PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam Undang undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, disebutkan
bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu agar terwujud kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya sebagai investasi bagi pembangunan
sumberdaya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi dalam mencapai
derajat kesehatan yang optimal.
Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya transisi
epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografi, otonomi daerah, serta
masuknyapasar bebas, maka Puskesmas diharapkan mengembangkan dan
meningkatkan mutu pelayanannya Untuk meningkatkan mutu pelayanan yang
optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat menentukan diagnose penyakit
secara pasti yaitu pelayana Laboratorium yang bermutu.
Laboratorium Puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, kondisi
kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
Secara umum, laboratorium harus memenuhi kriteria sarana dan prasarana
yang baik untuk memaksimalkan kegiatan pemeriksaan laboratorium sehingga
fungsi laboratorium sebagai unsur penunjang pada kegiatan kuratif, preventif dan
rehabilitatif dapat tercapai demikian pula halnya dengan laboratorium Puskesmas
Suatang Baru. Untuk menunjang hal tersebut maka diperlukan SDM yang baik,
prasarana yang memadai serta standar operasional prosedur yang baku dapat
dipedomani yang memiliki dasar teori dan dasar hukum sehingga kelalaian dan
kegagalan dapat diminimalkan dalam pelayanan
B. Tujuan
Laboratorium merupakan salah satu unit yang memiliki fungsi sebagai unsur
penunjang diagnostik penyakit pada upaya pelayanan kesehatan baik kuratif,
preventif dan rehabilitatif. Dari fungsi laboratorium tersebut secara umum maka
dapat disimpulkan bahwa tujuan pemeriksaan laboratorium adalah optimalisasi
pelaksanaan kegiatan baik yang bersifat clinical health service maupun public
health service yang dilaksanakan secara profesional sesuai standar operasional
prosedur.
Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil pemeriksaan
laboratorium untuk penetapan diagnosa, pemberian pengobatan dan pemantauan
hasil pengobatan.
C. Sasaran
Sasaran dari panduan ini adalah :
1. Semua lapisan masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Suatang Baru dan
semua pengunjung pelayanan kesehatan pada Puskesmas Suatang Baru baik
yang sakit maupun yang sehat.
2. Petugas laboratorium Puskesmas Suatang Baru selaku pelaksana kegiatan
pelayanan laboratorium
3. Dokter Puskesmas sebagai penanggung jawab pelayanan pada Puskesmas
Suatang Baru
4. Profesi kesehatan lain yang memiliki hubungan dengan laboratorium kesehatan
Puskesmas Suatang Baru
5. Instansi laboratorium yang menjadi laboratorium rujukan pemeriksaan spesimen
Puskesmas Suatang Baru
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini secara garis besar meliputi :
1. SOP pemeriksaan laboratorium
SOP pemeriksaan laboratorium adalah proses pemeriksaan spesimen untuk
kepentingan penegakan diagnosa suatu penyakit oleh tenaga medis .
2. SOP yang bersifat protektif
SOP yang bersifat protektif adalah pelaksanaan kegiatan pemeriksaan untuk
mencegah / mengurangi resiko terjadinya bahaya pada pelaksana laboratorium.
3. SOP pengelolaan alat dan bahan
SOP pengelolaan alat dan bahan adalah SOP yang bersifat manajerial pada
kebutuhan bahan untuk menjaga ketersediaan bahan dan manajerial alat yang
digunakan untuk bertujuan menjaga validitas alat yang digunakan.
4. SOP mekanisme pelayanan
SOP mekanisme pelayanan adalah SOP yang disusun untuk menjaga
keteraturan pelayanan.
E. Batasan Operasional
Batasan operasional pedoman ini yaitu :
1. Pemeriksaan laboratorium adalah proses yang dimulai dari pengambilan
spesimen sampai pada pembacaan hasil pemeriksaan
2. Spesimen adalah sampel baku yang akan dilakukan pengolahan untuk
dijadikan sediaan bahan pemeriksaan
3. Laboran adalah tenaga pelaksana laboratorium yang telah melalui pendidikan
analis kesehatan dan diberi tanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan
laboratorium
4. Mekanisme pelayanan laboratorium adalah alur dan syarat untuk mendapatkan
pelayanan laboratorium
5. Alat, peralatan dan bahan laboratorium adalah suatu perangkat yang digunakan
untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
6. Upaya protektif adalah tindakan untuk mencegah, mengurangi risiko atau
dampak negatif baik pada laboran maupun pasien.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
JAM PETUGAS
NO HARI
PELAYANAN LABORATORIUM
1 Senin - Kamis 08.00 – 12.00 WITA Mursidah Irawati, A.Md.AK
KEPALA PUSKESMAS
PENANGGUNG JAWAB
PELAKSANA
b. Penanggung Jawab
Penanggung jawab Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung
jawab:
1. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium;
2. Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil pemeriksaan
laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam pelayanan laboratorium
3. Melakukan konsultasi dengan Kepala Puskesmas, penanggung jawab
laboratorium atau tenaga kesehatan lain
4. Melaksanakan kegiatan teknis operasional
5. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium
6. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium
c. Tenaga Teknis
Tenaga teknis Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab:
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Mempersiapkan pasien
3. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan laboratorium
4. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan;
5. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium
BAB III
TATALAKSANA PELAYANAN
B. Pengelolaan spesimen
1. Darah
Spesimen darah tanpa antikoagulan segera diperiksa agar tidak terjadi
pembekuan pada spesimen darah.
2. Urin
Spesimen urin segera diperiksa kurang dari 1 jam apabila spesimen urin tidak
menggunakan pengawet.
3. Dahak / Sputum
Spesimen dahak / sputum tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama sehingga
harus segera di periksa.
C. Pemeriksaan laboratorium
Di Puskesmas Suatang Baru terdapat unit pelayanan laboratorium yang
melayani pemeriksaan laboratorium sederhana seperti :
Hematologi : Hemoglobin (Hb),Darah Lengkap
Kimia Darah : Gula Darah Sewaktu (GDS), Gula Darah Puasa (GDP), Kolesterol
total, Asam Urat
Urinalisa : Glukosa urin, Protein urin, pH urin, urin lengkap
Parasitologi : Malaria (RDT & Mikroskopis)
Mikrobiologi : Sputum (BTA)
Imunologi : Golongan darah, tes kehamilan (PP tes), HIV (Rapid test), HBsAg
(Rapid test), DBD (Rapid Test), Sifilis (Rapid test)
D. Pengelolaan limbah
Limbah laboratorium adalah bahan bekas pakai dalam pekerjaan di laboratorium
berupa limbah cair, padat, dan gas. Limbah laboratorium dapat dibagi menjadi
dua,yaitu limbah umum dan limbah khusus.
1. Penanganan limbah umum
Cara penanganan limbah umum yaitu :
Sampah dikumpulkan pada tempat sampah dengan tutup rapat yang dialasi
dengan satu kantong plastik. Sampah ini dikumpulkan satu hari dalam sehari
oleh petugas kebersihan.
2. Penanganan limbah khusus
Limbah khusus terdiri dari limbah khusus padat dan limbah khusus cair.
a. Limbah khusus padat
Cara penanganan limbah khusus padat yaitu :
Limbah khusus padat seperti jarum spuit, lanset dimasukkan kedalam safety
box. Untuk khusus limbah padat selain jarum spuit, lanset dimasukkan
kedalam wadah limbah medis.
b. Limbah khusus cair
Cara penanganan limbah khusus cair yaitu
- Sisa sampel urin, sisa reagen untuk pemeriksaan dibuang ke saluran
limbah cair / septic tank.
- Sisa darah pemeriksaan dibuang ke saluran limbah cair / septic tank.
E. Penyimpanan Reagen
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
a. Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu bahwa barang
yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.
b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first out). Hal ini
adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu
lama.
2. Tempat penyimpanan.
3. Suhu/kelembaban.
4. Sirkulasi udara.
Hal-hal khusus yang harus diperhatikan:
1. Perhatikan / baca label / brosur yang terdapat pada kemasan reagen mengenai
cara penyimpanan, suhu yang dibutuhkan dll
2. Tutuplah botol waktu penyimpanan.
3. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam sediaan
induk.
4. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada
sediaan reagen.
5. Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan.
6. Lindungi label dari kerusakan.
7. Reagen HIV harus sudah dievaluasi oleh Laboratorium Rujukan Nasional.
8. Tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
9. Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol berwarna gelap.
10. Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal kadaluarsa, tanggal
wadah reagen dibuka, jumlah reagen yang diambil dan jumlah reagen sisa serta
paraf tenaga pemeriksa yang menggunakan.
F. Spesimen
Spesimen yang digunakan sebagai bahan pemeriksaan adalah Whole blood,
plasma, urine, dan dahak.
1. Persiapan pasien
a. Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8 - 12 jam sebelum
diambil darah
b. Menghindari aktifitas fisik/olah raga berlebihan sebelum spesimen diambil
c. Memperhatikan posisi tubuh, Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh
dari perubahan posisi, dianjurkan pasien duduk tenang sekurang-kurangnya
15 menit sebelum diambil darah.
2. Pengambilan
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar, agar
spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya. Teknik pengambilan
untuk beberapa spesimen yang sering diperiksa.
a. Darah Vena (dengan cara plebotomi/menggunakan tabung vakum)
1. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus
lurus, jangan membengkokkan siku. Pilih lengan yang banyak melakukan
aktivitas.
2. Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
3. Pasang "torniquet"± 10 cm di atas lipat siku
4. Pilih bagian vena mediana cubiti
5. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol
70% dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa
terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
6. Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap ke atas
dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat, tekan tabung
vakum sehingga darah terisap ke dalam tabung. Bila jarum berhasil masuk
vena, akan terlihat darah masuk dalam semprit. Selanjutnya lepas torniquet
dan pasien diminta lepaskan kepalan tangan.
7. Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai.Apabila dibutuhkan
darah dengan antikoagulan yang berbeda dan volume yang lebih banyak,
digunakan tabung vakum yang lain.
8. Tarik jarum dan letakkan kapas alkohol 70 % pada bekas tusukan untuk
menekan bagian tersebut selama ± 2 menit. Setelah darah berhenti, plester
bagian ini selama ± 15 menit.
9. Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 5 kali agar
bercampur dengan antikoagulan.
b. Darah kapiler
1. Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70 % dan biarkan
sampai kering lagi.
2. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya
rasa nyeri berkurang.
3. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusuklah dengan
arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan sejajar dengan itu.
Pada daun telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinya.Tusukan harus cukup
dalam supaya darah mudah keluar, jangan menekan-nekan jari atau telinga
untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas keluar semacam itu telah
bercampur dengan cairan jaringan sehingga menjadi encer dan
menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan.
4. Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai segumpal
kapas kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah kapiler:
1. Mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya gangguan
peredaran darah seperti vasokontriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dsb), kongesti atau cyanosis setempat.
2. Tusukan yang kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras keluar.
3. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol. Bukan saja darah itu diencerkan,
tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga sitkar diisap ke dalam pipet.
4. Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan.
5. Terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat bekerja.
c. Urin
- Petugas laboratorium memberikan wadah penampung urin kepada pasien.
- Pasien membawa wadah penampung urin kemudian menampung urin di
toilet pasien.
- Spesimen urin di bawa kembali ke ruangan laboratorium dan di serahkan
kepada petugas laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.
d. Dahak
Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan
dilakukan, dan dijelaskan perbedaan dahak dengan ludah.Bila pasien
mengalami kesulitan mengeluarkan dahak, pada malam hari sebelumnya
diminta minum teh manis atau diberi obat gliseril guayakolat 200 mg.
1. Sebelum pengambilan spesimen, pasien diminta untuk berkumur dengan
air.
2. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas.
3. Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
4. Pasien diminta untuk menarik nafas dalam, 2-3 kali kemudian keluarkan
nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai sputum
keluar.
5. Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah, dengan cara
mendekatkan wadah ke mulut.Amati keadaan dahak. Dahak yang
berkualitas baik akantampak kental purulen dengan volume cukup (3-5 ml).
6. Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium.
D. PEMBERIAN IDENTITAS
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting,
baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen. Pada surat pengantar/formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat secara lengkap:
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk rekam
medik.
4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon)
5. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
6. Informed consent
E. PENGOLAHAN
Beberapa contoh pengolahan spesimen seperti tercantum dibawah ini:
1. Darah (Whole Blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisikan
antikoagulan yang sesuai, kemudian dihomogenisasi dengan cara membolak-
balik tabung kira-kira 10-12 kali secara perlahan-lahan dan merata.
2. Plasma
a. Kocok darah EDTA atau sitrat dengan segera secara pelan-pelan.
b. Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
spesimen.
c. Masukkan darah EDTA ke dalam centrifuge dengan kecepatan 3000 rpm
selama 10 menit.
d. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh
(lipemik).
3. Urin
Untuk uji carik celup, urin tidak perlu ada perlakuan khusus, kecuali pemeriksaan
harus segera dilakukan sebelum 1 jam,.
F. PEMERIKSAAN SPESIMEN
Pemeriksaan specimen yang tersedia dilaksanakan sesuai dengan SOP yang
telah ditetapkan oleh penanggung jawab layanan laboratorium yaitu Kepala
Puskesmas Suatang Baru.
Dalam pelaporan hasil tentunya harus disertakan rentang nilai yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk menegakkan diagnosa. Hasil dapat dikatakan
normal bila nilai hasil pemeriksaan masuk dalam rentang nilai tersebut. Hasil yang
keluar dari rentang nilai bisa dikatakan abnormal dan sebagai pertanda adanya
gangguan kesehatan.
Rentang nilai ditetapkan penanggung jawab layanan laboratorium berdasarkan
rentang nilai yang ditetapkan
RENTANG NILAI YANG MENJADI RUJUKAN HASIL PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
Hemoglobin Stik L = 13.5 – 16.5 g /dl
P = 12.1 – 15.1 g /dl
Hemoglobin Sahli L = 14,0 – 16,0 g / dl
P = 12,0 – 14,0 g / dl
Darah Lengkap :
L = 13 – 18 g / dl
- Hemoglobin (HGB)
P = 12 – 16 g / dl
L = 4,4 – 5,6 x 106 / µL
- Eritosit (RBC)
P = 3,8 – 5,0 x 106 / µL
KIMIA DARAH
PEMERIKSAAN NILAI NORMAL
Kolesterol Total < 200 mg/dl
Asam Urat L = 3.0 – 7.0 mg/dl
P = 2.0 – 6.0 mg/dl
Glukosa Darah Puasa 70 – 104 mg/dl
G. NILAI KRITIS
Nilai Kritis adalah nilai yang mencerminkan keadaan patologis yang dapat
membahayakan jiwa bila tidak segera diambil tindakan. Puskesmas Suatang Baru
perlu menentukan nilai kritis terhadap hasil pemeriksaan laboratorium agar pasien
dapat penanganan lebih cepat apabila mendapatkan hasil pemeriksaan yang kritis
yang bisa membahayakan keselamatan pasien
NILAI KRITIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM
H. PELAPORAN HASIL
Hasil pemeriksaan laboratorium dicatat pada lembar hasil yang telah ditetapkan,
diimana pada lembar hasil tersebut berisi tentang identitas pasien, jenis
pemeriksaan rentang nilai dan hasil pemeriksaan. Hasil pemeriksaan
ditandatangani oleh petugas teknis laboratorium khususnya koordinator. Semua
hasil pemeriksaan wajib disalin , ditulis pada buku register laboratorium, sekaligus
sebagai arsip laboratorium. Hasil pemeriksaan diserhkan pada pasien untuk dibawa
lagi ke dokter pemeriksa.
BAB IV
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
A. BAKUAN MUTU
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu,
diperlukan bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat
dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana
baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis
akan menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab laboratorium.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis
laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab Laboratorium
Puskesmas.
B. PEMANTAPAN MUTU
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan proses
atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan. Kegiatan ini berupa Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan
Mutu Eksternal (PME) dan Peningkatan Mutu.
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI/Internal Quality Control)
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus menerus
agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan atau penyimpangan
sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
a. Manfaat:
1. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
2. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak
terjadi dan perbaikan penyimpanan dapat dilakukan segera.
3. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan,
pengiriman, penyimpanan dan pengolahan dan pemeriksaan spesimen
sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
4. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
5. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)
b. Cakupan
Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas: tahap pra analitik, tahap
analitik dan tahap pasca-analitik.
1) Tahap Pra-Analitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, mengambil
spesimen, menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengirim
spesimen rujukan sampai dengan menyimpan spesimen.
a. Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada
pasien mengenai persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan
b. Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara
spesimen yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan
mencatat kondisi fisik spesimen tersebut pada saat diterima antara lain
volume, warna, kekeruhan, dan konsistensi.
c. Penanganan spesimen
Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi
penyimpanan spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah
benar untuk pemeriksaan-pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman
spesimen sudah benar
d. Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian
pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika
Laboratorium Puskesmas tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka
spesimen dikirim ke laboratorium lain dan sebaiknya dikirim dalam
bentuk yang relatif stabil
e. Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan
dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
Beberapa cara menyimpan spesimen antara lain :
Disimpan pada suhu kamar (Misalnya penyimpanan usap dubur
dalam Carry & Blair untuk pemeriksaan Vibrio cholera).
Disimpan dalam lemari es dengan suhu 0 C.
Dapat diberikan bahan pengawet.
Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.
3. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu adalah suatu proses terus menerus yang dilakukan oleh
laboratorium sebagai tindak lanjut dari Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan
Pemantapan Mutu Eksternal (PME) untuk meningkatkan kinerja laboratorium.
BAB VIII
PENUTUP
Nur Asnah,A.Md.Kep
NIP.19660513 198811 2 001