Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud kesehatan masyrakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara social dan ekonomi
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan


kesehatan dan mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan
pembangunan kesehatan.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari pelayanan
kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Laboratorium
Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan
upaya kesehatan di Puskesmas, maka Puskesmas wajib menyelenggarakan
laboratorium.

Laboratorium Puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan, dan


pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat
berpengaruh yang dapat berpengaruh pada kesehatan perseorangan dan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

Ketentuan mengenai keharusan memenuhi kriteria dalam penyelenggaraan


Laboratorium UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton diatur dalam SK Kepala
UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton nomor :026/SK/PKMKDT/IV/2018
tentang manajemen penunjang layanan klinis yang merupakan persyaratan
minimal yang harus dimiliki, namun persyaratan minimal ini dapat dilengkapi
sesuai kebutuhan.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap
bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,
penyebaran penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat
berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Menjadi acuan petugas dalam penyelenggaraan Laboratorium UPT
Puskesmas Rawat Inap Kedaton
b. Menjadi standar monitoring dan evaluasi pelayanan Laboratorium
UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 1 of 39


C. Sasaran Pedoman
Petugas laboratorium di lingkup UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup pedoman ini meliputi sarana,prasarana,jenis-jenis
pemeriksaan,standard hasil pemeriksaan,dan keselamatan dan mutu
laboratorium.

E. Batasan Operasional
1. UPT Pusat Kesehatan Masyarakat Rawat Inap Kedaton yang selanjutnya
disebut UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton, adalah unit pelaksana teknis
Dinas Kesehatan Kotamadya Bandar Lampung yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja tertentu.
2. Laboratorium UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton, adalah sarana
pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton yang
melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit,
kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat.
3. Cara penyelenggaraan laboratorium klinik yang baik adalah pelaksanaan
kegiatan untuk meningkatkan dan memantapkan mutu hasil pemeriksaan
laboratorium.
4. Sarana laboratorium adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik
bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah
ruangan Laboratorium Puskesmas.
5. Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat suatu
sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
6. Keselamatan Keria adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi
kecelakaan, keb:karan, bahaya peledakan, penyakit akibat kerja,
oencernaran lingkungan yang pada urnumnya menimbulkan kerugian
nyawa, waKu dan harta benda bagi. pekerja dan masyarakat yang berada
dilingkungannya
7. Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan
proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan
ketepatan hasil pemeriksaan

F. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
657/MENKES/PER/VIII/2009 Tentang Pengiriman Penggunaan Spesimen
Klinik, Materi Biologik dan Muatan Informasinya;

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 2 of 39


5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 tahun
2012Tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan
Masyarakat;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2013 tentang


Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Baik;
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor11tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan Pengendalian Infeksi di Faskes Primer;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
370/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan;
11. Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 76 tahun 2016 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPT Puskesmas Pada Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung;

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 3 of 39


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan upaya kesehatan


wajib Puskesmas, laboratorium UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton
membutuhkan sumberdaya manusia yang mencukupi baik jumlah maupun
mutunya. Berikut ini adalah pola ketenagaan yang diperlukan laboratorium
UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton :

No Jenis Tenaga Kualifikasi Jumlah


Dokter Puskesmas/Kepala
1 Penanggungjawab 1 orang
Puskesmas
Teknologi Laboratorium Medis
2 Koordinator Unit 1 orang
Ahli Pertama (D IV)
Teknologi Laboratorium Medis
1 orang
Ahli Pertama (D IV)
3 Tenaga Teknis
Teknologi Laboratorium Medis
1 orang
Ahli Madya (D III)

Ketentuan lainnya :
1) Penambahan tenaga pelaksana tergantung dari beban kerja laboratorium.
2) Penanggung jawab laboratorium puskesmas adalah dokter
puskesmas/Kepala UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton.
3) Tenaga teknis dianjurkan jangan merangkap tugas lain
4) Setiap petugas laboratorium UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton harus
mempunyai uraian tugas tertulis dan diketahui oleh Kepala UPT
Puskesmas Rawat Inap Kedaton.

Dalam keadaan keterbatasan sumberdaya, beberapa kriteria dapat tidak


terpenuhi oleh laboratorium UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton sepanjang
diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

1. Standar Kompetensi
a. Penanggungjawab
1) Pendidikan minimal Sarjana (S1)
2) Seorang dokter puskesmas atau Kepala Puskesmas
3) Memiliki kemampuan manajemen umum
4) Memiliki pengetahuan Laboratorium Puskesmas

b. Koordinator Unit Laboratorium


1) Pendidikan minimal Sarjana (S1) atau Diploma IV
2) Memiliki kemampuan manajemen umum
3) Memiliki pengetahuan Laboratorium Puskesmas

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 4 of 39


c. Tenaga Teknis
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
370/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan, maka untuk dapat melaksanakan pekerjaan
di laboratorium UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton, setiap tenaga
teknis laboratorium setidaknya memenuhi persyaratan:
1) Kualifikasi pendidikan: Lulusan SMAK, AAK, PAM-AK, atau
lulusan Perguruan Tinggi di bidang Laboratorium Kesehatan.
2) Kompetensi:
a) Menguasai ilmu pengetahuan berkaitan dengan tugas dan
fungsi di laboratorium kesehatan.
b) Mampu merancang proses yang berkaitan dengan tupoksi di
laboratorium kesehatan.
c) Memiliki ketrampilan teknis operasional pelayanan
laboratorium kesehatan.
d) Mampu memberikan penilaian analitis terhadap hasil uji
laboratorium.
e) Memiliki pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan
pengendalian mutu dan prosedur laboratorium.
f) Memiliki kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil uji laboratorium.

d. Petugas Interprestasi Hasil Pemeriksaan Laboratorium


1) Seorang Dokter Umum, dan/atau
2) Seorang tenaga teknis laboratorium (Diploma IV), dan/atau
3) Memiliki pengetahuan dasar-dasar laboratorium.

2. Uraian Tugas
Untuk dapat terselenggara dengan baik, maka perlu adanya uraian tugas
bagi setiap sumberdaya manusia di laboratorium UPT Puskesmas Rawat
Inap Kedaton sesuai dengan posisi masing-masing tenaga, baik
penanggung jawab, tenaga teknis.
a. Penanggung jawab laboratorium puskesmas, mempunyai tugas dan
tanggung jawab :
1) Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium.
2) Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil
pemeriksaan laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam
pelayanan laboratorium.
3) Melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan evaluasi kegiatan
laboratorium.
4) Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu.
b. Tenaga teknis, mempunyai tugas dan tanggung jawab :
1) Melaksanakan kegiatan teknis operasional laboratorium sesuai
kompetensi dan kewenangan berdasarkan pedoman pelayanandan
standar prosedur operasional;
2) Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium;
3) Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan;

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 5 of 39


4) Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja
laboratorium;
5) Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab laboratorium
atau tenaga kesehatan lain;
6) Menyiapkan bahan rujukan spesimen.
7) Menyiapkan alat dan bahan;
8) Menyiapkan pasien;
9) Mengerjakan administrasi.

Semua tenaga laboratorium harus memiliki dokumen kelengkapan untuk


melaksanakan pelayanan kefarmasian di puskesmas, sesuai peraturan
perundang-undangan. Berikut hal-hal yang wajib dimiliki oleh Ahli Teknologi
Laboratorium Medik :
1. Ijazah ATLM
2. Memiliki Surat Tanda Registrasi ATLM
3. Memiliki Surat Ijin Praktik ATLM yang berlaku untuk 1 (satu) tempat
praktik
4. Memiliki surat pernyataan telah mengucap sumpah/janji ATLM
5. Memiliki sertifikat phlebotomi (pengambilan darah)

B. Distribusi Ketenagaan
Pada hari dan jam kerja distribusi ketenagaan adalah sebagai berikut:
3 (tiga) orang Tenaga Laboratorium Medis

C. Jadwal Kegiatan

No Hari Jam Pelayanan Keterangan


1 Senin s/d Kamis 08.00-13.30 Diluar jam tersebut
2 Jum’at 08.00-10.30 pelayanan
3 Sabtu 08.00-12.30 laboratorium
4 Minggu 08.00-11.30 dilakukan secara on
call.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 6 of 39


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Letak ruangan laboratorium di dalam gedung UPT Puskesmas Rawat Inap
Kedaton.

B. Standar Fasilitas
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik /
ruangan laboratorium, adapun ruangan yang disyaratkan adalah:
1. Ukuran ruang minimal 3x4 m, kebutuhan luas ruang disesuaikan dengan
jenis pemeriksaan yang diselenggarakan oleh Puskesmas.
2. Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan.
3. Dinding berwarna terang, harus keras, tidak berpori, kedap air, dan mudah
dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (keramik).
4. Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna
terang, dan mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia
(epoxi,vinyl).
5. Pintu disarankan memiliki lebar bukaan minimal 100 cm yang terdiri dari 2
dua daun pintu dengan ukuran 80 cm dan 20 cm.
6. Disarankan disediakan akses langsung (lubang/celah) bagi pasien untuk
memberikan sampel dahak.
7. Pada area bak cuci disarankan untuk menggunakan pembatas transparan
(contoh: pembatas polikarbonat) untuk menghindari paparan/tampias air
cucian ke area sekitarnya.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 7 of 39


8. Kamar kecil/WC pasien laboratorium dapat bergabung dengan WC pasien
Puskesmas.

Prasarana
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat sarana
yang ada dapat berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sarana yang
disyaratkan adalah:
1. Pencahayaan yang cukup diperoleh dari minimal 2 jendela dengan ukuran
lebar 80 cm x tinggi 100 cm.
2. Suhu ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yang baik maka
disarankan suhu dipertahankan antara 22o sampai dengan 26o C.
3. Pengambilan dahak diruangan terbuka yang telah disiapkan.
4. Memiliki fasilitas air bersih yang mengalir.
5. Harus tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi
dengan penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius dan
non infeksius pada laboratorium. Pengelolaan (pewadahan, pengangkutan
dan pemusnahan) limbah padat
dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku.
6. Limbah cair/air buangan dari laboratorium harus diolah pada
sistem/instalasi pengolahan air limbah puskesmas.

Perlengkapan
1. Meja pengambilan sampel darah , setidaknya meja ½ biro yang
mempunyai laci.
2. Kursi petugas dan kursi pasien terbuat dari besi, kayu dan lainnya.
3. Meja pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan dan ruangan, terbuat dari
bahan tahan panas, mudah dibersihkan, tidak berpori, dan berwarna terang.
Ada meja khusus untuk meletakkan alat centrifuge.
4. Bak cuci yang dilengkapi kran air bersih, ukuran minimal 40 cm x 40 cm
dengan kedalaman bak minimal 30 cm. Dilengkapi saluran/pipa
pembuangan air kotor menuju sistem pengolahan air limbah puskesmas
5. Lemari alat terbuat dari rangka kayu, alumunium, kaca atau bahan lain.
Khusus untuk mikroskop dilengkapi dengan lampu 5 watt.
6. Rak reagen dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan, dapat terbuat dari
kayu dilapisi dengan teflon/formika atau dapat terbuat dari kaca.

Peralatan
a. Daftar Peralatan Laboratorium
No Jenis Peralatan Jumlah
I Peralatan Utama
A Peralatan Pemeriksaan
1. Fotometer 2
2. Hematology Analizer 2
3. Urine Analizer 1
4. Hemositometer set 1
5. Mikroskop Binokuler 3
6. Pemanas/penangas dengan air -
7. Pipet 1-10, 5-50, 10-100, 100-1000 ul 1 set

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 8 of 39


8. Sentrifus listrik 3
9. Sentrifus mikrohematokrit 2
10. Tabung Laju Endap Darah (LED) Westergreen -
set
11. Glukosa POCT 3
B Peralatan Gelas
1. Batang pengaduk 1
2. Beker Glass 1
3. Botol pencuci 1
4. Corong kaca (5cm) -
5. Erlenmeyer, gelas (50 ml) 2
6. Gelas pengukur (100 cc) 1
7. Gelas pengukur (16 Oz/500 ml)) -
8. Kaca objek sesuai
kebutuhan
9. Kaca penutup (Dek Glass) sesuai
kebutuhan
10. Pipet berskala (vol 1 cc) -
11. Pipet berskala (vol 10 cc) -
12. Tabung kapiler mikrohematokrit sesuai
kebutuhan
13. Tabung reaksi (12 mm) 200
14. Tabung reaksi dengan tutup karet/gabus -
15. Tabung sentrifus tanpa skala 1
16. Termometer 0-50 derajat Celcius (skala 1 / 2 C) 1
17. Petridish 5

II Peralatan Penunjang
1. Blood lancet sesuai
kebutuhan
2. Autoklik 10
3. Accuvein 1
4. Kaki tiga -
5. Kertas pH Indikator 3
6. Kertas lensa sesuai
kebutuhan
7. Lampu spiritus 1
8. Lemari es 2
9. Pembendung 3
10. Penghisap karet (aspirator) -
11. Penjepit tabung dari kayu 1
12. Pensil kaca 3
13. Pipet tetes (pipet Pasteur) 1
14. Pot spesimen dahak mulut lebar sesuai
kebutuhan
15. Pot spesimen urin (mulut lebar) sesuai
kebutuhan

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 9 of 39


16. Rak pengering -
17. Rak pewarna kaca preparat 1
18. Rak tabung reaksi 5
19. Rotator plate 1
20. Sengkelit / ose 2
21. Sikat tabung reaksi -
22. Spuit disposible 1 cc, 3 cc sesuai
kebutuhan
23. Stopwatch -
24. Timer 2
25. Tip pipet (kuning dan biru) sesuai
kebutuhan
26. Botol Semprot 1
27. Hand Tally Counter 3
28. Vaccine Carrier 1
29. Steriliser 1

b. Pemeliharaan Peralatan
Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan
(instructionmanual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat
tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut pada umumnya memuat cara
operasionaldan hal-hal lain yang harus diperhatikan. Cara penggunaan atau
cara pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus
ditulis dalam instruksi kerja.
Pada setiap peralatan dilakukan pemeliharaan sesuai dengan petunjuk
penggunaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar diperoleh kondisi
yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk semua jenis alat, sehingga diperoleh
peningkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan kerja, pencegahan
produksi yang tiba-tiba berhenti, penekanan waktu luang/pengangguran
bagi tenaga pelaksana serta penurunan biaya perbaikan.
Untuk itu setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan
pada atau di dekat alat tersebut yang mencatat setiap tindakan
pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila
ditemukan kelainan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada
penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan.
(Beberapa jenis peralatan laboratorium yang perlu mendapat perhatian
dalam pemeliharaannya dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Kesehatan
no. 43 tahun tahun 2013 tentang Cara Penyelenggaraan Laboratorium
Klinik Yang Baik).
.
c. Perbaikan Peralatan
Alat yang diduga mengalami gangguan, tidak boleh digunakan, harus
diberi label yang jelas dan disimpan dengan baik sampai selesai diperbaiki
dan memenuhi kriteria yang ditentukan (pengujian dan kalibrasi) untuk
digunakan kembali.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 10 of 39


BAB IV
TATALAKSANA KEGIATAN LABORATORIUM

A. Jam Buka Pelayanan


Waktu pelayanan Laboratorium Puskesmas mengikuti ketentuan Surat Edaran
Kepala Dinas Kesehatan No 440/836/IV.41/V/2016, adalah:

No Hari Jam Kerja Keterangan


1 Senin s/d Kamis 08.00-13.30 Diluar jam tersebut
2 Jum’at 08.00-10.30 pelayanan
3 Sabtu 08.00-12.30 laboratorium
dilakukan secara on
4 Minggu 08.00-11.30
call.

B. Kegiatan Pemeriksaan
1. Alur Pemeriksaan Laboratorium

Petugas laboratorium menerima rujukan dari Poli


Umum, Poli KIA, Poli Gigi, Ruang Rawat Inap, UGD
(untuk memudahkan akses layanan bagi pasien lansia
dan disabilitas, petugas lab akan mengambil sampel di
UGD)

Petugas memberikan nomor antrian


laboratorium

Petugas memanggil pasien sesuai nomor antrian


laboratorium

Petugas laboratorium mengidentifikasi pasien

Petugas mencatat data pasien dibuku register


laboratorium.

Petugas mempersiapkan alat dan bahan yang


akan digunakan.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 11 of 39


Petugas mengambil sampel dan melakukan
pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter
pemeriksa

Petugas mempersilahkan pasien untuk menunggu


hasil pemeriksaan laboratorium di ruang tunggu

Petugas mencatat hasil pemeriksaan dibuku


register dan di blangko hasil pemeriksaan lab.

Petugas memberikan hasil pemeriksaan


kepada pasien dan meminta pasien agar
kembali ke dokter pemeriksa

Dalam pelaksanaan kegiatan pemeriksaan laboratorium, diperlukan tata


urutan berupa langkah-langkah yang dilaksanakan dan telah ditentukan :
1) Petugas laboratorium menerima rujukan dari Poli Umum, Poli KIA,
Poli Gigi, Ruang Rawat Inap, UGD (untuk memudahkan akses
layanan bagi pasien lansia dan disabilitas, petugas lab akan
mengambil sampel di UGD)
2) Petugas memberikan nomor antrian laboratorium
3) Petugas memanggil pasien sesuai nomor antrian laboratorium.
4) Petugas laboratorium mengidentifikasi pasien
5) Petugas mencatat data pasien dibuku register laboratorium.
6) Petugas menjelaskan dan memberitahu kepada pasien tentang tujuan dan
tindakan yang akan diperiksa
7) Petugas mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
8) Petugas mengambil sampel dan melakukan pemeriksaan sesuai
dengan permintaan dokter pemeriksa
9) Petugas mempersilahkan pasien untuk menunggu hasil pemeriksaan
laboratorium di ruang tunggu
10) Petugas mencatat hasil pemeriksaan dibuku register, di blangko hasil
pemeriksaan laboratorium.
11) Petugas memberikan hasil pemeriksaan kepada pasien dan
mengarahkan pasien agar kembali ke dokter pemeriksa.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 12 of 39


2. Kemampuan Pemeriksaan, Metode Dan Reagen

Kemampuan Pemeriksaan/Jenis Pemeriksaan


Sesuai dengan kondisi dan sumber daya Laboratorium UPT Puskesmas
Rawat Inap Kedaton, maka pemeriksaan laboratorium yang dilaksanakan
bersama metode, alat dan bahan adalah sebagai berikut:

No Pemeriksaan Metode Alat Reagensia Spesimen Ket


Hematologi
1. Hemoglobin Flowcytometri Hematology Lyse dan Darah
Analyzer Diluent EDTA
Kimia Klinik
1. Glukosa Elektrometri POCT set Strip Glukosa Darah
2. Asam Urat Elektrometri POCT set Strip Asam Urat Darah
3. Kolesterol Elektrometri POCT set Strip Kolesterol Darah
Mikrobiologi
1. BTA Mikroskopis Mikroskop, rak Pewarna Ziehl Sputum
pewarnaan, Nelson
object glass,
lidi/ose, lampu
spirtus
2. Malaria Mikroskopis Mikroskop, rak Giemsa, Lar. Darah
pewarnaan, Buffer
object glass
Imunologi
1. HCG Test Rapid Test Kit Rapid Test, Strip Rapid Test Urine
pot urine
2. Golongan Aglutinasi Kartu goldar, Anti A, Darah
Darah pengaduk,. Anti B,
.
3. Malaria Slide Slide Cat Giemsa Darah
Rapid Test Kit Rapid Test Strip Rapid Test Serum/
Plasma/
Darah
4. Widal Aglutinasi Widal Kit Test Antigen Typhi Serum/
H, Plasma
Antigen Typhi
O,
Antigen
Paratyphi A-O,
Antigen
Paratyphi B-O.
5. HIV Western Blot Kit Rapid Test Device Rapid Serum/
Test, Lar. Plasma/
Buffer Darah
6. HBsAg Rapid Test Kit Rapid Test Device Rapid Serum/
Test Plasma/
Darah
7. Sifilis Rapid Test Kit Rapid Test Device Rapid Serum/
Test , Lar. Plasma/
Buffer Darah
8. IgM Rapid Test Kit Rapid Test Device Rapid Serum/
Salmonella Test , Lar. Plasma
Buffer
9. Dengue Rapid Test Kit Rapid Test Device Rapid Serum/
Blood Test , Lar. Plasma

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 13 of 39


Buffer
10. RPR Antigen Flokulasi Rotator, Test Reagen RPR Serum/Plas
Syphilis Card,Botol tetes Antigen ma
dan jarum
Urinalisa
1. Makroskopis Organoleptik Tabung reaksi - Urine
2. pH Carik Celup Urine Analiser, Strip Test Urine Urine
pot urine,
3. Protein Carik Celup Urine Analiser, Strip Test Urine Urine
pot urine
4. Glukosa Carik Celup Urine Analiser, Strip Test Urine Urine
pot urine
5. Leukosit Carik Celup Urine Analiser, Strip Test Urine Urine
pot urine
6. Keton Carik Celup Urine Analiser, Strip Test Urine Urine
pot urine
7. Nitrit Carik Celup Urine Analiser, Strip Test Urine Urine
pot urine
8. Bilirubin Carik Celup Urine Analiser, Strip Test Urine Urine
pot urine
9. Urobilin Carik Celup Urine Analiser, Strip Test Urine Urine
pot urine
10 Berat Jenis Carik Celup Urine Analiser, Strip Test Urine Urine
pot urine
11. Blood Carik Celup Urine Analiser, Strip Test Urine Urine
pot urine

Metode
Metode pemeriksaan di Laboratorium Puskesmas sesuai dengan Permenkes
No. 37 Tahun 2012, adalah metode manual, semi otomatis, dan otomatis.

Cara Pengambilan Spesimen


1. Darah Kapiler
a. Tentukan lokasi pengambilan darah
1) Pada orang dewasa biasanya pada ujung jari manis atau jari tengah pada
lengan kiri
2) Pada bayi/anak dapat dilakukan dibagian tumit atau ibu jari kaki dibagian
pinggir
b. Bersihkan yang akan ditusuk menggunakan alkohol swab dan biarkan kering
c. Pegang bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
supaya rasa nyeri berkurang
d. Tusuk ujung jari menggunakan autoclick.
e. Buang tetes darah pertama keluar dengan memakai kapas kering. Tetes darah
berikutnya dapat digunakan langsung untuk pemeriksaan atau ditampung
dalam tabung EDTA .
f. Tutup luka tusukan dengan kapas kering.

Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu penusukan dilakukan sebelum alkohol mengering
sehingga darah terjadi pengenceraan dan darah melebar di atas kulit sehingga
menyulitkan penghisapan ke dalam pipet, pada pengambilan darah kapiler, tetesan
pertama tidak di buang, tusukan yang kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras
keluar, mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya gangguan peredaran
darah seperti vasokonstriksi(pucat), vasodilatasi( oleh radang, trauma, dll) kongesti atau
cyanosis setempat. Terjadi bekuan pada tetesan darah karena terlalu lambat bekerja.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 14 of 39


2. Darah Vena
a. Pengambilan Darah Vena Menggunakan Spuit
1. Petugas meletakkan tangan pasien lurus di bantal sampling dengan telapak
menghadap ke atas sambil mengepal.
2. Petugas melakukan pembendungan darah pada daerah proximal dari tempat
pemasukan agar vena tampak lebih jelas (bila tourniquet berupa ikatan bulat,
ikatan simpul terbuka).
3. Petugas memeriksa lokasi pembuluh darah yang akan ditusuk.
4. Petugas membersihkan daerah vena yang akan tusuk dengan alkohol 70%
biarkan sampai kering.
5. Petugas menegangkan kulit di atas vena dengan tangan kiri agar vena tidak
bergerak, sehingga mudah ditusuk.
6. Petugas memegang spuit dengan tangan kanan, mengencangkan jarum,
mendorong penghisap sampai ke ujung depan (bila ada udara akan ada emboli
udara dan beredar ke seluruh tubuh, bila sampai di otak akan menutup otak)
7. Petugas menusukkan jarum dengan sisi dengan menghadap ke atas membentuk
sudut + 250 C sampai ujung jarum masuk ke dalam vena (terlihat darah pada
pangkal jarum)
8. Jarum dimasukkan sepanjang pembuluh darah ± 5-1 cm sampai darah terhisap
masuk ke dalam spuit.
9. Petugas melepaskan/mengendurkan torniquet.
10. Penghisap spuit ditarik pelan-pelan sampai didapatkan volume darah yang
diinginkan.
11. Kepalan tangan pasien dibuka. Meletakkan kapas kering di atas jarum.
mencabut jarum dengan menekan kapas pada bekas tusukan selama beberapa
menit untuk mencegah pendarahan.
12. Petugas melepaskan jarum, alirkan darah dalam wadah melalui dindingnya
supaya tidak terjadi hemolisis

b. Pengambilan Darah Vena Menggunakan Vacutainer


1. Petugas menyiapkan tabung Vacut dan beri kode sesuai nomor ID
2. Petugas menyiapkan jarum dan beri tahu pasien sebelum membuka jarum
bahwa jarum baru dan steril.
3. Petugas memasang jarum pada holder dan meletakkan tutup jarum di atas meja
pengambilan darah.
4. Petugas meletakkan lengan pasien lurus di bantal sampling dengan telapak
tangan menghadap ke atas.
5. Petugas memasang torniquet kira-kira 10 cm di atas lipat siku pada bagian atas
dari vena yang akan diambil
6. Pasien disuruh mengepal tangan dan petugas memeriksa/ mencari lokasi
pembuluh darah yang akan ditusuk.
7. Petugas membersihkan lokasi dengan kapas alkohol 70 %, dan biarkan sampai
kering, kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.
8. Petugas memegang holder dengan tangan kanan dan ujung telunjuk pada
pangkal jarum.
9. Vena ditusuk pelan- pelan dengan sudut 30-45°
Bila jarum berhasil masuk vena, petugas menekan tabung sehingga
vakumnya bekerja dan darah terhisap kedalam tabung. Bila terlalu dalam,
tarik sedikit atau sebaliknya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu pemasangan torniquet terlalu lama


menyebabkan hemokonsentrasi, penusukan dilakukan sebelum alkohol

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 15 of 39


mengering, jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh, sehingga
mengakibatkan masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah
merah, mengocok tabung vakum dapat mengakibatkan hemolisis, dan
mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya gangguan
peredaran darah seperti vasokontriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dsb), kongesti atau cyanosis setempat.

3. Sputum
Pengambilan spesimen dahak dilakukan secara PS/SP. Pasien diberi pot untuk
berdahak yang telah diberi label. Dahak hari pertama dikeluarkan saat pasien
datang ke laboratorium (dahak sewaktu = S). Dahak hari kedua dikeluarkan
saat pagi hari setelah pasien bangun tidur (dahak pagi = P) atau dahak PS
diambil di satu hari yang sama. Petugas menilai kelayakan spesimen yang
sudah diambil sesuai jenis pemeriksaan. Petugas mencocokan identitas
specimen dengan formulir yang dibawa. Petugas menulis identitas pasien pada
buku register laboratorium

4. Urine
Pengambilan spesimen urine dilakukan dengan penjelasan tehnik prosedur
pengambilan specimen urine ke pasien lalu mempersiapkan wadah untuk
pengambilan spesimen urine dan memberi label sesuai identitas pasien. Hal-hal
yang perlu diperhatikan saat pengambilan spesimen urine yaitu apakah sudah
sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.

Reagen
Reagen merupakan zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk
mendeteksi, mengukur, memeriksa, dan menghasilkan zat lain.
a. Pengelolaan Reagen
Pengelolaan reagen dimulai dari penentuan jenis reagen yang harus tersedia,
kemudian pengadaan reagen, pelabelan reagen, penyimpanan dan distribusi
reagen serta evaluasi reagen.
b. Jenis reagen yang tersedia
Untuk melaksanakan pemeriksaan di Laboratorium UPT Puskesmas Rawat
Inap Kedaton, diperlukan reagen sebagai berikut:

No Reagen Keterangan
1. Reagen lyse hematology
2. Reagen diluent hematology
3. Giemsa
4. Glukosa
5. Asam Urat
6. Kolesterol
7. Ziehl Nelseen
8. Rapid HbsAg
9. Rapid HIV
10. Rapid dengue
11. Rapid syphilis
12. Rapid IgM Salmonella

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 16 of 39


13. Rapid Anti HCV
14. Rapid Test Malaria
15. Rapid Test HCG
16. Antigen RPR
17 Golongan Darah anti A
18 Golongan Darah anti B
19. Golongan Darah anti AB
22 Alkohol 70%
23 Aquadest
24 Buffer tablet
25 Metanol
26 Minyak Emersi
27 Antigen Salmonella sp H
28 Antigen Salmonella sp O
29 Antigen Salmonella sp BO
30 Antigen Salmonella sp AO

c. Pengadaan Reagen
Dalam pengadaan reagen, hal yang perlu diperhatikan adalah
ketersediaan reagen di pasaran, kontuinitas distribusi dari pemasok.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah:
1) Tingkat persediaan yang disyaratkan adalah jumlah pemakaian
minimum ditambah dengan safety stock/buffer stock;
2) Perkiraan kebutuhan/jumlah pemakaian minimum didapatkan dari
jumlah pemakaian 6-12 bulan yang lalu;
3) Safety stock/buffer stock bagi Laboratorium UPT Puskesmas Rawat
Inap Kedaton adalah 20% dari pemakaian satu bulan atau minimal
untuk 1 hari pemakaian.
4) Waktu mendapatkan bahan/delivery time dimulai dari waktu
pemesanan hingga pesanan diantarkan.

d. Penerimaan Reagen
Petugas laboratorium memeriksa daftar reagen yang datang dan
memeriksa keadaan pembungkus reagen. Pembungkus reagen dalam
keadaan tersegel, tidak terbuka dan tidak rusak maupun robek. Reagen
yang datang diperiksa tanggal kadaluarsanya.

e. Pelabelan Reagen
Pelabelan reagen memperhatikan penulisan nama bahan/reagen, tanggal
produksi/tanggal kadaluarsa dan no batch reagen.

f. Penyimpanan Reagen
Penyimpanan reagen perlu juga diperhatikan agar reagen dapat tetap
berkualitas, sedangkan langkah-langkah antara lain:
1) Reagen yang datang di periksa tanggal kadaluarsa dan disimpan
sesuai dengan prosedur penyimpanan yang tertera dalam kemasan
reagen

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 17 of 39


2) Kulkas tempat penyimpanan harus selalu diperiksa suhunya agar
sesuai dengan syarat penyimpanan reagen dengan cara meletakkan
termomter dalam kulkas, atur suhu kulkas sesuai syarat suhu dalam
penyimpanan reagen, usahakan kulkas selalu dalam keadaan hidup,
catat suhu setiap hari.
g. Kontrol kadaluarsa reagen
Reagen yang baru datang diperiksa kadaluarsanya, bila mendekati masa
kadaluarsanya (tiga bulan) maka segera dilaporkan ke bagian pengadaan
untuk dikembalikan ke suplplier.

3. Pencatatan Dan Pelaporan


Pencatatan selain untuk pemantauan data juga untuk evaluasi. Macam-
macam pencatatan antara lain:
a. Buku Register Pendaftaran
b. Formulir Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
c. Formulir Hasil Pemeriksaan Laboratorium
d. Buku Ekspedisi Laboratorium-Rawat Inap
e. Buku Rekam Medik
f. Buku Penerimaan Barang
g. Kartu Stok

Pelaporan
Pelaporan yang harus disampaikan secara berkala ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota berupa laporan bulanan yang merupakan hasil rekapitulasi
pencatatan harian.

Evaluasi reagensia
Evaluasi reagensia adalah kegiatan dalam melakukan pengendalian reagen
meliputi penerimaan, penyimpanan, kontrol kadaluarsa reagen dan
pemesanan reagensia. Evaluasi reagensia bertujuan untuk mengawasi
operasional laboratorium agar mendapatkan hasil yang optimal dan
berkualitas. Ruang lingkupnya meliputi penerimaan, penyimpanan, kontrol
kadaluarsa reagen, pemesanan reagensia dan uji kualitas reagen.

Uji kualitas Reagen


Uji kualitas reagen harus dilakukan setiap keli batch larutan kerja (working
solution) dibuat, setiap minggu (sangat penting untuk larusan Ziehl
Neelsen), bila sudah mendekati masa kadaluarsa, bila ditemukan/terlihat
tanda-tanda kerusakan (timbul kekeruhan, perubahan warna, timbul
endapan), dan bila terjadi kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan. Pengujian
kualitas dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan bahan kontrol
assayed yang telah diketahui nilainya dengan menggunakan reagen tersebut
dan menggunakan strain kuman.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 18 of 39


BAB V
LOGISTIK

Untuk menunjang terselenggaranya laboratorium di UPT Puskesmas Rawat


Inap Kedaton, maka perlu didukung oleh penyediaan logistik yang memadai
dan optimal, melalui perencanaan yang baik dan berdasarkan kebutuhan
melalui usulan unit pelayanan terkait yang ada di UPT Puskesmas Rawat Inap
Kedaton. Ketersediaan logistik harus dijamin kecukupannya dan pemeliharaan
yang sudah dianggarkan dan di jadwalkan. Pengadaan alat dan bahan dalam
pelaksanaan laboratorium di puskesmas di selenggarakan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

A. Manajemen Logistik
Manejemen logistik laboratorium adalah suatu pangetahuan serta proses
mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat laboratorium. Tujuan
dari menejemen logistik adalah tersedianya bahan setiap dibutuhkan, baik
mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien.
Dengan demikian menejemen logistik dapat dipahami sebagai proses
penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau
potensial untuk dimanfaatkan untuk oprasional secara efektif dan efisien.
Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai
adalah dengan menilai apakah sering terjadi keterlambatan atau bahan yang
dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya, berapa banyak persediaan
yang menganggur (idle stok) dan berapa lama hal itu terjadi. Berapa banyak
bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat dipakai lagi.

Manejemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan:


1. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah untuk menghitung berapa
besar kebutuhan bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu
tertentu, biasanya untuk waktu satu tahun. Adapun cara pendekatan yang
digunakan dalam perencanaan kebutuhan yaitu dengan melihat program
kerja yang akan datang meliputi :
a. Membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksana
kegiatan pada periode waktu yang akan datang, yang berorientasi
kepada program pelayanan, pola penyakit, target kinerja pelayanan.
b. Memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisasi bahan
ataupun kebijakan dalam pengadaan. (untuk laboratorium misalnya ada
ketentuan pengadaan reagen dalam perencanaan).
c. Menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal,
meliputi jenis, jumlah maupun spesifikasi logistik.
d. Memperhatikan kemampuan gudang tempat tempat penyimpanan
barang.
2. Penganggaran
Menghitung kebutuhan diatas dengan hasil perencanaan sesuai dengan
kebutuhan.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 19 of 39


B. Standar Alat dan Fasilitas
Standar peralatan utama dan penunjang dalam penyelenggaraan laboratorium
di puksesmas dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 37
tahun 2012 tentang Penyelenggaran Laboratorium Pusat Kesehatan
Masyarakat.

C. Pengadaan
Yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan bahan logistik yang
telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1) Pembelian
2) Produksi sendiri
3) Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat.
D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang,
yang juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus di cek
kebenarannya adalah :
1) Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu
penyerahan barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK)
atau purchase order.
2) Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau,
noda, dan sebagainya yang mengindikasikan tingkat kualitas bahan.
3) Kesesuaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/SPO
Barang yang diterima tersebut kemudian dbuatkan berita acara penerimaan
(BAP) barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan bahan / barang logistic
yang ada, beberapa jenis barang logistic, yang biasanya tidak langsung
disimpan digudang, akan tetapi diterimakan langsung kepada pengguna.
Yang penting adalah bahwa meklanisme ini harus diatur sedemikian rupa
sehingga tercipta internal check (saling uji secara otomatis) yang
memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang (pimpinan).

Fungsi penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi. Beberapa


keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :
1) Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif
2) Untuk menghindari kekosongan bahan
3) Untuk menghemat biaya serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga
4) Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap pakai
5) Untuk mempercepat pendistribusian

Ada beberapa teori tentang pengendalian logistik, namun penerapannya harus


hati-hati. Misalnya untuk menerapkan teori persediaan ada beberapa syarat,
antara lain :
1) kebutuhan barang dapat diperkirakan dan dihitung dengan pasti.
2) Kesinambungan pemasok dapat dijamin.
3) Sistem informasi logistik yang terintegrasi dalam sistim informasi
menejemen memadai
4) Pengawasan internal (internal auditor) berjalan dengan baik dan
konsekuen
5) Membudayakan pelaksanaan kerja yang tertib dan sehat

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 20 of 39


6) Reward dan punishment sistem yang konsekuen dan konsisten.
7) Tersedia gudang dan pengelolaan yang memadai
8) Anggaran yang cukup.

Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan dipuskesmas


adalah dengan memperhatikan sifat barang, apakah termasuk barang vital
esensial atau normal (VEN system), digabungkan dengan apakah barang
tersebut termasuk fast atau slow moving. Kombinasi kedua metode ini selama
periode tertentu kemudian dihitung kebutuhan atau penggunaanya akan
diketahui rata-rata penggunaan perbulan dan fluktuasi permintaannya. Dari
perhitungan ini secara empiris, dapat ditentukan berapa besar jumlah :
1. Persediaan minimal jenis barang perbulan.
2. Persediaan maksimal jenis barang perbulan.
3. Persediaan pengaman jenis barang perbulan.

Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (durasi)
waktu penyediaan sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai barang
diterima oleh puskesmas ( lead time ) dan berapa kebutuhan barang selama
periode tersebut.
Dalam penyimpanan ada istilah FEFO ( fisrt expired first out ). Mana yang
mempunyai masa kadaluarsa pendek harus dikeluarkan terlebih dahulu, tidak
tergantung kapan diterimanya digudang.

E. Pendistribusian
Efisien pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus
ditetapkan prosedur yang baku pendistribusian bahan logistik, meliputi :
1. Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab mengenai kebenaran dan
kewajaran permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun
penyerahannya. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau
pengeluaran yang tidak perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab menyetujui permintaan dan
pengeluaran barang dari gudang.

F. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang
atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/
pembukuan yang berlaku. Penghapusan barang diperlukan karena :
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai lagi
2. Bahan/barang rusak tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk
didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date).
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain.
Penghapusan barang dapat dilakukan dngan :
1. Pemusnahan yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan
harus disetor ke kas Negara.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 21 of 39


Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara penghapusan
yang tembusannya dikirim keinstansi yang berkompeten

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 22 of 39


BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
(K3)

Beberapa kegiatan yang dilakukan di laboratorium UPT Puskesmas Rawat


Inap Kedaton dapat menimbulkan bahaya/resiko terhadap petugas yang berada
di dalam laboratorium maupun lingkungan sekitarnya. Untuk
mengurangi/mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium UPT
Puskesmas Rawat Inap Kedaton harus melaksanakan tugas sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Kegiatan tersebut merupakan upaya kesehatan dan
keselamatan kerja laboratorium.

A. Di tempat Kerja Dan Lingkungan Kerja


1. Desain tempat kerja yang menunjang K3
 Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di
laboratorium.
 Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja.
 Pencahayaan cukup dan nyaman.
 Ventilasi cukup dan sesuai.
 Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau bila
diperlukan.
 Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.
2. Sanitasi lingkungan
 Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis.
 Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong
plastik dan diberi tanda khusus.
 Tata ruang laboratorium harus baik sehingga tidak dapat
dimasuki/menjadi sarang serangga atau binatang pengerat.
 Sediakan tempat cuci tangan dengan air mengalir dan dibersihkan secara
teratur.
 Petugas laboratorium dilarang makan dan minum di dalam laboratorium.
 Dilarang meletakkan hiasan dalam bentuk apaun di dalam laboratorium.

B. Proses Kerja, Bahan dan Peralatan Kerja


1. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar, setiap petugas
laboratorium harus mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan
terhadap bahaya yang mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap
peralatan laboratorium dan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja
dengan benar, serta mengetahui cara mengatasi apabila terjadi kecelakaan
di laboratorium.
2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan kerja,
seperti tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam
kebakaran.
3. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium,masker,
sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 23 of 39


4. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja
dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di
laboratorium (hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi infeksi).
5. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat kebelakang
dengan rapi.
6. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum
dan setelah selesai melakukan aktifitas laboratorium dan harus melepaskan
baju proteksi sebelum meninggalkan ruang laboratorium.
7. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa ijin pejabat
yang berwenang.
8. Dilarang makan, minum (termasuk minum dari botol air) dan merokok di
tempat kerja.
9. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah,jarum atau
benda tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di bak/peti
dalam laboratorium dan diberi keterangan.
10. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning
(menjadi limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus.
11. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
12. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet
penghisap.
13. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada penanggung
jawab Laboratorium.
14. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang ditentukan.
15. Pengelolaan specimen
 Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius.
 Harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen.
 Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara pengambilan
pengiriman dan pengolahan spesimen dengan benar.
 Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan pada wadah
yang memiliki konstruksi yang baik, dengan karet pengaman untuk
mencegah kebocoran ketika dipindahkan.
 Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna menghindari
pencemaran dari luar kontainer atau laboratorium.
 Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh
(contoh: membuka tutup tabung vakum) harus menggunakan sarung
tangan dan masker.
 Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan dan
mengganti sarung tangan.
 Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah
infeksius dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.
 Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus
didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai
16. Pengelolaan bahan kimia yang benar
 Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan kimia yang
benar (antara lain penggolongan bahan kimia,bahan kimia yang tidak
boleh tercampur, efek toksik dan persyaratan penyimpanannya).
 Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan mempunyai
pengetahuan serta keterampilan untuk menangani kecelakaan.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 24 of 39


 Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket dan tanda
peringatan yang sesuai.
17. Pengelolaan Limbah
Proses pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan, labeling,
pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan/pemusnahan.
1) Identifikasi jenis limbah: Secara umum limbah medis dibagi menjadi
padat, cair, dan gas. Sedangkan kategori limbah medis padat
terdiridari benda tajam, limbah infeksius, limbah patologi, limbah
sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik, limbah
farmasi, limbah dengan kandungan logam berat, limbah kimia, dan
limbah radioaktif.
2) Pemisahan Limbah Pemisahan limbah dimulai pada awal limbah
dihasilkan dengan memisahkan limbah sesuai dengan jenisnya.
Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya, antara lain:
a) Limbah infeksius: Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh masukkan kedalam kantong plastik berwarna kuning.
Contoh: sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan, organ,
bagian dari tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk darah yang terdiri
dari serum, plasma, trombosit dan lain-lain), diapers dianggap
limbah infeksius bila bekas pakai pasien infeksi saluran cerna,
menstruasi dan pasien dengan infeksi yang di transmisikan lewat
darah atau cairan tubuh lainnya.
b) Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak terkontaminasi darah
dan cairan tubuh, masukkan ke dalam kantong plastik berwarna
hitam. Contoh: sampah rumah tangga, sisa makanan, sampah
kantor.
c) Limbah benda tajam: Limbah yang memiliki permukaan tajam,
masukkan kedalam wadah tahan tusuk dan air. Contoh: jarum,
spuit, ujung infus, benda yang berpermukaan tajam.
d) Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah
cair (spoelhoek)

3) Wadah tempat penampungan sementara limbah infeksius berlambang


biohazard. Wadah limbah di ruangan:
a) Harus tertutup
b) Mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki
c) Bersih dan dicuci setiap hari
d) Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
e) Jarak antar wadah limbah 10-20 meter, diletakkan di ruang
tindakan dan tidak boleh di bawah tempat tidur pasien
f) Ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi ¾ penuh

4) Pengangkutan
a) Pengangkutan limbah harus menggunakan troli khusus yang kuat,
tertutup dan mudah dibersihkan, tidak boleh tercecer, petugas
menggunakan APD ketika mengangkut limbah.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 25 of 39


b) Lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien, bila tidak
memungkinkan atur waktu pengangkutan limbah
5) Tempat Penampungan Limbah Sementara
a) Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah sebelum dibawa
ke tempat penampungan akhir pembuangan.
b) Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat.
c) Beri label pada kantong plastik limbah.
d) Setiap hari limbah diangkat dari TPS minimal 2 kali sehari.
e) Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus.
f) Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup limbah
tidak boleh ada yang tercecer.
g) Gunakan APD ketika menangani limbah.
h) TPS harus di area terbuka, terjangkau oleh kendaraan, aman dan
selalu dijaga kebersihannya dan kondisi kering.
6) Pengolahan Limbah
a) Limbah infeksius dimusnahkan dengan insenerator.  Limbah
non-infeksius dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA).
b) Limbah benda tajam dimusnahkan dengan insenerator. Limbah
cair dibuang ke spoelhoek.
c) Limbah feces, urin, darah dibuang ke tempat pembuangan/pojok
limbah (spoelhoek).
7) Penanganan Limbah Benda Tajam/ Pecahan Kaca
a) Janganmenekuk atau mematahkan benda tajam.
b) Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat.
c) Segera buang limbah benda tajam ke wadah yang tersedia tahan
tusuk dan tahan air dan tidak bisa dibuka lagi.
d) Selalu buang sendiri oleh si pemakai.
e) Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai
(recapping).
f) Wadah benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.
g) Bila menangani limbah pecahan kaca gunakan sarung tangan
rumah tangga.
h) Wadah Penampung Limbah Benda Tajam
- Tahan bocor dan tahan tusukan
- Harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu
tangan
- Mempunyai penutup yang tidak dapat dibuka lagi
- Bentuknya dirancang agar dapat digunakan dengan satu tangan
- Ditutup dan diganti setelah ¾ bagian terisi dengan limbah
- Ditangani bersama limbah medis
8) Pembuangan Benda Tajam
a) Wadah benda tajam merupakan limbah medis dan harus
dimasukkan ke dalam kantong medis sebelum insinerasi.
b) Idealnya semua benda tajam dapat diinsinersi, tetapi bila tidak
c) mungkin dapat dikubur dan dikapurisasi bersama limbah lain.
d) Apapun metode yang digunakan haruslah tidak memberikan
kemungkinan perlukaan.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 26 of 39


Setiap tempat pengumpulan sampah harus dilapisi plastik sebagai
pembungkus sampah dengan label dan warna seperti digambarkan sebagai
berikut:

No KATEGORI Warna LAMBANG KETERANGAN


tempat /
kantong
plastik
pengumpulan
sampah
Sampah
berbentuk
1 Radioaktif Merah benda tajam,
ditampung
dalam wadah
yang
Infeksius / kuat/tahan
2 toksik / Kuning benda tajam
kimia sebelum
dimasukkan
ke dalam
kantong yang
sesuai dengan
3 Sitotoksik Ungu kategori/jenis
sampahnya

4 Umum Hitam “Domestik”


(Warna Putih)

Limbah B3 dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


no P.56 tahun 2015 tentang tatacara dabn persyaratan teknis pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracuan dari fasilitas Pelayanan kesehatan
ini meliputi Limbah :
a. dengan karakteristik infeksius
b. benda tajam
c. patologis
d. bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan
e. radioaktif
f. farmasi
g. sitotoksik
h. peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi
i. tabung gas atau kontainer bertekanan

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 27 of 39


Pengelolaan Limbah B3 yang timbul dari fasilitas pelayanan meliputi tahapan:
a. Pengurangan dan pemilahan Limbah B3
Pengurangan Limbah B3 dilakukan dengan cara antara lain:
menghindari penggunaan material yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun jika terdapat pilihan yang lain, melakukan tata kelola yang baik
terhadap setiap bahan atau material yang berpotensi menimbulkan gangguan
kesehatan dan/atau pencemaran terhadap lingkungan, melakukan tata kelola
yang baik dalam pengadaan bahan kimia dan bahan farmasi untuk
menghindari terjadinya penumpukan dan kedaluwarsa, melakukan
pencegahan dan perawatan berkala terhadap peralatan sesuai jadwal.

Pemilahan Limbah B3 dilakukan dengan cara antara lain:


memisahkan Limbah B3 berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau karakteristik
Limbah B3dan mewadahi Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3.

b. Penyimpanan Limbah B3
Penyimpanan Limbah B3 dilakukan dengan cara antara lain:
menyimpan Limbah B3 di fasilitas Penyimpanan Limbah B3, menyimpan
Limbah B3 menggunakan wadah Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3,
penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah sesuai
karakteristik Limbah B3, pemberian simbol dan label Limbah B3 pada setiap
kemasan dan/atau wadah Limbah B3 sesuai karakteristik Limbah B3

Warna kemasan dan/atau wadah Limbah B3 berupa warna:


a. merah untuk Limbah radioaktif
b. kuning untuk Limbah infeksius dan Limbah patologi
c. ungu untuk Limbah sitotoksik
d. cokelat untuk Limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa
kemasan, dan Limbah farmasi.

c. Pengangkutan Limbah B3
Pengangkutan Limbah B3 dilakukan oleh:
a. Penghasil Limbah B3 dibawa ke tempat penyimpanan limbah B3 yang
digunakan sebagai depo pemindahan atau pengolah limbah B3 yang memiliki
izin pengelolaan limbah B3
b. Pengangkut Limbah B3 yang memiliki izin pengelolaan jika pengangkutan
Limbah B3 dilakukan di luar wilayah kerja fasilitas pelayanan kesehatan.
dilakukan dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Limbah B3 wajib ditempatkan dalam bak permanen dan tertutup di belakang


pengendara dengan ukuran: lebar lebih kecil dari 120 (seratus dua puluh)
sentimeter dan tinggi lebih kecil dari atau sama dengan 90 (sembilan puluh)
sentimeter terukur dari tempat duduk atau sadel pengemudi
Wadah permanen Limbah B3 dilekati simbol sesuai karakteristik Limbah B3
Limbah B3 wajib diberi kemasan sesuai persyaratan kemasan Limbah B3
ketentuan mengenai kapasitas daya angkut Limbah B3 dan spesifikasi alat
angkut Limbah B3 mengikuti peraturan perundang-undangan mengenai
angkutan jalan.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 28 of 39


d. Pengolahan Limbah B3
Limbah B3 dimusnahkan dengan insenerator. Limbah cair dibuang ke
spoelhoek.

f. Penimbunan Limbah B3
Penimbunan Limbah B3 paling lama: 2 (dua) hari, pada temperatur lebih
besar dari 0oC (nol derajat celsius); atau 90 (sembilan puluh) hari, pada
temperatur sama dengan atau lebih kecil dari 0oC (nol derajat celsius) sejak
Limbah B3 dihasilkan.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 29 of 39


BAB VII
PENGENDALIAN MUTU LABORATORIUM

A. Pengendalian Mutu
Upaya pengendalian mutu merupakan upaya menjamin tercapai dan
terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, berikut merupakan kegiatan yang
dilakukan dalam pengendalian mutu:
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang
apa dan bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga
pelaksana baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu
aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang
tertulis akan menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.

B. Pemantapan Mutu Internal (PMI)


Pemantapan mutu laboratorium merupakan keseluruhan proses atau semua
tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan. Sedangkan Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan
pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium
secara terus menerus sehingga tidak terjadi kejadian kesalahan atau
penyimpangan, sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Objek
Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas: tahap praanalitik, tahap analitik
dan tahap pasca-analitik.

Tahap Pra-Analitik
PMI tahap pra analitik merupakan tahap mulai mempersiapkan pasien,
mengambil spesimen, menerima spesimen, memberi identitas spesimen,
mengirim spesimen rujukan sampai dengan menyimpan spesimen.
1. Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien
mengenai persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan.
2. Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara
spesimen yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan
mencatat kondisi fisik spesimen.
3. Penanganan spesimen
Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi
penyimpanan spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah benar
untuk pemeriksaan-pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman spesimen
sudah benar.
4. Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian
pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika
laboratorium puskesmas tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka
spesimen dikirim ke laboratorium lain dan sebaiknya dikirim dalam
bentuk yang relatif stabil.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 30 of 39


5. Penyimpanan spesimen
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa, karena stabilitas
spesimen dapat berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas
spesimen antara lain:
a. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia.
b. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.
c. Terjadi penguapan.
d. Pengaruh suhu.
e. Terkena paparan sinar matahari.

Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan


memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Persyaratan
penyimpanan beberapa spesimen untuk beberapa pemeriksaan laboratorium
harus memperhatikan jenis spesimen, antikoagulan/pengawet dan wadah
serta stabilitasnya
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan
dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Beberapa
cara menyimpan spesimen antara lain: disimpan pada suhu kamar,
Dibekukan suhu -20°C, -70°C atau -120°C (jangan sampai terjadi beku
ulang), disimpan dalam refrigerator dengan suhu 2oC-8oC, dapat diberikan
bahan pengawet, penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk
serum.

Tahap Analitik
Tahap analitik adalah tahap mulai dari persiapan reagen, mengkalibrasi
dan memelihara alat laboratorium, uji ketepatan dan ketelitian dengan
menggunakan bahan kontrol dan pemeriksaan spesimen.
1. Persiapan reagen
Reagen memenuhi syarat sesuai standar yang berlaku, masa kadaluarsa
tidak terlampaui, cara pelarutan atau pencampuran sudah benar, cara
pengenceran sudah benar
2. Pemeliharaan peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium adalah peralatan laboratorium, wadah spesimen. Kegiatan
yang dilakukan antara lain:
a. Kalibrasi dan validasi instrumen
b. Pemeliharaan peralatan laboratorium secara teratur dan terjadwal.
c. Wadah spesimen harus bersih dan tidak terkontaminasi.
3. Pelaksanaan Prosedur
Pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai protap
masing-masing parameter. Ditahap ini, kegiatan pemantapan mutu yang
dilaksanakan adalah:
a. Pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium;
b. Melaksanakan tindak lanjut pemantauan pelaksanaan prosedur
pemeriksaan laboratorium.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 31 of 39


Tahap Pasca Analitik
Tahap Pasca Analitik adalah tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan
dan melakukan validasi hasil serta memberikan interpretasi hasil sampai
dengan pelaporan.
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) lainnya yang perlu dilakukan
di Puskesmas antara lain:
1. Pembuatan alur pasien, alur pemeriksaan, cara pengambilan spesimen;
2. Pembuatan prosedur/instruksi kerja untuk pengambilan spesimen dan setiap
jenis pemeriksaan;
3. Penilaian ketepatan waktu penyerahan hasil, evaluasi dan tindak lanjut
evaluasi;
4. Monitoring pelaksanaan pelayanan laboratorium dan hasil;
5. Tindak lanjut monitoring pelaksanaan pelayanan laboratorium dan hasil.

Penyerahan Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Pelayanan prima merupakan salah satu hal yang diinginkan dalam pelayanan
pemeriksaan laboratorium, setiap pasien tidak ditinggalkan dalam
ketidakpastian, perlu adanya batasan waktu dalam pelaksanaan pemeriksaan
laboratorium terutama ketika pasien menunggu hasil pemeriksaan
laboratorium.

a. Waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan laboratorium


Seperti diketahui, bahwa beberapa pemeriksaan laboratorium memerlukan
waktu yang cukup lama seperti BTA yang hampir 1 jam (termasuk
didalamnya pembuatan sediaan), ditambah dengan proses pra analitik dan
pasca analitik, maka rincian waktu untuk setiap pemeriksaan perlu
ditetapkan, antara lain:

Waktu Pengerjaan Pemeriksaan


Laboratorium UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton

NO JENIS PEMERIKSAAN WAKTU KET


PENGERJAAN
1. Darah rutin <30 menit
2. Glukosa darah <30 menit
3. Kolesterol <30 menit
4. Asam urat <30 menit
5. Widal test <30 menit
6. Urinalisa <30 menit
7. Malaria (RDT) <30 menit
8. HIV <30 menit
9. Sifilis <30 menit
10. HbsAg <30 menit
11. HCG test <30 menit
12. Gologan darah <30 menit
13. IgM Salmonella <30 menit
14. Dengue Blood <30 menit
15. Anti HCV <30 menit

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 32 of 39


16. Pemeriksaan mikrokopis <30 menit
gonore

Oleh karenanya waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan


laboratorium diharapkan tidak lebih dari 30 menit semenjak spesimen
dilakukan pemeriksaan. Kecuali pemeriksaan sputum (BTA), RPR antigen
sifilis.

b. Waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan laboratorium urgen/cito


Untuk beberapa pemeriksaan laboratorium yang dianggap
urgen/penting/cito (dikordinasikan dengan dokter pengirim rujukan) maka
dapat dikerjakan terlebih dahulu dibandingkan pemeriksaan lain.
Berdasarkan hal tersebut, maka diharapkan hasil pemeriksaan laboratorium
yang urgen/penting/cito dapat lebih cepat dibandingkan pemeriksaan
laboratorium biasa. Waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan
laboratorium urgen/cito tidak lebih dari 5 menit setelah hasil di dapat.

c. Penilaian/Pemantauan Penyampaian Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan laboratorium akan diakhiri
dengan adanya hasil pemeriksaaan laboratorium. Untuk menjaga agar
kegiatan pemeriksaan laboratorium berjalan dengan baik, maka dalam
proses penyerahan hasil pemeriksaan perlu dilakukan penilaian apakah
petugas telah melaksanakan prosedur yang ada.

d. Penilaian/Pemantauan Penyerahan Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Urgen/penting/cito
Untuk pemeriksaan laboratorium yang dianggap urgen/penting/cito maka
perlu adanya prioritas, dan untuk menjamin agar pemeriksaan tersebut
terlaksana dan hasil pemeriksaan dapat diterima pasien sesuai dengan yang
diinginkan, maka perlu dilakukan penilaian apakah petugas telah
melaksanakan prosedur yang ada.

C. Pemantapan Mutu External (PME)


Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara
periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk
memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang
pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan pemantapan mutu eksternal
dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional.
Di UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton, PME Laboratorium di
koordinasikan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Adapun
rangkaian kegiatannya adalah: petugas laboratorium menyiapkan instrumen
PME, petugas kemudian mengusulkan kepada Kepala Puskesmas untuk
pengajuan PME, petugas berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung dalam pelaksanaan PME, petugas menerima hasil PME dari Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 33 of 39


BAB VIII
MANAJEMEN RESIKO

A. Manajemen Resiko Laboratorium


Manajemen resiko merupakan suatu proses yang menurut nalar manusia dan
sistematis dalam mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi dan
menindaklanjuti resiko yang berhubungan dengan segala aktifitas di dalam
laboratorium. Adapun rangkaian manajemen resiko secara umum adalah:
1. Pelaksanaan kajian dampak dari kegiatan pemeriksaan laboratorium;
2. Pelaksanaan identifikasi resiko yang ada di laboratorium;
3. Pelaksanaan analisis resiko yand ada di laboratorium;
4. Pelaksanaan upaya pencegahan dan pengendalian.

B. Pemeriksaan Beresiko Tinggi


Untuk beberapa pemeriksaan, diperlukan kehati-hatian yang lebih untuk
menghindari resiko dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan. Semua
specimen di laboratorium dianggap infeksius dan beresiko tinggi untuk
terjadinya penularan. Dimulai dari penerimaan rujukan pemeriksaan
laboratorium dari dokter yang perlu diverifikasi, memberikan penjelasan
kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan terutama dalam pengambilan
spesimen, memastikan pemakaian APD yang lengkap (sesuai standar),
mengambil/menerima spesimen dengan hati-hati dan mengelola spesiemen
sesuai dengan ketentuan, melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan prosedur
yang ada, jika pemeriksaan tidak dapat dilakukan maka dilakukan
penyimpanan spesimen untuk dilakukan rujukan spesimen atau pasien yang
dirujuk ke Rumah Sakit oleh dokter serta melaksanakan kegiatan pencatatan
dan pelaporan.

C. Pelaporan Pemeriksaan Laboratorium Yang Kritis


Jika setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan hasil yang jauh dari nilai batas
normal, maka diperlukan langkah-langkah agar hasil pemeriksaan tidak
menimbulkan resiko.
Adapun langkah-langkahnya ketika petugas Laboratorium mendapatkan hasil
laboratorium yang kritis, memeriksa ulang spesimen dengan metode yang
sama (duplo), segera menuliskan hasil laboratorium di formulir hasil
pemeriksaan laboratorium, segera menyerahkan langsung formulir hasil
laboratorium kepada dokter penanggungjawab (DPJP) lalu menuliskan hasil
laboratorium di register laboratorium dan di buku khusus laporan hasil kritis.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 34 of 39


Nilai ambang yang dianggap kritis untuk beberapa pemeriksaan adalah:

Nilai Ambang Kritis Hasil Laboratorium

No Pemeriksaan Kurang dari Lebih dari


1 Hemoglobin < 7,0 g/dl > 20,0 g/dl
2 Leukosit < 500/ul < 30.000/ul
3 Trombosit < 50.000/ul < 1.000.000/ul
4 Hematokrit < 20% > 60%
5 Glukosa < 45 mg/dl > 500 mg/dl
6 Asam urat - > 14 mg/dl
7 Kolesterol total - > 400mg/dl

D. Monitoring Pelaporan Pemeriksaan Laboratorium Yang Kritis


Untuk pemeriksaan laboratorium yang dianggap kritis maka perlu adanya
prioritas, dan untuk menjamin agar pemeriksaan tersebut terlaksana dan hasil
pemeriksaan dapat diterima pasien sesuai dengan yang diinginkan, maka perlu
dilakukan penilaian apakah petugas telah melaksanakan prosedur yang ada.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 35 of 39


BAB IX
KEGIATAN LAINNYA

A. Pelayanan Di Luar Jam Kerja


Di UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton melakukan pelayanan laboratorium
diluar hari kerja yaitu, hari minggu mulai pukul 08.00 WIB – 11.30 WIB dan
panggilan diluar jam kerja di UGD dan Rawat Inap dan atau cito secara on
call.

B. Nilai Rentang Rujukan


Nilai rentang rujukan hasil pemeriksaan di Laboratorium UPT Puskesmas
Rawat Inap Kedaton

HEMATOLOGI
Pemeriksaan Nilai Normal Satuan
Hemoglobin Lk: 13,5 - 18,0 g/dL
Pr: 12,0 - 16,0 g/dL
Eritrosit Lk: 4,4 - 5,5 10⁶sel/mmᶟ darah
Pr: 3,5 - 4,5 10⁶sel/mmᶟ darah
Lekosit 5.000 - 10.000 sel/mmᶟ darah
Trombosit 150 - 400 10ᶟsel/mmᶟ darah
Hematokrit Lk: 40 - 54 %
Pr: 38 - 47 %
LED Lk: < 10 mm/jam
Pr: < 20 mm/jam
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 0-1 %
Eosinofil 1 -4 %
N. Staaf 2-6 %
N. Segmen 50 - 70 %
Limposit 20 - 40 %
Monosit 2-8 %
Masa Perdarahan 1-7 menit
Masa Pembekuan 9 -15 menit
Malaria Negatif

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 36 of 39


URINE ANALISA
Pemeriksaan Nilai Normal Satuan
Warna Kuning muda-
kuning
Kekeruhan jernih
pH 5,5 – 8,5
BJ 1.016 – 1.022
Glukosa Negatif
Keton Negatif
Bilirubin Negatif
Urobilinogen 3,2 – 16 m/l
Darah samar Negatif
Protein/ Albumin Negatif
Lekosit Negatif
Nitrit Negatif
Sedimen
- Lekosit 0-5 /LPB
- Eritrosit 0-1 /LPB
- Epitel Positif
- Kristal Negatif
- Silinder Negatif

IMUNOSEROLOGI DAN BAKTERIOLOGI


Pemeriksaan Nilai Normal Satuan
Widal test Negatif
HCG Test
Golongan Darah
HbsAg Negatif
Dengue Blood Negatif
HIV Non Reaktif
TPHA (Syphilis) Negatif
IgM Salmonella Negatif
BTA Negatif
Gonorhoe Negatif

KIMIA DARAH
Pemeriksaan Nilai Normal Satuan
Asam Urat Lk : 2,5 – 7,0 mg/dL
Pr : 1,5 – 5,7 mg/dL
Glukosa Puasa < 120 mg/dL
Glukosa 2 Jam PP <140 mg/dL
Glukosa Sewaktu 70 – 200 mg/dL
Cholesterol Total < 200 mg/dL

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 37 of 39


C. Evaluasi Nilai Rentang Rujukan
Adanya perubahan alat, metode, ataupun reagen memungkinkan untuk
terjadinya perubahan nilai rentang rujukan, oleh karenanya perlu adanya
evaluasi nilai rujukan jika terjadi perubahan alat, metode, ataupun reagen.
Jika terjadi adanya perubahan alat, metode, dan reagen, maka petugas
laboratorium memahami perubahan alat, metode, dan reagen, kemudian
petugas laboratorium memahami terjadinya perubahan nilai rentang rujukan,
setelah itu petugas laboratorium melaporkan kepada Koordinator Pelayanan
Klinis, dan Koordinator Pelayanan Klinis akan melaporkan kepada Kepala
Puskesmas untuk kemudian dilakukan evaluasi nilai rentang rujukan.

D. Prosedur Baru
Perubahan alat, metode, dan reagen dapat menyebabkan terjadinya perubahan
prosedur. Adanya perubahan prosedur ini perlu dilakukan
pengenalan/orientasi sehingga prosedur tersebut dapat dijalankan dengan baik.

1. Orientasi Prosedur dan K3


Prosedur baru dan kegiatan K3 saat ini menjadi hal yang cukup penting,
oleh karenanya diperlukan pengenalan/orientasi agar kegiatan tersebut
dapat dijalankan dengan baik. Berikut adalah kegiatan orientasi tersebut:
Petugas laboratorium mendapatkan prosedur baru dan pedoman/kerangka
acuan K3, petugas laboratorium melakukan orientasi referensi/teori tentang
prosedur baru dan kegiatan K3, petugas melakukan orientasi pencatatan dan
pelaporan prosedur dan kegiatan K3, petugas laboratorium melakukan
orientasi lapangan terhadap prosedur baru dan kegiatan K3, dan terakhir
petugas laboratorium membuat laporan hasil kegiatan orientasi.

2. Pelatihan dan Pendidikan untuk Prosedur Baru, Bahan Berbahaya dan


Beracun (B3) serta Alat Baru
Dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan laboratorium, jika terdapat
prosedur baru, alat baru, dan kegiatan pengelolaan B3, maka perlu
dilakukan orientasi. Jika kegiatan orientasi ini memerlukan adanya
pelatihan, maka dilakukan kegiatan sebagai berikut:
Petugas menerima prosedur baru, pedoman/kerangka acuan kegiatan
pengelolaan B3 dan alat baru maka dilakukan orientasi. Di dalam proses
orientasi jika diperlukan pendidikan/pelatihan, maka petugas laboratorium
melaporkan kepada Koordinator Pelayanan Klinis, Koordinator Pelayanan
Klinis mengajukan permohonan pendidikan/pelatihan untuk prosedur baru,
kegiatan pengelolaan B3 dan alat baru. Kepala Puskesmas akan menyusun
rencana pendidikan/pelatihan.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 38 of 39


BAB X
PENUTUP

Pelayanan laboratorium telah diselenggarakan oleh berbagai jenis dan


tingkat sarana pelayanan kesehatan dengan mutu yang bervariasi. Karena
pelayanan laboratorium merupakan salah satu komponen penting dalam
pelayanan kesehatan maka perlu diselenggarakan sesuai peraturan pedoman
penyelenggaraan laboratorium yang baik, untuk dapat menjamin keamanan
bagi pasien, lingkungan maupun tenaga kesehatan pada laboratorium itu
sendiri.
Cara penyelenggaraan laboratorium yang baik ini harus selalu dijadikan
sebagai acuan dalam penyelenggaraan laboratorium pada berbagai jenis dan
jenjang pelayanan.
Saat ini di UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton telah melakukan
penyelenggaraan laboratorium sebagi salah satu sarana penunjang pelayanan
medis, yang walaupun masih dalam skala kecil dan sederhana namun sudah
dapat dijadikan acuan. Diharapkan selanjutnya dapat terjadi peningkatan
ketersediaan sarana dan prasarana serta kompetensi dari seluruh
penyelenggara kegiatan laboratorium di UPT Puskesmas Rawat Inap
Kedaton.

Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium Page 39 of 39

Anda mungkin juga menyukai