Anda di halaman 1dari 19

PEDOMAN PELAYANAN

LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK

RS ISLAM FAISAL
MAKASSAR
2013

KATA PENGANTAR
Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

DAFTAR ISI

Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup Pelayanan
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
BAB II. STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan
C. Pengaturan Jaga
BAB III. STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN
BAB V. LOGISTIK
BAB VI. KESELAMATAN PASIEN
BAB VII. KESELAMATAN KERJA
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU
BAB IX. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang
kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul
karena pelayanan rumah sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan,
pendidikan dan penelitian serta mencakup berbagai tindakan maupun
disiplin medis. Agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang
sedemikian komplek, rumah sakit tersebut harus memiliki sumber daya
manusia

yang

profesional

baik

di

bidang

teknis

medis

maupun

administrasi kesehatan. Menurut Sistem Kesehatan Nasional, fungsi


utama rumah sakit adalah menyediakan dan menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan pasien.
Berdasarkan

Surat

Keputusan

Menteri

Kesehatan

RI

No.

983/SK/XI/1992 rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan


yang

bermutu

dan

terjangkau

oleh

masyarakat

dalam

rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sedangkan untuk rumah


sakit khusus memberikan pelayanan sesuai dengan spesialisasinya.
Pelayanan rumah sakit mencakup pelayanan kesehatan dan pelayanan
administrasi. Pelayanan kesehatan itu sendiri meliputi pelayanan medis,
pelayanan penunjang medis, rehabilitasi medis dan pelayanan asupan
keperawatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat
darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap.
Salah satu jenis pelayanan penunjang medis di rumah sakit adalah
instalasi laboratorium. Fungsi instalasi laboratorium adalah sebagai
laboratorium klinik dari unit pelayanan kesehatan rumah sakit, yang
meliputi pemeriksaan hematologi klinik, kimia klinik, imunologi klinik,
mikrobiologi klinik, parasitologi, urinalisa, feses rutin, cairan otak dan
transudat exudat. Setiap jenis pelayanan dan pemeriksaan laboratorium
dilaksanakan

berdasarkan

Prosedur

Tetap

(Protap)

atau

Standar

Operating Procedure (SOP) yang ada.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

B. Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup Pelayanan
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
1. Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedis.
Departemen Kesehatan RI. 1997
2. Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium
Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. 1997
3. Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik

Rumah

Sakit.

Departemen Kesehatan RI 1998


4. Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar (Good Laboratory
Practice) Departemen Kesehatan RI Th.2004
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
411/MENKES/PER/III/2010
6. KMK 432/Menkes/SK/IV/2007

tentang

Indonesia

Pedoman

Nomor

Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja(K3) di Rumah Sakit.


7. KMK 1087/Menkes/ SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
8. KMK 370/2007 Standar Profesi Ahli Tehnologi laboratorium
Kesehatan

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

Sumber daya laboratorium kesehatan secara garis besar dibedakan


menjadi dua macam, yaitu: sumber daya manusia (human resources) dan
sumber

daya

manusia

non-manusia

(SDM)

(non-human

merupakan

potensi

resources).
manusiawi

Sumber
yang

daya

melekat

keberadaannya pada seorang pegawai yang terdiri atas potensi fisik dan
potensi non-fisik. Potensi fisik adalah kemampuan fisik yang terakumulasi
pada seorang pegawai, sedangkan potensi non-fisik adalah kemampuan
seorang

pegawai

yang

terakumulasi

baik

dari

latar

belakang

pengetahuan, inteligensia, keterampilan, human relations.[1] Sedangkan


sumber daya non-manusia merupakan sarana atau peralatan berupa
mesin-mesin atau alat-alat non mesin dan bahan-bahan yang digunakan
dalam proses pelayanan laboratorium klinik.
SDM yang bekerja di dalam pelayanan laboratorium kesehatan
cukup beragam, baik profesi maupun tingkat pendidikannya. Kebutuhan
jumlah pegawai antara laboratorium kesehatan di Rumah Sakit dengan
laboratorium kesehatan swasta, atau Puskesmas tentu tidak sama. Hal ini
dikarenakan jenis pelayanan, jumlah pemakai jasa, dan permasalahan
yang dihadapi oleh masing-masing laboratorium tersebut berbeda-beda.
Jenis

ketenagaan

yang

diperlukan

dalam

pelayanan

laboratorium

kesehatan adalah sebagai berikut [2,3] :


1. Staf medis

Dokter Spesialis Patologi Klinik,

Dokter Spesialis Patologi Anatomik,

Dokter Spesialis Forensik,

Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik,

Dokter umum yang telah memiliki pengalaman teknis

laboratorium
2. Tenaga teknis laboratorium

Analis Kesehatan atau Analis Medis,

Perawat Kesehatan,

Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

Dokter umum,

Sarjana kedokteran,

Sarjana farmasi,

Sarjana biologi,

Sarjana teknik elektromedik,

Sarjana teknik kesehatan lingkungan

3. Tenaga administrasi
4. Pekarya
Kalau dilihat dari fungsi laboratorium kesehatan, yakni melakukan
pemeriksaan bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan dari
manusia yang tujuannya adalah menentukan jenis penyakit, penyebab
penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang berpengaruh pada kesehatan
perorangan atau masyarakat [3], maka kebutuhan SDM yang terbesar adalah
Analis Kesehatan sebagai tenaga teknis laboratorium.
Analis Kesehatan memiliki tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh dalam melaksanakan pelayanan laboratorium. Pelayanan
laboratorium

yang

dimaksud

adalah

pelayanan

laboratorium

secara

menyeluruh meliputi salah satu atau lebih bidang pelayanan, meliputi bidang
hematologi, kimia klinik, imunoserologi, mikrobiologi, toksikologi, kimia
lingkungan, patologi anatomi (histopatologi, sitopatologi, histokimia, imuno
patologi, patologi molekuler), biologi dan fisika.[4]
Analisis dan Klasifikasi Tenaga Laboratorium
Analisis dan klasifikasi pegawai perlu dilakukan dalam merencanakan
kebutuhan tenaga laboratorium kesehatan. Analisis pegawai adalah usahausaha mempelajari, mengumpulkan informasi serta merumuskan secara
jelas mengenai kepegawaian dan batasan kualifikasi minimal pegawai yang
dikehendaki untuk melakukan pekerjaan secara tepat guna dan berhasil
Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

guna. Sedangkan klasifikasi pegawai adalah tindakan pengelompokan


pegawai berdasarkan kesamaan jenis ke dalam suatu kesatuan pegawai. [1]
Analisis pegawai dapat memfokuskan peramalan (forecasting) dan
perencanaan (planning) kepegawaian. Informasi analisis pegawai sangat
dibutuhkan baik untuk kepentingan restrukturisasi, program perbaikan
kualitas, perencanaan human resources, analisis tugas, penarikan pegawai,
rotasi

pegawai,

program

training,

pengembangan

karier,

pengukuran

performance maupun kompensasi. 1


Forecasting SDM
Peramalan

kebutuhan

SDM

merupakan

unsur

penting

dalam

perencanaan SDM. Peramalan SDM berusaha untuk menetukan karyawan


apa yang diperlukan, baik tuntutan keahlian atau keterampilan tertentu dan
berapa jumlah pegawai yang diperlukan. Jadi hal yang diperlukan dalam
perencanaan tersebut adalah: jumlah, jenis, mutu.[1]
Hampir semua perusahaan harus membuat prediksi atau peramalan
kebutuhan karyawan pada masa yang akan datang, meskipun hal ini tidak
tepat benar dengan kenyataan yang sebenarnya. Namun demikian melalui
peramalan dapat mendekati kebenaran sehingga diperoleh efisiensi dalam
penggunaan SDM. [11]
Analisis kebutuhan organisasi akan SDM dinilai sangat penting karena
berfungsi sebagai pusat kegiatan perencanaan SDM; mempengaruhi dan
mengarahkan kegiatan, perilaku dan dampak tindakan-tindakan operasional;
meningkatkan

pendayagunaan

SDM

secara

optimal;

mengarahkan

perencanaan SDM dalam memperoleh jumlah, tipe dan mutu karyawan


untuk mengerjakan sesuatu dengan tepat pada waktu yang tepat. [12]
Perencanaan kebutuhan tenaga laboratorium perlu mempertimbangkan
beberapa faktor, seperti :

Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

Jenis laboratorium. Apakah laboratorium Rumah Sakit, laboratorium


swasta, atau laboratorium kesehatan masyarakat.

Stratifikasi laboratorium. Apakah laboratorium itu adalah laboratorium


di Rumah Sakit tipe A, B atau C. Jika laboratorium swasta, apakah
laboratorium yang akan dibangun adalah laboratorium pratama atau
utama.

Jenis pelayanan. Apakah akan melayani seluruh bidang atau disiplin


ilmu, atau hanya beberapa bidang saja yang akan dilayanani.

Sasaran pelanggan : siapa yang ingin dilayani? Apakah seluruh lapisan


masyarakat, hanya untuk check-up, hanya untuk penelitian, dsb.

Target jumlah pemeriksaan dan jumlah peralatan yang digunakan. Jika


seluruh bidang pelayanan yang akan dipilih, maka jumlah pemeriksaan
yang akan dikerjakan juga banyak, demikian juga dengan jumlah
peralatan yang akan digunakan.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut selanjutnya dapat

dibuat

perencanaan

SDM,

seperti

jenis

atau

kualifikasi

ketenagaan,

kompetensi, jumlah yang dibutuhkan, rekruitmen, dsb.


Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam peramalan akan
kebutuhan SDM, salah satu di antaranya adalah dengan menggunakan
analisis beban kerja. Cara menghitung kebutuhan SDM laboratorium
berdasarkan beban kerja akan saya sampaikan pada tulisan berikutnya.
B. Distribusi Ketenagaan
C. Pengaturan Jaga

Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas

BAB IV
Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

10

TATA LAKSANA PELAYANAN


BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Aspek Mutu Dalam Perencanaan SDM Laboratorium Kesehatan
Perlu
kesejahteraan

disadari

bahwa

masyarakat,

semakin

tuntutan

tinggi

akan

tingkat

pelayanan

pendidikan
kesehatan

dan
yang

bermutu pun semakin meningkat. Sejalan dengan itu maka pelayanan


diagnostik yang diselenggarakan oleh laboratorium kesehatan sangat perlu
untuk menerapkan sebuah standar mutu untuk menjamin kualitas pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat.
Salah satu standar mutu pelayanan laboratorium klinik Rumah Sakit
adalah tersedianya SDM dengan jumlah yang cukup dan memenuhi
kualifikasi tenaga sesuai dengan jenis pelayanan laboratorium klinik yang
ada.
Berkaitan dengan mutu pelayanan laboratorium kesehatan, ada 3
variabel yang dapat digunakan untuk mengukur mutu [5], yaitu :

Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk


melakukan pelayanan laboratorium kesehatan, seperti SDM, dana,
fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lainlain. Pelayanan laboratorium kesehatan yang bermutu memerlukan

Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

11

dukungan input yang bermutu pula. Hubungan input dengan mutu


adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan
kesehatan.

Proses, ialah interaksi professional antara pemberi layanan dengan


konsumen

(pasien/

masyarakat).

Proses

ini

merupakan

variable

penilaian mutu yang penting.

Output/outcome,
perubahan

yang

ialah

hasil

terjadi

pelayanan

pada

kesehatan,

konsumen

merupakan

(pasien/masyarakat),

termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.


Untuk

meningkatkan

mutu

pelayanan,

laboratorium

klinik

yang

terdapat dalam seluruh Rumah Sakit perlu dikelola dengan menggunakan


prinsip-prinsip manajemen yang tepat. Salah satu pendekatan mutu yang
digunakan adalah Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Magement, TQM).
Konsep TQM pada mulanya dipelopori oleh W. Edward Deming, seorang
doktor di bidang statistik yang diilhami oleh manajemen Jepang yang selalu
konsisten terhadap kualitas terhadap produk-produk dan layananannya. TQM
adalah suatu pendekatan yang seharusnya dilakukan oleh organisasi masa
kini

untuk

memperbaiki

otputnya,

menekan

biaya

produksi

serta

meningkatkan produksi. Total mempunyai konotasi seluruh sistem, yaitu


seluruh proses, seluruh pegawai, termasuk pemakai produk dan juga jasa
supplier. Quality berarti karakteristik yang memenuhi kebutuhan pemakai,
sedangkan management berarti proses komunikasi vertikal dan horizontal,
top-down dan bottom-up, guna mencapai mutu dan produktivitas [1].
Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu dalam pelayanan laboratorium
adalah

menggunakan

konsep

dari

Creech,

yaitu

suatu

pendekatan

manajemen yang merupakan suatu sistem yang mempunyai struktur yang


mampu menciptakan partisipasi menyeluruh dari seluruh jajaran organisasi
dalam

merencanakan

dan

menerapkan

proses

peningkatan

yang

berkesinambungan untuk memenuhi bahkan melebihi harapan pelanggan.


Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

12

Terdapat lima pilar Manajemen Mutu Terpadu, yaitu kepemimpinan, proses,


organisasi, komitmen, produk dan layanan (service). Manajemen mutu
terpadu berfokus pada peningkatan proses. Proses adalah transformasi dari
input, dengan menggunakan mesin peralatan, perlengkapan metoda dan
SDM untuk menghasilkan produk atau jasa bagi pelanggan [5].
Peningkatan proses yang selanjutnya akan meningkatkan mutu antara
lain memerlukan perencanaan kebutuhan SDM yang matang. Perencanaan
SDM dapat digunakan sebagai indikator kesesuaian antara supply dan
demand bagi sejumlah orang dalam organisasi dengan keterampilan yang
sesuai, membantu menilai dan melengkapi rencana-rencana dan keputusankeputusan manajemen dengan menilai pengaruh-pengaruh daripada tenaga
kerja, dan membantu organisasi agar terhindar dari kelangkaan SDM pada
saat dibutuhkan maupun kelebihan SDM saat tidak dibutuhkan. [6,7,8]
Komponen kunci dari perencanaan SDM adalah penentuan tipe SDM
yang diperlukan. Untuk perencanaan kepegawaian dengan memperkirakan
suplai dan permintaan terhadap SDM, selanjutnya menentukan perbedaan
atas suplai dan permintaan, apa ada kekurangan atau kelebihan. Selanjutnya
dapat

ditentukan

langkah

strategik

apa

yang

akan

diambil

dalam

menghadapi kekurangan atau kelebihan SDM. [9]


Perencanaan

SDM

bertujuan

untuk

mencocokkan

SDM

dengan

kebutuhan organisasi yang dinyatakan dalam bentuk aktifitas. Merencanakan


kebutuhan SDM berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut [10] :
a. mendapatkan dan mempertahankan jumlah dan mutu karyawan
b. mengidentifikasi tuntutan keterampilan dan cara memenuhinya
c. menghadapi kelebihan atau kekurangan karyawan
d. mengembangkan tatanan kerja yang fleksibel
e. meningkatkan pemanfaatan karyawan

Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

13

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang kesehatan semakin meningkat dan sudah mengarah pada spesialisasi dan
subspesialisasi. Semakin pesat lajunya pembangunan, semakin besar pula tuntutan masyarakat
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Perlu disadari bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan
akan pelayanan kesehatan yang bermutu pun semakin meningkat. Di lain pihak pelayanan
Rumah Sakit yang memadai, baik di bidang diagnostik maupun pengobatan semakin dibutuhkan.
Sejalan dengan itu maka pelayanan diagnostik yang diselenggarakan oleh laboratorium klinik
Rumah Sakit sangat perlu untuk menerapkan sebuah standar mutu untuk menjamin kualitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang kuat untuk pelaksanaan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai penjabaran dari undang-undang tersebut salah
satunya adalah Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor HK 006.06.3.5.00788
tahun 1995 tentang pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit (termasuk di dalamnya adalah pelayanan
laboratorium klinik) untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Berkaitan dengan pengukuran mutu pelayanan kesehatan tersebut, menurut Donabedian ada 3
variabel yang dapat digunakan untuk mengukur mutu, yaitu :
1. Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti SDM, dana, obat, fasilitas, peralatan , bahan, teknologi, organisasi,
informasi dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input
yang bermutu pula. Hubungan input dengan mutu adalah dalam perencanaan dan
penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2. Proses, ialah interaksi professional antara pemberi layanan dengan konsumen (pasien /
masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting.
3. Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi
pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, laboratorium klinik yang terdapat dalam seluruh Rumah
Sakit perlu dikelola dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang tepat. Salah satu
pendekatan mutu yang digunakan adalah Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Magement,
TQM).
Menurut Sulistiyani & Rosidah (2003) konsep TQM pada mulanya dipelopori oleh W. Edward
Deming, seorang doktor di bidang statistik yang diilhami oleh manajemen Jepang yang selalu
konsisten terhadap kualitas terhadap produk-produk dan layananannya. TQM adalah suatu
pendekatan yang seharusnya dilakukan oleh organisasi masa kini untuk memperbaiki otputnya,
menekan biaya produksi serta meningkatkan produksi. Total mempunyai konotasi seluruh sistem,
yaitu seluruh proses, seluruh pegawai, termasuk pemakai produk dan jasa juga supplier. Quality
berarti karakteristik yang memenuhi kebutuhan pemakai, sedangkan management berarti proses
komunikasi vertikal dan horizontal, top-down dan bottom-up, guna mencapai mutu dan
produktivitas.
Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

14

Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu dalam pelayanan laboratorium menurut Sianipar (1997)
adalah menggunakan konsep dari Creech, yaitu suatu pendekatan manajemen yang merupakan
suatu sistem yang mempunyai struktur yang mampu menciptakan partisipasi menyeluruh dari
seluruh jajaran organisasi dalam merencanakan dan menerapkan proses peningkatan yang
berkesinambungan untuk memenuhi bahkan melebihi harapan pelanggan. Terdapat lima pilar
Manajemen Mutu Terpadu, yaitu kepemimpinan, proses, organisasi, komitmen, produk dan
service. Manajemen mutu terpadu berfokus pada peningkatan proses. Proses adalah transformasi
dari input, dengan menggunakan mesin peralatan, perlengkapan metoda dan SDM untuk
menghasilkan produk atau jasa bagi pelanggan.
PENINGKATAN MUTU PELAYANAN LABORATORIUM KLINIK
Menurut Pusorowati (2004), mutu pada hakekatnya adalah tingkat
kesempurnaan

suatu

produk

atau

jasa.

Sedangkan

mutu

pelayanan

laboratorium klinik Rumah Sakit diartikan sebagai derajat kesempurnaan


pelayanan laboratorium klinik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
konsumen akan pelayanan kesehatan dengan menggunakan potensi sumber
daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara
aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum, dan sosial
budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah
dan masyarakat konsumen.
Upaya peningkatan mutu pelayanan laboratorium klinik merupakan
serangkaian kegiatan yang komprehensif dan integral yang menyangkut
struktur, proses dan outcome secara obyektif, sistematik dan berlanjut,
memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan
memecahkan maslah-masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan
laboratorium yang diberikan berdaya guna dan berhasil guna.
Sasaran upaya meningkatkan mutu pelayanan laboratorium di rumah
sakit adalah : meningkatkan kepuasan pelanggan (pasien, dokter dan
pemakai jasa laboratorium lainnya), meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pelayanan laboratorium, dan efisiensi penggunaan sumber daya yang
dimiliki.
Cakupan kegiatan peningkatan mutu meliputi seluruh kegiatan teknis
laboratorium

dan

kegiatan-kegiatan

Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

yang

bersifat

administrasi,

serta
15

manajemen laboratorium. Kegiatan teknis laboratorium meliputi seluruh


kegiatan pra-analitik, analitik dan pasca-analitik. Kegiatan yang berkaitan
dengan administrasi meliputi pendaftaran pasien / spesimen, pelayanan
administrasi keuangan, dan pelayanan hasil pemeriksaan. Sedangkan
kegiatan yang bersifat manajerial meliputi pemberdayaan sumber daya yang
ada,

termasuk

di

dalamnya

adalah

penatalaksanaan

logistic

dan

pemberdayaan SDM.
Pendekatan

yang

dilakukan

dalam

upaya

meningkatkan

mutu

pelayanan laboratorium di Instalasi Patologi Klinik adalah :


1. Pendekatan tidak langsung
o

Program menjaga mutu (quality assurance/quality improvement),


seperti

pemeriksaan

kontrol

kualitas

(quality

control),

Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal


(PME)
o

Quality Assesment, seperti akreditasi, ISO 9001:2000

Total Quality Managemen (TQM)

Pengembangan standar profesi, seperti seminar / kursus /


workshop / pelatihan, pendidikan berkelanjutan. Program ini
dilakukan baik untuk Pranata Laboratorium maupun tenaga
administrasi.

Risk

management,

misalnya

penanganan

komplain

dari

pelanggan.
o

Program-program

khusus,

misalnya

mengukur

kepuasan

pelanggan melalui pemberian kuesioner.


2. Pendekatan pemecahan masalah
Pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus (daur) yang
berkesinambungan.

Langkah

pertama

dalam

siklus

ini

adalah

identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan bagian sangat


penting dari seluruh proses siklus karena akan menentukan kegiatan-

Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

16

kegiatan selanjutnya dari pendekatan masalah. Masalah akan timbul


apabila :
o

Terdapat penyimpangan antara hasil yang dicapai (output)


dengan standar yang adab.

Terdapat ketidakpuasan akan penyimpangan tersebut.


Pendekatan pemecahan masalah ini dapat dilakukan melalui
kegiatan Gugus Kendali Mutu (GKM) atau dengan program
Problem Solving for a Better Hospital (PSBH) yang tengah
digalakkan oleh Manajemen Rumah Sakit. Pendekatan kegiatan
PSBH mirip dengan GKM.

BAB IX
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Sulistiyani, Ambar T. dan Rosidah, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia :
Konsep, Teori dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi Publik, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Departemen

Kesehatan

RI,

Pengelolaan

Laboratorium

Direktorat
Patologi

Jendral

Klinik,

Pelayanan

Patologi

Medik,

Anatomik

dan

Pedoman
Patologi

Forensik/Kamar Jenazah, Cetakan I, 1988.


Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 04/Menkes/SK/I/2002 tentang Laboratorium
Kesehatn Swasta
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/08/M.PAN/3/2006
tentang Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan.
Kuncoro, T., et. al., 1997, Manajemen Proses di Laboratorium Klinik Menuju Produk
yang Bermutu, Dalam : Sianipar, O. (ed), 1997, Prinsip-prinsip Manajemen Untuk
Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

17

Peningkatan Mutu Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit, Magister


Manajemen Rumah Sakit, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Nursanti, Tinjung Desi, 2002, Strategi Terintegrasi Dalam Perencanaan Sumber Daya
Manusia yang Efektif, Dalam Usmara, A. (ed), 2002, Paradigma Baru Manajemen
Sumber Daya Manusia, edisi ke-3, Amara Books, Yogyakarta.
Moehijat, 1979, Perencanaan Tenaga Kerja, Penerbit Alumni, Bandung.
Umar, Husein, 1997, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Sunarto dan Sahedy Noor, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), Bagian
Penerbitan FE-UST, Yogyakarta.
Amstrong, Michael, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik : Mengelola
Karyawan, Buku Wajib Bagi Manajer Lini, PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Sumarsono, Sonny, 2003, Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
Mangkuprawira, TB. Syafrie, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik,
Ghalia Indonesia, Jakarta.

=======
Kuncoro, T., et. al., 1997, Manajemen Proses di Laboratorium Klinik Menuju Produk yang
Bermutu, Dalam : Sianipar, O. (ed), 1997, Prinsip-prinsip Manajemen Untuk Peningkatan Mutu
Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit, Magister Manajemen Rumah Sakit,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lewandrovsky, Kent, 2002, Clinical Chemistry : Laboratory Management and Clinical
Corellations, Lippincot William & Wilkins, Philadelphia, USA.
Mulyadi, Bagus, et. al., 2001, Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit,
Worl Health Organization Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Nawawi, H. Hadari, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan ke-3, Gama Press,
Yogyakarta.
Pusorowati, Nunuk, 2004, Konsep Dasar Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit,
Clinical Epidemiology and Biostatistics Unit, RS Dr. Sardjito/FK-UGM, Yogyakarta.
Sulistiyani, Ambar T. dan Rosidah, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia : Konsep, Teori
dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi Publik, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

18

====
1. Buku Pedoman Keamanan Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedis.
Departemen Kesehatan RI. 1997
2. Buku Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium
Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. 1997
3. Buku Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit.
Departemen Kesehatan RI 1998
4. Buku Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar (Good Laboratory
Practice) Departemen Kesehatan RI Th.2004
5. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
411/MENKES/PER/III/2010
6. Buku Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. H.Hardjoeno
DKK.Hasanuddin Unversity Press. 2012
7. Buku Pemantapan Mutu Internal Laboratorium klinik. Bagian Patologi
Klinik Fakultas kedokteran UGM. 2010
8. KMK 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja(K3) di Rumah Sakit.
9. KMK 1087/Menkes/ SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
10.KMK 370/2007 Standar Profesi Ahli Tehnologi laboratorium Kesehatan

Pedoman Pelayanan Laboratorium RS-Unhas, 2013

19

Anda mungkin juga menyukai