Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelayanan laboratorium di UPT Puskesmas Batipuh I
diselenggarakan berdasarkan kondisi dan permasalahan kesehatan
masyarakat setempat dengan tetap berprinsip pada pelayanan secara
holistic, komprehensif, dan terpadu dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Setiap pelayanan laboratorium
di UPT Puskesmas Batipuh I harus diselenggarakan secara baik dengan
memenuhi kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan
peralatan, kegiatan pemeriksaan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan
mutu. ( Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 37 Tahun 2012).
Laboratorium mempunyai peran sebagai penunjang dalam
menegakkan diagnosis yang ingin ditegakkan oleh dokter dalam merawat
pasiennya. Selain itu, laboratorium mempunyai peran seperti uji
penyaring secara laboratories sehat tidaknya seseorang misalnya medical
check up. Juga berperan sebagai follow up atau pemantau hasil
pengobatan serta prognosis suatu penyakit. Sehubungan dengan hal
tersebut, pemeriksaan laboratorium hendaknya dilakukan sesuai dengan
standart pelayanan laboratorium sehingga menghasilkan pemeriksaan
yang akurat.
Untuk bisa memberikan pelayanan Laboratorium dengan baik,
sistimatis, terarah, akurat dan bermutu sesuai dengan harapan dan
kebutuhan pasien, maka disusunlah Panduan Pelayanan Laboratorium
UPT Puskesmas Batipuh I.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Terlaksananya pelayanan Laboratorium yang bermutu di UPT
Puskesmas Batipuh I.

1
1.2.2 Tujuan Khusus
Sebagai acuan bagi tenaga Ahli Tekhnologi Laboratorium Medik
(ATLM) dalam melaksanakan pelayanan Pemeriksaan Laboratorium yang
akurat dan bermutu di UPT Puskesmas Batipuh I.

1.3. Sasaran
Pedoman ini disusun untuk digunakan bagi Ahli Tekhnologi
Laboratorium Medik (ATLM) UPT Puskesmas Batipuh I.

1.4. Ruang Lingkup Panduan


Dalam rangka pelaksanaan, pengukuran, penetapan, dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, tentunya laboratorium puskesmas tidak dapat disamakan
dengan laboratorium rumah sakit, laboratorium swasta, maupun Balai
Besar Laboratorium.
Pelayanan laboratorium di UPT Puskesmas Batipuh I
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan UPT
Puskesmas Batipuh I. Pelayanan laboratorium di UPT Puskesmas Batipuh
I meliputi pemeriksaan hematologi, pemeriksaan kimia klinik,
pemeriksaan urine, pemeriksaan mikrobiologis BTA, pemeriksaan sputum
metoda TCM. Selain pemeriksaan tersebut diatas, pelayananan
laboratorium puskesmas juga melaksanakan pemeriksaan rapid test HIV,
Syphilis, HbsAg dan Virotec Dengue Combo.

1.5. Batasan Operasional


Pelayanan laboratorium UPT Puskesmas Batipuh I adalah
pelayanan penunjang diagnosis yang berlaku di lingkungan UPT
Puskesmas Batipuh I. Laboratorium ini juga memberikan kesempatan
bagi institusi lain untuk melakukan praktek, magang, dan penelitian.

2
1.6. Landasan Hukum
a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43,
Tahun 2013, Tentang cara penyelenggaraan Laboratorium Klinik
yang baik,
c. Permenkes No. 15 tahun 2015 tentang Pelayanan Laboratorium
HIV dan infeksi oportunistik,
d. Permenkes No. 25 tahun 2015 tentang Pemeriksaan laboratorium
untuk ibu hamil, bersalin, dan nifas.

3
BAB II
STANDAR TENAGA, FASILITAS, DAN PERALATAN

Untuk dapat melaksanakan fungsinya dalam menyelenggarakan


pelayanan Laboratorium di UPT Puskesmas Batipuh I, dibutuhkan
sumber daya manusia yang mencukupi, baik jumlah maupun mutunya.
Tenaga laboratorium UPT Puskesmas Batipuh I adalah sebagai berikut :

2.1. Jenis dan Kualifikasi Sumber Daya Manusia


N JENIS TENAGA KUALIFIKASI JUMLAH
O
1. Tenaga Teknis analis D3 Analis Kesehatan 1

2.2. Tugas dan Tanggung Jawab

2.2.1. Penanggung Jawab :


1. Menyusun rencana kegiatan dan kebijakan tekhnis laboratorium,
2. Bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pelayanan
laboratorium, validasi hasil pemeriksaan laboratorium, dan
menyelesaikan masalah yang timbul dalam pelayanan laboratorium.

2.2.2. Kepala ruang pelayanan laboratorium :


1. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi pelayanan
laboratorium,
2. Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu
laboratorium,
3. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
laboratorium,

2.2.3. Petugas Pelaksana Pelayanan Laboratorium :


1. Menyiapkan alat dan bahan,
2. Menyiapkan pasien,
3. Melaksanakan kegiatan tekhnis operasional pelayanan,
4. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan,

4
5. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
laboratorium,
6. Menyiapkan bahan rujukan specimen,
7. Menyelesaikan proses administrasi.

2.3. Jadwal Pelayanan


Senin – Kamis : 08.00 – 12.00 WIB

Jum’at : 08.00. – 10.30 WIB

Sabtu : 08 – 11.00 WIB

2.4. Standar Fasilitas


No Fasilitas
1 Meja Pengambilan Sampel Darah
2 Kursi Petugas Laboratorium Dan Kursi
Pasien
3 Meja Pemeriksaan
4 Lemari Pendingin
5 Lemari Alat Atau Reagen
6 Sumber arus listrik
7 Bak Cuci
8 Penampungan / Pengolahan Limbah
Laboratorium
9 Tempat sampah infeksius dan non
infeksiu

2. 5. Denah Ruang Laboratorium (contoh)

Meja Lemari Meja Alat Pintu


Pengambilan penyimpanan TCM
Sampel dan
pemeriksaan Pintu

Kulkas

Meja Meja Pemeriksaan /


Westafel

5
2.6. Standar Ruangan (contoh)
a. Luas ruangan 3x4 m2,
b. Ruangan kering dan tidak lembab,
c. Memiliki ventilasi yang cukup,
d. Memiliki cahaya yang cukup,
e. Lantai terbuat dari keramik,
f. Dinding dicat warna ungu,
g. Tersediannya AC

2.7. Standar Peralatan (contoh)


No Jenis Alat Jumlah
1 Mindray Photometer 1
2 Hematologi Analyzer mindray BC 1
3200
3 Poct ( Glucosa,Kholesterol,Asam urat ) 2
4 Hemocitometer 1
5 Kartu Golongan Darah 50
6 Rapid Test ( Sphilis,HbsAg,HIV ) 1 kotak
7 Tabung Reaksi 50
8 Penjepit Kayu 1
9 Lampu Spritus 2
10 Rak Tabung 3
11 Corong 2
12 Pipet Tetes 50
13 Kertas Saring 1 kotak
14 Object Glas 1 kotak
15 Rak Pewarnaan 1
16 Mikroskop 1
17 Centrifuge 1

2.8. Standar Reagensia (contoh)

No Jenis Reagen
1 Reagen glucose
2 Reagen kolesterol
3 Reagen trigliserida
4 Reagen Asam Urat
5 Reagen Creatinin
6
6 Reagen Ureum
7 Reagen SGOT
8 Reagen SGPT
9 Reagen Hemoglobin
10 Serum Kontrol (PCCM)
11 Thermal Paper Photometer 5010
12 Kholeterol Strip
13 Asam Urat Strip
14 Gula Darah Strip
15 Larutan Turk
16 Larutan Hayem
17 larutan amonium Oxalat 1 %
18 Larutan HCl 0,1 N
19 Aquades
20 Anti Sera golongan darah A,B,AB,D
21 Tes kehamilan strip
22 Tes HIV
23 Tes HBsAg
24 Tes Syphilis
25 Larutan Asam Asetat
26 Larutan Benedick
27 Larutan Fauchet
Ziel Nelsen paket
Karbo Fuchsin
28
Alkohol Asam
Metylen Blue
29 oil emersi
30 Vaccuteiner EDTA
31 Vaccuteiner merah

BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN

7
Untuk melakukan pemeriksaan laboratorium diperlukan reagent,
standart, bahan kontrol, air, . Dasar pemilihan bahan laboratorium pada
umumnya harus mempertimbangkan kebutuhan, produksi pabrik yang
telah dikenal, deskripsi lengkap dari bahan atau produk, mempunyai
masa kadaluarsa yang panjang, volume, mudah diperoleh di pasaran,
kelancaran dan kesinambungan pengadaan, pelayanan purna jual.
(Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar, Depkes RI Tahun 2004).
Untuk mendapatkan sampel darah pasien dilakukan dengan cara
pengambilan darah vena dan kapiler. Lokasi vena yang digunakan untuk
tempat penusukan adalah 3 vena utama di lengan yaitu vena cevalika,
vena mediana cubiti, dan vena mediana basilica. Pada umumnya vena
mediana cubiti merupakan pilihan karena terfiksasi baik dan tidak
bergerak saat ditusuk.
Sebelum melakukan pemeriksaan petugas harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD). APD bertujuan untuk melindungi kulit dan selaput
lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan, dan kulit
yang tidak utuh. APD ada beberapa jenis yaitu sarung tangan, masker,
kacamata, penutup kepala, jas laboratorium, sepatu pelindung. Tidak
semua alat pelindung diri dipakai, tergantung tindakan dan kegiatan yang
dikerjakan. Pada plebotomi cukup menggunakan sarung tangan jas
laboratorium.
Limbah plebotomi dipilah-pilah ketempat sampah medis (kapas
bekas pakai dan jarum suntik) dan non medis pembungkus jarum suntik.
Tempat sampah harus diberi kantong plastik tertutup, dibedakan sampah
infeksius dan non infeksius.
Limbah adalah bahan sisa suatu kegiatan dan atau proses
produksi. Limbah bahan berbahaya dan beracun (disingkat B3) adalah
setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang
karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat merusak dan atau mencemarkan
lingkungan hidup dan atau membahayakan keselamatan manusia.

8
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan
limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.
Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai resiko baik yang
berasal dari faktor fisik, biologi, kimia, ergonomic, dan psikososial dengan
akibat dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan petugas
laboratorium serta lingkungannya. Untuk itu perlu dilakukan manajemen
K3 yang meliputi identifikasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
melaksanakan upaya perbaikan. (Pedoman Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Laboratorium Kesehatan, Depkes RI Tahun 2003).
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan
yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan laboratorium. Pemantapan mutu ada 2 macam yaitu
Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Ekternal. Pemantapan
Mutu Internal meliputi persiapan pasien, pengambilan dan pengolahan
spesimen, kalibrasi alat. Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan
yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain diluar laboratorium
yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu
laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. (Pedoman
Laboratorium Yang Benar, Depkes RI Tahun 2004).
Pelayanan laboratorium UPT Puskesmas Batipuh I melayani
permintaan pemeriksaan laboratorium dari pasien rawat jalan ”. Apabila
sangat diperlukan atau pemeriksaan yang terintegrasi dengan program
maka pelayanan dapat dilaksanakan diluar gedung baik dalam wilayah
maupun luar wilayah kerja UPT Puskesmas Batipuh I.

3.1. Kemampuan Pelayanan


Kemampuan pemeriksaan laboratorium UPT Puskesmas Batipuh I
meliputi pemeriksaan laboratorium dasar seperti :
1. Hematologi : hemoglobin, hitung eritrosit,hitung leukosit,
hitung trombosit, hitung jenis leukosit, LED dan Hematokrit
2. Kimia UPT Puskesmas Batipuh I : Glukosa darah, asam urat,
Cholesterol
9
3. Mikrobiologi : Mikroskopis BTA dan TCM
4. Imunologi : Tes kehamilan, golongan darah, HbsAg, syphilis,
anti HIV, dan Virotec dengue combo
5. Urinalisa : makroskopis dan mikroskopis,
6. Tinja : makroskopis dan mikroskopis.

3.2. Jenis – jenis Pemeriksaan:


a. Darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan hemoglobin, hitung eritrosit,
hitung leukosit, hitung trombosit, hitung jenis leukosit, LED.

b. Pemeriksaan urin
Jenis pemeriksaan urine yang diperlukan ada 2 yaitu, urin sewaktu
dan urin pagi. Urine sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada waktu
yang tidak ditentukan sedangkan urin pagi adalah urin yang dikeluarkan
pertama-tama pada pagi hari setelah bangun tidur. Pemeriksaan urin
dapat digunakan untuk pemeriksaan test kehamilan dan pemeriksaan
urin rutin.
Tempat menampung urin harus bermulut lebar tertutup, bersih,
kering, dan diberi label. Volume urin yang ditampung kurang lebih 20 ml.
Pemeriksaan urin meliputi makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan
makroskopis meliputi warna, kejernihan, berat jenis, bilirubin, reduksi,
protein, urobilinogen. Sedangkan pemeriksaan mikroskopis berupa
pemeriksaan sediment urine dimana pemeriksaan ini dilakukan dengan
melakukan centrifuge terhadap urin kemudian sediment diperiksa di
bawah mikroskop. (Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas,
Departemen Kesehatan RI Tahun 1991).

c. Pemeriksaan Sputum
1. Pemeriksaan secara mikroskopis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Sebagian TBC menyerang paru,
tetapi dapat juga menyerang organ tubuh yang lain. Cara penularan TBC

10
adalah melalui percikan atau droplet. Cara pemeriksaan BTA ini adalah
dengan membuat hapusan dahak dengan ukuran 2x3 cm. Kemudian
hapusan ini dicat dengan reagent Ziehl ,Nielsen lalu diamati di bawah
mikroskop. Dan dapat melakukan pemeriksaan BTA. (Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis, Depkes RI Tahun 2005).
2. Pemeriksaan dengan metoda TCM
Lakukan pengenceran sampel dengan buffer 1:2 kemudian dicampur
dengan cara menggoyang sebanyak 20x inkubasi 10 menit. Di campur
lagi (digoyang) sebanyak 20x inkubasi 5 menit. Pipet sampai garis tanda
masukkan dalam catrige dan dibaca pada alat TCM selama 1 jam 40
menit.

d. Pemeriksaan kimia UPT Puskesmas Batipuh I (Gula Darah,


Asam Urat, Cholesterol)
Pemeriksaan kimia UPT Puskesmas Batipuh I dilakukan dengan
alat POCT dengan menggunakan darah segar. Darah diteteskan pada stik
yang telah disiapkan pada alat. Setelah itu ditunggu beberapa menit,
kemudian hasil akan muncul pada layar alat.

e. Golongan Darah
Penetapan golongan darah adalah menentukan jenis aglutinogen
yang ada dalam sel, disamping itu juga dikenal jenis agglutinin yang ada
dalam serum. Darah diteteskan sebanyak 4 tetes pada kaca obyek di
tempat yang berbeda. Kemudian ke masing-masing tetesan darah ditetesi
dengan antisera A, B, AB, dan Anti AB. Selanjutnya dicampur dan
digoyang dan diamati adanya aglutinas. (Petunjuk Praktikum
Laboratorium, Gandhasoebrata Tahun 1984).

11
3.3. Standar peralatan, Jenis Regaen, Bufferstock, Jenis Pemeriksaan, Nilai Rujukan, Nilai kritis
Nilai Kritis
Jenis
No Peralatan Reagen Buffer Stok Nilai Rujukan Nilai Nilai
Pemeriksaan
rendah Tinggi
1 Haemacytometer 1 Larutan Hayem 1 botol Eritrosit L : 4,5 - 5,5 Jt/ul P :
- kamar hitung 4 - 5 Jt/ul
- Pipetoma 2 Larutan Turk 1 Botol Leocosit 5000 - 10000 /mm3 < 3000/ul >
Leukosit 30.000/ul
- Pipetoma 3 Larutan Rees 1 Botol Trombosit 150.000 - < >
Eritrosit Ecker 400.000 /ul 100.000/ul 600.000/ul

2 Poct 1 Kholeterol Strip 4 Kotak/ Kolesterol < 200 mg/dl


100 pcs
2 Asam Urat Strip 4 Kotak/ Asam Urat L : 3,5 – 7,2 mg/dl
200 pcs P: 2,6 - 6 mg/dl
3 Gula Darah Strip 4 Gula darah < 180 mg/dl < 45 mg/dl > 500
Kotak/200 sewaktu mg/dl
pcs
Gula darah 70-120 mg/dl
puasa
3

Mission HB 2 Strips test 3 Kotak/ Hemoglobin L : 14 - 18 gr/dl P: < 7.0 g/dl > 20 g/dl
150 pcs 12 -16 gr/dl
Hematokrit L : 38-50% P : 34-
45%
4 Kartu Golongan
Darah Penetapan
Anti Sera golongan darah A,B,AB,O
1 paket Golongan
Batang A,B,AB Rhesus +/-
darah
Pengaduk
5 Rapid Test 1 Tes kehamilan 50 pcs Tes Negatif
strip kehamilan
12
2 Tes HIV 4 Kotak Tes HIV Non Reaktif
3 Tes HBsAg 4 Kotak Tes HBsAg Negatif
4 Tes Syphilis 4 Kotak Tes Syphilis Non Reaktif

5 Dengue rapid 5 kotak Virotec Non Reaktif


dengue
combo

Pot Urine 2 Larutan Asam 1 Botol Urobilin urin 0.2 (3.5)


Asetat
Tabung Reaksi Glukosa urin Negatif
Pipet Tetes Ph 5.0
Lampu spritus Leukosit urin Negatif
Rak tabung Bilirubin urin Negatif
7 Objec Glas 1 Ziel Nelsen 1 paket BTA Negatif
paket
Ose/ Lidi Karbo Fuchsin
Lampu Spritus Alkohol Asam
Pipet Tetes Metylen Blue
Rak Pewarnaan oil emersi 1 botol
8 Tabung Reaksi Sediment
Urine
Objec Glas 6 Kotak Leocosit 0 - 4 / LPB
Deglas 0 Kotak Eritrosit 0 - 1 /LpB
Mikroskop 1 buah Epitel < 10/LPK
Centrifuge 1 buah Selinder Negatif
Granular
Kalsium Negatif
Oxalat

13
3.4. Penyimpanan alat dan Pengelolaan Reagensia

3.4.1. Ketentuan Umum

Penyimpanan dan penempatan alat-alat atau bahan kimia


menganut prinsip tidak menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika
mengambil dari dan mengembalikan alat ketempatnya. Alat yang berat
atau bahan yang berbahaya diletakkan ditempat penyimpanan yang
mudah terjangkau, misalnya di rak paling bawah.
Peralatan disimpan ditempat tersendiri yang tidak lembab, tidak
panas dan dihindarkan berdekatan dengan bahan kimia yang bersifat
korosif. Penyimpanan alat dan bahan dapat dikelompokkan berdasarkan
jenis, sifat, ukuran/volume dan bahaya dari masing-masing alat/bahan
kimia. Kekerapan pemakaian juga dapat dipakai sebagai pertimbangan
dalam menempatkan alat. Alat yang kerap dipakai diletakan di tempat
yang mudah dijangkau dan aman di dalam ruang laboratorium.
Penyimpanan di laboratorium terdiri dari :
a. Penyimpanan Bahan Habis Pakai
Hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan bahan habis pakai
adalah sebagai berikut :
1. Penentuan tempat penyimpanan harus memperhatikan sifat dan
bahan penyusunnya seperti kayu, besi/logam, kertas, plastik,
kain, karet, tanah liat dan sebagainya.
2. Tempat penyimpanan harus aman dan bebas dari penyebab
kerusakan.
3. Tata cara penyimpanan harus memperhatikan ciri khas atau
jenisnya, misalnya peralatan disimpan ditempat yang sesuai
dengan memperhatikan syarat-syarat penyimpanan.
4. Penyimpanan bahan habis pakai disesuaikan dengan sifat kimia
zat tersebut.
5. Bahan-bahan kimia yang berbahaya (mudah terbakar, mudah
meledak dan beracun ) harus diberi label peringatan yang tidak
mudah terlepas.

14
b. Penyimpanan Peralatan dan bahan kimia
1. Penyimpanan Peralatan
Peralatan yang sering digunakan disimpan sedemikian rupa hingga
mudah diambil dan dikembalikan. Alat-alat laboratorium sebagian besar
terbuat dari gelas. Alat- alat seperti ini disimpan berkelompok
berdasarkan jenis alat, seperti tabung reaksi, gelas kimia, labu
(erlenmeyer dan labu didih), corong, buret dan pipet, termometer, cawan
porselein dan gelas ukur, klem, pinset yang terbuat dari logam dan
instrumen yang memiliki komponen-komponen dari logam yang sangat
halus, seperti alat-alat ukur yang bekerja menggunakan arus listrik,
disimpan di tempat terpisah, jauh dari zat-zat kimia terutama zat-zat
yang bersifat korosif. Alat-alat seperti ini harus disimpan ditempat yang
kering dan bebas dari zat atau uap korosif serta bebas guncangan.
Masing-masing tempat penyimpanan alat diberi nama agar mudah
mencari alat yang diperlukan. Pipet dan buret disimpan dalam keadaan
berdiri. Oleh karena itu pipet dan buret perlu ditempatkan pada tempat
yang khusus.

2. Penyimpanan Bahan Kimia


Penyimpanan bahan kimia harus mendapat perhatian khusus,
sebab setiap bahan kimia dapat menimbulkan bahaya seperti terjadinya
kebakaran, keracunan, gangguan pernapasan, kerusakan kulit atau
gangguan kesehatan lainnya.
Penyimpanan zat kimia perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Penyimpanan bahan kimia diatur berdasarkan tingkat bahayanya
dan ditata secara alfabet
b. Zat/bahan kimia disimpan jauh dari sumber panas dan ditempat
yang tidak langsung terkena sinar matahari.
c. Padalabel botol diberi catatan tentang tanggal zat didalam tersebut
diterima dan tanggal botol tersebut pertama kali dibuka.hal ini
dilakukan untuk mengetahui tanggal bahan kimia kadaluwarsa.

15
d. Gunakan lembar data keamanan bahan (MSDS: material safety
data sheet) untuk informasi lebih lengkap mengenai bahan kimia
tersebut.
e. Jangan menyimpan/meletakkan wadah bahan kimia yang terbuat
dari gelas dilantai.
f. Botol berisi bahan kimia harus diambil dan diangkat dengan cara
memegang badan botol dan bukan pada, leher botol.
g. Jangan menyimpan bahan kimia secara berlebihan di
laboratorium.
h. Jangan menyimpan bahan kimia pada tempat yang terlalu tinggi.
i. Botol yang berisi asam atau basa kuat,terutama asam perklorat
jangan ditempatkan berdekatan.

Penyimpanan bahan kimia dapat dilakukan dengan


mengelompokkan bahan – bahan tersebut sebagai berikut :
- Bahan kimia yang mudah terbakar seperti etanol dan eter
ditempatkan pada rak paling bawah dan terpisah dari bahan
kimia yang mudah teroksidasi.

3.4.2. Cara Penyimpanan dan Pewadahan Reagen


1. Cara Penyimpanan Reagensia :
a. Disimpan dalam suatu lemari, hindari bahan dari kayu.
b. Kondisi ruangan harus dingin /ber AC atau dengan dilengkapi
exhaust fan lampu ruangan pilih yang fire proof dan kalaw tidak
dilengkapi dengan AC, ruangan harus punya sirkulasi udara
yang baik,karena ada beberapa reagen yang penyimpanannya
dibawah suhu 25°C, pantau suhu ruangan maksimal 30° C.
c. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber
panas atau kena sengatan sinar matahari. Disamping itu tempat
penyimpanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju
ruang asapatau keluar gedung. Pada penataan bahan kimia pun
diperlukan sumber literatur untuk mengetahui spesifikasi masing-
masing bahan kimia.
16
d. Jika terjadi tumpahan, yang paling baik mengatasinya adalah
dengan pasir atau air kran.
e. Buat sistim administrasi : daftar isi, jumlah stock, ED bahan,
memasang perhatian APD yang sesuai dengan peruntukannya, dll.
f. Salah satu informasi penting yang harus selalu disertakan adalah
lembar data keselamatan data (MSDS), informasi MSDS
disamping harus tercantum pada produksi, juga harus muncul
pada dokumen pengangkutan, penyimpanan, pengedaran dan juga
pada kemasan bahan tersebut.

Penyimpanan reagen yang bersifat berbahaya memerlukan


perlakuan khusus antara lain :
- Lokasi dan konstruksi tempat penyimpanan reagen yang bersifat
berbahaya dan beracun membutuhkan pengaturan tersendiri,
agar tidak terjadi kecelakaan akibat kesalahan dalam
penyimpanan tersebut. Salah satu persyaratan kelengkapan pada
tempat penyimpanan tersebut adalah sistim tanggap darurat dan
prosedur penangganannya.

3. 4. 3. Pencatatan dan Pelaporan


a. Pencatatan
Pencatatan selain untuk pemantauan data juga untuk evaluasi.
Macam-macam pencatatan antara lain :
1. Blangko Pemeriksaan Laboratorium,
2. Lembar Copy hasil pemeriksaan,
3. Buku Hasil Pemeriksaan Laboratorium.

17
b. Pelaporan
Pelaporan yang harus disampaikan secara berkala ke Dinas
Kesehatan berupa laporan bulanan yang merupakan hasil rekapitulasi
pencatan harian. Laporan triwulan, semesteran dan tahunan sesuai
ketentuan yang berlaku Pelaporan untuk penyakit tertentu menggunakan
formulir baku yang sudah ditentukan oleh program.

18
BAB IV

KESELAMATAN PASIEN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan di


Laboratorium perlu diperhatikan keselamatan pasien dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang
dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi risiko
dialkukan berdasarkan sasaran keselamatan pasien. Upaya
pencegahan resiko terhadap pasien harus dilakukan untuk tiap-
tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
Tujuan dari ditetapkannya sasaran keselamatan pasien
adalah untuk mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan
pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam
pelayanan laboratorium. Untuk meningkatkan keselamatan pasien
perlu dilakukan pengukuran terhadap sasaran - sasaran
keselamatan pasien. Indikator pengukuran sasaran keselamatan
pasien seperti pada tabel berikut ini :

4.1. Indikator dan Target Sasaran Keselamatan Pasien di


Laboratorium
Sasaran Indikator Upaya Mencapai
No Keselamatan Keselamatan Target Sasaran Keselamatan
Pasien Pasien Pasien
a. Tidak Kepatuhan 100 % 1. Melakukan
terjadinya melakukan identifikasi pasien
kesalahan identifikasi minimal dengan tiga
identifikasi pasien pada cara yaitu ; nama,
pasien dalam saat akan umur, dan dengan
pelayanan melaksanakan melihat nomor rekam
laboratorium pelayanan medis pasien,
2. Menyusun SOP
identifikasi pasien,
3. Sosialisasi
pelaksanaan
identifikasi pasien,
4. Kepatuhan
19
melaksanakan
identifikasi pasien,
5. Monitoring dan
tindak lanjut
terhadap kepatuhan
identifikasi pasien.
b Komunikasi Kepatuhan 100 % 1. Menyusun SOP
efektif dalam melaksanakan komunikasi efektif
pelayanan SOP pada saat dalam Pemberian
laboratorium menerangkan pelayanan
prosedur laboratorium,
pemeriksaan 2. Sosialisasi SOP
laboratorium pelayanan
laboratorium,
3. Memonitor dan
menindak lanjut
pelaksanaan
komunikasi efektif
dalam pelayanan
laboratorium.
c Pengurangan Kepatuhan 100 % Menerapkan dengan
terjadinya dalam konsisten enam
risiko infeksi menerapkan 6 langkah cuci tangan
terkait langkah cuci 100 % pakai sabun (CTPS)
pelayanan tangan pakai pada lima waktu, yaitu:
labortatorium sabun dan air a. Sebelum kontak
mengalir dengan pasien,
100 % b. Setelah kontak
dengan pasien,
c. Sebelum tindakan
aseptic,
d. Setelah kontak
dengan cairan tubuh
pasien,
e. Setelah kontak
dengan lingkungan
sekitar pasien.

20
BAB V
KESELAMATAN KERJA

5.1. Pemakaian Alat Pelindung Diri ( APD )


Untuk keamanan dan kenyamanan bagi paramedik dan petugas
medis dalam memberikan pelayanan kesehatan, terutama untuk
mencengah tertularnya penyakit dimana di UPT Puskesmas Batipuh I
banyak kasus – kasus penyakit menular seperti : TBC, , Hepatitis, HIV /
AIDS, dan penyakit yang disebabkan virus lainnya. Maka petugas dalam
melaksanakan pelayanan diwajibkan memperhatikan keamanan diri
dengan memakai Alat Pelindung Diri ( APD ) yaitu menggunakan masker,
sarung tangan, jas, dan setelah melaksanakan kegiatan atau pelayanan.

Tindakan
Jenis Alat Tindakan di
No Pemeriksaan Tanpa
Pelindung Perlukan
Perlukaan
Sanitasi Ya Ya Ya
1
Tangan
2 Sarung Tangan Ya Ya Ya
Jas Ya Ya Ya
3
Laboratorium
4 Masker Ya Ya Ya
Kacamata Tidak Penilaian Tidak
5
google resiko

5.2. Sterilisasi Alat


Beberapa ketentuan steriisasi alat adalah sebagai berikut :
a. Mencuci alat dengan sabun yang mengandung anti septic,
b. Penyemprotan / oles alkohol pada alat yang di gunakan,
c. Sterilatator listrik setiap selesai pelayanan, alat – alat dari
stainless / metal yang sudah di sterililasi dibiarkan di dalam
sterilatator sampai besoknya, sehingga pemakaiannya sudah
siap digunakan esoknya.

21
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu laboratorium dilakuan dengan dua cara


yaitu dengan pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu
eksternal.
6. 1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Kegiatan Pra Analitik :
A . Persiapan Pasien Secara Umum dan yang mempengaruhi
1. Mempersiapkan pasien untuk pengambilan spesimen sesuai
persyaratan umum dengan meminta pasien berpuasa antara 8 –
12 jam pada jam 22.00 dan pagi hari jam 07.00 – 09.00
dilakukan pengambilan spesimen.
2. Menghindari pemakaian obat-obatan sebelum spesimen diambil
di laboratorium.
3. Menghindari aktifitas fisik/olah raga sebelum spesimen diambil.
4. Memperhatikan efek postur, pengambilan darah paling baik
dengan duduk tenang dibandingkan berdiri karena
keseimbangan cairan akan terganggu.
5. Diet makan dan minum pasien dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium.
6. Merokok dan minum alkohol mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium.
7. Ketinggian suatu tempat (geografis) berpengaruh pada hasil
pemeriksaan laboratorium.
8. Demam akan menyebabkan kenaikan dan penurunan beberapa
parameter pemeriksaan, waktu demam yang tepat akan dapat
membantu menegakkan diagnosis.
9. Trauma dapat menyebabkan terjadi hemostasis hingga
pengenceran darah.
10. Variasi Circadian Rythme merupakan perubahan dari waktu ke
waktu pada tubuh yang dipengaruhi waktu, siklus dan umur.

22
11. Umur, ras, dan jenis kelamin paling berpengaruh terhadap hasil
pengukuran dan nilai rujukan.
12. Kehamilan pada wanita perlu dipertimbangkan lama kehamilan
yang berpengaruh pada pengenceran.
B. Pengambilan Spesimen
1. Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan tertentu :
a. bersih, kering, tidak mengandung bahan kimia/deterjen,
b. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi specimen,
c. Mudah dicuci atau dibersihkan dari sampel sebelumnya,
d. Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan harus
menggunakan peralatan yang steril.
2. Wadah spesimen harus memenuhi :
a. Terbuat dari gelas atau plastik. Untuk spesimen darah harus
terbuat dari gelas,
b. Tidak bocor atau merembes,
c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir,
d. Besar wadah disesuaikan dengan volume specimen,
e. Bersih dan kering,
f. Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen,
g. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen,
h. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak
atau terurai karena pengaruh sinar matahari, maka
digunakan botol coklat.
3. Pemberian Identitas Spesimen
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang
penting baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir
permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian label wadah
spesimen. Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium sebaiknya memuat secara lengkap :
1. Tanggal permintaan,
2. Tanggal dan jam pengambilan specimen,

23
3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang)
termasuk,
4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon),
5. Diagnosis dan atau keterangan UPT Puskesmas Batipuh I,
6. Pemeriksaan laboratorium yang diminta,

24
4. Pengolahan Spesimen
Spesimen yang telah diambil dilakukan pengolahan untuk
menghindari kerusakan pada spesimen tersebut.Pengolahan
spesimen berbeda-beda tergantung dari jenis spesimennya masing-
masing.
a. Whole blood
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisi
antikoagulan yang sesuai, lalu dihomogenisasi dengan cara
goyang perlahan tabung.
b. Urine
Urine yang didapatkan tidak perlu ada perlakuan secara
khusus, kecuali pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1
jam, sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus dilakukan
pengolahan terlebih dahulu dengan cara dimasukkan tabung
dan sentrifuge selama 5 menit 1500-2000 rpm, supernatan
dibuang dan diambil sedimennya. Suspensi sedimen ini
dicampur dengan cat Sternheirmer-Malbin Stain’s untuk
menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya.
c. Sputum
Masukkan sputum ke dalam tabung steril yang berisi NaOH 4%
sama banyak. Kocok dengan baik. Inkubasi pada suhu kamar
25-30OC selama 15-20 menit dengan pengocokan teratur tiap 5
menit. Sentrifuge dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit.
Endapan diambil dan supernatan dibuang pada air lysol.
Penyimpanan Spesimen

a. Disimpan pada suhu kamar,


b. Disimpan dalam lemari es suhu 2-8OC,
Pengiriman Spesimen

Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain, sebaiknya


dikirim dalam bentuk yang reatif stabil. Untuk itu perlu
diperhatikan persyaratan pengiriman spesimen antara lain :

25
1. Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas
specimen,
2. Tidak terkena sinar matahari langsung,
3. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja
laboratorium,
4. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.

C. Mempertahankan Mutu Pra Analitik


1. Mengerjakan proses/prosedur sesuai standar (SPO) yang telah
ditentukan,
2. Melaksanakan dan mengevaluasi program QC,
3. Pengawasan dan monitoring kegiatan harian untuk mengurangi
kesalahan-kesalahan yang mungkin muncul,
4. Ketersediaan anggaran dana dan personil yang memadai untuk
kegiatan,
5. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan staf laboratorium,
6. Adanya dukungan penuh dari pihak manajemen dalam melakukan
pelayanan yang standar dan bermutu.

6. 2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


A. Tahap pelaksanaan PME yang didatangkan dari instansi luar
(BLK,DLL)
1. Penerimaan sample PME
a. Spesimen quality control datang melalui paket pos khusus
dan harus dicatat tanggal penerimaan,
b. Periksa keadaan spesimen apakah rusak atau baik,
c. Catat di papan tulis tanggal pelaksanaan pemeriksaan quality
control,
d. Spesimen quality control langsung disimpan sesuai
persyaratan.
2. Pelaksanaan PME
a. Persiapan sampel,

26
b. Persiapan alat dan reagen,
c. Lakukan pemeriksaan quality control,
d. Lakukan pemeriksaan PME sesuai prosedur,
e. Lakukan pencatatan hasil di buku kerja dan lembar
pelaporan.
3. Pengiriman hasil PME
a. Dilakukan sesuai jadwal sebelum batas akhir waktu
pengiriman,
b. Catat tanggal dan jam pengiriman hasil.
4. Penyimpanan hasil PME
a. Hasil dilaporkan kepada Kepala Puskesmas,
b. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut,
c. Disimpan dalam arsip PME.

B. Tahap pelaksanaan PME yaitu pengiriman slide TB ke LRI


1. Petugas menyiapkan slide TB yang telah diperiksa dengan
identitas pasien yang lengkap.
2. Petugas memasukkan data slide TB ke aplikasi E-TB12
3. Petugas mengirim data slide TB yang telah terinput ke LRI
4. Petugas mengantarkan slide TB yang telah di input ke Dinas
Kesehatan Tanah Datar
5. Petugas menunggu hasil dengan melihat umpan balik dari LRI di
aplikasi E_TB12
6. Petugas mengevaluasi hasil PME

27
BAB VII
PENUTUP

Panduan Pelayanan Laboratorium UPT Puskesmas Batipuh I


ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan pelayanan Laboratorium
di UPT Puskesmas Batipuh I. Untuk keberhasilan pelaksanaan
Pelayanan Laboratorium diperlukan komitmen dan kerja sama
semua pihak. Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan
Laboratorium di UPT Puskesmas Batipuh I semakin optimal dan
dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan masyarakat.

28

Anda mungkin juga menyukai