Anda di halaman 1dari 103

BAB I

PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat,


mengakibatkan sistem nilai dan orientasi dalam masyarakatpun mulai berubah.
Masyarakat mulai menuntut pelayanan kesehatan yang lebih baik, lebih ramah dan
lebih bermutu. Akibat tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan yang
terus berkembang ini, maka fungsi rumah sakit sebagai pemberi pelayanan
kesehatan secara bertahap terus ditingkatkan agar bisa memberikan kepuasan
terhadap pasien, keluarga dan masyarakat. Berdasarkan hal itu, maka peningkatan
mutu pelayanan kesehatan rumah sakit perlu dilakukan.
Sebagai rumah sakit tipe C, RS Bhakti Asih Brebes selalu berusaha untuk
meningkatkan dan melengkapi pelayanannya. Bahkan seluruh jajarannya sedang
berusaha untuk menjadi rumah sakit terbaik di kawasan pantura perbatasan Jawa
Tengah dan Jawa Barat, yang menjadi rujukan pengguna jasa pelayanan
kesehatan. Tekad ini sejalan dengan visi, misi serta moto rumah sakit yang sudah
dicanangkan.

A. Latar Belakang
Laboratorium kesehatan yang merupakan bagian dari pelayanan rumah
sakit adalah merupakan bagian instalasi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Laboratorium kesehatan sebagai unit pelayanan penunjang
medis, diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan akurat tentang
aspek laboratoris terhadap spesimen/ sampel yang pengujiannya dilakukan di
laboratorium.
Masyarakat dan tuntutan jaman, menghendaki hasil pengujian
laboratorium terus ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi dan perkembangan penyakit. Untuk meningkatkan kualitas

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 1


pelayanan ini diperlukan sebuah pedoman yang menjadi acuan dan petunjuk
bagi ahli teknologi laboratorium kesehatan dalam menjalankan tugasnya
sesuai dengan standar mutu pelayanan laboratorium.
Sebagai bagian dari Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes, Laboratorium
Klinik selalu berusaha secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas
pelayanannya. Peningkatan pelayananan pemeriksaan ini untuk mencapai
pelayanan dan hasil yang akurat sejalan dengan kebutuhan dan kepuasaan
pelanggan.
Di sisi lain, secara terus menerus dan berkesinambungan laboratorium
kesehatan diharapkan memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan RI, sehingga mutu pelayanannya dapat
dipertanggungjawabkan, memberikan jaminan serta kepuasan kepada
masyarakat/ pengguna jasa laboratorium.
Standar dan mutu pelayanan laboratorim yang telah dicapai dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat atau pengguna jasa, akan pelayanan
dan pemeriksaan yang aman, tepat waktu, akurasi yang tinggi dan dapat
dijadikan dasar untuk tindakan medis selanjutnya.

B. Ruang Lingkup
Pembahasan ruang lingkup pelayanan laboratorium RS. BHAKTI ASIH
BREBES meliputi pasien rawat jalan baik dari UGD maupun dari poliklinik
yang memerlukan pemeriksaan laboratorium, pasien rawat inap yang dirawat
di ruang perawatan RS. BHAKTI ASIH BREBES dan pasien dari dokter luar
RS. BHAKTI ASIH BREBES yang memerlukan pemeriksaan laboratorium.
Pokok bahasan di atas akan dijabarkan secara rinci dalam bentuk sub-sub
bahasan sesuai dengan ketersediaan dan kelengkapan fasilitas dan aktifitas riil
yang ada di laboratorium.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 2


C. Batasan operasional
Sebagai bagian dari RS. Bhakti Asih Brebes yang bertipe C, pelayanan
instalasi laboratorium memerlukan standar tenaga dan jenis pemeriksaan
sebagaimana yang tercantum dalam Pedoman Organisasi Rumah Sakit
Umum. Yakni melaksanakan tugas pemeriksaan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan hematologi meliputi pemeriksaan hematologi
rutin( hb,eritrosit,lekosit,hematokrit, trombosit), masa perdarahan, masa
pembekuan, golongan darah, LED, GDT dan IT RATIO.
2. Pemeriksaan kimia klinik meliputi pemeriksaan glukosa,fungsi hati,
fungsi ginjal, lipid, elektrolit dan faal jantung.
3. Pemeriksaan parasitology dan mikrobiologi meliputi pemeriksaan antara
lain; malaria, BTA Mikroskopis.
4. Pemeriksaan Imunologi/serologi meliputi pemeriksaan antara lain: hbsag,
IgG IgM dengue, NS1 dengue, widal, Hiv, dan HCV.
5. Pemeriksaan Urinalisa meliputi pemeriksaan antara lain: pemeriksaan
urin (mikroskopis dan makroskopis) dan tes kehamilan.
6. Pemeriksaan feses meliputi pemeriksaan mikroskopis dan makroskopis.
7. Pemenriksaan patologi anatomi meliputi pemeriksaan histologi , citologi
dan pap smear.

D. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3495);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411/ Menkes/
Per/ III/ 2010, tentang Laboratorium Klinik;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 298/ Menkes/
SK/ 2008, tentang Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan;

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 3


4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 657/ Menkes/ Per/ III/ 2009 tentang
Pengiriman dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan
Muatan Informasinya;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 658/ Menkes/ Per/ III/ 2009 tentang
Jejaring Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi New Emerging dan
Re-Emerging;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor RI nomor 364/ Menkes/ SK/ III/
2003 tentang Laboratorium Kesehatan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1792/ Menkes/ SK/ III/ 2010
tentang Pedoman Pemeriksaan Kimia klinik;
8. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
tahun 2008 tentang Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang
Benar (Good Laboratory practice).

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 4


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Pelayanan laboratorium tersedia 24 jam (3 shif) untuk melayani pasien


rawat inap dan rawat jalan dan pasien luar rumah sakit. Kegiatan yang ada
didalamnya dilaksanakan oleh beberapa tenaga professional sesuai dangan uraian
tugas masing-masing.

A. Kualifikasi sumber daya manusia


Kualifikasi sumber daya manusia yang bertugas di Laboratorium Klinik
RS. Bhakti Asih Brebes, sebagian besar didominasi oleh tenaga analis
kesehatan sebanyak 12 orang yang dipimpin oleh seorang dokter Patologi
Klinik sebagai Kepala Instalasi Laboratorium.
Untuk menyelesaikan tugas-tugas administrasi dan kebersihan alat di
Instalasi Laboratorium RS. Bhakti Asih Brebes masih dikerjakan oleh seluruh
analis di Instalasi laboratorium RS. Bhakti Asih Brebes.
1. Laboratorium
a. Kepala instalasi
Kepala Instalasi Laboratorium merupakan jabatan fungsional untuk
memimpin dan mengelola sumber daya rumah sakit di Instalasi
Laboratorium guna menunjang kegiatan pelayanan medis termasuk
diantaranya membantu dalam proses transfusi darah. Jabatan Kepala
Instalasi Laboratorium harus dipegang oleh seseorang yang memenuhi
kriteria dan persyaratan tertentu.
1) Kriteria jabatan :
a) Jabatan : Kepala Instalasi Laboratorium
b) Pendidikan formal : Dokter Spesialis Patologi Klinik

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 5


2) Persyaratan jabatan :
a) Memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap professional dalam
pekerjaan kepada pasien mulai dari kegiatan praanalisis, analisis
dan pascaanalisis;
b) Memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap professional dalam
pekerjaan kepada pasien mulai dari kegiatan manajerial
laboratorium;
c) Memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap professional
memberikan keterangan ahli kepada para pelanggan;
d) Memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap professional dalam
mendidik tenaga analis dan administrasi untuk mengembangkan
laboratorium dan sitem kerjanya.

b. Kepala ruang
Kepala Ruang Laboratorium adalah staf analis yang bertugas membantu
Kepala Instalasi Laboratorium guna menunjang pelayanan medis.
Seorang Kepala Ruang harus memenuhi kriteria dan persyaratan
sebagai berikut :
1) Kriteria jabatan :
a) Jabatan : Kepala Ruang Laboratorium.
b) Pendidikan formal : Analis
2) Persyaratan jabatan :
a) Menguasai bidang pelayanan laboratorium, termasuk prosedur
pemeriksaan patologi klinik;
b) Tegas dan disiplin;
c) Mempunyai integritas dan loyalitas yang tinggi.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 6


c. Petugas tekhnis
Petugas tekhnis adalah petugas yang melakukan kegiatan laboratorium
yang meliputi pemeriksaan kimia darah, hematologi, imunoserologi,
analisa urin dan faeces.
1) Kriteria jabatan
a) Jabatan : Petugas teknis laboratorium
b) Pendidikan formal : D III Analis kesehatan
2) Persyaratan jabatan :
a) Mempunyai kemampuan pemeriksa kimia darah, hematologi,
imunoserologi analisa urin dan faeces;
b) Mempunyai kemampuan pengetahuan di bidang Laboratorium
Patologi klinik;
c) Mempunyai loyalitas dan dedikasi yang tinggi;
d) Mempunyai semangat dan etos kerja yang baik.

d. Petugas administrasi
Petugas administrasi adalah staf yang bertugas membantu pimpinan
dalam hal kegiatan administrasi, perkantoran, logistik, dan
kerumahtanggaan dalam rangka untuk dapat terselenggaranya kegiatan
– kegiatan laboratorium.
Oleh karena itu dalam penempatan sebagai petugas administrasi harus
diupayakan untuk memenuhi kriteria dan persyaratan tertentu.
Kriteria jabatan :
a) Mempunyai kemampuan administrasi dan penguasaan manajemen
perkantoran;
b) Berpikir kreatif dan kedisiplinan yang tinggi;
c) Memiliki loyalitas dan dedikasi serta etos kerja yang baik;
d) Bertanggung jawab dan dapat bekerja sama.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 7


Akan tetapi, administrasi Instalasi Laboratorium di RS. Bhakti Asih
Brebes masih dikerjakan oleh analis kesehatan.

B. Distribusi ketenagaan
1. Stuktur Organisasi
Sesuai tuntutan manajemen dan profesionalitas, dari 6 orang yang bertugas
di Laboratorium Klinik RS. Bhakti Asih Brebes didistribusikan untuk
menjalankan tugas fungsionalnya. Distribusi ini sangat diperlukan dengan
mempertimbangkan aspek volume pekerjaan, bidang tugas dan tanggung
jawab.
Guna mengetahui posisi masing-masing personil yang bertugas di
Laboratorium Klinik RS. Bhakti Asih Brebes, dapat dilihat dalam struktur
organisasi berikut ini :
Struktur Organisasi Laboratorium Klinik RS. Bhakti Asih Brebes (Gambar
terlampir)

2. Uraian Tugas
Berikut ini dipaparkan Daftar Nama Jabatan dan Uraian Tugas Tenaga
di Laboratorium Klinik RS. Bhakti Asih Brebes :

Nama : Jamalatul Firdos, A.Md.A.K.


NIK : 19821212 2011 182
Jabatan : Kepala Ruang Laboratorium
Tugas :
1. Mengatur jadwal rotasi tugas analis;
2. Membantu kerja analis;
3. Melakukan pengecekan berkala terhadap persediaan reagen, alat habis
pakai;

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 8


4. Melakukan pemesanan Reagen dibuku permintaan untuk pengajuan
pembuatan surat permintaan (SP) dan alat habis pakai ke bagian
pemesanan;
5. Memantau penyimpanan dan penggunaan alat serta reagen
laboratorium;
6. Menghubungi rekanan kalau ada alat yang troubel;
7. Memantau rekanan alat untuk maintenen rutin;
8. Mengawasi penampilan kerja pelaksana laboratorium;
9. Mengikuti rapat setiap ada undangan rapat di SMF;
10. Melakukan kalibrasi terhadap alat dan pemeriksaan kontrol sebelum
melakukan pemeriksaan terhadap sampel pasien setiap harinya;
11. Stok opnam reagen laporan 1 bulan;
12. Melakukan perbaikan alat apabila ada trobel sebelum teknisi datang.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 9


Nama : Erlin Wahyuningsih, A.Md.A.K
NIK : 19810119 2006 134
Jabatan : Pelaksana Laboratorium
Tugas :
1. Melakukan pemeriksaan sesuai jadwal rotasi;
2. Menginput identitas pasien dan permintaan pemeriksaan sesuai FPPL/
formulir;
3. Melakukan pengambilan specimen;
4. Mengecek dan menyiapkan reagen yang harus disediakan/ yang hampir
habis;
5. Melakukan perawatan harian, mingguan, dan bulanan alat sesuai
dengan petunjuk manual alat;
6. Mengerjakan pemeriksaan dan tugas di bagian kimia klinik,
hematologi, urin, faeces, BTA;
7. Menginput hasil pemeriksaan kimia klinik, hematologi, urin, faeces,
BTA dan mencetak hasil pemeriksaan;
8. Membuat laporan visite dokter perbulan.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 10


Nama : Hesti Sedia Utami,S.Tr.A.K.
NIP : 19
Jabatan : Pelaksana Laboratorium
Tugas :
1. Melakukan pemeriksaan sesuai jadwal rotasi;
2. Menginput identitas pasien dan permintaan pemeriksaan sesuai FPPL/
formulir;
3. Melakukan pengambilan specimen;
4. Mengecek dan menyiapkan reagen yang harus disediakan/ yang hampir
habis;
5. Mengerjakan pemeriksaan dan tugas di bagian kimia klinik,
hematologi, urin, faeces, BTA;
6. Menginput hasil pemeriksaan kimia klinik, hematologi, urin, faeces,
BTA dan mencetak hasil pemeriksaan;
7. Melakukan perawatan harian, mingguan, dan bulanan alat sesuai
dengan petunjuk manual alat;
8. Mengerjakan pemeriksaan dan tugas di bagian kimia klinik,
hematologi, urin, faeces, BTA;
9. Menginput hasil pemeriksaan kimia klinik, hematologi, urin, faeces,
BTA dan mencetak hasil pemeriksaan;
10. Mengerjakan laporan BTA perbulan.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 11


Nama : Naila Afwah Analia, S.Tr.AK
NIK :
Jabatan : Pelaksana Laboratorium
Tugas :
9. Melakukan pemeriksaan sesuai jadwal rotasi;
10. Menginput identitas pasien dan permintaan pemeriksaan sesuai
FPPL/ formulir;
11. Melakukan pengambilan specimen;
12. Mengecek dan menyiapkan reagen yang harus disediakan/ yang
hampir habis;
13. Melakukan perawatan harian, mingguan, dan bulanan alat sesuai
dengan petunjuk manual alat;
14. Mengerjakan pemeriksaan dan tugas di bagian kimia klinik,
hematologi, urin, faeces, BTA;
15. Menginput hasil pemeriksaan kimia klinik, hematologi, urin,
faeces, BTA dan mencetak hasil pemeriksaan;
16. Membuat laporan visite dokter perbulan.

Nama : Dedi Sugiarto, A.Md.A.K.


NIP : 19861005 2011 139
Jabatan : Pelaksana Laboratorium
Tugas :
1. Melakukan pemeriksaan sesuai jadwal rotasi;
2. Menginput identitas pasien dan permintaan pemeriksaan sesuai FPPL/
formulir;
3. Mengecek dan menyiapkan reagen yang harus disediakan/ yang hampir
habis;

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 12


4. Melakukan perawatan harian, mingguan, dan bulanan alat sesuai
dengan petunjuk manual alat;
5. Mengerjakan pemeriksaan dan tugas di bagian kimia klinik,
hematologi, urin, faeces, BTA;
6. Menginput hasil pemeriksaan kimia klinik, hematologi, urin, faeces,
BTA dan mencetak hasil pemeriksaan;
7. Melaksanakan dan menaati peraturan dan prosedur yang ditetapkan;
8. Turut bertanggungjawab atas pengamanan harta dan peralatan di
laboratorium;
9. Melakukan tugas/ fungsinya secara profesional sesuai kode etik profesi;
10. Menyiapkan ATK untuk persediaan 1 bulan

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 13


Nama : Ita Fatmawati, A.Md.A.K.
NIK : 19911010 2013 203
Jabatan : Pelaksana Laboratorium
Tugas :
1. Melakukan pemeriksaan sesuai jadwal rotasi;
2. Melakukan pengambilan specimen sesuai permintaan pemeriksaan
laboratorium dari ruangan/ bangsal;
3. Menginput identitas pasien dan permintaan pemeriksaan sesuai FPPL/
buku;
4. Mengerjakan pemeriksaan dan tugas di bagian kimia klinik,
hematologi, urin, faeces, BTA;
5. Menginput hasil pemeriksaan kimia klinik, hematologi, urin, faeces,
BTA dan mencetak hasil pemeriksaan;
6. Melakukan perawatan harian, mingguan, dan bulanan alat sesuai
dengan petunjuk manual alat;
7. Menginput hasil pemeriksaan lab dan mencetak hasil pemeriksaan
laborat;
8. Melaksanakan dan menaati peraturan dan prosedur yang ditetapkan;
9. Membersihkan dan merapikan tempat pemeriksaan;
10. Turut bertanggung jawab untuk pengamanan harta dan peralatan di
laboratorium;
11. Melakukan tugas/ fungsinya secara professional sesuai kode etik
profesi.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 14


Nama : Bella Febriandini,A.Md.A.K.
NIK : 19
Jabatan : Pelaksana Laboratorium
Tugas :
1. Melakukan pemeriksaan sesuai jadwal rotasi;
2. Melakukan pengambilan specimen sesuai permintaan pemeriksaan
laboratorium di poli klinik;
3. Menginput identitas pasien dan permintaan pemeriksaan sesuai FPPL/
buku;
4. Mengecek, membuat menyiapkan reagen yang digunakan untuk
pemeriksaan kimia klinik;
5. Mengerjakan pemeriksaan dan tugas di bagian kimia klinik,
hematologi, urin, faeces, BTA;
6. Menginput hasil pemerikaan kimia klinik, hematologi, urin, faeces,
BTA dan mencetak hasil pemeriksaan;
7. Melakukan penyimpanan berkas laboratorium;
8. Menginput dan mencetak hasil pemeriksaan laboratorium;
9. Membersihkan dan merapikan tempat pemeriksaan;
10. Melaksanakan dan mentaati peraturan sesuai prosedur yang ditetapkan;
11. Melaporkan adanya penyimpangan hasil pemeriksaan kepada Ka.
Instalasi;
12. Turut bertanggung jawab untuk pengaman harta dan peralatan
dilaboratorium;
13. Melakukan tugas/ fungsinya secara professional sesuai kode etik
profesi.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 15


Nama : Laeli Istiqomah, A.Md.A.K.
NIK :
Jabatan : Pelaksana Laboratorium
Tugas :
1. Melakukan pemeriksaan sesuai jadwal rotasi;
2. Melakukan pengambilan specimen sesuai permintaan
pemeriksaan laboratorium dari ruangan/ bangsal;
3. Menginput identitas pasien dan permintaan pemeriksaan sesuai
FPPL/ buku;
4. Mengerjakan pemeriksaan dan tugas di bagian kimia klinik,
hematologi, urin, faeces, BTA;
5. Menginput hasil pemeriksaan kimia klinik, hematologi, urin,
faeces, BTA dan mencetak hasil pemeriksaan;
6. Melakukan perawatan harian, mingguan, dan bulanan alat
sesuai dengan petunjuk manual alat;
7. Menginput hasil pemeriksaan lab dan mencetak hasil
pemeriksaan laborat;
8. Melaksanakan dan menaati peraturan dan prosedur yang
ditetapkan;
9. Membersihkan dan merapikan tempat pemeriksaan;
10. Turut bertanggung jawab untuk pengamanan harta dan
peralatan di laboratorium;
11. Melakukan tugas/ fungsinya secara professional sesuai kode
etik profesi.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 16


Nama : Munifatus Sholichah,A.Md.A.K.
NIK : 19
Jabatan : Pelaksana Laboratorium
Tugas :
1. Melakukan pemeriksaan sesuai jadwal rotasi;
2. Melakukan pengambilan specimen sesuai
permintaan pemeriksaan laboratorium di poli klinik;
3. Menginput identitas pasien dan permintaan
pemeriksaan sesuai PPL/ buku;
4 Mengecek, membuat menyiapkan reagen yang digunakan untuk
pemeriksaan kimia klinik;
5. Mengerjakan pemeriksaan dan tugas di bagian kimia klinik,
hematologi, urin, faeces, BTA;
6. Menginput hasil pemerikaan kimia klinik, hematologi, urin, faeces,
BTA dan mencetak hasil pemeriksaan;
7. Melakukan penyimpanan berkas laboratorium;
8. Menginput dan mencetak hasil pemeriksaan laboratorium;
9. Membersihkan dan merapikan tempat pemeriksaan;
10. Melaksanakan dan mentaati peraturan sesuai prosedur yang ditetapkan;
11. Melaporkan adanya penyimpangan hasil pemeriksaan kepada Ka.
Instalasi;
12. Turut bertanggung jawab untuk pengaman harta dan peralatan
dilaboratorium;
13. Melakukan tugas/ fungsinya secara professional sesuai kode etik
profesi.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 17


Nama : Putri Ayunung Tyas, A.Md.A.K.
NIK :
Jabatan : Pelaksana Laboratorium
Tugas :
1. Melakukan pemeriksaan sesuai jadwal rotasi;
2. Melakukan pengambilan specimen sesuai
permintaan pemeriksaan laboratorium dari ruangan/ bangsal;
3. Menginput identitas pasien dan permintaan
pemeriksaan sesuai FPPL/ buku;
4. Mengerjakan pemeriksaan dan tugas di
bagian kimia klinik, hematologi, urin, faeces, BTA;
5. Menginput hasil pemeriksaan kimia klinik,
hematologi, urin, faeces, BTA dan mencetak hasil pemeriksaan;
6. Melakukan perawatan harian, mingguan, dan bulanan alat sesuai
dengan petunjuk manual alat;
7. Menginput hasil pemeriksaan lab dan mencetak hasil
pemeriksaan laborat;
8 Melaksanakan dan menaati peraturan dan prosedur yang
ditetapkan;
9. Membersihkan dan merapikan tempat pemeriksaan;
10. Turut bertanggung jawab untuk pengamanan harta dan peralatan di
laboratorium;
11. Melakukan tugas/ fungsinya secara professional sesuai kode etik
profesi.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 18


3. Analisa Kebutuhan Tenaga
a. Standar Ketenagaan Laboratorium Klinis Rumah Sakit Tipe C
b. Daftar tenaga yang dimiliki Laboratorium RS. Bhakti Asih Brebes
c. Perhitungan beban kerja untuk kebutuhan pegawai berdasarkan:
1) Rata-rata pasien per hari
2) Jam pengerjaan parameter/ hari/ pasien
3) Jam pengambilan sampel yang diperlukan/ pasien/ hari
4) Jam pengolahan sampel/ pasien/ hari
5) Jam kerja efektif setiap analis/ hari (7 jam/ hari)
d. Rata-rata jam pengerjaan sampel per hari
1) Rawat Jalan
a) Pra Analitik
 Adminitrasi pemeriksaan kelengkapan data pasien 2
menit/ pasien
 Pengambilan sampel darah dan pembagian sampel
dalam tabung 5 menit
 Input data di LIS 3 menit/ pasien
 Pemusingan sampel dan pendataan sampel siap di kirim
ke ruangan (kimia darah) 6 menit/ pasien
b) Analitik
 Melakukan pemeriksaan hematologi 20 menit/ pasien
 Melakukan pemeriksaan urinalisa, narkoba, HCG 30
menit/ pasien/ pemeriksaan
 Melakukan pemeriksaan faeces 30 menit
 Melakukan pemeriksaan imunoserologi 15 menit/
pasien/ pemeriksaan
c) Pasca Analitik
 Mencetak hasil dari print out LIS 5 menit/ pasien

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 19


 Mencatat hasil pemeriksaan ke buku kerja dan buku
induk 15 menit
2) Rawat Inap
a) Pra Analitik
 Menyiapkan tabung pemeriksaan (pemberian
label,menulis buku sampling) 30 menit
 Melakukan sampling ke ruangan sesua permintaan dan
membagi kebutuhan sampel darah sesuai jenis pemeriksaan
60 menit
b) Analitik
 Waktu melakukan pemeriksaan hematologi 20 menit
 Waktu melakukan pemeriksaan kimia klinik 65 menit
 Waktu melakukan pemeriksaan
 Imunoserologi (table 3 terlampir)
 Waktu melakukan pemeriksaan cairan tubuh (table 4
terlampir)
c) Pasca Analitik
 Mencetak hasil dari print out LIS 5 menit/ pasien
 Memasukan hasil pemeriksaan ke dalam buku kerja dan
buku induk 15 menit (belum terlaksana kendala di tenaga)
e. Rumus perhitungan :

AXBXC
XxY

A : Jumlah rata-rata pasien/ hari


B : Jumlah jam perawatan efektif/ hari
C : Jumlah hari dalam satu tahun (365 hari)
X : Jumlah hari efektif/ tahun (286 hari)

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 20


Y : Jumlah jam kerja efektif perawatan (7 jam)

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 21


Hasil :
1. Jumlah rata-rata pasien perhari 90 pasien
2. Jumlah rata-rata jam pemeriksaan perpasien 90 menit pasien
3. Jumlah kebutuhan tenaga : 90 x 90 x 365 = 2.956.500 = 25 org
286 x 420 = 120.120

C. Pengaturan jaga
Tujuan utama pengaturan jaga adalah untuk megoptimalkan pelayanan
demi kepuasan pelanggan. Semua pasien atau pengguna jasa bisa
mendapatkan layanan Laboratorium Klinik RS. Bhakti Asih Brebes, diatur
waktu dan petugasnya, diselaraskan dengan volume pekerjaan.
1. Waktu pelaksanaan pemeriksaan diatur sebagai berikut :
a. Waktu pemeriksaan di laboratorium induk adalah :
Pagi : pukul 07.00 - 14.00 WIB
Sore : pukul 14.00 - 21.00 WIB
Malam : pukul 21.00 - 07.00 WIB
b. Waktu pemeriksaan laboratorium poliklinik adalah :
Pukul 07.00 – 21.00 WIB

2. Pembagian shift di Instalasi Laboratorium Klinik RS. Bhakti Asih Brebes


dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Petugas analis dinas pagi, berjumlah 4 orang
Melakukan pemeriksaan di laboratorium induk dan poliklinik dengan
pembagian tugas sebagai berikut :
1) Pelaksana sampling laboratorium poli 1 orang;
2) Pelaksana sampling laboratorium ruang perawatan 1 orang;
3) Pelaksana quality control semua alat 1 orang
4) Pelaksana hematologi, kimia darah, BTA, faeces, urin 1 orang;

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 22


5) Pelaksana administrasi laboratorium sementara dipegang oleh analis
kesehatan.

b. Petugas analis dinas sore, berjumlah 2 orang


Melaksanakan pemeriksaan imunoserologi, kimia darah, faeces, urin,
dan BTA termasuk keliling bangsal.

c. Petugas analis dinas malam, berjumlah 2 orang


Melaksanakan pemeriksaan imunoserologi, kimia darah, faeces, urin,
dan BTA termasuk keliling bangsal.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 23


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Pada dasarnya, luasan ruang Laboratorium Klinik RS. Bhakti Asih
Brebes mampu menampung peralatan yang dipergunakan, aktifitas dan
jumlah petugas yang berhubungan dengan spesimen/ pasien untuk kebutuhan
pemeriksaan laboratorium. Ruang ini ditata sedemikian rupa sesuai alur
pelayanan dan memperoleh sinar matahari/ cahaya dalam jumlah yang cukup.
1. Ruang Tunggu
a. Luas bangunan :1X3m
b. Dinding : tembok
c. Atap : eternity
d. Lantai : keramik
e. Fasilitas : 2 kursi
f. Pintu : 2m
2. Ruang Administrasi
a. Luas bangunan : 2 x 3 m2
b. Dinding : tembok+keramik
c. Atap : eternit + genteng
d. Lantai : keramik ukuran 1.25 x 3 m2
e. Alat : komputer 2 unit, lemari arsip
f. Meja kerja
g. Kursi

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 24


3. Ruang sampling
a. Luas bangunan : 2.5 x3 m2
b. Dinding : tembok+keramik
c. Atap : eternit + genteng
d. Pintu : 90 x 2 m2
e. Lantai : keramik ukuran 2.5 x 3 m2
f. Tempat tidur pasien: stenlis ukuran 60 x 1.90 m2
g. Alat :-
h. Meja kerja : kayu ukuran 60 x 1, 10 m2
4. Ruang dokter
a. Luas bangunan : 2,5 x 2.5 m2
b. Dinding : tembok+keramik
c. Atap : eternit + genteng
d. Pintu : 90 x 2 m2
e. Lantai : keramik ukuran 3 x 3.5 m2
f. Alat : lemari arsip
g. Meja kerja : 1 buah
h. Kursi : 2 buah
i. AC : 1 PK
5. Ruang Pemeriksaan Induk
a. Luas bangunan : 6 x 9 m2
b. Dinding : tembok+keramik
c. Atap : eternit + genteng
d. Jendela kaca : 4,5 x 3 m2
e. Pintu : 90 x 2 m2
f. Lantai : keramik ukuran 6 x 9 m2
g. Meja kerja Timur : keramik 1 x 6 m
h. Meja Kerja Selatan : Keramik 1X 6 m

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 25


i. Wastafel : 50 x 70 cm2
j. Kursi : lipat dan besar 3 kursi bakso 10
k. Alat : BS 120, Mikroskop, centrifuge, Respon
920, Sismex Hematologi, HbA1C, Uriscan, ESR
l. AC : 1,5 PK
m. Lampu : 6 x 23 watt
6. Kamar Mandi petugas
a. Luas bangunan : 2 x 2 m2
b. Dinding : tembok+keramik
c. Atap : eternit + genteng
d. Ventilasi : 60 x 90 cm
e. Pintu : 80 x 2 m2
f. Lantai : keramik ukuran 2 x 2 m2
g. Alat : kran air

B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas Penunjang, meliputi :
a. Tersedianya penampungan/ pengolahan limbah laboratorium, dimana
pengolahan limbah cair terhubung langsung dengan penampungan dan
pengolahan limbah rumah sakit;
b. Peralatan keselamatan dan keamanan kerja sudah tersedia sesuai
kebutuhan;
c. Penempatan AC di setiap ruangan sesuai kebutuhan;
d. Penerangan menggunakan lampu neon di setiap ruangan sesuai
kebutuhan;
e. Listrik mempunyai aliran tersendiri dengan daya disesuaikan dengan
besarnya arus listrik pada masing – masing alat laboratorium.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 26


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

 Pendaftaran dan pencatatan


1. Pendaftaran
Prinsip pendaftaran pasien yang membutuhkan pemeriksaan di
Laboratorium Klinik RS. Bhakti Asih Brebes pada dasarnya harus
teridentifikasi dengan baik, benar dan lengkap. Masing-masing pasien
memiliki persyaratan administrasi yang berbeda, tergantung dari asal usul
pasien dan jenis pemeriksaan yang dibutuhkan.
Berikut ini ketentuan administrasi yang harus dipenuhi pasien sesuai
dengan asal usul pasien dan jenis pemeriksaannya :
a. Pasien umum
1) Pasien datang ke loket pendaftaran;
2) Membawa formulir permintaan pemeriksaan laboratorium ke
dokter/ poli yang dituju
3) Membayar ke loket pembayaran
4) Verifikasi petugas laboratorium
5) Pengambilan sampel sesuai formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium
6) Menunggu hasil pemeriksaan sesuai waktu tunggu hasil yang sudah
ditentukan
7) Kembali ke dokter pengirim.

b. Pasien dengan menggunakan Asuransi Kesehatan

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 27


1) Pasien mendaftar ke loket pendaftaran poliklinik untuk
mendapatkan SEP.
2) Berkas asuransi divalidasi oleh petugas poliklinik.
3) Pasien membawa formulir pemeriksaan dari dokter spesialis ke
laboratorium.
4) Formulir pemeriksaan diserahkan ke petugas laboratorium.
5) Identifikasi pasien oleh petugas laboratorium.
6) Pengambilan sampel oleh petugas laboratorium.
7) Menunggu hasil selesai sesuai waktu tunggu yang telah ditentukan.
8) Hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien .
9) Pasien menyerahkan hasil laboratorium kepada dokter .
Setelah persyaratan administrasi di atas dilengkapi identitas pasien
pada lembar permintaan pemeriksaan laboratorium harus diisi dengan
jelas antara lain: nama, no rekam medik, tanggal lahir, tanggal order,
alamat, dokter pengirim, dan jenis pemeriksaan laboratorium. Hal ini
sangat diperlukan dikarenakan untuk menghindari kesalahan yang bisa
berdampak pada tindakan pemeriksaan/ hasil.

2. Pencatatan
Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis
kegiatannya. Setidaknya ada 5 jenis pencatatan, yakni :
a. Pencatatan kegiatan pelayanan
b. Pencatatan keuangan
c. Pencatatan logistik
d. Pencatatan kepegawaian
e. Pencatatan kegiatan lain, seperti pemantapan mutu internal, keamanan
laboratorium dan lain-lain.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 28


Bahasan ini hanya akan menjelaskan tentang pencatatan kegiatan
pelayanan saja. Pencatatan kegiatan pelayanan dapat dilakukan dengan
membuat buku sebagai berikut :
a. Buku register penerimaan spesimen terdapat di loket berisi data pasien
(nama, nomor rekam medik, tanggal lahir, alamat, jenis kelamin,
tanggal order, dokter pengirim, ruangan, diagnosa) dan jenis
pemeriksaan laboratorium;
b. Buku register besar/ induk berisi data-data pasien secara lengkap serta
hasil pemeriksaan spesimen;
c. Buku register/ catatan kerja harian tiap tenaga :
1) Data masing-masing pemeriksaan;
2) Data rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang diterima.
d. Buku register pemeriksaan rujukan;
e. Buku komunikasi pertukaran petugas (shift);
f. Buku register perawatan/ perusakan;;
g. Buku stok alat dan reagen;
h. Buku catatan kalibrasi;
Pencatatan kegiatan pelayanan di Laboratorium Klinik RS. Bhakti
Asih Brebes ada 2 hal :
a. Pasien rawat jalan
Setiap pasien yang membutuhkan pemeriksaan penunjang laboratorium
terlebih dahulu akan diverifikasi oleh petugas laboratorium setelah
melengkapi administrasi untuk pemeriksaan laboratorium. Formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium dari dokter pengirim akan
dicocokkan dengan minimal nama dan rekam medik pasien. Jika sudah
sesuai maka akan disalin di buku penerimaan pasien rawat jalan
laboratorium, kemudian diserahkan ke petugas sampling dilanjutkan
dengan tindakan pengambilan sampel, dicatat waktu jam pengambilan
sampel.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 29


Data kelengkapan pasien dan permintaan pemeriksaan laboratorium
akan diinput di SIM RS sesuai formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium oleh petugas administrasi kemudian diserahkan pada
petugas pemeriksa sesuai jadwal tugas. Setelah pemeriksaan selesai
hasil diinput kemudian dicatat dibuku register laboratorium rawat jalan
sesuai identitas pasien diverifikasi petugas pemeriksa setelah hasil valid
akan diserahkan ke petugas administrasi. dicatat jam selesai dan jam
pengambilan diserahkan ke petugas verifikasi pertama kemudian
diserahkan ke pasien yang bersangkutan untuk kembali ke dokter
pengirim.

b. Pasien rawat inap


Pencatatan pasien rawat inap di laboratorium RS. Bhakti Asih Brebes
sebagai berikut :
1) Petugas Rawat inap (perawat) menghubungi petugas laboratorium
bahwa akan ada pemeriksaan laboratorium;
2) Permintaan pemeriksaan laboratorium tercatat lengkap dengan
identitas pasien;
3) Petugas laboratorium menyalin di buku pemeriksaan laboratorium
rawat inap. Menyalin di buku sampling, setelah melakukan sampling
petugas laboratorium menginput data pasien lengkap nama, no
rekam medik, tanggal lahir/ umur, alamat, dokter pengirim, status
pasien, tanggal order, nama ruangan tempat pasien dirawat dan jenis
pemeriksaan;
4) Setelah selesai dilakukan pemeriksaan dicatat di buku kerja
pemeriksaan rawat inap kemudian di salin di buku Register
laboratorium rawat inap;

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 30


5) Petugas laboratorium membagi hasil pemeriksaan dan mengecek
ulang identitas pasien sebelum diberikan pada petugas rawat inap
(perawat).

 Pengelolaan spesimen
Yang dimaksud pengelolaan spesimen adalah sebuah proses tata
laksana pengambilan spesimen hingga masuk menjadi sampel pemeriksaan.
1. Macam-macam spesimen :
a. Spesimen yang berasal dari manusia (spesimen infeksius), terdiri dari :
serum, plasma, darah (whole blood), urin, tinja, dahak,
2. Persiapan pengambilan spesimen
a) Persiapan pasien untuk pengambilan spesimen pada keadaan basal :
1) Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8 – 12 jam
sebelum diambil darahnya;
2) Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00 –
09.00
a) Menghindari obat-obatan sebelum spesimen diambil
b) Menghindari aktifitas fisik/ olahraga sebelum spesimen diambil
c) Memperhatikan posisi tubuh. Untuk keseimbangan cairan
tubuh, pasien dianjurkan duduk tenang sekurangnya 15 menit.

 Pemeriksaan Laboratorium
1. Respons Time (Turn Around Time)/ Waktu Tunggu
Definisi respons time/ turn around time/ waktu tunggu adalah waktu yang
dibutuhkan dari sejak mulai sampel diterima di laboratorium sampai hasil
siap dipublikasikan.
a. Patologi Klinik

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 31


Pemeriksaan reguler : sesuai pedoman standar pelayanan
minimal, respons time < 140 menit, kecuali untuk pemeriksaan khusus
(sesuai lampiran).
Pemeriksaan Cito : ≤ 2 jam
b. Mikrobiologi Klinik
Pengecatan BTA Metode Ziehl Neelsen (ZN) :
Pelaporan hasil secara tertulis dapat diperoleh dalam 6 (enam jam),
hasil secara lisan dapat diminta melalui telepon dalam waktu 4 jam.
Setelah melaksanakan pengambilan dan mempersiapkan spesimen yang
akan diteliti, akan dilanjutkan dengan prosedur pemeriksaan.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 32


2. Hal-hal yang mempengaruhi proses pemeriksaan antara lain :
a. Diet
b. Obat-obatan
c. Merokok
d. Alkohol
e. Aktifitas fisik
f. Ketinggian permukaan laut
g. Demam
h. Trauma
i. Variasi circadian rytme
j. Jamur
k. Ras
l. Jenis kelamin
m. Kehamilan

3. Jenis pemeriksaan meliputi :


a. Urin
1) Urinalisa + mikroskopik
2) Reduksi
3) Tes Kehamilan (Rapid)
4) Narkoba
b. Tinja (Analisa Faeces)
1) Rutin
2) Darah Samar
c. Hematologi
1) Darah Rutin
2) Darah lengkap dan LED
3) Difcount

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 33


4) Retikulosit
5) LED/ BBS
6) Golongan darah
7) Hitung jenis leukosit
8) Gambaran darah tepi
9) Malaria
d. Koagulasi/ Hemostasis
1) Waktu pendarahan
2) Waktu pembekuan
e. Kimia klinik
1) Glukosa sewaktu
2) Glukosa puasa
3) Glukosa 2 jam PP
4) HbA1c
5) CK-MB
6) CK
7) LDH
8) Trigliserid
9) Kolesterol Total
10) Kolesterol – HDL
11) Kolesterol – LDL
12) Protein Total
13) Albumin
14) Globulin
15) SGOT
16) SGPT
17) Gamma GT
18) Ureum
19) Kreatinin

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 34


20) Asamurat
21) Alkali fosfatase
22) Elektrolit (Natrium, Kalium, Klorida)
f. Imunoserologi
1) Widal
2) HIV
3) HBsAG
4) Dengue Blood (lg G/lg M)
5) HCV
6) NS1
g. Mikrobiologi
1) BTA (mikroskopis)

 Pengelolaan Limbah
Instalasi laboratorium klinik merupakan salah satu sumber penghasil
limbah. Baik limbah cair, padat dan gas yang sangat berbahaya bila tidak
ditangani secara benar. Karena itu pengelolaan limbah harus dilakukan sesuai
SPO (standar operasi prosedur ) agar tidak menimbulkan dampak negatif.
Instalasi laboratorium Klinik RS. Bhakti Asih Brebes, termasuk sumber
penghasil limbah seperti pelarut organik, bahan kinia untuk pengujian, air
bekas pencucian alat dan sisa spesimen darah dan cairan tubuh (cair),
peralatan habis pakai seperti jarum (ekskreta) dan medium pembiakan
(padat), serta limbah gas yang dihasilkan oleh generator, sterilisasi dengan
etilen oksida atau termometer yang pecah (air raksa).
Limbah-limbah itu bisa berasal dari bahan baku yang kadaluwarsa,
bahan habis pakai, produk proses di dalam laboratorium (sisa spesimen) serta
produk upaya penanganan limbah, seperti jarum suntik habis pakai setalah
diotoklaf (dihancurkan). Limbah itu bisa bersifat beracun, infektif, radioaktif.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 35


1. Penanganan dan penampungan Limbah
Tujuan dari kegiatan penampungan dan penanganan limbah ini adalah
menghindari penyebarluasan/ penularan penyakit, terjaganya kebersihan
lingkungan dan terciptanyanya keamanan dan keselamatan kerja.
Seluruh limbah yang ada di Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes, termasuk
yang ada di Laboratorium Klinik dibedakan dan dikategorikan menjadi :
a. Limbah umum
Dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Domestik (organik)
Limbah yang berasal dari : daun, sisa makanan,rumput, kertas,
kardus dll, ditempatkan pada tempat penampungan dengan kantong
plastik warna hitam. Diambil oleh petugas Instalasi Pengolahan
Limbah Rumah Sakit ( IPLRS) untuk dibawa Tempat Penampungan
Sampah (TPS).
2) Domestik (anorganik)
Limbah yang berasal dari plastik, pembungkus spuit/ infuse set,
kaca, kaleng, kayu, kemasan makanan/ minuman, ditempatkan pada
tempat penampungan dengan kantong plastik warna hitam. Diambil
oleh petugas IPLRS setiap hari dan dibawa ke TPS.

b. Limbah khusus
Adalah semua yang berhubungan dengan proses pemeriksaan dan
berhubungan dengan spesimen terbagi dalam bentuk padat dan cair.
1) Khusus padat :
a) Medis : limbah yang berasal dari alat habis pakai (verban, kapas,
tisu, sisa operasi dll) ditempatkan di tempat penampungan
kantong plastik warna kuning yang disiapkan di tempat sampah.
Diambil oleh petugas IPLRS setiap hari dan dibawa ke TPS.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 36


b) Jarum suntik : limbah yang berasal dari spuit pengambilan darah
di tempat penampungan, diambil oleh petugas IPLRS setiap hari
dan dibawa ke TPS.
2) Khusus Cair
Limbah cair terdiri dari peralatan organik,bahan kimia untuk
pengujian, air bekas cucian, sisa spesimen (darah/ urine dll)
ditempatkan pada tempat khusus dibuang lewat wastafel yang sudah
terhubung langsung dengan Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL).
Alur Penanganan dan Pembuangan Limbah Laboratorium Klinik
RS. Bhakti Asih Brebes. (Tabel 4. Terlampir)

 Laporan Hasil
Kegiatan dan hasil pemeriksaan laboratorium dilaporkan secara periodik.
Adapun laporan kegiatan pelayanan laboratorium terdiri dari :
1. Laporan kegiatan rutin harian/ bulanan/ triwulan dan tahunan
2. Laporan hasil pemeriksaan
a. Tanggungjawab manajemen untuk membuat format hasil
Manajemen laboratorium harus membuat format laporan hasil
pemeriksaan. Format laporan dan cara mengkomunikasikannya kepada
pemakai harus ditentukan dengan mendiskusikannya dengan pengguna
jasa laboratorium.
b. Penyerahan hasil tepat waktu
Manajemen laboratorium ikut bertanggungjawab atas diterimanya hasil
pemeriksaan kepada orang yang sesuai dalam waktu yang disepakati.
c. Komponen laporan hasil pemeriksaan
Hasil harus dapat dibaca tanpa kesalahan dalam tulisan dan dilaporkan
kepada orang yang diberi wewenang untuk menerima dan
menggunakan informasi medis. Laporan setidaknya harus mencakup
hal-hal berikut :

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 37


1) Identifikasi dari pemeriksaan yang jelas dan tidak ragu-ragu
termasuk prosedur pengukuran bila perlu;
2) Identifikasi laboratorium yang menerbitkan laporan;
3) Identifikasi khas dan bila mungkin lokasi pasien serta tujuan dari
laporan;
4) Nama atau identitas khas lain dari pemohon dan alamat pemohon;
5) Tanggal dan waktu pengumpulan sampel primer, apabila tersedia
dan relevan dengan pelayanan pasien serta waktu penerimaan oleh
laboratorium;
6) Tanggal dan waktu penerbitan laporan harus dapat diperoleh dengan
segera jika diperlukan;
7) Sumber dan sistem organ sample primer. Misalnya darah vena dan
pus luka;
8) Bila dapat digunakan, hasil pemeriksaan dilaporkan dalam unit
Standar Internasional atau tertelusur hingga unit Standar
Internasional;
9) Interval acuan biologis apabila dapat digunakan;
10) Interpretasi hasil apabila dapat digunakan;
11) Tanggapan lain (misalnya mutu atau kecukupan dari sumber primer
yang dapat merusak hasil, hasil/ interpretasi dari laboratorium
rujukan, penggunaan dari prosedur yang dikembangkan, dan apabila
dapat digunakan, informasi tentang batas deteksi dan ketidakpastian
pengukuran). Laporan hendaknya mengidentifikasi pemeriksaan
yang dilakukan sebagai bagi dari suatu program pengembangan (jika
demikian halnya, tidak ada syarat untuk kerja pengukuran);
12) Identifikasi dari petugas yang diberi wewenang pengeluarkan hasil;
13) Jika relevan, hasil asli dan hasil yang diperbaiki;
14) Apabila mungkin, tandatangan atau otorisasi dari petugas yang
memeriksa atau menerbitkan laporan.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 38


Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 39
 Nilai Rujukan
Nilai rujukan diperlukan untuk interpretasi hasil laboratorium. Definisi:
Rentang antara dan meliputi 2 batas rujukan, yaitu batas atas rujukan dan
batas bawah rujukan, yang diperkirakan meliputi suatu persentase tertentu
(biasanya 95%) nilai pada suatu populasi yang darinya diambil subyek
rujukan.
Rentang nilai rujukan dapat bervariasi tergantung dengan kondisi demografis,
alat yang dipakai serta metode yang berbeda. Sumber referensi adalah
sumber data yang digunakan sebagai referensi penetapan nilai rujukan.
Berasal dari buku, penetapan organisasi maupun dari pabrikan tempat asal
reagen yang digunakan.
No. Parameter Satuan Umur Nilai rujukan Sumber
referensi
1 HEMATOLOGI
CBC
Lekosit 10³/l ♂ : 4.23-9.04 Insert kit
♀ : 3.98-10.04
Lahir 13-38 SYSMEX
2 mgg 5-20
2 bl 5.5-18
6 bl 6-17.5
1 th 6-17.5
2-6 th 5.5-15.5
6-12 th 4.5-13.5
Dws 4.4-11.3
2 eritrosit (RBC) 106/Ul ♂ : 4.63-6.08 Insert kit
♀ : 3.93-5.22
Lahir 4.3-6.3 SYSMEX

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 40


2 mgg 3.7-6.1
2 bl 2.8-4.8
6 bl 3.2-5.2
1 th 3.6-5.2
2-6 th 3.7-5.7
6-12 th 3.8-5.8
Dws
Lk 4.5-5.9
Pr 4.1-5.1

TABEL NILAI RUJUKAN


No. Parameter Satuan Umur Nilai rujukan Sumber referensi
3 Hemoglobin (Hb) g/dL ♂ : 13.7-17.5
♀ : 11.2-15.7
Lahir 15.2-23.6 SYSMEX
2 mgg 12.7-18.7
2 bl 9.2-13.6
6 bl 10.1-12.9
1 th 10.7-13.1
2-6 th 10.7-14.7
6-12 th 10.8-15.6
Dws
Lk 14.0-17.5
Pr 12.3-15.3
4 Hematokrit (Ht) % ♂ : 40.1-51.0
♀ : 34.1-44.9
Lahir 44-72 SYSMEX
2 mgg 42-62
2 bl 30-46

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 41


6 bl 32-44
1 th 35-43
2-6 th 31-43
6-12 th 33-45
Dws
Lk 40-52
Pr 35-47
5 MCV U ♂ : 79.0-92.2 Insert kit
♀ : 79.4-94.8
Lahir 98-122 SYSMEX
2 mgg 84-128
2 bl 81-121
6 bl 73-109
1 th 74-106
2-6 th 73-101
6-12 th 69-93
Dws 80-96

6 MCH pcg ♂ : 25.7-32.2 Insert kit


♀ : 25.6-32.2
Lahir 33-41 SYSMEX
2 mgg 26-38
2 bl 24-36
6 bl 21-33
1 th 23-31
2-6 th 23-31
6-12 th 22-34
Dws 28-33

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 42


7 MCHC g/dL ♂ : 32.3-36.5 Insert kit
♀ : 32.2-35.5
Lahir 31-35 SYSMEX
2 mgg 26-34
2 bl 26-34
6 bl 26-34
1 th 28-32
2-6 th 26-34
6-12 th 32-36
Dws 33-36

8 Jumlah trombosit 103/uL ♂ ♀


163-337 182- Insert kit
Lahir 369
2 mgg SYSMEX
2 bl 217-497
6 bl 229-
1 th 181-521 553
2-6 th
6-12 th 184-
Dws 488

9 Diff
Netrofil % ♂ : 34.0-67.9 Insert kit
♀ : 34.0-71.1
Bayi 17-60 SYSMEX
Anak2 25-60
Dewasa 50-70

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 43


10 Limfosit % ♂ : 21.8-53.1 Insert kit
♀ : 19.3-51.7
Bayi 20-70
Anak2 25-50
Dewasa 25-40
11 Monosit % ♂ : 5.3-12.2 Insert kit
♀ : 4.7-12.5
Bayi 1-11 SYSMEX
Anak2 1-6
Dewasa 2-8
12 Eosinofil % ♂ : 0.8-7.0 Insert kit
♀ : 0.7-5.8
Bayi 1-5 SYSMEX
Anak2 1-5
Dewasa 2-4
13 Basofil % ♂ : 0.2-1.2 Insert kit
♀ : 0.1-1.2
Bayi 0-1 SYSMEX
Anak2 0-1
Dewasa 0-1
15 Protrombin Time Detik 10-15 Kemenkes, 2011
(PT)

15 Activated Partial Detik 21-45 Kemenkes, 2011


Tromboplastin
Time (APTT)
15 INR 0.8-1.2 Kemenkes, 2011

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 44


14 LED ♂ ♀
LED 1 jam mm/jam 17-50th <15 <25 DIASYS
51-60th <20 <30
61-70th
>70th
15 LED 2 jam mm/jam DIASYS

16 KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu mg/dL 200 DIASYS

17 Glukosa puasa mg/dL 75-115 Insert kit


Lahir 40-60 Kemenkes, 2011
>1 hr 50-80
Anak2 60-100
Dws 74-106
18 Glukosa 2 jam PP mg/dL < 120 Kemenkes, 2011

19 Kolesterol total mg/dL 220 Insert kit


0-4 th 112-203 Kemenkes, 2011
5-24 th 121-216
25-34 th
Lk 133-254
pr 128-230
35-44 th
Lk 146-268
Pr 140-252
45-60 th
Lk 158-276
Pr 152-300

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 45


Desirable <200 DIASYS
Borderline 200-240
high >240
High
20 Kolesterol HDL mg/dL ♂ ♀
>55mg >65mg/dl Insert kit
Prognostic /dl DIASYS
baik 45 – 65
35 – mg/dl
Tingkat 55
resiko mg/dl
<45 mg/dl

standar <35
Risiko mg/dl
tinggi
21 Kolesterol LDL mg/dL 150mg/dl Insert kit/DIASYS
22 Trigliserida mg/dL 150mg/dl Insert kit/DIASYS
23 SGOT U/L ♂ ♀ Insert kit
>37 ul >31 ul DIASYS

24 SGPT U/L ♂ ♀ Insert kit


>42 ul >32 ul DIASYS

25 GGT U/L ♂ ♀ Insert kit


(serum,EDTA,pla 11-61 ul 9-39ul DIASYS
sma)

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 46


26 Bilirubin total mg/dL Bayi baru 5 mg/dl Insert kit
lahir 12 mg/dl DIASYS
>5 hari 1.5mg/dl
>1 bulan 1.1 mg/dl
dws
27 Bilirubin direk mg/dL Dws 0.25 mg/dl Insert kit/DIASYS

28 Ureum mg/dL 10 – 50 mg/dl Insert kit/DIASYS


20–35 gr/24 jam
29 Kreatinin mg/dL ♂ ♀
0.6- 0.5-0.9 Insert kit
1.1 mg/dl DIASYS
mg/dl (serum1.00
0-1.500
mg/24 jam
(urin)
30 Asam urat mg/dL ♂ ♀
3.4- 2.4-5.7 Insert kit
7.0 mg/dl DIASYS
mg/dl (serum,hep
arin
plasma,ED
TA –
plasma)
250-1.500
mg/24 jam
(urin)
32 Total protein g/dL Neonatus 4.6-7.0 Kemenkes, 2011
1 minggu 4.4-7.6 DIASYS

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 47


7 bl-1 th 5.1-7.3
1-2th 5.6-7.5
>3 th 6.0-8.0
Dws sehat 6.4-8.3
Dws sakit Dws sht (-0.2)
> 60 th
33 Albumin g/dL 0-4 hr 2.8-4.4 Kemenkes, 2011
4 hr-14 th 3.8-5.4 DIASYS
14 th-dws 3.2-4.8
34 Natrium mmol/L 135-148 Insert kit/MEDICA
35 Kalium mmol/L 3.5-5.3 Insert kit/MEDICA
36 Klorida mmol/L 98-107 Insert kit/MEDICA
37 CRP mg/L <10 Insert kit
38 CKMB ng/mL <7 Insert kit/DIASYS
Imunoserologi
39 PSA ng/mL <4 Insert kit
40 CEA ng/mL Non 4 Insert kit
perokok 5
Perokok

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 48


G. Penanganan Nilai Kritis

Penetapan dan penanganan nilai kritispemeriksaan laboratorium di Rumah


Sakit Bhakti Asih Brebes berdasarkan kesepakatan SMF yang ada di lingkungan
Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes.
Prosedur Penyampaian Hasil Kritis
Pengertian : Hasil kritis (Critical Value) adalah hasil pemeriksaan laboratorium
yang abnormal dan mengindikasikan kelainan atau gangguan
yang dapat mengancam jiwa dan memerlukan penanganan seger
oleh DPJP.
Tujuan : Agar tidak terjadi keterlambatan penanganan pasien yang
mengalami kegawatan atau keadaan kritis.
Kebijakan : Setiap hasil kritis yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium
di Instalasi Laboratorium Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes harus
segera dilaporkan kepada Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP) / Dokter pengirim, atau perawat penanggung jawab
sebelum hasil dicetak di kertas.
Prosedur I : Dilaporkan oleh analis laboratorium kepada petugas ruangan
perawatan :
a. Petugas laboratorium melakukan validasi hasil nilai kritis
dengan salah satu langkah yaitu pemeriksaan ulang atau
duplo dengan metode yang berbeda, melihat hasil
pemeriksaan sebelumnya atau melihat kondisi klinis atau
diagnosis pasien.
b. Petugas laboratorium melaporkan nilai kritis kepada dokter
penanggungjawab laboratorium pada kasus-kasus tertentu
(kenaikan ekstrim dari hasil sebelumnya).
c. Dalam waktu kurang dari 30 menit petugas laboratorium
melaporkan hasil kritis kepada perawat ruangan sesuai

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 49


dengan SPO pelayanan melalui telepon dengan sistem TBK
(tulis ,baca,konfirmasi).
d. Petugas ruangan menulis nilai kritis di lembar CPPT yaitu
hasil pemeriksaan kritis dan perawat melaporkan ke DPJP
untuk ditindaklanjuti.
e. Petugas laboratorium mencatat di buku pencatatan nilai
kritis meliputi;tanggal dan jam pelaporan, nama , nomor
RM,tanggal lahir atau umur, hasil yang dilaporkan, nama
petugas laboratorium yang menelpon dan nama petugas
ruangan yang menerima telpon.
f. Hasil pemeriksaan diserahkan ruangan setelah
ditandatangani oleh DPJP laboratorium.
Prosedur II : Dilaporkan oleh dokter penanggungjawab laboratorium kepada
DPJP
1. Pasien baru dalam keadaan tertentu belum ada riwayat
pemeriksaan laboratorium sebelumnya.
2. Hasil pengulangan laboratorium tidak sesuai dengan keadaan
klinis.
3. Dokter penanggungjawab laboratorium langsung melakukan
komunikasi dengan DPJP.
4. Nilai kritis yang dilaporkan adalah:
Hematologi:
a. Hb batas rendah 7 g/dl atau batas
tinggi 20 g/dl
b. Trombosit dewasa batas rendah
40.000 atau batas tinggi 1.000.000/ul
c. Lekosit batas rendah 2000/ul atau
batas tinggi 40.000/ul.
d. APTT batas tinggi 78 detik.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 50


e. PPT batas tinggi 30 detik.
f. INR batas tinggi > 5 detik.

Kimia klinik:
g. Troponin positif
h. CKMB 2X batas nilai rujukan.
i. Glukosa batas rendah 40 mg/dl atau
batas tinggi 450 mg/dl atau batas
tinggi 350 mg/dl
j. Natrium batas rendah 120 mmol/dl
atau 160 mmol/dl.
k. Kalium batas rendah 2,5 mmol/dl atau
batas tinggi 6 mmol/dl
l. Calcium batas rendah 1.5 mmol/dl
batas tinggi 3 mmol/dl
m. Ureum batas rendah 8 mg/dl atau
batas tinggi 200 mg/dl
n. Kreatinin batas rendah 0,2 mg/dl atau
batas tinggi 8 mg/dl
o. BGA batas rendah Ph<7,2 batas tinggi
pH>7,20
Unit terkait ; IRI,IRJ,IGD,ICU,IBS.

H. Arsip dan Dokumen

Arsip dan dokumen yang ada di Instalansi Laboratorium :


1. Surat permintaan pemeriksaan laboratorium
2. Hasil pemeriksaan laboratorium

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 51


3. Surat permintaan dan hasil rujukan
Adapun prinsip penyimpanan arsipnya adalah :
1. Semua dokumen yang disimpan harus asli dan harus ada bukti verifikasi
pada dokumen dengan tanda tangan oleh penanggungjawab laboratorium/
supervisor (hard copy).
2. Berkas laboratorium disimpan selama 5 tahun . Untuk kasus-kasus khusus
dipertimbangkan tersendiri.
3. Berkas anak-anak harus disimpan hingga batas usai tertentu sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Berkas laboratorium dengan kelainan jiwa disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
5. Untuk memudahkan penelusuran pada kasus-kasus tertentu, misalnya
dipakai sebagai barang bukti/medico legal, forum nas, salinan atau berkas
hasil yang dilaporkan harus disimpan sedemikian rupa sehingga mudah
ditemukan kembali. Lamanya waktu penyimpanan dapat beragam, tetapi
hasil yang telah dilaporkan dapat ditemukan kembali sesuai kepentingan
medis atau sebagaimana dipersyaratkan nasional, regional atau setempat.

Sebelum arsip dimusnahkan, dukumen yang penting dan utama bisa


dipisahkan terlebih dahulu. Pada pelaksanaan pemusnahan harus ada berita
acara sesuai prosedur yang berlaku, yang berisi :
1. Tanggal, bulan dan tahun pemusnahan
2. Penanggung jawab/ Otorisasi pemusnahan dokumen

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 52


1. Pengendalian Arsip dan dokumen
a. Tujuan pengendalian arsip atau dokumen
Laboratorium harus menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara
prosedur untuk mengendalikan semua arsip dan informasi (dari sumber
internal dan eksternal) yang merupakan bagian dokumentasi mutunya.
Salinan dari tiap dokumen terkendali ini harus diarsipkan untuk acuan
di kemudian hari. Pimpinan laboratorium harus menetapkan masa
penyimpanan. Dokumen terkendali ini dapat disimpan pada media
apapun yang sesuai baik kertas maupun bukan kertas. Penyimpanan
arsip atau dokumen disesuaikan dengan peraturan nasional, regional
maupun setempat.
b. Cara pengendalian arsip
Prosedur pengendalian arsip dilaksanakan dengan memastikan bahwa :
1) Semua dokumen yang diberikan kepada petugas laboratorium
sebagai bagian dari sistem manajemen mutu telah dikaji ulang dan
disetujui oleh petugas yang berwenang sebelum diterbitkan (sistem
otorisasi arsip atau dokumen yang berlaku);
2) Setiap saat tersedia daftar paling mutakhir yang mencantumkan
semua dokumen yang berlaku, revisi termutakhirnya yang sah
berikut penyebarannya (disebut juga catatan pengendalian
dokumen);
3) Hanya arsip atau dokumen versi termutakhir yang disediakan untuk
penggunaan aktif pada tempat di mana dokumen itu digunakan;
4) Arsip atau dokumen secara berkala dikaji ulang, direvisi apabila
perlu dan disetujui oleh petugas yang berwenang;
5) Protokol permintaan, sampel primer, pengambilan dan penanganan
sampel laboratorium;
6) Pengesahan hasil;

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 53


7) Pengendalian mutu internal dan eksternal;
8) Sistem informasi laboratorium;
9) Pelaporan hasil;
10) Upaya perbaikan dan penanganan keluhan;
11) Komunikasi dan interaksi lain dengan pasien, petugas kesehatan,
laboratorium rujukan dan pemasok;
12) Audit internal;
13) Etika.
c. Penandaan pada arsip atau dokumen
Semua arsip yang terkait dengan sistem manajemen itu telah diberi
identitas yaitu meliputi :
1) Judul;
2) Edisi atau tanggal revisi termutakhir, atau nomor revisi atau
ketiganya;
3) Jumlah halaman (bila mungkin);
4) Wewenang untuk menerbitkan;
5) Pencantuman sumber.

 Pengkajian terhadap kontrak layanan laboratorium


Kerjasama Laboratorim Klinik RS. Bhakti Asih Brebes dengan pihak terikat
dalam dokumen kontrak kerjasama dengan menjaga hal-hal sebagai berikut :
1. Jaminan mutu layanan
Untuk menjamin mutu layanan, prosedur untuk mengkaji kontrak
harus dimiliki. Prosedur pengkajian yang dimaksud harus menjamin agar
kondisi kerjasama diterangkan dengan jelas serta dapat dimengerti
(termasuk misalnya penjelasan tentang metode yang digunakan)
laboratorium memiliki kemampuan dan sumber daya (sarana fisik,
petugas, informasi, kompetensi petugas) untuk memberikan layanan sesuai
kontrak.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 54


2. Penyimpanan rekaman kaji terhadap kontrak layanan
Rekaman hasil kaji terhadap kontrak berikut perubahan-perubahannya
harus disimpan.
3. Pemberitahuan kepada pelanggan
Bila terjadi penyimpangan terhadap kontrak maka pelanggan
(misalnya klinisi, lembaga kesehatan, asuransi dsb) harus diberitahu.
4. Pelayanan Rujukan keluar
Pemeriksaan laboratorium yang tidak dikerjakan di laboratorium RS.
Bhakti Asih Brebes akan dirujuk ke laboratorium luar, sehingga cakupan
pelayanan laboratorium bisa semaksimal mungkin. Agar pemeriksaan
laboratorium yang dirujuk keluar dapat dipercaya (akurat) maka
laboratorium menjalin kerjasama dengan laboratorium luar yang
mempunyai reputasi baik, berkualifikasi, melakukan kontrol mutu internal
maupun eksternal. Laboratorium akan membuat kebijakan frekuensi dan
tipe kontrol mutu laboratorium rujukan, melakukan evaluasi secara berkala
dan review kontrol mutu laboratorium rujukan.

RINCIAN TINDAKAN
 Membuat surat perjanjian kerjasama dengan laboratorium rujukan;
 Menentukan frekuensi dan tipe kontrol mutu laboratorium rujukan;
 Menunjuk staf laboratorium yang bertanggung jawab atas review
kontrol mutu laboratorium rujukan;
 Mengevaluasi laboratorium rujukan.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 55


 Pemeliharaan dan Kalibrasi Alat
1. Pemeliharaan alat
Setiap peralatan laboratorium selalu dilengkapi dengan petunjuk
penggunaan (Instruction manual) yang disediakan oleh pabrik yang
memproduksi alat tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut pada
umumnya memuat cara operasional dan hal – hal lain yang harus
diperhatikan. Cara penggunaan atau cara pengoperasian masing-masing
jenis peralatan laboratorium harus ditulis dalam instruksi kerja.
Pada setiap peralatan juga dilakukan pemeliharaan sesuai dengan
petunjuk penggunaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar
diperoleh kondisi yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak
terjadi kerusakan. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara rutin untuk
semua jenis alat, sehingga diperoleh peningkatan kualitas produksi,
peningkatan keamanan kerja, pencegahan produksi yang tiba-tiba
berhenti, penekanan waktu luang/ pengangguran bagi tenaga pelaksana
serta penurunan biaya perbaikan.
Untuk itu setiap alat yang ada di Laboratorium Klinik RS. Bhakti
Asih Brebes sudah dilengkapi dengan kartu pemeliharaan yang
diletakkan pada atau di dekat alat tersebut yang mencatat setiap tindakan
pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan.
Bila ditemukan kelainan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan
kepada penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan.
2. Penanggung jawab pemeliharaan alat
Berbagai jenis alat yang digunakan di laboratorium mempunyai cara
operasional dan pemeliharaan yang berbeda satu dengan lainnya, dan
biasanya digunakan oleh lebih dari satu orang. Walaupun pihak
distributor alat menyediakan teknisi untuk perbaikan apabila terjadi

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 56


kerusakan, namun untuk pemeliharaan alat harus dilakukan sendiri oleh
pihak laboratorium.
Oleh karena itu harus ditentukan seorang petugas yang bertanggung
jawab atas kegiatan pemeliharaan alat dan operasional alat melalui
kegiatan pemantauan dan mengusahakan perbaikan apabila terjadi
kerusakan, dimana ada petugas yang bertanggungjawab atas tugas
pemeliharaan dan pemantauan ini
3. Kalibrasi alat
Kalibrasi alat sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan hasil
pemeriksaan. Kalibrasi alat dilakukan pada saat awal, ketika alat baru
diinstal dan diuji fungsi dan selanjutnya kalibrasi dilakukan secara
berkala sesuai instruksi pabrik. Kalibrasi peralatan dapat dilakukan oleh
teknisi penjual alat, petugas laboratorium yang memiliki kompetensi dan
pernah dilatih atau oleh institusi yang berwenang atau petugas yang akan
menggunakan alat tersebut.
Kalibrasi dilakukan secara berkala, dan didokumentasikan pada
kartu kalibrasi masing – masing alat. Jika alat tidak berfungsi dengan
baik atau malfungsi berakibat ketidaktepatan hasil maka ada langkah
yang harus ditempuh untuk menyelesaikan persoalan ini

 Troubleshooting (Pemecahan masalah)


Dalam melakukan pemeriksaan seringkali terjadi suatu ketidakcocokan
hasil, malfungsi alat ataupun kondisi yang tidak kita inginkan yang mungkin
disebabkan oleh karena adanya gangguan pada peralatan. Untuk itu perlu
adanya pemecahan masalah (troubleshooting).
Pemeriksaan laboratorium memerlukan ketelitian dalam penggunaan
sampel, reagensia, peralatan dan pengukuran yang digunakan. Pemeriksaan

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 57


yang semua dengan manajemen mutu akan meminimalkan perbedaan dengan
mengikuti uji kelayakan sesuai protokol yang ada.
Proses pemeriksaan akan berhasil dengan baik bila tahap pra analitik,
analitik dan paska analitik dilakukan dengan baik. Pada tahap pemeriksaan
sering ditemukan faktor pengganggu (interferensi) yang dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan. Faktor pengganggu itu bisa dari alat, manusia, metode,
bahan serta hal-hal lain mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Troubleshooting adalah proses atau kegiatan untuk mencari penyebab
terjadinya kesalahan sehingga penampilan hasil yang tidak memuaskan, dan
memilih cara penanganan yang benar untuk mengatasinya. Makin canggih
suatu alat pemeriksaan, akan semakin komplek atau rumit permasalahan
yang mungkin terjadi.
1. Troubleshooting jika terjadi gangguan pada alat, maka petugas
laboratorium :
a. Berusaha untuk melihat petunjuk cara mengatasi masalah baik yang
ditempel di dekat alat, atau pada buku petunjuk manual alat tersebut.
Dalam petunjuk itu tercantum urutan langkah-langkah yang harus
dilalukan oleh petugas. Bila petugas mampu melaksanakan petunjuk itu
dan peralatan kembali normal, maka pemeriksaan bisa dilanjutkan.
b. Jika petugas jaga sudah menjalankan urutan untuk menyelesaikan ,
tetapi tidak mampu menyelesaikannya, maka petugas jaga akan
menghubungi petugas laboratorium yang diberi tugas untuk
bertanggungjawab terhadap alat laboratorium jika ada gangguan pada
alat laboratorium.
c. Petugas laboratorium yang diberi tugas untuk bertanggungjawab
terhadap alat laboratorium tidak mampu mengatasi masalah, maka
petugas ini akan menghubungi melalui telepon, teknisi dari distributor
alat tersebut. Teknisi distributor alat tersebut akan meminta penjelasan
dari petugas penanggung jawab alat tentang asal mula gangguan dari

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 58


alat tersebut.Teknisi akan membimbing melalui telepon, tentang
langkah-langkah yang harus dikerjakan, hingga masalah kerusakan alat
itu bisa diatasi dan mampu berfungsi seperti yang diharapkan.
d. Jika langkah ketiga di atas belum bisa teratasi, maka akan dilanjutkan
dengan langkah keempat. Teknisi akan memerintahkan petugas
penanggungjawab alat laboratorium agar tidak menggunakan alat yang
rusak itu dengan memberikan tulisan yang jelas bahwa alat dalam
kondisi rusak. Teknisi akan datang dan berusaha memperbaiki dan
mendeteksi kerusakan peralatan yang dimaksud dalam waktu (2x24
Jam). Ada dua kemungkinan yang akan dilakukan oleh teknisi alat ,
pertama teknisi ahli hanya akan memperbaiki komponen atau spare part
yang rusak atau menggantinya dengan komponen atau spare part yang
baru hingga alat bisa berfungsi kembali. Petugas jaga akan menempel
label pada alat tersebut, bahwa sementara alat tidak dapat running dan
mencatat pada buku maintenance tentang adanya gangguan pada alat
tersebut.

2. Troubleshooting jika ada kesalahan pada proses pra analitik


Jika terjadi kesalahan mengambil sampel atas nama pasien lain, maka
petugas akan mencocokkan kembali identitas pasien dengan permintaan
pemeriksaan laboratorium, jika terjadi di bangsal maka petugas akan
menghubungi kepala bangsal tersebut bahwa ada kesalahan pengambilan
sampel, kemudian dengan seijin kepala bangsal, petugas mengambil
kembali sampel pada pasien yang dimaksud.

3. Troubleshooting jika ada kesalahan pada proses analitik


a. Jika ada pemeriksaan yang menggunakan rapid tes, dimana hasil yang
pertama tidak sama dengan hasil ke dua (positif menjadi negatif atau
sebaliknya), maka petugas akan mengkonsultasikan kepada dokter

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 59


penanggungjawab laboratorium. Dokter penanggungjawab laboratorium
akan memerintahkan pemeriksaan dengan metode yang mengeluarkan
hasil berupa angka.
b. Jika ada petugas laboratorium salah dalam mengerjakan parameter
pemeriksaan, dimana nama parameter pemeriksaan yang di minta
klinisi hampir sama (misal : permintaan Kalsium, tetapi yang diperiksa
Kalium), maka petugas akan mencocokn kembali permintaan
pemeriksaan. Jika memang benar salah pemeriksaan, petugas akan
mengerjakan kembali parameter sesuai permintaan.

4. Troubleshooting jika ada kesalahan pada proses pasca analitik


a. Jika ada hasil yang tidak sesuai dengan diagnosa (hasil rendah atau
sebaliknya), dan setelah diulang pemeriksaannya menjadi tinggi atau
sebaliknya (sesuai diagnosa), maka petugas jaga konsultasi ke dokter
penanggung jawab laboratrium sebelum hasil dikeluarkan.
b. Jika ada pasien menanyakan hasil PA, tetapi ternyata sampel PA belum
dikirim oleh laboratorium rujukan, maka petugas akan mengirim ke
laboratorium rujukan. Petugas memberi informasi kepada keluarga
pasien untuk menentukan kembali kapan hasil harus diambil.
c. Jika ada hasil pemeriksaan PA diberikan kepada orang lain, yang
namanya hampir sama, maka petugas akan menghubungi pasien yang
dimaksud supaya membawa kembali hasil PA tersebut ke bagian
laboratorium.
d. Jika ada kesalahan penulisan hasil pemeriksaan,dimana hasil
pemeriksaan sudah dicetak tetapi belum sampai ke pasien, maka
petugas akan melihat hasil di buku hasil kemudian melakukan
pembetulan hasil pada komputer.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 60


BAB V
LOGISTIK

Bahan atau logistik yang diperlukan oleh laboratorium kesehatan, termasuk


Laboratorium Klinik RS. Bhakti Asih Brebes. Bahasannya menyangkut macam
atau jenis, dasar pemilihan, pengadaan dan penyimpanan.
A. Jenis logistik
1. Reagen
a. Jenis reagen
1) Reagen kimia basah (wet chemistry)
Bentuknya bisa berupa liofilisat, bubuk dan siap pakai
2) Reagen kimia kering (dry chemistry)
Bentuknya berupa cip, strip, catridge yang siap pakai
b. Sebelum melakukan pemeriksaan yang perlu diperhatikan pada reagen
tersebut antara lain :
1) Ijin edar dari Kementrian Kesehatan RI
2) Etiket/ label/ wadah
3) Perhatikan tanggal produk dan nomor batch reagen
4) Batas kadaluarsa
5) Perhatikan stabilitas reagen. Untuk reagen yang sudah dibuka masa
stabilitasnya menjadi lebih pendek dari reagen yang belum dibuka.
6) Keadaan fisik dari reagen
7) Kemasan harus dalam keadaan utuh, isi tidak mengeras dan tidak ada
perubahan warna
8) Perhatikan suhu penyimpanan.

2. Standar

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 61


Bahan standar adalah zat yang konsentrasi atau kemurniannya
diketahui dan diperoleh dengan cara penimbangan.
Jenis bahan standar
a. Bahan standar primer
Standar primer merupakan zat termurni dalam kelasnya yang menjadi
standar untuk semua zat lain. Stabdar primer umumnya mempunyai
kemurnia lebih dari 99 %, bahkan banyak yang kemurniannya 99,9%.
Kemurnian standar primer dapat dilihat dari sertifikat analisis.
Syarat bahan standar primer adalah sebagai berikut :
1. Stabil
2. Dapat dibakar sampai suhu 105°C – 110°C tanpa perubahan kimia
atau tidak meleleh, tersublimasi, terdekomposisi atau mengalami
reaksi kimia sampai shuhu 120°C – 130°C
3. Bahan standar sekunder.
b. Bahan standar sekunder merupakan zat yang konsentrasi dan
kemurniannya ditetapkan melalui analisis dengan perbandingan
terhadap standar primer.

3. Bahan kontrol
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau
ketepatan suatu pemeriksaan di laboratorium atau untuk mengawasi
kualitas hasil pemeriksaan harian.
a. Sumber dan bahan kontrol
Bahan kontrol dapat berasal dari manusia, binatang atau merupakan
bahan kinia murni. Sedang menurut bentuknya ada bahan kontrol cair,
padat bubuk (liofilisat) dan bentuk strip. Bahan kontrol padat bubuk
atau strip harus dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
b. Jenis bahan kontrol
Buatan pabrik (komersial)

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 62


1) Bahan kontrol unassayed (tidak diuji)
2) Bahan kontrol assayed (diuji)

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 63


4. Air
Logistik ini diperoleh dengan cara membeli air RO pada supplier
yang berhubungan dengan alat tersebut untuk mendukung pemeriksaan.

B. Dasar Pemilihan logistik


Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium yang akan
dipergunakan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kebutuhan
2. Produksi pabrik yang telah dikenal dengan sensitivitas dan spesifisitas
tinggi
3. Diskripsi lengkap dari bahan atau produk
4. Masa kadaluarsa yang panjang
5. Volume atau isi kemasan
6. Pemakaian ulang atau sekali pakai
7. Mudah diperoleh di pasaran
8. Besarnya harga tiap satuan (nilai ekonomis)
9. Pemasok atau vendor
10. Kelancaran dan kesinambunangan pengadaan
11. Pelayanan purna jual
12. Bahan atau alat terdaftar di Ditjen Yanfar dan Alkes Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

C. Pengadaan logistik
Pengadaan logistik laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Tingkat persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah
persediaan, yaitu jumlah persediaan minimun ditambah jumlah safety

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 64


stock. Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan
untuk memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan
berikutnya dari pembekal atau ruang penyimpanan umum.
Safety stcok adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk
bahan-bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari
pemasok. Buffer stock adalah stock penyangga kekurangan reagen di
laboratorium. Reserve stock adalah cadangan reagen atau sisa.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian
atau pembelian bahan dalam periode 6 – 12 bulan yang lalu dan proyeksi
jumlah pemeriksaan untuk periode 6 – 12 bulan untuk tahun yang akan
datang. Jumlah rata-rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu dicatat.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time)
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan
diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang
sulit didapat.
D. Penyimpanan logistik
Logistik laboratorium yang sudah ada harus disimpan dan ditangani
secara cermat dengan mempertimbangkan :
1. Perputaran pemakaian, dengan menggunakan kaidah First in first out
(FIFO) atau ”Pertama masuk Pertama keluar”, yaitu bahwa barang yang
lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan terlebih dahulu
2. Tempat penyimpanan
3. Suhu atau kelembaban
4. Sirkulasi udara
5. Incompatibility, bahan kimia yang tidak boleh bercampur.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 65


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Menurut Permenkes No. 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011, keselamatan
pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

B. sasaran keselamatan pasien


Sasaran keselamatan yang dapat diimplementasikan di laboratorium adalah :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi efektif
3. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

C. Tujuan
Hasil laboratorium yang valid akan memberikan penanganan yang tepat
untuk pasien.

D. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Identifikasi
Berdasarkan aturan di rumah sakit, semua petugas harus melakukan
identifikasi dengan menggunakan 2 identitas yaitu Nama dan nomor rekam
medik atau Nama dan tanggal lahir. Untuk pasien rawat inap dapat

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 66


dicocokkan dengan gelang pasien, sedangkan untuk pasien rawat jalan
dapat dicocokkan dengan kartu berobat.
2. Alat Pelindung Diri
Petugas yang melakukan pengambilan darah harus menggunakan alat
pelindung diri dan bekerja secara aseptis. Sebelum menggunakan sarung
tangan, melakukan hand hygiene dengan hand rub. Setiap selesai
mengambil sampel harus mengganti sarung tangan sebelum mengambil
sampel pasien lainnya agar petugas tidak memindahkan kuman/ infeksi
dari satu pasien ke pasien lainnya.
APD TERHADAP PASIEN TERHADAP PETUGAS

Mengurangi kemungkinan Mencegah badan/kulit petugas


terbawanya mikroorganisme kesehatan kontak dengan
Jas
dari ruang lain atau luar percikan darah atau cairan
ruangan tubuh penderita.

Mencegah kontak tangan


petugas dengan darah dan
Mencegah kontak
cairan tubuh penderita
Sarung mikroorganisme pada tangan
lainnya, selaput lendir, kulit
tangan petugas kesehatan kepada
yang tidak utuh atau alat
pasien
kesehatan dan permukaan
yang telah terkontaminasi.

Mencegah kontak droplet dari


Mencegah membran mukosa
mulut dan hidung petugas
petugas kesehatan (hidung
Kesehatan yang mengandung
Masker dan mulut) kontak dengan
mikroorganisme dan terpercik
percikan darah atau cairan
saat bernapas, bicara atau
tubuh penderita.
batuk kepada pasien.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 67


3. Phlebotomy
Saat melakukan phlebotomy harus dilakukan dengan cara yang benar
mengacu pada WHO Guideline. Siapkan alat sesuai dengan usia pasien
yang akan di phlebotomy dan tabung sesuai dengan jenis pemeriksaan.
Pengambilan sampel harus memperhatikan hal-hal yang tidak boleh
dilakukan atau harus dihindari dalam phlebotomy agar kualitas sampel
yang didapat baik.
a. Tahap Pra Analitik
1) Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium
Permintaan pemeriksaan dari dokter harus selalu ditulis secara tegas
dan jelas dalam formulir pemintaan pemeriksaan. Hal ini untuk
menghindari pengulangan pemeriksaan yang merugikan pasien.
Formulir pemeriksaan harus diisi secara lengkap yang meliputi
identitas pasien : nama, alamat, ruangan, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, data klinis / diagnosa, dokter pengirim, riwayat pengobatan
yang diberikan serta tanggal permintaan laboratorium. Dan yang
terpenting adalah pelabelan sampel untuk menghindari tertukarnya
sampel pasien satu dengan pasien lainnya.
2) Persiapan penderita
a) Makanan dan minuman, pada beberapa pemeriksaan, makanan
dan minuman mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil
pemeriksaan baik langsung maupun tidak langsung.
b) Perokok yang lama berakibat penurunan Hb dan jumlah eritrosit,
penurunan MCV, penurunan jumlah leukosit dan penurunan
horman insulin.
c) Stres fisik maupun psikis akan memperngaruhi produksi ACTH,
kortisol, kathecolamin, penurunan 15 % HDL dan total kolesterol.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 68


d) Variasi harian, tubuh manusia terdapat perbedaan zat yang
disebabkan oleh fluktuasi harian (variasi diurnal).

3) Persiapan alat dan Pengambilan sampel


Demi keselamatan pasien sebelum melakukan pemeriksaan, semua
peralatan yang akan digunakan harus bersih, kering, tidak
mengandung bahan kimia atau detergen, terbuat dari bahan yang
tidak mengubah zat yang ada pada specimen. Tidak merembes atau
bocor, besar wadah harus sesuai dengan volume spesimen, untuk
bahan biakan dan uji kepekaan kuman wadah harus steril, untuk
sputum, urin, feses sebaiknya mengunakan wadah dengan mulut
lebar. Sebagai catatan untuk pengambilan darah harus menggunakan
kapas dengan kadar alkohol 70%, spuil 2,5 ml atau 5 ml sekali pakai
serta penampung yang berlebel baik yang ada anti koagulan maupun
tidak.
4) Pengambilan sampel dan spesimen
Sebelum pengambilan sampel perlu disiapkan kelengkapan alat yang
akan digunakan. Pastikan alat sudah lengkap dan steril. Lakukan
pendekatan dan komunikasi dengan pasien dan keluarga pasien, soal
tujuan dan apa yang akan dilakukan. Ini penting agar pasien tenang
dan tidak panik. Periksa ulang identitas pasien untuk menghindari
kesalahan dan pengulangan pengambilan sampel.

5) Penanganan awal sampel (pengawetan dan transportasi)


Demi untuk menjaga keselamatan pasien, perlu diperhatikan hal-hal
yang sering menjadi sumber kesalahan dalam penanganan sampel,
antara lain :
a) Kesalahan dalam identifikasi pasien;
b) Kesalahan dalam pemberian lebel;

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 69


c) Kesalahan dalam pencampuran;
d) Kesalahan dalam pemakaian antikoagulan;
e) Terjadinya hemolisis;
f) Terjadinya hemokonsentrasi;
g) Penundaan dalam pengiriman sampel;
h) Sampel terpapar oleh suhu yang ekstrem;
i) Kesalahan dalam proses sparasi serum; salah kecepatan (rpm)
sentrifugasi, tabung pecah dalam sentrifugasi, tabung aliquot
terkontaminasi, salah naman dalam tabung aliquot, sampel darah
hemolisis;
j) Penyimpanan sampel sebelum pemeriksaan, bisa salah suhu dan
terbentuk endapan.

b. Tahap analitik
1) Peralatan laboratorium yang digunakan
Sebelum menggunakan sebuah alat maka diperlukan pengecekan alat
dengan melakukan kalibrasi fotometer, ketepatan panjang
gelombang (filter) yang sesuai, suhu harus sesuai dengan yang telah
ditetapkan serta menggunakan pipet yang sudah dikalibrasi sesuai
angka yang tertulis.
2) Metode pemeriksaan yang dipakai
Para petugas harus memahami prosedur pemeriksaan yang akan
dijalankan, seperti metode end point kinetic, two point kinetic, masa
inkubasi, preparasi reagensia, aplikasi pipeting serta penetapan factor
standar untuk perhitungan kalkulasi nilai absorbans.
3) Pemeliharaan reagensia
Sebelum menggunakan reagensia perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut : Penanganan, persiapan dan penyimpangan reagensia,

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 70


perimbangan kebutuhan reagensia, pemakaian reagensia dan batas
kadaluwarsa.
4) Sumber daya manusia
Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang baik diperlukan
pemikiran soal rekruitmen baik dan pelatihan yang berjenjang dan
terus menerus. Penempatan seorang petugas sesuai dengan
keahliannya juga akan berdampak pada mutu pelayanan di
laboratorium.

c. Tahap paska analitik


1) Penulisan hasil pemeriksaan
a) Identifikasi hasil harus jelas dan tegas;
b) Identifikasi laboratorium yang mengeluarkan hasil;
c) Identifikasi khas dan bila mungkin lokasi pasien serta tujuan
laporan;
d) Nama dan identitas pemohon;
e) Tanggal dan waktu pengumpulan sampel primer;
f) Tanggal dan penerbitan laporan;
g) Sumber dan sistem organ sampel primer;
h) Hasil yang dilaporkan dalam unit standar internasional;
i) Interpretasi hasil;
j) Identifikasi petugas yang diberi wewenang mengeluarkan hasil;
k) Tanda tangan atau otorisasi petugas yang memeriksa atau
mengeluarkan hasil pemeriksaan.
2) Pelaporan Insiden
Dalam menegakkan tekad keselamatan pasien, banyak metode
atau cara untuk mengidentifikasi resiko. Salah satunya adalah
dengan mengembangkan sistem pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien (IKP). Sistem itu dapat dipastikan akan selalu mengajak

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 71


semua orang atau organisasi untuk peduli akan bahaya atau potensi
bahaya yang terjadi pada psien. Pelaporan ini juga penting untuk
memonitor upaya pencegahan terjadinya error. Di laboratorium
terdapat beberapa hal yang termasuk insiden diantaranya salah
pemeriksaan, salah interpretasi hasil, sampel hilang. Sampel tertukar,
sampel tidak dapat diperiksa karena salah cara pengambilannya,
sampel rusak karena salah penyimpanan dan pemeriksaan yang tidak
sesuai indikasi.

E. Hasil Kritis (Critical Result)


1. Batasan Operasional
Hasil atau nilai yang menggambarkan keadaan patofisiologi seperti
variasi nilai yang mengancam jiwa dan memerlukan tindakan segera.
Critical value/ critical result tidak selalu harus dihubungkan dengan nilai
rujukan normal, toxic range atau therapeutic range.
Critical result harus dikomunikasikan dengan peminta pemeriksaan
dalam waktu 40 menit setelah ada hasil. Empat puluh menit turnaround
time (TAT) dibagi dalam :
a. Tiga puluh menit TAT laboratorium (waktu mulai dari hasil
diidentifikasi sebagai ‘critical result’ sampai petugas ruang dimana
pasien dirawat mengetahuinya;
b. Sepuluh menit TAT ruang perawatan (waktu sejak petugas ruang
perawatan mengetahui sampai hasil dikomunikasikan kepada dokter
penanggung jawab pasien).

2. Cara Pelaporan Critical Value/ Critical Result


Ketika melaporkan ‘critical value/ critical result’, sebutkan nama
pasien (dieja), nomor rekam medis, tes yang diminta dan tanggal
penerimaan sampel. Bagi penerima hasil ‘critical value/ result’ di ruang

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 72


perawatan/ poliklinik, diharuskan membaca ulang hasil yang dibacakan,
dan mengeja nama pasien dengan benar.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 73


3. Nilai Critical Result
a. Hematology
Nama Critical Critical Referensi
Usia Unit
Pemeriksaan Low High

APTT ≥ 75 detik eJIFCC

Fibrinogen ≤ 0.8 g/ L eJIFCC

INR ≥ 5.0 eJIFCC

Kemenkes
Hemoglobin < 5.0 ≥ 20.0 g/ dL
RI, 2011

X 103/ eJIFCC
Lekosit < 2.0 ≥ 50
mL

X eJIFCC
Trombosit < 20 ≥ 1.000
103/mL

b. Analisis Gas Darah


Nama Critical Critical
Usia Unit Referensi
Pemeriksaan Low High

pH < 7.2 > 7.6 eJIFCC

pCO2 < 19 > 67 mmHg eJIFCC

pO2 Dewasa < 43 > 100 mmHg eJIFCC

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 74


Osmolalitas < 240 mOsm/Kg eJIFCC

c. Kimia Klinik
Nama Critical Critical
Usia Unit Referensi
Pemeriksaan Low High

Dewasa < 45 > 500 eJIFCC

Glucose mg/dl
Neonat
< 30 > 325
us

Critical
value
Calsium ion ≤0.80 ≥ 1.55 mmol/L
Notification
Policy

Bilirubin > 15 mg/dl eJIFCC

Neonat eJIFCC
Kalium < 2.6 > 7.7 mmol/L
us

Kemenkes
Natrium < 120 > 155 mmol/L
, 2011

Troponin > 0.1 mg/L eJIFCC

Ureum ≥ 214 mg/ dl eJIFCC

Kreatinine > 7.4 mg/ dl eJIFCC

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 75


Alur Pelaporan Hasil Kritis Pada Jam Kerja

Temuan Critical Results

Kontrol
Verifikasi Hasil
kualitas Tidak
(Analis) ? Informasi Ulang
Alat
Riwayat
Pemeriksaan
pemeriksaa Ya
n
Verifikasi Tidak
sebelum Informasi Ulang
Akumulasi
nya Hasil
Pemeriksaan
hasil (PPDS
Ya
seluruh ruangan) ?
Verifikasi Tidak
ruangan Informasi Ulang
Hasil (PPDS
Pemeriksaan
Diskusi jaga
Ya
dengan umum)?
Verifikasi Tidak
PPDS Informasi Ulang
dan ACC
yang Pemeriksaan
HasilYa
merawat
Publikasi
(SpPK)?

Diterima Dokter
Pengirim
Sesuai Tidak Konsultasi
kondisi ke
Ya
klinis? Laborator
Hasil
Keputusan Ya ium
Laboratoriu
Tidak
Diagnosis/Terapetik m sudah
Protap Re-verifikasi dan Re-publikasi (027)
akurat?

Tidak

Protap Re-verifikasi dan Re-


publikasi (027)

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 76


ALUR PELAPORAN HASIL KRITIS DI LUAR JAM KERJA

Temuan Critical Results


Kontrol
kualitas Alat
Verifikasi Hasil Tidak
(Analis) ? Informasi Ulang Pemeriksaan
Riwayat
pemeriksaan
Ya
sebelumnya
Verifikasi
Tidak Informasi Ulang
Hasil
Akumulasi (Analis) ? Pemeriksaan
hasil Ya
seluruh
ruangan Verifikasi Hasil Tidak Informasi Ulang
(Analis)?
Pemeriksaan
Diskusi
Ya
dengan
PPDS yang Verifikasi dan
Tidak
merawat ACC Via telp Informasi Ulang
( dr.SpPK ) ) Pemeriksaan
Ya
(SpPK)?
Publikasi

Diterima Dokter
Pengirim
Sesuai Tidak Konsultasi
kondisi ke
klinis? Laboratori
Ya
um
Hasil
Keputusan
Laboratorium
Diagnosis/Terapetik sudah akurat?
Tidak
Protap Re-verifikasi dan Re-publikasi (027)

Tidak
Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA Protap Re-verifikasi dan Re- 77
publikasi (027)
Ya

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Laboratorium Lingkungan merupakan sarana penunjang dalam pengujian


parameter kualitas lingkungan. Dalam prakteknya, adanya aktivitas yang
berkenaan dengan bahan kimia dan peralatan spesifik memungkinkan timbulnya
potensi bahaya terhadap para pekerjanya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
penerapan Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3) yang berlaku di lingkup
Laboratorium.
A. Pengertian
Keselamatan kerja menurut Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja disebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional.
Menurut Undang-undang no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.

B. Tujuan
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan rumah sakit pada
umumnya dan laboratorium Patologi Klinik pada khususnya.
Keselamatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan
derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tinggi bagi pekerja

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 78


yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam
pekerjaannya dari resiko akibat faktor yang merugikan kesehatan dan
penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas
merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia
kepada pekerjaan dan jabatannya. (WHO/ILO tahun 1995).
Untuk menegakkan K3 di Laboratorium Klinik RSUD Kardinah Tegal,
selalu memberikan dan mengingatkan kepada petugas, tentang informasi
yang dibutuhkan untuk keselamatan kerjanya, antara lain :
1) Karakteristik bahan kimia
a. Bahan mudah meledak (explosive substances)
b. Bahan mudah teroksidasi (oxidizing substances)
c. Bahan mudah menyebabkan korosif
d. Bahan mudah terbakar (flammable substances)
e. Bahan yang tidak boleh dibuang ke lingkungan
f. Bahan berbahaya (harmful substances)
g. Bahan bersifat infeksi (infectious substances)
h. Bahan bersifat korosif (corrosive substances)
2) Tata Aturan Umum bekerja di dalam Laboratorium
a. Tidak boleh makan dan minum
b. Tidak boleh tidur
c. Tidak boleh merokok
d. Tidak boleh memasak, apalagi menggunakan peralatan laboratorium
3) Fasilitas K3 di Laboratorium
a. Jas laboratorium
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Alas kaki/ sepatu tertutup
e. Wastafel

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 79


f. Pipetting aid, rubber bulb
g. Alat Pemadam Kebakaran ringan

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 80


C. Langkah Menegakkan Budaya K3
1. Membetuk Tim/ Petugas K3 yang memiliki tugas antara lain :
a. Memastikan seluruh petugas memahami dan menghindari bahaya
infeksi;
b. Melakukan penyelidikan semua kecelakaan di laboratorium;
c. Memastikan tindakan disinfeksi telah dilakukan terhadap peralatan;
d. Menyediakan kepustakaan dan rujukan K3;
e. Memastikan bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang secara
aman;
f. Mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja di laboratorium.
2. Pemeriksaan Kesehatan Petugas Laboratorium
a. Pemeriksaan foto toraks bagi petugas;
b. Pemeriksaan darah;
c. Pemeriksaan Urine;
d. Pemberian imunisasi;
e. Pemantauan kesehatan;
3. Menambah sarana pra sarana K3
a. Pengadaan Lemari asam;
b. Kontainer khusus untuk insenerasi jarum;
c. Kabinet keamanan biologis;
d. Sensor alarm.
4. Penanganan keadaan darurat
a. Sistem tanda bahaya;
b. Sistem evakuasi;
c. P3K;
d. Alat komunikasi darurat;
e. Sistem informasi darurat;
f. Pelatihan penanganan keadaan darurat;

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 81


g. APAR, maskes, pasir dan sumber air;
h. Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali;
i. Nomor telepon pemadam kebakaran.
5. Memperhatikan tindakan pencegahan
a. Mencegah penyebaran bahan infeksi;
b. Mencegah bahan infeksi tertelan, terkena kulit atau mata;
c. Mencegah infeksi melalui tusukan;
d. Menggunakan pipet dan alat bantu pipet dengan benar;
e. Menggunakan sentrifus/alat pemusing sesuai instruksi pabrik;
f. Menggunakan homogenisasi, alat pengguncang dan alat sonikasi
dengan benar;
g. Memelihara dan membersihkan lemari pendingin dan pembeku;
h. Membuka ampul bahan infeksi secara hati-hati.
6. Desinfeksi
a. Natrium hipoklorit;
b. Formaldehid;
c. Fenol (Asam karbol);
d. Iodium;
e. Alkohol;
f. Glutaraldehid.

7. Dekontaminasi
Selain langkah penegakan K3 di atas, masih diperlukan usaha
dekomtaminasi ruang laboratorium dengan desinfeksi cair dan fumigasi.

D. Prosedur Keamanan Kerja


1. kesehatan petugas
a. Pemeriksaan kesehatan setiap tahun untuk semua petugas laboratorium;
b. Vaksinasi HBV.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 82


2. Pencegahan Bahaya Kecelakaan
a. Pada awal bekerja : memakai jas laboratorium, alas kaki dari karet,
sarung tangan karet, semua spesimen dikatagorikan infeksius dan
ditangani hati-hati.
b. Pada saat bekerja :
1) Dilarang : Makan, rokok, minum di ruang pemeriksaan/
sampling, menggunakan mulut untuk pemipetan,
menggunakan peralatan/ metode pemeriksaan
diluar prosedur;
2) Hindari : Kontak langsung dengan bahan kimia, listrik, api,
spesimen dan mekanik.
3) Melaksanakan pembuangan limbah secara procedural.

3. Cara mencegah tertusuk bahan infeksi :


a. Segala macam alat berupa benda tajam yang digunakan untuk
menangani bahan infeksius seperti jarum suntik, pipet kaca, pisau/
scalpel, ataupun pecahan kaca dapat menyebabkan tertularnya penyakit
ke petugas laboratorium. Untuk menghindarinya dapat dilakukan :
1) Bekerja dengan hati-hati;
2) Menggunakan jarum suntik hanya bila diperlukan;
3) Spuit dan jarum suntik harus dikumpulkan pada wadah khusus benda
tajam;
4) Bila tersedia pilih pipet yang terbuat dari plastik untuk menggantikan
pipet kaca.
b. Penggunaan pipet :
1) Tidak diperbolehkan memipet dengan mulut, gunakan alat bantu
pipet;

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 83


2) Gunakan selalu sumbat kapas steril pada pangkal pipet untuk
mengurangi risiko terkontaminasi bahan infeksius;
3) Dilarang meniupkan udara atau mencampur bahan infeksius dengan
cara menghisap dan meniup cairan lewat pipet;
4) Jangan mengeluarkan cairan dalam pipet secara paksa;
5) Segera lakukan disinfeksi bila terdapat kontaminasi dari cairan
infeksius yang berasal dari pipet;
6) Rendam pipet setelah digunakan dalam cairan disinfektan selama 18-
24 jam sebelum disterilisasi;
7) Jangan menggunakan semprit dengan atau tanpa jarum suntik untuk
memipet.
c. Penggunaan lemari pendingin (refrigerator) dan lemari pembeku
(freezer) :
1) Lemari penyimpan harus dibersihkan secara teratur dan es yang
timbul dicairkan atau dibuang;
2) Setelah dibersihkan, bagian dalam didisinfeksi;
3) Gunakan sarung tangan tebal dan penutup wajah pada saat
membersihkannya;
4) Materi yang disimpan HARUS diberi label yang jelas berisi nama
bahan, tanggal disimpan, dan nama pemilik. Materi yang sudah
kadaluarsa dan tidak jelas labelnya harus di otoklaf dan dibuang.

4. Pada Saat Akan Meninggalkan Tugas


a. Bahan/ Reagen, peralatan, disimpan pada tempatnya;
b. Penerangan ruangan, air dimatikan;
c. Meja kerja dan tangan dibersihkan dengan disinfektan;
d. Jas laboratorium dilepas dan disimpan di tempat terbuka, pencucian di
rumah sakit;
e. Kunci ruang dan cek ulang.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 84


5. Penatalaksanaan Kecelakaan di Laboratorium
a. Bahan kimia/ kebakaran tubuh : tindakan pertama cuci dengan air,
seterusnya untuk kasus ringan dibawa ke IGD dan apabila perlu/ kasus
berat panggil IGD;
b. Mekanik / Fisik : dibawa langsung ke IGD;
c. Listrik : tindakan pertama putuskan aliran listrik, dan lepaskan dari
aliran listrik dengan menarik dan tidak langsung menyentuh tubuh atau
ditarik dengan bahan kain. Seterusnya untuk kasus ringan dibawa ke
IGD dan apabila perlu / kasus berat panggil IGD.

6. Bahan Berbahaya (B3) Baru


Apabila ada prosedur bahan dan penggunaan bahan berbahaya (B3) yang
baru di Laboratorium Klinik, maka dilakukan sosialisasi prosedur bahan
dan penggunaan bahan berbahaya (B3) yang baru.

E. Tata Laksana Keselamatan


1. Pencegahan Terkena Tusukan Jarum
a. Setelah selesai digunakan mengambil sampel, jarum suntik dipisahkan
dari badan alat suntik dan dibuang dalam wadah khusus sehingga
petugas yang mengambil sampah terhindar dari tertusuk jarum;
b. Sampah jarum disatukan dalam jerigen khusus untuk sampah jarum;
c. Petugas sanitasi mengambil sampah dan dimusnahkan dengan
membakar dalam incinerator.

2. Penanganan Terkena Tusukan Jarum/ Pecahan Kaca


a. Segera menekan luka dan mengeluarkan darah dibawah air mengalir;
b. Rawat luka dengan memberikan desinfeksi, tutup luka dengan plester
atau kasa steril;

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 85


c. Laporkan kejadian tersebut kepada kepala untuk pemantauan lebih
lanjut;
d. Lakukan pemeriksaan HBsAg, anti HCV dan anti HIV pada petugas
yang tertusuk dan sampel pasien;
e. Pemeriksaan ini dilakukan dua kali dengan selang waktu enam bulan.

3. Penanganan Terkena Percikan Darah atau Cairan Tubuh


a. Jika percikan mengenai bagian muka, maka segera cuci mata dan
bagian muka menggunakan eye wash untuk menghilangkan darah atau
cairan tubuh;
b. Jika percikan mengenai tangan, segera cuci tangan menggunakan air
dan sabun atau larutan hypoklorit yang diencerkan 1 bagian bleach
dengan 5 bagian air;
c. Jika percikan mengenai tubuh, guyur tubuh dengan safety shower untuk
menghilangkan darah atau cairan tubuh;
d. Setelah darah atau cairan tubuh bersih dari tubuh, lakukan pemantauan
dengan melakukan pemeriksaan HBsAg, anti HCV dan anti HIV.
Ulangi pemeriksaan ini dua kali dengan selang waktu 6 bulan.

4. Penanganan Tumpahan Darah Atau Cairan Tubuh


a. Gunakan sarung tangan dan siapkan peralatan yang dibutuhkan (spill
kit);
b. Jika tumpahan disertai dengan pecahan kaca, maka pecahan kaca
diambil dengan menggunakan serok dan sapu kecil dahulu, taruh
pecahan kaca dalam kantung plastic khusus warna kuning;
c. Taruh tablet presept pada area dan diamkan selama 2 menit atau
semprot dengan larutan hipoklorit 1 : 10 untuk darah dan 1 : 100 untuk
cairan tubuh lain;

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 86


d. Lap area dengan menggunakan kertas tissue, buang kertas tissue pada
plastik warna kuning;
e. Lap sekali lagi dengan menggunakan desinfektan, buang tissue pada
pastik kuning.

5. Pembuangan Sampah Medis Jarum Suntik


Sampah medis jarum suntik adalah sampah yang berasal dari jarum bekas
yang digunakan mengambil sampel yang dikategorikan bahan infeksius.
Sampah medis jarum suntik dikelola secara khusus, sejak dari
laboratorium hingga ke pembuangan sampah medis. Tujuannya adalah
mencegah terjadinya pencemaran dan penyebarluasan penyakit serta
mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum yang habis
digunakan untuk mengambil sampel.
Tata cara pembuangan sampah medis jarum suntik :
a. Setelah selesai digunakan mengambil sampel, jarum suntik dibuang
dalam wadah khusus (jerigen).
b. Jarum tidak boleh dipisahkan dari badan jarum.
c. Petugas sanitasi mengambil sampah dan dimusnahkan dengan
membakar di incinerator.

F. Tata Laksana Limbah Laboratorium


1. Pembuangan Limbah Laboratorium
Menurut PP No. 12 th 1995 limbah adalah bahan sisa suatu kegiatan dan
atau proses produksi. Limbah rumah sakit menurut Permenkes RI nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah
sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 87


2. Prosedur Penanganan Bahan Infeksius
a. Bahan infeksius padat tidak tajam (tabung sampel, tabung urine, kapas)
dibuang pada tempat sampah khusus medis(tempat sampah dengan
plastik kuning). Sampah ini kemudian akan diambil oleh petugas
khusus dan dimusnahkan dengan menggunakan insinerator di Instalasi
Sanitasi
b. Bahan infeksius padat tajam dibuang dalam wadah khusus untuk benda
tajam (berupa jerigen) dan kemudian akan diambil oleh petugas khusus
dan dimusnahkan dengan menggunakan insinerator di Instalasi Sanitasi
c. Bahan infeksius cair berupa limbah alat dan air bekas cucian dibuang di
wastafel yang terhubung dengan saluran IPAL, dimana limbah ini nanti
akan mendapat penanganan khusus sebelum dikeluarkan ke saluran
umum

3. Penanganan Dan Pengelolaan Limbah


Limbah dikatagorikan Umum dan Khusus
a. Umum : limbah yang berasal dari sampah umum, kertas, daun,
bekas
minuman dll. Ditempatkan pada tempat umum, diambil
petugas dan dibawa ke TPS.
b. Khusus : semua yang berhubungan dengan proses pemeriksaan dan
berhubungan dengan spesimen terbagi dalam bentuk padat
dan cair.
1) Khusus padat : alat habis pakai, spuit injeksi, kapas, tip, tabung
reaksi, cup sampel, setelah dipakai ditempatkan
pada tempat khusus, diambil petugas limbah dan
dibawa ke unit pengelola limbah (UPL).
2) Khusus cair : sisa spesimen, sisa spesimen/ bahan kontrol yang

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 88


bercampur reagen, air bekas cucian dan zat pelarut
ditempatkan pada tempat khusus, dibuang lewat
wastafel yang sudah terhubung dengan IPAL.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 89


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Salah satu kegiatan pengendalian mutu dalam laboratorium kesehatan


adalah pemantapan mutu (quality assurance) untuk menjamin ketelitian dan
ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium pencegahan terjadinya kesalahan dalam
melakukan kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik, analitik dan pasca
analitik. sampai dengan melakukan pencegahan ulang setiap tindakan atau proses
pemeriksaan sehingga diperoleh ketepatan hasil pemeriksaan.
Laboratorium Klinik Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes setiap saat selalu
melaksanakan kegiatan ini sesuai dengan prosedur kerja yang ada.
A. Pemantapan Mutu Internal
Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing bagian
dalam laboratorium secara terus-menerus agar tidak terjadi kesalahan/
penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Aktivitasnya
meliputi tahap pra-analitik, analitik dan pasca-analitik.
Menurut Robert Hawkins, M.D.dalam Annals of Laboratory Medicine
2012 ada 5 tahapan kesalahan yang dapat terjadi selama proses pemeriksaan
laboratorium, sejak dari pasien hingga sampel diterima di laboratorium yaitu :
1. Tahap Pra-Praanalitik dan Praanalitik
Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium yang
pengendaliannya tidak seluruhnya dapat dilakukan oleh laboratorium.
2. Pra-Praanalitik (46-68%)
Permintaan laboratorium yang tidak sesuai/lengkap, salah memasukkan
data, salah identifikasi pasien, sampel diambil dari tempat infus, sampel
rusak (hemolisis, beku, kurang, dll), salah tabung, salah penanganan,
penyimpanan dan transportasi.
3. Praanalitik (3-5%)

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 90


Pemisahan sampel, pemipetan, aliquoting, labelling, sentrifugasi (salah
waktu atau kecepatan).
4. Formulir permintaan pemeriksaan
Setelah diisi oleh dokter pasien dan diterima petugas di bagian
pendaftaran, formulir yang berisi identitas pasien dan identitas pengirim
(dokter laboratorium pengirim atau kontraktor) diteliti ulang untuk
meyakinkan bahwa semuanya data sudah ditulis dengan lengkap dan jelas.
Termasuk semua permintaan pemeriksaan sudah ditandai dengan jelas dan
pasti.
5. Persiapan pasien
Menyangkut persiapan pasien, petugas akan menanyakan dan meyakinkan
bahwa pasien yang akan diambil spesimennya, sebelum melakukan
pemeriksaan, sudah melakukan persiapan sesuai dengan ketentuan dan
persyaratan yang diharuskan.
6. Pengambilan dan penerimaan specimen
Spesimen yang sudah diambil dan dikumpulkan secara benar, sesuai
tempat dan pengelompokkannya dengan memperhatikan jenis
spesimennya.
7. Penanganan spesimen
Dalam tahap ini petugas di laboratorium akan mengolah spesimen sesuai
dengan prosedur kerja dengan mempertimbangkan penyimpanan spesimen
sudah dilakukan dengan tepat. Pemeriksaan yang bersifat khusus
memerlukan penanganan tersendiri, termasuk ketepatan proses pengiriman
spesimennya.
8. Persiapan sampel untuk dianalisa
Sebelum melakukan analisa, harus dipastikan kondisi sampel atau
spesimen sudah memenuhi syarat, volume sampel cukup dan identifikasi
sampel sudah benar.
9. Tahap Analitik (7-13%)

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 91


Kesalahan yang dapat terjadi pada tahap ini antara lain alat rusak,
homogenisasi sampel, interferensi (endogen atau eksogen), tidak terdeteksi
adanya kesalahan pada saat quality control.
10. Ada 2 kesalahan dalam tahap analitik yaitu :
a. Kesalahan sistematik adalah kesalahan yang terjadi terus menerus
dengan pola yang sama dan mempengaruhi akurasi dari pemeriksaan.
Kesalahan dapat berupa ‘Trend’ (terjadi penurunan reliabilitas
pemeriksaan yang terjadi secara bertahap) atau ‘Shift’ (perubahan yang
terjadi tiba-tiba pada pemeriksaan). Biasanya 22s, 41s, or 10xrules.
‘Trend’ dapat disebabkan oleh :
Kerusakan sumber cahaya pada alat, penumpukan debris pada sampel/
reagent tubing, penumpukan debris pada electrode, reagen yang sudah
lama, kerusakan bahan control, kerusakan suhu inkubator (untuk
pemeriksaan enzimatik), kerusakan integritas filter sinar, kerusakan
kalibrasi.

Gambar 1. ‘Trend’ pada Grafik Levey Jenning

‘Shift’ dapat disebabkan oleh :

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 92


Kerusakan tiba-tiba dari sumber cahaya, perubahan formula reagen,
perubahan lot reagen, perbaikan besar pada alat, perubahan mendadak
suhu inkubator, perubahan suhu dan kelembaban ruangan, kerusakan
pada sistem sampling (probe sampel atau reagen), kalibrasi yang tidak
akurat.

Gambar 2. ‘Shift’ pada grafik Levey Jenning

b. Kesalahan acak adalah kesalahan dengan pola yang tidak tetap.


Biasanya 13s atau R4srules.
Penyebabnya adalah ketidakstabilan, misalnya suhu waterbath, reagen,
pipet, voltage listrik yang tidak stabil, kontaminasi, gelembung pada
pemipetan, gelembung pada reagen, dll. Berhubungan dengan presisi.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 93


Gambar 3. 13s rule

Gambar 4. R4s rule

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 94


Tabel. Coefficient variation (CV) maksimum yang diperbolehkan :
PARAMETER CV MAKSIMUM

Bilirubin total 7

Kolesterol 6

Kreatinine 6

Glukosa 5

Protein total 3

Albumin 6

Ureum 8

Asam urat 6

Trigliserida 7

SGOT 7

SGPT 7

Gamma GT 7

LDH 7

Alkali Fosfatase 7

Acid Fosfatase 11

Natrium 7

Kalium 2.7

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 95


Klorida 2

Kalsium 3.3

Besi 7

Inter‐assay % CVs < 15 .  Intra‐assay % CVs < 10.   

11. Analitik
a. Persiapan reagen/ media;
b. Reagen sudah memenuhi syarat;
c. Masa kadaluwarsa tidak terlampaui;
d. Cara pelarutan dan pencampuran sudah benar;
e. Cara pengenceran sudah benar;
f. Pelarut atau aquadest memenuhi syarat;
g. Pipetasi reagen dan sampel :
1) Peralatan laboratorium sudah bersih dan memenuhi syarat;
2) Pipet sudah dikalibrasi;
3) Pipetasi dilakukan secara benar;
4) Urutan prosedur diikuti secara runtut.
h. Inkubasi
1) Suhu inkubasi sesuai dengan persyaratan
2) Waktu inkubasi sudah tepat
i. Pemeriksaan
1) Peralatan atau instrument yang digunakan untuk memeriksa
berfungsi dengan baik;
2) Hasilnya dapat dipercaya;
3) Perawatan peralatan dilakukan dengan hasil yang baik.
j. Pembacaan hasil
Perhitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian terhadap hasil
pemeriksaan dilakukan dengan benar.
Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 96
12. Pasca Analitik dan Pasca-Pasca Analitik
a. Pasca Analitik (13-20%)
Salah memvalidasi data, salah melaporkan atau salah alamat, terlalu
lama TATnya, salah memasukkan data secara manual, terlambat
melaporkan hasil kritis.

b. Pasca Analitik
1) Penulisan pelaporan hasil menggunakan formulir yang bersih;
2) Tidak salah transkrip;
3) Tulisannya sudah jelas;
4) Kecenderungan hasil normal atau abnormal.

c. Pasca-Pasca Analitik (25-46%)


Terlambat menindaklanjuti hasil laboratorium, salah interpretasi, follow
up yang tidak sesuai/ tdk adekuat.

B. Pemantapan Mutu Eksternal


Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara
periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk
memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang
pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan PME dilaksanakan oleh
pihak pemerintah, swasta atau lembaga internasional.
Secara kebijakan, Laboratorium Klinik RS. Bhakti Asih Brebes sudah
memiliki kebijakan yang baik, terkait dengan Pemantapan Mutu Eksternal.
Kebijakan itu menegaskan bahwa Instalasi Laboratorium Klinik selalu
menjadi peserta PME secara terus menerus, baik pada tingkat nasional/ pusat,
regional maupun provinsi.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 97


Kegiatan PME itu sangat bermanfaat bagi suatu laboratorium sebab dari
hasil evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan performa (penampilan/
proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang
ditentukan.
Untuk itu pada waktu melaksanakan kegiatan ini tidak boleh
diperlakukan secara khusus. Jadi pada waktu melakukan pemeriksaan harus
dilaksanakan oleh petugas yang biasa melaksanakan pemeriksaan tersebut
serta menggunakan peralatan/ reagen atau metode yang biasa dipakainya
sehingga hasil PME tersebut benar-benar dapat mencerminkan penampilan
laboratorium tersebut yang sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari
penyelenggara dicatat dan dievaluasi untuk mencari penyebab-penyebab dan
mengambil langkah-langkah perbaikan.
Prosedur PME yang biasa dilaksanakan oleh Instalasi Laboratorium
Klinik RS. Bhakti Asih Brebes, adalah sebagai berikut :
1. Bahan kontrol untuk PME diterima;
2. Dibaca petunjuknya, kapan pemeriksaan dilakukan dan kapan hasilnya
dikirim;
3. Tenaga yang memeriksa bahan kontrol adalah petugas yang sudah ahli
yang ditunjuk Kepala Instalasi;
4. Pemeriksaan dilakukan sesuai petunjuk yang ada;
5. Hasil pemeriksaan dicatat dan dibuat nilai rata-ratanya;
6. Nilai rata-rata ditandatangani Kepala Instalasi dan Direktur Rumah Sakit;
7. Hasil dikirim;
8. Hasil feedback diterima laboratorium;
9. Ditindaklanjuti dalam rapat rutin intern laboratorium.
Pelaksana PME yang selama ini melaksanakan uji silang dan uji kualitas
Instalasi Laboratorium Klinik adalah dari Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik pada Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 98


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Persatuan Dokter Spesialis
Patologi Klinik.
Pemeriksaan yang dilaksanakan kedua lembaga di atas, dilaksanakan
setiap tahun sejak tahun 1990 hingga saat ini meliputi pemeriksaan pada
bidang :
1. Kimia Klinik
2. Hematologi
3. Serologi
4. Hemostasis
5. Urinalisa
6. Narkoba
Hasil pemeriksaan PME yang dilaksanakan institusi negeri dan swasta
itu, selama ini hasilnya sangat baik, sehingga pihak Instalasi Laboratorium
Klinik RS. Bhakti Asih Brebes selalu diminta untuk mempertahankan prestasi
ketepatan dan akurasi pemeriksaan yang telah dilaksanakan.
Jika ada hasil yang kurang memuaskan akan ditindaklanjuti melalui rapat
rutin intern laboratorium untuk dikaji penyebab, dan kendalanya serta
dicarikan jalan keluar perbaikannya.

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA 99


BAB IX
PENUTUP

Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, kami telah menyelesaikan


amanat untuk pembuatan Buku Pedoman Pelayanan Laboratorium.
Buku Pedoman ini mencakup berbagai hal yang sangat berkaitan dengan
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sehari- hari yang meliputi tentang
gambaran Laboratorium Rumah Sakit Bhakti Asih Brebes dan standar yang
ditentukan.dengan disusunnya buku pedoman ini semoga bisa menjadi acuan bagi
tenaga laboratorium baik analis maupun tenaga administrasi untuk melakukan
pemeriksaan sehingga didapatkan hasil pemeriksaan yang akurat dan bermutu.

10
Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA
0
LAMPIRAN

Tabel 1. Standar Ketenagaan Laboratorium Klinis Rumah Sakit Tipe C

Non Pendidikan/Standar Depkes RI.

KOMPONEN JUMLAH
Tenaga Analis
a. D III Analis 23
b. SMAK 0

Administrasi 6

Pekarya/pembantu 6

Dokter Spesialis 2

Tabel 2. Daftar tenaga yang dimiliki Laboratorium RS Bhakti Asih Juli 2019

NO KOMPONEN JUMLAH
1 Dokter spesialis 1
2 Tenaga Analis
a. DIII Analis 10
b. DIV Analis 2
3 Administrasi 0
4 Pekarya / Pembantu 0
10
Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA
1
5 Tenaga Analis Magang 0
6 Administrasi Magang 0

Tabel 3. Waktu melakukan pemeriksaan imunoserologi

No Parameter Pemeriksaan Waktu Pemeriksaan


1 T3,T4,TSH 75 menit
2 ANTI-HAV 125 menit
3 ASTO,RF,CRP 60 menit
4 Widal 60 menit
5 HBs-Ag 60 menit
6 Anti – HCV 60 menit
7 Dengue Blood 60 menit

Tabel 4. Waktu melakukan pemeriksaan cairan tubuh

No Parameter pemeriksaan Waktu


pemeriksaan
1 Urin rutin 60 menit
2 LCS 60 menit
3 Sperma analisis 1 20 menit
4 Faeces 60 menit

Tabel 5. Waktu melakukan pemeriksaan khusus

10
Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA
2
No Parameter pemeriksaan Waktu pemeriksaan
1 BTA 4 Jam
2 Malaria 4 Jam
3 GDT 24 Jam

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan kimia klinik rata-rata 70


menit, kecuali pemeriksaan HDL kolesterol, sedangkan pemeriksaan darah rutin
(tanpa LED) sekitar 45 menit.

10
Pedoman Pelayanan Laboratorium RSBA
3

Anda mungkin juga menyukai