan Ilmiah Mikrobiologi
Ilmu Laboratorium
Medik Parasitologi
Sito-histoteknologi
Toksikologi Klinik
Teknik pengambilan dan penanganan specimen biologis

Uji kualitas media dan reagensia

Kalibrasi dan perawatan instrument

Verifikasi dan validasi metoda


Area kompetensi 6 : Teknik pengujian ( mikroskopis dan otomatisasi)
Keterampilan Kontrol kualitas dan validasi hasil
Laboratorium Medik
Interpretasi hasil

Sistem Manjemen mutu laboratorium medik

Keselamatan kerja dan patient safety


Imunoserologi
D III D IV
• Kelompok pemeriksaan di • Kelompok pemeriksaan di
laboratorium yang mencakup laboratorium yang mencakup
pemeriksaan reaksi antigen pemeriksaan reaksi antigen
antibodi (HIV, Hepatitis marker, antibodi (HIV, Hepatitis marker,
widal, CRP, RF, ASTO, VDRL/RPR, widal, CRP, RF, ASTO, VDRL/RPR,
hCG) dengan metode aglutinasi, hCG) dengan metode aglutinasi,
Presipitasi, flokulasi, ICT Presipitasi, flokulasi, ICT,
pemeriksaan dengan metode
ELISA, ECLIA, Immunoblotting
• Tumor marker
Kesepakatan referensi bahan ajar wajib untuk bidang
IMUNOSEROLOGI
Siti Budina Kresna (2010) Imunologi, diagnosis dan Prosedur Laboratorium, FKUI
Baratawidjaya, Karnen ( 2014) Imunologi Dasar, FKUI
Kate Rittenhouse- Olson ( 2017) Imunologi dan serologi klinis Modern , EGC
Manual instruction pemeriksaan dengan prinsip agutinasi, ICT dan ELISA
SKKNI 2017
Standar Kompetensi TLM 2014
GLP, Kemenkes 2008
ISO :15189
Marliana ,N, Widhyasih,RM, Imunoserologi, PPSDMK 2018
IMMUNOASSAY

TAK BERLABEL BERLABEL


• AGLUTINASI • ELISA Enzyme-linked
• PRESIPITASI immunosorbent assay
• IMUNODIFUSI • RIA Radio Immuno Assay
• IFA Immunofloresensi Assay
• CMIA Chemiluminescence
Immunoassay
• ECLIA Electro Chemiluminescence
Immunoassay
• ICT Immunochromatography Test
Interaksi antigen-antibodi sekunder. • Hemaglutinasi
• Interaksi ini dapat mengakibatkan  Pemeriksaan golongan darah
presipitasi atau aglutinasi. ABO dan Rhesus
 TPHA ( Treponema Pallidum
AGLUTINASI
• Reaksi dapat berlangsung secara Haemaglutinasi Assay)
direk (langsung) atau melalui
perantara carrier.
• Apabila antigen terlarut direaksikan • Lateks Aglutinasi
dengan antibodi spesifik akan  Uji kehamilan ( deteksi hormon β
terbentuk kompleks Ag-Ab yang hCG)
besar sehingga kompleks
mengendap dan terjadi presipitasi.  ASO/ASTO ( Anti Streptolisin O)
 CRP ( C- Reactive Protein)
• Bila antigen terikat pada suatu
partikel, misalnya lateks, bakteri,  RF ( Rheumatoid Factor)
eritrosit maupun partikel lain, maka
interaksi Ag-Ab tersebut
menyebabkan terjadinya gumpalan • Aglutinasi lain
atau yang disebut aglutinasi.  Widal / Febrile antigen
• Hal ini merupakan dasar berbagai
jenis teknik uji invitro, seperti teknik
imunodifusi, aglutinasi lateks, • Flokulasi
hemaglutinasi, uji fiksasi  Rapid Plasma Reagin ( RPR)
komplemen.
INTERPRETASI HASIL AGLUTINASI

• Kualitatif ( Positif/Negatif ) ; (Reaktif /Non reaktif)


• Semi kuantitatif :
(berupa titer seperti pada pemeriksaan Widal, TPHA  1/80; 1/160)
( RPR  1/8, 1/16 dst)
( ASO/CRP/RF , setelah didapat pengenceran terakhir yang aglutinasi
kemudian dikalikan dengan nilai sensitivitas analitik reagensia )
o Sensitivitas ASO 200 IU/mL
o Sensitivitas CRP 6 mg/L
o Sensitivitas RF 8 IU/L
QC
Internal
Quality Control KONTROL POSITIF
Aglutinasi
KONTROL NEGATIF
INTERPRETASI SEMIKUANTITATIF

Pengenceran ASO (200 CRP 6 mg/L RF 8 IU/L Interpretasi Tubex


IU/mL)
1 + 1 (1:2) 400 12 16
1 + 3 (1:4) 800 24 32
1 + 7 (1:8) 1600 48 64
1 + 15 (1:16) 3200 96 128
1 + 31 (1:32) 6400 192 256

Uji semikuantitatif Widal Semikuantitatif RPR


Volume (uL) Titer Tabung ke Titer Pengenceran Semikuantitatif TPHA
1 1/20
80 1/20 2 1/40
1/2
40 1/40 3 1/80 1/4
20 1/80 4 1/160
5 1/320 1/8
10 1/160 6 1/640
5 1/320 7 1/1280 1/16
8 kontrol negatif
1/32
Imunokromatografi
Berasal dari kata “imunologi” dan “kromatografi”.
Imunologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mencakup studi tentang semua aspek dari sistem kekebalan tubuh
terutama dalam pemeriksaan adalah mengidentifikasi antigen atau antibodi.

Sedangkan kromatografi adalah teknik dalam memisahkan molekul berdasarkan perbedaan berat pola pergerakan
antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.

Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati membran nitroselulosa/kolom sebagai fase diam.

Sehingga imunokromatografi adalah teknik untuk memisahkan dan mengidentifikasi antigen atau antibodi yang
terlarut dalam sampel.
Device ICT
/ RDT
Hasil Pengamatan ICT

Internal
Quality Control ICT dengan
CONTROL LINE
Test yang dirancang berdasarkan prinsip:

ELISA ⮚ Imunologi (reaksi antigen-


antibodi) menggunakan reagen berlabel
(Enzym enzim yang dapat ditujukan untuk
mendeteksi keberadaan protein target.
Linked
Immuno ⮚ Pengikatan enzim / labeling memungkinkan

Sorbent untuk melacak keberadaan protein


target (antigen atau antibodi ) secara
kualitatif dan kuantitatif
Assay)
• Plate mikrotiter / Solid phase portion of
assay.
• Konjugate (suatu Ab yang berlabel enzim )
• Substrate kromogen (Substansi yang akan
mengaktifkan enzim setelah berikatan
dengan bagian aktif enzim sehingga terjadi
Komponen perubahan warna )
ELISA • Serum kontrol positif
• Serum kontrol negatif
• Buffer pencuci / detergen (Washing buffer)
• Stop solution ( H2SO4/ HCl 1 N)
Peralatan

Strip mikrotiter Multi channel pippet Elisa reader


( untuk washer atau menambahkan
reagensia secara bersamaan
Inkubator mikro plate

Mikro plate washer


Metode Elisa

Bila konjugate (Berlabel Bila konjugate menggunakan dua antibodi


enzim) berikatan langsung (Berlabel enzim) yaitu antibodi penangkap dan
dengan protein target / tidak berikatan antibodi yang dilabel enzim.
antigen langsung dengan Antigen yang telah berikatan
protein target / dengan antobodi penangkap
antigen akan berikatan kembali dengan
antibodi yang dilabeli enzim
Tahapan umum ELISA
•Mendeteksi antibody
Untuk analisis kuantitatif
• Tahapan :
• Serum atau sampel lain yang mengandung
Ab primer (Ab1)
• tambahkan pada microtiter well yang telah
dilapisi antigen
• inkubasi untuk reaksi
• cuci (Ab yang bebas dibersihkan )
• tambahkan Ab sekunder yang
terkonjugasi Enzim (Ab2) yang mengikat
Ab1
• cuci Ab2 yang bebas
• tambahkan substrat untuk membentuk
warna
• inkubasikan
• Ukur absorbance pada ELISA Reader
Quality Control ELISA
HBsAg PERHATIKAN HASIL VALIDASI
SEBELUM MENGINTERPRETASIKAN
HASIL SPESIMEN
Perhitungan Cut Off
• MNC = Abs well (B1+C1+D1)/3
Validasi Hasil
• MPC = Abs well (E1+F1)/2
• A1 Blanko < 0,100
• COV = MNC + 0,025
• MNC < 0,100
• Cut-off value COV = MNC +
• MPC ≥ 0,600
0,025
• MPC – MNC ≥ 0,500
Quality Control ELISA
anti HBs

Perhitungan Cut Off


Validasi Hasil
• MNC = Abs well (B1+C1+D1)/3
• MPC = Abs well (E1+F1)/2 • A1 < 0,100
• COV = MNC + 0,025 • MNC < 0,200
• Cut-off value COV = MNC + • MPC > 0,500
0,25 • MPC –MNC ≥ 0,300
• COV = MNC + 0,25

Interpretasi Hasil

• (+) jika ≥ 1,1 x COV


• (-) jika < 0,9 x COV
• Grayzone COV ± 10 %
Tumor marker ( Penanda Tumor)
• Tumor hati  Alpha-fetoprotein (AFP) dan carcinoembryonic antigen (CEA)
• Tumor ovarium  ROMA menggabungkan CA125 (CA125), protein epididimis
manusia 4 (HE4), cancer antigen 125 (CA-125)
• Tumor paru  CEA, NSE (Neuron Spesific Enolase), SCC (Squamose Cell Carcinoma)
• Tumor payudara  CEA, cancer antigen 15-3 (CA 15-3)
• Tumor prostat  Prostate spesific antigen (PSA)
• Tumor serviks  Human Papiloma Virus (HPV) DNA,
• Tumor pancreas  CEA, cancer antigen 19-9 (CA 19-9)
• Tumor kolorektal  CEA, cancer antigen 19-9 (CA 19-9)

METODE PEMERIKSAAN :
CMIA (Chemiluminescent Microparticle Immunoassay), Chemiluminescent, ECLIA
Soal –soal imunoserologi
• Dalam waktu yang hampir bersamaan, pemeriksaan skrining terhadap
HBsAg dari lima orang ibu hamil, didapatkan hasil reaktif semua.
Adanya HBsAg positif pada ibu hamil merupakan nilai kritis. Pereaksi
untuk pemeriksaan HBsAg dan kehamilan dengan metode ICT dengan
merk sama diletakkan berdampingan
Sikap apa yang seharusnya dilakukan
A. Berkonsultasi dengan atasan
B. Mengulang pemeriksaan dengan metode lain
C. Memastikan reagen yang digunakan
D. Mengkomunikasikan dengan rekan sejawat
E. Merujuk ke laboratorium lain
Seorang ATLM akan mengambil sampel darah seseorang untuk
dilakukan pemeriksaan kadar CRP. Specimen serum baru dapat
dilakukan pemeriksaan pada hari ke 4 setelah pengambilan.

Perlakuan manakah yang paling tepat terhadap specimen tersebut?

A. Disimpan pada suhu -20 0C sampai 4 minggu


B. Disimpan pada suhu 2-80C sampai 2 hari
C. Disimpan pada suhu kamar sampai 7 hari
D. Menambahkan pengawet toluene
E. Sampel ditempatkan dalam container
Pemeriksaan dengan metode lateks aglutinasi masih banyak digunakan
untuk pemeriksaan imunoserologi

Reagensia manakah yang digunakan dalam pengendalian mutu pada


metode tersebut ?
A. Serum kontrol
B. Pool serum
C. Sel kontrol
D. Sel Tes
E. Kontrol positif-negatif
• Hasil pemeriksaan anti IgM/IgG Dengue menggunakan metode ICT sebagai
berikut:

Apakah yang dapat disimpulkan dari hasil pemeriksaan tersebut?


A. Positif IgM
B. Positif IgG
C. Positif IgM dan IgG
D. Negatif
E. Invalid
Teknisi laboratorium melakukan pemeriksaan TPHA dari sampel serum secara
kualitatif . Pada prosedur kerja dia membutuhkan 3 sumuran. Pada sumur 1 diisi
dengan diluent buffer sebanyak 190 цl kemudian ditambahkan serum sebanyak 10
цl ke sumur 1 tersebut serta dilakukan homogenisasi.

Tahapan prosedur manakah yang paling tepat setelah kegiatan di atas ?

A. Mencampur diluen dan sampel pada sumur 1


B. Memindahkan campuran masing-masing sebanyak 25 uL dari sumur 1 ke sumur
2 dan 3
C. Memindahkan campuran masing-masing sebanyak 50 uL dari sumur 1 ke sumur
2 dan 3
D. Menambahkan 75 цl kontrol sel ke sumur 2
E. Menambahkan 75 цl test sel ke sumur 3
Seorang ATLM mendapat kiriman sampel darah untuk pemeriksaan
RPR. Setelah dilakukan centrifugasi ternyata didapatkan serum yang
hemolisis.
Bagaimana cara pengiriman sampel yang benar untuk menghindari
keadaan seperti di atas?

A. Bahan harus diinaktivasi sebelum pengiriman


B. Pengambilan tidak semuanya harus steril
C. Sampel tidak selamanya harus cepat dikirim
D. Sampel yang dikirim tidak boleh berupa darah
E. Pengiriman specimen menggunakan container primer
Seorang ATLM sedang mengambil darah pasien yang diduga terinfeksi
virus dengue. Dugaan sementara pada lembar permintaan pemeriksaan
adalah infeksi akut dengue dikarenakan manifestasi klinis baru saja
terlihat. Pemeriksaan dilakukan dengan metode ICT.
Parameter pemeriksaan apa yang digunakan sebagai petanda untuk
kasus di atas?
A. IgA
B. IgD
C. IgE
D. IgG
E. IgM
Puskesmas tempat saudara bekerja akan melakukan program surveilans
HIV pada sebuah populasi masyarakat dengan prevalensi tinggi (>10%).
Anda sebagai ATLM diminta untuk melakukan persiapan berupa
pengadaan bahan habis pakai berupa rapid test anti HIV.
Apa syarat RDT yang dapat digunakan untuk tujuan di atas?
A. Sensitivitas > 98 %
B. Sensitivitas > 99%
C. Spesifisitas > 98 %
D. Spesifisitas > 99 %
E. Spesifisitas >97%
• Pengendalian HIV dan AIDS • Setiap jenis tes harus
Nasional menggunakan mendapatkan
strategi III dengan tiga jenis rekomendasi Laboratorium
reagen yang berbeda
rujukan Nasional dan
sensitivitas dan spesifitas-
nya, dengan urutan yang sebaiknya kombinasi tes
direkomendasikan sebagai HIV tersebut perlu
berikut: dievaluasi sebelum
digunakan secara luas,
Pembahasan • Reagen pertama memiliki
sensitivitas minimal 99%. untuk menghindari
diskordans <5 % dari
• Reagen kedua memiliki kombinasi ke 3 reagensia.
spesifisitas minimal 98%. Tes HIV harus disertai
• Reagen ketiga memiliki dengan sistem jaminan
spesifisitas minimal 99%. mutu dan program
perbaikannya untuk
meminimalkan hasil positif
palsu dan negatif palsu.
Seorang pasien wanita usia 54 tahun datang kepada dokter dengan
keluhan nyeri di persendian. Hasil pemeriksaan kadar asam urat
normal, selanjutnya dilakukan pemeriksaan serologi Rheumatoid
Factor. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan metode aglutinasi.

Apa komposisi reagen yang digunakan pada pemeriksaan tersebut?

A. Antibodi anti rheumatoid factor


B. Carbon yang dicoat dengan anti rheumatoid factor
C. Lateks yang dicoat dengan anti rheumatoid factor
D. Eritrosit avian yang dicoat dengan anti rheumatoid factor
E. Gold colloidal partikel yang dicoat dengan anti rheumatoid factor
Seorang ATLM akan melakukan pemeriksaan ASTO. Petugas tersebut
mempersiapkan spesimen dan reagen yang dibutuhkan.

Apa yang akan dideteksi dari pemeriksaan ini?

A. antigen
B. antibodi Streptcoccus
C. bakteri Streptococcus
D. Antibodi hemolisin bakteri Streptococcus
E. antibodi Streptolisin O bakteri Streptococcus
Pemeriksaan Serological Test for Siphylis diantaranya pemeriksaan
TPHA dan RPR. Pemeriksaan TPHA mendeteksi antibodi treponema,
sedangkan pemeriksaan RPR mendeteksi adanya antibodi reagin.

Karakterisitik apakah yang membedakan kedua pemeriksaan di atas?


A. Sensitivitas
B. Spesifisitas
C. Validitas
D. Akurasi
E. Presisi
Pembahasan
• Spesifisitas analitik berkaitan dengan kemampuan dan akurasi suatu
metode untuk memeriksa suatu analit tanpa dipengaruhi zat-zat lain.
• Contoh : Uji kehamilan metode aglutinasi direk.
dinyatakan penambahan 600 IU /L LH, 1.000 mIU /L FSH dan 1.000
mIU/L dari TSH tidak berpengaruh (reaktivitas silang) pada spesimen
positif atau negative
Sehingga reagensia tersebut hanya akan mendeteksi adanya βhCG.
Pembahasan

• Sensitivitas analitik : sering kali diartikan sebagai batas deteksi , yaitu


kadar terendah dari suatu analit yang dapat dideteksi oleh suatu metode.
• Pemeriksaan dengan sensitivitas tinggi terutama dipersyaratkan pada
pemeriksaan untuk tujuan skrining.
• Contoh :
• Sensitivitas CRP 6 mg/ L artinya batas deteksi CRP adalah 6 mg/L, bila di
dalam serum dengan kadar CRP ≥ 6mg/L maka akan terlihat aglutinasi
( positif). Dan bila < 6 mg/L maka akan tampak non-agutinasi ( negatif)
Seorang pasien laki-laki usia 30 tahun menderita demam selama 1 minggu
dengan indikasi lidah kotor, dan disarankan dokter untuk pemeriksaan widal
di laboratorium. Hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat aglutinasi pada
antigen O, setelah uji kuantitaif menunjukkan hasil positif sampai ukuran
sampel 5 µl.
Berapakah titer antibodi pada pemeriksaan di atas ?

A. 1/40
B. 1/80
C. 1/160
D. 1/320
E. 1/640
• Seorang anak berumur 10 tahun dicurigai oleh Dokter dengan gejala letih,
lemas, dan lesu. Hasil pemeriksaan sediaan hapus darah ditemukan
eosinofil 8-10 %, feses secara mikroskopis ditemukan telur Ascaris
Lumbricoides. Sistem imun akan terstimulasi untuk membentuk Antibodi.
Kelas antibodi apa yang terdeteksi untuk gambaran kasus tersebut?
A. IgA
B. IgE
C. IgG
D. IgM
E. IgD
• Pemeriksaan Widal pada suspect Typhus Abdominalis, diperoleh titer
antigen O 1/160, sedangkan antigen H hasilnya negatif. Antigen yang
digunakan dalam test widal berasal dari bakteri yang dilemahkan.
Apakah nama spesies bakteri tersebut?
A. Shigella spp
B. Salmonella spp
C. Proteus spp
D. Klebsiella spp
E. Eschericia coli
Seorang TLM menerima permintaan pemeriksaan kehamilan dari seorang
wanita 30 tahun. Sampel berupa urine pagi yang dibawa dari rumah,
ditampung dalam wadah yang secara persyaratan memenuhi syarat
laboratorium. Pada sampel urine terlihat sangat keruh.

Apakah tindakan yang akan dilakukan oleh TLM pada pemeriksaan tersebut ?
A. Menolak pemeriksaan sampel
B. Melakukan pemeriksaan dari sampel
C. Mensentrifuge sampel terlebih dahulu
D. Memanaskan sampel terlebih dahulu
E. Meminta pasien mengambil urine lagi
Seorang TLM sedang melakukan pemeriksaan laboratorium dengan sampel serum.
Pemeriksaan untuk mendeteksi IgM S thypi 09 dalam sampel. Dimana kit reagen
terdiri dari 2 regan warna (coklat dan biru), well strip, cover strip dan separator.
Untuk pembacaan hasil metode menggunakan skala warna.

Apakah prinsip pemeriksaan laboratorium tersebut ?

A. Widal
B. Tubex
c. TPHA
d. IMBI
e. ELISA
TUBEX -TF
PRINSIP

PEMBACAAN PADA MAGNETIC SCALE


INTERPRETASI HASIL
Kontrol Positif ≥8
Kontrol Negatif ≤2
Positif 4-10
Grey Zone 2-4
Negative 0-2
Seorang TLM melakukan pemeriksaan TPHA dari pasien dengan tes RPR Reaktif.
Pada pemeriksaan TPHA tes kualitatif memberikan hasil positif, kemudian
dilanjutkan dengan tes kuantitatif untuk melihat titer antibodi Treponema
pallidum. Pada sumur pertama dipipet 190 mikron diluent buffer ditambahkan
dengan 10 uL serum. Dilanjutkan dengan pengenceran bertingkat pada sumur
kedua dan seterusnya sampai sumur ke 6 dengan memindahkan 25 uL enceran ke
sumur berikutnya.
Berapa pengenceran serum pada sumur pertama tes tersebut ?
A. 1/10
B. 1/20
C. 1/40
D. 1/80
E. 1/160
Seorang TLM sedang mengerjakan pemeriksaan sampel kiriman untuk
pemeriksaan Hepatitis B dengan HBsAg pada pasien dengan metode ICT

Bahan apa yang dideteksi dari metode di atas?

A. antibodi pada serum pasien


B. antigen pada serum pasien
C. antiviral pada serum pasien
D. antibodi komplemen pada serum pasien
E. immunoglobulin pada serum pasien
HEPATITIS B
• Hepatitis B Foundation  “Panel Hepatitis B”.

• Tiga tes tersebut, yaitu sebagai berikut:


• HBsAg (antigen permukaan Hepatitis B). HBsAg merupakan penanda serologi yang
pertama kali diperiksa untuk diagnosis infeksi hepatitis B. HBsAg dapat menghilang
seiring proses penyembuhan dan juga dapat menetap pada infeksi kronis hepatitis.
Jika hasilnya “positif” atau “reaktif” menandakan bahwa seseorang sedang
terinfeksi hepatitis B dan memiliki kemampuan menularkan infeksi terhadap yang
lain.
• Anti-HBs atau HBsAb (antibodi permukaan Hepatitis B). Hasil “positif” atau “reaktif”
menunjukkan adanya imunitas / kekebalan terhadap infeksi HBV, baik dari vaksinasi
maupun dari proses penyembuhan infeksi masa lampau. Seseorang yang terinfeksi
pada masa lampau, tidak dapat menularkan penyakitnya pada orang lain
• Anti-HBc atau HBcAb (antibodi anti hepatitis B). Hasil “positif” atau “reaktif”
menandakan virus sedang aktif (adanya kontak dengan HBV). Anti-HBc merupakan
tes yang kompleks karena hasil “false positive” bisa terjadi. Anti-HBc menunjukkan
adanya infeksi masa lampau atau infeksi lanjutan.
Secara skematis pemeriksaan ELISA anti HIV adalah sebagai berikut :

Manakah reagen yang berfungsi sebagai substrat ?

a. Fase padat
b. HIV-1 dilabel HRP
c. Tetrametil Benzidin
d. Asam Sulfat
e. Anti HIV-1
Mereaksikan antigen dalam sampel dengan antibody yang berlabel enzim.
kompleks antigen-antibodi yang terbentuk kemudian dipisahkan dengan
antigen dan antibodi yang bebas, kemudian diinkubasikan dengan substrat
kromogenik yang semula tidak berwarna, tetapi kemudian akan menjadi
berwarna apabila dihidrolisis dgn enzim. Intensitas warna yang terbentuk
dapat diukur dan merupakan parameter untuk Ag yang diuji.
Manakah metode pemeriksaan yang tepat ?

A. RIA
B. ELISA
C. Imunoflouresence
D. Western Blot
E. Imunokromatografi
Seorang TLM mengerjakan pemeriksaan ELISA anti-HBs dan didapatkan nilai rerata kontrol negatif
(NCx)=0,087, dan rerata kontrol positif (PCx)=1,238. kualifikasi nilai kontrol negatif (NC) dan validitas
pemeriksaan ELISA anti-HBs telah memenuhi syarat. Ketentuan Cut Off Value (COV) nya sebagai
berikut : NCx + 0,25
• sampel diinterpretasikan non reaktif apabila Absorbance spesimen ≤ 0.9 x COV,
• sampel diinterpretasikan reaktif apabila Absorbance spesimen > 1.1 x COV
• Sampel diinterpretasikan grayzone apabila absorbance specimen COV ± 10 %
Didapatkan Absorbance spesimen = 0,425
Bagaimanakah interpretasi hasil specimen tersebut?

A. reaktif
B. non reaktif
C. Gray zone
D. valid
E. invalid
Pembahasan

• (NCx)=0,087 • COV = 0.087 + 0.25 = 0.337


• (PCx)=1,238 • COV ± 10 % ( 0.337 ± 10 % )
• Cut Off Value (COV) = NCx + 0,25
• non reaktif apabila Absorbance • COV – 10 % = 0.337 – 0.034= 0.303
spesimen ≤ 0.9 x COV,
• reaktif apabila Absorbance • COV + 10 % = 0.337 + 0.034 = 0.371
spesimen > 1.1 x COV
• grayzone apabila absorbance (negative) <0.303 -- 0.337 -- > 0.371 (positif)
specimen COV ± 10 %
Gray zone
Didapatkan Absorbance spesimen =
0,425  POSITIF
Seorang pasien datang ke dokter dengan keluhan terjadi demam selama 3 hari dan tak kunjung reda.
dokter yang memeriksa memberikan rujukan ke laboratorium untuk pemeriksaan Tubex-TF. Hasil
pemeriksaan didapatkan warna biru setelah dibandingkan dengan standar warna dengan nilai skala 8.

Apa kesimpulan hasil pemeriksaan tersebut?

A. Negatif,
B. Positif,
C. Grayzone
D. Invalid
E. Indeterminant
Peneliti reagensia sedang melakukan pengembangan terhadap uji CRP
metode aglutinasi. Pengujian dilakukan terhadap 100 responden
dengan hasil sebagai berikut :

Jumlah positif Jumlah negative sejati Jumlah positif palsu Jumlah negative palsu
sejati
45 40 7 8

Berapakah Spesifitas dari Pemeriksaan tersebut?


A. 80 %
B. 85%
C. 90%
D. 95%
E. 100 %
Pembahasan

• Spesifisitas klinis adalah persentase hasil negatif


sejati diantara pasien-pasien yang sehat.
• Spesifisitas klinis = Negativitas di antara yang
sehat

Spesifisitas yang baik adalah yang mendekati 100 %.


Peneliti reagensia sedang melakukan pengembangan terhadap uji CRP
metode aglutinasi. Pengujian dilakukan terhadap 100 responden
dengan hasil sebagai berikut :

Jumlah positif Jumlah negative sejati Jumlah positif palsu Jumlah negative palsu
sejati
45 40 7 8

Berapakah Sensitivitas dari Pemeriksaan tersebut?


A. 80 %
B. 85%
C. 90%
D. 95%
E. 100 %
Pembahasan
• Sensitivitas klinis adalah persentase hasil positif sejati
diantara pasien-pasien yang berpenyakit
• Sensitivitas klinis = Positivitas di antara yang
berpenyakit

Sensitivitas yang baik adalah yang mendekati 100 %.


Seorang wanita usia 27 tahun terlambat menstruasi, telah melakukan tes kehamilan secara mandiri
dengan metode A, hasilnya adalah negatif. Ia ingin memastikan kehamilan tersebut dengan datang
ke laboratorium klinik untuk diperiksa urinnya. Laboratorium klinik memeriksa tes kehamilan
menggunakan metode B, dan hasilnya dinyatakan positif
Apa yang menyebabkan perbedaan hasil dari ke dua metode itu?

A. Akurasi
B. Presisi
C. Impresisi
D. Sensitivitas
E. Spesifisitas
Tes Tubex dilakukan untuk pasien yang diduga menderita demam typhoid. Pada tes
tubex tersebut digunakan reagen Brown dan reagen Blue.

Apakah komposisi kandungan reagen Brown?

A. Partikel magnetic yang diselubungi dengan antigen S. typhi O9


B. Partikel lateks yang diselubungi dengan monoclonal spesifik untuk antigen O9
C. Partikel magnetic yang diselubungi dengan monoclonal spesifik untuk antigen
O9
D. Partikel magnetik yang diselubungi dengan monoclonal spesifik untuk antigen
O9
E. Partikel lateks yang diselubungi dengan antigen S. typhi O9
Dari hasil pengukuran ELISA IgM Dengue didapatkan hasil MNC = 0.157;
MPC=0.907, ; Blangko = 0,094, faktor 0.25,nilai CoV = MNC + faktor.
Nilai gray zone ±10% CoV. Hasil absorbance di atas sudah memenuhi kriteria
validasi.
Didapatkan hasil 3 pemeriksaan sampel dengan absorban berturut-turut
adalah : (1) 0,423 (2) 0,567 (3) 0,342

Bagaimanakah kesimpulan dari hasil pemeriksaan sampel secara berurutan


A. Positif, positif, negatif
B. Negatif, positif, negatif
C. Positif, positif, gray zone
D. Negatif, gray zone, negatif
E. Gray zone. Positif, negatif
Beberapa komponen yang ada pada ELISA adalah plate mikrotiter,
conjugate, washing buffer, substrate dan stop solution
Apakah yang menjadi dasar pemilihan panjang gelombang?

A. Substrate
B. Conjugate
C. Stop solution
D. Plate mikrotiter
E. Washing buffer
Terima kasih
SUKSES UNTUK UKOMNAS TLM
OKTOBER 2020

Semoga
Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai