Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS SUKOSARI
Jl.Gunung Will No.30 Telp.(0352)484677 Sukosari
PONOROGO
Kode Pos 63491

KEPUTUSAN UPT KEPALA PUSKESMAS SUKOSARI


NOMOR:188.4/071/405.09.26/2016

TENTANG
PEMANTAPAN MUTU INTERNAL (PMI) DAN PEMANTAPAN
MUTU EKSTERNAL (PME)

KEPALA UPT PUSKESMAS SUKOSARI,

Menimbang : a. bahwa, dalam rangka bahwa dalam rangka peningkatan mutu


dan kinerja, UPT Puskesmas Sukosari dituntut untuk
memberikan pelayanan laboratorium yang bermutu, cepat dan
b. akurat;
bahwa, untuk menjamin terselenggaranya mutu pelayanan
laboratorium di UPT Puskesmas Sukosari, maka dipandang
perlu menetapkan pemantapan mutu internal (PMI) dan
pemantapan mutu eksternal (PME) melalui Keputusan Kepala
Puskesmas Sukorejo;

Mengingat : Peraturan Menteri Kesehatan Repblik Indonesia Nomor 37


Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat
Kesehatan Masyarakat;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
KESATU : PEMANTAPAN MUTU INTERNAL (PMI) DAN PEMANTAPAN
MUTU EKSTERNAL (PME);
KEDUA : Untuk menjamin mutu pelayanan laboratorium maka perlu
dilakukan upaya pemantapan mutu internal maupun
pemantapan mutu eksternal di Puskesmas;
KETIGA : Pemantapan mutu internal dan eksternal sebagaimana
dimaksud pada Diktum KEDUA dan tercantum dalam lampiran ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan ini;
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari ada perubahan akan diadakan perubahan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Ponorogo
Pada tanggal : 4 April 2016

KEPALA UPT PUSKESMAS SUKOSARI

Dr.Ahmad Ghufroni
Penata Tk I
NIP. 19641230 199703 1 004
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUKOREJO
NOMOR : 188.4/071/405.09.26/2016
TANGGAL : 4 APRIL 2016

PENGENDALIAN MUTU LABORATORIUM

A. PENDAHULUAN
Laboratorium Puskesmas adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi klinik, parasitologi klinik,
imunologi klinik, patologi anatomi dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan
kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
364/Menkes/SK/III/2003).
Laboratorium Puskesmas sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi
terpenting dalam diagnostik invitro. Dengan pengukuran dan pemeriksaan laboratorium
akan didapatkan data ilmiah yang tajam untuk digunakan dalam menghadapi masalah yang
diidentifikasi melalui pemeriksaan klinis dan merupakan bagian esensial dari data pokok
pasien.. Informasi laboratorium dapat digunakan untuk diagnosis awal yang dibuat
berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Analisis laboratorium juga merupakan
bagian integral dari penapisan kesehatan dan tindakan preventif kedokteran.

B. PEMANTAPAN MUTU INTERNAL (PMI)


Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat. Kegiatan ini mencakup tiga tahapan proses, yaitu pra-analitik,
analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering diawasi dalam pemantapan mutu
internal hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada urusan
administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian.
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) lainnya yang perlu dilakukan di Puskesmas
antara lain: pembuatan alur pasien, alur pemeriksaan, cara pengambilan specimen,
pembuatan prosedur/instruksi kerja untuk pengambilan spesimen dan setiap jenis
pemeriksaan.

1. Tahap Pra Analitik


Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total
kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca
analitik 14%. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik
ekstra laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi
persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium,
penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen.
a. Persiapan Pasien
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan
laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari
tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi
yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang
keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan
kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan
pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat
berpengaruh terhadap hasil laboratorium, tidak diikutinya instruksi yang diberikan
akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama
juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi
tersebut dengan baik.
Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik
yang dapat mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir
tidak dapat diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel
fisik pasien, seperti latihan fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi,
kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis
kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi, pasca operasi, ketinggian.
Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa variabel
biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien
harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.
b. Penerimaan Spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara spesimen
yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan mencatat kondisi fisik
spesimen tersebut pada saat diterima antara lain volume, warna, kekeruhan, dan
konsistensi. Spesimen yang tidak sesuai dan memenuhi persyaratan hendaknya
ditolak. Dalam keadaan spesimen tidak dapat ditolak (via pos, ekspedisi), maka
perlu dicatat dalam buku penerimaan spesimen dan formulir hasil pemeriksaan.
c. Penanganan Spesimen
Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi penyimpanan
spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan-
pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman spesimen sudah benar.

d. Pengiriman Spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian pemeriksaan
sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika Laboratorium Puskesmas
tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimen dikirim ke laboratorium lain
dan sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil.
e. Penyimpanan Spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Beberapa cara
menyimpan spesimen antara lain :
Disimpan pada suhu kamar (Misalnya penyimpanan usap dubur dalam Carry &
Blair untuk pemeriksaan Vibrio cholera).
Disimpan dalam lemari es dengan suhu 0C 8C.
Dapat diberikan bahan pengawet.
Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.

2. Tahap Analitik
Tahap Analitik adalah tahap mulai dari persiapan reagen, mengkalibrasi dan
memelihara alat laboratorium, uji ketepatan dan ketelitian dengan menggunakan bahan
kontrol dan pemeriksaan spesimen.
a. Persiapan reagen
Reagen memenuhi syarat sesuai standar yang berlaku, masa kadaluarsa tidak
terlampaui, cara pelarutan atau pencampuran sudah benar, cara pengenceran
sudah benar,
b. Kalibrasi dan pemeliharaan peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
adalah peralatan laboratorium, wadah spesimen. Harus dilakukan kalibrasi dan
pemeliharaan peralatan laboratorium secara teratur dan terjadwal. Wadah
spesimen harus bersih dan tidak terkontaminasi.
Contoh beberapa peralatan laboratorium yang perlu dikalibrasi adalah:
Inkubator (Incubator)
Lemari es (Refrigerator/freezer)
Oven
Autoklaf (Autoclave)
Micro Pipet
Penangas air (Waterbath)
Sentrifus (Centrifuge)
Fotometer (Photometer)
Timbangan analitik
Timbangan elektrik
Thermometer
c. Uji ketelitian dan ketepatan dengan menggunakan bahan kontrol.
d. Pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai protap masing-
masing parameter.
3. Tahap Pasca Analitik
Tahap Pasca-Analitik adalah tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan dan
melakukan validasi hasil serta memberikan interpretasi hasil sampai dengan
pelaporan.
C. PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL (PME)
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh
pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan
suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan
Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau
internasional. Setiap Laboratorium Puskesmas wajib mengikuti Pemantapan Mutu
Eksternal yang diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi
semua bidang pemeriksaan laboratorium.
Pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan diselenggarakan pada
berbagai tingkatan, yaitu :
1. Tingkat nasional/tingkat pusat : Kementerian Kesehatan
2. Tingkat Propinsi/wilayah : BBLK/ BLK
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi Laboratorium Puskesmas,
karena dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan performance
(penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang
ditentukan.
Dalam melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara khusus, harus
dilaksanakan oleh petugas yang biasa melakukan pemeriksaan tersebut serta
menggunakan peralatan/reagen/metoda yang biasa digunakan, sehingga hasil pemantapan
mutu eksternal tersebut benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium yang
sebenarnya.

D. PENINGKATAN MUTU
Peningkatan Mutu adalah suatu proses terus menerus yang dilakukan oleh laboratorium
sebagai tindak lanjut dari Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu
Eksternal (PME) untuk meningkatkan kinerja laboratorium.

KEPALA PUSKESMAS SUKOREJO

NUR HIDAYATULLOH, SKM


Penata Tk I
NIP. 19741111 200003 1 001

Anda mungkin juga menyukai