Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga pedoman unit laboratorium ini
dapat selesai di susun.
Pedoman unit laboratorium ini sangatlah penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
laboratorium dan sebagai sebagai acuan dalam memberikan pelayanan laboratorium bagi
masyarakat.
Kami menyadari pedoman unit laboratorium ini masih perlu perbaikan
sehingga saran dan masukan yang membangun sangat kami harapkan.
Harapan kami semoga buku pedoman unit laboratorium ini dapat bermanfaat dan digunakan
sebagai pedoman dalam menikatkan mutu pelayanan laboratorium Puskesmas Kerongkong.

Kepala Puskesmas Kerongkong

Wahyuni Kunayarti, S.Gz.MPH


NIP. 19670604 199003 2 008
 BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR  BELAKANG
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan
bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya sebagai investasi bagi  pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi dalam mencapai nderajat kesehatan yang optimal.
Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya transisi epidemiologi
penyakit, perubahan struktur demografi, otonomi daerah, serta masuknya pasar bebas, maka
Puskesmas diharapkan mengembangkan dan meningkatkan mutu layanannya. Untuk
meningkatkan mutu pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat
menentukan diagnosa penyakit secara pasti yaitu pelayanan laboratorium yang bermutu.
Pemeriksaan laboratorium merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang tidak
dapat dipisahkan dengan pelayanan kesehatan lainnya yang ada di unit pelayananan
kesehatan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan
penyakit serta pemulihan kesehatan perseorangan dan masyarakat.
Laboratorium sebagai sub system pelayanan kesehatan merupakan komponen
penunjanng dalam pelayanan kesehatan. Setidaknya ada 5 akses penting mengapa
pemeriksaan laboratorium diperlukan yaitu screening, diagnosis, pemantauan progsifitas
penyakit, monitoring, pngobatan dan prognosis penyakit.

B.    TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Terlaksananya pelayanan laboratorium yang bermutu di Puskesmas Kerongkong.
2. TUJUAN KHUSUS
Panduan ini di buat sebagai landasan dan acuan dalam melaksanakan segala bentuk
kegiatan di laboratorium baik itu panduan pelaksanaan pemeriksaan hingga
pencatatan dan pelaporan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
laboratorium Puskesmas Kerongkong.

C.   SASARAN PEDOMAN
Pedoman ini disusun untuk digunakan bagi tenaga laboratorium Puskesmas Kerongkong
D.    RUANG LINGKUP :
Pelayanan laboratorium adalah kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh ruang
laboratorium dalam bidang kimia klinik, hematologi, serologi, bakteriologi parasitologi,
dan urinalisasi untuk melaksanakan pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan.

E.    BATASAN OPERASIONAL
Pemeriksaan laboratorium meliputi persiapan pasien, pengambilan sampel,
pemeriksaan sampel, pencatatan dan pelaporan hasil sampai penyerahan hasil
pemeriksaan laboratorium. Laboratorium puskesmas Kerongkong beroperasi setiap hari
kerja mulai pukul 8.00 - 12.30 Wita untuk hari senin hingga kamis dan untuk hari jumat
hingga 8.00 - 10.30 wita dan untuk hari sabtu hingga pukul 08.00 - 11.30 Wita.
Laboratorium puskesmas Kerongkong melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Darah lengkap
meliputi pemeriksaan hemoglobin, jumlah lekosit, jumlah trombisit, jumlah
eritrosit, hematokrit
2. Kimia klinik, meliputi gula darah sewaktu, gula darah puasa, gula darah 2 jam
PP, asam urat dan cholesterol
3. Serologi, meliputi pemeriksaan golongan darah, PPTet, widal, HBsAg, IgG/IgM,
NS1, HIV
3. Bakteriologi, meliputi pemeriksaan BTA, Sipilis, dan malaria
4. Urinalisa meliputi pemeriksaan warna, PH, Berat jenis, urobilin, bilirubin, keton,
blood, lekosit, sedimen urine
Adapun pelaksanaan pelayanan pemeriksaan dalam laboratorium meliputi :
1. Pelayanan pasien rawat jalan,
yang meliputi pasien ruang pemeriksaan umum, ruang kesehatan gigi dan mulut,
anak dan imunisasi, Kesehatan ibu dan KB
a. Pasien menunjukkan menunjukkan pormulir permintaan pemeriksaan
laboratorium
b. Petugas laboratorium memastikan kelengkapan data pasien pada form
pemeriksan kemudian mencatat data tersebut pada buku registrasi
c. Petugas kemudian melakukan persiapan pengambilan sampel pada pasien
d. Petugas melakukan pemeriksaan sesuai permintaan pemeriksaan laboratorium
e. Petugas mencatat hasil dalam buku registrasi pemeriksaan laboratorium dan
pada form hasil pemeriksaan laboratorium
f. Hasil pemeriksaan kemudian di serahkan kepada pasien dan selanjutnya pasien
diberi arahan untuk kembali keruangan.
2. Pelayanan pasien rawat inap dan ruang bersalin
a. Perawat atau petugas jaga mengantar form permintaan pemeriksaan
laboratorium pada petugas laboratorium
b. Petugas laboratorium meneliti kelengkapan data pasien pada form
pemeriksaan
c. Petugas laboratorium menuju ruang rawat inap, ruang bersalin untuk
melakukan pengambilan sampel dan selanjutnya di periksa sesuai permintaan
pemeriksaan laboratorium
d. Hasil di tulis ke dalam buku registrasi pemeriksaan pasien dan pada form hasil
pemeriksaan laboratorium
e. Hasil pemeriksaan kemudian di serahkan kembali kepada dokter jaga UGD
atau petugas jaga

3. UGD
a. Perawat atau petugas jaga mengantar form permintaan pemeriksaan laboratorium
pada petugas laboratorium
b. Petugas laboratorium meneliti kelengkapan data pasien pada form pemeriksaan
lalu
c. Petugas laboratorium menuju ruang UGD untuk melakukan pengambilan sampel
dan selanjutnya sampel tersebut di periksa sesuai permintaan pemeriksaan
laboratorium
d. Hasil di tulis ke dalam buku registrasi pemeriksaan pasien dan pada form hasil
pemeriksaan laboratorium
e. Hasil pemeriksaan kemudian di serahkan kembali kepada dokter jaga UGD atau
petugas jaga
4. Pelayanan laboratorium di luar gedung, meliputi screening HIV-HBsAg pada BuMil,
Pemeriksaan Hb pada siswi SMP/SMA, sosialisasi dan pemeriksaan BTA
a. Petugas membuat rencana program/kegiatan selama satu tahun dan rencana
kegiatan setiap bulan
b. Petugas membuat jadwal kegiatan setiap bulannya
c. Petugas melakukan pelayanan luar gedung sesuai jadwal yang sudah di rencakan.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A.   KWALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA   (SDM) 

Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan upaya wajib Puskesmas,


dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi baik jumlah maupun mutunya. Pola
ketenagaan minimal harus dimiliki oleh Puskesmas.

Jenis, kualifikasi dan jumlah tenaga laboratorium puskesmas Kerongkong sbb :

No Jenis Tenaga Kualifikasi Jumlah

Penanggung Jawab (Petugas


1. Dokter 1
Interpretasi hasil pemeriksaan)
Analis Kesehatan
2. Tenaga Teknis 2
(DIII)

Persyaratan Kompetensi :

1. Tenaga Dokter : - Ijazah


- Surat Tanda Registrasi
- Surat Izin Praktik
- Sertifikat Pelatihan

2. Tenaga Teknis : - Ijazah


Laboratorium - Surat Tanda Registrasi
- Surat Izin Praktik
- Sertifikat Pelatihan

Uraian Tugas :

a. Penanggung jawab laboratorium Puskesmas


- Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium
- Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil pemeriksaan
laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam pelayanan laboratorium
- Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan laboratorium
- Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu.
b. Tenaga Teknis
- Tenaga Teknis laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab
- Melaksanakan kegiatan teknis operasional laboratorium sesuai kompetensi dan
kewenangan berdasarkan pedoman pelayanan dan standar prosedur operasional
- Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium
- Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan
- Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium
- Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab laboratorium atau tenaga
kesehatan lain
- Menyiapkan bahan rujukan specimen
-
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tenaga Medis di Laboratorium bertugas di Ruang Laboratorium dan ditempat
pelayanan lain bila ditugaskan oleh Kepala Puskesmas.

STRUKTUR ORGANISASI

KEPALA PUSKESMAS

WAHYUNI KUNAYARTI,S.Gz.MPH

PJ UKP, KEPARMASIAN &


LABORATORIUM

dr. EDO KRISTIAN NUGRAHA

PJ RUANG LABORATORIUM

dr. EDO KRISTIAN NUGRAHA

TEKHNIS PELAKSANA LABORATORIUM

ASTUTI ZAMRONI, A.Md.AK &

AMI ZATURRAHMI, A.Md.AK


C. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan laboratorium di Puskesmas Kerongkong dilaksanakan setiap hari kerja
- Senin - Kamis : jam 08.00 – 12.30 Wita
- Jum’at : Jam 08.00 – 10.30 Wita
- Sabtu : Jam 08.00 – 11.30 Wita
BAB III
STANDAR FASILITAS

A.     DENAH RUANGAN

4 3 2 1 1. Kursi Pasien
8
R 2. Meja Biro
8 3. Kursi
Petugas
9
4. Lemari
4 5. Meja
6 kerja/beton
6. Kulkas
3 2 7. Wastafel
8. Pintu
5 10 9. Ruang
Sampling
10. Ruang
7 5 Pemeriksaan

Ukuran ruangan laboratorium : 1, 9 m x 4,75 m


ukuran ruang sampling : 1,9m x 1,5m
Ukuran ruang kerja : 1,9m x 3,25m
a. Ruang laboratorium Puskesmas Kerongkong terdiri dari ruang sampling dan ruang
pemeriksaan. Ruang sampling digunakan sebagai ruang penerimaan pasien,
pengambilan sampel dan penginputan hasil pemriksaan laboratorium.
b. Ruang kerja digunakan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium.

B. STANDAR FASILITAS
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik
bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangan
Laboratorium Puskesmas.Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan spesimen
/pasienuntuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium.Semua ruangan harus mempunyai tata
ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan memperoleh sinar matahari /cahaya dalam
jumlah yang cukup
Secara umum, tersedia ruang terpisah untuk :
1. Ruang sampling dan administrasi
2. Ruang pemeriksaan
3. Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan.
4. Dinding berwarna terang, harus keras, tidak berpori, kedap air, dan mudah
dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (keramik).
5. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna terang, dan mudah
dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia.
6. Pintu kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan binatang
7. Semua stop kontak dan saklar dipasang minimal 1,40 m dari lantai
8. Pencahayaan cukup. Pencahayaan alami diperoleh dari jendela.
9. Suhu ruangan tidak panas, dengan sirkulasi udara yang baik maka disarankan suhu
dipertahankan antara 22°C s/d 26°C.
10. Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka yang telah disiapkan, dihalaman
luar samping puskesmas Kerongkong
11. Tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang cukup pada bak cuci.
12. Tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi dengan
penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius dan non infeksius
pada laboratorium. Pengelolaan (pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan)
limbah padat dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku.
13. Limbah cair/air buangan dari laboratorium dibuang dengan menggunakan septik
tank.
Perlengkapan dan Peralatan
1. Perlengkapan
a. Meja pengambilan sampel darah
1) Minimal menggunakan meja ½ biro (ukuran 90 x 60 cm)
2) Mempunyai laci
c. Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien
1) Mempunyai sandaran
2) Dapat terbuat dari plastik
d. Bak cuci/sink
1) Dilengkapi kran untuk mengalirkan air bersih
2) Dilengkapi saluran/pipa pembuangan air kotor menuju sistem pengolahan air limbah
Puskesmas
e. Meja pemeriksaan
1) Lebar meja adalah 60 cm dengan panjang sesuai dengan kebutuhan pelayanan yang
diselenggarakan
2) Meja pemeriksan terbuat dari meja beton
3) Ada meja khusus untuk meletakkan alat centrifuge
f. Lemari pendingin (refrigerator)
1) Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen dan sampel, volume sesuai kebutuhan
2) Reagen dan sampel disimpan dalam lemari pendingin yang terpisah
g. Lemari alat
1) Fungsinya untuk menyimpan alat
2) Dapat terbuat dari besi dengan rak terbuat dari kaca
2. Peralatan
Jenis dan jumlah peralatan Laboratorium Puskesmas tergantung dari metode pemeriksaan, jenis
dan program Puskesmas. Daftar peralatan utama dan penunjang Laboratorium Puskesmas dapat
dilihat pada tabel berikut:
NO NAMA ALAT JUMLAH
1 Kulkas reagen 1
2 Hematologi analyzer H-18 light SFRI 1
3 Kimia klinik analyzer H-18 light SFRI 1
4 Rotator 2
5 Sentrifuger 2
6 Mikroskop binokuler 2
7 Mikrohematokrit 1
8 Mikropipet 2-20µl 1
9 Mikropipet 20-200 µl 1
10 Mikropipet 100-1000 1
11 Mikro pipet 5-50 µl 2
12 Mikropipet 200-1000 µl 1
13 Mikropipet 500-5000 µl 1
14 Rak mikropipet 3
15 Erlenmeyer 1000 ml 1
16 Erlen meyer 500 ml 2
17 Erlen meyer 250 ml 1
18 Erlen meyer 100 ml 1
19 Erlen meyer 50 ml 1
20 Gelas ukur 500ml 2
21 Gelas ukur 10 ml 1
22 Gelas ukur 100 ml 3
23 Beacker glass 500 ml 1
24 Beacker glass 250 ml 1
25 Rak westergren 3
26 Pipet westergren 29
27 Pipet ukur 1 ml 7
28 Pipet ukur 0,1 ml 7
29 Pipet ukur 10 ml 6
30 Pipet ukur 5 ml 6
31 Kamar hitung 3
32 Lampu Bunsen 2
33 Tabung sentrifuse 6
34 Rak tabung kayu 4
35 Rak tabung besi 2
36 Bak pengecatan 3
37 Botol semprot 2
38 Batang pengaduk 13
39 Talycounter 2
40 Haemometer 1
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. LINGKUP
Upaya pelayanan kesehatan dilaksanakan mengacu pada pendekatan level of care
(kebijakan WHO) yaitu tindakan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif yang
merumuskan pelayanan kesehatan berjenjang untuk memberikan pelayanan yang
menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya yang ada. Pelayanan laboratorium
Puskesmas Kerongkong meliputi pemeriksaan kimia klinik, hematologi, serologi,
bakteriologi parasitologi, dan urinalisasi.

B. METODE
Metode pemeriksaan laboratorium Puskesmas menggunakan metode manual, semi
automatik dan automatik.
C. LANGKAH KEGIATAN

ALUR KEGIATAN PEMERIKSAAN

Pasien Loket Pendaptaran - R. Pemeriksaan


umum
- R. Kes Gigi &
Mulut
- R. KIA & KB
- R. UGD
- R. Rawat inap
- R. Anak &
Imunisasi
- R. Persalinan

Ruang laboratorium

Sampling &
pemeriksaan
laboratorium
Pembayaran bagi
pasien umum

Kembali ke ruangan Pengambilan hasil


pengirim pemeriksaan
laboratorium
Keterangan :
1. Pasien datang dari pendaftaran ( loket ) diterima oleh petugas ruang pemeriksaan umum,
kesehatan gigi dan mulut, KIA & KB, anak dan imunisasi, UGD, rawat inap dan
persalinan
2. Petugas dari ruangan mengirim pasien beserta form permintaan pemeriksaan laboratorium
3. Petugas Laboratorium melakukan sampling dan pemeriksaan laboratorium sesuai form
permintaan pemeriksaan Laboratorium.
4. Pasien membayar biaya pemeriksaan Laboratorium ke Kasir.
5. Pasien datang lagi ke Laboratorium untuk mengambil hasil pemeriksaan Laboratorium
dengan menunjukkan kwitansibukti pembayaran
6. Pasien kembali lagi ke ruangan Pengirim untuk mendapatkan tindakan selanjutnya.

Langkah-langkah pelayanan Laboratorium Puskesmas Kerongkong sebagai berikut :


a. Persiapan petugas
Mengenakan perlengkapan keselamatan kerja antara lain masker, jas laboratorium, sarung
tangan sebelum memulai aktifitas, menyiapkan formulir serta alat dan bahan yang
dibutuhkan.
b. Persiapan Pemeriksaan
- Persiapan pemeriksaan dilakukan untuk pemeriksaan yang diharuskan puasa terlebih
dahulu ( mis : gula darah puasa / 2 jam PP )
 Pasien berpuasa dari malam hari dan hanya diperbolehkan minum air putih
 Pasien berpuasa 8 – 12 jam
 Pada keesokan harinya pasien diambil sampel/darah oleh petugas laboratorium
dalam keadaan puasa
c. Pengambilan dan pemeriksaan pasien ruang laboratorium.
1. Pengambilan
- Pengambilan spesimen untuk pasien rawat jalan dilakukan oleh petugas laboratorium
diruang pengambilan sampel laboratorium dan pengambilan sampel untuk pasien rawat
inap dilakukan oleh petugas laboratorium di ruang rawat inap
- Pengambilan spesimen dahak sewaktu untuk pemeriksaan BTA dilakukan ruangan
terbuka
- Untuk pemeriksaan urinalisa maka pasien dipersilahkan berkemih terlebih dahulu
di toilet kemudian urine di tampung dalam pot urine yang telah dipersiapkan oleh
petugas laboratorium
- Bila pemeriksaan yang diminta darah lengkap dan atau kimia klinik dimana
sampel darah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan jumlahnya banyak maka
sampel di ambil pada salah satu vena dalam Fossa cubiti, pada bayi diambil pada
vena jugularis suferficial atau juga darah dari sinus sagitalis superior. tetapi bila
jumlah sampel yang didapatkan pada saat sampling sedikit maka digunakan darah
kapiler/vena dengan metode prediluted
- Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan IMS dilakukan oleh bidan dan perawat diruang
bersalin/IMS.
2. Pemeriksaan spesimen
Pemeriksaan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium diruang pemeriksaan
laboratorium. Adapun langkah-langkah pemriksaan laboratorium sebagai berikut :
- Petugas menerima form permintaan pemeriksaan laboratorium dari ruangan
baik rawat jalan maupun rawat inap.
- Petugas memberikan informasi tarif pemeriksaan yang diminta.
- Petugas mencatat identitas pasien pada register pemeriksaan laboratorium
- Petugas laboratorium memberikan penjelasan kepada pasien mengenai sampel
yang akan diambil dan pemeriksaan laboratorium yang akan dilakukan.
- Petugas melakukan sampling dan pemeriksaan laboratorium sesuai form
permintaan laboratorium
d. Penyerahan Hasil
- Petugas menulis hasil pemeriksaan pada form hasil pemeriksaan dan register
pemeriksaan laboratorium
- Petugas menyerahkan hasil pemeriksaan pada pasien/keluarga pasien
- Petugas mencatat waktu penyerahan hasil pemriksaan
- Petugas menyarankan pasien untuk kembali ke ruangan pegirim
e. Pemeriksaan Laboratorium Risiko Tinggi
Adapun kemampuan pemeriksaan laboratorium yang berisiko tinggi meliputi
pemeriksaan : HbsAg, HIV dengan menggunakan metode rapid tes, pemeriksaan IMS
f. Pencatatan dan Pelaporan
1. Pencatatan
Pencatatan selain untuk pemantauan data juga untuk evaluasi.Adapun monitoring dan
evaluasi dilakukan oleh penanggung jawab layanan klinis setiap 6 bulan sekali.
Macam-macam pencatatan antara lain:
a. Buku Register Pemeriksaan laboratorium
b. Buku indicator mutu laboratorium
c. Buku keselamatan pasien
d. Buku insiden
e. Buku penyerahan hasil pemeriksaan
f. Buku register hasil laboratorium yang kritis
g. Pelaporan
2. Pelaporan yang harus disampaikan secara berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten
berupa laporan bulanan yang merupakan hasil rekapitulasi pencatatan/kegiatan harian
laboratorium.
g. Waktu Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium berbeda-beda sesuai dengan jenis
pemeriksaan .
Untuk pemeriksaan laboratorium yang bersifat cyto/urgen didahulukan dari pemeriksaan
laboratorium elektif dan segera melaporkan hasil pemeriksaan.
Waktu penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium puskesmas Kerongkong adalah
sebagai berikut:
JENIS PEMERIKSAAN WAKTU
PEMERIKSAAN
1. Darah Lengkap dengan alat Hema SFRI H-18 : 30 menit
- Hb : 10 menit
1. Seroimunologi
A. Gol darah : 10 menit
B. Widal Slide : 15 menit
C. HbsAg : 10 Menit
D. IgG dan IgM : 10 menit
E. NS1 : 10 menit
F. Siphilis : 10 menit
G. PPTest : 10 menit
H. HIV : 10 menit
2. Mikrobiologi :
A. BTA Sputum : 30 menit
B. IMS : 30 menit
C. Malaria ( Sediaan darah ) : 30 menit
D. Malaria (RDT) : 10 menit
3. Urine lengkap : 30 menit
- Protein urine : 10 menit
- Reduksi urine : 10 menit
4. Kimia darah :
A. Gula darah sewaktu : 10 menit
B. Gula darah Puasa : 10 menit
C. Gula darah 2 jam PP : 10 menit
D. Asam urat : 10 menit
E. Cholesterol : 10menit

h. Penetapan Rentang Nilai


Penetapan rentang nilai pada unit laboratorium Puskesmas Kerongkong ditetapkan melalui
rapat internal laboratorium yang dihadiri oleh Penanggung Jawab UKP, Farmasi dan
laboratorium sekaligus penanggung jawab laboratorium, dokter dan petugas ATLM selaku
pelaksana teknis kemudian dilaporkan dan ditetapkan oleh kepala Puskesmas Kerongkong.

Adapun rentang nilai laboratorium puskesmas Masbagik adalah sebagai berikut:

No Jenis Pemeriksaan Satuan Nilai Normal


A. Haematologi :    
1. Haemoglobin  gr/dl  L : 14-18 W : 12-16
2. Jumlah leukosit  Cmm Dewasa : 4000 -11.000
3. Jumlah erytrosit  Juta/Cmm L : 4,5-5,5W : 4,0-5,0 Jt
Hitung Jenis
4. % 0-1/2-6/50-70-20-40/2-8
(Ba/Eos/Stb/Seg/Lym/Mo)
5. Jumlah Trombosit  Cmm  150.000- 400.000
6. Hematrokrit/PCV  %  L : 40-50 W : 35-45
7. Laju Endap Darah  Mm/Jam  L : <15 W : <20
8.  CT  Menit  < 15 menit
9.  BT  Menit  1-6 menit
10.  Golongan Darah
B.  Kimia Klinik    
1.  Gula Darah Sewaktu  g/l ≤  160
2.  Gula Darah Puasa  g/l 70-110
3.  Gula Darah 2 JPP  g/l 70-160
4.  Cholesterol total  mg/dl <200
5.  Asam Urat  mg/dl L : 3,4-7 W : 2,4-5,7
C.  Seroimunologi    
1.  Widal    -
2.  IgG/IgM    -
3.  HbsAg    -
4.  Tes Kehamilan/PTT    -
5. NS1    -
 6.  Anti HIV    -
7. Siphilis -
 D. Mikrobiologi     -
 1.  Sputum BTA    -
 2.  Malaria    -
 3.  Jamur    -
 E. Urinalisa     -
 Protein, Glukose, Bilirubin,
Urobilin, Keton, Nitrit, Lekosit,
 1. Erytrosit, dan Sedimentasi    --

i. Penetapan Nilai Ambang Kritis


Penetapan nilai ambang kritispada unit laboratorium Puskesmas Kerongkong
ditetapkan melalui rapat internal laboratorium yang dihadiri oleh Penanggung jawab UKP,
Farmasi dan laboratorium sekaligus sebagai penanggung jawab laboratorium, dokter dan
petugas ATLM selaku pelaksana teknis kemudian dilaporkan dan ditetapkan oleh kepala
Puskesmas Kerongkong. Penyampaian hasil laboratorium yang bersifat kritis dilakukan
langsung kepada dokter atau petugas jaga segera setelah hasil pemeriksaan keluar.

Adapun nilai ambang kritis yang ditetapkan pada laboratorium puskesmas Masbagik adalah
sebagai berikut:

No Jenis Pemeriksaan Batas Bawah Batas Atas


1. Haemoglobin ≤ 7 gr% ≥ 21 gr%
2. Jumlah Lekosit ≤ 20.000/ ul ≥ 40.000/ ul
3. Jumlah trombosit ≤ 20.000/ul ≥1.000.000
4. Gula darah ≤ 50 mg/dl ≥ 500 mg/dl
5. Protein urine 3+
BAB V
LOGISTIK

Reagensia
Reagensia adalah larutan zat dalam komposisi dan kosentrasi tertentu yang digunaan
untuk mengenali zat lain yang belum di ketahui sehingga diketahui isi zat lain tersebut.
Reagensia merupakan pereaksi yang paling banyak digunakan dalam laboratorium klinik
untuk melaksanakan kegiatan analisa hingga didapatkan hasil kegiatan uji. Untuk itu sebuah
laboratorium selayaknya harus memperhatikan kualitas reagent baik dari segi jenis reagen,
komposisi, tempat penyimpanan serta sistem penyediaan di puskesmas.
Petugas laboratorium harus dapat memastikan bahwa ketersediaan reagensia dan bahan
lainnya untuk menunjang pelayanan laboratorium tersediia dengan baik dan tidak mengalami
kekurangan. Oleh karena itu perlu kiranya disusun sebuah panduan tentang pengelolaan
reagensia dan bahan lainnya di laboratorium.
Adapun tujuan pengelolaan reagen adalah:
 Memastikan ketersediaan reagensia di Puskesmas dapat berjalan dengan baik.
 Memastikan bahwa reagensia yang digunakan untuk pemeriksaan dapat berfungsi
dengan baik dan benar sehingga menjamin hasil pemeriksaan dapar dipercaya dan
akurat
 Memastikan penyimpanan reagensia ditempatkan sesuai dengan standar penyimpanan
reagensia yang berlaku sesuai dengan jenis dan sifat reagensia tersebut.
 Memastikan bahwa semua prosedur pencatatan dan pelaporan ketersediaan
reagensiadilaksanakan.
1. Sistem Pengadaan Reagensia dan Bahan lainnya

Pengadaan adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan reagensia berdasarkan


perencanaan, penentuan kebutuhan, dan penganggaran yang telah dibuat sebelumnya.
Pengadaan reagensia laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Tingkat persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan yaitu
jumlah persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk memenuhi
kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya.Safety Stock adalah
jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan-bahan yang dibutuhkan atau
yang sering terlambat diterima.
Buffer stok adalah stok penyangga kekurangan reagen di laboratorium. Ditetapkan
sebesar 20% dari stok minimum. Ini diupayakan untuk mengantisifasi agar tidak
terjadi kekurangan reagen di laboratorium.
b. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan jumlah kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau
pembelian reagensia dalam periode 6-12 bln yang lalu. Jumlah rata-rata pemakaian
bahan untuk satu bulan perlu dicatat. Sehingga dapat diperkirakan kebutuhan
reagensia dibulan atau tahun berikutnya.
Perkiraan jumlah kebutuhan reagensia laboratorium puskesmas Kerongkong:

JUMLAH
N NAMA / VOLUME /
SATUAN DALAM
O JENIS BARANG KIT
SETAHUN
1 Stik Glukosa Tube 25 50
2 Stik Asam urat Tube 25 30
3 Stik cholesterol Tube 10 30
4 Stik Urine 10 parameter Tube 100 2
5 Stik Urine 3 parameter Tube 100 2
6 PP Tes Box 50 1
7 Anti Sera ABO Kit @ 10 ml 3
8 Tidal tulip Kit 5ml 3
9 HbsAg box 200 8
10 NS1 Box 10 2
11 RDT DBD/IgG IgM Box 10 6
12 Stik Hb Tube 25 50
13 Siphilis Box 50 1
14 Larutan Turk Botol 100 ml 2
15 Larutan Rees ecker Botol 100 ml 2
16 Drabkins larutan Botol 1000ml 3
17 EDTA 4 % 100 ml botol 100 ml 2
18 HCL 0,1 N KIT 100 ml 2
19 Na sitrat 3,8% Botol 100 ml 2
20 Diluklair Botol 60 ml 15
21 Hemaclair Botol 60 ml 4
22 Lysoglobin Botol 500 ml 4
23 Diluterge Jerigen 2 Ltr 6
24 Diluton Jerigen 20 Ltr 4
25 Cat Ziehl Neelsen KIT 100 ml 25
26 Oil Imersi /100 ml Botol 100 ml 1
27 Gimsa larutan botol 100 ml 1

Perkiraan jumlah kebutuhan BMHP laboratorium puskesmas Kerongkong:

JUMLAH
N NAMA / VOLUME /
SATUAN DALAM
O JENIS BARANG KIT
SETAHUN
1 Alkohol 70 % Botol 1 ltr 15
2 Blood Lancet Autoclick Box 100 stik 50
3 Blue Tip Bungkus 1000 pcs 1
4 Yellow Tip Bungkus 1000 pcs 2
5 Cover Glass Box 100 pcs 1
6 Slide / Objek Glass Box 72 pcs 8
7 Clorin 5%/Bayclean botol 1 liter 5
8 Alkohol swab Kotak 100 pcs 40
9 Handscund Non Steril S Kotak 100 pcs 25
10 Kapas 500 Gram Gram 75 Gr 2
11 Masker Disposible Kotak 100 pcs 15
12 Plesterin Kotak 200 pcs 15
13 Spuit Disposible 3 cc Kotak 100 pcs 25
14 Spuit Disposible 1 cc Kotak 100 pcs 4
15 Hand rab Botol 250 ml 6
16 Kartu golongan darah Lembar 100 Lbr 1000

c. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delyvery time)


Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima
dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat.

Pengadaan reagensia di Puskesmas Kerongkong bersumber pada dana JKN


untuk kegiatan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), BOK untuk kegiatan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan distribusi dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Timur. Petugas Laboratorium melakukan perencanaan kebutuhan reagensia 1
tahun dengan menghitung jumlah pemakaian 1 tahun sebelumnya kemudian membuat
perencanaan permintaan perbulan atau pertriwulan tergantung dengan kondisi dana
yang ada di Puskesmas. Petugas Laboratorium mengusulkan permintaan pengadaan
Reagen kepada tim perencana Puskesmas, Sedangkan pendistribusian reagensia dari
Dinas Kesehatan diterima sekali setahun atau sesuai proses pengadaan Dinas
Kesehatan.

2. Penyimpanan
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan :
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
 Pertama masuk – pertama keluar (FIFO-firt in first out), yaitu bahwa barang
yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.
 Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first out)
2. Tempat penyimpanan
3. Suhu /kelembaban
4. Sirkulasi udara
5. Incompatibility / bahan kimia yang tidak boleh bercampur.
Hal-hal khusus yang harus diperhatikan:

 Tutuplah botol waktu penyimpanan.


 Tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
 Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol berwarna gelap.
 Beberapa reagen tidak boleh diletakkan pada tempat yang berdekatan satu dengan
lainnya.
 Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan di bagian bawah/lantai dengan label tanda
bahaya.
 Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal kadaluarsa, tanggal wadah
reagen dibuka, jumlah reagen yang diambil dan jumlah reagen sisa serta paraf tenaga
pemeriksa yang menggunakan.

Penyimpanan reagen di laboratorium puskesmas Kerongkong sbb :


NO NAMA REAGEN KEMASAN SUHU
1 Alkohol 70 % Botol Putih Suhu ruangan
2 Metanol Botol coklat Suhu ruangan
3 Larutan truk Botol coklat Suhu ruangan
4 Na Citrat 3,8 % Botol coklat Suhu ruangan
5 Giemsa stain Botol coklat Suhu ruangan
6 HCL 0,1 N Botol coklat Suhu ruangan
7 EDTA 10 % Botol coklat Suhu ruangan
8 Larutan reesceker Botol coklat Suhu ruangan
9 Oil immersi Botol coklat Suhu ruangan
10 Glucose stik Tube Suhu ruangan
11 Asam urat stik Tube Suhu ruangan
12 Cholesterol stik Tube Suhu ruangan
13 Stik urine Tube Suhu ruangan
14 PP Tes Box Suhu ruangan
15 Diluklair Botol 2-8oC

NO NAMA REAGEN KEMASAN SUHU


16 Hemaklair Botol Suhu ruangan
17 Lysoglobin Botol Suhu ruangan
18 Diluterge Jerigen Suhu ruangan
19 Diluton Jerigen Suhu ruangan
20 Anti Sera ABO KIT 2-8oC
21 Tidal tulip KIT 2-8oC
22 Cat Ziehl Neelsen KIT Suhu ruangan
23 Oil imersi Botol Suhu ruangan
24 Larutan Giemsa Botol Suhu ruangan
25 HBsAg Box Suhu ruangan
26 IgG/IgM/RDT Box Suhu ruangan
27 NS1 Box Suhu ruangan

3. Pelabelan/Etiket
Setiap reagensia yang dibuat selalu tercantum tulisan beserta petunjuk yang biasa
disebut etiket atau pelabelan. Etiket yang harus tercantum pada reagensia yang baru Saja
dibuat meliputi :
1. Nama reagensia
2. Kosentrasi (satuan yang digunakan)
3. Tanggal Pembuatan
4. Tanggal Pemakaian
5. Batas kadaluarsa
Sebaiknya etiket terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak terutama akibat terkena
reagensia tersebut, merekat kuat, mudah dilepaskan atau dibersihkan dan mudah dibaca.
Botol yang digunakan sebaiknya terbuat dari kaca, lebih baik berwarna coklat atau gelap
agar tidak dirusak oleh pengaruh sinar matahari.

4. Validasi dan uji kualitas reagensia.


Pengujian kualitas reagensia dapat dilakukan dengan:

- Makroskopis yaitu dengan melihat kondisi fisik reagen tersebut, meliputi :


 Warna reagensia (apakah terjadi perubahan warna dari aslinya atau tidak).
 Kekeruhan/kejernihan reagensia (dilihat adanya kekeruhan atau tidak)
 Dilihat adanya endapan, dll
- Melakukan pemeriksaan bahan kontrol assayed yang telah diketahui nilainya dengan
menggunakan reagen tersebut .
- Untuk reagensia kimia darah dengan melakukan pemeriksaan terhadap sampel
sebanyak 3 kali pengulangan dengan reagensia yang sama kemudian dilihat perbedaan
hasil ketiga sampel < 0,2.
- Reagent gimsa dengan meneteskan pada kertas saring pada bagian tengahnya
ditambahkan metanol absolut kemudian dibiarkan 3-5 menit sampai terjadi lingkaran
yang berwarna merah dan biru. Jika terjadi pemisahan warna bagian dalam lingkaran
merah dan bagian luar biru maka reagen yang digunakan baik.
- Reagent zielh nelsen dengan menyimpan slide positif dan negative masing –masing
10 slide, setiap membuka kemasan reagen slide yang sudah di simpan baik negative
maupun positif di cat dan dibaca menggunakan mikroskopis. Jika warna BTA masih
terlihat jelas merah pada slide positif dan slide negative memberikan hasil negative
maka reagensia yang digunakan baik.
- Reagent seroimunologi seperti widal kit dilakukan secara makroskopis dan pada saat
pemeriksaan menyertakan kontrol positif dan negatif
5. Pencatatan dan pelaporan reagen
Pencatatan dan pelaporan reagen sangat diperlukan dalam proses Pengelolaan reagen di
puskesmas meliputi:

a. Membuat perencaaan kebutuhan reagensia dan bahan lainnya selama 1 tahun


b. Mencatat penerimaan dan pemakaian reagensia setiap bulannya pada formulir stok
permintaan dan penerimaan reagensia.
c. Mencatat tanggal penerimaan dan pengeluaran reagensia pada kartu stok reagensia
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera
pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Program keselamatan pasien
adalah untuk menjamin keselamatan pasien di puskesmas melalui pencegahan terjadinya
kesalahan dalam memberikan pelayanan kesehatan antara lain : infeksi nosokomial, pasien
jatuh, pasien dicubitus, plebitis pada pemasangan infus, tindakan bunuh diri yang bisa
dicegah, kegagalan profilaksis.

Patient Safety (keselamatan pasien) puskesmas adalah suatu sistem dimana


puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di
sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya dilakukan.

Di Laboratorium banyak macam reagen, tindakan pengambilan darah atau vena


fungsi, bahan-bahan berbahaya, alat kesehatan dan sarana lainnya yang jika tidak dikelola
dengan baik dapat menimbulkan risiko insiden terhadap pasien. Tenaga laboratorium wajib
berperan aktif mulai dari identifikasi permasalahan mutu layanan di laboratorium, melakukan
analisis, menyusun rencana perbaikan, melaksanakan dan menindaklanjuti usaha perbaikan
terhadap mutu layanan laboratorium untuk menjamin keselamatan pasien.

A. Sasaran Keselamatan Pasien Di Laboratorium


Setiap kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Puskesmas dapat menimbulkan
bahaya/resiko terhadap petugas yang berada di dalam laboratorium maupun lingkungan
sekitarnya. Untuk mengurangi/mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas
laboratorium melaksanakan kegiatan sasaran keselamatan pasien.
Untuk meningkatkan keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap
sasaran keselamatan pasien. Laboratorium Puskesmas kerongkong menetapkan sasaran
keselamatan pasien yaitu :
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi pada hampir
semua asfek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Untuk menghindari hal tersebut maka
pada setiap unit layanan di Puskesmas Kerongkong melaksanakan identifikasi pasien
yang tepat. Identifikasi pasien tersebut meliputi minimal 2 detail wajib, yaitu: nama,
Tanggal lahir dan atau No Rekam Medis. Kegiatan identifikasi pasien di laboratorium
dilakukan pada saat petugas laboratorium memanggil pasien untuk melakukan
pengambilan specimen pemeriksaan, hal ini di lihat dari kesesuaian antar data pasien
pada form permintaan laboratorium dengan kartu identitas pasien.
Pengumpulan data untuk ketepatan identifikasi pasien laboratorium menggunakan
sampel yaitu 30 % dari jumlah pasien dan dihitung setiap akhir bulan dan dilakukan
monitoring dan evaluasi. Targetnya adalah 100%.
Pengukuran keselamatan pasien dilakukan dengan cara menghitung jumlah pasien
yang teridentifikasi tepat dibagi jumlah sampel yang dilayani dikali 100%.

Jumlah identifikasi pasien yang sesuai


X 100 %
Jumlah sampel

2. PenguranganTerjadinyaRisikoInfeksi terkait pelayanan di Puskesmas


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan
pelayanan kesehatan. Pusat dari eliminasi infeksi ini merupakan infeksi-infeksi lain
adalah cuci tangan (hand hygine) yang tepat.
Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas laboratorium wajib menjaga
kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan 6dilakukan langkah dengan
menggunakan handwash atau handrap, pada 5 moment :
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum tindakan aseptic
c. Setelah kontak dengan pasien
d. Setelah tindakan aseptic
e. Setelah berada di lingkungan pasien.
Handwash digunakan bila tangan terlihat kotor, 10 kali telah menggunakan handrap
diaplikasikan selama 40-60 detik, handrap digunakan bila tangan terlihat bersih dan
diaplikasikan selama 20-30 detik.
Langkah lain yang diterapkan untuk mengurangi resiko infeksi di laboratorium
adalah dengan cara Menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat melakukan
tindakan medis yang bertujuan mencegah terjadinya infeksi silang antara pasien dan
petugas . Adapun Alat pelindung diri yang digunakan terdiri dari masker, hand
schoon, jas laboratorium dan sepatu tertutup pada bagian depannya.
Pengukuran terjadinya resiko infeksi di laboratorium dilakukan oleh petugas
Kesehatan lingkungan dengan 200 kali pengamatan

B. Insiden Keselamatan Pasien

Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien/petugas yang tidak seharusnya terjadi.
Insiden keselamatan pasien terdiri dari:
1. Kejadian tidak diharapkan (KTD)
Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah Suatu insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera
dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
2. Kejadian Tidak Cidera (KTC)
Kejadian tidak cidera adalah suatu kejadian akibat Penanganan klinis yang tidak
sesuai tetapi kadang tidak menimbulkan cidera
3. Kejadian nyaris cidera (KNC)
Kejadian Nyaris Cidera adalah Suatu insiden yang tidak menyebabkan cidera pada
pasien akibat melaksanakan suatu tindakan (comission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), dapat terjadi karena keberuntungan
(misalnya pasien menerima suatu obat kontraindikasi tetap tidak timbul reaksi obat),
karena “pencegahan” (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf
lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), atau “peringanan”
(suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan
antidotumnya.
4. Kondisi berpotensi Menyebabkan Cedera (KPC)
Kondisi berpotensi Cidera adalah suatu keadaan-keadaan tertentu dalam pelayanan
klinis, misalnya tempat tidur yang tidak dilengkapi pengaman, lantai yang licin, yang
dapat berpotensi menyebabkan pasien cidera dan jatuh.
5. Kejadian Sentinel
Segala kejadian tidak diharapkan (KTD) yang berakibat pada kematian atau
kehilangan fungsi secara permanen baik sebagian maupun seluruh, yang tidak
berhubungan dengan perjalanan penyakit dari pasien, dan juga terjadinya kesalahan
pembedahan (salah sisi, salah prosedur atau salah pasien).Setiap sentinel event akan
dilakukan analisa akar masalah (Root Cause Analysis)

C. Laporan Insiden Keselamatan Pasien

1. Petugas Puskesmas yang terlibat atau pertama menemukan insiden keselamatan


pasien wajib segera melapor ke dokter untuk diberikan penanganan pertama.
2. Setelah ditindak lanjuti, petugas tersebut segera buat laporan insidennya dengan
mencatat pada buku register KTD/KNC/KPC dan melaporan insiden tersebut
kepada koordinator unit pelayanan sebelum akhir jam kerja yang bersangkutan
(paling lambat 1x24 jam setelah kejadian).
3. Atasan langsung (coordinator/Penanggung jawab) yang menerima laporan
melakukan penilaian grading resiko., apakah termasuk rendah, moderat, tinggi atau
ekstrem dengan melihat severity (dampak resiko) dan probabilitas (kemungkinan
terjadi resiko)
4. Koordinator masing-masing layanan klinis melaporkan ke Tim monitoring mutu
klinis untuk kemudian dilakukan analisi.
5. Tim mutu klinis melaporkan hasil analis kepada kepala Puskesmas untuk ditindak
lanjuti.
6. Bersama pihak manajemen, tim mutu klinis merencanakan rekomendasi “perbaikan
dan pembelajaran “ kepada unit kerja terkait.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Setiap kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Puskesmas dapat menimbulkan


bahaya/resiko terhadap petugas yang berada di dalam laboratorium maupun lingkungan
sekitarnya. Untuk mengurangi/ mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium
harus melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan
tersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium.
Penggunaan Alat pelindung diri (APD) dan pengelolaaan limbah laboratorium
merupakan salah satu upaya kesehatan dan keselamatan kerja dilaboratorium, dan kegiatan
tersebut akan dilakukan evaluasi. Evaluasi terhadap penggunaan APD dilakukan oleh tim
mutu puskesmas setiap 6 bulan sekali bekerja sama dengan tim K3 puskesmas Masbagik
(penggunaan APD merupakan indikator keselamatan pasien), sedangkan evaluasi terhadap
pengelolaan limbah laboratorium dilaksanakan 1 tahun sekali dilakukan oleh tim K3
puskesmas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
A. Di Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja
1. Desain Tempat Kerja Yang Menunjang K3
 Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di laboratorium;
 Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja;
 Pencahayaan cukup dan nyaman;
 Ventilasi cukup dan sesuai;
 Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau jika diperlukan;
 Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.
2. Sanitasi Lingkungan
 Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis;
 Tata ruang laboratorium harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/ menjadi sarang
serangga atau binatang pengerat;
 Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan secara
teratur;
 Pengelolaan limbah di Puskesmas Kerongkong merupakan salah satu kegiatan
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Limbah hasil sisa pemeriksaan dibagi menjadi
Limbah Padat dan limbah cair.
Limbah padat terdiri dari limbah/sampah umum dan limbah khusus seperti benda
tajam, limbah infeksius, limbah sitotoksik, limbah toksik, limbah kimia, limbah B3
dan limbah plastik.
Fasilitas Pembuangan Limbah Padat:
1) Tempat Pengumpulan Sampah
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.Mempunyai tutup
yang mudah dibuka dan ditutup, minimal terdapat satu buah untuk masing-
masing kegiatan.Kantong plastik diangkat setiap hari atau apabila 2/3 bagian
telah terisi sampah. Setiap tempat pengumpulan sampah harus dilapisi plastic
sebagai pembungkus sampah dengan label dan warna seperti yang telah
ditentukan.
2) Tempat Penampungan Sampah Sementara
Tersedia tempat penampungan sampah yang tidak permanen, yang diletakkan
pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah.Tempat
penampungan sampah sementara dikosongkan dan dibersihkan sekurang-
kurangnya satu kali dalam 24 jam.
3) Tempat Pembuangan Sampah Akhir
 Sampah infeksius, sampah toksik dan sitotoksik dikelola sesuai prosedur
dan peraturan yang berlaku.
Untuk pembuangan sampah infeksius Puskesmas Kerongkong bekerja sama
dengan PT Triata Mulia Indonesia.
 Sampah umum (domestik) dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir
yang dikelola sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.
Untuk pengelolaan sampah non infeksius (domestik) Puskesmas
Kerongkong bekerja sama dengan Kantor Kebersihan dan Tata Ruang Kota.
Limbah cair terdiri dari limbah cair umum/ domestik, limbah cair infeksius dan limbah
cair kimia.Cara menangani limbah cair:
1) Limbah cair umum/domestik dialirkan masuk ke dalam septik tank.
2) Limbah cair infeksius dan Kimia dikelola sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku/ septik tank
B. Proses Kerja, Bahan dan Peralatan Kerja
1. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar setiap petugas laboratorium harus
mengerti dan melaksanakan upayapencegahan terhadap bahaya yang mungkin terjadi,
dapat menggunakan setiap peralatan laboratorium dan peralatan kesehatan dan
keselamatan kerja dengan benar, serta mengetahui cara mengatasi apabila terjadi
kecelakaan di laboratorium.
2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan kerja, seperti tempat
cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam kebakaran.

C. Keselamatan Kerja Yang Bersifat Umum

1) Petugas laboratorium harus menganggap dan memperlakukan setiap spesimen sebagai


bahan yang infeksius.
2) Petugas laboratorium menggunakan alat pelindung (APD) seperti Jas laboratorium,
sarung tangan, masker jika bekerja didalam laboratorium.
3) Petugas laboratorium mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai sarung tangan
dan bila perlu sebelum meninggalkan ruang laboratorium.
4) Petugas laboratorium tidak boleh makan minum dan merokok di dalam ruang
laboratorium
5) Petugas laboratorium tidak boleh menyimpan makanan di dalam lemari es bersama
dengan spesimen dan reagen
6) Petugas laboratorium harus menjaga kebersihan laboratorium setiap saat.
7) Petugas laboratorium segera membersihkan dan tanam semua pecahan barang gelas
yang pecahdi lubang
8) Petugas dilarang bekerja di laboratorium bila menderita luka terbuka di kulit, luka
serut sedikit harus ditutupi dengan plester kedap air.

D. Keselamatan Kerja Yang Berhubungan Dengan Peralatan

1) Petugas laboratorium memeriksa dan menggunakan peralatan sesuai dengan prosedur


pemakaian alat tersebut.
2) Petugas laboratorium menggunakan kabel listrik sesedikit dan sependek mungkin, bila
kabel terasa panas jangan gunakan, Peralatan listrik harus dirawat dan dipelihara
3) Petugas Laboratorium tidak boleh menggunakan cairan atau gas yang mudah terbakar
disekitar peralatan listrik
4) Petugas laboratorium sebelum memakai alat, memeriksa tegangan listrik peralatan
yang akan digunakan.Bila skring putus atau konslet berarti terjadi pemakain listrik
berlebih, matikan alat yang diduga menjadi penyebab terjadinya hal tersebut
5) Petugas laboratorium melaporkan peralatan laboratorium yang rusak kepada atasan.
6) Petugas laboratorium memeriksa semua tabung sentrifuger sebelum digunakan,
jangan menggunakan tabung yang retak atau bocor, jangan menuang dari tabung
sentrifuger, tetapi gunakan pipet.

F. Keselamatan Kerja yang berhubungan dengan proses Pengelolaan specimen


- Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius.
- Harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen.
- Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara pengambilan, pengiriman
dan pengolahan spesimen dengan benar.
- Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan pada wadah yang memiliki
konstruksi yang baik, dengan karet pengaman untuk mencegah kebocoran ketika
dipindahkan.
- Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna menghindari pencemaran dari
luar kontainer atau laboratorium.
- Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh (contoh: membuka
tutup tabung vakum) harus menggunakan sarung tangan dan masker.
- Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan dan mengganti
sarung tangan.
- Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah infeksius dan dikelola
sesuai ketentuan yang berlaku.
- Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus Didekontaminasi dengan
desinfektan setelah selesai melakukan kegiatan laboratorium.

G. Keselamatan Kerja Yang Berkaitan dengan Bahan Kimia Beracun dan Berbahaya
(B3)

1) Beri label dan keterangan pada semua bahan kimia seperti : Nama dan kosentrasi
bahan kimia, Tanggal penerimaan dan pembuatannya, batas kadarluarsanya,sifat
mudah terbakar atau bahaya lain yang dapat timbul, agar penangan bahan kimia
tersebut dapat dilakukan dengan aman.
2) Label harus dapat bertahan lama, gunakan alat tulis atau tinta yang tidak mudah larut
oleh air.
3) Ruang penyimpanan bahan kimia tidak boleh gelap, diletakkan didalam lemari atau
rak yang susunannya rapi dan teratur
4) Bahan kimia yang bersifat korosif harus diletakkan ditempat yang rendah.
5) Jangan memipet bahan kimia dengan mulut, gunakan karet penghisap.
6) Sampah laboratorium yang mudah terbakar dan mudah menguap dikumpulkan dalam
kaleng yang aman dan jangan dibuang kedalam pipa saluran umum.
7) Netralkan terlebih dahulu limbah cairan jika zat yang bersifat asam netralkan dengan
larutan yang bersifat basa begitu juga sebaliknya.

H. Keselamatan Kerja Yang Berkaitan Dengan Mikroorganisme/bahan infeksius

1) Petugas laboratorium harus menganggap semua spesimen mengandung bahan infektif


2) Petugas laboratorium harus sering mencuci tangan, hindari kebiasaan memasukkan
tangan kedalam mulut, hidung dan mata. Cuci tangan sebelum meninggalkan ruangan
kerja.
3) Petugas laboratorium harus memakai jas laboratorium pada waktu bekerja dengan
bahan infektif, jangan memakai jas laboratorium di luar ruangan.
4) Bersihkan dan lakukan desinfeksi seluruh permukaan tempat kerja tiap hari dan
tumpahan spesimen dengan bahan desinfektan seperti lisol, edel, hypocloride.0,5 %.
5) Gunakan alat pemipet secara mekanik, jangan memipet dengan menggunakan mulut.
6) Letakkan semua bahan infektif dalam wadah pembuangan yang anti bocor untuk
desinfeksi
7) Hindari terjadinya percikan, aerosol bahan infektif pada saat membakar ose atau
jarum.
Letakkan pipet yang telah terkontaminasi pada posisi horizontal dalam wadah yang
mengandung desinfektan agar pipet terendam.
I. Keselamatan Kerja Yang Berkaitan Dengan Penggunaan Jarum Suntik

1. Pergunakan jarum dan lanset secara hati-hati, terutama pada penderita yang gelisah
untuk menghindari kecelakaan kerja.
2. Diperlukan kewaspadaan yang tinggi pada saat memindahkan darah dari semprit ke
botol karena sering terjadi kecelakaan.
3. Jangan menutup kembali jarum dengan tangan, gunakan peralatan untuk menutup dan
membuka jarum atau gunakan tehnik satu tangan untuk menutup jarum : Letakkan
tutup jarum pada permukaan datar dan keras, dengan satu tangan pegang semprit dan
masukkan jarum ke tutupnya. Setelah tutup melingkupi jarum, dengan tangan lainnya
keraskan ulir tutup pada ulir.
4. Jarum dan semprit bekas harus dibuang dalam wadah tahan tusuk, jangan membuang
sembarangan.

J. Profilaksis Paska Pajanan

1. Lakukan segera pencucian dengan air mengalir dan sabun bila terjadi luka akibat
benda tajam ataupun benda terbuat dari kaca. Membran mukosa harus diirigasi dengan
air, begitu pula dengan permukaaan kulit yang terpapar dengan darah atau cairan
tubuh pasien.
2. Penggunaan antiseptik tidak membantu mengurangi risiko transmisi HIV, bahkan
menyuntikkan antiseptik atau desinfektan ke dalam luka tidak diperbolehkan.
Lakukan evaluasi terhadap sumber paparan, jika sumber paparan diketahui maka
sumber harus diperiksa HbsAg, Anti –HCV dan Anti-HIV. Jika sumber paparan tidak
terinfeksi bloodborne pathogen pemeriksaan terhadap sumber paparan tidak
diperlukan. Jika sumber paparan tidak diketahui, Perhatikan lingkungan tempat
terjadinya paparan apakah ada atau tidak kecenderungan terjadinya paparan dengan
sumber yang berisiko tinggi.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Bakuan Mutu

Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan bakuan mutu
berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan bagaimana
prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang akan
dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan menjamin
konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Indikator mutu dibuat oleh penanggung jawab laboratorium.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis laboratorium dan
disahkan oleh penanggung jawab Laboratorium Puskesmas.
B. Pemantapan Mutu

Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan proses atau semua
tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan. Kegiatan ini
berupa Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dan Peningkatan
Mutu.
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI/Internal Quality Control) Pemantapan Mutu Internal (PMI)
adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium
secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan atau
penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
a. Manfaat:
1) Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan
aspek analitik dan klinis.
2) Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi
dan perbaikan penyimpanan dapat dilakukan segera.
3) Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan,
pengiriman, penyimpanan dan pengolahan dan pemeriksaan spesimen sampai dengan
pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
4) Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
5) Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)
Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas: tahap praanalitik, tahap analitik dan
tahap pasca-analitik.
1) Tahap Pra-Analitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, mengambil spesimen,
menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengirim spesimen rujukan sampai
dengan menyimpan spesimen.
a) Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien mengenai
persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan.
b) Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara spesimen yang
diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan mencatat kondisi fisik
spesimen tersebut pada saat diterima antara lain volume, warna, kekeruhan, dan
konsistensi. Spesimen yang tidak sesuai dan memenuhi persyaratan hendaknya
ditolak.Dalam keadaan spesimen tidak dapat ditolak (via pos, ekspedisi), maka perlu
dicatat dalam buku penerimaan spesimen dan formulir hasil pemeriksaan.
c) Penanganan spesimen
Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi penyimpanan spesimen
sudah tepat, penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan-pemeriksaan
khusus, kondisi pengiriman spesimen sudah benar.
d) Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian pemeriksaan sesuai
dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika Laboratorium Puskesmas tidak mampu
melakukan pemeriksaan, maka spesimen dikirim ke laboratorium lain dan sebaiknya
dikirim dalam bentuk yang relatif stabil.
e) Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Beberapa cara menyimpan
spesimen antara lain :
- Disimpan pada suhu kamar (Misalnya penyimpanan usap dubur dalam Carry &
Blair untuk pemeriksaan Vibrio cholera).
- Disimpan dalam lemari es dengan suhu 2oC – 8oC.
- Dapat diberikan bahan pengawet.
- Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.
2) Tahap Analitik adalah tahap mulai dari persiapan reagen, mengkalibrasi dan memelihara
alat laboratorium, uji ketepatan dan ketelitian dengan menggunakan bahan kontrol dan
pemeriksaan spesimen.
a) Persiapan reagen
Reagen memenuhi syarat sesuai standar yang berlaku, masa kadaluarsa tidak
terlampaui, cara pelarutan atau pencampuran sudah benar, cara pengenceran sudah
benar,
b) Kalibrasi dan pemeliharaan peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium adalah
peralatan laboratorium, wadah spesimen. Harus dilakukan kalibrasi dan pemeliharaan
peralatan laboratorium secara teratur dan terjadwal. Wadah spesimen harus bersih dan
tidak terkontaminasi.
c) Uji ketelitian dan ketepatan dengan menggunakan bahan kontrol. Jika tidak ada bahan
kontrol maka bisa dilakukan dengan cara membandingkan hasil pemeriksaan satu
sampel pemeriksaan dengan laboratorium puskesmas lain.
d) Melaksanakan pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai protap
masing-masing parameter.
3) Tahap Pasca-Analitik adalah tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan dan melakukan
validasi hasil serta memberikan interpretasi hasil sampai dengan pelaporan.
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) lainnya yang perlu dilakukan di Puskesmas antara
lain:
1) Pembuatan alur pemeriksaan.
2) Pembuatan prosedur/instruksi kerja untuk pengambilan spesimen dan setiap jenis
pemeriksaan.

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME/External Quality Control)


Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh
pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu
laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan Mutu
Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional.
Setiap Laboratorium Puskesmas wajib mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal yang
diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi semua bidang pemeriksaan
laboratorium.Pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan diselenggarakan
pada berbagai tingkatan, yaitu :
1. Tingkat nasional/tingkat pusat : Kementerian Kesehatan
2. Tingkat Regional : BBLK
3. Tingkat Propinsi/wilayah : BBLK/ BLK
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi Laboratorium
Puskesmas, karena dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan performance
(penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang
ditentukan. Dalam melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara khusus, harus
dilaksanakan oleh petugas yang biasa melakukan pemeriksaan tersebut serta menggunakan
peralatan/reagen/metoda yang biasa digunakan, sehingga hasil pemantapan mutu eksternal tersebut
benar-benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium yang sebenarnya. Setiap nilai yang
diterima dari penyelenggara dicatat dan dievaluasi untuk mencari penyebab-penyebab dan
mengambil langkah-langkah perbaikan.
3. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu adalah suatu proses terus menerus yang dilakukan oleh laboratorium
sebagai tindak lanjut dari Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal
(PME) untuk meningkatkan kinerja laboratorium.
Untuk menjamin pelayanan mutu laboratorium maka ditetapkanlah indicator mutu di
laboratorium Puskesmas Kerongkong melalui rapat yang dihadiri oleh wakil Ketua mutu, ketua
mutu UKP, Penanggung jawab UKP, Farmasi dan laboratorium yang sekaligus sebagai
penanggung jawab laboratorium, petugas ATLM.
Indikator mutu laboratorium Puskesmas Kerongkong antara lain :
- Waktu tunggu
Waktu tunggu merupakan waktu dari pengambilan sampel sampai hasil pemeriksaan
laboratorium di serahkan kepada pasien. Waktu tunggu pemeriksaan laboratorium adalah
sesuai dengan jenis pemeriksaan. Pengumpulan data dilakukan setiap hari dan di rekap pada
akhir bulan, dimonitoring dan dievaluasi 2 kali dalam satu tahun. Pengukuran indicator mutu
untuk waktu tunggu dengan membandingkan jumlah waktu tunggu yang sesuai dengan
jumlah pasien dalam satu bulan dikali 100 %. Targetnya adalah ≥ 80 %.

Jumlah waktu tunggu yang sesuai


X 100 %
jumlah pasien satu bulan

- Kelengkapan pengisian form permintaan pemeriksaan Laboratorium


Indikator kelengkapan pengisian form permintaan pemeriksaan laboratorium dilihat
dari kelengkapan petugas dari semua unit dalam mengisi form form permintaan
pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari Nmor Rekam Medis, Nama, Tanggal
Lahir, Alamat, Status Pasien, Ruangan pengirim, Jenis Pemeriksaan dan Tanda
Tangan petugas pengirim. Pengumpulan data dilakukan setiap hari dan di rekap pada
akhir bulan, dimonitoring dan dievaluasi 2 kali dalam satu tahun. Pengukuran
indicator mutu untuk kelengkapan pengisian form permintaan pemeriksaan
laboratorium dengan membandingkan jumlah pengisian form permintaan pemeriksaan
laboratorium yang lengkap dan benar dengan jumlah pasien dalam satu bulan dikali
100 %. Targetnya adalah ≥ 80 %.

Jumlah form permintaan pemeriksaan diisilengkap∧benar


X 100 %
jumlah pasien satu bulan

- Survey Kepuasan Pasien


Survey kepuasan pasien Laboratorium dilakukan dengan cara mengisi kuesioner
kepuasan pasien, SMS, kotak saran dan pengaduan / keluhan langsung. Pengumpulan
data dengan menggunakan sampel yaitu 30% dari jumlah populasi/jumlah pasien 1
bulan. Pengumpulan data survey kepuasan pasien dengan menggunakan kuesioner
dilakukan setiap hari kerja dan diserahkan pada tim survey Puskesmas Kerongkong
pada akhir bulan untuk dianalisa dan ditindak lanjuti. Sms pengaduan Puskesmas
Kerongkong adalah 0878 6340 9991, bila ada pengaduan dari masyarakat melalui sms
akan di laporkan kepada wakil mutu puskesmas dan Kepala Puskesmas. Kotak saran
dibuka setiap minggu bila ada masukan kritik di tulis di buku pengaduan dan
dilaporkan pada wakil ketua mutu dan Kepala Puskesmas. Hasil penilaian kepuasan
pelanggan/pasien, umpan balik atau keluhan pelanggan/pasien akan dibahas dalan
Rapat Tinjauan Mutu manajmen untuk membahas rencana perbaikan atau perubahan
yang perlu dilakukan baik system manajemen mutu maupun system pelayanan (Klinis
dan UKM)

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Laboratorium di Puskesmas ditetapkan sebagai acuan


pelaksanaan Pelayanan Laboratorium di Puskesmas. Untuk keberhasilan pelaksanaan standar
Pelayanan Laboratorium di Puskesmas ini diperlukan komitmen dan kerja sama  semua pihak
yang terkait, sehingga hal tersebut akan menjadikan pelayanan Laboratorium di Puskesmas
dapat optimal dan dapat memberikan kepuasan kepada  pasien atau masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai