PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Terlaksananya pelayanan Laboratorium yang bermutu di UPT
Puskesmas Batipuh I.
1
1.2.2 Tujuan Khusus
Sebagai acuan bagi tenaga Ahli Tekhnologi Laboratorium Medik
(ATLM) dalam melaksanakan pelayanan Pemeriksaan Laboratorium yang
akurat dan bermutu di UPT Puskesmas Batipuh I.
1.3. Sasaran
Pedoman ini disusun untuk digunakan bagi Ahli Tekhnologi
Laboratorium Medik (ATLM) UPT Puskesmas Batipuh I.
2
1.6. Landasan Hukum
a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43,
Tahun 2013, Tentang cara penyelenggaraan Laboratorium Klinik
yang baik,
c. Permenkes No. 15 tahun 2015 tentang Pelayanan Laboratorium
HIV dan infeksi oportunistik,
d. Permenkes No. 25 tahun 2015 tentang Pemeriksaan laboratorium
untuk ibu hamil, bersalin, dan nifas.
3
BAB II
STANDAR TENAGA, FASILITAS, DAN PERALATAN
4
5. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
laboratorium,
6. Menyiapkan bahan rujukan specimen,
7. Menyelesaikan proses administrasi.
Kulkas
5
2.6. Standar Ruangan (contoh)
a. Luas ruangan 3x4 m2,
b. Ruangan kering dan tidak lembab,
c. Memiliki ventilasi yang cukup,
d. Memiliki cahaya yang cukup,
e. Lantai terbuat dari keramik,
f. Dinding dicat warna ungu,
g. Tersediannya AC
No Jenis Reagen
1 Reagen glucose
2 Reagen kolesterol
3 Reagen trigliserida
4 Reagen Asam Urat
5 Reagen Creatinin
6
6 Reagen Ureum
7 Reagen SGOT
8 Reagen SGPT
9 Reagen Hemoglobin
10 Serum Kontrol (PCCM)
11 Thermal Paper Photometer 5010
12 Kholeterol Strip
13 Asam Urat Strip
14 Gula Darah Strip
15 Larutan Turk
16 Larutan Hayem
17 larutan amonium Oxalat 1 %
18 Larutan HCl 0,1 N
19 Aquades
20 Anti Sera golongan darah A,B,AB,D
21 Tes kehamilan strip
22 Tes HIV
23 Tes HBsAg
24 Tes Syphilis
25 Larutan Asam Asetat
26 Larutan Benedick
27 Larutan Fauchet
Ziel Nelsen paket
Karbo Fuchsin
28
Alkohol Asam
Metylen Blue
29 oil emersi
30 Vaccuteiner EDTA
31 Vaccuteiner merah
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN
7
Untuk melakukan pemeriksaan laboratorium diperlukan reagent,
standart, bahan kontrol, air, . Dasar pemilihan bahan laboratorium pada
umumnya harus mempertimbangkan kebutuhan, produksi pabrik yang
telah dikenal, deskripsi lengkap dari bahan atau produk, mempunyai
masa kadaluarsa yang panjang, volume, mudah diperoleh di pasaran,
kelancaran dan kesinambungan pengadaan, pelayanan purna jual.
(Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar, Depkes RI Tahun 2004).
Untuk mendapatkan sampel darah pasien dilakukan dengan cara
pengambilan darah vena dan kapiler. Lokasi vena yang digunakan untuk
tempat penusukan adalah 3 vena utama di lengan yaitu vena cevalika,
vena mediana cubiti, dan vena mediana basilica. Pada umumnya vena
mediana cubiti merupakan pilihan karena terfiksasi baik dan tidak
bergerak saat ditusuk.
Sebelum melakukan pemeriksaan petugas harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD). APD bertujuan untuk melindungi kulit dan selaput
lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan, dan kulit
yang tidak utuh. APD ada beberapa jenis yaitu sarung tangan, masker,
kacamata, penutup kepala, jas laboratorium, sepatu pelindung. Tidak
semua alat pelindung diri dipakai, tergantung tindakan dan kegiatan yang
dikerjakan. Pada plebotomi cukup menggunakan sarung tangan jas
laboratorium.
Limbah plebotomi dipilah-pilah ketempat sampah medis (kapas
bekas pakai dan jarum suntik) dan non medis pembungkus jarum suntik.
Tempat sampah harus diberi kantong plastik tertutup, dibedakan sampah
infeksius dan non infeksius.
Limbah adalah bahan sisa suatu kegiatan dan atau proses
produksi. Limbah bahan berbahaya dan beracun (disingkat B3) adalah
setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan atau mencemarkan
lingkungan hidup dan atau membahayakan keselamatan manusia.
8
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan
limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.
Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai resiko baik yang
berasal dari faktor fisik, biologi, kimia, ergonomic, dan psikososial dengan
akibat dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan petugas
laboratorium serta lingkungannya. Untuk itu perlu dilakukan manajemen
K3 yang meliputi identifikasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
melaksanakan upaya perbaikan. (Pedoman Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Laboratorium Kesehatan, Depkes RI Tahun 2003).
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan
yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan laboratorium. Pemantapan mutu ada 2 macam yaitu
Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Ekternal. Pemantapan
Mutu Internal meliputi persiapan pasien, pengambilan dan pengolahan
spesimen, kalibrasi alat. Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan
yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain diluar laboratorium
yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu
laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. (Pedoman
Laboratorium Yang Benar, Depkes RI Tahun 2004).
Pelayanan laboratorium UPT Puskesmas Batipuh I melayani
permintaan pemeriksaan laboratorium dari pasien rawat jalan ”. Apabila
sangat diperlukan atau pemeriksaan yang terintegrasi dengan program
maka pelayanan dapat dilaksanakan diluar gedung baik dalam wilayah
maupun luar wilayah kerja UPT Puskesmas Batipuh I.
b. Pemeriksaan urin
Jenis pemeriksaan urine yang diperlukan ada 2 yaitu, urin sewaktu
dan urin pagi. Urine sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada waktu
yang tidak ditentukan sedangkan urin pagi adalah urin yang dikeluarkan
pertama-tama pada pagi hari setelah bangun tidur. Pemeriksaan urin
dapat digunakan untuk pemeriksaan test kehamilan dan pemeriksaan
urin rutin.
Tempat menampung urin harus bermulut lebar tertutup, bersih,
kering, dan diberi label. Volume urin yang ditampung kurang lebih 20 ml.
Pemeriksaan urin meliputi makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan
makroskopis meliputi warna, kejernihan, berat jenis, bilirubin, reduksi,
protein, urobilinogen. Sedangkan pemeriksaan mikroskopis berupa
pemeriksaan sediment urine dimana pemeriksaan ini dilakukan dengan
melakukan centrifuge terhadap urin kemudian sediment diperiksa di
bawah mikroskop. (Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas,
Departemen Kesehatan RI Tahun 1991).
c. Pemeriksaan Sputum
1. Pemeriksaan secara mikroskopis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Sebagian TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga menyerang organ tubuh yang lain. Cara penularan TBC
10
adalah melalui percikan atau droplet. Cara pemeriksaan BTA ini adalah
dengan membuat hapusan dahak dengan ukuran 2x3 cm. Kemudian
hapusan ini dicat dengan reagent Ziehl ,Nielsen lalu diamati di bawah
mikroskop. Dan dapat melakukan pemeriksaan BTA. (Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis, Depkes RI Tahun 2005).
2. Pemeriksaan dengan metoda TCM
Lakukan pengenceran sampel dengan buffer 1:2 kemudian dicampur
dengan cara menggoyang sebanyak 20x inkubasi 10 menit. Di campur
lagi (digoyang) sebanyak 20x inkubasi 5 menit. Pipet sampai garis tanda
masukkan dalam catrige dan dibaca pada alat TCM selama 1 jam 40
menit.
e. Golongan Darah
Penetapan golongan darah adalah menentukan jenis aglutinogen
yang ada dalam sel, disamping itu juga dikenal jenis agglutinin yang ada
dalam serum. Darah diteteskan sebanyak 4 tetes pada kaca obyek di
tempat yang berbeda. Kemudian ke masing-masing tetesan darah ditetesi
dengan antisera A, B, AB, dan Anti AB. Selanjutnya dicampur dan
digoyang dan diamati adanya aglutinas. (Petunjuk Praktikum
Laboratorium, Gandhasoebrata Tahun 1984).
11
3.3. Standar peralatan, Jenis Regaen, Bufferstock, Jenis Pemeriksaan, Nilai Rujukan, Nilai kritis
Nilai Kritis
Jenis
No Peralatan Reagen Buffer Stok Nilai Rujukan Nilai Nilai
Pemeriksaan
rendah Tinggi
1 Haemacytometer 1 Larutan Hayem 1 botol Eritrosit L : 4,5 - 5,5 Jt/ul P :
- kamar hitung 4 - 5 Jt/ul
- Pipetoma 2 Larutan Turk 1 Botol Leocosit 5000 - 10000 /mm3 < 3000/ul >
Leukosit 30.000/ul
- Pipetoma 3 Larutan Rees 1 Botol Trombosit 150.000 - < >
Eritrosit Ecker 400.000 /ul 100.000/ul 600.000/ul
Mission HB 2 Strips test 3 Kotak/ Hemoglobin L : 14 - 18 gr/dl P: < 7.0 g/dl > 20 g/dl
150 pcs 12 -16 gr/dl
Hematokrit L : 38-50% P : 34-
45%
4 Kartu Golongan
Darah Penetapan
Anti Sera golongan darah A,B,AB,O
1 paket Golongan
Batang A,B,AB Rhesus +/-
darah
Pengaduk
5 Rapid Test 1 Tes kehamilan 50 pcs Tes Negatif
strip kehamilan
12
2 Tes HIV 4 Kotak Tes HIV Non Reaktif
3 Tes HBsAg 4 Kotak Tes HBsAg Negatif
4 Tes Syphilis 4 Kotak Tes Syphilis Non Reaktif
13
3.4. Penyimpanan alat dan Pengelolaan Reagensia
14
b. Penyimpanan Peralatan dan bahan kimia
1. Penyimpanan Peralatan
Peralatan yang sering digunakan disimpan sedemikian rupa hingga
mudah diambil dan dikembalikan. Alat-alat laboratorium sebagian besar
terbuat dari gelas. Alat- alat seperti ini disimpan berkelompok
berdasarkan jenis alat, seperti tabung reaksi, gelas kimia, labu
(erlenmeyer dan labu didih), corong, buret dan pipet, termometer, cawan
porselein dan gelas ukur, klem, pinset yang terbuat dari logam dan
instrumen yang memiliki komponen-komponen dari logam yang sangat
halus, seperti alat-alat ukur yang bekerja menggunakan arus listrik,
disimpan di tempat terpisah, jauh dari zat-zat kimia terutama zat-zat
yang bersifat korosif. Alat-alat seperti ini harus disimpan ditempat yang
kering dan bebas dari zat atau uap korosif serta bebas guncangan.
Masing-masing tempat penyimpanan alat diberi nama agar mudah
mencari alat yang diperlukan. Pipet dan buret disimpan dalam keadaan
berdiri. Oleh karena itu pipet dan buret perlu ditempatkan pada tempat
yang khusus.
15
d. Gunakan lembar data keamanan bahan (MSDS: material safety
data sheet) untuk informasi lebih lengkap mengenai bahan kimia
tersebut.
e. Jangan menyimpan/meletakkan wadah bahan kimia yang terbuat
dari gelas dilantai.
f. Botol berisi bahan kimia harus diambil dan diangkat dengan cara
memegang badan botol dan bukan pada, leher botol.
g. Jangan menyimpan bahan kimia secara berlebihan di
laboratorium.
h. Jangan menyimpan bahan kimia pada tempat yang terlalu tinggi.
i. Botol yang berisi asam atau basa kuat,terutama asam perklorat
jangan ditempatkan berdekatan.
17
b. Pelaporan
Pelaporan yang harus disampaikan secara berkala ke Dinas
Kesehatan berupa laporan bulanan yang merupakan hasil rekapitulasi
pencatan harian. Laporan triwulan, semesteran dan tahunan sesuai
ketentuan yang berlaku Pelaporan untuk penyakit tertentu menggunakan
formulir baku yang sudah ditentukan oleh program.
18
BAB IV
KESELAMATAN PASIEN
20
BAB V
KESELAMATAN KERJA
Tindakan
Jenis Alat Tindakan di
No Pemeriksaan Tanpa
Pelindung Perlukan
Perlukaan
Sanitasi Ya Ya Ya
1
Tangan
2 Sarung Tangan Ya Ya Ya
Jas Ya Ya Ya
3
Laboratorium
4 Masker Ya Ya Ya
Kacamata Tidak Penilaian Tidak
5
google resiko
21
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU
22
11. Umur, ras, dan jenis kelamin paling berpengaruh terhadap hasil
pengukuran dan nilai rujukan.
12. Kehamilan pada wanita perlu dipertimbangkan lama kehamilan
yang berpengaruh pada pengenceran.
B. Pengambilan Spesimen
1. Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan tertentu :
a. bersih, kering, tidak mengandung bahan kimia/deterjen,
b. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi specimen,
c. Mudah dicuci atau dibersihkan dari sampel sebelumnya,
d. Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan harus
menggunakan peralatan yang steril.
2. Wadah spesimen harus memenuhi :
a. Terbuat dari gelas atau plastik. Untuk spesimen darah harus
terbuat dari gelas,
b. Tidak bocor atau merembes,
c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir,
d. Besar wadah disesuaikan dengan volume specimen,
e. Bersih dan kering,
f. Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen,
g. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen,
h. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak
atau terurai karena pengaruh sinar matahari, maka
digunakan botol coklat.
3. Pemberian Identitas Spesimen
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang
penting baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir
permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah
spesimen. Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium sebaiknya memuat secara lengkap :
1. Tanggal permintaan,
2. Tanggal dan jam pengambilan specimen,
23
3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang)
termasuk,
4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon),
5. Diagnosis dan atau keterangan UPT Puskesmas Batipuh I,
6. Pemeriksaan laboratorium yang diminta,
24
4. Pengolahan Spesimen
Spesimen yang telah diambil dilakukan pengolahan untuk
menghindari kerusakan pada spesimen tersebut.Pengolahan
spesimen berbeda-beda tergantung dari jenis spesimennya masing-
masing.
a. Whole blood
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisi
antikoagulan yang sesuai, lalu dihomogenisasi dengan cara
goyang perlahan tabung.
b. Urine
Urine yang didapatkan tidak perlu ada perlakuan secara
khusus, kecuali pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1
jam, sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus dilakukan
pengolahan terlebih dahulu dengan cara dimasukkan tabung
dan sentrifuge selama 5 menit 1500-2000 rpm, supernatan
dibuang dan diambil sedimennya. Suspensi sedimen ini
dicampur dengan cat Sternheirmer-Malbin Stain’s untuk
menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya.
c. Sputum
Masukkan sputum ke dalam tabung steril yang berisi NaOH 4%
sama banyak. Kocok dengan baik. Inkubasi pada suhu kamar
25-30OC selama 15-20 menit dengan pengocokan teratur tiap 5
menit. Sentrifuge dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit.
Endapan diambil dan supernatan dibuang pada air lysol.
Penyimpanan Spesimen
25
1. Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas
specimen,
2. Tidak terkena sinar matahari langsung,
3. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja
laboratorium,
4. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.
26
b. Persiapan alat dan reagen,
c. Lakukan pemeriksaan quality control,
d. Lakukan pemeriksaan PME sesuai prosedur,
e. Lakukan pencatatan hasil di buku kerja dan lembar
pelaporan.
3. Pengiriman hasil PME
a. Dilakukan sesuai jadwal sebelum batas akhir waktu
pengiriman,
b. Catat tanggal dan jam pengiriman hasil.
4. Penyimpanan hasil PME
a. Hasil dilaporkan kepada Kepala Puskesmas,
b. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut,
c. Disimpan dalam arsip PME.
27
BAB VII
PENUTUP
28