Anda di halaman 1dari 42

Pedoman Pelayanan Laboratorium

PEDOMAN PELAYANAN
LABORATORIUM PUSKESMAS

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA

UPTD PUSKESMAS MENDEN


Jalan Randublatung No. 28 Menden

Pedoman Pelayanan Laboratorium

BAB I
PENDAHULUAN

Peningkatan

kualitas

pendidikan

dan

sosial

ekonomi

masyarakat,

mengakibatkan sistem nilai dan orientasi dalam masyarakatpun mulai berubah.


Masyarakat mulai menuntut pelayanan kesehatan yang lebih baik, lebih ramah
dan lebih bermutu. Akibat tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan
kesehatan yang terus berkembang ini, maka fungsi Puskesmas

sebagai

pemberi pelayanan kesehatan secara bertahap terus ditingkatkan agar bisa


memberikan

kepuasan

terhadap

pasien,

keluarga

dan

masyarakat.

Berdasarkan hal itu, maka peningkatan mutu pelayanan kesehatan Puskesmas


perlu dilakukan.
Puskesmas

Menden

selalu

berusaha

untuk

meningkatkan

dan

melengkapi pelayanannya. Bahkan seluruh jajarannya sedang berusaha untuk


menjadi Puskesmas

terakreditasi yang menjadi rujukan pengguna jasa

pelayanan kesehatan dasar. Tekad ini sejalan dengan visi, misi serta moto
Puskesmas yang sudah dicanangkan.
A. Latar Belakang
Laboratorium kesehatan

yang

merupakan

bagian

dari

pelayanan

Puskesmas adalah merupakan bagian instalasi pelayanan kesehatan kepada


masyarakat. Laboratorium kesehatan sebagai unit pelayanan penunjang medis,
diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan akurat tentang aspek
laboratoris

terhadap

spesimen/sampel

yang

pengujiannya

dilakukan

di

laboratorium.
Masyarakat

dan

tuntutan

jaman,

menghendaki

hasil

pengujian

laboratorium terus ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan,


teknologi

dan

perkembangan

penyakit.

Untuk

meningkatkan

kualitas

pelayanan ini diperlukan sebuah pedoman yang menjadi acuan dan petunjuk
bagi ahli teknologi laboratorium kesehatan dalam menjalankan tugasnya sesuai
dengan standar mutu pelayanan laboratorium.
Sebagai bagian dari pelayanan Puskesmas, Laboratorium selalu berusaha
secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Peningkatan
2

Pedoman Pelayanan Laboratorium


pelayananan pemeriksaan ini untuk mencapai pelayanan dan hasil yang akurat
sejalan dengan kebutuhan dan kepuasaan pelanggan.
Di sisi lain, secara terus menerus dan berkesinambungan laboratorium
kesehatan diharapkan memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh
Kementrian

Kesehatan

RI,

dipertanggungjawabkan,

sehingga

memberikan

mutu

jaminan

pelayanannya

serta

dapat

kepuasan

kepada

masyarakat / pengguna jasa laboratorium.


Standar dan mutu pelayanan laboratorium yang telah dicapai dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat atau pengguna jasa, akan pelayanan
dan pemeriksaan yang aman, tepat waktu, akurasi yang tinggi dan dapat
dijadikan dasar untuk tindakan medis selanjutnya.

B. Tujuan
Tujuan penyusunan pedoman pelayanan laboratorium adalah sebagai
standar

pelayanan

laboratorium

demi

penyelenggaraan

pelayanan

laboratorium yang memenuhi standar pelayanan Kementrian Kesehatan.


Dengan

adanya

standar

pelayanan

laboratorium

ini

diharapkan

dapat

meningkatkan mutu pelayanan laboratorium puskesmas kepada masyarakat


pengguna dan juga melindungi profesi dalam melaksanakan tugas.
C. Ruang Lingkup
Pembahasan ruang lingkup dalam pedoman ini adalah pemeriksaan yang
dilakukan di Laboratorium Puskesmas Menden mencakup aktifitas pra analitik,
analitik dan pasca analitik. Dilengkapi dengan standar ketenagaan, standar
fasilitas, tata laksana pelayanan, logistik, keselamatan pasien keselamatan
kerja dan pengendalian mutu. Pokok bahasan tersebut akan dijabarkan secara
rinci dalam bentuk sub-sub bahasan sesuai dengan ketersediaan dan
kelengkapan fasilitas dan aktifitas riil yang ada di laboratorium.
D. Batasan operasional
Sebagai

bagian

dari

pelayanan

puskesmas,

pelayanan

instalasi

laboratorium memerlukan standar tenaga dan jenis pemeriksaan sebagaimana


3

Pedoman Pelayanan Laboratorium


yang tercantum dalam Pedoman pengorganisasian Puskesmas. Adapun jenis
pemeriksaan laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Darah Lengkap
2. Kimia Darah
3. Urine Lengkap
4. Specimen Khusus
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3495)
2. Peraturan
3.

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

411/Menkes/Per/III/2010, tentang Laboratorium Klinik.


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
298/Menkes/SK/2008,

tentang

Pedoman

Akreditasi

Nomor
Nomor

Laboratorium

Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 657/Menkes/Per/III/2009 tentang
Pengiriman dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan
5.

Muatan Informasinya.
Keputusan
Menteri

Kesehatan

Nomor

RI

nomor

364/Menkes/SK/III/2003 tentang Laboratorium Kesehatan.


6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1792/Menkes/SK/III/2010
tentang Pedoman Pemeriksaan Kimia klinik.
7.
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Medik tahun 2008 tentang Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan
Yang Benar ( Good Laboratory practice ).

Pedoman Pelayanan Laboratorium

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Agar Pelayanan Laboratorium yang diselenggarakan dapat efektif, efisien dan
manusiawi, maka pelayanan Laboratorium harus dilakukan berlandaskan etika
dan berdedikasi tinggi oleh tenaga yang profesional.
A. Kualifikasi sumber daya manusia
Jumlah sumber daya manusia yang bertugas di Laboratorium Puskesmas
Menden adalah sebanyak...orang degan kualifikasi D-III analis medik. Berikut
adalah tenaga profesi dengan ruang lingkup tugasnya masing-masing yang ada
di Unit Laboratorium :
1. Pengelola Laboratorium
Pengelola

Laboratorium

adalah

staf

analis

yang

bertugas

sebagai

koordinator unit laboratrium.


Tugas Pokok :
mengkoordinir

dan

mengendalikan

kegiatan

pelayanan

di

unit

Laboratorium agar pelayanan berjalan lancar.


Uraian tugas:
a. Bertanggungjawab terhadap berjalannya pelayanan laboratorium baik
secara teknis maupun administrative serta melakukan tanggungjawab
konsultatif.
b. Mengkoordinir aktivitas kerja di Instalasi Laboratorium
c. Mengkoordinir
pelaksanaan
dan
menjaga
mutu

pelayanan

Laboratorium
d. Mengusulkan dan mengelola kebutuhan reagensia bulanan untuk
kelancaran pelaksanaan tugas di unit Laboratorium serta laporan
e.
f.
g.
h.

penggunaannya
Melakukan koordinasi internal dan eksternal
Melakukan perencanaan dan evaluasi
Menjaga kinerja unit agar sesuai prosedur
Membuat laporan
5

Pedoman Pelayanan Laboratorium


i. Memimpin pertemuan berkala ruangan
2. Pelaksana Laboratorium
Pelaksana Laboratorium

adalah

petugas

yang

melakukan

kegiatan

laboratorium yang meliputi pemeriksaan kimia darah, hematologi, analisa


urin dan faeces.
Tugas Pokok :
Melaksanakan

pemeriksaan

laboratorium

secara

profesional

agar

didapatkan hasil yang mendukung diagnose secara tepat


Uraian tugas :
a. Melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai jadwal
b. Menyerahkan hasil pemeriksaan laboratorium kepada pasien rawat
jalan setelah di Verifikasi
c. Menginput identitas pasien dan permintaan pemeriksaan sesuai/
formulir permintaan laboratorium
d. Melakukan pengambilan specimen.
e. Mengecek dan menyiapkan reagen yang harus disediakan / yang
hampir habis.
f. Melakukan perawatan harian, mingguan, dan bulanan alat sesuai
dengan petunjuk manual alat.
g. Mengarsip hasil yang telah dicetak di buku kerja.
h. Melaksanakan dan menaati peraturan dan prosedur yang ditetapkan.
i. Melaporkan adanya kesalahan, kekeliruan dalam melaksanakan
tugas.
j. Turut bertanggungjawab atas pengamanan peralatan di laboratorium.
k. Melakukan tugas/fungsinya secara profesional sesuai kode etik
profesi.
B. Distribusi ketenagaan
1. Distribusi ketenagaan Unit Laboratorium berdasarkan

kualifikasi

Sumber Daya Manusia antara lain :


Tabel 1. Daftar SDM Instalasi Laboratorium
NO
1
2

NAMA

NIP

JABATAN
Pengelola
Laboratorium
Pelaksana
Laboratorium

KUALIFIKAS
I
D III
D III

Pedoman Pelayanan Laboratorium

C. Pengaturan jaga
Tujuan utama pengaturan jaga adalah untuk mengoptimalkan pelayanan
demi kepuasan pelanggan. Semua pasien atau pengguna jasa bisa
mendapatkan layanan Laboratorium puskesmas, diatur waktu dan
petugasnya, diselaraskan dengan volume pekerjaan.
Waktu pelaksanaan pemeriksaan di Laboratorium diatur sebagai berikut :
Pagi
: pukul 07.30 11.00 WIB
Sore
: pukul WIB

BAB III
7

Pedoman Pelayanan Laboratorium


STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Pada dasarnya, luasan ruang Laboratorium Puskesmas Menden mampu
menampung peralatan yang dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang
berhubungan dengan spesimen / pasien untuk kebutuhan pemeriksaan
laboratorium.

Ruang

ini

ditata

sedemikain

sesuai

alur

pelayanan

dan

memperoleh sinar matahari / cahaya dalam jumlah yang cukup.


B. Standar Fasilitas
Pelayanan Laboratorium sangat tergantung kepada kualitas sumber daya
manusia, fasilitas yang meliputi sarana dan prasarana yang memadai, kualitas
reagen, serta kualitas tindakan proteksi terhadap bahan infeksius yang ada di
laboratorium.
Pelayanan Laboratorium yang memenuhi standar jaminan kualitas akan
memberikan

informasi

diagnostik

yang

tepat

dengan

memperdulikan

keselamatan pasien dan pekerja. Unit Laboratorium Puskesmas

dalam

kedudukannya adalah merupakan salah satu unit penunjang medik yang


mempunyai fungsi khusus, dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
Laboratorium yang sesuai standar.
Fasilitas Yang Terdapat Di Instalasi Laboratorium Meliputi :
1.

Gedung
Merupakan gedung pusat tempat pelayanan unit laboratorium yang
memberikan pelayanan kepada pasien.
Ruangan ruangan yang ada antara lain :
a.

Ruang Pendaftaran dan administrasi


Luas ruangan (PxLxT) : 5 m x 2.5 m x 3 m

b.

Ruang Sampling
Luas ruangan (PxLxT) : 3 m x 2 m x 3 m

c.

Ruang Pemeriksaan, terdiri atas :


Luas ruangan (PxLxT) : 6 m x 3 m x 4 m

d. Ruang Tunggu Pasien


Luas ruangan (PxLxT) : 4.5m x 3 m x 4 m
8

Pedoman Pelayanan Laboratorium

Pedoman Pelayanan Laboratorium


2.

Peralatan
Peralatan yang ada di Laboratorium Puskesmas Menden antara lain :
No

Nama Alat

Jenis

Jumlah

Keterang

Pemeriksaa
n
Hematology
Hematology
Hematology
Urinalisa
Urinalisa
Kimia Klinik
Hematology
Kimia Klinik
Imunoserolo

1
2
3
4
5
6
7
8
9

an
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

gi
3.

Program perawatan sarana / alat


Semua

sarana,

prasarana

serta

peralatan

telah

dibuat

program

pemeliharaan sesuai bidangnya, yaitu :

Kebersihan dilaksanakan oleh cleaning service

Perawatan alat yang perlu kalibrasi sesuai dengan


jadwal kalibrasi yang telah ditentukan.

Peralatan

yang tidak perlu kalibrasi cukup dilakukan

perawatan internal

10

Pedoman Pelayanan Laboratorium

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pendaftaran dan pencatatan
1. Pendaftaran
Prinsip pendaftaran pasien yang membutuhkan pemeriksaan di
Laboratorium puskesmas pada dasarnya harus teridentifikasi dengan
baik, benar dan lengkap.
Berikut ini ketentuan yang harus dipenuhi pasien sesuai dengan asal
usul pasien dan jenis pemeriksaannya :
- Pasien datang ke Loket Pendaftaran.
- Membawa formulir permintaan pemeriksaan laboratorium ke dokter/
-

poli yang dituju.


Membayar ke loket pembayaran.
Verifikasi petugas laboratorium
Pengambilan sampel sesuai formulir

laboratorium.
Menunggu hasil pemeriksaan sesuai waktu tunggu hasil yang sudah

permintaan

pemeriksaan

ditentukan
- Kembali ke dokter pengirim.
Setelah persyaratan administrasi di atas dilengkapi identitas pasien
pada lembar permintaan pemeriksaan laboratorium harus diisi dengan
jelas antara lain: nama, no rekam medik, tanggal lahir, tanggal order,
alamat, dokter pengirim,dan jenis pemeriksaan laboratorium.
Hal ini sangat diperlukan dikarenakan untuk menghindari kesalahan
yang bisa berdampak pada tindakan pemeriksaan/ hasil.
2. Pencatatan
Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis
kegiatannya. Setidaknya ada 5 jenis pencatatan, yakni :
a. Pencatatan Kegiatan pelayanan
b. Pencatatan Keuangan
c. Pencatatan Logistik
d. Pencatatan Kepegawaian
e. Pencatatan kegiatan lain, seperti pemantapan mutu internal,
dan lain-lain.
Bahasan ini hanya akan menjelaskan tentang pencatatan kegiatan
pelayanan saja. Pencatatan kegiatan pelayanan dapat dilakukan
dengan membuat buku sebagai berikut :
11

Pedoman Pelayanan Laboratorium


a. Buku register penerimaan spesimen terdapat di loket berisi data
pasien ( nama, nomor rekam medik, tanggal lahir, alamat, jenis
kelamin,tanggal order, dokter pengirim, ruangan, diagnosa) dan
jenis pemeriksaan laboratorium
b. Buku register/catatan kerja harian :
1. Data masing-masing pemeriksaan
2. Data rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang
diterima
c. Buku register perawatan/perusakan
d. Buku stock alat dan reagen
e. Buku catatan kalibrasi
Pencatatan

kegiatan

pelayanan

di

Laboratorium

Puskesmas

Menden adalah sebagai berikut:


a. Setiap pasien yang membutuhkan pemeriksaan penunjang
laboratorium terlebih dahulu akan diverifikasi oleh petugas
laboratorium

setelah

melengkapi

administrasi

untuk

pemeriksaan laboratorium.
b. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dari dokter
pengirim

akan dicocokan

dengan minimal nama dan rekam

medik pasien
c. Jika sudah sesuai maka akan disalin di buku penerimaan pasien
rawat jalan laboratorium.
d. Kemudian diserahkan ke petugas sampling dilanjutkan dengan
tindakan pengambilan sampel, dicatat waktu jam pengambilan
sampel.
e. Setelah pemeriksaan selesai hasil diinput kemudian dicatat
dibuku register laboratorium rawat jalan sesuai identitas pasien
diverifikasi

petugas

pemeriksa

setelah

hasil

valid

akan

diserahkan ke pasien yang bersangkutan untuk kembali ke


dokter pengirim.

B. Pengelolaan spesimen
Yang dimaksud pengelolaan spesimen adalah sebuah proses tata laksana
pengambilan spesimen hingga masuk menjadi sampel pemeriksaan.
1. Macam-macam spesimen :
a. Spesimen yang berasal dari manusia spesimen infeksius
12

Pedoman Pelayanan Laboratorium


Terdiri dari : serum, plasma, darah ( whole blood ), urin, tinja,
dahak, pus,

sperma, sekret ( uretra, vagina, telinga, hidung

dan mata).
b. Spesimen non klinis spesimen tidak infeksius berupa bahan
pemeriksaan bersumber lingkungan adalah : Sisa makanan, sisa
bahan toksikologi, air, udara, makanan, minuman, usap alat
makan, alat masak, alat medis dan lain-lain.
2. Persiapan pengambilan spesimen
a. Persiapan pasien untuk pengambilan spesimen pada keadaan
basal
1) Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8
12 jam sebelum diambil darahnya.
2) Pengambilan spesimen dilakukan pagi hari antara pukul
07.30 09.00
b. Menghindari obat-obatan sebelum spesimen diambil
c. Menghindari aktifitas fisik/olahraga sebelum spesimen diambil
d. Memperhatikan posisi tubuh. Untuk keseimbangan cairan tubuh,
pasien dianjurkan duduk tenang sekurangnya 15 menit.
C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Respond Time/ Waktu Tunggu
Definisi respons time/ turn around time/ waktu tunggu adalah waktu
yang dibutuhkan dari sejak mulai sampel diterima di laboratorium
sampai hasil siap diserahkan.
a. Patologi Klinik
Pemeriksaan reguler:

sesuai

pedoman

standar

pelayanan

minimal, respons timeb< 140 menit, kecuali untuk pemeriksaan


khusus (sesuai lampiran).
b.Mikrobiologi Klinik :
1) Pengecatan Gram
Pelaporan hasil secara tertulis dapat diperoleh dalam waktu 1
jam.
2) Pengecatan BTA Metode Ziehl Neelsen (ZN) :
Pelaporan hasil secara tertulis dapat diperoleh dalam waktu 1
jam.
Setelah melaksanakan pengambilan dan mempersiapkan spesimen
yang akan diteliti, akan dilanjutkan dengan prosedur pemeriksaan.
Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang tepat dan akurat perlu
memperhatikan berbagai hal.
13

Pedoman Pelayanan Laboratorium


2. Hal-hal yang mempengaruhi proses pemeriksaan antara lain :
a. Diet
b. Obat-obatan
c. Merokok
d. Alkohol
e. Aktifitas fisik
f. Demam
g. Trauma
h. Jamur
i. Ras
j. Kehamilan
3. Jenis pemeriksaan meliputi :
a.
Darah Lengkap
-

Hb

Leukosit

Trombosit

Eritrosit

Hematokrit

MCV

MCHC

MCH

Hitung jenis Leukosit

b.

Kimia Darah
-

GDP

GDS

Kolesterol

Asam Urat

Golongan Darah

c.

Serologi
-

Widal
1) Typhi O
2) Typhi H
3) Paratyphi A-H
4) Paratyphi B-H

d.

HBSAg
Urine Lengkap

Urine Makros
14

Pedoman Pelayanan Laboratorium


1)
2)
3)
4)

Warna
Kekeruhan
Albumin
Glukosa
-

1)
2)
3)
4)
5)
6)

Urine Mikros
Eritrosit
Leukosit
Silinder
Epitel
Kristal
Bakteri

e.

Tes Kehamilan
Specimen Khusus
-

Sputum BTA

Malaria

15

1.

D. Pengelolaan Limbah
Instalasi laboratorium klinik merupakan salah satu sumber penghasil
limbah. Baik limbah cair, padat dan gas yang sangat berbahaya bila tidak
ditangani secara benar. Karena itu pengelolaan limbah harus dilakukan
sesuai SPO (Standar Prosedur Operasional ) agar tidak menimbulkan
dampak negatif.
2. Unit laboratorium Klinik termasuk sumber penghasil limbah seperti
pelarut organik, bahan kimia untuk pengujian, air bekas pencucian alat
dan sisa spesimen darah dan cairan tubuh (cair), peralatan habis pakai
seperti jarum (ekskreta) sterilisasi dengan etilen oksida atau termometer

3.

yang pecah (air raksa).


Limbah-limbah itu bisa berasal dari bahan baku yang kadaluwarsa, bahan
habis pakai, produk proses di dalam laboratorium (sisa spesimen) serta
produk upaya penanganan limbah, seperti jarum suntik habis pakai
setelah diautoklaf (dihancurkan). Limbah itu bisa bersifat beracun,
infektif, radioaktif.
1. Penanganan dan penampungan Limbah
4.
Tujuan dari kegiatan penampungan dan penanganan limbah ini
adalah menghindari penyebarluasan/penularan penyakit, terjaganya
kebersihan

lingkungan

dan

terciptanyanya

keamanan

dan

keselamatan kerja.
5.
Seluruh limbah yang ada di Puskesmas , termasuk yang ada di
Laboratorium dibedakan dan dikategorikan menjadi :
a. Limbah umum
6.
Dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Domestik (organik) : limbah yang berasal dari : daun, sisa
makanan,rumput, kertas, kardus dll, ditempatkan pada tempat
penampungan dengan kantong plastik warna hitam. Diantar
oleh petugas kebersihan laboratorium untuk dibawa ke
Instalasi Pengolahan Limbah Puskesmas ( IPLRS) selanjutnya
dibawa Tempat Penampungan Sampah (TPS).
2) Domestik (anorganik) : Limbah yang berasal dari plastik,
pembungkus spuit/infuse set, kaca, kaleng, kayu, kemasan
makanan/minuman, ditempatkan pada tempat penampungan
dengan kantong plastik warna hitam. Diantar oleh petugas
kebersihan laboratorium untuk dibawa ke Instalasi Pengolahan
Limbah Puskesmas ( IPLRS)
7.
8.
b. Limbah khusus
1

9.

Adalah semua yang berhubungan dengan proses

pemeriksaan dan berhubungan dengan spesimen terbagi dalam


bentuk padat dan cair.
10.
11.
1) Khusus padat :
12. - Medis : limbah yang berasal dari alat habis pakai
(verban,kapas,tisu, sisa operasi dll ) ditempatkan di tempat
penampungan
disiapkan

di

kantong
tempat

plastik

sampah.

warna

kuning

Diantar

oleh

yang

petugas

kebersihan laboratorium ke Instalasi pengolahan limbah


Puskesmas (IPLRS)
13. - Jarum suntik : limbah yang berasal dari spuit
pengambilan
kantong

darah

plastik

di

tempat

penampungan

dengan

warna

kuning,

diantar

petugas

oleh

kebersihan laboratorium ke Instalasi Pengolahan Limbah


Puskesmas (IPLRS).
14.
2) Khusus Cair
15.
Limbah cair terdiri dari peralatan organik,bahan kimia
untuk

pengujian,

air

bekas

cucian,

sisa

spesimen

(darah/urine dll) ditempatkan pada tempat khusus dibuang


lewat wastafel yang sudah terhubung langsung dengan
Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL).
16.
E. Laporan Hasil
17.
Kegiatan dan hasil pemeriksaan laboratorium dilaporkan secara
periodik.
18.
Adapun laporan kegiatan pelayanan laoratorium terdiri dari :
a. Laporan kegiatan rutin harian/bulanan/triwulan dan tahunan
b. Laporan hasil pemeriksaan
1) Penyerahan hasil tepat waktu
19. Manajemen laboratorium ikut bertanggungjawab atas
diterimanya hasil pemeriksaan kepada orang yang sesuai dalam
waktu yang disepakati.
2) Komponen laporan hasil pemeriksaan
20. Hasil harus dapat dibaca tanpa kesalahan dalam tulisan
dan dilaporkan kepada orang yang diberi wewenang untuk
menerima

dan

menggunakan

informasi

medis.

setidaknya harus mencakup hal-hal berikut :


a) Identifikasi dari pemeriksaan yang jelas
b) Identifikasi laboratorium puskesmas yang

Laporan

menerbitkan

laporan.
c) Identifikasi tujuan dari laporan.
2

d) Nama atau identitas khas lain dari pemohon dan alamat


pemohon.
e) Tanggal dan waktu pengumpulan sampel primer, apabila
tersedia dan relevan dengan pelayanan pasien serta waktu
penerimaan oleh laboratorium.
f) Tanggal dan waktu penerbitan laporan harus dapat diperoleh
dengan segera jika diperlukan
g) Sumber sample primer. Misalnya darah vena.
h) Interpretasi hasil apabila dapat digunakan.
i) Identifikasi dari petugas yang diberi wewenang pengeluarkan
hasil
21.
F. Nilai Rujukan
22.

Nilai rujukan diperlukan untuk interpretasi hasil laboratorium.

23.

Definisi: Rentang antara dan meliputi 2 batas rujukan, yaitu batas

atas rujukan dan batas bawah rujukan, yang diperkirakan meliputi suatu
persentase tertentu (biasanya 95%) nilai pada suatu populasi yang
darinya diambil subyek rujukan.
24.
Rentang nilai rujukan dapat bervariasi tergantung dengan kondisi
demografis, alat yang dipakai serta metode yang berbeda. Berikut nilai
rujukan yang ada di laboratorium Puskesmas Menden :
25. JENIS PEMERIKSAAN
27. DARAH LENGKAP
28. 29. Hb
32. 33. Leukosit
35. 36. Trombosit
38. KIMIA DARAH
39. 40. GDP
42. 43. GDS
45. 46.
Kolesterol
48. 49.
Urea
51.
52.
Asam Urat

26. NILAI RENTANG


30. Pria: 13-16gr/dl
31. Wanita: 12-14gr/dl
34. 5.000 -10.000/UL darah
37. 150.000 -400.000/UL darah
44.
47.
50.
53.
54.

41. 75 - 115 mg/dl


<150 mg/dl
<220mg/dl
10 - 50 mg/dl
Pria: 3,4-7,0 mg/dl
Wanita 2,4-5,7mg/dl

55. URINE LENGKAP


56. 57.
Eritrosit
58.
59. 60.
Leukosit
61.
62. 63.
Silinder
64.
65. 66.
Epitel
67.
68. 69.
Kristal
70.
71. 72.
Bakteri
73.
74.
G. Arsip dan dokumen
75.
Arsip dan dokumen yang ada di Unit Laboratorium :
a. Surat permintaan pemeriksaan laboratorium
b. Hasil pemeriksaan laboratorium
c. Surat permintaan dan hasil rujukan

0-1/LPB
0-3/LPB
(-)/LPK
<10/LPB
(-)
(-)

76.
77.
78.
Adapun prinsip penyimpanan arsipnya adalah :
a. Semua dokumen yang disimpan harus asli dan harus ada bukti
verifikasi pada dokumen dengan tanda tangan oleh pengelola
laboratorium
b. Berkas laboratorium disimpan selama 2 tahun. Untuk kasus-kasus
khusus dipertimbangkan tersendiri.
c. Berkas laboratorium dengan kelainan jiwa disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
1. Pemusnahan Arsip
79. Sebelum arsip dimusnahkan, dukumen yang penting dan utama
bisa dipisahkan terlebih dahulu. Pada pelaksanaan pemusnahan harus
ada berita acara sesuai prosedur yang berlaku, yang berisi :
a. Tanggal, bulan dan tahun pemusnahan
b. Penanggung jawab/Otorisasi pemusnahan dokumen
2. Pengendalian Arsip dan dokumen
80. Laboratorium harus menetapkan, mendokumentasikan

dan

memelihara prosedur untuk mengendalikan semua arsip dan informasi


(dari

sumber

internal

dan

eksternal)

yang

merupakan

bagian

dokumentasi mutunya. Salinan dari tiap dokumen terkendali ini harus


diarsipkan untuk acuan di kemudian hari. Pimpinan laboratorium harus
menetapkan masa penyimpanan. Dokumen terkendali ini dapat
disimpan pada media apapun yang sesuai baik kertas maupun bukan
kertas.

Penyimpanan arsip atau dokumen disesuaikan dengan

peraturan nasional, regional maupun setempat.


3. Cara pengendalian arsip
81. Prosedur pengendalian arsip dilaksanakan dengan memastikan
bahwa :
a. Semua dokumen yang diberikan kepada petugas laboratorium
sebagai bagian dari sistem manajemen mutu telah dikaji ulang dan
disetujui oleh petugas yang berwenang sebelum diterbitkan (sistem
otorisasi arsip atau dokumen yang berlaku)
b. Setiap saat tersedia daftar paling mutakhir yang mencantumkan
semua dokumen yang berlaku, revisi termutakhirnya yang sah
berikut

penyebarannya

disebut

juga

catatan

pengendalian

dokumen)
c. Hanya arsip atau dokumen versi termutakhir yang disediakan untuk
penggunaan aktif pada tempat di mana dokumen itu digunakan.
d. Arsip atau dokumen secara berkala dikaji ulang, direvisii apabila
perlu dan disetujui oleh petugas yang berwenang.
4

e. Protokol permintaan, sampel primer, pengambilan dan penanganan


f.
g.
h.
i.
j.

sampel laboratorium.
Pengesahan hasil
Pengendalian mutu internal dan eksternal
Pelaporan hasil
Upaya perbaikan dan penanganan keluhan
Komunikasi dan interaksi lain dengan pasien, petugas kesehatan,

laboratorium rujukan dan pemasok.


k. Audit internal
82.
H. Pelayanan Rujukan keluar
83.
Pemeriksaan laboratorium yang tidak dikerjakan di laboratorium
puskesmas

akan

dirujuk

ke

laboratorium

luar,

sehingga

cakupan

pelayanan laboratorium bisa semaksimal mungkin.


84.
Agar pemeriksaan laboratorium yang dirujuk keluar dapat
dipercaya (akurat) maka laboratorium menjalin kerjasama dengan
laboratorium

luar

yang

mempunyai

reputasi

baik,

berkualifikasi,

melakukan kontrol mutu internal maupun eksternal.


85.
I. Pemeliharaan dan Kalibrasi Alat
1. Pemeliharaan alat
86. Setiap peralatan laboratorium selalu dilengkapi dengan petunjuk
penggunaan
pabrik

yang

( Instruction manual ) yang disediakan oleh


memproduksi

alat

tersebut.

Petunjuk

penggunaan

tersebut pada umumnya memuat cara operasional dan hal87. hal lain yang harus diperhatikan. Cara penggunaan atau cara
pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus
ditulis dalam instruksi kerja.
88. Pada setiap peralatan juga dilakukan pemeliharaan sesuai
dengan petunjuk penggunaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan
agar diperoleh kondisi yang optimal, dapat beroperasi dengan baik
dan tidak terjadi kerusakan.
89. Setiap alat yang ada

di

Laboratorium

Puskesmas

sudah

dilengkapi dengan kartu pemeliharaan yang diletakkan pada atau di


dekat alat tersebut yang mencatat setiap tindakan pemeliharaan yang
dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan
kelainan,

maka

hal

tersebut

harus

segera

dilaporkan

kepada

penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan.


90.
91.

a. Penanggung jawab pemeliharaan alat

92.

Berbagai

jenis

alat

yang

digunakan

di

laboratorium

mempunyai cara operasional dan pemeliharaan yang berbeda


satu dengan lainnya, dan biasanya digunakan oleh lebih dari satu
orang. Walaupun pihak distributor alat menyediakan teknisi untuk
perbaikan apabila terjadi kerusakan, namun untuk pemeliharaan
alat harus dilakukan sendiri oleh pihak laboratorium.
93. Oleh karena itu harus ditentukan seorang petugas yang
bertanggung

jawab

atas

kegiatan

operasional

alat

melalui

pemeliharaan

kegiatan

alat

pemantauan

dan
dan

mengusahakan perbaikan apabila terjadi kerusakan, dimana ada


petugas yang bertanggungjawab atas tugas pemeliharaan dan
pemantauan ini.
94.
b. Kalibrasi alat
95. Kalibrasi alat sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan

laboratorium

yang

terpercaya

menjamin

penampilan hasil pemeriksaan. Kalibrasi alat dilakukan pada saat


awal, ketika alat baru diinstal dan diuji fungsi dan selanjutnya
kalibrasi

dilakukan

secara

berkala

sesuai

instruksi

pabrik.

Kalibrasi peralatan dapat dilakukan oleh teknisi penjual alat,


petugas laboratorium yang memiliki kompetensi dan pernah
dilatih atau oleh institusi yang berwenang atau petugas yang
akan menggunakan alat tersebut.
96. Kalibrasi dilakukan secara berkala, dan didokumentasikan
pada kartu kalibrasi masing masing alat.
97. Jika alat tidak berfungsi dengan baik atau malfungsi
berakibat ketidaktepatan hasil maka ada langkah yang harus
ditempuh untuk menyelesaikan persoalan ini
98.
J. Troubleshooting (Pemecahan masalah)
99.
Dalam melakukan pemeriksaan seringkali

terjadi

suatu

ketidakcocokan hasil, malfungsi alat ataupun kondisi yang tidak kita


inginkan yang mungkin disebabkan oleh karena adanya gangguan pada
peralatan. Untuk itu perlu adanya pemecahan masalah (troubleshooting).
100.
Pemeriksaan
laboratorium
memerlukan
ketelitian
dalam
penggunaan

sampel,

reagensia,

peralatan

dan

pengukuran

yang

digunakan. Pemeriksaan yang semua dengan manajemen mutu akan


meminimalkan perbedaan dengan mengikuti uji kelayakan sesuai protokol
yang ada.
101.
Proses pemeriksaan akan berhasil dengan baik bila tahap pra
analitik, analitik dan paska analitik dilakukan dengan baik. Pada tahap
6

pemeriksaan sering ditemukan faktor pengganggu (interferensi) yang


dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Faktor pengganggu itu bisa dari
alat, manusia, metode, bahan serta hal-hal lain mempengaruhi hasil
pemeriksaan.
102.
Troubleshooting adalah proses atau kegiatan untuk mencari
penyebab terjadinya kesalahan sehingga penampilan hasil yang tidak
memuaskan,

dan

memilih

cara

penanganan

yang

benar

untuk

mengatasinya. Makin canggih suatu alat pemeriksaan, akan semakin


komplek atau rumit permasalahan yang mungkin terjadi.
1. Troubleshooting jika terjadi gangguan pada alat, maka petugas
Laboratorium :
a. Berusaha untuk melihat petunjuk cara mengatasi masalah baik yang
ditempel di dekat alat, atau pada buku petunjuk manual alat
tersebut. Dalam petunjuk itu

tercantum urutan langkah-langkah

yang

petugas.

harus

dilalukan

oleh

Bila

petugas

mampu

melaksanakan petunjuk itu dan peralatan kembali normal, maka


pemeriksaan bisa dilanjutkan.
b. Jika petugas sudah menjalankan urutan untuk menyelesaikan , tetapi
tidak

mampu

menghubungi

menyelesaikannya,
petugas

laboratorium

maka
yang

petugas
diberi

jaga

akan

tugas

untuk

bertanggungjawab terhadap alat laboratorium jika ada gangguan


pada alat laboratorium.
c. Petugas laboratorium yang diberi tugas untuk bertanggungjawab
terhadap alat laboratorium tidak mampu mengatasi masalah, maka
petugas akan menghubungi teknisi dari distributor alat tersebut.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
7

117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.

BAB V
LOGISTIK

136.
137. Bahan atau logistik yang diperlukan oleh laboratorium menyangkut
macam atau jenis, dasar pemilihan, pengadaan dan penyimpanan.
A. Jenis logistik
138. 1. Reagen
139.
a. Jenis reagen
140.
1) Reagen basah : bentuknya bisa berupa cairan
141.
2) Reagen kering : bentuknya berupa strip, catridge
yang siap pakai.
142.
b.
Sebelum

melakukan

pemeriksaan

yang

perlu

diperhatikan pada reagen tersebut antara lain :


1) Ijin edar dari Kementrian Kesehatan RI
2) Etiket/label/wadah
3) Perhatikan tanggal produk dan nomor batch reagen
4) Batas kadaluwarsa
5) Perhatikan stabilitas reagen. Untuk reagen yang sudah
dibuka masa stabilitasnya menjadi lebih pendek dari
reagen yang belum dibuka.
6) Keadaan fisik dari reagen
7) Kemasan harus dalam keadaan utuh, isi tidak mengeras
dan tidak ada perubahan warna.
8) Perhatikan suhu penyimpanan
8

143. 2. Standart
144.
Bahan

standart

adalah

zat

yang

konsentrasi

atau

kemurniannya diketahui dan diperoleh dengan cara penimbangan.


145.
a. Jenis bahan standart
146.
1) Bahan standar primer
147.
Standar primer merupakan zat termurni dalam
kelasnya yang menjadi standar untuk semua zat lain.
Standar primer umumnya mempunyai kemurnian lebih dari
99

%,

bahkan

banyak

yang

kemurniannya

99,9%.

Kemurnian standar primer dapat dilihat dari sertifikat


analisis.
148.
149.
150.

Syarat bahan standar primer adalah sebagai

berikut :
1. Stabil
2. Dapat dibakar sampai suhu 105C 110C tanpa
perubahan kimia atau tidak meleleh, tersublimasi,
terdekomposisi

151.

atau

mengalami

reaksi

kimia

sampai shuhu 120C 130C .


3. Bahan standar sekunder
2) Bahan standar sekunder merupakan zat yang

konsentrasi dan kemurniannya ditetapkan melalui analisis


dengan perbandingan terhadap standar primer.
152. 3. Bahan kontrol
153. Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk
memantau ketepatan suatu pemeriksaan di laboratorium atau
untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan harian.
a. Sumber dan bahan kontrol
154. Bahan kontrol dapat berasal dari manusia, binatang
atau merupakan

bahan kinia murni. Sedang menurut

bentuknya ada bahan kontrol cair, padat bubuk (liofilisat) dan


bentuk strip. Bahan kontrol padat bubuk atau strip harus
dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan.
155.
b. Jenis bahan kontrol
156.

1) Buatan sendiri.

157. Ada beberapa macam bahan kontrol yang bisa dibuat


sendiri :
a) Dibuat dari serum
b) Dibuat dari bahan kimia murni
c) Dibuat dari lisat
158.

2)Buatan pabrik (komersial)

a) Bahan kontrol unassayed


9

b) Bahan kontrol assayed


159. 4. Air / aquades
160. Logistik ini diperoleh dengan cara membeli dalam
bentuk jerigen.
B. Dasar Pemilihan logistik
161.
Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium
yang akan dipergunakan harus

mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut :
162.
1. Kebutuhan
2. Produksi pabrik yang telah dikenal dengan sensitivitas dan
spesifisitas tinggi
3. Diskripsi lengkap dari bahan atau produk
4. Masa kadaluwarsa yang panjang
5. Volume atau isi kemasan
6. Pemakaian ulang atau sekali pakai
7. Mudah diperoleh di pasaran
8. Besarnya harga tiap satuan (nilai ekonomis)
9. Pemasok atau vendor
10.
Kelancaran dan kesinambunangan pengadaan
11. Bahan atau alat terdaftar di Ditjen Yanfar dan Alkes
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
a. Pengadaan logistik
163.
Pengadaan logistik laboratorium harus mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Tingkat persediaan
164. Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama
dengan jumlah persediaan, yaitu jumlah persediaan minimun
ditambah jumlah safety stock. Tingkat persediaan minimum
adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk memenuhi kegiatan
operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari pembekal
atau ruang penyimpanan umum.
165. Safety stcok adalah jumlah persediaan cadangan yang
harus ada untuk bahan-bahan yang dibutuhkan atau yang sering
terlambat diterima dari pemasok. Buffer stock adalah stock
penyangga kekurangan reagen di laboratorium. Reserve stock
adalah cadangan reagen atau sisa.
166.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
167. Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah
pemakaian atau pembelian bahan dalam periode 6 12 bulan
yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 6 12

10

bulan

untuk

tahun

yang

akan

datang. Jumlah

rata-rata

pemakaian bahan untuk satu bulan perlu dicatat.


168.
169.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery
time)
170. Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan
sampai bahan diterima dari pemasok perlu diperhitungkan,
terutama untuk bahan yang sulit didapat.
171.
b. Penyimpanan logistik
172.
Logistik laboratorium yang sudah ada harus disimpan dan
ditangani secara cermat dengan mempertimbangkan :
1. Perputaran pemakaian, dengan menggunakan kaidah First in
first out ( FIFO) atau Pertama masuk Pertama keluar, yaitu
bahwa barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus
2.
3.
4.
5.

digunakan terlebih dahulu.


Tempat penyimpanan
Suhu atau kelembaban
Sirkulasi udara
Incompatibility, bahan kimia yang tidak boleh bercampur

173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189.
190.
191.
193.
194.
195.
1. Pengertian
196.
Menurut
keselamatan

192.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Permenkes
pasien

adalah

no.
suatu

1691/MENKES/PER/VIII/2011,
sistem

dimana

Puskesmas

membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,


identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
11

pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden


dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
197.
198.
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
199. Sasaran

keselamatan

yang

dapat

diimplementasikan

di

laboratorium adalah :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi efektif
3. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
200.
2. Tujuan
201.

Hasil laboratorium yang valid akan memberikan penanganan

yang tepat untuk pasien.


3. Tata Laksana Keselamatan Pasien
202.
Identifikasi
203.
Berdasarkan aturan di Puskesmas , semua petugas harus
melakukan identifikasi dengan menggunakan 2 identitas yaitu Nama
dan nomor rekam medik atau Nama dan tanggal lahir. Untuk pasien
rawat jalan dapat dicocokkan dengan kartu berobat.
204.
Alat Pelindung Diri
205.
Petugas yang melakukan pengambilan

darah

harus

menggunakan alat pelindung diri dan bekerja secara aseptis.


Sebelum menggunakan sarung tangan, melakukan hand hygiene
dengan

hand

rub.

Setiap

selesai

mengambil

sampel

harus

mengganti sarung tangan sebelum mengambil sampel pasien


lainnya agar petugas tidak memindahkan kuman/ infeksi dari satu
pasien ke pasien lainnya.
206.
207.
208.
209.
AP
D
212.
Jas

210.

TERHADAP

211.

PASIEN
213.

Mengurangi

TERHADAP
PETUGAS

214.

Mencegah

kemungkinan

badan/kulit petugas

terbawanya

kesehatan kontak

mikroorganisme dari

dengan percikan

ruang lain atau luar

darah atau cairan


12

ruangan

tubuh penderita.

215.
Sa

217.

r
u
n
g
t
a
n

Mencegah

kontak tangan
216.

Mencegah

petugas dengan darah

kontak

dan cairan tubuh

mikroorganisme

penderita lainnya,

pada tangan

selaput lendir, kulit

petugas kesehatan

yang tidak utuh atau

kepada pasien

alat kesehatan dan


permukaan yang telah

terkontaminasi.

a
n
219.

Mencegah

kontak droplet dari

220.

Mencegah

218.

mulut dan hidung

membran mukosa

Ma

petugas Kesehatan

petugas kesehatan

yang mengandung

(hidung dan mulut)

mikroorganisme dan

kontak dengan

terpercik saat

percikan darah atau

bernapas, bicara

cairan tubuh

atau batuk kepada

penderita.

pasien.
221.
222.

Phlebotomy

223.

Saat melakukan phlebotomy harus dilakukan dengan cara

yang benar mengacu pada WHO Guideline. Siapkan alat sesuai


dengan usia pasien yang akan di phlebotomy dan tabung sesuai
dengan

jenis

pemeriksaan.

Pengambilan

sampel

harus

memperhatikan hal-hal yang tidak boleh dilakukan atau harus


dihindari dalam phlebotomy agar kualitas sampel yang didapat baik.
a. Tahap Pra Analitik
1) Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium
224. Permintaan pemeriksaan dari dokter harus selalu
ditulis secara tegas dan jelas dalam formulir pemintaan
pemeriksaan. Hal ini untuk menghindari pengulangan
13

pemeriksaan yang merugikan pasien. Formulir pemeriksaan


harus diisi secara lengkap yang meliputi identitas pasien :
nama, alamat, ruangan, tanggal lahir, jenis kelamin, data
klinis / diagnose, dokter pengirim, riwayat pengobatan
yang diberikan serta tanggal permintaan laboratorium. Dan
yang

terpenting

menghindari

adalah

tertukarnya

pelabelan
sampel

sampel

pasien

satu

untuk
dengan

pasien lainnya.
225.
226.

2) Persiapan penderita

a) Makanan dan minuman, pada beberapa pemeriksaan,


makanan dan minuman mempunyai pengaruh signifikan
terhadap hasil pemeriksaan baik langsung maupun tidak
langsung.
b) Perokok yang lama berakibat penurunan Hb dan jumlah
eritrosit, penurunan jumlah leukosit dan penurunan
horman insulin.
c) Stres fisik maupun psikis akan memperngaruhi produksi
ACTH, kortisol, kathecolamin, penurunan 15 % HDL dan
total kolesterol.
d) Variasi harian, tubuh manusia terdapat perbedaan zat
yang disebabkan oleh fluktuasi harian (variasi diurnal).
227.

3). Persiapan alat dan Pengambilan sampel


228.

Demi keselamatan pasien sebelum melakukan

pemeriksaan, semua peralatan yang akan digunakan harus


bersih, kering, tidak mengandung bahan kimia atau detergen,
terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat yang ada pada
specimen. Tidak merembes atau bocor, besar wadah harus
sesuai dengan volume specimen, untuk bahan biakan dan uji
kepekaan kuman wadah harus steril, untuk sputum, urin, feses
sebaiknya mengunakan wadah dengan mulut lebar. Sebagai
catatan untuk pengambilan darah harus menggunakan kapas
dengan kadar alkohol 70 %, spuil 2,5 ml atau 5 ml sekali pakai
serta penampung yang berlebel baik yang ada anti koagulan
maupun tidak.
229.

4). Pengambilan sampel dan spesimen


14

230.

Sebelum

pengambilan

sampel

perlu

disiapkan

kelengkapan alat yang akan digunakan. Pastikan alat sudah


lengkap dan steril. Lakukan pendekatan dan komunikasi
dengan pasien dan keluarga pasien, soal tujuan dan apa yang
akan dilakukan. Ini penting

agar pasien tenang dan tidak

panik. Periksa ulang identitas pasien untuk menghindari


kesalahan dan pengulangan pengambilan sampel.
231.
232.
233.

5).

Penanganan

awal

sampel

(pengawetan

dan

transportasi)
234.

Demi untuk menjaga keselamatan pasien, perlu

diperhatikan hal-hal yang sering menjadi sumber kesalahan


dalam penanganan sampel, antara lain
a) Kesalahan dalam identifikasi pasien
b) Kesalahan dalam pemberian lebel
235.

c). Kesalahan dalam pencampuran

236.

d). Kesalahan dalam pemakaian antikoagulan

237.

e). Terjadinya hemolisis

238.

f). Terjadinya hemokonsentrasi

239.

g). Penundaan dalam pengiriman sampel

240.

h). Sampel terpapar oleh suhu yang ekstrem

241.

i). Kesalahan dalam proses sparasi serum; salah

kecepatan (rpm)sentrifugasi, tabung pecah dalam


sentrifugasi, tabung aliquot terkontaminasi, salah
nama dalam tabung, sampel darah hemolisis.
242.

j). Penyimpanan sampel sebelum pemeriksaan,

bisa salah suhu dan terbentuk endapan.


243.
b. Tahap analitik
244.

1). Peralatan laboratorium yang digunakan

245. Sebelum

menggunakan

sebuah alat

maka

diperlukan

pengecekan alat.
246.

2). Metode pemeriksaan yang dipakai

247. Para petugas harus memahami prosedur pemeriksaan yang


akan dijalankan.
15

248.

3). Pemeliharaan reagensia

249. Sebelum menggunakan reagensia perlu diperhatikan halhal sebagai berikut : Penanganan, persiapan dan penyimpangan
reagensia,

perimbangan

kebutuhan

reagensia,

pemakaian

reagensia dan batas kadaluwarsa.


250.

4). Sumber daya manusia

251. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang baik


diperlukan pemikiran soal rekruitmen baik dan pelatihan yang
berjenjang dan terus menerus. Penempatan seorang petugas
sesuai dengan keahliannya juga akan berdampak pada mutu
pelayanan di laboratorium.
252.
253.
c. Tahap paska analitik
254.

1). Penulisan hasil pemeriksaan

a) Identifikasi hasil harus jelas dan tegas


b) Identifikasi laboratorium yang mengeluarkan hasil
c) Identifikasi khas dan tujuan laporan
d) Nama dan identitas pemohon
e) Tanggal dan waktu pengumpulan sampel primer
f) Tanggal dan penerbitan laporan
g) Sumber sampel primer
h) Interpretasi hasil
i) Identifikasi petugas yang diberi wewenang mengeluarkan hasil
j) Tanda tangan atau otorisasi petugas yang memeriksa atau
mengeluarkan hasil pemeriksaan.
255.
256.

2). Pelaporan Insiden

257. Dalam menegakkan tekad keselamatan pasien, banyak


metode atau cara untuk mengidentifikasi resiko. Salah satunya
adalah

dengan

mengembangkan

sistem

pelaporan

Insiden

Keselamatan Pasien (IKP). Sistem itu dapat dipastikan akan selalu


mengajak semua orang atau organisasi untuk peduli akan bahaya
atau potensi bahaya yang terjadi pada psien. Pelaporan ini juga
penting untuk memonitor upaya pencegahan terjadinya error. Di
laboratorium

terdapat beberapa hal yang termasuk insiden


16

diantaranya salah pemeriksaan, salah interpretasi hasil, sampel


hilang. Sampel tertukar, sampel tidak dapat diperiksa karena
salah

cara

pengambilannya,

sampel

rusak

karena

salah

penyimpanan dan pemeriksaan yang tidak sesuai indikasi.


258.
4. HASIL KRITIS (CRITICAL RESULT)
259. Batasan Operasional
260.

Hasil atau nilai yang menggambarkan keadaan patofisiologi

seperti variasi nilai yang mengancam jiwa dan memerlukan tindakan


segera.Critical value/ critical result tidak selalu harus dihubungkan
dengan nilai rujukan normal, toxic range atau therapeutic range.
261.

Critical result harus dikomunikasikan dengan peminta

pemeriksaan dalam waktu kurang dari 1 jam.


262.
263. Cara Pelaporan Critical Value/ Critical Result
264.

Ketika melaporkan critical value/ critical result, sebutkan nama

pasien (dieja), nomor rekam medis, tes yang diminta dan tanggal
penerimaan sampel.
265.

Bagi penerima hasil critical value/ result di ruang perawatan/

poliklinik, diharuskan membaca ulang hasil yang dibacakan, dan


mengeja nama pasien dengan benar.
266. Tabel 5. Nilai Kritis
267.

268.

N
271.

PARA

269.

METER
272.

Hemo
globin

2
282.

279.

h Trombosit
283.

3
286.
4

Jumla

Hema
tokrit

287.

Jumla

h Leukosit

270.

BATASAN NILAI

UR
273.

0-7

minggu
274.

278.

UM

275.

6 gr/dl , 24 gr/dl

276.

6 gr/dl , 20 gr/dl

>7

minggu
280.
Se

277.
281.

mua
Umur
284.
Se

40.000 sel/mm ,
1000.000 sel/mm

285.

23% , 70%

mua
Umur
288.
Se
mua

289.

2000 sel/mm ,
100.000 sel/mm

Umur
17

290.

291.

PPT

292.

5
294.

295.

APTT

296.

299.

Umur
Se

INR

300.

303.

Gluko

sa Darah

309.

Umur
304.
<4

313.

317.

5 detik

Natriu

Calsiu

321.

Magn

Umur
314.
Se

Creati
nin

< 40 mg/dl > 400


mg/dl

307.

<50 mg/dl >400

311.

mg/dl
< 2.5 U/L , >6U/L

315.

< 120 U/L ,

mua
318.

>160U/L

Umur
Se

319.

< 6.5 mg/dl , >13

mua
322.

esium
325.

306.

mua

1
324.

Kaliu

>4

minggu
310.
Se

1
320.

301.

minggu

1
316.

185 detik

Umur
Se

305.

312.

297.

mua

308.

45.2 detik

mua

7
302.

293.

mua

6
298.

Se

mg/dl

Umur
Se

323.

< 1 mg/dl , >9

mua

mg/dl

Umur
326.
1

331.

>1.5 mg/dl (pasien

hari 4
minggu
327.

minggu
23 bulan
328.

baru)
332.
333.
334.
335.

>2mg/dl
>2.5 mg/dl
>3 mg/dl
>10 mg/dl

tahun
11 tahun
329.

12

tahun
15 tahun
330.

>1

6 tahun
18

336.

337.

Malari

1
340.

338.

a
341.

Se

339.

Plasmodium (+)

mua

HBsA

342.

Umur
Se

positif
343.

(+) Positif

mua
Umur

344.
345.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
347.
Lingkungan merupakan sarana penunjang
346.

348. Laboratorium

pengujian parameter kualitas lingkungan.

dalam

Dalam prakteknya, adanya

aktivitas yang berkenaan dengan bahan kimia dan peralatan spesifik


memungkinkan timbulnya potensi bahaya terhadap para pekerjanya. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan penerapan Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3)
yang berlaku di lingkup Laboratorium.
A. PENGERTIAN
349. Keselamatan kerja menurut Undang-undang no 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja disebutkan bahwa setiap tenaga kerja berhak
mendapat

perlindungan

atas

keselamatannya

dalam

melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta


produktivitas Nasional.
350. Menurut Undang-undang no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,
pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat
kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit
penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang
351.
B. TUJUAN
352. Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman dan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan
Puskesmas pada umumnya dan laboratorium pada khususnya.
353. Keselamatan
kerja
bertujuan
untuk
peningkatan

dan

pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggitinggi

bagi

pekerja

yang

disebabkan

oleh

kondisi

pekerjaan,

perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari resiko akibat faktor


yang merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja
dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi
dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan

19

kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan dan jabatannya.


(WHO/ILO tahun 1995)
354.
355.
356.
357.
C. TATA LAKSANA KESELAMATAN
1. Pencegahan Terkena Tusukan Jarum
a. Setelah selesai digunakan mengambil sampel, jarum suntik
dipisahkan dari badan alat suntik dan dibuang dalam wadah
khusus sehingga petugas yang mengambil sampah terhindar dari
tertusuk jarum
b. Sampah jarum disatukan dalam jerigen khusus untuk sampah
jarum
c. Petugas sanitasi mengambil sampah dan dimusnahkan dengan
bekerjasama dengan pihak ketiga
2. Penanganan Terkena Tusukan Jarum/ Pecahan Kaca
a. Segera menekan luka dan mengeluarkan darah dibawah air
mengalir
b. Rawat luka dengan memberikan desinfeksi, tutup luka dengan
plester atau kasa steril
c. Laporkan kejadian tersebut kepada kepala untuk pemantauan
lebih lanjut
d. Lakukan pemeriksaan HBsAg, anti HCV dan anti HIV pada petugas
yang tertusuk dan sampel pasien
e. Pemeriksaan ini dilakukan dua kali dengan selang waktu enam
bulan
358. 3. Penanganan Terkena Percikan Darah atau Cairan Tubuh
a. Jika percikan mengenai bagian muka, maka segera cuci mata dan
bagian muka menggunakan eye wash untuk menghilangkan
darah atau cairan tubuh
b. Jika percikan mengenai tangan, segera cuci tangan menggunakan
air dan sabun atau larutan hypoklorit yang diencerkan 1 bagian
bleach dengan 5 bagian air
c. Jika percikan mengenai tubuh, guyur tubuh dengan safety shower
untuk menghilangkan darah atau cairan tubuh
d. Setelah darah atau cairan tubuh bersih dari tubuh, lakukan
pemantauan dengan melakukan pemeriksaan HBsAg, anti HCV
dan anti HIV. Ulangi pemeriksaan ini dua kali dengan selang
359.

waktu 6 bulan.
4. Penanganan Tumpahan Darah Atau Cairan Tubuh
a. Gunakan sarung tangan dan siapkan peralatan yang dibutuhkan
(spill kit)
20

b. Jika tumpahan disertai dengan pecahan kaca, maka pecahan kaca


diambil dengan menggunakan serok dan sapu kecil dahulu, taruh
pecahan kaca dalam kantung plastic khusus warna kuning
c. Taruh tablet presept pada area dan diamkan selama 2 menit atau
semprot dengan larutan hipoklorit 1 : 10 untuk darah dan 1 : 100
untuk cairan tubuh lain
d. Lap area dengan menggunakan kertas tissue, buang kertas tissue
pada plastik warna kuning
e. Lap sekali lagi dengan menggunakan desinfektan, buang tissue
pada pastik kuning
360.
5. Pembuangan Sampah Medis Jarum Suntik
361.
Sampah medis jarum suntik adalah sampah yang
berasal dari jarum bekas yang digunakan mengambil sampel yang
dikategorikan bahan infeksius.Sampah medis jarum suntik dikelola
secara khusus, sejak dari laboratorium hingga ke pembuangan
sampah medis. Tujuannya adalah mencegah terjadinya pencemaran
dan

penyebarluasan

penyakit

serta

mencegah

terjadinya

kecelakaan kerja akibat tertusuk jarum yang habis digunakan untuk


mengambil sampel.
362.
Tata cara pembuangan sampah medis jarum suntik :
a. Setelah selesai digunakan mengambil sampel, jarum suntik
dibuang dalam wadah khusus (jerigen).
b. Jarum tidak boleh dipisahkan dari badan jarum.
363.
364.
TATA LAKSANA LIMBAH LABORATORIUM
1. Pembuangan Limbah Laboratorium
365. Menurut PP No. 12 th 1995 limbah adalah bahan sisa suatu
kegiatan dan atau proses produksi. Limbah Puskesmas

menurut

Permenkes RI nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan


Kesehatan

Lingkungan Puskesmas

adalah

semua

limbah

yang

dihasilkan dari kegiatan Puskesmas dalam bentuk padat, cair, dan gas.
2. Prosedur Penanganan Bahan Infeksius
a. Bahan infeksius padat tidak tajam (tabung sampel, tabung urine,
kapas) dibuang pada tempat sampah khusus medis (tempat
sampah dengan plastik kuning). Sampah ini kemudian akan diantar
oleh petugas kebersihan laboratorium dan dimusnahkan dengan
menggunakan

insinerator

di

Instalasi

Pengolahan

Sampah

Puskesmas .
b. Bahan infeksius padat tajam dibuang dalam wadah khusus untuk
benda tajam yang kuat dan tidak mudah robek.
21

c. Bahan infeksius cair berupa limbah alat dan air bekas cucian
dibuang di wastafel yang terhubung dengan saluran IPAL, dimana
limbah ini nanti akan mendapat penanganan khusus sebelum
dikeluarkan ke saluran umum
3. Penanganan Dan Pengelolaan Limbah
366. Limbah dikatagorikan Umum dan Khusus
a. Umum : limbah yang berasal dari sampah umum, kertas, daun,
bekas minuman dll. Ditempatkan pada plastic hitam, dibersihkan
oleh cleaning service.
b. Khusus : semua yang berhubungan dengan proses pemeriksaan dan
berhubungan dengan spesimen terbagi dalam bentuk padat dan
cair.
1) Khusus padat : alat habis pakai, spuit injeksi, kapas, tip, tabung
reaksi, cup sampel, setelah dipakai ditempatkan pada tempat
khusus,

diambil

petugas

limbah

dan

dibawa

ke

tempat

penyimpanan sementara.
2) Khusus cair : sisa spesimen, sisa spesimen/ bahan kontrol yang
bercampur reagen, air bekas cucian dan zat pelarut ditempatkan
pada tempat khusus, dibuang lewat wastafel yang sudah
terhubung dengan IPAL.
367.
368.
369.
370.
371.
372.
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
381.
382.
383.
22

384.
385.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393.
394.
395.
396.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

397.
398. Salah satu kegiatan pengendalian mutu dalam laboratorium
kesehatan adalah pemantapan mutu (quality assurance) untuk menjamin
ketelitian

dan

ketepatan

hasil

pemeriksaan

laboratorium

pencegahan

terjadinya kesalahan dalam melakukan kegiatan laboratorium mulai dari


tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. sampai dengan melakukan
pencegahan ulang setiap tindakan atau proses pemeriksaan sehingga
diperoleh ketepatan hasil pemeriksaan.
399. Laboratorium

puskesmas

setiap

saat

selalu

melaksanakan

kegiatan ini sesuai dengan prosedur kerja yang ada.


1. Pemantapan Mutu Internal
400. Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing
bagian dalam laboratorium secara terus-menerus agar tidak terjadi
kesalahan/ penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang
tepat. Aktivitasnya meliputi tahap pra-analitik, analitik dan pascaanalitik.
401. Menurut Robert Hawkins, M.D.dalam

Annals of Laboratory

Medicine 2012 ada 5 tahapan kesalahan yang dapat terjadi selama


proses pemeriksaan laboratorium, sejak dari pasien hingga sampel
diterima di laboratorium yaitu :
a. Tahap Pra-Praanalitik dan Praanalitik
402. Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium

yang

pengendaliannya

tidak

seluruhnya

dapat

dilakukan oleh laboratorium.


403.
23

404.
405.

Pra-Praanalitik (46-68%)
Permintaan laboratorium yang tidak sesuai/lengkap, salah

memasukkan data, salah identifikasi pasien, sampel diambil dari


tempat infus, sampel rusak(hemolisis, beku, kurang, dll), salah
tabung, salah penanganan, penyimpanan dan transportasi
406.
Praanalitik (3-5%)
407.
Pemisahan sampel, pemipetan, aliquoting,

labelling,

sentrifugasi (salah waktu atau kecepatan)


1) Formulir permintaan pemeriksaan
408. Setelah diisi oleh dokter pasien dan diterima petugas
di bagian pendaftaran, formulir yang berisi identitas pasien dan
identitas pengirim ( dokter) diteliti ulang untuk meyakinkan
bahwa semuanya data sudah ditulis dengan lengkap dan jelas.
Termasuk semua permintaan pemeriksaan sudah ditandai dengan
jelas dan pasti.
409.
2) Persiapan pasien
410. Menyangkut

persiapan

pasien,

petugas

akan

menanyakan dan meyakinkan bahwa pasien yang akan diambil


spesimennya,

sebelum

melakukan

pemeriksaan,

sudah

melakukan persiapan sesuai dengan ketentuan dan persyaratan


yang diharuskan.
3) Pengambilan dan penerimaan specimen
411. Spesimen yang sudah diambil dan dikumpulkan
secara benar, sesuai tempat

dan pengelompokkannya dengan

memperhatikan jenis spesimennya.


4) Penanganan specimen
412. Dalam tahap

ini

petugas

di

laboratorium akan

mengolah spesimen sesuai dengan prosedur kerja dengan


mempertimbangkan penyimpanan spesimen sudah dilakukan
dengan tepat. Pemeriksaan yang bersifat khusus memerlukan
penanganan tersendiri, termasuk ketepatan proses pengiriman
spesimennya.
5) Persiapan sampel untuk dianalisa
413. Sebelum melakukan analisa, harus dipastikan kondisi
sampel atau spesimen sudah memenuhi syarat, volume sampel
cukup dan identifikasi sampel sudah benar.
24

b. Tahap Analitik (7-13%)


414. Kesalahan yang dapat terjadi pada tahap ini antara lain alat
rusak,

homogenisasi

sampel,

interferensi

(endogen

atau

eksogen), tidak terdeteksi adanya kesalahan pada saat quality


control
415. Ada 2 kesalahan dalam tahap analitik yaitu :
1. Kesalahan sistematik adalah kesalahan yang terjadi terus
menerus dengan pola yang sama dan mempengaruhi akurasi
dari pemeriksaan. Kesalahan dapat berupan Trend (terjadi
penurunan

reliabilitas

pemeriksaan

yang

terjadi

secara

bertahap) atau Shift(perubahan yang terjadi tiba-tiba pada


pemeriksaan). Biasanya 22s, 41s, or 10xrules.
416.
Trend dapat disebabkan oleh :
417.
Kerusakan sumber cahaya pada alat, penumpukan
debris pada sampel/ reagent tubing, penumpukan debris pada
electrode, reagen yang sudah lama, kerusakan bahan control,
kerusakan suhu inkubator (untuk pemeriksaan enzimatik),
kerusakan integritas filter sinar, kerusakan kalibrasi.
2. Kesalahan acak adalah kesalahan dengan pola yang tidak
tetap.
418.

Penyebabnya adalah ketidakstabilan, misalnya suhu

waterbath, reagen, pipet, voltage listrik yang tidak stabil,


kontaminasi, gelembung pada pemipetan, gelembung pada
reagen, dll.
419. .
3. Pasca Analitik dan Pasca-Pasca Analitik
420.
Pasca Analitik (13-20%)
421.Salah memvalidasi data, salah melaporkan atau salah alamat,
terlalu lama TATnya, salah memasukkan data secara manual,
terlambat melaporkan hasil kritis.
422. Pasca Analitik
423. 1. Penulisan pelaporan hasil menggunakan formulir yang
bersih
424. 2. Tidak salah transkrip
425. 3. Tulisannya sudah jelas
426. 4. Kecenderungan hasil normal atau abnormal
427.
Pasca-Pasca Analitik (25-46%)
428.Terlambat menindaklanjuti hasil laboratorium, salah interpretasi,
follow up yang tidak sesuai/ tdk adekuat
429.
25

2. Pemantapan Mutu Eksternal


430. Pemantapan

Mutu

Eksternal

adalah

kegiatan

yang

diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium


yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu
laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan
kegiatan PME dilaksanakan oleh pihak pemerintah.
431. Kegiatan
laboratorium

sebab

PME

itu

sangat

dari

hasil

bermanfaat

evaluasi

yang

bagi

suatu

diperoleh

dapat

menunjukkan performa (penampilan/proficiency) laboratorium yang


bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan.
432. Untuk itu pada waktu melaksanakan kegiatan ini tidak
boleh diperlakukan secara khusus. Jadi pada waktu melakukan
pemeriksaan
melaksanakan

harus

dilaksanakan

pemeriksaan

oleh

tersebut

petugas
serta

yang

biasa

menggunakan

peralatan/reagen atau metode yang biasa dipakainya sehingga hasil


PME

tersebut

benar-benar

dapat

mencerminkan

penampilan

laboratorium tersebut yang sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari


penyelenggara dicatat dan dievaluasi untuk mencari penyebabpenyebab dan mengambil langkah-langkah perbaikan.
433.
434. Prosedur PME yang biasa dilaksanakan oleh Unit
Laboratorium adalah sebagai berikut :
a. Bahan kontrol untuk PME diterima
b. Dibaca petunjuknya, kapan pemeriksaan dilakukan dan
kapan hasilnya dikirim.
c. Tenaga yang memeriksa bahan kontrol adalah petugas
yang sudah ahli.
d. Pemeriksaan dilakukan sesuai petunjuk yang ada
e. Hasil pemeriksaan dicatat dan dibuat nilai rata-ratanya
f. Nilai rata-rata ditandatangani Pengelola Laboratorium dan
Kepala Puskesmas
g. Hasil dikirim
h. Hasil feedback diterima laboratorium
i. Ditindaklanjuti dalam rapat rutin intern laboratorium

26

435. Jika ada hasil yang kurang memuaskan akan ditindaklanjuti


melalui rapat rutin intern laboratorium untuk dikaji penyebab, dan
kendalanya serta dicarikan jalan keluar perbaikannya.
436.
437.
438.
439.
440.
441.
442.
443.
444.
445.
446.
447.
448.
449.
450.
451.
452.
453.
454.
455.

BAB IX
456.

PENUTUP
457.

458. Puji
menyelesaikan

syukur
amanat

Alhamdulillah
untuk

kepada

pembuatan

Allah

Buku

SWT,

Pedoman

kami

telah

Pelayanan

Laboratorium.
459. Buku Pedoman ini mencakup berbagai hal yang sangat berkaitan
dengan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sehari- hari yang meliputi
tentang gambaran Laboratorium Puskesmas Menden dan standar yang
ditentukan.dengan disusunnya buku pedoman ini

semoga bisa menjadi

acuan bagi tenaga laboratorium baik analis maupun tenaga administrasi


untuk melakukan pemeriksaan sehingga didapatkan hasil pemeriksaan yang
akurat dan bermutu.
460.
27

Anda mungkin juga menyukai