Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum dari tujuan nasional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya guna
memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dengan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau. Menurut keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1457/ Menkes/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Pelayanan Kesehatan di Kabupaten atau Kota,
maka untuk itu di pandang perlu disetiap Puskesmas meningkatkan fasilitas
dan pelayanan Laboratorium yang sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411/MENKES/PER/III/2010. Sebagai
pelaksanaan ketentuan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1996 tentang Tenaga Kesehatan, maka dipandang perlu juga untuk
menetapkan Standar Profesi bagi tenaga Ahli Laboratorium Kesehatan
dengan keputusan Menteri Kesehatan Nomor370/Menkes/SK/III/2007.
Pelayanan Laboratorium Kesehatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium
kesehatan sebagai unit pelayanan penunjang medis, diharapkan dapat
memberikan informasi yang teliti dan akurat tentang aspek laboratoris
terhadap spesimen/sampel yang pengujiannya dilakukan di laboratorium.
Masyarakat menghendaki mutu hasil pengujian laboratorium terus
ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan penyakit. Ahli teknologi laboratorium kesehatan harus
senantiasa mengembangkan diri dalam menjawab kebutuhan masyarakat
akan adanya jaminan mutu terhadap hasil pengujian laboratorium dan
tuntutan diberikan pelayanan yang prima.
Dalam era globalisasi, tuntutan standarisasi mutu pelayanan
laboratorium tidak dapat dielakkan lagi peraturan perundang-undangan sudah
mulai diarahkan kepada seluruh profesi kesehatan dalam menyongsong era
pasar bebas tersebut. Ahli teknologi laboratorium kesehatan harus mampu
bersaing dengan negara lain yang lebih maju. Untuk itulah perlu disusun
suatu standar profesi bagi para ahli teknologi laboratorium kesehatan dan
pedoman yang jelas tentang pelayanan instalasi laboratorium di Indonesia.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan dari disusunnya pedoman pelayanan Instalasi laboratorium
Puskesmas Cikancung ini adalah untuk memberikan arah atau standar bagi
seluruh petugas yang bekerja di Instalasi Laboratorium dalam memberikan
pelayanan pada pasien khususnya pelayanan laboratorium.

C. Ruang Lingkup Pedoman


Laboratorium Puskesmas Cikancung merupakan laboratorium yang
melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan teknik manual
dan automatik.
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Laboratorium Puskesmas
Cikancung meliputi :
1. Pasien Rawat Jalan yaitu pasien dari dan Instalasi Rawat Jalan (poli
umum, poli gigi, poli MTBS, poli KIA & KB, poli paru) Puskesmas
Cikancung yang memerlukan pemeriksaan laboratorium
2. Pasien PONED yaitu pasien yang dirawat di ruang perawatan PONED
Cikancung yang memerlukan pemeriksaan laboratorium

D. Batasan Operasional
Laboratorium Puskesmas Cikancung melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik di bidang Hematologi, Kimia Klinik, Urinalisa,
Mikrobiologi dan Imuno-serologi.
Batasan operasional untuk jenis pemeriksaan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan yang mencakup beberapa pemeriksaan: Hemoglobin (Hb),
leukosit, trombosit, hematokrit, golongan darah dan rhesus, Clotting Time
(CT), Bleeding Time (BT)
2. Pemeriksaan Kimia Klinik
Pemeriksaan yang mencakup beberapa pemeriksaan: Glukosa darah,
Cholesterol total, dan Asam urat
3. Pemeriksaan Urinalisa
Pemeriksaan yang mencakup beberapa pemeriksaan: Urine rutin, Protein
urine, Reduksi urine, Tes kehamilan
4. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan yang mencakup pemeriksaan: BTA, dan GO
5. Pemerikaan Imuno-serologi
Pemeriksaan yang mencakup beberapa pemeriksaan: HBsAg, Anti HIV,
Sifilis.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan upaya
kesehatan wajib Puskesmas, Laboratorium Puskesmas Cikancung
membutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi baik jumlah maupun
mutunya. Berikut ini adalah kualifikasi sumber daya manusia yang diperlukan
Laboratorium Puskesmas Cikancung.
Tabel 1
Jenis, kualifikasi, jumlah tenaga laboratorium Puskesmas

No Jenis Tenaga Kualifikasi Jumlah

1 Penanggungjawab Dokter Puskesmas / 1 org


Kepala Puskesmas

2 Tenaga Teknis Analis Kesehatan/Ahli 1 org


Teknologi Laboratorium
Kesehatan (D III)

3 Tenaga Non Teknis Minimal SMA/sederajat 1 org

Dalam keadaan keterbatasan sumber daya, beberapa kriteria dapat


tidak terpenuhi oleh Laboratorium Puskesmas Cikancung sepanjang diketahui
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.

B. Standar Kompetensi
1. Penanggungjawab
Seorang penanggungjawab laboratorium setidaknya harus memenuhi
persyaratan:
a. Pendidikan minimal Sarjana (S1);
b. Seorang dokter Puskesmas atau Kepala Puskesmas;
c. Memiliki kemampuan manajemen umum;
d. Memiliki pengetahuan Laboratorium Puskesmas.
2. Tenaga Teknis
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 370/MENKES/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan, maka
untuk dapat melaksanakan pekerjaan di Laboratorium Puskesmas
Cikancung, setiap Tenaga Teknis Laboratorium setidaknya memenuhi
persyaratan:
a. Kualifikasi pendidikan: Lulusan Perguruan Tinggi di bidang
Laboratorium Kesesehatan;
b. Kompetensi:
1) Menguasai ilmu pengetahuan berkaitan dengan tugas dan fungsi di
Laboratorium Kesehatan;
2) Mampu merancang proses yang berkaitan dengan tupoksi di
laboratorium kesehatan;
3) Memiliki keterampilan teknis operasional pelayanan laboratorium
kesehatan;
4) Mampu memberikan penilaian analitis terhadap hasil uji
laboratorium;
5) Memiliki pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian
mutu dan prosedur laboratorium;
6) MemilIki kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil uji laboratorium.
3. Tenaga Non Teknis
Tenaga non teknis Laboratorium Puskesmas Cikancung, setidaknya harus
memenuhi persyaratan:
a. Pendidikan minimal SMA/sederajat;
b. Mampu mengoperasikan komputer;
c. Memiliki pengetahuan penyelenggaraan laboratorium puskesmas.

C. Uraian Tugas
Untuk dapat terselenggara dengan baik, maka perlu adanya uraian tugas bagi
setiap sumberdaya manusia di Laboratorium Puskesmas Cikancung, berikut
uraian tugas yang dimaksud:
1. Penanggung jawab
a. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium;
b. Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil
pemeriksaan laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam
pelayanan laboratorium;
c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan
laboratorium;
d. Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu.
2. Tenaga Teknis
a. Melaksanakan kegiatan teknis operasional laboratorium;
b. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium;
c. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan;
d. Melaksanakan kegiatan K3 laboratorium;
e. Melaksanakan konsultasi dengan penanggung jawab laboratorium
atau tenaga kesehatan lain;
f. Menyiapkan bahan rujukan spesimen;
g. Melaksanakan interprestasi hasil pemeriksaan jika diperlukan.
3. Tenaga Non Teknis
a. Membantu tenaga teknis dalam menyiapkan alat dan bahan;
b. Membantu tenaga teknis dalam menyiapkan pasien;
c. Membantu administrasi.

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI LABORATORIUM


PUSKESMAS CIKANCUNG

KEPALA PUSKESMAS

PENANGGUNGJAWAB UKP

PELAKSANA LABORATORIUM

D. Distribusi Ketenagaan
Tenaga pelaksana laboratorium Puskesmas Cikancung ada satu orang
sehingga pelaksanaan pelayanan laboratorium hanya dilakukan pada pagi
hari dari jam 08.00 – 14.00.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan Laboratorium

ruangan Laboratorium

Meja Le
Meja
pemeriksaan penga
ma
mbila
ri
n
es
darah

Le
ma
ri
rea
gen

Keterangan : Ruangan laboratorium

B. Standar Fasilitas
1. Sarana laboratorium
Merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik/ruangan
laboratorium, adapun ruangan yang disyaratkan adalah:
a. Ruangan berukuran 3x4 m2 atau disesuaikan dengan kebutuhan
pemeriksaan yang diselenggarakan;
b. Langit-langit dan dinding berwarna terang dan mudah dibersihkan;
c. Pintu memiliki lebar bukaan 80-100 cm;
d. Kamar mandi/WC pasien Laboratorium Puskesmas dapat bergabung
dengan kamar mandi/WC Puskesmas.
2. Prasarana
Merupakan jaringan/instalasi yang membuat sarana yang ada dapat
berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sarana yang
disyaratkan adalah:
a. Pencahayaan yang cukup diperoleh dari jendela dengan ukuran lebar
80 cm x tinggi 100 cm;
b. Suhu ruangan memakai AC;
c. Pengambilan dahak diruangan terbuka yang telah disiapkan;
d. Memiliki fasilitas air bersih yang mengalir.
3. Perlengkapan
a. Meja pengambilan sampel darah dan POCT, setidaknya meja yang
mempunyai laci;
b. Kursi petugas dan kursi pasien terbuat dari besi, kayu dan lainnya;
c. Meja pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan dan ruangan, terbuat
dari bahan tahan panas, mudah dibersihkan, tidak berpori, dan
berwarna terang;
d. Bak cuci yang dilengkapi kran air bersih;
e. Lemari terbuat dari rangka kayu, alumunium, kaca atau bahan lain;
f. Rak reagen dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan.
4. Peralatan
a. Daftar Peralatan Laboratorium
Ketentuan peralatan yang ada di Puskesmas Cikancung
berdasarkan Permenkes no 75 tahun 2014. Namun peralatan yang
diperlukan pada dasarnya adalah menyesuaikan dengan
kemampuan pemeriksaan dari laboratorium yang bersangkutan.
Berikut adalah daftar peralatan laboratorium berdasarkan
Permenkes no 75 tahun 2014 dan peralatan yang ada di
Laboratorium Puskesmas Cikancung yang menyesuaikan dengan
kemampuan pemeriksaan yang dimiliki.
Tabel 2
Jenis Peralatan
JUMLAH MINIMAL
NO JENIS PERALATAN PERALATAN
Permenkes Puskesmas
No 75 thn 2014 Cikancung
I. Set Laboratorium
1. Batang Pengaduk 3 buah 1 buah
2. Beker, Gelas 3 buah 0
3. Botol Pencuci 1 buah 1 buah
4. Corong Kaca (5 cm) 3 buah 0
5. Erlenmeyer, Gelas 2 buah 2 buah
6. Fotometer 1 buah 1 buah
7. Gelas Pengukur (100 cc) 1 buah 0
Gelas Pengukur (16 Oz /
8. 500 ml) 1 buah 0
9. Hematology Analizer (HA) 1 set 1 set
Hemositometer Set /Alat
10. Hitung Manual 1 set 1 set
11. Lemari Es 1 buah 0
12. Mikroskop Binokuler 1 buah 1 buah
Pipet Mikro 5-50, 100-200,
1 buah 1 buah
13. 500-1000 ul
17. Pot Spesimen Dahak Mulut Sesuai Sesuai
Lebar Kebutuhan Kebutuhan
18. Pot Spesimen Urine (Mulut Sesuai Sesuai
Lebar) Kebutuhan Kebutuhan
19. Rotator Plate 1 buah 1 buah
20. Sentrifuse Listrik 1 buah 1 buah
21. Sentrifuse Mikrohematokrit 1 buah 0
Sesuai Sesuai
22.
Tip Pipet (Kuning dan Biru) Kebutuhan Kebutuhan
Tabung Kapiler Sesuai Sesuai
23.
Mikrohematokrit Kebutuhan Kebutuhan
Sesuai Sesuai
24.
Tabung Reaksi (12 mm) Kebutuhan Kebutuhan
28. Termometer 0 – 50° Celcius 1 buah 1 buah
29. Urinometer 1 buah 0
30. Wadah Aquades 1 buah 1 buah
Westergren Set (Tabung
3 buah 0
31. Laju Endap Darah)
II. Bahan Habis Pakai
Blood Lancet dengan Sesuai Sesuai
1.
Autoklik Kebutuhan Kebutuhan
2. Kawat Asbes 1 0
Sesuai Sesuai
3. Kertas Lakmus
Kebutuhan Kebutuhan
4. Kertas Saring Sesui Kebutuhan 0
5. Kaca Objek Sesuai Kebutuhan Sesuai
6. Kaca Penutup (Dek Glass) Sesuai Kebutuhan Sesuai
7. Penghisap Karet 3 buah 0
III. Perlengkapan
2. Lampu Spiritus 1 buah 1 buah
3. Pembendung 1 buah 2 buah
4. Penjepit Tabung 2 buah 1 buah
5. Pensil Kaca 1 buah 1 buah
6. Pemanas dengan Air 1 buah 0
7. Rak Pengering 1 buah 0
8. Rak Pewarna 1 buah 0
9. Rak Tabung Reaksi 1 buah 0
10. Stopwatch 1 buah 1 buah
11. Sengkelit / Ose 3 buah 1 buah
12. Sikat Tabung Reaksi 1 buah 1 buah
IV. Meubelair
1. Kursi Kerja 2 buah 2 buah
2. Lemari Peralatan 1 buah 1 buah
3. Meja Tulis 1 buah 1 buah
V. Pencatatan dan Pelaporan
Sesuai Sesuai
1. Buku register pelayanan
Kebutuhan Kebutuhan
Sesuai Sesuai
2. Formulir Informed Consent
Kebutuhan Kebutuhan
Formulir dan Surat Sesuai Sesuai
3.
Keterangan lain sesuai Kebuthan Kebutuhan
b. Pemeliharaan Peralatan
Pada setiap peralatan dilakukan pemeliharaan sesuai dengan
petunjuk penggunaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar
diperoleh kondisi yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak
terjadi kerusakan.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk semua jenis alat, sehingga
diperoleh peningkatan kualitas produksi, peningkatan keamanan kerja,
pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti, penekanan waktu
luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana serta penurunan biaya
perbaikan.
Untuk itu setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan yang
diletakkan pada atau di dekat alat tersebut yang mencatat setiap
tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang
ditemukan. Bila ditemukan kelainan, maka hal tersebut harus segera
dilaporkan kepada penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan.

c. Perbaikan Peralatan
1) Pastikan masalahnya. Jangan membuat asumsi tentang
kemungkinan permasalahan.
2) Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan atasan atau
hubungi agen untuk menanyakan masalah tersebut.
3) Tempelkan label bahwa alat rusak.
4) Catatlah semua tindakan/upaya perbaikan pada catatan khusus.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. Persyaratan Pelayanan
a. Persyaratan umum :
1) Pasien sudah terdaftar di sistem rekam medik Puskesmas sesuai
dengan jaminan perawatan masing-masing
2) Untuk Pasien rawat jalan (poli umum, poli gigi, poli MTBS, poli paru, poli
KIA&KB) pasien datang langsung ke Laboratorium dengan membawa
formulir permintaan pemeriksaan yang telah diisi lengkap dari dokter
atau petugas poli rawat jalan dan berkas jaminan yang sesuai dengan
jaminan yang dipakai
3) Untuk pasien PONED pelaksana laboratorium mengambil sampel ke
ruang rawat inap (PONED) sesuai formulir permintaan yang telah diisi
lengkap oleh dokter atau petugas ruang rawat inap
b. Persyaratan khusus :sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan, seperti puasa,tidak minum obat- obatan.

2. Alur Pemeriksaan Laboratorium


a. Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
Proses permintaan pemeriksaan laboratorium merupakan proses awal
dari tahapan pemeriksaan laboratorium, berikut adalah tahapan
prosedurnya:
1) Pasien atau pasien rujukan dokter datang mendaftarkan diri di loket
pendaftaran;
2) Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, bila
diperlukan pemeriksaan laboratorium maka dokter akan mengisi formulir
pemeriksaan laboratorium;
3) Pasien langsung menuju ke laboratorium untuk menyerahkan rujukan
pemeriksaan laboratorium dari dokter ke petugas laboratorium;
4) Setelah menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium,
pasien diambil spesimennya;
b. Pengambilan dan Penerimaan Spesimen
Spesimen yang akan diperiksa berasal dari pasien yang dapat diambil
sendiri oleh pasien atau diambil oleh petugas, berikut adalah tahapannya:
1) Pengambilan spesimen/sampel diperuntukkan spesimen darah, cara
pengambilan dapat melalui pengambilan darah vena atau pengambilan
darah kapiler;
2) Penerimaan spesimen/sampel diperuntukkan spesimen dahak dan
urine, langkahnya sebagai berikut:
a) Pasien diberi wadah penampung spesimen dan cara pengambilan
spesimen;
b) Pasien mengambil spesimen yang telah ditentukan;
c) Petugas menerima spesimen;
d) Petugas memberikan identitas spesimen, kemudian siap untuk
dilakukan pemeriksaan.
c. Penyimpanan Spesimen
Spesimen yang telah diambil harus segera diperiksa, dalam hal yang
mengharuskan pemeriksaan spesimen ditunda, maka spesimen disimpan
dengan beberapa cara:
1) Spesimen dahak disimpan dalam wadah tertutup rapat dan dilemari
pendingin;
2) Spesimen darah sebaiknya disimpan dalam bentuk serum dalam
lemari pendingin.
B. Kemampuan Pemeriksaan, Metode, Reagen dan Nilai Kritis
1. Kemampuan Pemeriksaan/Jenis Pemeriksaan
Sesuai dengan kondisi dan sumber daya Laboratorium Puskesmas
Cikancung maka pemeriksaan laboratorium yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:

Tabel 4
Jenis Pemeriksaan

BIAYA
JENIS-JENIS WAKTU
NO (PERDA no.32 Thn 2019)
PELAYANAN PENGERJAAN
UMUM BPJS

1 Hemoglobin 60 menit 12.000 Gratis

2 Leukosit 60 menit 11.000 Gratis

3 Trombosit 60 menit 16.000 Gratis

4 Hematokrit 60 menit 10.000 Gratis

5 Darah rutin 60 menit 40.000 Gratis

6 Golongan Darah 15 menit 15.000 Gratis

7 Waktu Perdarahan 15 menit 10.000 Gratis

8 Waktu Pembekuan 15 menit 10.000 Gratis

9 Urine Lengkap 60 menit 25.000 Gratis

10 Protein Urine 15 menit 15.000 Gratis

11 Reduksi Urine 15 menit 15.000 Gratis

12 Test Kehamilan 15 menit 15.000 Gratis

13 Gula darah 60 menit 15.000 Gratis

14 Asam urat 60 Menit 18.000 Gratis

15 Cholesterol 60 Menit 25.000 Gratis

16 BTA 2x 48 jam 30.000 Gratis


17 GO 60 menit 20.000 Gratis

18 HBsAg 60 menit 40.000 Gratis

19 Sifilis 60 menit 55.000 Gratis

20 Anti HIV 60 menit 100.000 Gratis

Keterangan : Hal tersebut diatas berlaku jika semua alat laboratorium berada dalam kondisi
baik dan waktu pemeriksaan terhitung dari pasien selesai diperiksa petugas
2. Metode
Metode pemeriksaan di Laboratorium Puskesmas sesuai dengan
Permenkes No. 37 Tahun 2012, adalah metode manual, semi otomatis, dan
otomatis.
3. Reagen
Reagen merupakan zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk
mendeteksi, mengukur, memeriksa, dan menghasilkan zat lain.
Untuk melaksanakan pemeriksaan di Laboratorium Puskesmas
Cikancung, diperlukan reagen sebagai berikut:
Tabel 5
Jenis Reagen
No Reagen Keterangan

1 HCL 0.1%

2 Antikoagulan EDTA

3 Aquades

4 Larutan Turk

5 Larutan Ammonium Oxalat

6 Diluent dan Lyse Hematologi analyzer

7 Reagen/ Strip Glukosa

8 Reagen/ Strip Asam Urat

9 Reagen/ Strip Kolesterol

10 Ziehl Nelseen

11 Strip Hb
12 Rapid Test HCG

13 Golongan Darah Kit

14 Carik celup Urine test

15 Alkohol 70%

16 HBsAg

17 Anti HIV

18 Sifilis

19 Oil Imersi

4. Nilai Ambang Kritis


Hasil pemeriksaan laboratorium dengan nilai krisis dilakukan
pemeriksaan ulang / duplo dan dilaporkan segera kepada dokter atau petugas
pengirim dan ditulis di rekam medis.

Tabel 6
Daftar Nilai Kritis Yang Wajib Dilaporkan Segera

PEMERIKSAAN BATAS BAWAH BATAS ATAS


Hemoglobin ≤ 7.0 gr/dl ≥ 20.0 gr/dl
Leukosit ≤ 2.0 x 10³µL ≥ 40 x 10³µL
Trombosit ≤ 20 x 10³µL ≥ 1000 x 10³µL
Hematokrit ≤ 20 % ≥ 60 %
Glukosa ≤ 60 mg/dl ≥ 400 mg/dl

C. Rujukan
Jika Laboratorium Puskesmas Cikancung tidak mampu melakukan
pemeriksaan, maka spesimen atau pasien dikirim/dirujuk ke
Laboratorium/Fasilitas Kesehatan lain.
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian
pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rujukan laboratorium:
1. Spesimen yang akan dirujuk, sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif
stabil;
2. Tidak terkena sinar matahari langsung;
3. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium termasuk
pemberian label yang bertuliskan ”Bahan Pemeriksaan Infeksius” atau
”Bahan Pemeriksaan Berbahaya”;
4. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat;
5. Penggunaan media transport untuk pemeriksaan mikrobiologi;
6. Spesimen yang dirujuk harus diberi label berisi nomor spesimen, nama
pasien, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal pengambilan spesimen pada
badan wadah;
7. Spesimen yang dirujuk harus disertai formulir pengiriman yang berisi:
Nomor spesimen, nama penderita/pasien, umur, jenis kelamin, alamat
penderita/pasien, tanggal dan jam pengambilan spesimen, jenis spesimen,
gejala penyakit, dan pengobatan yang diberikan sebelumnya, permintaan
pemeriksaan, tanggal pengiriman, nama serta alamat pengirim (Dokter,
Puskesmas) kemudian dikirim melalui petugas atau melalui pos.

D. Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan
Pencatatan selain untuk pemantauan data juga untuk evaluasi. Macam-
macam pencatatan antara lain:
a. Buku Register laboratorium;
b. Buku Permintaan Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaan;
c. Buku Rujukan.
2. Pelaporan
Pelaporan yang harus disampaikan secara berkala ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung berupa laporan bulanan yang merupakan
hasil rekapitulasi pencatatan harian.
BAB V
LOGISTIK

A. Pengertian : Logistik di laboratorium adalah penyediaan bahan – bahan habis


pakai/reagen yang dibutuhkan untuk pelayanan di laboratorium.
B. Tujuan : Agar kebutuhan bahan – bahan habis pakai/reagen sebagai
sarana pemeriksaan dapat tersedia dengan tepat,cepat,efektif,efisien dan
profesional untuk meningkatkan mutu laboratorium.
C. Ruang lingkup : Alur kerja pembelian dan penyimpanan bahan- bahan habis
pakai/reagen.
Menerangkan suatu sistem mulai dari mengevaluasi jumlah stok reagen,
membuat surat pesanan reagen sampai mendapatkan reagen yang
diperlukan
D. Tata Laksana
1. Penerimaan Reagensia
Petugas laboratorium memeriksa daftar reagen datang kemudian
memeriksa keadaan bungkus reagen. Bungkus reagen tidak rusak tidak
terbuka dan dalam keadaan tersegel kemudian reagen diperiksa tanggal
kadaluarsa
2. Penyimpanan Reagensia
Reagen yang datang diperiksa tanggal kadaluarsa dan disimpan sesuai
dengan prosedur penyimpanan yang tertera dalam kemasan reagen.
Reagen yang sudah di buka bisa bertahan sampai masa kadaluarsa habis
bila di simpan pada suhu 2 – 8 derajat celcius.
3. Kontrol kadaluarsa Reagen
a. Reagen yang baru datang diperiksa masa kadaluarsanya. Bila
mendekati masa kadaluarsa (tiga bulan) maka segera di laporkan ke
bagian pengadaan atau ke bagian obat puskesmas;
b. Pemesanan Reagen
Petugas Labotorium mengecek ketersediaan reagen yang akan habis.
Reagen yang akan habis dicatat dan di laporkan. Petugas laboratorium
mengajukan pemesanan reagen ke bagian pengadaan obat atau ke
dinas kesehatan.
E. Alur kerja pemesanan dan penerimaan bahan – bahan habis pakai/reagen :

PROSES KETERANGAN

F. Alur pendistribuasian reagen/bahan habis pakai dari gudang laboratorium

PROSES KETERANGAN

Mulai

Petugas Lab.

Buat catatan stok &


evaluasi jumlah stok

Petugas Lab.

Buat Surat amprahan ke


Stok
gudang obat
cukup ya

Setuju
selesai

Mengambil amprahan

Ka. Gudang lab.

Mencatat barang keluar

Petugas Lab.

Menyimpan reg.di lab

Petugas Lab.

Penggunaan di Lab
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di


laboratorium menjadi lebih aman.

A. Tujuan
Untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.

B. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Pedoman umum:
Sistem keselamatan pasien di laboratorium perlu dilaksanakan sebab
a. Banyaknya jenis/item pemeriksaan dan persiapannya;
b. Banyaknya jenis spesime pemeriksaan;
c. Banyaknya jenis wadah penampung/container;
d. Jumlah konsumen yang banyak;
e. Jumlah staf yang tidak memadai potensial bagi terjadinya kesalahan.
2. Manfaat keselamatan pasien
a. Budaya safety meningkat dan berkembang;
b. Komunikasi dengan pasien berkembang;
c. Kejadian tidak diinginkan menurun;
d. Keluhan dan litigasi (tuntutan hukum) berkurang;
e. Mutu pelayanan meningkat;
f. Citra laboratorium dan kepercayaan masyarakat meningkat diikuti
peningkatan kepercayaan dan kepuasan diri.
3. Standar keselamatan pasien
a. Hak pasien;
b. Mendidik pasien dan keluarga;
c. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan;
d. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien;
e. Mendidik staf tentang keselamatan pasien;
f. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.
4. Sasaran pasien safety di laboratorium
a. Melakukan identifikasi pasien secara tepat (pasien rawat jalan : tanyakan
nama,tanggal lahir dan pasien rawat inap tanyakan nama dan rekam
medis);
b. Meningkatkan keamanan pengeluaran hasil lakukan doble check untuk
verifikasi hasil laboratorium;
c. Mengurangi resiko salah lokasi, salah pasien, salah pemeriksaan dan
salah penggunaan bahan/reagen.
Ada 8 prinsip benar antara lain : permintaan pemeriksaan, persiapan
pasien, spesimen dan penampungan, transportasi, pengolahan dan
penyimpanan, jenis pemeriksan, hasil pemeriksaan,dokumentasi;
d. Mengurangi risiko infeksi dengan mengimplementasikan praktek
pencegahan infeksi (kewaspadaan standar) antara lain :
1) Kebersihan tangan
2) Penggunaan alat pelindung diri
3) Penanganan limbah dan benda tajam
4) Pengendalian lingkungan
5) Peralatan perawatan pasien
6) Penanganan linen
7) Penyuntikan yang aman, kesalahan karyawan dan etika batuk.
5. Istilah dalam keselamatan pasien
a. Kondisi potensial cedera: Kondisi atau situasi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cedera,akan tetapi belum terjadi insiden. Contoh :
jumlah pasien banyak, jumlah staf kurang, nilai kritis tidak dilaporkan;
b. Kejadian nyaris cedera: terjadinya insiden yang belum terpapar ke
pasien. Contoh: salah mengerjakan item pemeriksaan;
c. Kejadian sentinel: Kejadian tidak diharapkan yang menyebabkan
kematian atau cedera yang serius yang biasanya dipakai untuk kejadian
yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima. Kejadian tidak
cedera : suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien akan tetapi tidak
timbul cedera. Contoh : pasien dengan glukosa normal dikeluarkan hasil
glukosa rendah sehingga dilakukan koreksi glukosa (terjadi karena salah
sampel/terjadi gangguan pada proses pemeriksaan);
d. Kejadian tidak diharapkan: Kejadian yang mengakibatkan cedera kepada
pasien akibat melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu
tindakan, dan bukan karena penyakit dasarnya. Contoh: pasien yang
diphlebotomi dengan needle/lancet tidak disposable, dan pasien tersebut
akhirnya terjangkit HIV ( needle/lancet pakai pasien HIV ).
6. Pengalaman kasus pasien safety
a. Salah mengerjakan pemeriksaan laboratorium ( pemeriksaan yang
dikerjakan berbeda dengan pemeriksaan yang diminta);
b. Salah memberikan hasil ( hasil yang diberikan ke pasien adalah hasil
yang salah/ belum dikonfirmasi);
c. Hasil yang tertukar semua/sebagian (fungsi checker tidak berjalan);
d. Salah memberikan hasil (salah sampel, salah prosedur);
e. Hasil laboratorium/sampel tidak ada (koordinasi dengan bagian yang lain
kurang efektif)..
7. Utamakan Keselamatan Pasien
Bila ada kejadian, segera tindak lanjuti dengan :
a. Membuat laporan insiden;
b. Menelaah akar permasalahan, mengapa terjadi? hingga menemukan
fakta sistem yang belum berfungsi optimal;
c. Menentukan solusi dan rekomendasi.
BAB VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
(K3)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Laboratorium merupakan bagian dari


pengelolaan laboratorium secara keseluruhan. Laboratorium melakukan berbagai
tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari
manusia. Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak dengan spesimen, maka
berpotensi terinfeksi kuman pathogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas
ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk mengurangi bahaya
yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami
keamanan laboratorium dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk
melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SOP, serta
mengontrol bahan/spesimen secara baik.

A. Kegiatan K3 di Laboratorium
Adapun kegiatan dalam Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di
laboratorium antara lain:
1. Memastikan tempat kerja yang menunjang K3;
2. Memastikan sanitasi lingkungan kerja yang menunjang K3;
3. Memastikan proses kerja yang menunjang K3;
4. Mengelola dan menggunakan bahan dan perlatan kerja yang menjamin K3;
5. Mengelola limbah laboratorium hasil pemeriksaan yang menunjang K3.

B. Lingkungan Kerja
Desain tempat kerja yang menunjang K3 adalah sebagai berikut:
1. Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di
laboratorium;
2. Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja;
3. Pencahayaan cukup dan nyaman;
4. Ventilasi cukup dan sesuai;
5. Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau jika
diperlukan;
6. Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.

C. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi di lingkungan kerja yang perlu diperhatikan sehingga dapat
menunjang K3 adalah:
1. Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis;
2. Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong
plastik dan diberi tanda khusus;
3. Tata ruang laboratorium harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/ menjadi
sarang serangga atau binatang pengerat;
4. Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan
secara teratur;
5. Petugas laboratorium dilarang makan dan minum dalam laboratorium;
6. Dilarang meletakkan hiasan dalam bentuk apapun di dalam laboratorium.

D. Proses Kerja
Agar setiap kegiatan dapat menunjang K3, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar setiap petugas laboratorium
harus mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap bahaya yang
mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap peralatan laboratorium dan
peralatan kesehatan dan keselamatan kerja dengan benar, serta mengetahui
cara mengatasi apabila terjadi kecelakaan di laboratorium;
2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan kerja,
seperti tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam
kebakaran;
3. Dilarang makan, minum (termasuk minum dari botol air) dan merokok di
tempat kerja;
4. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau
benda tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di bak/peti
dalam laboratorium dan diberi keterangan;
5. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning
(menjadi limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus;
6. Semua tumpahan harus segera dibersihkan;
7. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet penghisap.

E. Bahan dan Peralatan


Sedangkan dalam mengelola bahan dan peralatan laboratorium agar dapat
menunjang K3, maka perlu diperhatikan:
1. Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan kimia yang
benar (antara lain penggolongan bahan kimia, bahan kimia yang tidak boleh
tercampur, efek toksik dan persyaratan penyimpanannya);
2. Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan mempunyai
pengetahuan serta keterampilan untuk menangani kecelakaan;
3. Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket dan tanda peringatan
yang sesuai;
4. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada penanggung
jawab Laboratorium;
5. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang ditentukan.

F. Limbah Laboratorium Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


1. Pengelolaan Limbah Hasil Pemeriksaan
Pengelolaan limbah hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a. Limbah/sampah dikumpulkan sesuai dengan jenisnya (cair, padat,
medis/infeksius, non medis/infeksius);
b. Pot urine bekas pemeriksaan urine dipisahkan dari urine dan
dikumpulkan sesuai jenisnya;
c. Pot dahak bekas pemeriksaan BTA di dekontaminasi menggunakan lisol
dan dibungkus kantong plastik, kemudian dikumpulkan sesuai jenisnya;
d. Alat pengambilan spesimen (spuit dan blood lancet) ditutup, kemudian
dikumpulkan di kotak sampah medis;
e. Limbah cair umum dialirkan ke pembuangan, limbah cair medis dibuang
ke SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah), limbah padat umum
dibuang melalui petugas kebersihan dan limbah padat medis dikelola
petugas sanitarian untuk dibuang sesuai ketentuan.
2. Pengelolaan B3 dan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) termasuk limbah terdapat 2 jenis,
yaitu bahan/limbah padat dan bahan/limbah cair, dimana pengelolaan
keduanya adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengurangan jumlah limbah B3;
b. Sedapat mungkin menggunakan bahan non B3;
c. Melakukan pemisahan limbah B3 dan non B3;
d. Memberikan tanda bahan B3 dan non B3;
e. Dalam penyimpanan, jika ada bahan berbahaya diletakkan bagian
bawah;
f. Memisahkan pembuangan sampah/limbah B3 dan non B3.
Tabel 7
Kode Warna yang disarankan untuk limbah klinis

WARNA KANTONG JENIS LIMBAH

Limbah rumah tangga biasa, tidak digunakan


HITAM untuk menyimpan atau mengangkut limbah klinis

KUNING Semua jenis limbah yang akan dimusnahkan


pihak ketiga

3. Penanganan, dan pembuangan B3/Limbah di Laboratorium


Untuk penanganan dan pembuangan B3 di Laboratorium Puskesmas
Cikancung dilaksanakan sebagai berikut:
a. Pengelolaan bahan/limbah B3 dimulai dengan mengumpulkan
bahan/limbah di tempat yang memenuhi syarat (berbahan kuat, ringan,
tahan karat, dan kedap air);
b. Setiap hari atau setelah 2/3 wadah bahan/limbah B3 terisi di tempatkan
di tempat penampungan sampah sementara;
c. Dari penampungan sampah sementara, sampah umum dibuang ke
tempat pembuangan sampah akhir sesuai ketentuan berlaku;
d. Bahan/limbah B3 dikelola petugas sanitarian untuk dibuang sesuai
ketentuan;
e. Untuk bahan/limbah cair dibuang belum dikelola sesuai ketentuan
berlaku.

G. Alat Pelindung Diri (APD)


Dalam rangka menunjang pelaksanaan K3 di laboratorium Puskesmas
Cikancung, maka perlu adanya tertib penggunaan alat pelindung diri (APD)
dalam bekerja, antara lain:
1. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (APD) (jas laboratorium, masker,
sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja;
2. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja
dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium;
3. Rambut panjang harus diikat ke belakang dengan rapi;
4. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan
setelah selesai melakukan aktifitas laboratorium.
Oleh karenanya perlu dilakukan pemantauan terhadap penggunaan alat
pelindung diri, seperti:
1. Penggunaan jas laboratorium di laboratorium;
2. Penggunaan masker;
3. Penggunaan sarung tangan;
4. Penggunaan alas kaki tertutup;
5. Kerapihan rambut yang menunjang K3;
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan aktifitas laboratorium.

H. Penanganan Keadaan Darurat Di Laboratorium


1. Kebakaran
a. Beri pertolongan pertama pada orang yang terkena, kalau perlu
dipindahkan ke unit lain;
b. Beri peringatan kepada orang yang berada di sekitar lokasi;
c. Lakukan tindakan sesuai dengan Tugas Penyelamatan;
d. Putus aliran listrik bila diperlukan padamkan dengan alat kebakaran
( APAR );
e. Tulis berita acara kejadian.
2. Spesimen yang tumpah
a. Tumpahan dan wadahnya di tutup dengan kain atau tissue yang
dibasahi desinfektan;
b. Kain tersebut dibuang di wadah infeksius.
3. Luka tusukan jarum
a. Keluarkan darah dengan pijatan keras sekitar luka tusuk tadi di bawah
pancuran air selama kurang lebih 1 – 2 menit;
b. Tutup luka dengan kapas betadine, kemudian di plester atau di balut;
c. Tulis dalam berita acara kejadian dan kirim ke instalasi gawat darurat.
4. Pecahan gelas
a. Gunakan sarung tangan;
b. Kumpulkan dengan forsep atau serokan;
c. Masukkan kedalam kantong plastik berwarna kuning;
d. Buang sarung tangan dalam kantong plastik tersebut;
e. Tutup kantong, masukkan ke wadah jarum atau wadah dinding keras,
kemudian lakukan cuci tangan sesuai prosedur hands hygiene.
5. Tumpahan bahan kimia
a. Upayakan pertolongan pertama pada orang yang terkena;
b. Jauhkan yang tidak berkepentingan dari lokasi tumpahan;
c. Pakailah masker dan sarung angan;
d. Bila tumpahan mudah terbakar, matikan semua api, gas dalam ruangan
tersebut dan matikan listrik yang mungkin mengeluarkan api;
e. Bahan kimia asam dan korosif, netralkan dengan abu soda atau Na
bikarbonat;
f. Tumpahan zat alkali : taburkan pasir diatasnya, bersihkan dan angkat
dengan serokan, dan buang dalam kantong plastik bahan beracun.
I. Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kesehatan
1. Pengertian :
Pemeliharaan petugas kesehatan yang bekerja pada tempat berisiko
tertularnya penyakit.
2. Tujuan :
Untuk mengetahui kesehatan petugas laboratorium yang bekerja pada
tempat yang berisiko.
3. Prosedur :
1. Pemeriksaan darah setiap 6 bulan sekali;
2. Ro Photo Thorax setiap 1 tahun sekali;
3. Immunisasi sesuai Boster.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Mutu Laboratorium
Upaya pengendalian mutu merupakan upaya menjamin tercapai dan
terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, berikut merupakan kegiatan yang
dilakukan dalam pengendalian mutu:
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa
dan bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas;
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga
pelaksana baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu
aktifitas;
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang
tertulis akan menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai;

B. Pemantapan Mutu Internal (PMI)


Pemantapan mutu laboratorium merupakan keseluruhan proses atau semua
tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitia dan ketepatan hasil
pemeriksaan. Sedangkan Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan
pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium
secara terus menerus sehingga tidak terjadi kejadian kesalahan atau
penyimpangan, sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Objek
Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas: tahap praanalitik, tahap analitik dan
tahap pasca-analitik.
1. Tahap Pra-Analitik
PMI tahap pra analitik merupakan tahap mulai mempersiapkan pasien,
mengambil spesimen, menerima spesimen, memberi identitas spesimen,
mengirim spesimen rujukan sampai dengan menyimpan spesimen.
a. Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien
mengenai persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan.
b. Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara
spesimen yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan
mencatat kondisi fisik spesimen.
c. Penanganan spesimen
Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi
penyimpanan spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah
benar untuk pemeriksaan-pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman
spesimen sudah benar.
d. Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian
pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika
Laboratorium Puskesmas tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka
spesimen dikirim ke laboratorium lain dan sebaiknya dikirim dalam
bentuk yang relatif stabil.
e. Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan
dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
Beberapa cara menyimpan spesimen antara lain: disimpan pada suhu
kamar, disimpan dalam lemari es dengan suhu 0 oC-8oC, dapat diberikan
bahan pengawet, penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam
bentuk serum.
2. Tahap Analitik
Tahap analitik adalah tahap mulai dari persiapan reagen, mengkalibrasi
dan memelihara alat laboratorium, uji ketepatan dan ketelitian dengan
menggunakan bahan kontrol dan pemeriksaan spesimen.
a. Persiapan reagen
Reagen memenuhi syarat sesuai standar yang berlaku, masa
kadaluarsa tidak terlampaui, cara pelarutan atau pencampuran sudah
benar, cara pengenceran sudah benar
b. Pemeliharaan peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium adalah peralatan laboratorium, wadah spesimen. Kegiatan
yang dilakukan antara lain:
1) Kalibrasi dan validasi instrumen
2) Pemeliharaan peralatan laboratorium secara teratur dan terjadwal
3) Wadah spesimen harus bersih dan tidak terkontaminasi.
c. Pelaksanaan Prosedur
Pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai protap
masing-masing parameter. Ditahap ini, kegiatan pemantapan mutu yang
dilaksanakan adalah:
1) Pemantauan pelaksanaan prosedur pemeriksaan laboratorium;
2) Melaksanakan tindak lanjut pemantauan pelaksanaan prosedur
pemeriksaan laboratorium.
3. Tahap Pasca Analitik
Tahap Pasca Analitik adalah tahap mulai dari mencatat hasil
pemeriksaan dan melakukan validasi hasil serta memberikan interpretasi
hasil sampai dengan pelaporan.
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) lainnya yang perlu
dilakukan di Puskesmas antara lain:
1. Pembuatan alur pasien, alur pemeriksaan, cara pengambilan
spesimen;
2. Pembuatan prosedur/instruksi kerja untuk pengambilan spesimen dan
setiap jenis pemeriksaan;
3. Penilaian ketepatan waktu penyerahan hasil, evaluasi dan tindak lanjut
evaluasi;
4. Monitoring pelaksanaan pelayanan laboratorium dan hasil;
5. Tindak lanjut monitoring pelaksanaan pelayanan laboratorium dan hasil.

C. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara
periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau
dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.
Penyelenggaraan kegiatan pemantapan mutu eksternal dilaksanakan oleh pihak
pemerintah, swasta atau internasional. Tujuan PME membandingkan hasil
pemeriksaan dari laboratorium lain yang mempunyai metode pemeriksaan yang
sama atau berbeda.
Pemantapan Mutu Eksternal secara rutin diselenggarakan oleh Kementrian
Kesehatan RI dan Laboratorium kesehatan Daerah Provinsi Jawa Barat.
1. Pelaksanaan Pemantapan Mutu Eksternal dari Kementerian Kesehatan RI
a. Kementerian Kesehatan RI mengirim sampel PME ke puskesmas
b. Peserta melakukan pemeriksaan PME sesuai permintaan menggunakan
peralatan atau reagen atau metode yang biasa dilakukan
c. Peserta mengirim kembali formulir hasil pemeriksaan ke Kementrian
Kesehatan RI
d. Peserta menerima nilai, umpan balik dari penyelenggara
e. Peserta melakukan evaluasi, mencari penyebab, mengambil langkah-
langkah perbaikan.
2. Pelaksanaan Pemantapan Mutu Eksternal dari Laboratorium Kesehatan
Daerah Provinsi Jawa Barat
a. Persiapan
1) Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Barat mengirim surat
mengikuti PME ke puskesmas
2) Calon peserta mengisi surat pendaftaran
3) Calon peserta mengirim kembali dan mendaftar
4) Calon peserta diseleksi, bila OK diberi nomer peserta
5) Peserta dikirim sampel
b. Pengiriman sampel
1) Sampel dikirim sekaligus kepada peserta
2) Dokumen lengkap :
Formulir hasil
a) Petunjuk pelaksana
b) Daftar alat dan reagen
c) Daftar pemeriksa
3) Dikirim kepada Penanggungjawab Laboratorium
Sifat pemeriksaan :
a) Hasil laboratorium sendiri
b) Menggunakan alat dan reagen rutin
c) Dikerjakan oleh tenaga yang biasa memeriksa
4) Hasil dikirim secepatnya setelah ditanda tangani penanggung jawab
atau kepala laboratorium.
c. Hasil pemantapan mutu ekternal
1) Hasil yang diterima di Instalasi Laboratorium dicatat tanggal terima
untuk masing – masing siklus
2) Oleh petugas dimasukan di dalam arsip hasil pemantapan mutu
eksternal Laboratorium.
3) Sifat pengolahan data berdasarkan :
a) Metode pemeriksaan
b) Alat yang digunakan
c) Jumlah data yang ada
D. Manajemen Resiko
1. Manajemen resiko laboratorium (SOP)
2. Pelayanan di luar jam kerja (SOP)
3. Pemeriksaan beresiko tinggi (SOP)
4. Waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan lab (SK)
5. Waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan lab cito (SK)
6. Pemantauan waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan lab cito (SOP)
7. Pelaporan pemeriksaan laboratorium yang kritis (SOP).
BAB IX
PENUTUP

Panduan pelayanan Laboratorium disusun sebagai acuan dalam


melaksanakan dan mengembangkan kegiatan pelayanan laboratorium
Puskesmas Cikancung.
Laboratorium merupakan pelayanan kesehatan di Puskesmas sebagai
salah satu bagian penunjang medik diharapkan dapat memberikan informasi
yang teliti dan akurat tentang aspek labolatoris terhadap spesimen atau sampel
yang dilakukan pengujian, sehingga mutu hasil pengujian laboratorium terus
dapat ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta perkembangan penyakit.
Pedoman ini akan diperbaharui apabila diperlukan sesuai dengan
perkembangan serta undang-undang yang berlaku
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya,
sehingga kami dapat menyusun Pedoman Penyelenggaraan Laboratorium
Puskesmas Cikancung. Buku ini diharapkan menjadi acuan bagi setiap pihak
terutama Petugas di Puskesmas Cikancung yang akan melaksanakan kegiatan di
Laboratorium Puskesmas Cikancung.

Dengan pedoman ini semoga dapat memberikan kemudahan bagi semua,


baik pegawai Puskesmas Cikancung ataupun pihak lain yang memerlukan.

Akhir Kata, jika ada kekeliruan atau hal lainnya, maka kritik dan saran demi
perbaikan pedoman ini kami sangat harapkan. Terima kasih.

Cikancung, Maret 2019

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Cikancung

MIA PUSPITAWATI

Anda mungkin juga menyukai