Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga pedoman unit laboratorium ini
dapat selesai di susun.
Pedoman unit laboratorium ini sangatlah penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
laboratorium dan sebagai sebagai acuan dalam memberikan pelayanan laboratorium bagi
masyarakat.
Kami menyadari pedoman unit laboratorium ini masih perlu perbaikan
sehingga saran dan masukan yang membangun sangat kami harapkan.
Harapan kami semoga buku pedoman unit laboratorium ini dapat bermanfaat dan digunakan
sebagai pedoman dalam menikatkan mutu pelayanan laboratorium Puskesmas Kerongkong.
A. LATAR BELAKANG
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan
bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi dalam mencapai nderajat kesehatan yang optimal.
Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya transisi epidemiologi
penyakit, perubahan struktur demografi, otonomi daerah, serta masuknya pasar bebas, maka
Puskesmas diharapkan mengembangkan dan meningkatkan mutu layanannya. Untuk
meningkatkan mutu pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat
menentukan diagnosa penyakit secara pasti yaitu pelayanan laboratorium yang bermutu.
Pemeriksaan laboratorium merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang tidak
dapat dipisahkan dengan pelayanan kesehatan lainnya yang ada di unit pelayananan
kesehatan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan
penyakit serta pemulihan kesehatan perseorangan dan masyarakat.
Laboratorium sebagai sub system pelayanan kesehatan merupakan komponen
penunjanng dalam pelayanan kesehatan. Setidaknya ada 5 akses penting mengapa
pemeriksaan laboratorium diperlukan yaitu screening, diagnosis, pemantauan progsifitas
penyakit, monitoring, pngobatan dan prognosis penyakit.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Terlaksananya pelayanan laboratorium yang bermutu di Puskesmas Kerongkong.
2. TUJUAN KHUSUS
Panduan ini di buat sebagai landasan dan acuan dalam melaksanakan segala bentuk
kegiatan di laboratorium baik itu panduan pelaksanaan pemeriksaan hingga
pencatatan dan pelaporan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
laboratorium Puskesmas Kerongkong.
C. SASARAN PEDOMAN
Pedoman ini disusun untuk digunakan bagi tenaga laboratorium Puskesmas Kerongkong
D. RUANG LINGKUP :
Pelayanan laboratorium adalah kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh ruang
laboratorium dalam bidang kimia klinik, hematologi, serologi, bakteriologi parasitologi,
dan urinalisasi untuk melaksanakan pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan.
E. BATASAN OPERASIONAL
Pemeriksaan laboratorium meliputi persiapan pasien, pengambilan sampel,
pemeriksaan sampel, pencatatan dan pelaporan hasil sampai penyerahan hasil
pemeriksaan laboratorium. Laboratorium puskesmas Kerongkong beroperasi setiap hari
kerja mulai pukul 8.00 - 12.30 Wita untuk hari senin hingga kamis dan untuk hari jumat
hingga 8.00 - 10.30 wita dan untuk hari sabtu hingga pukul 08.00 - 11.30 Wita.
Laboratorium puskesmas Kerongkong melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Darah lengkap
meliputi pemeriksaan hemoglobin, jumlah lekosit, jumlah trombisit, jumlah
eritrosit, hematokrit
2. Kimia klinik, meliputi gula darah sewaktu, gula darah puasa, gula darah 2 jam
PP, asam urat dan cholesterol
3. Serologi, meliputi pemeriksaan golongan darah, PPTet, widal, HBsAg, IgG/IgM,
NS1, HIV
3. Bakteriologi, meliputi pemeriksaan BTA, Sipilis, dan malaria
4. Urinalisa meliputi pemeriksaan warna, PH, Berat jenis, urobilin, bilirubin, keton,
blood, lekosit, sedimen urine
Adapun pelaksanaan pelayanan pemeriksaan dalam laboratorium meliputi :
1. Pelayanan pasien rawat jalan,
yang meliputi pasien ruang pemeriksaan umum, ruang kesehatan gigi dan mulut,
anak dan imunisasi, Kesehatan ibu dan KB
a. Pasien menunjukkan menunjukkan pormulir permintaan pemeriksaan
laboratorium
b. Petugas laboratorium memastikan kelengkapan data pasien pada form
pemeriksan kemudian mencatat data tersebut pada buku registrasi
c. Petugas kemudian melakukan persiapan pengambilan sampel pada pasien
d. Petugas melakukan pemeriksaan sesuai permintaan pemeriksaan laboratorium
e. Petugas mencatat hasil dalam buku registrasi pemeriksaan laboratorium dan
pada form hasil pemeriksaan laboratorium
f. Hasil pemeriksaan kemudian di serahkan kepada pasien dan selanjutnya pasien
diberi arahan untuk kembali keruangan.
2. Pelayanan pasien rawat inap dan ruang bersalin
a. Perawat atau petugas jaga mengantar form permintaan pemeriksaan
laboratorium pada petugas laboratorium
b. Petugas laboratorium meneliti kelengkapan data pasien pada form
pemeriksaan
c. Petugas laboratorium menuju ruang rawat inap, ruang bersalin untuk
melakukan pengambilan sampel dan selanjutnya di periksa sesuai permintaan
pemeriksaan laboratorium
d. Hasil di tulis ke dalam buku registrasi pemeriksaan pasien dan pada form hasil
pemeriksaan laboratorium
e. Hasil pemeriksaan kemudian di serahkan kembali kepada dokter jaga UGD
atau petugas jaga
3. UGD
a. Perawat atau petugas jaga mengantar form permintaan pemeriksaan laboratorium
pada petugas laboratorium
b. Petugas laboratorium meneliti kelengkapan data pasien pada form pemeriksaan
lalu
c. Petugas laboratorium menuju ruang UGD untuk melakukan pengambilan sampel
dan selanjutnya sampel tersebut di periksa sesuai permintaan pemeriksaan
laboratorium
d. Hasil di tulis ke dalam buku registrasi pemeriksaan pasien dan pada form hasil
pemeriksaan laboratorium
e. Hasil pemeriksaan kemudian di serahkan kembali kepada dokter jaga UGD atau
petugas jaga
4. Pelayanan laboratorium di luar gedung, meliputi screening HIV-HBsAg pada BuMil,
Pemeriksaan Hb pada siswi SMP/SMA, sosialisasi dan pemeriksaan BTA
a. Petugas membuat rencana program/kegiatan selama satu tahun dan rencana
kegiatan setiap bulan
b. Petugas membuat jadwal kegiatan setiap bulannya
c. Petugas melakukan pelayanan luar gedung sesuai jadwal yang sudah di rencakan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Persyaratan Kompetensi :
Uraian Tugas :
STRUKTUR ORGANISASI
KEPALA PUSKESMAS
WAHYUNI KUNAYARTI,S.Gz.MPH
PJ RUANG LABORATORIUM
A. DENAH RUANGAN
4 3 2 1 1. Kursi Pasien
8
R 2. Meja Biro
8 3. Kursi
Petugas
9
4. Lemari
4 5. Meja
6 kerja/beton
6. Kulkas
3 2 7. Wastafel
8. Pintu
5 10 9. Ruang
Sampling
10. Ruang
7 5 Pemeriksaan
B. STANDAR FASILITAS
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik
bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangan
Laboratorium Puskesmas.Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan spesimen
/pasienuntuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium.Semua ruangan harus mempunyai tata
ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar matahari /cahaya dalam
jumlah yang cukup
Secara umum, tersedia ruang terpisah untuk :
1. Ruang sampling dan administrasi
2. Ruang pemeriksaan
3. Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan.
4. Dinding berwarna terang, harus keras, tidak berpori, kedap air, dan mudah
dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (keramik).
5. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna terang, dan mudah
dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia.
6. Pintu kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan binatang
7. Semua stop kontak dan saklar dipasang minimal 1,40 m dari lantai
8. Pencahayaan cukup. Pencahayaan alami diperoleh dari jendela.
9. Suhu ruangan tidak panas, dengan sirkulasi udara yang baik maka disarankan suhu
dipertahankan antara 22°C s/d 26°C.
10. Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka yang telah disiapkan, dihalaman
luar samping puskesmas Kerongkong
11. Tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang cukup pada bak cuci.
12. Tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi dengan
penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius dan non infeksius
pada laboratorium. Pengelolaan (pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan)
limbah padat dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku.
13. Limbah cair/air buangan dari laboratorium dibuang dengan menggunakan septik
tank.
Perlengkapan dan Peralatan
1. Perlengkapan
a. Meja pengambilan sampel darah
1) Minimal menggunakan meja ½ biro (ukuran 90 x 60 cm)
2) Mempunyai laci
c. Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien
1) Mempunyai sandaran
2) Dapat terbuat dari plastik
d. Bak cuci/sink
1) Dilengkapi kran untuk mengalirkan air bersih
2) Dilengkapi saluran/pipa pembuangan air kotor menuju sistem pengolahan air limbah
Puskesmas
e. Meja pemeriksaan
1) Lebar meja adalah 60 cm dengan panjang sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang
diselenggarakan
2) Meja pemeriksan terbuat dari meja beton
3) Ada meja khusus untuk meletakkan alat centrifuge
f. Lemari pendingin (refrigerator)
1) Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen dan sampel, volume sesuai kebutuhan
2) Reagen dan sampel disimpan dalam lemari pendingin yang terpisah
g. Lemari alat
1) Fungsinya untuk menyimpan alat
2) Dapat terbuat dari besi dengan rak terbuat dari kaca
2. Peralatan
Jenis dan jumlah peralatan Laboratorium Puskesmas tergantung dari metode pemeriksaan, jenis
dan program Puskesmas. Daftar peralatan utama dan penunjang Laboratorium Puskesmas dapat
dilihat pada tabel berikut:
NO NAMA ALAT JUMLAH
1 Kulkas reagen 1
2 Hematologi analyzer H-18 light SFRI 1
3 Kimia klinik analyzer H-18 light SFRI 1
4 Rotator 2
5 Sentrifuger 2
6 Mikroskop binokuler 2
7 Mikrohematokrit 1
8 Mikropipet 2-20µl 1
9 Mikropipet 20-200 µl 1
10 Mikropipet 100-1000 1
11 Mikro pipet 5-50 µl 2
12 Mikropipet 200-1000 µl 1
13 Mikropipet 500-5000 µl 1
14 Rak mikropipet 3
15 Erlenmeyer 1000 ml 1
16 Erlen meyer 500 ml 2
17 Erlen meyer 250 ml 1
18 Erlen meyer 100 ml 1
19 Erlen meyer 50 ml 1
20 Gelas ukur 500ml 2
21 Gelas ukur 10 ml 1
22 Gelas ukur 100 ml 3
23 Beacker glass 500 ml 1
24 Beacker glass 250 ml 1
25 Rak westergren 3
26 Pipet westergren 29
27 Pipet ukur 1 ml 7
28 Pipet ukur 0,1 ml 7
29 Pipet ukur 10 ml 6
30 Pipet ukur 5 ml 6
31 Kamar hitung 3
32 Lampu Bunsen 2
33 Tabung sentrifuse 6
34 Rak tabung kayu 4
35 Rak tabung besi 2
36 Bak pengecatan 3
37 Botol semprot 2
38 Batang pengaduk 13
39 Talycounter 2
40 Haemometer 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP
Upaya pelayanan kesehatan dilaksanakan mengacu pada pendekatan level of care
(kebijakan WHO) yaitu tindakan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif yang
merumuskan pelayanan kesehatan berjenjang untuk memberikan pelayanan yang
menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya yang ada. Pelayanan laboratorium
Puskesmas Kerongkong meliputi pemeriksaan kimia klinik, hematologi, serologi,
bakteriologi parasitologi, dan urinalisasi.
B. METODE
Metode pemeriksaan laboratorium Puskesmas menggunakan metode manual, semi
automatik dan automatik.
C. LANGKAH KEGIATAN
Ruang laboratorium
Sampling &
pemeriksaan
laboratorium
Pembayaran bagi
pasien umum
Adapun nilai ambang kritis yang ditetapkan pada laboratorium puskesmas Masbagik adalah
sebagai berikut:
Reagensia
Reagensia adalah larutan zat dalam komposisi dan kosentrasi tertentu yang digunaan
untuk mengenali zat lain yang belum di ketahui sehingga diketahui isi zat lain tersebut.
Reagensia merupakan pereaksi yang paling banyak digunakan dalam laboratorium klinik
untuk melaksanakan kegiatan analisa hingga didapatkan hasil kegiatan uji. Untuk itu sebuah
laboratorium selayaknya harus memperhatikan kualitas reagent baik dari segi jenis reagen,
komposisi, tempat penyimpanan serta sistem penyediaan di puskesmas.
Petugas laboratorium harus dapat memastikan bahwa ketersediaan reagensia dan bahan
lainnya untuk menunjang pelayanan laboratorium tersediia dengan baik dan tidak mengalami
kekurangan. Oleh karena itu perlu kiranya disusun sebuah panduan tentang pengelolaan
reagensia dan bahan lainnya di laboratorium.
Adapun tujuan pengelolaan reagen adalah:
Memastikan ketersediaan reagensia di Puskesmas dapat berjalan dengan baik.
Memastikan bahwa reagensia yang digunakan untuk pemeriksaan dapat berfungsi
dengan baik dan benar sehingga menjamin hasil pemeriksaan dapar dipercaya dan
akurat
Memastikan penyimpanan reagensia ditempatkan sesuai dengan standar penyimpanan
reagensia yang berlaku sesuai dengan jenis dan sifat reagensia tersebut.
Memastikan bahwa semua prosedur pencatatan dan pelaporan ketersediaan
reagensiadilaksanakan.
1. Sistem Pengadaan Reagensia dan Bahan lainnya
JUMLAH
N NAMA / VOLUME /
SATUAN DALAM
O JENIS BARANG KIT
SETAHUN
1 Stik Glukosa Tube 25 50
2 Stik Asam urat Tube 25 30
3 Stik cholesterol Tube 10 30
4 Stik Urine 10 parameter Tube 100 2
5 Stik Urine 3 parameter Tube 100 2
6 PP Tes Box 50 1
7 Anti Sera ABO Kit @ 10 ml 3
8 Tidal tulip Kit 5ml 3
9 HbsAg box 200 8
10 NS1 Box 10 2
11 RDT DBD/IgG IgM Box 10 6
12 Stik Hb Tube 25 50
13 Siphilis Box 50 1
14 Larutan Turk Botol 100 ml 2
15 Larutan Rees ecker Botol 100 ml 2
16 Drabkins larutan Botol 1000ml 3
17 EDTA 4 % 100 ml botol 100 ml 2
18 HCL 0,1 N KIT 100 ml 2
19 Na sitrat 3,8% Botol 100 ml 2
20 Diluklair Botol 60 ml 15
21 Hemaclair Botol 60 ml 4
22 Lysoglobin Botol 500 ml 4
23 Diluterge Jerigen 2 Ltr 6
24 Diluton Jerigen 20 Ltr 4
25 Cat Ziehl Neelsen KIT 100 ml 25
26 Oil Imersi /100 ml Botol 100 ml 1
27 Gimsa larutan botol 100 ml 1
JUMLAH
N NAMA / VOLUME /
SATUAN DALAM
O JENIS BARANG KIT
SETAHUN
1 Alkohol 70 % Botol 1 ltr 15
2 Blood Lancet Autoclick Box 100 stik 50
3 Blue Tip Bungkus 1000 pcs 1
4 Yellow Tip Bungkus 1000 pcs 2
5 Cover Glass Box 100 pcs 1
6 Slide / Objek Glass Box 72 pcs 8
7 Clorin 5%/Bayclean botol 1 liter 5
8 Alkohol swab Kotak 100 pcs 40
9 Handscund Non Steril S Kotak 100 pcs 25
10 Kapas 500 Gram Gram 75 Gr 2
11 Masker Disposible Kotak 100 pcs 15
12 Plesterin Kotak 200 pcs 15
13 Spuit Disposible 3 cc Kotak 100 pcs 25
14 Spuit Disposible 1 cc Kotak 100 pcs 4
15 Hand rab Botol 250 ml 6
16 Kartu golongan darah Lembar 100 Lbr 1000
2. Penyimpanan
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan :
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
Pertama masuk – pertama keluar (FIFO-firt in first out), yaitu bahwa barang
yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.
Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first out)
2. Tempat penyimpanan
3. Suhu /kelembaban
4. Sirkulasi udara
5. Incompatibility / bahan kimia yang tidak boleh bercampur.
Hal-hal khusus yang harus diperhatikan:
3. Pelabelan/Etiket
Setiap reagensia yang dibuat selalu tercantum tulisan beserta petunjuk yang biasa
disebut etiket atau pelabelan. Etiket yang harus tercantum pada reagensia yang baru Saja
dibuat meliputi :
1. Nama reagensia
2. Kosentrasi (satuan yang digunakan)
3. Tanggal Pembuatan
4. Tanggal Pemakaian
5. Batas kadaluarsa
Sebaiknya etiket terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak terutama akibat terkena
reagensia tersebut, merekat kuat, mudah dilepaskan atau dibersihkan dan mudah dibaca.
Botol yang digunakan sebaiknya terbuat dari kaca, lebih baik berwarna coklat atau gelap
agar tidak dirusak oleh pengaruh sinar matahari.
Keselamatan pasien adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera
pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Program keselamatan pasien
adalah untuk menjamin keselamatan pasien di puskesmas melalui pencegahan terjadinya
kesalahan dalam memberikan pelayanan kesehatan antara lain : infeksi nosokomial, pasien
jatuh, pasien dicubitus, plebitis pada pemasangan infus, tindakan bunuh diri yang bisa
dicegah, kegagalan profilaksis.
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien/petugas yang tidak seharusnya terjadi.
Insiden keselamatan pasien terdiri dari:
1. Kejadian tidak diharapkan (KTD)
Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah Suatu insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera
dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
2. Kejadian Tidak Cidera (KTC)
Kejadian tidak cidera adalah suatu kejadian akibat Penanganan klinis yang tidak
sesuai tetapi kadang tidak menimbulkan cidera
3. Kejadian nyaris cidera (KNC)
Kejadian Nyaris Cidera adalah Suatu insiden yang tidak menyebabkan cidera pada
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), dapat terjadi karena keberuntungan
(misalnya pasien menerima suatu obat kontraindikasi tetap tidak timbul reaksi obat),
karena “pencegahan” (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf
lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), atau “peringanan”
(suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya.
4. Kondisi berpotensi Menyebabkan Cedera (KPC)
Kondisi berpotensi Cidera adalah suatu keadaan-keadaan tertentu dalam pelayanan
klinis, misalnya tempat tidur yang tidak dilengkapi pengaman, lantai yang licin, yang
dapat berpotensi menyebabkan pasien cidera dan jatuh.
5. Kejadian Sentinel
Segala kejadian tidak diharapkan (KTD) yang berakibat pada kematian atau
kehilangan fungsi secara permanen baik sebagian maupun seluruh, yang tidak
berhubungan dengan perjalanan penyakit dari pasien, dan juga terjadinya kesalahan
pembedahan (salah sisi, salah prosedur atau salah pasien).Setiap sentinel event akan
dilakukan analisa akar masalah (Root Cause Analysis)
G. Keselamatan Kerja Yang Berkaitan dengan Bahan Kimia Beracun dan Berbahaya
(B3)
1) Beri label dan keterangan pada semua bahan kimia seperti : Nama dan kosentrasi
bahan kimia, Tanggal penerimaan dan pembuatannya, batas kadarluarsanya,sifat
mudah terbakar atau bahaya lain yang dapat timbul, agar penangan bahan kimia
tersebut dapat dilakukan dengan aman.
2) Label harus dapat bertahan lama, gunakan alat tulis atau tinta yang tidak mudah larut
oleh air.
3) Ruang penyimpanan bahan kimia tidak boleh gelap, diletakkan didalam lemari atau
rak yang susunannya rapi dan teratur
4) Bahan kimia yang bersifat korosif harus diletakkan ditempat yang rendah.
5) Jangan memipet bahan kimia dengan mulut, gunakan karet penghisap.
6) Sampah laboratorium yang mudah terbakar dan mudah menguap dikumpulkan dalam
kaleng yang aman dan jangan dibuang kedalam pipa saluran umum.
7) Netralkan terlebih dahulu limbah cairan jika zat yang bersifat asam netralkan dengan
larutan yang bersifat basa begitu juga sebaliknya.
1. Pergunakan jarum dan lanset secara hati-hati, terutama pada penderita yang gelisah
untuk menghindari kecelakaan kerja.
2. Diperlukan kewaspadaan yang tinggi pada saat memindahkan darah dari semprit ke
botol karena sering terjadi kecelakaan.
3. Jangan menutup kembali jarum dengan tangan, gunakan peralatan untuk menutup dan
membuka jarum atau gunakan tehnik satu tangan untuk menutup jarum : Letakkan
tutup jarum pada permukaan datar dan keras, dengan satu tangan pegang semprit dan
masukkan jarum ke tutupnya. Setelah tutup melingkupi jarum, dengan tangan lainnya
keraskan ulir tutup pada ulir.
4. Jarum dan semprit bekas harus dibuang dalam wadah tahan tusuk, jangan membuang
sembarangan.
1. Lakukan segera pencucian dengan air mengalir dan sabun bila terjadi luka akibat
benda tajam ataupun benda terbuat dari kaca. Membran mukosa harus diirigasi dengan
air, begitu pula dengan permukaaan kulit yang terpapar dengan darah atau cairan
tubuh pasien.
2. Penggunaan antiseptik tidak membantu mengurangi risiko transmisi HIV, bahkan
menyuntikkan antiseptik atau desinfektan ke dalam luka tidak diperbolehkan.
Lakukan evaluasi terhadap sumber paparan, jika sumber paparan diketahui maka
sumber harus diperiksa HbsAg, Anti –HCV dan Anti-HIV. Jika sumber paparan tidak
terinfeksi bloodborne pathogen pemeriksaan terhadap sumber paparan tidak
diperlukan. Jika sumber paparan tidak diketahui, Perhatikan lingkungan tempat
terjadinya paparan apakah ada atau tidak kecenderungan terjadinya paparan dengan
sumber yang berisiko tinggi.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Bakuan Mutu
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan bakuan mutu
berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan bagaimana
prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang akan
dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan menjamin
konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Indikator mutu dibuat oleh penanggung jawab laboratorium.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis laboratorium dan
disahkan oleh penanggung jawab Laboratorium Puskesmas.
B. Pemantapan Mutu
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan proses atau semua
tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan. Kegiatan ini
berupa Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dan Peningkatan
Mutu.
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI/Internal Quality Control) Pemantapan Mutu Internal (PMI)
adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium
secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan atau
penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
a. Manfaat:
1) Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan
aspek analitik dan klinis.
2) Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi
dan perbaikan penyimpanan dapat dilakukan segera.
3) Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan,
pengiriman, penyimpanan dan pengolahan dan pemeriksaan spesimen sampai dengan
pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
4) Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
5) Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)
Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas: tahap praanalitik, tahap analitik dan
tahap pasca-analitik.
1) Tahap Pra-Analitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, mengambil spesimen,
menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengirim spesimen rujukan sampai
dengan menyimpan spesimen.
a) Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien mengenai
persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan.
b) Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara spesimen yang
diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan mencatat kondisi fisik
spesimen tersebut pada saat diterima antara lain volume, warna, kekeruhan, dan
konsistensi. Spesimen yang tidak sesuai dan memenuhi persyaratan hendaknya
ditolak.Dalam keadaan spesimen tidak dapat ditolak (via pos, ekspedisi), maka perlu
dicatat dalam buku penerimaan spesimen dan formulir hasil pemeriksaan.
c) Penanganan spesimen
Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi penyimpanan spesimen
sudah tepat, penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan-pemeriksaan
khusus, kondisi pengiriman spesimen sudah benar.
d) Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian pemeriksaan sesuai
dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika Laboratorium Puskesmas tidak mampu
melakukan pemeriksaan, maka spesimen dikirim ke laboratorium lain dan sebaiknya
dikirim dalam bentuk yang relatif stabil.
e) Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Beberapa cara menyimpan
spesimen antara lain :
- Disimpan pada suhu kamar (Misalnya penyimpanan usap dubur dalam Carry &
Blair untuk pemeriksaan Vibrio cholera).
- Disimpan dalam lemari es dengan suhu 2oC – 8oC.
- Dapat diberikan bahan pengawet.
- Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.
2) Tahap Analitik adalah tahap mulai dari persiapan reagen, mengkalibrasi dan memelihara
alat laboratorium, uji ketepatan dan ketelitian dengan menggunakan bahan kontrol dan
pemeriksaan spesimen.
a) Persiapan reagen
Reagen memenuhi syarat sesuai standar yang berlaku, masa kadaluarsa tidak
terlampaui, cara pelarutan atau pencampuran sudah benar, cara pengenceran sudah
benar,
b) Kalibrasi dan pemeliharaan peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium adalah
peralatan laboratorium, wadah spesimen. Harus dilakukan kalibrasi dan pemeliharaan
peralatan laboratorium secara teratur dan terjadwal. Wadah spesimen harus bersih dan
tidak terkontaminasi.
c) Uji ketelitian dan ketepatan dengan menggunakan bahan kontrol. Jika tidak ada bahan
kontrol maka bisa dilakukan dengan cara membandingkan hasil pemeriksaan satu
sampel pemeriksaan dengan laboratorium puskesmas lain.
d) Melaksanakan pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai protap
masing-masing parameter.
3) Tahap Pasca-Analitik adalah tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan dan melakukan
validasi hasil serta memberikan interpretasi hasil sampai dengan pelaporan.
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) lainnya yang perlu dilakukan di Puskesmas antara
lain:
1) Pembuatan alur pemeriksaan.
2) Pembuatan prosedur/instruksi kerja untuk pengambilan spesimen dan setiap jenis
pemeriksaan.
BAB IX
PENUTUP