Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu

organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan , mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan

kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai

Jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata

penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar

pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Pelayanan laboratorium merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya

peningkatan kesehatan,pencegahan, dan pengobatan penyakit,serta pemulihan

kesehatan. Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil

pemeriksaan laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosis,pemberian

pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan penyakit,serta penentuan prognosis.

Oleh karena itu, hasil pemeriksaan laboratorium harus selalu terjamin mutunya.

Untuk meningkatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium, mutlak perlu

dilaksanakan kegiatan pemantapan Mutu (Quality Assurance), yang mencakup

berbagai komponen kegiatan. Salah satu komponen kegiatan adalah “ Praktek

laboratorium yang benar “.

Hasil pemeriksaan laboratorium yang dapat dipercaya atau bermutu

diperoleh dari pengendalian yang tepat terhadap tahap pemeriksaan laboratorium.

Tahap pemeriksaan laboratorium meliputi tahap praanalitik, analitik dan

paskaanalitik. Tahap praanalitik meliputi persiapan pasien, pengambilan dan

penampungan spesimen, penanganan spesimen, dan pengiriman spesimen. Tahap

berikutnya adalah tahap analitik yang meliputi pemeriksaan spesimen dan


dilanjutkan tahap paskaanalitik yaitu pelaporan hasil sebelum hasil pemeriksaan

diserakan kepada pasien ( Siregar, 2018).

Kesalahan yang terjadi pada tahap praanalitik merupakan kesalahan

terbesar yaitu mencapai 60 - 70 % dari total kesalahan laboratorium, sementara

kesalahan analitik 10 - 15 % dan kesalahan paskaanalitik 15 - 20 %. Kesalahan

praanalitik yang paling banyak dapat disebabkan dari spesimen yang tidak

memenuhi syarat yang ditentukan. Pengendalian tahap praanalitik penting untuk

menjamin bahwa spesimen-spesimen yang diterima benar dan dari pasien yang

benar pula serta memenuhi syarat yang telah ditentukan (Siregar, 2018). Spesimen

yang tidak memenuhi syarat dapat bersumber dari kesalahan identifikasi spesimen,

waktu pengumpulan spesimen tidak tepat, puasa yang tidak benar, perbandingan

volume darah dengan antikoagulan yang tidak tepat, penggunaan antikoagulan

yang tidak tepat, dan pencampuran spesimen yang tidak tepat (Kiswari, 2014).

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Laboratorium perlu dibuat

standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara

pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien

laboratorium UPTD Puskesmas Patokbeusi. Berkaitan dengan hal tersebut diatas

maka dalam melakukan pelayanan laboratorium di UPTD Puskesmas Patokbeusi

harus berdasarkan standar pelayanan laboratorium.

1.2 Tujuan Umum

Pedoman Pelayanan laboratorium bertujuan :

1. Membantu penetapan diagnosa dan penatalaksanaan penderita secara

benar, tepat, teliti dan cepat serta secara umum dan berkesinambungan

turut berperan aktif dalam upaya penyempurnaan mutu pelayanan

Puskesmas

2. Terlaksananya pengembangan sumber daya manusia dan sarana

yang digunakan dengan mengacu standar keilmuan agar pelayanan


2|Pedoman Pelayanan Laboratorium Tahun 2023
laboratorium dilakukan oleh tenaga yang profesional dan sarana yang

memadai.

1.3 Ruang Lingkup Pelayanan Laboratorium

Ruang lingkup pelayanan Laboratorium meliputi :

1. Pasien Rawat Inap

Yaitu pasien yang dirawat di ruang perawatan UPTD Puskesmas Patokbeusi

yang memerlukan pemeriksaan laboratorium.

2. Pasien Rawat Jalan

Yaitu pasien dari unit gawat darurat dan pasien dari poli rawat jalan UPTD

Puskesmas Patokbeusi yang memerlukan pemeriksaan laboratorium.

1.4 Batas Operasional

Instalasi laboratorium merupakan suatu unit di Puskesmas yang memiliki

tim kerja dengan kemampuan khusus dan peralatan yang standard serta

memadai untuk memberikan pelayanan laboratorium kepada pasien sebagai

penunjang penegakan diagnosa oleh para klinisi. Pelayanan laboratorium

memerlukan penanganan secara terpadu dan pengaturan dalam satu sistem.

1.5 Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2013

tentang Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang Baik;

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012

Tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat;

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014

tentang Puskesmas.

3|Pedoman Pelayanan Laboratorium Tahun 2023


5. Surat Perintah Tugas

Nomor :

Atas nama : Wina Nurhayati, Amd.AK

4|Pedoman Pelayanan Laboratorium Tahun 2023


BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Kualifikasi tenaga laboratorium adalah minimal pendidikan dari Sekolah

Menengah Analis Kesehatan dan mampu melaksanakan kegiatan

laboratorium.

TUPOKSI

1. Tugas Pokok dan Fungsi Laboratorium

a. Perencanaan kebutuhan reagen

b. Pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi pada seluruh proses

pelayanan laboratorium

c. Pemeriksaan laboratorium sesuai standar operasional prosedur

d. Melaksanakan pemeriksaan suspek TB Paru sesuai standar DOTS yang

berlaku da n melaporkan hasilnya kepada petugas TB

e. Penyuluhan manfaat pemeriksaan laboratorium baik bagi perorangan

maupun kelompok

f. Pengumpulan dan pengelolaan sampah medis di ruang laboratorium

yang selanjutnya diserahkan kepada petugas sanitasi untuk ditindak

lanjuti pemusnahannya.

g. Pencatatan dan pelaporan

2. Uraian Tugas

a. Menyebarluaskan informasi tentang keberadaan Lab di PKM yang

bekerja sama dengan bidan desa dan promkes

b. Melaksanakan Pemeriksaan laboratorium sesuai dengan protap

c. Menyiapkan reagen dan alat yang akan dipergunakan

d. Mencatat dan melaporkan reagen atau alat yang habis atau rusak
5|Pedoman Pelayanan Laboratorium Tahun 2023
e. Mencatat dan melaporkan jumlah pasien kepada atasan setiap minggu

dan kepada dinkes setiap bulan.

2.2 Distribusi Ketenagaan

Karena hanya ada satu orang tenaga analis maka hanya ada satu shift.

2.3 Jadwal Kegiatan

Pemeriksaan laboratorium setiap hari kerja mulai pukul 07.30 – 12.00.

6|Pedoman Pelayanan Laboratorium Tahun 2023


BAB III

STANDAR FASILITAS

3.1 Denah Ruangan Laboratorium

Gambar 3.1
Denah ruangan laboartorium UPTD Puskesmas Patokbeusi
4 Pintu
ccGambar.
Masuk Lab
u masuk Lab Sampling
Meja Pemeriksaan Lab
g

Meja Pemeriksaan T

Meja kerja

LeMeja Pemeriksaan Lab

Kulkas

Penyimpanan
Cartridge TCM
Pojok
Lemari Dahak
Reagen
Pewarnaan BTA Wastafel
BMHP

Jendela

3.2 Standar Fasilitas

Peralatan Kerja

Peralatan yang tersedia di Laboratorium mengacu kepada buku pedoman

laboratorium Departemen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan

terhadap pasien laboratorium.

7|Pedoman Pelayanan Laboratorium Tahun 2023


Tabel 4.1
Alat-alat dan Inventaris Laboratorium
Di UPTD Puskesmas Patokbeus Tahun 2023

NO NAMA ALAT JUMLAH KONDISI

BAIK TIDAK

BAIK/RUSAK

1. Hematology Analyzer 1 √

2. Mikroskop 2 √ √

3. Refrigerator 1 √

4. Sentrifuge 1 √

5. Rotator 1 √

6. Fotometer 1 √

7. Hemometer 2 √

8. Mikropipet 5 3 (50µl, 3 (50 µl, 100 µl.

200µl, 1000 500 µl)

µl)

9. Accu-Chek Glucose 1 √

10. Auto-Check 2in1 1 √

(Choleterol, Uric acid)

11. Easy Touch 3in1 1 √

(Glucose, cholesterol,

uric acid)

12. Kursi putar 1 √

13. Meja kerja 2 √

14. Lemari Etalase 1 √

15. Tabung Westergreen 7 √

(LED)

16. Rak Westergreen 2 √

8|Pedoman Pelayanan Laboratorium Tahun 2023


(LED)

17. Tabung reaksi 80 √

18. Bilik hitung Neabauer 1 √

Improved

19. Rak pewarnaan 3 3

20. Rak Tabung 3 2 1

21. HB Meter Family 1 √

doctor

Jenis Reagen Esensial dan Bahan Lain yang Harus Tersedia di Laboratorium :

Tabel 4.2
Jenis Reagen Esensial dan Bahan Lain yang Harus Tersedia di Laboratorium
UPTD Puskesmas Patokbeusi
Tahun 2023

NO. JENIS REAGEN NO. BAHAN LAIN

1. Vacutainer EDTA 3 mL 1. Yelow tip

2. Strip urine 10 Parameter 2. Pipet tetes plastik

3. Alkohol 70% 3. Plester

4. Larutan HCL 0,1 N 4. Spuit 1cc/3cc

5. Larutan Ziehl Nelssen’s 5. Pot sputum

6. Aquadest 6. Pot Urine

7. Strip Accuchek Glukosa 7. Kertas Saring

8. Strip EasyTouch Kolesterol 8. Parafilm

9. Strip EasyTouch Asam Urat 9. Blood lancet

10. Set Golongan Darah Anti A, Anti B, 10. Tissue

Anti AB, Anti D

11. Larutan Metylen Blue 11. Safety Box

12. Widal test 12. Rak pewarnaan BTA

9|Pedoman Pelayanan Laboratorium Tahun 2023


13. HBsAg 13. Tabung westergreen

14. Rapid Syphilis 14. Rak LED

15. Rapid HIV 1 15. Timer

16. Rapid HIV 2 16. Mikropipet

17. Rapid HIV 3 17. Cartridge GeneXpert/TCM

18. Oil immersi

19. Alkohol swab

20. Larutan Turk

21. Larutan Ammonium Oxalat 1%

23. Sampel Reagen TCM

10 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 Kegiatan pelayanan kesehatan laboratorium meliputi :

1. Pelayanan Sampling

A. Persiapan Pasien :

1) Pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam post prondial.

2) Sebelum pemeriksaan pasien harus berpuasa selama 8 – 12

jam.

3) Pagi hari pasien diambil darah dan urin untuk pemeriksaan

glukosa puasa, kemudian pasien makan dan minum seperti biasa,

selesai makan pasien puasa lagi selama 2 jam.

4) Pasien diambil darah dan urin yang kedua untuk pemeriksaan

glukosa 2 jam pp.

B. Persiapan Alat :

1) Spuit, tabung reaksi

2) Lancet, Autoclick, Tourniquet

3) Objek glass, Cover glass

C. Persiapan Bahan :

1) Kapas alcohol

2) Plester

D. Teknik Pengambilan Spesimen :

a. Darah Vena

1) Catat nama, nomor laboratorium, jenis pemeriksaan yang

diminta.

2) Gunakan sarung tangan sebelum pengambilan darah.

3) Pasang tourniquet pada daerah yang akan diambil darahnya.

11 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
4) Desinfeksi bagian vena yang akan ditusuk dengan kapas

alcohol

5) Tusuk vena dengan jarum spuit atau vacutainer sampai

terlihat darah keluar.

6) Tourniquet dilepaskan

7) Cabut jarum dengan menempelkan kapas kering diatasnya

8) Rekatkan plester mikropore.

b. Darah Kapiler

1) Lokasi pengambilan 2/3 ujung jari pada orang dewasa dan

anak, tumit kaki pada bayi.

2) Desinfeksi bagian yang akan ditusuk dengan kapas alkohol.

3) Tusuk dengan lancet Autoclick secepat mungkin.

4) Buang tetes darah pertama dengan kapas kering, tetes darah

selanjutnya diambil.

5) Rekatkan lokasi tusukan dengan kapas kering dan plester

micropore.

c. Urin

1) Urin sewaktu : Untuk urin lengkap, tes kehamilan.

2) Urin pagi : Untuk urin lengkap

d. Sputum

1) Ambil sputum sewaktu, pagi, sewaktu

2) Tampung pada wadah bersih, kering, bermulut besar dan

tertuup.

e. Sekret / Swab

Bahan diambil dari swab vagina, uretra sesuai dengan

permintaan dokter.

12 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
2. Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan Hematologi adalah : pemeriksaan yang mencakup

beberapa pemeriksaan antara lain Darah Lengkap yaitu Hemoglobin,

hitung jumlah leukosit, hitung jumlah trombosit, hematocrit, hitung jenis

leukosit, MCV, MCH, MCHC dan laju endap darah, serta golongan

darah.

3. Pemeriksaan Kimia Klinik

Pemeriksaan Kimia adalah : pemeriksaan yang mencakup beberapa

pemeriksaan antara lain : Glukosa darah, asam urat, Kolesterol Total

4. Pemeriksaan Urinalisis

Pemeriksaan Urine adalah : pemeriksaan yang mencakup beberapa

pemeriksaan yang membutuhkan bahan urin antara lain : Urine Rutin,

Urine Lengkap, Tes Kehamilan.

5. Pemeriksaan Serologi / Immunologi

Pemeriksaan Serologi adalah : pemeriksaan yang mencakup beberapa

pemeriksaan yang memerlukan serum sebagai bahan pemeriksaan,

adapun pemeriksaannya antara lain : Anti HIV, Syphilis, HBsAg, Widal

Rapid Test.

6. Pemeriksaan Bakteriologi

Pemeriksaan Bakteriologi adalah : pemeriksaan yang mencakup

beberapa pemeriksaan antara lain Preparat GO dan Pewarnaan BTA.

Untuk Pemeriksaan M.Tuberculosis (TBC) saat ini sudah berjalan

pemeriksaan dengan menggunakan alat otomatis yaitu Tes Cepat

Expert atau lebih di kenal dengan Tes Cepat Molekuler (TCM) sebagai

pemeriksaan awal untuk diagnosis TB-MDR.

13 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
4.2 Pengolahan dan Penyimpanan Spesimen

a) Pengolahan Spesimen

Tabel 4.3
Pengolahan Spesimen

Jenis Spesimen Perlakuan pada spesimen Bentuk untuk dianalisa

Darah EDTA Homogenisasi Darah tidak boleh beku

Darah Beku Centrifuger 3000 rpm, 5 Serum

menit

Darah Citrat Centrifuger 1000 rpm Plasma

Darah tanpa anti Segera dianalisa Darah segar

koagulan (masa

pembekuan)

Urin (Urinalisa ) : Kimia Homogenisasi Urin segar

urin Centrifuger 2000 rpm, 5 Endapan urin

Sedimen urin menit

Urin Tes Kehamilan Segera dianalisa Urin segar

b) Penyimpanan Spesimen

Simpan semua spesimen sesuai dengan nomor urut, tanggal, dan hari

serta bulan penyimpanan.

a. Serum: Disimpan di freezer selama 1 bulan pada suhu -20°c, setelah

disimpan selama 1 bulan, sisa serum dibuang.

b. Darah EDTA : Sisa sampel darah EDTA disimpan selama 24 jam

pada suhu 8°c, setelah itu dibuang.

14 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
c. Darah Beku : Sisa sampel darah beku disimpan selama 36 jam

pada suhu 8°c , setelah itu dibuang.

d. Urin : Sisa sampel urin disimpan pada suhu kamar ( 15-30°c )

4.3 Pelayanan Rapid Test Antigen Cov-19

Wabah Covid-19 menjadi pandemi global setelah diumumkan oleh WHO

atau Badan Kesehatan Dunia dan dengan penyebarannya yang begitu cepat

sehingga dibutuhkan pemeriksaan Rapid Test Antigen Cov-19 guna

mempercepat pelacakan pasien yang terkonfirmasi Cov-19 di wilayah kerja

Puskesmas Patokbeusi. Berikut adalah prosedur Rapid test antigen Cov-19 :

1. Pasien/suspect baik yang bergejala atau tidak ada gejala diarahkan

ditempat khusus untuk pelayanan swab dengan membawa identitas

2. Petugas menggunakan APD level 3

3. Petugas menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai

4. Teteskan buffer ke dalam tabung ekstraksi sebanyak 300 µl atau sampai

garis batas tabung

5. Simpan tabung ekstraksi pada rak tabung

6. Petugas mengambil sampel nasofaring sesuai sop

7. Masukkan swab steril kedalam tabung ekstraksi berisi buffer, kemudian

homogenkan dengan cara di putar sebanyak 5x dan tekan ujung swab steril

pada bagian tabung yang lunak

8. Gunting ujung swab steril kemudian dibuang ke dalam plastik limbah medis

9. Tutup tabung ekstraksi menggunakan penutup nya Buka rapid test antigen

dan lihat indikator yang ada dalam pembungkus untuk memastikan kualitas

rapid

10. Berikan nomor identitas sampel pada rapid tes

11. Tambahkan 5 tetes spesimen ekstraksi kedalam rapid tes

12. Tulis waktu penetesan pada rapid tes dan nyalakan timer

15 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
13. Baca hasil dalam waktu 15 menit setelah ditetes spesimen (jangan sampai

melebihi 20 menit) Catat hasil pada buku register

4.4 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Dalam pelaksanaan tugasnya unit Laboratorium Puskesmas Patokbeusi

juga berkewajiban melayani pemeriksaan laboratorium bagi ibu hamil yang tidak

dapat berkunjung ke Puskesmas Patokbeusi melalui adanya Kegiatan

pemeriksaan laboratorium kelas ibu program HIV/AIDS, Hepatitis dll kepada

masyarakat yang bertujuan untuk menjaring semua ibu hamil yang di haruskan

melakukan pemeriksaan laboratorium di masa kehamilan, guna memastikan

bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan

penyakit yang di alami ibu hamil.

4.5 Waktu Tunggu Pemeriksaan

Tabel 4.4
Jadwal Waktu Tunggu Pemeriksaan Laboratorium
Di UPTD Puskesmas Patokbeusi
Tahun 2023

JENIS PEMERIKSAAN WAKTU SELESAI HASIL

HEMATOLOGI

1. Darah Lengkap 1 jam 10 menit

2. Darah Rutin 30 menit

URINALISIS

1. Urin lengkap 30 menit

2. Tes kehamilan 20 menit

3. Glukosa urin 15 menit

4. Protein Urin 15 menit

KIMIA darah

1. Gula Darah 15 menit

16 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
2. Asam Urat 15 menit

3. Kolesterol Total 15 menit

SEROLOGI

1. Widal 30 menit

2. Golongan darah 10 menit

3. Anti HIV 30 menit

4. VDRL 30 menit

5. HBsAg 30 menit

BAKTERIOLOGI

1. M. TUBERCULOSIS 2 x 24jam

(TBC)

2. Neisseria gonnorhoea 1 jam

(GO)

4.6 Penerapan Prosedur-prosedur Pemeriksaan

Ruang Laboratorium di Puskesmas Patokbeusi dilengkapi dengan prosedur

prosedur pemeriksaan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Posedur-

prosdur tersebut merupakan standar acuan dalam melaksanakan pelayanan dan

pemeriksaan pasien.

4.7 Penerapan K3 di Laboratorium

Hingga saat ini belum tercatat adanya insiden keselamatan kerja

laboratorium di puskesmas patokbeusi. Namun demikian mengingat besarnya

resiko kecelakaan dan gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat kegiatan

laboratorium, maka diperlukan pengelolaan K3 laboratorium yang baik melalui

penerapan manajemen K3 di puskesmas patokbeusi. Penerapan manajemen K3

adalah agar seluruh kegiatan K3 dapat terlaksana melalui proses identifikasi,

17 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta kegiatan

pengendalian, pengawasan yang baik. Dengan Melakukan pengawasan dan

pengendalian penerapan program keselamatan atau kemanan laboratorium

diantaranya:

a. Melakukan penyelidikan sesuai kebutuhan di dalam laboratorium jika terjadi

pelepasan bahan infeksi dan bahan berbahaya

b. Melaporkan kejadiaan yang berkaitan K3 kepada pihak yang berwenang

sesuai kebutuhan

c. Mencatat kejadian atau masalah K3 di laboratorium puskesmas

d. Melaksanakan upaya-upaya perbaikan (cpntinues inprovement)

 Menetapkan kebutuhan tahun depan

 Memperbaiki system, prosedur dan manajemen yang kurang

4.8 Pengelolaan Limbah Medis di Puskesmas Patokbeusi

Berdasarkan lampiran dari Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204

Tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, definisi

limbah medis adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan medis dalam

bentuk padat, cair, dan gas. Limbah medis padat adalah limbah padat yang

terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,

limbah sitoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan,

dan limbah dengan kandungan logam berat tinggi. Limbah cair adalah semua

buangan air termasuk tinja yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,

bahan kimia beracun, dan radiaktif yang berbahaya bagi kesehatan. Limbah gas

adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan

pembakaran seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anestesi, dan

pembuatan obat sitotoksik.

Pengelolaan limbah medis tentunya berbeda dengan limbah domestik

atau limbah rumah tangga. Penempatan limbah medis dilakukan pada wadah
18 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
yang sesuai dengan karakteristik bahan kimia, radioaktif, dan volumenya.

Limbah medis yang telah terkumpul tidak diperbolehkan untuk langsung dibuang

ke tempat pembuangan limbah domestik tetapi harus melalui proses pengolahan

terlebih dahulu. Untuk limbah medis yang berbentuk gas dilengkapi alat

pereduksi emisi gas dan debu pada proses pembuangannya. Selain itu perlu

dilakukan pula upaya minimalisasi limbah yaitu dengan mengurangi jumlah

limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi bahan (reduce), menggunakan

kembali (reuse), dan daur ulang (recycle). Penghijauan juga baik dilakukan

untuk mengurangi polusi dari limbah yang berbentuk gas dan untuk menyerap

debu.

Tata laksana pengelolaan limbah medis sesuai standar tertuang dalam

pedoman pelaksanaan penyehatan lingkungan rumah sakit yaitu Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004

mengenai persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit yang diantaranya

terdiri dari beberapa upaya disesuaikan dengan jenis limbah, upaya tersebut

diantaranya:

1) Upaya Minimisasi Limbah ;

2) Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan kembali, dan daur ulang;

3) Tempat Penampungan Sementara;

4) Transportasi (Pengangkutan);

5) Pengolahan, Pemusnahan, dan Pembuangan akhir limbah cair dan

limbah padat.

Kriteria pengelolaan limbah medis sesuai standar terdapat pada form

lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1204/MENKES/SK/X/2004 yaitu berupa formulir Penilaian Pemeriksaan

Kesehatan Lingkungan (inspeksi sanitasi) Rumah Sakit pada variabel upaya

kesehatan lingkungan pengelolaan limbah dengan kategori pengelolaan

19 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
limbah padat dan limbah cair dengan beberapa komponen standar penilaian

dan bobot penilaian.

UPTD Puskesmas Patokbeusi telah bekerja sama dengan PT.

Tenang Jaya Karawang dalam kegiatan pengolahan, pemusnahan, dan

pembuangan akhir limbah cair dan limbah padatnya.

Adapun tata laksana pengolahan limbah tersebut meliputi :

A. Pemisahan Limbah

1. Limbah dipisahkan dalam kantong kuning untuk sampah infeksius dan

container dengan kantong sampah hitam untuk sampah non infeksius.

2. Limbah benda tajam / jarum suntik dimasukkan ke dalam wadah khusus

benda tajam yang tahan tusukan seperti safety.

3. Beri label pada tempat limbah.

4. Pergunakan alat pelindung diri setiap menangani limbah.

B. Pengumpulan dan Pengangkatan limbah

1. Periksa wadah limbah kantong kuning, jika sudah terisi ¾ bagian,

ganti dengan kantong kuning yang kosong.

2. Kantong kuning/putih yang telah terisi limbah infeksius tadi diikat,

diambil oleh petugas cleaning service dibawa ke tempat

pengolahan limbah.

3. Periksa wadah limbah kantong hitam, jika sudah terisi ¾ bagian,

ganti dengan kantong hitam yang kosong.

4. Kantong hitam yang telah terisi limbah non infeksius tadi diikat,

diambil oleh petugas cleaning service dibawa ke tempat pengolahan

limbah.

5. Periksa wadah limbah benda tajam ( safety box/jerigen ), jika sudah

terisi ¾ bagian, ganti dengan safety box yang kosong.

20 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
6. Safety box yang telah terisi limbah tadi ditutup, kemudian diambil

oleh petugas cleaning service, dibawa ke tempat pengolahan limbah.

7. Kemudian menunggu untuk di angkut oleh pihak medivest yang

sudah melakukan kerjasama dengan UPTD Puskesmas Patokbeusi.

Tabel 4.5
Kode Warna Yang Disarankan Untuk Limbah

WARNA KANTONG JENIS LIMBAH

Limbah rumah tangga biasa, tidak digunakan untuk


HITAM
menyimpan atau mengangkut limbah klinis

Semua jenis limbah infeksius yang akan


KUNING / PUTIH
diinsenerasi

21 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
BAB V

KESELAMATAN PASIEN

5.1 Pengertian

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk

puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

di puskesmas yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan

pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di

puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,

keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap

pencemaran lingkungan dan keselamatan puskesmas yang terkait dengan

kelangsungan hidup puskesmas. Ke lima aspek keselamatan tersebut

sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap puskesmas. Namun harus

diakui kegiatan institusi kesehatan dapat berjalan apabila ada pasien. Karena

itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan

hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra institusi kesehatan.

Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk

menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hiprocrates kira-kira

2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no harm). Namun

diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan

menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak

Diharapkan - KTD (Adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.

Di puksesmas terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan

prosedur, banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi

dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus

menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak

dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.

Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat


22 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
maka pelaksanaan program keselamatan pasien puskesmas perlu dilakukan.

Karena itu diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan keselamatan

pasien tersebut. Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien

Puskesmas DTP Patokbeusi yang terutama berisi Standar Keselamatan

Pasien puskesmas dan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien

puskesmas diharapkan dapat membantu puskesmas dalam melaksanakan

kegiatannya.

5.2 Standar Keselamatan Pasien

Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang

perlu ditangani segera di institusi kesehatan di Indonesia maka diperlukan

standar keselamatan pasien yang merupakan acuan bagi institusi kesehatan

di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya. Standar keselamatan pasien

rumah sakit yang disusun ini mengacu pada ”Hospital Patient Safety

Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health

Organizations, Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan

kondisi institusi kesehatan di Indonesia.

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :

1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk

melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien

23 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :

Standar I. Hak pasien

Standar :

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi

tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya

Kejadian Tidak Diharapkan.

Kriteria :

a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan

b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan

c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara

jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan

hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk

kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga

Standar :

Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan

tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Kriteria :

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan

keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena

itu, di puskesmas harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan

keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :

a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.

b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.

24 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti

d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.

e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.

f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.

Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standar :

Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar

tenaga dan antar unit pelayanan.

Kriteria :

a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien

masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan

pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari puskesmas.

b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan

pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga

pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik

dan lancar.

c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi

untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan,

pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer

dan tindak lanjut lainnya.

d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga

dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif

Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk

melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

Standar :

Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada,

memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

25 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan

perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria :

a. Puskesmas harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,

mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas

pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan

faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien

b. Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain

terkait dengan : pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, mutu

pelayanan, keuangan.

c. Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua

Kejadian Tidak diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu

proses kasus risiko tinggi.

Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis

Standar V peran kepemimpinan dalam peningkatan keselamatan pasien

Standar :

a. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan

pasien secara terintegrasi dalam organisasi

b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi

risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi Kejadian

Tidak Diharapkan.

c. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit

dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan

pasien

d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,

mengkaji, dan meningkatkan kinerja puskesmas serta meningkatkan

26 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
keselamatan pasien

Kriteria :

a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.

b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan

program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian yang

memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss)

sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse event).

c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen

dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan

pasien Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk

asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang

lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.

d. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan

insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang

Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian Nyaris Cedera” (Near miss) dan

“Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien mulai

dilaksanakan.

e. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya

menangani “Kejadian Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan proaktif untuk

memperkecil risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan

dengan “Kejadian Sentinel”

f. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan

antar pengelola pelayanan di dalam puskesmas dengan pendekatan antar

disiplin.

g. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan

perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien, termasuk

evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.

h. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan

27 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja

puskesmas dan keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan

implementasinya

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standar :

a. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk

setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien

secara jelas

b. puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan

untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung

pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.

Kriteria :

a. Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan orientasi bagi

staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya

masing-masing.

b. Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap

kegiatan in- service training dan memberi pedoman yang jelas tentang

pelaporan insiden.

c. Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok

(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam

rangka melayani pasien.

Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk mencapai

keselamatan pasien

Standar :

a. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi

keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan

28 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
eksternal.

b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat

Kriteria :

a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses

manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait

dengan keselamatan pasien.

b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk

merevisi manajemen informasi yang ada

5.3 Tujuh langkah menuju keselamatan pasien

Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka puskesmas

harus mendesign (merancang) proses baru atau memperbaiki proses yang

ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan

perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan

tujuan puskesmas, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan,

kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain

yang berpotensi risiko bagi pasien Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu

ada kejelasan perihal tujuh langkah keselamatan pasien puskesmas

tersebut.

Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas adalah

sebagai berikut :

1. Bangun kesadaran akan keselamatan Pasien

Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.

29 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
2. Pimpin dan dukung staf

Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan

Pasien di puskesmas.

3. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Resiko

Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan

identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah.

4. Kembangkan sistem Pelaporan

Pastikan staf agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian/ insiden.

5. Libatkan dan Komunikasi dengan Pasien

Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

Dorong untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar

bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul.

7. Cegah Cedera Melalui Implementasi Sistem keselamatan Pasien

Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk

melakukan perubahan pada sistem pelayanan.

Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan

yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh

langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh puskesmas.

30 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
BAB VI

KESELAMATAN KERJA

6.1 Pengertian

Sistem dimana laboratorium membuat asuhan keselamatan kerja.

6.2 Tujuan

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien

2. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan

3. Terlaksananya program.program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.

6.3 Tata Iaksana keselamatan kerja

A. Pra-Analitik

1. Mencegah tertular bahan berbahaya dan atau terkontaminasi bahan

infeksius pada kulit, mulut, mata atau luka pakailah jas

laboratorium, sarung tangan dan masker.

2. Sesudah mengambil sample darah kumpulkan jarum dan semprit di

tempat tertentu dan cegah jangan sampai tertusuk jarum tersebut.

3. Sample darah dimasukkan dalam wadah tertentu yang tahan bocor

dan tertutup rapat dengan label identitas pasien.

4. Petugas sampling tidak boleh makan, minum atau merokok pada

waktu sampling.

5. Penyimpanan sample, jika tidak segera dilakukan tes disimpan

dalam lemari es.

31 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
B. Analitik

A. Penggunaan Pipet

a. Pengolahan spesimen / sample dan melaksanakan tes harus

hati-hati dan menganggap bahan tersebut infeksius.

b. Mencegah tertular bahan berbahaya dan atau terkontaminasi

bahan infeksius pada kulit, mulut, mata atau luka, pakailah jas

laboratorium, masker dan sarung tangan.

c. Jangan memipet dengan mulut, gunakan aIat bantu pipet.

d. Jangan meniup udara maupun mencampur bahan infeksius

dengan cara menghisap atau meniup cairan lewat pipet.

e. Tindakan jika terjadi tumpahan bahan kimia :

 Beritahu petugas keamanan kerja laboratorium dan jauhkan petugas

yang tidak berkepentingan dan lokasi tumpahan.

 Upayakan pertolongan bagi petugas laboratorium yang cedera.

 Jika bahan kimia yang tumpah adalah bahan yang mudah terbakar,

segera matikan semua api, gas dalam ruangan

 tersebut dan ruangan yang berdekatan. Matikan peralatan listrik yang

mungkin mengeluarkan bunga api

 Jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah.

B. Mencegah penyebaran infeksi :

a. Lingkaran sengkelit harus penuh, panjang tangkai max 6 cm.

b. Gunakan alat insenerasi mikro untuk membakar sengkelit

karena bila menggunakan Bunsen menimbulkan percikan

bahan infeksius.

c. Jangan lakukan uji katalase diatas kaca objek. sebaiknya

gunakan tabung.

32 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
d. Tempatkan sisa spesimen dan biarkan yang akan disterilkan

dalam wadah yang tahan bocor.

e. Dekontaminasi permukaan meja kerja dengan desinfektan

setiap kali habis kerja.

C. Mencegah tertelan dan terkenanya kulit serta mata oleh bahan

infeksius :

a. Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun / desinfektan.

b. Jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja.

c. Jangan makan, minum, merokok di dalam laboratorium.

d. Jangan memakai kosmetik di dalam laboratonium.

e. Gunakan alat pelindung muka, mata , jika terdapat percikan

bahan infeksius saat bekerja.

C. Pasca Analitik

1. Hasil tes dikirim kepada pengirim secepatnya.

2. Jarum / benda tajam yang terkontaminasi masukkan ke dalam

wadah tahan tusukan, kemudian diinsenerasi

3. Limbah cairan infeksius / darah dan produknya dimasukkan ke

dalam jirigen ¾ penuh, kemudian petugas sanitasi mengambil

jirigen tersebut kemudian diolah

4. Limbah padat :

 Sampah infeksius dimasukkan ke dalam kantung plastik warna

kuning.

 Sampah rumah tangga dimasukkan pada saat bekerja di

laboratorium dimasukkan ke dalam kantung plastik hitam.

33 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
6.4 Penanganan keadaan darurat di laboratorium

1. Kebakaran

a. Beri pertolongan pertama pada orang yang terkena, kalau perlu

dipindahkan ke unit lain.

b. Beri peringatan kepada orang yang berada di sekitar lokasi.

c. Putus aliran listrik bila diperlukan padamkan dengan alat kebakaran

yang ada di rumah sakit.

d. Tulis berita acara kejadian.

2. Biakan atau spesimen yang tumpah

a. Tumpahan dan wadahnya ditutup dengan kain atau tissue yang

dibasahi desinfektan.

b. Kain tersebut dibuang di wadah infeksius.

c. Wadah didesinfektan atau otoclaf

3. Luka tusukan jarum

a. Keluarkan darah dengan pijatan keras sekitar luka tusuk tadi di bawah

pancuran air selama kurang lebih 1—2 menit.

b. Tutup luka dengan kapas betadin, kemudian diplester atau dibalut.

c. Tulis dalam berita acara kejadian dan kirim ke instalasi gawat darurat.

4. Pecahan gelas

a. Gunakan sarung tangan.

b. Kumpulkan dengan forsep atau serokan.

c. Masukkan ke dalarn kantong plastik berwarna kuning.

d. Buang sarung tangan dalam kantong plastik tersebut.

e. Tutup kantong, masukkan ke wadah jarum atau wadah dinding keras.

f. Cuci tangan.

34 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
5. Tumpahan bahan kimia

a. Upayakan pertolongan pertama pada orang yang terkena.

b. Jauhkan yang tidak berkepentingan dari lokasi tumpahan.

c. Pakailah masker dan sarung tangan.

d. Bila tumpahan mudah terbakar, matikan semua api, gas dalam

ruangan tersebut dan matikan listrik yang mungkin mengeluarkan api.

e. Bahan kimia asam dan korosif, netralkan dengan abu soda atau Na

Bicarbonat.

f. Tumpahan zat alkali taburkan pasir diatasnya, bersihkan dan angkat

dengan serokan dan buang dalam kantong plastik bahan beracun.

6.5 Pemakaian Kacamata

A. Pengertian :

Suatu alat pelindung untuk melindungi mata dari cipratan darah / cairan.

B. Tujuan :

Untuk melindungi mata dan cipratan darah / cairan.

C. Kebijakan :

Upaya kesehatan dan keselamatan kerja melindungi petugas dari infeksi

silang.

D. Prosedur :

 Dipakai sebelum cuci tangan

 Dipakai dengan tali di bagian belakang

6.6 Pemakaian Jas Laboratorium

A. Pengertian :

Suatu alat pelindung diri untuk menahan cairan / darah supaya jangan

sampai terkena tubuh.

B. Tujuan :

Menahan darah / cairan jangan sampai mengenai tubuh.


35 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
C. Kebijakan :

Upaya kesehatan dan keselamatan kerja melindungi petugas dari infeksi

silang.

D. Prosedur :

 Dipakai sebelum cuci tangan, jangan sampai terbalik untuk pelindung

baju kerja

 Digunakan selama melakukan pemeriksaan / bekerja

 Setelah selesai bekerja, dilepas dan ditaruh di tempatnya

6.7 Pemakaian Masker

A. Pengertian :

Suatu penutup mulut dan hidung.

B. Tujuan :

Untuk menahan tetesan basah yang keluar sewaktu menjalankan pekerjaan

(sewaktu bicara / bersin).

C. Kebijakan :

Upaya kesehatan dan keselamatan kerja melindungi petugas dari infeksi

silang

D. Prosedur :

 Masker tersedia dalam keadaan bersin

 Masker dipasang penutup hidung dan mulut

 TaIi masker ditalikan di belakang kepala

 Masker setelah selesai dipakai, ditempatkan di sampah medis

 Dipakai memeriksa pemeriksaan tuberculosis

 Dipakai di laboratorium

36 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
6.8 Pemakaian sarung tangan

A. Pengertian : Suatu pelindung tangan.

B. Tujuan : Untuk mengurangi terjadinya infeksi silang.

C. Kebijakan : Upaya kesehatan dan keselamatan kerja melindungi petugas

dari infeksi silang

D. Prosedur :

 Dipakai sebelum cuci tangan, jangan sampai terbalik

 Digunakan selama melakukan pemeriksaan / bekerja

 Sarung tangan setelah selesai dipakai, ditempatkan di sampah

medis

 Cuci tangan setelah melepas sarung tangan

37 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
BAB VII

PENGENDALIAN MUTU

7.1 Pra Analitik

A. Persiapan pasien :

A. Pengaruh makanan

Dianjurkan pengambilan darah diiaksanakan l2 jam setelah

makan terakhir.

B. Fluktuasi sehari-hari

Nilal normal dan literatur berdasarkan pada pengambilan sampel

pagi hari, maka dianjurkan pengambilan darah pada pagi hari

biasanya sebelum jam 09.00 pagi.

C. Keadaan tubuh

Darah sebaiknya diambil pada keadaan tubuh yang sama

biasanya pada keadaan duduk.

D. Obat-obatan

Jika hasil analisa dipengaruhi oleh obat-obatan tertentu. maka

obat tersebut harus dihentikan beberapa hari sebelum

pengambilan darah.

B. Pengambilan dan pengolahan specimen :

A. Pemberian identitas

1. Surat pengantar / formulir permintaan pemeriksaan laboratorium

memuat :

 Tanggal permintaan

 Tanggal dan jam pengambilan

 Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat)

 Diagnosis / keterangan klinik

 Obat-obat yang telah diberikan dan lama pemberian


38 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
 Jenis spesimen

 Lokasi pengambilan

 Volume spesimen

 Pemeriksaan laboratorium yang diminta

 Nama pengambilan spesimen

2. Label wadah spesimen yang akan dikirim ke laboratorium memuat

 Tanggal pengambilan spesimen

 Identitas pasien atau spesimen

 Jenis spesimen

 Label wadah spesimen yang diambil di laboratorium

memuat

 Pengambilan spesimen

 Nomor / kode spesirnen

3. Formulir hasil memuat :

 Tanggal pemeriksaan

 Identitas pasien

 Nomor / kode laboratorium

 Satuan hasil pemeriksaan

 Nilai rentang parameter

 Tanggal hasil pemeriksaan laboratorium dikeluarkan

 Tanda tangan penanggung jawab

B. Penerimaan spesimen

39 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
1. Cocokkan spesimen yang diterima dengan permintaan formulir

pemeriksaan. Catat kondisi spesimen, volume, warna,

kekeruhan, bau, konsistensi. dll.

2. Spesimen tidak memenuhi syarat sebaiknya ditolak.

C. Pengambilan spesimen

1. Waktu pengambilan

 Umumnya pagi hari, keadaan tertentu

 Demam Typhoid widal pada fase akut

 Tuberkulosis sputum setelah bangun tidur

 Volume spesimen sesuai kebutuhan pemeriksaan

 Cara pengambilan spesimen : oleh tenaga trampil dan dengan

cara yang benar.

 Lokasi : sesuai jenis pemeriksaan yang diminta

 Peralatan : harus bersih, kering, tidak mengandung bahan

kimia/ detergen

D. Wadah spesimen harus memenuhi syarat

 Terbuat dari gelas atau plastik

 Tidak bocor / rembes

 Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir

 Bersih

 Kering

 Tidak mempengaruhi zat-zat dalam spesimen

E. Pengawet

Disesuaikan dengan pemeriksaan

F. Pengiriman spesimen

40 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
Syarat:

a. Kecepatan

b. Tidak terkena sinar matahari

c. Kemasan sesuai syarat keselamatan kerja

d. Kemasan diberi label “Bahan Pemeriksaan Infeksius”

e. Suhu disesuaikan

f. Transpor media yang sesuai dan masih baik

G. Penyimpanan sampel

a. Menghindari kontaminasi: Sampel harus selalu disimpan dalam

botol / tabung tertutup rapat memakai sarung tangan disposibel

saat mengerjakan sampel.

b. Menghindari sinar :

 Sampel harus disimpan dalani tabung gelap di dalam

lemari es

 Sampel harus disimpan dalam botol tertutup rapat

 Stabilitas

c. Penyimpanan serum / plasma

 Suhu kamar ( 15 — 25°C) selama 4 jam

 Suhu 4°C selama 24 jam

 Jika sampel tidak dapat diperiksa hari yang sama dengan

pengambilan darah maka sampel harus dibekukan 12

sampai 20°C

7.2 Analitik

1. Pipet dan memipet

a. Gunakan pipet yang bersih dan tidak rusak

b. Gunakan pipet sesuai kebutuhan

c. Pipet harus dibilas

41 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
2. Suhu dan waktu

a. Pastikan bahwa sampel, reagensia, serum kontrol telah berada pada

suhu pemeriksaan

b. Apakah suhu water-bath sesuai

c. Apakah Iamanya inkubasi pada suhu yang telah ditentukan.

d. Volume larutan yang diisi ke dalain kuvet harus sesuai

e. Tidak boleh ada gelembung udara

7.3 Pasca Analitik

1. Kesalahan umumnya pada kalkulasi hasil

2. Perhatikan titik desimalnya

3. Perhatikan satuannya

4. Interprestasi hasil pemeriksaan dan quality kontrol serum

5. Pelaporan hasil pemeriksaan

6. Pengiriman hasil pemeriksaan

7.4 Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan

oleh pihak lain diluar laboratorium secara periodik untuk memantau dan menilai

penampilan laboratorium dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan.

Penyelenggaraan pemantapan mutu eksternal diharapkan semua

laboratorium kepunyaan pemerintah dan swasta mengikutinya dihubungkan

dengan akreditasi laboratorium kesehatan dan perizinan untuk laboratorium

swasta.

Pemantapan mutu eksternal diselenggarakan pada tingkat nasiona] dan

tingkat wilayah / provinsi. Peserta pemantapan mutu eksternal tingkat nasional

rnencakup laboratorium rumah sakit pemerintah kelas A, B, C dan setaraf,


42 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
Balai laboratorium kesehatan dan laboratorium swasta yang setaraf.

Pemantapan mutu eksternal tingkat wilayah / provinsi diikuti oleh laboratorium

rumah sakit pemerintah kelas C, D dan yang setaraf dan laboratorium

puskesmas di wilayah / provinsi yang bersangkutan.

BAB VIII

PENUTUP

Pedoman Pelayanan Laboratorium UPTD Puskesmas Patokbeusi

mempunyai peranan penting sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan sehari-

hari tenaga laboratorium yang bertugas sehingga dapat meningkatkan mutu

pelayanan khususnya pelayanan di laboratorium.

Penyusunan Pedoman Pelayanan Laboratorium ini adalah langkah awal ke

suatu proses yang panjang, sehingga memerlukan dukungan dan kerja sama dari

berbagai pihak dalam penerapannya untuk mencapai tujuan. Kami menyadari

bahwa Pedoman Pelayanan ini masih jauh dari sempurna, karena itu kami

menerima saran dan kritik guna menyempurnakan pedoman ini.

Akhir kata, semoga Pedoman Pelayanan Laboratorium ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca sekalian

Demikian Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dibuat di UPTD Puskesmas

Patokbeusi tahun 2023.

Mengetahui Patokbeusi, 2023

Kepala UPTD Puskesmas Patokbeusi Penanggungjawab Laboratorium

dr.HENDRA HARSONO Wina Nurhayati, Amd.AK         

43 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3
Penata TK.1/IIId
NIP. 19820520 201503 1 0

44 | P e d o m a n P e l a y a n a n L a b o r a t o r i u m T a h u n 2 0 2 3

Anda mungkin juga menyukai