Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN PELAYANAN

LABORATORIUM

UPTD PUSKESMAS KALIBALANGAN


DINAS KESEHATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga UPTD UPTD Puskesmas Kalibalangan Kabupaten
Lampung Utara pada Tahun 2020 ini Sudah terakreditasi dengan status madya.

Akreditasi bagi UPTD Puskesmas Kalibalangan sangatlah penting untuk


meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan bagi pasien serta masyarakat. Untuk menunjang
pelaksanaan akreditasi di UPTD Puskesmas Kalibalangan maka diperlukan pedoman
pelayanan di UPTD Puskesmas Kalibalangan .

Harapan kami mudah mudahan pedoman pelayanan ini ndapat memberi manfaat dan
bagi UPTD Puskesmas Kalibalangan , sehingga akreditasi di UPTD UPTD Puskesmas
Kalibalangan berjalan lancar dan menjadi UPTD Puskesmas yang lebih baik.

Mengetahui
KEPALA UPTD PUSKESMAS KALIBALANGAN
KECAMATAN ABUNG SELATAN

dr. Hj. SRI HARYATI, M.Kes


Pembina / IV a
NIP. 19730419 200501 2 006
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas adalah UPTD Kesehatan Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. UPTD Puskesmas
Kalibalangan adalah salah satu dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Utara
dengan wilayah kerja yang mencakup 10 desa yang ada di Kecamatan Lampung Utara.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh UPTD Puskesmas
Kalibalangan adalah “Terwujudnya Masyarakat Kecamatan Abung Selatan Yang Sehat
Secara Mandiri”
Untuk mewujudkan visi tersebut maka Pelayanan Medis di UPTD Puskesmas
Kalibalangan dilengkapi dengan Laboratorium yang dilengkapi dengan Alat Lab. Guna
menunjang keakuratan hasil maka Laboratorium rutin melakukan perawatan alat. Hal
ini tentunya akan menjamin hasil pemeriksaan yang akurat dan terpercaya guna
menjamin tepatnya diagnosa penyakit. Tidak ketinggalan Laboratorium UPTD
Puskesmas Kalibalangan melakukan Pemantapan Mutu External (PME) dan
Pemantapan Mutu Internal (PMI).
Dalam melaksanakan pelayanan Laboratorium di Puskesmas, supaya dapat
berjalan dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasien maka UPTD Puskesmas
Kalibalangan menyusun PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM UPTD
PUSKESMAS KALIBALANGAN .

B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Terlaksananya pelayanan Laboratorium yang bermutu di UPTD Puskesmas
Kalibalangan .
2. TUJUAN KHUSUS
Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan pelayanan berdasarkan
hasil Pemeriksaan Laboratorium yang akurat di UPTD Puskesmas Kalibalangan .

C. SASARAN
Pedoman ini disusun untuk digunakan bagi para pihak terkait, yaitu :Tenaga Pelaksana
di Puskesmas.

D. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Pelayanan umum di UPTD Puskesmas Kalibalangan secara garis besar meliputi
empat kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat promotif, prefentif, kuratif dan
rehabilitative. Untuk menunjang hal tersebut maka Pelayanan Laboratorium sangat
diperlukan untuk menegakkan diagnosa penyakit.

E. BATASAN OPERASIONAL
Laboratorium UPTD Puskesmas Kalibalangan beroprasi setiap hari kerja mulai
pukul 08.30 hingga pukul 14.30,untuk hari senin hingga kamis dan untuk hari jumat
hingga pukul 11.00 WIB. untuk hari sabtu hingga pukul 12.00 siang
Laboratorium UPTD Puskesmas Kalibalangan dapat mengerjakan pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Hemoglobin sahli
2. Gula Darah
3. Kolesterol
4. Asam Urat
5. HBsAg RDT
6. HIV RDT
7. PP Test
8. BTA Sputum
9. Sipilis RDT
10. Malaria RDT
11. Golongan Darah
12. Protein Urin
13. Glukosa Urin
14. PH Urin

F. LANDASAN HUKUM
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 75 Tahun 2015 tentang
Puskesmas Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
- Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Laboratorium Puskesmas.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan pelayanan
Laboratorium di Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi baik
jumlah maupun mutunya. Pola ketenagaan minimal harus dimiliki oleh Puskesmas.
Adapun tenaga di laboratorium UPTD Puskesmas Kauman sebagai berikut :

No JENIS TENAGA KUALIFIKASI JUMLAH


1 PENANGGUNG JAWAB D III Analis Kesehatan 1

1
JUMLAH

Untuk pembagian kerja masing masing petugas berdasarkan TUPOKSI yang sesuai
kompetensinya.
1. Penanggung jawab Laboratorium di Puskesmas mempunyai tugas:
a. Menyusun program kerja untuk menunjang keakuratan hasil dalam hal ini
PME, PMI, perawatan alat, Kalibrasi Alat, Pemenuhan reagent, dll
b. Memonitor setiap pelaksanaan program kerja.
c. Bertanggung jawab terhadap hasil Laboratorium.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tenaga Medis di Laboratorium bertugas di Ruang Laboratorium dan di tempat
pelayanan lain bila ditugaskan oleh Kepala Puskesmas.
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
PELAYANAN LABORATORIUM

KEPALA PUSKESMAS
dr.Hj. SRI HARYATI, M.Kes

PENANGGUNG JAWAB UKP


YULIANA, S.Kep

PENANGGUNG JAWAB
PELAYANAN LABORATORIUM

TERA TIRANI, Amd.AK

PELAKSANA PELAYANAN
LABORATORIUM

Laboratorium : TERA TIRANI, Amd.AK

PELAKSANA PELAYANAN
LABORATORIUM

Laboratorium : TERA TIRANI, Amd.AK

C. JADWAL KEGIATAN

JAM PELAYANAN

SENIN – KAMIS : 07.30 – 12.00


JUM’AT : 07.30 – 11.00
SABTU : 07.30 – 12.00
HARI MINGGU : TUTUP
D. Dalam rangka penyiapan dan pengembangan ketrampilan tenaga Medis maka
Puskesmas menyelenggarakan aktivitas sebagai berikut:
a. Setiap tenaga medis dan paramedis mempunyai kesempatan yang sama untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.
b. Tenaga medis harus memberi masukan pada pimpinannya dalam
menyusun program pengembangan staf.
c. Staf baru mengikuti orientasi untuk mengetahui tugas,fungsi wewenang dan
tanggung jawabnya.
d. Melakukan analisa kebutuhan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan bagi
tenaga medis dan para medis.
e. Tenaga medis dan para medis difasilitasi untuk mengikuti program yang di
adakan oleh organisasi profesi dan institusi pengembangan pendidikan
berkelanjutan.
f. Memberikan kesempatan bagi institusi lain untuk melakukan praktik ,magang
dan penelitian tentang pelayanan kesehatan di puskesmas.
BAB III
STANDAR FASILITAS

Sarana adalah suatu tempat ,fasilitas dan peralatan yang langsung terkait dengan Pelayanan
klinis. Sedangkan prasarana adalah tempat ,fasilitas dan peralatan yang Secara tidak
langsung mendukung pelayanan kesehatan. Dalam upaya mendukung Pelayanan klinik
puskesmas diperlukan sarana dan prasarana yang memadai.

A. DENAH RUANG LABORATORIUM

MEJA DARI BAHAN COR

KURSI

ALMARI
WASTAFEL

MEJA
KURSI
PENERIMA
PASIEN
KETERANGAN :
a. Luas ruangan 3 x 3 M2
b. Ruangan kering dan tidak lembab
c. Memiliki ventilasi yang cukup
d. Memiliki cahaya yang cukup
e. Lantai terbuat dari keramik
f. Dinding dicat warna cerah
g. Ruang berAC

B.STANDAR FASILITAS
1. PERLENGKAPAN
a. Meja pemeriksaan
b. Meja Kerja
c. Kursi Pasien
d. Wastafel
e. Tempat sampah 3
f. Almari
g. Safety Box
h. Jam Dinding
i. Air Conditioner

2. PERALATAN
NO JENIS ALAT JUMLAH
1 Mikropipet 1
2 Mikroskop 1
3 Centrifuge 1
4 Rak Pengecatan 1
5 Penjepit 1
6 Objek Glass 1 Set
7 Easy Touch 2
8 Emersi Oil 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Upaya Pelayanan Kesehatan Umum di Indonesia dilaksanakan baik oleh
pemerintah maupun swasta. Upaya pelayanan kesehatan umum yang dilaksanakan
oleh pemerintah selama ini mengacu pada pendekatan level of care (kebijakan
WHO) yaitu tindakan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif yang
merumuskan pelayanan kesehatan berjenjang untuk memberikan pelayanan yang
menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya yang ada.

B. METODE
ALUR KEGIATAN PEMERIKSAAN

PENDAFTARAN 1.POLI UMUM


PASIEN
2. POLI GIGI

3.POLI KIA/ KB

4.POLI LANSIA

5.UGD

6.RAWAT INAP

PEMERIKSAAN
LABORATORIUM

PENGAMBILAN
KEMBALI KE
HASIL LAB
POLI
PENGIRIM
Keterangan :
1. Pasien datang dari pendaftaran ( loket ) diterima oleh petugas ruangan (ruang kes,
gigi dan mulut, KIA, Pel, Umum dan tindakan.
2. Petugas ruangan mengirim pasien beserta blangko rujukan Laboratorium
3. Petugas Laboratorium Mengerjakan Pemeriksaan Lab sesuai Blangko Rujukan
Laboratorium.
4. Pasien membayar biaya pemeriksaan Lab ke Kasir.
5. Pasien kembali lagi ke Poli Pengirim untuk mendapatkan tindakan selanjutnya.

C. LANGKAH KEGIATAN
1) KEMAMPUAN PELAYANAN
Kemampuan pelayanan Laboratorium UPTD Puskesmas Kalibalangan melakukan
pemeriksaan meliputi :
a. Sampling darah.
b. Pemeriksaan Protein Urine
c. Pemeriksaan Glukosa Urin
d. Pemeriksaan PH Urin
e. Pemeriksaan Kehamilan
f. Pemeriksaan Sputum BTA
g. Pemeriksaan Hemoglobin Sahli
h. Pemeriksaan Kimia Klinik (Gula Darah, Cholesterol dan Asam Urat)
i. Pemeriksaan Golongan Darah
j. Pemeriksaan HBsAg RDT
k. Pemeriksaan HIV RDT
l. Pemeriksaan Sipilis RDT
m. Pemeriksaan Malaria RDT

Laboratorium Puskesmas diselenggarakan berdasarkan kondisi dan permasalahan


kesehatan masyarakat setempat dengan tetap berprinsip pada pelayanan secara holistic,
komprehensif, dan terpadu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya. Setiap Laboratorium Puskesmas harus diselenggarakan secara baik
dengan memenuhi criteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan,
kegiatan pemeriksaan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan mutu. ( Peratutan Menteri
Kesehatan RI Nomor 37 Tahun 2012)
Laboratorium mempunyai peran sebagai penunjang dalam menegakkan diagnose
yang ingin ditegakkan oleh dokter dalam merawat pasiennya. Selain itu, laboratorium
mempunyai peran seperti uji penyaringsecara laboratories sehat tidaknya seseorang
misalnya medical chek up. Juga berperan sebagai follow up atau pemantauhasil
pengobatan. Serta prognosis suatu penyakit . Sehubungan dengan hal tersebut,
pemeriksaan laboratorium hendaknya dilakukan sesuai dengan standart pelayanan
laboratorium sehingga menghasilkan pemeriksaan yang akurat. .( Workshop Plebotomi
Bagi Petugas Lab di Puskesmas, Dinkes Propinsi Tahun 2009)
Untuk melakukan pemeriksaan laboratorium diperlukan reagent, standart, bahan
control, air, media. Dasar pemilihan bahan laboratorium pada umumnya harus
mempertimbangkan kebutuhan, produksi pabrik yang telah dikenal, deskripsi lengkap
dari bahan atau produk, mempunyai masa kadaluarsa yang panjang, volume, mudah
diperoleh di pasaran, kelancaran dan kesinambungan pengadaan, pelayanan purna jual.
( Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar, Depkes RI Tahun 2004)
Untuk mendapatkan sampel darah pasien dilakukan dengan cara pengambilan
darah vena dan kapiler. Lokasi vena yang digunakan untuk tempat penusukan adalh 3
vena utama di lengan yaitu vena cevalika, vena mediana cubiti, dan vena mediana
basilica. Pada umumnya vena mediana cubiti merupakan pilihan karena terfiksasi baik
dan tidak bergerak saat ditusuk.
Sebelum melakukan pemeriksaan petugas harus menggunakan APD. APD
bertujuan untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pejanan darah,
semua jenis cairan, kulit yang tidak utuh. APD ada beberapa jenis yaitu sarung tangan,
masker, kacamata, penutup kepala, jas laboratorium, sepatu pelindung. Tidak semua alat
pelindung diri dipakai tergantung tindakan dan kegiatan yang dikerjakan. Pada
plebotomi cukup menggunakan sarung tangan jas laboratorium.
Limbah plebotomi dipilah-pilah ketempat sampah medis (kapas bekas pakai dan
jarum suntik) dan nonmedis pembungkus jarum suntik. Tempat sampah harus diberi
kantong plastic tertutup, dibedakan sampah infeksius dan non infeksius. Sampah pada
kantong diberi label lalu dibakar. .( Workshop Plebotomi Bagi Petugas Lab di
Puskesmas, Dinkes Propinsi Tahun 2009)
Bahwa sebagai upaya pemerintah untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran lingkungan adalh dengan meningkatnya penataan terhadap ketentuan-
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. Dalam rangka
penataan terhadap peraturan perundang-undangan tersebut dapat dilakukan dengan
upaya kemitraan dengan badan usaha penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun.
Limbah adalah bahan sisa suatu kegiatan dan atau proses produksi. Limbah bahan
berbahaya dan beracun disingkat B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan atau
mencemarkan lingkungan hidup dan atau membahayakan keselamatan manusia.
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan limbah B3 termasuk
penimbunan hasil pengolahan tersebut.( Keputusan Kepala Bapedal No 03 Tahun 1998)

Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai resiko baik yang berasal dari


factor fisik, biologi, kimia, ergonomic, dan psikososial dengan akibat dapat
mengganggu kesehatan dan keselamatan petugas laboratorium serta lingkungannya.
Untuk itu perlu dilakukan manajemen K3 yang meliputi identifikasi, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, melaksanakan upaya perbaikan. ( Pedoman Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan, Depkes RI Tahun 2003)
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Pemantapan
mutu ada 2 macam yaitu Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Ekternal.
Pemantapan Mutu Internal meliputi persiapan pasien, pengambilan dan pengolahan
spesimen, kalibrasi alat.Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang
diselenggarakan secara periodic oleh pihak lain diluar laboratorium yang bersangkutan
untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan
tertentu. ( Pedoman Laboratorium Yang Benar, Depkes RI Tahun 2008)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan di UPTD Puskesmas Kalibalangan meliputi:


a. Pemeriksaan Urine
Jenis Urine yang diperlukan ada 2 yaitu urine sewaktu dan urine pagi Urine
sewaktu adalah urine yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan
sedangkan urine pagi adalah urine yang dikeluarkan pertama-tama di agi hari
setelah bangun tidur. Pemeriksaan urine dapa digunakan untuk pemeriksaan test
kehamilan dan pemeriksaan urine rutin.
Tempat urine harus bermulut lebar tertutup, bersih, kering, dan diberi table.
Volume urine yang ditampung kurang lebih 20 ml. pemeriksaan urine meliputi
makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan makrokopis meliputi warna,
kejernihan, berat jenis, bilirubin, reduks, protein, keton, urobilinogen.
Sedangkan pemeriksaan mikroskopus berupa pemeriksan sediment urine dimana
pemeriksaaan ini dilakukan dengan melakukan centrifuge terhadap urine
kemudian sediment dengan dibawah mikroskip. (Petunjuk Pemeriksaan
Laboratorium Puskesmas Departemen Kesehatan RI tahun 1991)

b. Pemeriksaan BTA Paru


Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
mycobacterium tuberculosis. Sebagian TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh yang lain. Cara penularan TBC adalah melalui percikan
atau droplet. Cara pemeriksaan BTA ini adalah dengan membuat hapusan dahak
dengan ukuran 2x3 cm. Kemudian hapusan ini dicat dengan reagent Ziehl
Nielsen lalu diamati di bawah mikroskop. ( Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis, Depkes RI Tahun 2005)

c. Pemeriksaan Hemoglobin Sahli


Hemoglobin adalah protein yang mengandung zat bsi didalam sel darah merah
yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru keseluruhan tubuh.
Pemeriksaan hemoglobin dilakuan dengan cara sahli dengan menggunakan
darah segar.

d. Pemeriksaan Kimia Klinik (Gula Darah asam urat dan Cholesterol)


Pemeriksaan Kimia Klinik dilakukan dengan alat stik dengan menggunakan
darah segar. Darah ditempelkan pada stik yang telah disiapkan pada alat. Setelah
itu ditunggu beberapa menit kemudain hasil akan muncul pad layar alat.

e. Malaria RDT
Pemeriksaan malaria adalah pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya
parasit penyebab malaria dalam sediaan darah tepi. Parasit malaria ada 4 macam
yaitu plasmodium falciparum, plasmodium malariae, plasmodium vivax,
plasmodium ovale. Lokasi pengambilan darah pada orang dewasa adalah pada
ujung jari tengah atau ujung jari manis, sedangkan pada anak kecil adalah pada
bagian tumit atau ibu jari kaki. Setelah dilakukan penusukan maka daerah
diteteskan pada sumuran rapid test sebanyak 2 tetes kemudian ditambahkan 2
tetes buffer ke lubang semuran lainnya. (Buku paduan brosur malaria)

f. Golongan Darah
Penetapan golongan darah adalah menentukan jenis aglutinogen yang ada dalam
sel, disamping itu juga dikenal jenis agglutinin yang ada dalam serum. Darah
diteteskan sebanyak 4 tetes pada kaca obyek di tempat yang berbeda. Kemudian
ke masing-masing tetesan darah ditetesi dengan antisera a, B, AB, dan Anti D.
Selanjutnya dicampur dan digoyang dan diamati adanya aglutinas.( Petunjuk
Praktikum Laboratorium, Gandhasoebrata Tahun 1994)

g. HBsAg RDT
Pemeriksaan HBsAg adalah pemeriksaan untuk mendeteksi antigen permukaan
virus hepatitis B. Pemeriksaan HBsAg bias dilakukan dengan rapid diagnostic
test (RDT) yang diambil dari kapiler sebagai tambahan bagi pemeriksaan
enzyme immunoassay (EIA).

Hasil pemeriksaan laboratorium kritis harus disampaikan segera kepada tenaga


kesehatan yang meminta dalam batas waktu paling lambat satu jam setelah hasil
diperoleh dengan acuan sebagai berikut:

a. Untuk pemeriksaan Hematologi nilai kritis:


No NAMA TEST KURANG DARI LEBIH DARI
1 Hemoglobin < 7g / dl > 20 g / dl
2 Glukosa < 45 mg / dl > 500 mg / dl

Lamanya pemeriksaan laboratorium telah di tentukan denga cara perhitungan per


pasien dan rapat kolaborasi dengan tiap Unit.

No Waktu Penyampaian
Jenis Pemeriksaan Keterangan
Hasil
1. Hemogloblin 10 menit Waktu yang
2. Glukosa 10 jam dicantumkan dari
3. Cholesterol 15 menit pasien datang sampai
4. Protein Urine 15 menit hasil pemeriksaan
5. BTA Sputum 30 menit laboratorium.
6. HBsAg Rapid 20 menit
7. HIV Rapid 20 menit
8. Asam Urat 10 menit

Saat memberikan hasil pemeriksaan kepada pasien harus di sertai dengan nilai
normal pemeriksaan.
NO Nama Pemeriksaan Nilai normal
1 Hemoglobin 14 – 18 gr/dl
2 Gula Darah puasa 70 – 110 mg/dl
3 Gula Darah Sewaktu 100 – 200 mg/dl
4 Asam Urat L : 3,0 – 7,2 mg/dl
P : 2,0 – 6,0 mg/dl
5 Kolesterol Total < 220 mg/dl
6 HBsAg Nonreaktif
7 Sifilis Nonreaktif
8 HIV Nonreaktif
9 Malaria Negatif
10 Glukosa Urin Negatif
11 Protein Urin Negatif
12 BTA Sputum Negatif

Nilai normal tersebut di dapat dari startkit tiap reagen dan juga dari rapat kolaborasi
tiap unit.

b. RUJUKAN
Jika Laboratorium tidak dapat melaksanakan Pemeriksaan Karena suatu hal ( Alat
Rusak, Listrik Mati, dll) maka darah akan dikirim ke Laboratorium Lain.

c. PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. PENCATATAN
Pencatatan selain untuk pemantauan data juga untuk evaluasi. Macam-macam
pencatatan antara lain :
a. Inform Consent
b. Buku hasil pemeriksaan laboratorium
c. Blanko hasil pemeriksaan laboratorium
d. Buku stock reagent

2. PELAPORAN
Pelaporan yang harus disampaikan secara berkala ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota berupa laporan bulanan yang merupakan hasil rekapitulasi
pencatan harian. Laporan triwulan, semesteran dan tahunan sesuai ketentuan yang
berlaku Pelaporan untuk penyakit tertentu menggunakan formulir baku yang sudah
ditentukan oleh program.
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan logistik untuk pelaksanaan pelayanan Laboratorium UPTD Puskesmas


Kalibalangan direncanakan dalam POA, permintaan obat dan bahan habis pakai dan
lokmin bulanan. Pengadaan logistik berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten.
Untuk yang pengadaan yang lewat DKK, Puskesmas setiap tahun membuat pengajuan
logistik yang dibutuhkan. Kemudian Puskesmas tinggal menunggu logistik datang dari
DKK.

Daftar logistik Laboratorium di UPTD Puskesmas Kalibalangan


No NAMA

1. Stik Gula
2 Stik Cholesterol
3 Stik Asam Urat
4 Reagent Golongan Darah
5 Reagent ZN
6 Blood Lancet
7 Kartu Golongan Darah
8 Objek Glass
9 Pot Urine
10 Pot Dahak
11 Handscoon
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Tujuan dari ditetapkannya sasaran keselamatan pasien adalah untuk mendorong


perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus
berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.
Untuk meningkatkan keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap sasaran-
sasaran keselamatan pasien. Indikator pengukuran sasaran keselamatan pasien seperti pada
tabel berikut ini:

NO INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN TARGET


1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien 100%
2. Peningkatan komunikasi efektif 100%
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien 100%
Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis dan
4. 100%
keperawatan
5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di Puskesmas ≥75%
6. Tidak terjadinya pasien jatuh 100%

1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien


Identifikasi pasien yang tepat meliputi tiga detail wajib, yaitu: nama, umur, nomor
rekam medis pasien. Kegiatan identifikasi pasien dilakukan pada saat pemberian obat,
pengambilan spesimen atau pemberian tindakan

2. Peningkatan komunikasi efektif


Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis.
Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara
lisan dan yang diberikan melalui telpon. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan
adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan klinis, seperti laboratorium klinis
menelpon unit pelayanan untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera/ cito.
3. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien
Ketepatan pemberian obat kepada pasien dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan
identifikasi pada saat memberikan obat kepada pasien. Pengukuran indikator dilakukan
dengan cara menghitung jumlah pasien yang dilayani oleh bagian farmasi dikurangi
kejadian kesalahan pemberian obat dibagi jumlah seluruh pasien yang mendapat
pelayanan obat.

4. Tidak terjadi kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan


Dalam melaksanakan tindakan medis dan keperawatan, petugas harus selalu
melaksanakannya sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi pasien yang akan
mendapatkan tindakan medis dan keperawatan perlu dilakukan sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam pemberian prosedur.

5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi di puskesmas


Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas UPTD Puskesmas Kalibalangan
wajib menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan 7 langkah dengan
menggunakan sabun dan air mengalir. Tujuh langkah cuci tangan pakai sabun (CTPS)
harus dilaksanakan pada lima keadaan, yaitu:
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Setelah kontak dengan pasien
c. Sebelum tindakan aseptik
d. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

6. Tidak terjadinya pasien jatuh


Setiap pasien yang dirawat di UPTD Puskesmas Kalibalangan dilakukan pengkajian
terhadap kemungkinan risiko jatuh untuk meminimalkan risiko jatuh. Pencegahan
terjadinya pasien jatuh dilakukan dengan cara:
a. Memberikan identifikasi jatuh pada setiap pasien dengan pada setiap pasien yang
beresiko jatuh dengan memberi tanda pada pintu ruang rawat inap.
b. Memberikan intervensi kepada pasien yang beresiko serta memberikan lingkungan
yang aman.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Untuk keamanan dan kenyamanan bagi petugas paramedic dan petugas medis dalam
memberikan pelayanan kesehatan, terutama untuk mencegah tertularnya penyakit dimana
di puskesmas banyak kasus –kasus penyakit menular misal; TBC ,Kusta ,hepatitis, HIV
AIDS dan penyakit yang disebabkan virus lainya. maka petugas dalam melaksanakan
pelayanan diwajibkan memperhatikaan keamanan diri dengan pemakaian Alat
Perlindungan Diri (APD) yaitu menggunakan masker ,sarung tangan, jas kerja
laboratorium, kacamata pelindung. Dan selalu melakukan cuci tangan sebelum dan setelah
melaksanakan kegiatan atau pelayanan.

PEMAKAIAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)

Tindakan Tindakan tanpa


Pemeriksaan SCalling
Perlukaan perlukaan
Sanitasi tangan Ya Ya Ya ya
Sarung tangan Ya Ya Ya ya
Jas Laboratorium Ya Ya Ya ya
Masker Ya Ya Ya ya
Kaca mata Penilaian
tidak Ya tidak
pelindung resiko

Sterilisasi Alat:
 Mencuci alat dengan sabun yg mengandung anti septic
 Penyemprotan/ oles alcohol pada alat yg akan digunak
 Sterilisator listrik setiap selesai pelayanan, dan alat2 dari stainless/ metal yg sudah di
sterilisasi dibiarkan di dalam sterilisator sampai besoknya, sehingga pemakaian alat alat
sudah siap dipergunakan esoknya.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan di Laboratorium perlu


diperhatikan keselamatan pasien dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan
resiko terhadap pasien harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pengendalian mutu pelayanan klinis merupakan kegiatan untuk mencegah terjadinya
masalah terkait pelayanan pengobatan atau mencegah terjadinya kesalahan pengobatan /
medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan pasien.

Unsur-unsur yang mempengaruhi mutu pelayanan sebagai berikut:


a. Unsur masukan (input), yaitu sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
ketersediaan dana, dan Standar Operasional Prosedur.
b. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan kerja sama.
c. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen, budaya, respon dan
tingkat pendidikan masyarakat.

Pengendalian mutu pelayanan klinis terintegrasi dengan program pengendalian mutu


pelayanan klinis Puskesmas yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Kegiatan pengendalian mutu pelayanan klinis meliputi:
a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi untuk
peningkatan mutu standar.
b. Pelaksanaan, yaitu:
1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja(membandingkan
antara capaian dengan rencana kerja)
2. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu:
1. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan standar
2. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses berlangsung untuk
memastikan bahwa aktifitas berlangsung sesuai dengan yang direncanakan. Monitoring
dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis yang melakukan proses. Aktifitas
monitoring perlu direncanakan untuk mengoptimalkan hasil pemantauan.
Contoh ; monitoring pelayanan pasien, monitoring kinerja tenaga kesehatan
Sedangkan untuk menilai hasil atau capaian pelaksanaan pelayanan klinis, dilakukan
evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data yang dikumpulkan yang diperleh melalui
metode berdasarkan waktu, cara dan teknik pengambilan data.
Berdasarkan waktu pengambilan data, terdiri atas:
a. Retrospektif
Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan.
Contoh : survey kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang.
b. Prospektif
Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan pelayanan.
Contoh : waktu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas:
a. Langsung (data primer);
Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh pengambil data.
Contoh: survey kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan kilnis
b. Tidak langsung (data sekunder);
Data diperoleh dari sumber informasi yang tidak langsung
Contoh: catatan riwayat penyakit yang lalu

Cara pengambilan data :


a. Survei
Survei yaitu pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.
Contoh : survey kepuasan pelanggan.
b. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung aktifitas atau proses dengan menggunakan
ceklist atau perekaman.

Pelaksanaan evaluasi terdiri atas :


a. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan
pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan kinerja
yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki dan dengan menyempurnakan
kinerja tersebut. Oleh karena itu, audit merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi,
menyempurnakan pelayanan klinis secara sistematis.
Terdapat 2 macam audit, yaitu:
1. Audit Klinis
Audit Klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap pelayanan klinis, meliputi
prosedur yang digunakan untuk pelayanan, penggunaan sumber daya, hasil yang
didapat dan kualitas hidup pasien. Audit klinis dikaitkan dengan pengobatan
berbasis bukti.

2. Audit Profesional
Audit Profesional yaitu analisis kritis pelayanan klinis oleh seluruh tenaga medis
dan paramedis terkait dengan pencapaian sasaran yang disepakati, penggunaan
sumber daya dan hasil yang diperoleh.
Contoh : audit pelaksanaan system manajemen mutu
b. Review (pengkajian)
Review (pengkajian) yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelaksanaan pelayanan
klinis tanpa dibandingkan dengan standar.
Contoh : kajian penggunaan antibiotika.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Laboratorium UPTD Puskesmas Kalibalangan ini digunakan


sebagai acuan pelaksanaan pelayanan Laboratorium di UPTD Puskesmas Kalibalangan .
Untuk keberhasilan pelaksanaan Pedoman Pelayanan Laboratorium UPTD Puskesmas
Kalibalangan diperlukan komitmen dan kerja sama semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai