PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud kesehatan masyrakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara social dan ekonomi
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap
bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,
penyebaran penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat
berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Menjadi acuan petugas dalam penyelenggaraan Laboratorium UPT
Puskesmas Rawat Inap Kedaton
b. Menjadi standar monitoring dan evaluasi pelayanan Laboratorium
UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton
E. Batasan Operasional
1. UPT Pusat Kesehatan Masyarakat Rawat Inap Kedaton yang selanjutnya
disebut UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton, adalah unit pelaksana teknis
Dinas Kesehatan Kotamadya Bandar Lampung yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja tertentu.
2. Laboratorium UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton, adalah sarana
pelayanan kesehatan di UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton yang
melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit,
kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat.
3. Cara penyelenggaraan laboratorium klinik yang baik adalah pelaksanaan
kegiatan untuk meningkatkan dan memantapkan mutu hasil pemeriksaan
laboratorium.
4. Sarana laboratorium adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik
bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah
ruangan Laboratorium Puskesmas.
5. Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat suatu
sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
6. Keselamatan Keria adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi
kecelakaan, keb:karan, bahaya peledakan, penyakit akibat kerja,
oencernaran lingkungan yang pada urnumnya menimbulkan kerugian
nyawa, waKu dan harta benda bagi. pekerja dan masyarakat yang berada
dilingkungannya
7. Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan
proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan
ketepatan hasil pemeriksaan
F. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
657/MENKES/PER/VIII/2009 Tentang Pengiriman Penggunaan Spesimen
Klinik, Materi Biologik dan Muatan Informasinya;
Ketentuan lainnya :
1) Penambahan tenaga pelaksana tergantung dari beban kerja laboratorium.
2) Penanggung jawab laboratorium puskesmas adalah dokter
puskesmas/Kepala UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton.
3) Tenaga teknis dianjurkan jangan merangkap tugas lain
4) Setiap petugas laboratorium UPT Puskesmas Rawat Inap Kedaton harus
mempunyai uraian tugas tertulis dan diketahui oleh Kepala UPT
Puskesmas Rawat Inap Kedaton.
1. Standar Kompetensi
a. Penanggungjawab
1) Pendidikan minimal Sarjana (S1)
2) Seorang dokter puskesmas atau Kepala Puskesmas
3) Memiliki kemampuan manajemen umum
4) Memiliki pengetahuan Laboratorium Puskesmas
2. Uraian Tugas
Untuk dapat terselenggara dengan baik, maka perlu adanya uraian tugas
bagi setiap sumberdaya manusia di laboratorium UPT Puskesmas Rawat
Inap Kedaton sesuai dengan posisi masing-masing tenaga, baik
penanggung jawab, tenaga teknis.
a. Penanggung jawab laboratorium puskesmas, mempunyai tugas dan
tanggung jawab :
1) Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium.
2) Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil
pemeriksaan laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam
pelayanan laboratorium.
3) Melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan evaluasi kegiatan
laboratorium.
4) Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu.
b. Tenaga teknis, mempunyai tugas dan tanggung jawab :
1) Melaksanakan kegiatan teknis operasional laboratorium sesuai
kompetensi dan kewenangan berdasarkan pedoman pelayanandan
standar prosedur operasional;
2) Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium;
3) Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan;
B. Distribusi Ketenagaan
Pada hari dan jam kerja distribusi ketenagaan adalah sebagai berikut:
3 (tiga) orang Tenaga Laboratorium Medis
C. Jadwal Kegiatan
A. Denah Ruangan
Letak ruangan laboratorium di dalam gedung UPT Puskesmas Rawat Inap
Kedaton.
B. Standar Fasilitas
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik /
ruangan laboratorium, adapun ruangan yang disyaratkan adalah:
1. Ukuran ruang minimal 3x4 m, kebutuhan luas ruang disesuaikan dengan
jenis pemeriksaan yang diselenggarakan oleh Puskesmas.
2. Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan.
3. Dinding berwarna terang, harus keras, tidak berpori, kedap air, dan mudah
dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (keramik).
4. Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna
terang, dan mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia
(epoxi,vinyl).
5. Pintu disarankan memiliki lebar bukaan minimal 100 cm yang terdiri dari 2
dua daun pintu dengan ukuran 80 cm dan 20 cm.
6. Disarankan disediakan akses langsung (lubang/celah) bagi pasien untuk
memberikan sampel dahak.
7. Pada area bak cuci disarankan untuk menggunakan pembatas transparan
(contoh: pembatas polikarbonat) untuk menghindari paparan/tampias air
cucian ke area sekitarnya.
Prasarana
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat sarana
yang ada dapat berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sarana yang
disyaratkan adalah:
1. Pencahayaan yang cukup diperoleh dari minimal 2 jendela dengan ukuran
lebar 80 cm x tinggi 100 cm.
2. Suhu ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yang baik maka
disarankan suhu dipertahankan antara 22o sampai dengan 26o C.
3. Pengambilan dahak diruangan terbuka yang telah disiapkan.
4. Memiliki fasilitas air bersih yang mengalir.
5. Harus tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi
dengan penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius dan
non infeksius pada laboratorium. Pengelolaan (pewadahan, pengangkutan
dan pemusnahan) limbah padat
dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku.
6. Limbah cair/air buangan dari laboratorium harus diolah pada
sistem/instalasi pengolahan air limbah puskesmas.
Perlengkapan
1. Meja pengambilan sampel darah , setidaknya meja ½ biro yang
mempunyai laci.
2. Kursi petugas dan kursi pasien terbuat dari besi, kayu dan lainnya.
3. Meja pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan dan ruangan, terbuat dari
bahan tahan panas, mudah dibersihkan, tidak berpori, dan berwarna terang.
Ada meja khusus untuk meletakkan alat centrifuge.
4. Bak cuci yang dilengkapi kran air bersih, ukuran minimal 40 cm x 40 cm
dengan kedalaman bak minimal 30 cm. Dilengkapi saluran/pipa
pembuangan air kotor menuju sistem pengolahan air limbah puskesmas
5. Lemari alat terbuat dari rangka kayu, alumunium, kaca atau bahan lain.
Khusus untuk mikroskop dilengkapi dengan lampu 5 watt.
6. Rak reagen dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan, dapat terbuat dari
kayu dilapisi dengan teflon/formika atau dapat terbuat dari kaca.
Peralatan
a. Daftar Peralatan Laboratorium
No Jenis Peralatan Jumlah
I Peralatan Utama
A Peralatan Pemeriksaan
1. Fotometer 2
2. Hematology Analizer 2
3. Urine Analizer 1
4. Hemositometer set 1
5. Mikroskop Binokuler 3
6. Pemanas/penangas dengan air -
7. Pipet 1-10, 5-50, 10-100, 100-1000 ul 1 set
II Peralatan Penunjang
1. Blood lancet sesuai
kebutuhan
2. Autoklik 10
3. Accuvein 1
4. Kaki tiga -
5. Kertas pH Indikator 3
6. Kertas lensa sesuai
kebutuhan
7. Lampu spiritus 1
8. Lemari es 2
9. Pembendung 3
10. Penghisap karet (aspirator) -
11. Penjepit tabung dari kayu 1
12. Pensil kaca 3
13. Pipet tetes (pipet Pasteur) 1
14. Pot spesimen dahak mulut lebar sesuai
kebutuhan
15. Pot spesimen urin (mulut lebar) sesuai
kebutuhan
b. Pemeliharaan Peralatan
Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan
(instructionmanual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat
tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut pada umumnya memuat cara
operasionaldan hal-hal lain yang harus diperhatikan. Cara penggunaan atau
cara pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus
ditulis dalam instruksi kerja.
Pada setiap peralatan dilakukan pemeliharaan sesuai dengan petunjuk
penggunaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar diperoleh kondisi
yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk semua jenis alat, sehingga diperoleh
peningkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan kerja, pencegahan
produksi yang tiba-tiba berhenti, penekanan waktu luang/pengangguran
bagi tenaga pelaksana serta penurunan biaya perbaikan.
Untuk itu setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan
pada atau di dekat alat tersebut yang mencatat setiap tindakan
pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila
ditemukan kelainan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada
penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan.
(Beberapa jenis peralatan laboratorium yang perlu mendapat perhatian
dalam pemeliharaannya dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Kesehatan
no. 43 tahun tahun 2013 tentang Cara Penyelenggaraan Laboratorium
Klinik Yang Baik).
.
c. Perbaikan Peralatan
Alat yang diduga mengalami gangguan, tidak boleh digunakan, harus
diberi label yang jelas dan disimpan dengan baik sampai selesai diperbaiki
dan memenuhi kriteria yang ditentukan (pengujian dan kalibrasi) untuk
digunakan kembali.
B. Kegiatan Pemeriksaan
1. Alur Pemeriksaan Laboratorium
Metode
Metode pemeriksaan di Laboratorium Puskesmas sesuai dengan Permenkes
No. 37 Tahun 2012, adalah metode manual, semi otomatis, dan otomatis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu penusukan dilakukan sebelum alkohol mengering
sehingga darah terjadi pengenceraan dan darah melebar di atas kulit sehingga
menyulitkan penghisapan ke dalam pipet, pada pengambilan darah kapiler, tetesan
pertama tidak di buang, tusukan yang kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras
keluar, mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya gangguan peredaran
darah seperti vasokonstriksi(pucat), vasodilatasi( oleh radang, trauma, dll) kongesti atau
cyanosis setempat. Terjadi bekuan pada tetesan darah karena terlalu lambat bekerja.
3. Sputum
Pengambilan spesimen dahak dilakukan secara PS/SP. Pasien diberi pot untuk
berdahak yang telah diberi label. Dahak hari pertama dikeluarkan saat pasien
datang ke laboratorium (dahak sewaktu = S). Dahak hari kedua dikeluarkan
saat pagi hari setelah pasien bangun tidur (dahak pagi = P) atau dahak PS
diambil di satu hari yang sama. Petugas menilai kelayakan spesimen yang
sudah diambil sesuai jenis pemeriksaan. Petugas mencocokan identitas
specimen dengan formulir yang dibawa. Petugas menulis identitas pasien pada
buku register laboratorium
4. Urine
Pengambilan spesimen urine dilakukan dengan penjelasan tehnik prosedur
pengambilan specimen urine ke pasien lalu mempersiapkan wadah untuk
pengambilan spesimen urine dan memberi label sesuai identitas pasien. Hal-hal
yang perlu diperhatikan saat pengambilan spesimen urine yaitu apakah sudah
sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
Reagen
Reagen merupakan zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk
mendeteksi, mengukur, memeriksa, dan menghasilkan zat lain.
a. Pengelolaan Reagen
Pengelolaan reagen dimulai dari penentuan jenis reagen yang harus tersedia,
kemudian pengadaan reagen, pelabelan reagen, penyimpanan dan distribusi
reagen serta evaluasi reagen.
b. Jenis reagen yang tersedia
Untuk melaksanakan pemeriksaan di Laboratorium UPT Puskesmas Rawat
Inap Kedaton, diperlukan reagen sebagai berikut:
No Reagen Keterangan
1. Reagen lyse hematology
2. Reagen diluent hematology
3. Giemsa
4. Glukosa
5. Asam Urat
6. Kolesterol
7. Ziehl Nelseen
8. Rapid HbsAg
9. Rapid HIV
10. Rapid dengue
11. Rapid syphilis
12. Rapid IgM Salmonella
c. Pengadaan Reagen
Dalam pengadaan reagen, hal yang perlu diperhatikan adalah
ketersediaan reagen di pasaran, kontuinitas distribusi dari pemasok.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah:
1) Tingkat persediaan yang disyaratkan adalah jumlah pemakaian
minimum ditambah dengan safety stock/buffer stock;
2) Perkiraan kebutuhan/jumlah pemakaian minimum didapatkan dari
jumlah pemakaian 6-12 bulan yang lalu;
3) Safety stock/buffer stock bagi Laboratorium UPT Puskesmas Rawat
Inap Kedaton adalah 20% dari pemakaian satu bulan atau minimal
untuk 1 hari pemakaian.
4) Waktu mendapatkan bahan/delivery time dimulai dari waktu
pemesanan hingga pesanan diantarkan.
d. Penerimaan Reagen
Petugas laboratorium memeriksa daftar reagen yang datang dan
memeriksa keadaan pembungkus reagen. Pembungkus reagen dalam
keadaan tersegel, tidak terbuka dan tidak rusak maupun robek. Reagen
yang datang diperiksa tanggal kadaluarsanya.
e. Pelabelan Reagen
Pelabelan reagen memperhatikan penulisan nama bahan/reagen, tanggal
produksi/tanggal kadaluarsa dan no batch reagen.
f. Penyimpanan Reagen
Penyimpanan reagen perlu juga diperhatikan agar reagen dapat tetap
berkualitas, sedangkan langkah-langkah antara lain:
1) Reagen yang datang di periksa tanggal kadaluarsa dan disimpan
sesuai dengan prosedur penyimpanan yang tertera dalam kemasan
reagen
Pelaporan
Pelaporan yang harus disampaikan secara berkala ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota berupa laporan bulanan yang merupakan hasil rekapitulasi
pencatatan harian.
Evaluasi reagensia
Evaluasi reagensia adalah kegiatan dalam melakukan pengendalian reagen
meliputi penerimaan, penyimpanan, kontrol kadaluarsa reagen dan
pemesanan reagensia. Evaluasi reagensia bertujuan untuk mengawasi
operasional laboratorium agar mendapatkan hasil yang optimal dan
berkualitas. Ruang lingkupnya meliputi penerimaan, penyimpanan, kontrol
kadaluarsa reagen, pemesanan reagensia dan uji kualitas reagen.
A. Manajemen Logistik
Manejemen logistik laboratorium adalah suatu pangetahuan serta proses
mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat laboratorium. Tujuan
dari menejemen logistik adalah tersedianya bahan setiap dibutuhkan, baik
mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien.
Dengan demikian menejemen logistik dapat dipahami sebagai proses
penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau
potensial untuk dimanfaatkan untuk oprasional secara efektif dan efisien.
Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai
adalah dengan menilai apakah sering terjadi keterlambatan atau bahan yang
dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya, berapa banyak persediaan
yang menganggur (idle stok) dan berapa lama hal itu terjadi. Berapa banyak
bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat dipakai lagi.
C. Pengadaan
Yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan bahan logistik yang
telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1) Pembelian
2) Produksi sendiri
3) Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat.
D. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang,
yang juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang harus di cek
kebenarannya adalah :
1) Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu
penyerahan barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK)
atau purchase order.
2) Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau,
noda, dan sebagainya yang mengindikasikan tingkat kualitas bahan.
3) Kesesuaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/SPO
Barang yang diterima tersebut kemudian dbuatkan berita acara penerimaan
(BAP) barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan bahan / barang logistic
yang ada, beberapa jenis barang logistic, yang biasanya tidak langsung
disimpan digudang, akan tetapi diterimakan langsung kepada pengguna.
Yang penting adalah bahwa meklanisme ini harus diatur sedemikian rupa
sehingga tercipta internal check (saling uji secara otomatis) yang
memadai, yang ditetapkan oleh yang berwenang (pimpinan).
Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (durasi)
waktu penyediaan sejak pesanan diterima rekanan/supplier sampai barang
diterima oleh puskesmas ( lead time ) dan berapa kebutuhan barang selama
periode tersebut.
Dalam penyimpanan ada istilah FEFO ( fisrt expired first out ). Mana yang
mempunyai masa kadaluarsa pendek harus dikeluarkan terlebih dahulu, tidak
tergantung kapan diterimanya digudang.
E. Pendistribusian
Efisien pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan
mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan oleh karena itu harus
ditetapkan prosedur yang baku pendistribusian bahan logistik, meliputi :
1. Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab mengenai kebenaran dan
kewajaran permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun
penyerahannya. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau
pengeluaran yang tidak perlu.
2. Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab menyetujui permintaan dan
pengeluaran barang dari gudang.
F. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab bendahara barang
atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/
pembukuan yang berlaku. Penghapusan barang diperlukan karena :
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai lagi
2. Bahan/barang rusak tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk
didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date).
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain.
Penghapusan barang dapat dilakukan dngan :
1. Pemusnahan yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
2. Dijual/dilelang. Untuk instansi pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan
harus disetor ke kas Negara.
4) Pengangkutan
a) Pengangkutan limbah harus menggunakan troli khusus yang kuat,
tertutup dan mudah dibersihkan, tidak boleh tercecer, petugas
menggunakan APD ketika mengangkut limbah.
b. Penyimpanan Limbah B3
Penyimpanan Limbah B3 dilakukan dengan cara antara lain:
menyimpan Limbah B3 di fasilitas Penyimpanan Limbah B3, menyimpan
Limbah B3 menggunakan wadah Limbah B3 sesuai kelompok Limbah B3,
penggunaan warna pada setiap kemasan dan/atau wadah Limbah sesuai
karakteristik Limbah B3, pemberian simbol dan label Limbah B3 pada setiap
kemasan dan/atau wadah Limbah B3 sesuai karakteristik Limbah B3
c. Pengangkutan Limbah B3
Pengangkutan Limbah B3 dilakukan oleh:
a. Penghasil Limbah B3 dibawa ke tempat penyimpanan limbah B3 yang
digunakan sebagai depo pemindahan atau pengolah limbah B3 yang memiliki
izin pengelolaan limbah B3
b. Pengangkut Limbah B3 yang memiliki izin pengelolaan jika pengangkutan
Limbah B3 dilakukan di luar wilayah kerja fasilitas pelayanan kesehatan.
dilakukan dengan menggunakan kendaraan bermotor.
f. Penimbunan Limbah B3
Penimbunan Limbah B3 paling lama: 2 (dua) hari, pada temperatur lebih
besar dari 0oC (nol derajat celsius); atau 90 (sembilan puluh) hari, pada
temperatur sama dengan atau lebih kecil dari 0oC (nol derajat celsius) sejak
Limbah B3 dihasilkan.
A. Pengendalian Mutu
Upaya pengendalian mutu merupakan upaya menjamin tercapai dan
terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, berikut merupakan kegiatan yang
dilakukan dalam pengendalian mutu:
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang
apa dan bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga
pelaksana baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu
aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang
tertulis akan menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
Tahap Pra-Analitik
PMI tahap pra analitik merupakan tahap mulai mempersiapkan pasien,
mengambil spesimen, menerima spesimen, memberi identitas spesimen,
mengirim spesimen rujukan sampai dengan menyimpan spesimen.
1. Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien
mengenai persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan.
2. Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara
spesimen yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan
mencatat kondisi fisik spesimen.
3. Penanganan spesimen
Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi
penyimpanan spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah benar
untuk pemeriksaan-pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman spesimen
sudah benar.
4. Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian
pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika
laboratorium puskesmas tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka
spesimen dikirim ke laboratorium lain dan sebaiknya dikirim dalam
bentuk yang relatif stabil.
Tahap Analitik
Tahap analitik adalah tahap mulai dari persiapan reagen, mengkalibrasi
dan memelihara alat laboratorium, uji ketepatan dan ketelitian dengan
menggunakan bahan kontrol dan pemeriksaan spesimen.
1. Persiapan reagen
Reagen memenuhi syarat sesuai standar yang berlaku, masa kadaluarsa
tidak terlampaui, cara pelarutan atau pencampuran sudah benar, cara
pengenceran sudah benar
2. Pemeliharaan peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium adalah peralatan laboratorium, wadah spesimen. Kegiatan
yang dilakukan antara lain:
a. Kalibrasi dan validasi instrumen
b. Pemeliharaan peralatan laboratorium secara teratur dan terjadwal.
c. Wadah spesimen harus bersih dan tidak terkontaminasi.
3. Pelaksanaan Prosedur
Pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai protap
masing-masing parameter. Ditahap ini, kegiatan pemantapan mutu yang
dilaksanakan adalah:
a. Pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium;
b. Melaksanakan tindak lanjut pemantauan pelaksanaan prosedur
pemeriksaan laboratorium.
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Nilai Normal Satuan
Hemoglobin Lk: 13,5 - 18,0 g/dL
Pr: 12,0 - 16,0 g/dL
Eritrosit Lk: 4,4 - 5,5 10⁶sel/mmᶟ darah
Pr: 3,5 - 4,5 10⁶sel/mmᶟ darah
Lekosit 5.000 - 10.000 sel/mmᶟ darah
Trombosit 150 - 400 10ᶟsel/mmᶟ darah
Hematokrit Lk: 40 - 54 %
Pr: 38 - 47 %
LED Lk: < 10 mm/jam
Pr: < 20 mm/jam
Hitung Jenis Lekosit
Basofil 0-1 %
Eosinofil 1 -4 %
N. Staaf 2-6 %
N. Segmen 50 - 70 %
Limposit 20 - 40 %
Monosit 2-8 %
Masa Perdarahan 1-7 menit
Masa Pembekuan 9 -15 menit
Malaria Negatif
KIMIA DARAH
Pemeriksaan Nilai Normal Satuan
Asam Urat Lk : 2,5 – 7,0 mg/dL
Pr : 1,5 – 5,7 mg/dL
Glukosa Puasa < 120 mg/dL
Glukosa 2 Jam PP <140 mg/dL
Glukosa Sewaktu 70 – 200 mg/dL
Cholesterol Total < 200 mg/dL
D. Prosedur Baru
Perubahan alat, metode, dan reagen dapat menyebabkan terjadinya perubahan
prosedur. Adanya perubahan prosedur ini perlu dilakukan
pengenalan/orientasi sehingga prosedur tersebut dapat dijalankan dengan baik.