Anda di halaman 1dari 41

PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM

UPTD PUSKESMAS SAMIGALUH I


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan laboratorium di UPTD Puskesmas Samigaluh I merupakan pelayanan
kesehatan yang terintegrasi dengan semua pelayanan di Puskesmas, yang berfungsi untuk
menegakkan diagnosa, memantau hasil pengobatan, dan menilai prognosa suatu penyakit.
Pelayanan ini wajib memenuhi standar yang telah ditentukan secara nasional, dan
memenuhi peraturan dan undang-undang yang ada di Indonesia.

Pelayanan laboratorium yang sesuai standar tersebut merupakan upaya untuk


memberikan jaminan mutu (quality assurance) pelayanan baik kepada dokter maupun pihak
pasien. Disamping itu pihak pengguna baik dokter ataupun pasien menuntut pelayanan
laboratorium dalam waktu yang cepat namun tetap akurat, sehingga tepatnya waktu
pelaporan hasil juga merupakan satu hal yang penting untuk memberikan kepuasan kepada
pihak pengguna.

Buku Pedoman pelayanan Laboratorium ini memuat pedoman-pedoman sebagai acuan


pelaksanaan pelayanan, sehingga pelayanan dapat terstandarisasi dan menjamin mutu
pelayanan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan Pelayanan Laboratorium di UPTD
Puskesmas Samigaluh I.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Terlaksananya pelayanan laboratorium secara cepat, tepat, dan professional.
Tujuan khusus
1. Terlaksananya pelayanan pemeriksaan laboratorium yang akurat
2. Terlaksananya pelayanan pemeriksaan laboratorium yang aman
3. Terlaksananya pelayanan pemeriksaan laboratorium tepat waktu

C. Ruang Lingkup Pelayanan.


1. Pelayanan pemeriksaan Darah
2. Pelayanan pemeriksaan Urine
3. Pelayanan pemeriksaan Faeses
4. Pelayanan pemeriksaan Sputum

D. Batasan Operasional
a. Laboratorium melayani :
1. Semua Unit pelayanan yang ada di UPTD Puskesmas Samigaluh I.
2. Permintaan pemeriksaan laboratorium dari Dokter Praktek Swasta.
3. Permintaan pemeriksaan laboratorium dari pasien.
4. Permintaan pemeriksaan laboratorium rujukan dari puskesmas lain.
b. Pelayanan laboratorium di UPTD Puskesmas Samigaluh I bersifat sentral, dengan kata
lain semua pemeriksaan dilakukan di Laboratorium, tidak ada yang dikerjakan di ruang
lainnya.
c. Dalam hal tidak terdapat sarana pemeriksaan untuk pemeriksaan laboratorium tertentu,
maka pemeriksaan tersebut dirujuk ke unit laboratorium RSUD Kulon Progo.

1
E. Landasan Hukum
1. Pedoman praktek Laboratorium yang Benar tahun 2008
2. Peraturan Menteri Kesehatan TH 2010 NO 411 tentang Laboratorium Klinik
3. Peraturan Menteri Kesehatan N0. 43 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
yang Baik dan Benar
4. HKKI ( Himpunan Kimia Klinik Indonesia ). Panduan Mutu Laboratoium Klinik bidang
kimia klinik, Jakarta 1994

2
Bab II
STANDART KETENAGAAN

A. Persyaratan kompetensi petugas laboratorium


1. Koordinator Laboratorium : Analis yang mempunyai kemampuan manejerial, mempunyai
kemampuan memecahkan permasalahan dan telah berpengalaman bekerja di
laboratorium.
2. Pelaksana /petugas analis : Petugas yang mempunyai kompetensi bekerja sebagai
analis laboratorium dan bertanggung jawab.

B. Distribusi Ketenagaan

1. Koordinator Laboratorium : 1orang


2. Petugas laboratorium : 1orang

C. Waktu Pelayanan

Waktu pelayanan laboratorium adalah setiap hari kerja mulai pukul 08.00 – selesai.

3
Bab III

STANDART dan FASILITAS

A. Ruang laboratorium

Ruangan di Laboratorium meliputi :


a. Ruang sampling. Ruangan ini dilengkapi dengan satu tempat pengambilan darah
dan kipas angin.
b. Ruang pemeriksaan yang terpisah dari ruang lainnya, dan dilengkapi dengan air
conditioning. Ruang pemeriksaan ini digunakan untuk tempat pemeriksaan, tempat
preparasi specimen, dan tempat pencucian alat.
Konstruksi ruangan laboratorium sebagai berikut :
a. Dinding terbuat dari batu bata.
b. Langit-langit tingginya sekitar 4 m dari lantai, terbuat dari bahan kuat , berwarna
terang, dan mudah dibersihkan.
c. Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan rapat.
d. Jendela terletak 1 m dari lantai.
e. Stop kontak dipasang 1,5 m dari lantai.
f. Lantai terbuat dari bahan keramik yang kuat, berwarna terang, mudah dibersihkan,
tahan terhadap bahan kimia, permukaan rata dan tidak licin.
g. Meja terbuat dari bahan keramik, mudah dibersihkan. Meja yang dipergunakan untuk
alat elektronik tahan terhadap getaran.

B. FASILITAS PENUNJANG :

Fasilitas penunjang laboratorium antara lain :


a. Penampungan dan pengolahan limbah medis dan non medis dipisahkan.
b. Keselamatan dan keamanan kerja. Tempat cuci tangan dengan air yang mengalir, dan
tersedia juga sabun. Untuk pemeriksaan pengecatan hapusan mikrobiologi memakai rak
pengecatan.
c. Ruangan dilengkapi dengan AC
d. Penerangan cukup.
e. Air bersih , jernih, dan mengalir.
f. Listrik mempunyai aliran dengan ketegangan stabil dan kapasitas cukup. Listrik
dilengkapi dengan sarana UPS

4
Bab IV
TATA LAKSANA PELAYANAN LABORATORIUM

A. SPESIMEN LABORATORIUM
1. Macam Spesimen
Specimen yang diperiksa berupa :
 Serum
 Plasma
 Darah
 Urin
 Faeses
 Dahak

2. Persiapan pasien secara umum.


 Persiapan pasien untuk pengambilan specimen :
 Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 10 - 12 jam sebelum
diambil darah
 Pengambilan specimen dilakukan pagi hari antara pukul 08.00-09.00
Tabel Pemeriksaan Yang Perlu Puasa

Glukosa Puasa Puasa 10 - 12 jam


Trigliserida Puasa 10 - 12 jam
Kholesterol Puasa 10 - 12 jam

 Menghindari obat-obatan sebelum specimen diambil :


 Untuk pemeriksaan dengan specimen darah, tidak minum obat 24 jam sebelum
pengambilan sampel (bila memungkinkan).
 Untuk pemeriksaan dengan specimen urin, tidak minum obat 72 jam sebelum
pengambilan sampel (bila memungkinkan).
 Menghindari aktivitas olahraga yang berlebihan sebelum specimen diambil.
 Memperhatikan posisi tubuh. Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari
perubahan posisi, dianjurkan pasien duduk tenang sekurang-kurangnya 15 menit
sebelum diambil darah.

3. Inform concent
Pemberian penjelasan pada pasien sebelum pengambilan specimen, mengenai prosedur
yang akan dilakukan, dan meminta persetujuan pasien.

4. Penampungan
a. Peralatan, secara umum peralatan harus memenuhi persyaratan sbb :

5
 Bersih.
 Kering.
 Tidak mengandung zat kimia atau detergen.
 Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam specimen.
 Mudah dicuci dari bekas specimen sebelumnya.

b. Wadah spesimen harus memenuhi persyaratan sbb :


 Terbuat dari gelas atau plastik.
 Tidak bocor atau tidak merembes.
 Harus dapat ditutup rapat.
 Besar wadah disesuikan dengan volume specimen.
 Tidak mengandung bahan kimia atau detergen.
 Bersih.
 Kering.
 Tidak mempengaruhi zat-zat dalam spesimen.
 Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai karena
pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna coklat (inaktinis).
 Untuk spesimen dahak, urin, tinja sebaiknya menggunakan wadah yang bermulut
lebar.
c. Antikoagulan.
Antikogulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel darah
membeku. Beberapa specimen memerlukan bahan tambahan berupa antikoagulan.
Kesalahan dalam pemberian bahan tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Bahan tambahan yang diperlukan harus memenuhi persyaratan yaitu tidak
mengganggu atau merubah kadar zat yang akan diperiksa.
d. Lokasi
Sebelum pengambilan sampel harus terlebih dahulu ditentukan lokasi yang tepat untuk
pengambilan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta, seperti ;
 Spesimen yang diambil dari darah vena , umumnya diambil dari vena mediana cubiti
daerah siku. Specimen darah kapiler diambil dari ujung jari tengah tangan atau
ujung jari manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak
kaki bayi atau cuping telinga. Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan
gangguan peredaran darah seperti cyanosis atau pucat dan pengambilan tidak
boleh di lengan yang sedang terpasang infus.
 Volume yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan yang diminta

6
Table Beberapa Spesimen Dengan Jenis Antikogulan / Pengawet dan Stabilitasnya

Jenis Specimen
Antikoagulan /
pemeriksaa Wadah Stabilitas
Jenis JML pengawet
n
K2/K3-EDTA
Hematocrit Darah 2 ml G/P Suhu kamar (6jam)
1-1,5 mg/ml darah
K2/K3-EDTA
LED Darah 2 ml G/P Suhu kamar (2jam)
1-1,5 mg/ml darah
K2/K3-EDTA
Lekosit Darah 2 ml G/P Suhu kamar (2jam)
1-1,5 mg/ml darah
K2/K3-EDTA
Trombosit Darah 2 ml G/P Suhu kamar (2jam)
1-1,5 mg/ml darah
BT, CT Darah 4 ml Segera diperiksa
20-25 OC (3 hari)
Darah Na-F-Oksalat 4,5
Gula darah 2 ml G/P 4 OC (7 hari)
mg/ml
-20 OC (3 bulan)
Serum 2 ml G/P 2-8 OC 912 jam)
20-25 OC (6 hari
Kolesterol Serum 1 ml G/P 4 OC (6 hari)
-20 OC (6 bulan)
20-25 OC (5 hari)
Asam urat Serum 1 ml G/P 4 OC (5 hari)
-20 OC (6 bulan)

Jenis Specimen
Antikoagulan Wada
pemeriksaa Stabilitas
Jenis JML / pengawet h
n
2-8 OC (2-3 hari)
Freezer (1bulan)
Widal Serum 1 ml G/P Deep freezer (-20
O
C 6 bulan, tidak
boleh gelas)
2-8 OC (2-3 hari)
Freezer (1bulan)
HBs Ag Serum 1 ml G/P Deep freezer (-20
O
C 6 bulan, tidak
boleh gelas)
Protein
Urin 5 ml P 20-25 OC (4 hari)
urine
20-25 OC
Reduksi Urin 5 ml P secepatnya
4 OC (24 jam)
Urin Suhu kamar (1jam)
Urin rutin 15 ml G/.P
pagi 4 -8 OC (1 hari)
Sedimen Urin Suhu kamar (1jam)
10 ml G/.P
urin pagi 4 -8 OC
Suhu kamar
Urin
Kehamilan 5 ml G/.P sesegera mungkin
pagi
4-8 OC (2 hari)
Malaria Darah 2 tts G Secepatnya
segar kapiler
Tt tebal

7
Tt tipis

Keterangan :
P = plastic (polietilen atau yg sederajad)
G = gelas
T = tabung

e. Tehnik
Pengambilan sampel harus dilaksanakan dengan cara yang benar, agar mewakili
keadaan yang sebenarnya.
1. Darah vena
 Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus lurus,
jangan menekuk siku. Pilih lengan yang banyak melakukan aktivitas.
 Pasien diminta untuk mengepalkan tangan.
 Pasang torniket 10 cm di atas siku.
 Pilih bagian vena mediana cubiti.
 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alcohol 70%
dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolysis dan rasa terbakar. Kulit
yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
 Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap ke atas dengan
dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15o, sedot darah sesuai dengan
volume yang dibutuhkan. Selanjutnya lepas torniket dan pasien diminta untuk
melepaskan genggaman tangan.
 Tarik jarum dan letakkan kapas kering pada bekas tusukan untuk menekan
bagian tersebut selama 2 menit. Setelah darah berhenti, plester bagian ini
selama 15 menit.
 Masukkan darah ke dalam tabung EDTA atau tabung kimia, tergantung dengan
jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
 Tabung EDTA yang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 10 kali agar
bercampur dengan antikoagulan.

Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah vena :


 Mengenakan torniket terlalu lama dan keras, sehingga menyebabkan
hemokonsentrasi.
 Kulit yang ditusuk masih basah oleh alcohol.
 Mengocok tabung vakum dapat menyebabkan hemolisis.

2. Darah kapiler :

8
 Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan alcohol 70% dan biarkan sampai
kering.
 Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa
nyeri berkurang.
 Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril. Pada jari tusuklah dengan arah
tegak lurus pada garis-garis sidik jari, jangan sejajar dengan garis itu. Pada daun
telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinya. Tusukan harus cukup dalam supaya
darah mudah keluar, jangan menekan-nekan jari atau telinga untuk mendapatkan
darah yang banyak, oleh karena dapat menyebabkan bercampur dengan cairan
jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan dalam pemeriksaan.
 Buanglah tetes darah pertama keluar dengan memakai segumpal kapas kering,
tetes darah berikutnya dapat dipakai untuk pemeriksaan.

Kesalahan-kesalahan dalam pengambilan darah kapiler :


 mengambil darah dari tempat yang memperlihatkan adanya gangguan peredaran
darah seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dll),
kongesti atau cysanosis setempat
 tusukan kurang dalam sehingga darah harus diperas-peras supaya keluar
 kulit yang ditusuk masih basah oleh alcohol. Bukan saja darah itu diencerkan
tetapi darah melebar di atas kulit sehingga sukar diisap ke dalam pipet
 tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan
 terjadi bekuan pada tetes darah karena terlalu lambat bekerja

3. Urin

Pada wanita.
Pada pengambilan urin porsi tengah yang dilakukan oleh penderita sendiri,
sebelumnya harus diberikan penjelasan sbb :
 Penderita harus mencuci tangan memakai sabun kemudian dikeringkan dengan
handuk.
 Keluarkan urin, aliran urin yang pertama dibuang. Aliran urin selanjutnya
ditampung di wadah yang sudah disediakan. Hindari urin mengenai lapisan tepi
wadah. Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis.
 Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
Pada laki-laki :
 Penderita harus mencuci tangan dengan sabun.
 Jika tidak sunat tarik kulit preputium ke belakang, keluarkan urin, urin yang
pertama di buang, urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang sudah
disediakan. Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah. Pengumpulan urin selesai
sebelum aliran urin habis.

9
 Wadah ditutup rapat dan dikirim ke laboratorium.

Pada bayi dan anak-anak :


 Penderita sebelumnya diberi minum untuk memudahkan buang air kecil.
 Bersihkan alat genital seperti yang diterangkan di atas.
 Pengambilan urin dilakukan dengan cara : anak duduk di pangkuan, pengaruhi
anak untuk mengeluarkan urinnya, tamping urin dalam. Pada bayi dipasang
penampung urin pada alat genital.
Urin kateter :
 Lakukan desinfeksi dengan alcohol 70% pada bagian kateter yang terbuat dari
karet (jangan bagian yang dari plastic).
 Aspirasi urin dengan semprit sebanyak kurang lebih 10 ml.
 Masukkan dalam wadah steril dan tutup rapat.
 Kirimkan segera ke laboratorium.
4. Tinja
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya berasal dari defekasi spontan (tanpa bantuan
pencahar) , jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula sampel tinja diambil dari
rectum dengan colok dubur.
5. Dahak
Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan ,
dan dijelaskan perbedaan dahak dengan ludah. Bila pasien kesulitan mengeluarkan
dahak, pada malam hari sebelumnya diminta minum teh manis atau diberi obat
gliseril guaiakolat 200 mg.
 Sebelum pengambilan specimen, pasien diminta untuk berkumur dengan air. Bila
memakai gigi palsu, dilepas dulu.
 Pasien berdiri tegak atau duduk tegak.
 Pasien diminta untuk menarik nafas dalam , 2-3 kali kemudian keluarkan nafas
bersamaan dengan batuk yang keras dan batuk berulang kali sampai sputum
keluar.
 Dahak yang dikeluarkan ditampung langsung dalam wadah , dengan cara
mendekatkan wadah ke mulut. Amati kedaan dahak yang baik akan kental
purulent dengan volume cukup (3-5 ml).
 Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium.
6. Secret urethra
 Pasien diberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan.
 Petugas mengenakan sarung tangan.
 Bagi yang tidak dicircumsisi, preputium ditarik kea rah pangkal.
 Bersihkan sekitar lubang kemaluan dengan NaCl fisiologis steril, kemudian secret
dikelurkan dengan menekan atau mengurut urethra dari pangkal ke ujung.

10
 Secret yang keluar diambil dengan lidi kapas steril atau sengkelit. Apabila tidak
ada secret yang keluar atau terlalu sedikit, masukkan sengkelit atau lidi kapas
 steril berpenampang 2 mm ke dalam urethra kira-kira 2-3 mm sambil diputar
searah jarum jam, kemudian ditarik keluar.
 Secret dioleskan di atas kaca obyek yang bersih, kering, dan bebas lemak.
7. Secret vagina:
 Pasien diberi penjelasan tindakan yang akan dilakukan.
 Pasien berbaring telentang di atas meja obstetric dengan kedua lutut diletakkan
pada penyangganya.
 Petugas mengenakan sarung tangan.
 Speculum dibasahi dengan air hangat kemudian masukkan ke dalam vagina.
 Masukkan lidi kapas steril ke dalam canalis cervicalis sedalam 2-3 cm , putar
searah jarum jam dan diamkan selama 5-10 detik supaya secret terserap oleh
kapas kemudian keluarkan lidi kapas tanpa menyentuh speculum.
 Secret dioleskan di atas kaca obyek yang bersih, kering, dan bebas lemak..
 Spekulum yang habis dipakai direndam dalam larutan hipoklorit 0,1%.
 Apabila selaput darah masih utuh, tidak dilakukan pengambilan secret endocervix.
8. Swab tenggorok
 Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
 Penderita diminta membuka mulut.
 Lidah ditekan dengan spatel lidah.
 Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan salin steril hingga menyentuh
dinding belakang faring.
 Usap ke kiri dan ke kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar
dengan hati-hati tanpa menyentuh bagian mulut yang lain.
 Masukkan lidi kapas ke dalam media transport atau langsung tanam pada media
isolasi (agar darah, agar Thayer marthin, agar Cystin tellurite) dan dibuat sediaan.

f. Pemberian Identitas

Pemberian identitas pada specimen pasien merupakan hal yang penting, baik saat
pengisian permintaan /formulir pemeriksaan, pendaftaran, pengisian wadah specimen.
Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya ditulis
lengkap sbb :
1. Tanggal permintaan.
2. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang).
3. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telpon).
4. Diagnosis/keterangan klinik.
5. Pemeriksaan laboratorium yang diminta.
Label wadah specimen yang akan dikirim atau diambil ke labortaroium harus memuat :

11
 Tanggal pengambilan specimen.
 Nama dan nomor rekam medis pasien.
 Alamat/Ruang.

5. Pengolahan

Beberapa contoh pengolahan specimen seperti contoh di bawah ini :


 Darah (whole blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah diberikan antikoagulan yang
sesuai, kemudian dihomogenisasi dengan cara membalik-balikan tabung kira-kira 10
kali secara pelan-pelan dan merata.
 Serum
 Biarkan darah membeku terlebih dahulu dalam suhu kamar selama 20-30 menit
kemudian disentrifus 3000 rpm selama 5-15 menit
 Pemisahan serum dilakukan paling lambat 2 jam setelah pengambilan specimen
 Serum yang memenuhi syarat harus tidak boleh berwarna merah atau keruh
(lipemik)
 Plasma
 Campur darah EDTA atau citrate secara perlahan-lahan.
 Pemisahan plasma dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan specimen.
 Plasma yang memenuhi syarat harus tidak boleh berwarna merah atau keruh
(lipemik).
 Urin
Untuk uji carik celup, urin tidak memerlukan perlakuan khusus, kecuali urin harus
sudah diperiksa sebelum 1 jam. Sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus
dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan cara sbb :
 Wadah urin digoyang-goyangkan agar memperoleh sampel yang homogen.
 Masukkan 15 ml urin ke dalam tabung sentrifus.
 Putar selama 5 menit dalam 1500-2000 rpm.
 Buang supernatannya, sisakan 1ml , kocoklah tabung untuk meresuspensikan
sedimen.
 Suspensi sedimen dituang diatas kaca obyek yang bersih dan kering lalu ditutup
dengan deck glass.
 Dahak
 Membuat sediaan dahak diatas kaca obyek yang bersih, kering dan bebas lemak,
ditunggu hingga kering.
 Fiksasi sediaan dengan cara melewatkan sediaan diatas nyala api lampu spritus
beberapa kali.
 Sediaan dicat dengan cat Ziehl Neelsen.

12
 Tuangi wadah sisa sputum dengan larutan natrium hipoklorit.
6. Penyimpanan dan Pengiriman
a. Penyimpanan
specimen yang sudah diambil harus segera diperiksa katrena stabilitas specimen dapat
berubah. Factor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spsimen antara lain :
 Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia.
 Terjadi metabolism pada sel-sel hidup pada spesimen.
 Terjadi penguapan.
 Pengaruh suhu.
 Terkena sinar matahari.
Beberapa specimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Persyaratan pemnyimpanan
beberapa specimen untuk beberapa pemeriksaan harus memperhatikan jenis
specimen, antikoagulan , dan wadah serta stabilitasnya.
Beberapa cara penyimpanan specimen :
 Disimpan pada suhu kamar.
 Disimpan dalam lemari es 2-8 OC.
 Dibekukan pada suhu -20 OC, -70 OC, atau -120 OC, (jangan sampai terjadi beku
ulang).
 Dapat diberikan bahan pengawet.
 Penyimpanan specimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau plasma.
b. Pengiriman
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium rujukan , sebaiknya dikirim dalam bentuk
yang stabil. Untuk itu perlu diperhatikan persyaratan pengiriman specimen antara lain :
 Waktu pengiriman jangan melewati masa stabilitas specimen.
 Tidak terkena sinar matahari langsung.
 Wadah specimen harus memenuhi persyaratan keamanan kerja laboratorium.
 Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.
 Penggunaan media transport untuk pemeriksaan mikrobiologi

B. METODE PEMERIKSAAN

1. Dasar pemilihan

Beberapa factor yang menjadi bahan pertimbangan dalam memilih metode yaitu :
 Tujuan pemeriksaan :
Tujuan melakukan pemeriksaan antara lain untuk uji saring, uji diagnostic, dan evaluasi
hasil pengobatan, serta surveilans. Tiap tujuan pemeriksaan memerlukan sensitivitas
dan spesifisitas yang berbda-beda, sehingga perlu dipilih metode yang sesuai karena
setiap metode mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang berbeda beda.

13
 Sensitivitas
Dikenal sensitivitas klinis dan analitik. Sensitivitas klinik adalah persentase hasil positif
sejati di antara orang-orang yang berpenyakit.
Sensitivitas klinis = positivitas diantara yang berpenyakit

Sensitivitas yang baik adalah yang mendekati 100%


Sensitivitas analitik sering diartikan sebagai batas deteksi, yaitu kadar terendah dari
suatu analit yang dapat diperiksa oleh suatu metode.
Pemeriksaan dengan sensitivitas yang tinggi terutama dipersyaratkan untuk
pemeriksaan dengan tujuan skrining
 Spesifisitas
Dikenal spesifitas klinis dan analitik
Spesifisitas klinis adalah persentase hasil negatif sejati di antara pasien-pasien yang
sehat.
Spesifisitas klinis = negativitas di antara yang sehat

Spesifisitas yang baik adalah yang mendekati 100%.


Spesifisitas analitik berkaitan dengan kemampuan dan akurasi suatu metode untuk
memeriksa suatu analit tanpa dipengaruhi oleh zat-zat lain.
Sensitivitas 100% jarang diikuti dengan spesifisitas 100%, demikian sebaliknya. Metode
yang baik adalah metode yang memberikan sensitivitas dari positif palsu atau negative
palsu.
 Kecepatan hasil pemeriksaan yang diinginkan
Mengingat hasil pemeriksaan sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan, maka
waktu pemeriksaan yang diperlukan sampai keluarnya hasil untuk berbagai metode
perlu dipertimbangkan. Misal pasien di UGD memerlukan metoda pemeriksaan yang
dapat memberiksan hasil yang cepat untuk keperluan diagnostik dan pengobatan.

 Rekomendasi resmi
Berbagai metode pemeriksaan dapat dipilih berdasarkan rekomendasi dari suatu
lembaga/badan yang diakui oleh organisasi profesi, antara lain : WHO (world health
organization), IFCC (International federation 0f clinical chemistry), NCCLS ( National
committee for Clinical laboratory standards), ICSH (International committee for
standarisation in hematology)

14
2. Evaluasi

Metode yang dipergunakan perlu dikaji ulang secara periodik mengingat Ilmu
pengetahuan dan tehnologi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan untuk
memastikan bahwa metode tersebut masih tetap memiliki makna klinis sebagaimana
dibutuhkan.

C. PERALATAN LABORATORIUM

1. Dasar Pemilihan Alat


Pemilihan alat pemeriksaan berdasarkan :
a. Kesesuaian spesifikasi alat dengan kebutuhan yang meliputi jenis pemeriksaan,
jenis dan volume specimen, dan jumlah pemeriksaan.
b. Kesesuaian spesifikasi alat dengan fasilitas ruangan, listrik, air, serta suhu dan
kelembaban ruangan.
c. Ketersediaan dan kualifikasi tenaga yang mengoperasionalkan alat.
d. Pertimbangan ketersediaan dan kontinuitas reagen di pasaran.
e. Pertimbangan kemudahan pengoperasionalan alat, perawatan dan kalibrasinya.
f. Mempertimbangkan vendor atau pemasoknya.
g. Mempertimbangkan nilai ekonomisnya meliputi analysis cost benefit.
h. Terdaftar di Departemen kesehatan.
2. Pemilihan Vendor (pemasok)
Pemasok harus memiliki syarat sbb : mempunyai reputasi yang baik; memberikan
fasilitas uji fungsi; menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting;
menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasionalkan alat, pemeliharaan dan
perbaikan sederhana; mempunyai tehnisi yang handal dan suku cadang yang mudah
diperoleh; mendaftarkan alatnya ke Departemen Kesehatan.
3. Evaluasi Peralatan Baru
Evaluasi alat baru atau uji fungsi alat dilakukan sebelum dan sesudah pembelian.
Tujuan untuk mengenal kondisi alat, yang mencakup kesesuaian spesifikasi alat dengan
brosur, kesesuaian alat dengan lingkungan, dan hal-hal khusus bagi penggunaan secara
rutin. Evaluasi ini dapat dipergunakan untuk mengetahui reprodusibilitas, kelemahan
alat, harga per tes, dan sebagainya.

4. Penggunaan dan Pemeliharaan Alat


Setiap peralatan dilengkapi dengan petunjuk penggunaan (instruction manual) yang
disediakan pabrik. Petunjuk penggunaan ini ada dalam standar operasional prosedur
petunjuk penggunaan alat. Semua peralatan dilakukan pemeliharaan yang rutin sesuai
dengan petunjuk dari pabrik yang dituangkan dalam standar operasional pemeliharaan
alat. Setiap alat mempunyai kartu pemeliharaan yang diletakkan dekat alat untuk
mencatat setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang

15
ditemukan. Bila terdapat gangguan atau kelainan, wajib dilaporkan kepada petugas
penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan.

Tabel Pemeliharaan Peralatan

NO Jenis peralatan Jenis kegiatan Frekuensi


1. Hematologi Analizer Quality Kontrol Tiap Hari
Perawatan 2 mingguan Tiap 2 minggu
Mantenence Tiap 3 bulan
2. Lemari es/freezer Bersihkan dan defrost Tiap bulan
Catat suhu Tiap hari
3. Mikroskop Bersihkan lensa dengan Tiap hari
kertas lensa
4. Pipet gelas Setelah dipakai Tiap kali pakai
direndam dengan
larutan ekstran,
kemudian dicuci
5. Pipet otomatis Bersihkan bagian luar Seperlunya
6. Sentrifus Bersihkan dinding Tiap hari atau tiap
dalam dengan kali ada tabung
desinfektan pecah

5. Pemecahan Masalah (Trouble shooting) Alat

Pada saat pemeriksaan sering kali terjadi ketidakcocokan hasil, malfungsi alat, ataupun
kondisi yang tidak diinginkan yang mungkin disebabkan karena gangguan pada
peralatan. Dalam hal ini diperlukan upaya pemecahan masalah (trouble shooting).
Trouble shooting adalah proses untuk mencari penyebab terjadinya penampilan alat
yang tidak memuaskan, dan memilih cara penanganan yang benar untuk mengatasinya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan peralatan :
1. Tetaplah tenang dan berpikiran jernih.
2. Pastikan masalahnya.
3. Bila penanganan sederhana gagal, hubungi agen untuk menanyakan permasalahan
tersebut.
4. Catatlah semua tindakan/upaya perbaikan.

6. Kalibrasi Alat
Kalibrasi alat sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium
yang terpercaya yang menjamin penampilan hasil pemeriksaan. Kalibrasi alat dilakukan
saat awal, ketika alat baru diinstal dan uji fungsi , dan selanjutnya dilakukan secara
berkala sesuai instruksi pabrik. Kalibrasi alat dapat dilakukan oleh tehnisi penjual alat,

16
petugas laboratorium yang memiliki kompetensi dan pernah dilatih, atau institusi yang
berwenang.
Kalibrasi serta fungsi peralatan dan system analitik, secara berkala harus dipantau dan
dibuktikan memenuhi syarat/sesuai dengan standar laboratorium. Kalibrasi perlu
didokumenkan untuk pemeliharaan, tindakan pencegahan sesuai dengan rekomendasi
pabrik pembuat. Semua instruksi pabrik untuk penggunaan dan pemeliharaan alat harus
dijalankan.

7. Penangung Jawab Alat


Berbagai jenis alat yang dipergunakan di laboratorium mempunyai cara operasional dan
pemeliharaan yang berbeda-beda, dan biasanya dipergunakan oleh lebih dari satu
orang. Walaupun pihak distributor alat menyediakan tehnisi untuk perbaikan apa bila
terjadi kerusakan, namun untuk pemeliharaan alat harus dilakukan sendiri oleh pihak
laboratorium. Oleh karena itu harus ditunjuk seorang petugas penanggung jawab atas
kegiatan pemeliharaan alat dan operasional alat melalui kegiatan pemantauan dan
mengusahakan perbaikan apa bila terjadi kerusakan.

D. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Kegiatan laboratorium diperlukan perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta
pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan laboratorium, untuk pelaporan
kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan
dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan.
a. PENCATATAN
Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis kegiatannya antara lain
1. Pencatatan kegiatan pelayanan.
2. Pencatatan logistik.
3. Pencatatan mutu internal, keamanan laboratorium,dll

Pencatatan kegiatan pelayanan laboratorium antara lain :


 Buku pencatatan hasil pemeriksaan laboratorium
 Buku pencatatan hasil pemeriksaan BTA
 Buku pencatatan suspek campak.

Pencatatan Logistik antara lain


 Kartu pencatatan stok bahan reagen dan habis pakai.
 Laporan stok reagen dan habis pakai.
Pencatatan Mutu laboratorium
 Dokumen hasil mutu internal.
 Dokumen hasil mutu eksternal.

17
 Dokumen pemeliharaan alat.
b. PELAPORAN
1. Laporan hasil kegiatan laboratorium setiap bulan.
2. Laporan SPM.
3. Laporan hasil mutu Internal dan External.
4. Komponen hasil pemeriksaan laboratorium harus berisi memuat antara lain:
 Nama Pasien.
 Nomor Rekam Medis.
 Dokter yang meminta.
 Jenis pemeriksaan.
 Hasil pemeriksaan.
 Nilai rujukan.
 Tanda tangan pemeriksa.
c. PENYIMPANAN DOKUMEN
Penyimpanan dokumen :
 Semua dokumen yang disimpan harus asli dan harus ada bukti verifikasi pada
document dengan tanda tangan pemeriksa laboratorium atau penanggung jawab
laboratorium/ Hard Copy
 Berkas Laboratorium disimpan selama 5 tahun.
d. PEMUSNAHAN DOKUMEN
Sebelum dimusnahkan, ambil informasi informasi yang utama terlebih dahulu. Pada
pelaksanaan pemusnahan harus ada berita acara sesuai prosedur yang berisi tanggal,
bulan, dan tahun pemusnahan, penanggung jawab laboratorium atau otorisasi
pemusnahan dokumen.
e. PENGENDALIAN DOKUMEN
Laboratorium harus menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara prosedur untuk
mengendalikan semua dokumen dan informasi (dari sumber internal dan external) yang
merupakan bagian dokumentasi mutunya. Salinan dari tiap dokumen terkendali ini harus
di arsip untuk acuan dikemudian hari. Penyimpanan dokumen di sesuaikan dengan
peraturan Nasional, Regional maupun setempat.

18
Bab V

LOGISTIK

A. Macam/Jenis
1. Reagen
Reagen adalah zat kimia yang dipergunakan dalam reaksi untuk mengukur,
mendeteksi, memeriksa, dan menghasilkan zat lain. Zat kimia yang dipergunakan di
laboratorium kesehatan ialah zat kimia tingkat analisis dan beberapa bahan kimia
organik pada tingkat kemurnian kimiawi yang telah melewati tahap pengujian sebelum
dipakai rutin.

2. Standar
Standar adalah zat-zat yang konsentrasi atau kemurniannya diketahui dan diperoleh
dengan cara penimbangan. Terdapat dua macam standar, yaitu :
a. Standar Primer
Standar primer merupakan zat termurni dalam kelasnya, yang menjadi standar untuk
semua zat lain. Satandar ini umumnya mempunyai kemurnian >99%, bahkan banyak
yang 99,9%. Kemurnian standar primer dapat dilihat dari sertifikat analisis ( CoA =
Certificate of analysis) tertelusur pada standar reference material (SRM).
Syarat standar primer :
 Stabil
 Dapat dibakar sampai suhu 105-110 oC tanpa perubahan kimia, atau tidak
meleleh, tersublimasi, terdekomposisi, atau mengalami reaksi kimia sampai suhu
120-130 oC.
 Tidak higroskopis.
 Mempunyai komposisi yang jelas.
 Dapat disiapkan dengan kemurnian 99,0%.
 Dapat dianalisis dengan tepat.
 Mempunyai ekuivalen berat yang tinggi, sehingga kesalahan penimbangan
berefek minimal terhadap konsentrasi larutan standar.
b. Standar Sekunder
Standar sekunder merupakan zat-zat yang terkonsentrasi dan kemurniannya
ditetapkan melalui analisis dengan perbandingan terhadap standar primer.

3. Bahan Kontrol

19
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan suatu
pemeriksaan di labotaroium, atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan sehari-
hari. Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan :
a. Sumber bahan kontrol. Sumber bahan kontrol dapat dari manusia, binatang, atau
bahan kimia murni
b. Bentuk bahan kontrol. Bentuk bahan kontrol dapat cair, padat, bubuk (liofilisat), atau
strip. Bahan kontrol padat, bubuk atau strip harus dilarutkan dulu sebelum digunakan
Bahan kontrol komersial terdiri dari :
 Bahan kontrol unassayed. Merupakan bahan kontrol yang tidak mempunyai nilai
rujukan seperti tolok ukur. Nilai rujukan diperoleh setelah dilakukan periode
pendahuluan. Biasanya dibuat dari kadar normal dan abnormal (abnormal rendah dan
tinggi). Kelebihan bahan kontrol ini adalah lebih tahan lama, bisa digunakan untuk
semua tes, tidak perlu membuat sendiri. Kekurangannya adalah : kadang-kadang ada
variasi dari dari botol ke botol ditambah kesalahan pada rekonstitusi, sering serum
diambil dari hewan yang mungkin tidak sama dengan serum dari manusia. Karena tidak
mempunyai nilai rujukan yang baku maka tidak dapat dipakai untuk kontrol akurasi.
Pemanfaatan jenis kontrol ini untuk memantau ketelitian pemeriksaan, atau untuk
perubahan akurasi. Uji ketelitian dilakukan setiap hari pemeriksaan.
 Bahan kontrol assayed. Merupakan bahan kontrol yang diketahui nilai rujukannya,
serta batas toleransi menurut metode pemeriksaannya. Harga bahan ini lebih mahal
dibanding dengan bahan kontrol unssayed. Bahan ini digunakan untuk kontrol akurasi
dan juga presisi, disamping itu juga digunakan untuk menilai alat dan cara baru.
Untuk dapat digunakan sebagai bahan kontrol, bahan tersebut harus memiliki
persyaratan sbb :
1) Memiliki komposisi sama atau mirip dengan specimen.
2) Komponen yang terkandung dalam bahan kontrol harus stabil.
3) Dilengkapi dengan sertifikasi analisis yang dikeluarkan oleh pabrik yang
bersangkutan

4. Air

Air merupakan bahan termurah yang dipergunakan di laboratorium, namun demikian air
merupakan bahan terpenting yang paling sering dipergunakan. Oleh karena itu kualitas air
yang dipergunakan harus memenuhi standar seperti halnya barang lain yang
dipergunakan dalam analisis.

B. DASAR PEMILIHAN

Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium yang akan digunakan harus
mempertimbakan hal-hal sbb :
a. Kebutuhan.

20
b. Produksi pabrik yang telah dikenal, dan mempunyai spesifitas dan sensitivitas yang tinggi.
c. Deskripsi lengkap dari bahan atau produk.
d. Mempunyai masa kadaluarsa yang panjang.
e. Volume atau isi kemasan.
f. Digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai.
g. Mudah diperoleh di pasaran.
h. Besarnya biaya setiap satuan (nilai ekonomis).
i. Pemasok (vendor).
j. Kelancaran dan kesinambungan pengadaan.
k. Terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di Ditjen Yanfar dan Alkes
Depkes.
Selain hal-hal tersebut di atas, untuk masing-masing bahan laboratorium perlu diperhatikan
hal-hal sbb :

a. Reagen.
 Untuk analisis di laboratorium harus dipilih reagen tingkat analisis.
 Reagen yang sudah jadi (komersial) direkomendasikan sebagai pilihan utama. Reagen
buatan sendiri dipilih bila tidak tersedia reagen jadi.

b. Standar
Standar primer merupakan standar yang direkomendasikan. Digunakan dalam bentuk
larutan untuk analisis.

c. Bahan kontrol
Pemilihan bahan kontrol didasarkan pada hal sbb :
 Specimen yang akan diperiksa
Apabila specimen yang akan diperiksa berasal dari manusia, maka lebih baik
menggunakan bahan kontrol yang berasal dari manusia, karena beberapa zat dalam
bahan kontrol yang berasal dari binatang berbeda dengan bahan kontrol yang berasal
dari manusia. Sedangkan specimen selain dari manusia , misalnya air dan lain-lain
hendaknya menggunakan bahan kontrol dari bahan kimia murni.
 Penggunaan
 Bahan kontrol yang dibuat dari bahan kimia murni banyak dipakai pada pemeriksaan
kimia lingkungan, selain itu juga digunakan dalam bidang kimia klinik dan urinalisis
 Pooled sera dan liofilisat banyak digunakan di bidang kimia klinik dan imunoserologi
 Bahan kontrol assayed digunakan untuk uji ketepatan dan ketelitian pemeriksaan , uji
kualitas reagen, uji kualitas alat , dan uji kualitas metode pemeriksaan
 Bahan kontrol unassayed digunakan untuk uji ketelitian pemeriksaan
 Stabilitas
Umumnya bahan bentuk bubuk (liofilisat) lebih stabil dan tahan lama dari pada bentuk
cair. Untuk memudahkan transportasi, umumnya bentuk padat bubuk dibuat dalam

21
bentuk strip. Stabilitas bahan kontrol yang dibuat sendiri kurang terjamin, selain itu juga
mempunyai bahaya infeksi yang tinggi.

d. Air
Pemilihan jenis air berdasarkan penggunaannya :
 Air jenis I/air suling/aquadest, digunakan untuk metode kultur sel atau jaringan; analisis
kimia ultra mikro; analisa kimia yang khusus dan kritis dengan satuan pada tingkat
nanogram atau subnanogram bila diperlukan; penyiapan larutan standar; uji enzim, uji
ligan; uji mineral dan logam berat, reagen tanpa pengawet, dan uji kuantitatif metode
imunofluoresen
 Air jenis II/demineralisasi/aquadest : digunakan untuk sebagian besar metode
pemeriksaan laboratorium kesehatan rutin, penyiapan media mikrobiologi, pengecatan
dan pewarnaan histologi, pembuatan reagen yang akan disterilkan, dan reagen dengan
zat pengawet.
 Air jenis III/air bersih, digunakan untuk sebagian besar pemeriksaan kualitatif, pencucian
alat gelas, pemeriksaan laboratorium yang tidak memerlukan air jenis I atau II.

C. PENGADAAN
Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sbb :
a. Tingkat persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus sama dengan jumlah persediaan yaitu jumlah
batas minimum ditambah dengan jumlah safety stock. Jumlah batas minimum adalah
jumlah bahan yang diperlukan untuk memenugi kegiatan operasional normal, sampai
pengadaan berikutnya dari pembekal atau ruang penyimpanan umum. Safety stock
adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan-bahan yang dibutuhkan
atau yang sering terlambat diterima dari pemasok. Buffer stock adalah stok penyangga
kekurangan reagen di laboratorium. Reverse stock adalah cadangan reagen/sisa.
b. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau pembeliaan
bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk
periode 6-12 bulan tahun mendatang. Jumlah rata-rata pemakaian bahan untuk satu
bulan perlu dicatat.
c. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time).
Lamanya waktu yang diperlukan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima dari
pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat.

D. PENYIMPANAN

22
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani dengan cermat dengan
mempertimbangkan :
a. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
 Pertama masuk pertama keluar (FIFO = first in first out)yaitu bahan yang lebih
dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu
 Masa kadaluarsa pendek harus dipergunakan dulu (FEFO = first expired first out)
Hal ini untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama.
b. Tempat penyimpanan.
c. Suhu dan kelembaban.
d. Sirkulasi udara.
e. Incompatibility/bahan kimia yang tidak boleh dicampur.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Reagen buatan sendiri :
 Harus diketahui sifat-sifat bahan kimia yang dibuat reagen tertentu tidak boleh
berdekatan atau bercampur karena dapat bereaksi
 Penyimpanan untuk reagen tertentu mempunyai persyaratan khusus, misalnya :
- Larutan berwarna disimpan dalam botol kaca berwarna coklat.
- Larutan yang tidak bereaksi fotokimia disimpan dalam botol plastik putih.
- Cairan dan bahan organik disimpan dalam botol kaca berwarna coklat.
 Disimpan pada suhu ruangan atau suhu dingin (2-8OC) atau beku.
 Disesuaikan dengan ketentuan.
 Harus dilakukan uji stabilitas dan uji homogenitas.
 Diberi label nama reagen, tanggal pembuatan, nomor register, expired date.
b. Reagen jadi (komersial) :
 Tutuplah botol waktu penyimpanan.
 Tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
 Beberapa reagen ada yang harus disimpan dalam botol berwarna gelap.
 Beberapa reagen tidak boleh diletakkan berdekatan satu dengan yang lainnya.
 Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan pada bagian bawah / lantai dengan label
tanda bahaya.
 Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal kadaluarsa, jumlah
reagen yang diambil dan jumlah reagen sisa.
c. Bahan-bahan kimia yang tidak boleh dicampur
Banyak bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan reaksi berbahaya bila
tercampur satu sama lain, reaksi tersebut dapat berupa kebakaran dan atau ledakan.
Tabel Bahan-bahan reaktif yang bila tercampur menimbulkan kebakaran dan atau ledakan

Asam klorat, nitrat, debu organic, pelarut organic mudah


Ammonium nitrat
terbakar, bubuk logam
Asam asetat Asam kromat, asam nitrat, perklorat, peroksida

23
Karbon aktif Oksidator (klorat, perklorat, hipoklorit)
Asam asetat, gliserin, alcohol, bahan kimia yang mudah
Asam kromat
terbakar
Ammonium nitrat, asam kromat, hydrogen peroksida,
Cairan mudah terbakar
asam nitrat
Hidrokarbon (butane,
Fluor, klor, asam kromat, peroksida
benzene, terpentin, benzin)
Kalium klorat/perklorat Asam sulfat, dan asam lainnya
Kalium permanganat Gliserin, etilenglikol, asam sulfat

24
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Tujuan Umum :
Sebagai pedoman membangun budaya keselamatan pasien pada praktik pemeriksaan
sehari-hari di unit Laboratorium UPTD Puskesmas Samigaluh I yang akhirnya dapat lebih
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

B. Tujuan Khusus :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di unit Laboratorium Puskesmas
Samigaluh I.
2. Meningkatnya akuntabilitas unit Laboratorium Puskesmas Samigaluh I
terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan ( KTD ) di Puskesmas Samigaluh I.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan di UPTD Puskesmas Samigaluh I.
C. Pengertian :
Keselamatan pasien ( patient safety ) adalah suatu sistem dimana puskesmas menciptakan
situasi yang aman bagi pasien. Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

25
Bab VII
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Pedoman Umum
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) laboratorium merupakan bagian dari pengelolaan
laboratroium secara keseluruhan. Laboratorium melakukan berbagai tindakan dan kegiatan
terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari manusia maupun bukan
manusia. Bagi petugas laboratroium yang selalu kontak dengan specimen, maka berpotensi
terinfeksi kuman pathogen. Potensi infeksi dapat juga terjadi pada petugas-petugas lainnya,
atau keluarganya dan masyarakat. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya
kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan laboratorium dan tingkatannya,
mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan
pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol bahan/specimen secara baik menurut
laboratorium yang benar.

Petugas laboratorium mempunyai kewajiban merencanakan dan memantau pelaksanaan


K3 yang telah dilakukan, mencakup :
 Melakukan pemeriksaan dan pengarahan secara berkala terhadap metoda/prosedur dan
pelaksanaannya, bahan habis pakai, dan peralatan kerja.
 Memastikan semua petugas laboratorium memahami dan dapat menghindari bahaya
infeksi.
 Melakukan penyelidikan semua kecelakaan di laboratorium yang memungkinkan
terjadinya pelepasan/kebocoran /penyebaran bahan infeksius.
 Melakukan pengawasan dan memastikan semua tindakan dekontaminasi yang telah
dilakukan jika ada tumpahan /percikan bahan infektif.
 Memastikan bahwa tindakan desinfeksi telah dilakukan terhadap peralatan laboratorium
yang akan diperbaiki/diservis.
 Menyediakan kepustakaan/rujukan K3 yang sesuai dan informasi untuk petugas
laboratorium tentang perubahan prosedur, metode, petunjuk tehnis, dan pengenalan
pada alat baru.
 Menyusun jadwal kegiatan pemeliharaan kesehatan bagi petugas laboratorium.
 Memantau petugas laboratorium yang sakit atau absen yang mungkin berhubungan
dengan pekerjaan di laboratorium dan melaporkannya kepada pimpinan.

26
 Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang secara aman setelah
melalui proses dekontaminasi sebelumnya.
 Mengembangkan prosedur untuk pemberitahuan kepada petugas laboratroium tentang
bahan infektif baru di dalam laboratorium.
 Membuat rencana dan melaksanakan pelatihan K3 laboratorium bagi seluruh petugas
laboratorioum
 Mencatat secara rinci setiap kecelakaan laboratorium yang terjadi di laboratorium dan
melaporkannya kepada kepala puskesmas.

Kesehatan petugas laboratorium


Keadaan kesehatan petugas laboratorium harus memenuhi standar kesehatan yang telah
ditentukan. Sarana dan Prasarana K3 laboratorium umumnya yang perlu disiapkan di
laboratorium antara lain :
 Jas laboratorium.
 Sarung tangan.
 Masker.
 Alas kaki/sepatu tertutup.
 Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin desinfektan) dan air mengalir.
Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap hal-hal sbb :
 Mencegah penyebaran penyakit infeksi, misalnya melakukan dekontaminasi permukaan
meja kerja dengan desinfektan yang sesuai setiap kali habis bekerja.
 Mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit atau mata.
Selama bekerja partikel dan droplet (diameter >5µl) akan terlepas ke udara dan menempel
ke permukaan meja serta tangan petugas laboratorium. Untuk itu dianjurkan untuk mengikuti
langkah-langkah sbb :
 Mencuci tangan dengan sabun/desinfektan sebelum dan sesudah bekerja. Jangan
menyentuh mulut dan mata selama bekerja.
 Tidak makan, minum, merokok, mengunyah permen, atau menyimpan makanan/minuman
dalam laboratorium.
 Tidak memakai kosmetik saat bekerja.
 Menggunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat resiko percikan bahan infeksi saat
bekerja.
 Mencegah infeksi melalui tusukan.
Jarum suntik, pipet Pasteur kaca dan pecahan kaca obyek dapat menyebabkan luka tusuk.
Untuk itu dapat dihindari dengan cara bekerja hati-hati dan memilih pipet Pasteur yang
terbuat dari plastik.
 Menggunakan pipet dan alat bantu pipet
 Tidak memipet dengan mulut, tetapi menggunakan alat bantu pipet.

27
 Tidak meniupkan udara ataupun mencampur bahan terinfeksi dengan cara menghisap
dan meniup cairan lewat pipet.
 Tidak dikeluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa.
 Desinfeksi segera meja kerja yang terkena tetesan cairan/bahan infeksi dari pipet denga
kapas yang dibasahi dengan desinfektan.
 Gunakan pipet ukur karena cairan tidak perlu dikeluarkan sampai tetes terakhir.
 Rendam pipet habis dipakai dalam wadah berisi desinfektan. Biarkan selama 18-24 jam
sebelum disterilisasi.
 Tidak menggunakan semprit dengan atau tanpa jarum suntik untuk memipet.
 Menggunakan sentrifus atau alat pemusing
 Lakukan sentrifugasi sesuai instruksi pabrik.
 Sentrifus harus diletakkan pada ketinggian tertentu sehingga petugas laboratoium dapat
melihat ke dalam alat dan menempatkan tabung sentrifus dengan mudah.
 Periksa rotor sentrifus dan selongsong (bucket) sebelum dipakai atau secara berkala
untuk melihat tanda korosif dan keretakan.
 Selongsong berisi tabung sentrifus harus seimbang.
 Gunakan air untuk menyeimbangkan selongsong. Jangan pergunakan larutan NaCL atau
hipoklorit karena bersifat korosif
 Pastikan sentrifus tertutup selama dijalankan.
 Menggunakan lemari pendingin dan lemari pembeku
 Membersihkan lemari es dan melakukan defrost secara teratur.
 Membuang tabung, ampul, botol dan wadah lain yang pecah. Menggunakan alat
pelindung muka dan sarung tangan karet tebal saat bekerja.
 Memberi label wadah yang berisi nama bahan, tanggal disimpan. Bahan yang kadaluarsa
harus dimusnahkan.
 Tidak menyimpan cairan yang mudah terbakar.

 Desinfeksi, dekontaminasi, dan sterilisasi


1. Desinfeksi cara kimia :
a. Alcohol
 Merusak struktur lipid dengan dengan cara penetrasi ke dalam daerah
hidrokarbon dan denaturasi protein sel.
 Alcohol rantai pendek menyebabkan kerusakan membrane yang lebih besar
dari pada rantai panjang.
 Yang umum digunakaan adalah etanol dan isopropanol.
 Pada suhu kamar, alcohol alifatik tidak dapat membunuh spora, karena itu
jangan dipergunakan untuk strerilisasi alat.
 Aktif terhadap bakteri kecuali bentuk spora, jamur dan virus berselubung.
 Paling efektif pada konsentrasi 70-90%.

28
 Campuran dengan desinfeksi lain akan memperkuat daya desinfeksi alcohol,
misalnya alkohol 70% dicampur dengan formaldehid 100 g/l, atau alcohol
ditambah dengan zat klor aktif 2 g/l.

2. Dekontaminasi
Dekontaminasi ruang laboratorium memerlukan gabungan antara desinfeksi cair dan
sinar uv.
3. Tindakan khusus terhadap darah dan cairan tubuh
Tindakan di bawah ini khusus dibuat untuk melindungi petugas laboratorium terhadap
infeksi yang ditularkan melalui darah seperti Virus Hepatitis B, HIV, Avian influenza, dll.
 Mengambil, memberi label, dan membawa specimen :
 Gunakan sarung tangan.
 Perhatikan tehnik pengambilan darah.
 Masukkan tabung ke dalam rak.
 Membuka tabung specimen dan mengambil specimen
 Gunakan sarung tangan.
 Untuk mencegah percikan, buka sumbat tabung dengan dililit kain kasa terlebih
dahulu.
 Kaca dan benda tajam
 Diutamakan menggunakan alat terbuat dari plastik sebagai pengganti
kaca/gelas.
 Sedapat mungkin hindari alat suntik.
 Sediaan darah pada gelas obyek. Pegang gelas obyek dengan forsep
 Peralatan otomatis
 Sebaiknya pergunakan alat yang tertutup (enclosed type).
 Cairan yang keluar dari alat /effluent harus dikumpulkan dalam tabung /wadah
tertutup atau dibuang ke dalam system pembuangan limbah.
 Menggunakan larutaran extran untuk merendam alat setiap habis dipakai. Air
dapadigunakan sebagai pengganti desinfektan hanya pada keadaan tertentu.
Pengelolaan specimen
 Penerimaan specimen
 Laboratorium mempunyai ruang terpisah untuk penerimaan specimen. Jika jumlah
specimen tidak banyak, maka penerimaan specimen dapat dilakukan pada meja khusus
dalam laboratorium.
 Specimen harus diletakkan dalam wadah yang tertutup rapat untuk mencegah
tumpahnya/bocornya specimen.
 Wadah harus terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah/bocor.

29
 Wadah diberi label tentang identitas pasien.
 Wadah diletakkan dalam baki khusus yang terbuat dari logam atau plastic yang dapat
didesinfeksi atau otoklaf ulang.
 Jika mungkin, wadah diletakkan dalam baki dalam kondisi berdiri.
 Petugas penerima specimen
 Semua petugas penerima specimen harus mengenakan jas laboratorium.
 Membawa specimen dengan baki rak khusus.
 Jika specimen bocor/tumpah di atas baki, maka baki didekontaminasi dan sisa specimen
diotoklaf.
 Lapor kepada tim K3 puskesmas bila terluka saat bekerja.
 Pengiriman specimen dan bahan infeksi dari laboratoium
 Persyaratan kemasan dan dokumentasi
Bahan infeksi dan specimen harus dikemas dalam 3 lapis dari dalam keluar terdiri dari :
- Wadah kedap air berisi specimen.
- Wadah untuk melapisi wadah pertama.
- Wadah untuk melindungi wadah kedua dari pengaruh luar seperti kerusakan fisik dan
air selama dalam perjalanan.
Tata ruang dan fasilitas laboratorium
Ruangan laboratorium :
 Seluruh ruangan dalam laboratorium harus mudah dibersihkan.
 Permukaan meja kerja tidak tembus air. Juga tahan asam, alkali, larutan oganik, dan tahan
panas yang sedang.
 Ada jarak antara meja kerja, lemari dan alat sehingga mudah dibersihkan.
 Ada dinding pemisah antara ruang pasien dan laboratorium.
 Tersedianya wastafel dengan air mengalir.
 Tempat sampah medis harus dipisahkan dengan non medis.
 Tanaman hias dan hewan piaraan tidak boleh berada di ruang kerja laboratorium.
 Koridor, gang, tangga harus bebas dari hambatan.
 Pegangan di koridor dan gang cukup.
 Lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin.

Sistem ventilasi
 Sistem ventilasi harus cukup.
 Jendela laboratroium dapat dibuka.
 Udara di dalam laboratoriumium dibuat mengalir searah.

Penanganan kecelakaan di Laboratorium


Peralatan yang dipersiapkan dalam penanganan kecelakaan di laboratorium meliputi :
 Pakaian pelindung diri, sarung tangan karet.

30
 Sekop dan pengumpul debu.
 Forsep untuk mengambil pecahan gelas.
 Kain lap dan kertas pembersih.
 Ember.
 Pasir.
Jika terjadi tumpahan asam atau bahan korosif, netralkan dengan abu soda atau natrium
bikarbonat. Sedangkan jika yang tumpah alkalis, taburkan pasir di atasnya.
Tindakan yang dilakukan bila terjadi tumpahan bahan berbahaya :
 Beritahu petugas K3 puskesmas dan jauhkan petugas laboratoium yang tidak
berkepentingan dari lokasi tumpahan.
 Upaya pertolongan untuk petugas laboratorium yang cidera.
 Jika bahan kimia yang tumpah mudah terbakar , segera matikan semua api, gas dalam
ruangan tersebut dan ruangan yang berdekatan. Matikan peralatan listrik yang mungkin
mengeluarkan bunga api.
 Jangan menghirup bau dari bahan tumpahan.

Penyimpanan Bahan Kimia


 Sediakanlah bahan kimia dalam jumlah secukupnya di dalam ruang laboratorium.
 Stok bahan kimia harus disimpan dalam tempat khusus berlantai beton.
 Bahan kimia yang mudah terbakar harus disimpan dalam tempat yang terpisah.
 Untuk menghindarkan kebakaran dan ledakan dari uap karena terkena bunga api dari
alat listrik, tombol lampu untuk ruang penyimpanan harus berada pada luar ruangan dan
lampu dilengkapi dengan kap lampu.
 Jangan menyimpan bahan kimia menurut urutan abjad, hal ini dapat menyebabkan
bahan yang seharusnya tidak tercampur /incompatible chemical terletak berdekatan satu
sama lain.
Mengabaikan sifat fisik dan kimia dari bahan yang disimpan dapat menimbulkan bahaya :
Kebakaran; ledakan; keluarnya zat beracun/gas/uap/debu; dan kombinasi dari hal di atas.
Untuk menghindari hal tersebut, maka penyimpanan bahan-bahan kimia harus
memperhatikan hal-hal di bawah ini :
a. Pengaruh panas/api. Kenaikan suhu akan menyebabkan terjadinya reaksi atau
perubahan kimia. Di samping itu percikan api dapat memungkinkan terbakarnya bahan
yang mudah terbakar.
b. Pengaruh kelembaban. Zat higroskopis mudah menyerap air dari udara dan reaksi
hidrasi yang eksotermis akan menyebabkan panas dalam ruang penyimpanan.
c. Interaksi dengan wadah. Bahan kimia tertentu dapat bereaksi dengan wadahnya dan
akan menimbulkan kebocoran /kerusakan.
d. Interaksi antar bahan. Kemungkinan interaksi antar bahan dapat menimbulkan ledakan,
kebakaran, atau timbulnya gas yang berbahaya.

31
Infeksi mikroorganisme
Semua laboratorium yang melaksanakan pelayanan laboratorium mikrobiologi harus
melaksanakan upaya keamanan kerja di laboratorium. Pengamanan yang dilakukan
berdasarkan atas mikroorganisme yang ditangani dan diperiksa.
Penanganan limbah
Laboratorium dapat menjadi sumber limbah cair, padat, dan gas yang berbahaya bila tidak
ditangani dengan benar. Karena itu pengolahan limbah harus dilakukan dengan semestinya
agar tidak menimbulkan dampak yang negatif.
Sumber, sifat, dan bentuk limbah
Limbah laboratroium dapat berasal dari berbagai sumber :
 Bahan baku yang sudah kadaluarsa.
 Bahan habis pakai.
 Produk proses di dalam laboratorium (misalnya sisa specimen).
 Produk upaya penangan limbah (misalnya jarum suntik sekali pakai setelah diotoklaf).
Penangan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah yang digolongkan menjadi :
 Buangan bahan berbahaya dan beracun.
 Limbah infektif.
 Limbah radioaktif.
 Limbah umum.
Setiap jenis limbah dibuang dalam wadah tersendiri yang diberi label sesuai dengan peraturan
yang ada.
Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa :
 Limbah cair. Pelarut organic, bahan kimia untuk pengujian, air bekas cucian alat, sisa
specimen (darah dan cairan tubuh)
 Limbah padat. Peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, kapas, botol
specimen, kemasan reagen, sisa specimen (ekskreta), dan medium pembiakan.
 Limbah gas. Dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan etilen oksida, atau dari
thermometer yang pecah (uap air raksa).
a. Penanganan dan penampungan
 Penanganan
Prinsip pengolahan limbah adalah pemisahan dan pengurangan volume. Jenis limbah
harus diidentifikasi dan dipilah-pilah dan mengurangi keseluruhan volume limbah secara
kontinyu. Memilah dan mengurangi volume limbah klinis sebagai syarat keamanan yang
penting untuk petugas pembuangan sampah, petugas emergency, dan masyarakat.
Dalam memilah dan mengurangi volume limbah harus mempertimbangkan hal-hal sbb :
 Kelancaran penanganan dan penampungan limbah.
 Pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus dengan pemisahan
limbah B3 dengan non-B3.
 Diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3.

32
 Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk
mengurangi biaya, tenaga kerja, dan pembuangan. Kunci pembuangan yang baik
adalah dengan memisahkan langsung limbah berbahaya dari semua limbah dari di
tempat penghasil limbah. Tempatkan masing-masing jenis limbah dalam kantong atau
container yang sama untuk penyimpanan, pengangkutan, dan pembuangan untuk
mengurangi kesalahan petugas dan penanganannya.
 Penampungan
Harus diperhatikan sarana penampungan limbah harus memadai, ditempatkan pada
tempat yang pas, aman, dan higienis.
 Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah dengan
cara menggunakan kantong berkode (umumnya menggunakan kode warna).
Tabel Kode Warna Untuk Limbah Klinis

Warna Kantong Jenis Limbah

Hitam Limbah rumah tangga biasa, tidak digunakan untuk


menyimpan atau mengangkut limbah klinis

Kuning Semua jenis limbah infeksius yang akan dibakar

33
Bab VIII
PENGENDALIAN MUTU

1. Bakuan Mutu
Demi menjamin tercapainya dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan
bakuan mutu berupa standar /bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja
bagi tenaga pelaksana.
a. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan bagaimana
prosedur melakukan suatu aktivitas.
b. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan untuk tenaga pelaksana baru yang
akan dipercayakan untuk melaksanakan suatu aktivitas.
c. Kegiatan yang dilaksanakan dengan megikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin kosistensi mutu hasil yang dicapai.

2. Prinsip dalam membakukan aktivitas laboratorium


a. Pada dasarnya setiap aktivitas yang ada dalam laboratoium harus mempunyai pedoman
baku yang mendukungnya, dari sistem mutu secara keseluruhan sampai dengan proses
paling tehnis seperti pemeliharaan suhu lemari es, dll.
b. Pembakuan dibuat berjenjang berdasarkan jenjang aktivitas yang ada dalam
laboratorium. Jenjang yang tertinggi adalah Pedoman mutu yang merupakan kebijakan
tertinggi dalam menjamin mutu laboratorium, dan dibuat oleh koordinator laboratorim
yang bersangkutan.
c. Setiap prosedur disusun oleh koordinator yang bertanggung jawab dalam melaksanakan
prosedur yang bersangkutan.
d. Prosedur disusun bersama petugas yang ikut terlibat dalam proses tersebut.
e. Bakuan harus mengandung komponen yang menjamin bahwa bakuan tersebut telah
benar dilakukan dan digunakan di tempat yang tepat oleh orang yang tepat.
f. Prosedur baku harus mampu menjawab pertanyaan : mengapa aktivitas itu dilakukan,
apa yang dilakukan, dimana aktivitas itu dilakukan, siapa yang melakukan, kapan
dilakukan, dan bagaimana pekerjaan itu dilakukan.
g. Prosedur baku perlu diletakkan di tempat orang yang mengerjakan sehingga tiap saat
dapat dijadikan pegangan pada saat bekerja.
h. Tiap prosdur baku harus didukung oleh dokumen (formulir) yang dalam aktivitas sehari-
hari membuktikan bahwa prosedur tersebut memang ditaati. Sebagai contoh : bila dibuat
prosedur baku untuk setiap hasil yang mengandung langkah pemeriksaan ulang untuk
setiap hasil menyimpang, maka perlu disiapkan pula dokumen yang ditandatangani oleh

34
pelaksana pemeriksa sehingga akan menjadi bukti bahwa langkah pengulangan benar-
benar telah dilakukan. Dengan demikian terjamin bahwa prosedur yang ditetapkan
memang benar dilaksanakan.
i. Tiap bakuan harus didokumentasi dengan baik. Bakuan yang sudah tidak berlaku juga
harus tetap disimpan, akan tetapi jangan disimpan bersama dokumen yang masih
berlaku.
j. Setiap kali terjadi perubahan pada prosedur kerja, prosedur tetap, atau petunjuk tehnis
terkait juga harus mengalami penyesuaian.

3. Panduan mutu
Panduan mutu adalah dokumen yang menjelaskan seluruh sistem manajemen mutu dan
struktur dokumentasi (pedoman, prosedur, instruksi kerja, dll) yang digunakan dalam
sistem manajemen mutu. Panduan mutu dapat digunakan sebagai acuan untuk
mengembangkan dan pelaksanaan prosedur lain. Semua petugas harus diberi instruksi
tentang penggunaan, penerapan, dan persyaratan Panduan mutu berikut dokumen yang
diacu.

4. Prosedur Operasi Baku


Komponen Prosedur operasi baku terdiri dari :
a. Nama prosedur dan nomor prosedur
 Ditulis dengan singkat dan jelas
 Penamaan jangan rancu dengan prosedur lain yang hampir sama
 Revisi : riwayat penulisan naskah perlu dicantumkan, demikian pula tanggal mulai
kapan diberlakukan
 Tujuan dan ruang lingkup
 Penanggung jawab
 Referensi yang menjadi dasar prosedur tersebut
 Definisi dari semua istilah yang digunakan di seluruh naskah tersebut
 Dokumentasi, yaitu formulir-formulir yang digunakan dalam mengoperasikan prosedur
tersebut. Tiap formulir mmemiliki judul dan nomor/kode tersendiri
 Prosedur kerja
 Tanggal mulai diberlakukan
 Otorisasi atau pengesahan dari kepala puskesmas.
5. Komponen Petunjuk Tehnis
Komponen dalam petunjuk tehnis dapat dibuat sesuai dengan kepentingan asal dapat
dijamin bahwa langkah-langkah ditulis dengan jelas petunjuk tehnis untuk pemeriksaan
(tahapan analitik) dapat mengandung komponen sbb :
 Nama petunjuk /instruksi dan nomornya
 Pelaksana, ditulis juga jabatan pelaksana
 Prinsip kerja/metode yang digunakan bila mana ada, dicantumklan

35
 Alat yang digunakan
 Langkah kerja
 Interfensi/ gangguan
 Interpretasi hasil . tuliskan bagaimana perhitungan, pembacaan, dan interpretasi dari
hasil langkah kerja yang dituliskan di atas.
 Nilai normal/nilai rujukan
 Pustaka rujukan, bila ada
 Tanggal mulai diberlakukan, dan otorisasi (pengesahan)
7. Pemantapan mutu
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah semua kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan.
a. Pemantapan mutu internal (internal quality control)
Pemantapan kualitas internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh masinhg-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi
atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan
yang tepat. Cakupan meliputi aktivitas : pra-analitik, analitik, dan pasca analitik.
Tujuan :
 Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan
aspek analitik dan klinik.
 Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi
dan perbaikan penyimpangan dapat dilakukan segera.
 Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan dan
pengiriman, penyimpanan, dan pengolahan specimen sampai dengan pencatatan
dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
 Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
 Membantu perbaikan pelayanan kepada pasien.
Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal :
 Persiapan pasien. Sebelum specimen diambil, pasien harus disiapkan terlebih dahulu
dengan baik sesuai dengan persyaratan pengambilan specimen.
 Pengambilan dan pengolahan specimen. Specimen harus diambil secara benar
dengan memperlihatkan waktu, lokasi, volume, cara, peralatan, wadah, antikoagulan,
sesuai dengan persyaratan pengambilan sampel.
 Kalibrasi peralatan. Salah satu factor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium adalah peralatan laboratorium, oleh karena itu alat perlu dipelihara dan
dikalibrasi secara berkala.
 Uji kualitas reagen
a. Reagen buatan sendiri
Hal-hal yang perlu diperhatikan sbb :

36
 Pada waktu pengenceran harus diperhatikan kualitas akuades yang dipakai.
Air yang mengandung kaporit akan mempengaruhi reagen untuk
pemneriksaan kalsium dan klorida, sedangkan air yang banyak mengandung
logam akan mempengaruhi pemeriksaann logam dan pewarna.
 Larutan kerja sifatnya tidak tahan lama sehingga harus dibuat secukupnya
sesuai kebutuhan. Untuk penyimpanan sebaiknya dalam bentuk larutan stok
(larutan induk).
 Wadah reagen perlu diberi label yang berisi nama reagen (rumus kimia),
tanggal pembuatan, dan paraf pembuat.
 Harus diketahui sifat bahan kimia yang dibuat. Reagen tertentu tidak boleh
disimpan berdekatan karena dapat bereaksi.
 Penyimpanan untuk reagen tertentu persyaratan khusus, misalnya : tidak
boleh terkena paparan cahaya, harus pada suhu ruangan, suhu dingin, suhu
beku, dsb.
b. Reagen jadi / komersial
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
 Etiket/label wadah. Umumnya pada reagen komersial sudah tercantum nama
atau kode bahan tanggal produksi dan batas kadaluarsanya, serta nomor
batch.
 Batas kadaluwarsa. Masa kadaluwarsa yang tercantum dalam kemasan
hanya berlaku pada reagen yang disimpan dalam kondisi baik dan belum
pernah dibuka. Reagen yang wadahnya sudah pernah dibuka mempunyai
masa kadaluarsa yang lebih pendek.
 Keadaan fisik. Kemasan harus dalam keadaan utuh, isi tidak mengeras, dan
tidak ada perubahan warna.
Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan :
- Melakukan pemeriksaan bahan kontrol assayed yang telah diketahui nilainya
dengan menggunakan bahan tersebut.
 Uji kualitas Antigen-antisera
Hal-hal yang harus diperhatikan :
 Penggunaan harus mengikuti petunjuk pabrik.
 Setiap akan digunakan, antigen atau antibody dalam botol harus dikocok dahulu
dan sesuaikan suhunya dengan suhu kamar.
 Simpan pada suhu yang dianjurkan.
 Ada beberapa reagen serologik yang tidak boleh dibekukan.
 Hindari pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang.
 Periksa masa kadaluwarsanya, jangan memakai antigen-antisera bila telah
melampaui masa kadaluwarsa.
b. Pemantapan mutu eksternal (External quality control)

37
Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan yang dilaksanakan secara periodik oleh
pihak lain diluar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai
penampilan laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan
kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta, atau
internasional. Pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan
diselenggarakan pada berbagai tingkatan yaitu :
1. Tingkat nasional/pusat : Kementerian Kesehatan
2. Tingkat Regional : BBLK
3. Tingkat Propinsi/Wilayah : BBLK/BLK
Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi Laboratorium Puskesmas, karena dari hasil
evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan performance (penampilan/Proficiency)
Laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan. Dalam
melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara khusus, harus dilaksanakan
oleh petugas yang biasa melakukan pemeriksaan tersebut serta menggunakan
peralatan/reagen/metoda yang biasa digunakan, sehingga hasil pemantapan mutu
eksternal tersebut benar – benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium yang
sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara dicatat dan dievaluasi untuk
mencari penyebab – penyebab dan mengambil langkah – langkah perbaikan.

38
Bab IX
PENUTUP

Demikian Pedoman Pelayanan Laboratorium UPTD Puskesmas Samigaluh I ini dibuat


sebagai acuan pelaksanaan pelayanan laboratorium. Dengan adanya pedoman ini diharapkan
pelaksanaan pelayanan laboratorium berjalan dengan baik sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI .Permenkes Nomor 514/MENKES/PER/1994


2. HKKI ( himpunan Kimia Klinik Indonesia )Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi klinik
Indonesia ( PDS PATKLIN ). Panduan Mutu Laboratorium Klinik bidang Kimia Klinik ,
Jakarta 1994
3. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar ( Good Laboratory Practic) DepKes
RI. Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik
tahun 2008.
4. Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2010 No 41 tentang Laboratorium Klinik Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2012 No 37 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Pusat Kesehatan Masyarakat.

Ditetapkan di : Samigaluh
Tanggal :

Kepala UPTD Puskesmas Samigaluh I

Dr. Agus Nugroho Andhi Saputro


NIP. 19850830 201001 1 007

40
41

Anda mungkin juga menyukai