Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, disebutkan bahwa
tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan dan
mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
di atas. Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari pelayanan
kesehatan perseorangan primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer. Upaya
kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pilihan. Oleh karena upaya pelayanan laboratorium puskesmas merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan di puskesmas, maka
puskesmas wajib menyelenggarakan laboratorium di puskesmas.
Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya transisi epidemiologi
penyakit, perubahan struktur demografi, otonomi daerah, serta masuknya pasar bebas,
maka puskesmas diharapkan mengembangkan dan meningkatkan mutu layanannya.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat
menentukan diagnosa penyakit secara pasti yaitu pelayanan laboratorium yang bermutu.
Laboratorium puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran
penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat di wilayah kerja puskesmas.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum :
Laboratorium puskesmas diselenggarakan berdasarkan kondisi dan permasalahan
kesehatan masyarakat setempat dengan tetap berprinsip pada pelayanan secara
holistik, komprehensif, dan terpadu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tujuan Khusus :
a. Menjadi acuan petugas dalam penyelenggaran laboratorium Puskesmas Simpang
Timbangan
b. Menjadi standar monitoring dan evaluasi pelayanan laboratorium di Puskesmas
Simpang Timbangan

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pedoman ini meliputi sarana, prasarana, jenis-jenis pemeriksaan,
standar hasil pemeriksaan dan keselamatan dan mutu laboratorium.

D. Batasan Operasional
Batasan operasional laboratorium Puskesmas Simpang Timbangan adalah
masyarakat di lingkungan Simpang Timbangan dan sekitarnya.

E. Landasan Hukum
Landasan Hukum pedoman ini adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 37
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Laboratorium Puskesmas.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan upaya wajib
Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi baik jumlah maupun
mutunya.
Berikut ini tabel kualifikasi dan jumlah tenaga laboratorium Puskesmas.

No Jenis Tenaga Kualifikasi Jumlah


1. Penanggung Jawab Dokter 1
2. Tenaga Teknis Analis Kesehatan 3
3. Tenaga Non Teknis Sarjana Kesehatan Masyarakat 0

Ketentuan lainnya:
1. Penambahan tenaga pelaksana tergantung dari beban kerja laboratorium.
2. Penanggung jawab laboratorium puskesmas adalah dokter puskesmas/ kepala
puskesmas.
3. Tenaga teknis dianjurkan jangan merangkap tugas lain.

B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga laboratorium puskesmas didistribusikan sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab yang berbeda-beda. Berikut ini merupakan tugas dan tanggung jawab maing-
masing tenaga laboratorium.
1. Penanggung Jawab Laboratorium Puskesmas
 Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium.
 Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil pemeriksaan
laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam pelayanan laboratorium.
 Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan laboratorium.
 Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu.
2. Tenaga Teknis
 Melaksanakan kegiatan teknis operasional laboratorium sesuai kompetensi dan
kewenangan berdasarkan pedoman pelayanan dan standar operasional prosedur.
 Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium.
 Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan.
 Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium.
 Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab laboratorium atau tenaga
kesehatan lain.
 Menyiapkan bahan rujukan spesimen.
3. Tenaga Non Teknis
 Membantu tenaga teknis dalam menyiapkan alat dan bahan.
 Membantu tenaga teknis dalam menyiapkan pasien.
 Membantu administrasi.

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan pelayanan laboratorium puskesmas Simpang Timbangan adalah:
a. Hari Senin – kamis pukul 08.00 wib – 13.00 wib
b. Jumat pukul 08.00 wib - 10.00 wib
c. sabtu pukul 08.00 – 12.00 wib
BAB III
FASILITAS LABORATORIUM

A. Denah Ruang Laboratorium

Keterangan :

1. Pintu masuk laboratorium


2. Jendela
3. Meja Sampling
4. Meja Administrasi
5. Kulkas Medis
6. Ruang Pemeriksaan
7. Lemari Kaca
8. Lemari Reagen
9. Meja Pemeriksaan (Diplester)
10. Jendela Kaca
11. Wastafel (dengan Air mengalir)
12. Pintu
B. Standar Fasilitas Laboratorium
1. Sarana Laboratorium
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik
bangunan/ ruangan laboratorium itu sendiri dalam lingkup ini adalah ruangan
laboratorium puskesmas.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada ruangan laboratorium sederhana
untuk puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Ruangan dengan ukuran minimal 3 x 3 m2.
b. Penataan ruangan harus rapi dan teratur.
c. Sinar harus cukup terang, paling sedikit ada 1 jendela besar dan sebaiknya
berlawanan dengan sinar matahari sehingga sinar yang didapat bukan sinar
matahari langsung. Listrik mencukupi untuk penerangan dan menjalankan peralatan
laboratorium yang memakai listrik.
d. Dinding dan atap ruangan berwarna terang.
e. Lantai ruangan sebaiknya dari ubin atau plesteran.
f. Ventilasi ruangan yang cukup.
g. Berdekatan dengan kamar mandi.
h. Sebaiknya ada bak cuci dengan air mengalir.

2. Prasarana Laboratorium
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/ instalasi yang membuat suatu
sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Prasarana laboratorium puskesmas yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
a. Pencahayaan yang cukup.
b. Mempunyai sirkulasi yang baik.
c. Suhu ruangan tidak boleh panas.
d. Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka
e. Harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang cukup pada bak
cuci.
f. Harus tersedia wadah/ tempat sampah.
g. Limbah cair/ air buangan dari laboratorium harus diolah pada sistem/ instalasi
pengolahan air limbah puskesmas.

3. Perlengkapan dan Peralatan


a. Perlengkapan
1. Meja pengambilan sampel darah
 Minimal menggunakan meja berlaci.
2. Kursi petugas dan kursi pasien
 Dapat terbuat dari kayu, besi dan lain-lain dan mempunyai sandaran.
3. Bak cuci/ sink
 Ukuran minimal 40 x 40 cm dengan kedalaman bak minimal 30 cm
 Dilengkapi keran untuk mengalirkan air bersih.
 Dilengkapi saluran/ pipa pembuangan air kotor menuju septictank.
4. Meja Pemeriksaan
 Lebar meja adalah 60 cm dengan panjang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan yang diselenggarakan.
 Terbuat dari bahan tahan panas tahan zat kimia, mudah dibersihkan, tidak
berpori dan berwarna terang.
5. Lemari pendingin (refrigerator)
 Untuk menyimpan reagensia dan sampel, volume sesuai kebutuhan.
6. Lemari Alat
 Fungsinya untuk menyimpan alat.
 Ukuran sekitar 100 x 40 x 160.
 Dapat terbuat dari kayu atau rangka aluminium dengan rak yang terbuat dari
kaca.
7. Rak/ lemari Reagensia
 Fungsinya adalah untuk menyimpan reagensia.
 Ukuran sesuai kebutuhan.
 Dapat terbuat dari kayu yang dilapisi teflon/ formika atau dapat terbuat dari
kaca
b. Peralatan
Jenis dan jumlah peralatan laboratorium puskesmas tergantung dari metode
pemeriksaan, jenis dan program pemeriksaan.

No Jenis Peralatan Jumlah


.
1 Hemositometer 2
2 Glukometer Nesco 1
3 Glukometer Easy Touch 1
4 Mikroskop Binokuler 1
5 Mikropipet 0
6 Centrifuger Listrik 1
7 Safety cabinet 0
8 Tabung LED (Westergren) Sesuai kebutuhan
9 Objek glass Sesuai kebutuhan
10 Deck glass Sesuai kebutuhan
11 Tabung Hematokrit Sesuai kebutuhan
12 Tabung Reaksi Sesuai kebutuhan
13 Autoklik 2
14 Jarum lancet Sesuai kebutuhan
15 Lampu spritus 2
16 Kertas lensa Sesuai kebutuhan
17 Tourniquet 1
18 Pencil Kaca 1
19 Pipet Tetes Sesuai kebutuhan
20 Rak tabung 2
21 Sikat tabung 2
22 Rak pewarnaan 2
23 Spuit Disposible Sesuai kebutuhan
24 Timer 1
25 Tip pipet Sesuai kebutuhan
26 Pot urine Sesuai kebutuhan
27 Pot Dahak Sesuai kebutuhan
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Kemampuan Pemeriksaan Laboratorium


Kemampuan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Simpang Timbangan meliputi
pemeriksaan-pemeriksaan dasar seperti:
a. Hematologi
 Hemoglobin
 Leukosit
 Eritrosit
 Hematokrit
 Trombosit
 Diff count
 LED
 Malaria
b. Kimia darah
 Glukosa
 Asam urat
 Kolesterol
c. Mikrobiologi
 BTA
d. Imunologi/ Serologi
 Plano Test
 golongan darah
 widal
 HbsAg
 Syphilis
 HIV
 Dengue IgG IgM
e. Urinalisa
 Urine rutin
 Sediment urine
f. Faeces
 Telur Cacing

B. Metode Pemeriksaan Laboratatorium


Metode pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Simpang Timbangan dilakukan
secara manual

C. Reagensia
Reagensia yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang digunakan untuk tiap
pemeriksaan di laboratorium Puskesmas Simpang Timbangan. Penanganan dan
penyimpanan reagensia harus sesuai persyaratan antara lain:
 Perhatikan tanggal kadaluwarsa dan suhu penyimpanan.
 Pemakaian reagensia dengan metode First in-first out (sesuai urutan penerimaan)
 Sisa pemakaian reagensia tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam sediaan induk.
 Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada sediaan
reagensia.
 Segera tutup kembali botol sediaan reagensia setelah digunakan.
 Lindungi label dari kerusakan.
 Tempatkan reagensia ke dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak terkena
cahaya matahari langsung.
 Reagensia harus terdaftar di Kementrian Kesehatan
BAB V
LOGISTIK

Logistik di laboratorium erat hubungannya dengan alat dan bahan-bahan/ reagensia.


Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan logistik di laboratorium:
1. Kerusakan bahan- reagensia di laboratorium dapat diketahui bila:
a. Terjadi perubahan warna.
b. Larutan yang ada berubah menjadi keruh/ terjadi endapan
2. Untuk menjaga stabilitas logistik perlu diperhatikan sebagai berikut:
a. Syarat penyimpanan dari masing-masing logistik.
b. Wadah dari masing-masing logistik.
3. Dalam pemakaiannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Gunakan metode First In-First Out.
b. Perlu tidaknya dilakukan pengenceran pada reagensia.
c. Penggunaan label.
d. Penggunaan kartu stok.
4. Lindungi setiap label yang dikenakan pada logistik dengan cara:
a. Tempatkan posisi wadah sehingga label tidak bersinggungan satu dengan yang lain.
b. Hindari dari tetesan atau cairan kimia.
BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM

Kecelakaan di laboratorium sering terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga sebagai
akibat dari tindakan yang tidak memperhatikan faktor kesehatan dan keselamatan kerja
dalam kondisi lingkungan yang dapat menimbulkan bahaya. Bahaya yang timbul akibat listrik,
bahan kimia, dan mikroorganisme dapat berupa cacat tubuh, kontaminasi dengan
mikroorganisme patogen dan lain-lain sampai pada kematian.
Setiap petugas laboratorium mempunyai tanggung jawab untuk mempelajari dan
mengetahui resiko dan bahaya yang berhubungan dengan pekerjaan serta berkewajiban
untuk mencegah terjadinya kecelakaan baik dirinya sendiri maupun orang lain dan
lingkungannya.
Dengan demikian kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium berkaitan erat
dengan sikap dan prilaku petugas laboratorium, lingkungan kerja serat peraturan dan tata
kerja yang berlaku di laboratorium tersebut.
Pada umumnya kecelakaan di laboratorium dapat dicegah melaluli cara bekerja yang
benar dan hati-hati, serta pemahaman dan pengawsan yang sungguh-sungguh terhadap
segala sesuatu yang sedang dilakukan.

Berikut ini beberapa cara penanggulangan kecelakaan kerja di laboratorium:


1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang Bersifat Umum
 Bila terjadi tumpahan spesimen, segera didisinfeksi dan bersihkan.
 Jangan menyimpan makanan dan minuman dalam lemari es bersama dengan
spesimen dan atau reagensia.
 Jangan makan, minum dan merokok di dalam laboratorium.
 Jagalah kebersihan laboratorium setiap saat. Bersihkan dengan desinfektan.
 Jangan mencoba memperbaiki peralatan listrik bila tidak mengetahui teknis kelistrikan.
 Setiap petugas hanya boleh mengoperasikan peralatan listrik yang telah mereka kuasai
dan menjadi kewenangannya.
 Laporkan peralatan laboratorium yang rusak kepada atasan.
 Laporkan kepada atasan bila terjadi luka atau kecelakaan lain.
 Bersihkan dan buanglah segera semua pecahan barang gelas.

2. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran


 Pada umunya yang dimaksud bahan mudah terbakar adalah bahan yang akan terbakar
bila terdapat nyala api. Ini berlaku untuk bahan itu sendiri atau uapnya.
 Pelajari dan kenali sifat-sifat dari semua larutan yang mudah menguap dan terbakar
yang terdapat dalam laboratorium.
 Semua wadah yang berisi cairan yang mudah terbakar harus diberi label. Simpan di
tempat yang aman dan tidak panas serta bebas dari percikan api.
 Penggunaan cairan yang mudah terbakar harus dibatasi seminimal mungkin sesuai
dengan kebutuhan. Bila dilakukan pembuangan, bahan tersebut harus dialirkan
bersama-sama dengan air dingin untuk menghindari terjadinya kebakaran.
 Bila pada waktu memasuki ruangan tercium bau yang berasal dari suatu larutan, berarti
terjadi kebocoran pada wadah larutan tersebut yang dapat menimbulkan kebakaran.
 Ketika meninggalkan laboratorium, yakinkan bahwa semua aliran listrik, api telah
dipadamkan dan tidak ada hal-hal yang dapat menimbulkan kebakaran selama
ditinggalkan, kecuali alat-alat yang harus dihidupkan terus-menerus.
 Ketika menutup laboratorium, periksa secermat mungkin untuk menjamin tidak ada lagi
peralatan lain yang tidak diperlukan yang masih terpasang.
 Bila memiliki tabung pemadam kebakaran, letakkan pada tempat yang mudah dicapai
dan dilihat.
 Bila terjadi kebakaran, orang yang ada di tempat tersebut harus mengambil tindakan
sebagai berikut:
Berteriaklah “KEBAKARAN” dan orang-orang di sekitarnya diminta waspada
secepatnya. Hubungi pemadam kebakaran dan beritahukan lokasi kebakaran, serta
minta bantuan pada orang lain.

3. Keselamatan Kerja yang Berhubungan dengan Peralatan


Peralatan Listrik
 Gunakan kabel listrik sesedikit dan sependek mungkin. Bila kabel pada waktu
dipakai terasa panas, jangan diteruskan.
 Peralatan listrik harus dirawat dan dipelihara.
 Bila mengganti sikring atau mencabut steker dari stop kontak, tangan dan kaki harus
kering dan berdiri ditempat yang tidak dapat menghantarkan listrik dengan memakai
alas kaki karet atau plastik yang kering.
 Bila sikring putus, berarti pemakaian listrik berlebihan atau terjadi hubungan pendek.
Matikan peralatan yang diduga menjadi penyebab terjadinya hal tersebut dan
gantilah dengan sikring baru yang mempunyai kekuatan arus sama besar.
 Jangan menggunakan cairan atau gas yang mudah terbakar disekitar peralatan
listrik.
 Sebelum memakai, periksa tegangan listrik peralatan yang akan digunakan, 220
volt dan beri tanda.

4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang Berkaitan dengan Bahan Kimia


a. Pemberian Label
 Beri label pada semua bahan kimia yang mencakup sekurang-kurangnya nama dan
konsentrasi bahan kimia, tanggal penerimaan dan pembuatannya, batas
kadaluwarsa.
 Keterangan lain misalnya sifat mudah terbakar atau bahan lain yang dapat timbul,
agar penanganan bahan kimia tersebut dapat dilakukan dengan aman.
 Label harus dapat bertahan lama.
b. Penyimpanan Bahan Kimia
 Ruang penyimpanan tidak boleh gelap.
 Bahan kimia harus diletakkan dalam lemari atau rak dengan susunan rapi dan
teratur.
 Bahan kimia yang bersifat korosif harus diletakkan di tempatkan yang rendah.
 Wadah besar harus diletakkan di dekat lantai.
c. Cara Memipet
 Jangan memipet bahan kimia dengan mulut, gunakan karet penghisap.
d. Pembuangan Bahan Kimia
Sampah laboratorium yang mudah terbakar dan mudah menguap dikumpulkan dalam
kaleng yang aman dan jangan dibuang ke dalam pipa saluran umum.
e. Gunakan Alat Pelindung Diri

5. Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang Berkaitan dengan Mikroorganisme


Pada umumnya infeksi di laboratorium disebabkan oleh:
a. Kecelakaan menghisap bahan infektif melalui pipet.
b. Bekerja tidak higienis
c. Percikan spesimen dari spuit, tusuk sate dan lain-lain.
d. Kecelakaan pada waktu melakukan centrifugasi.
e. Luka oleh jarum suntik, lancet, pecahan alat gelas.

Untuk mengurangi bahaya infeksi tersebut, perlu diperhatikan prosedur sebagai berikut:
a. Anggap semua spesimen mengandung bahan infektif.
b. Sering mencuci tangan.
c. Memakai alat pelindung diri
d. Jangan makan dan minum di laboratorium.
e. Jagalah kebersihan ruangan.
f. Bersihkan dan lakukan desinfeksi seluruh permukaan tempat kerja tiap hari dengan
bahan desinfeksi seperti lysol.
g. Jangan menuangkan cairan yang terkontaminasi ke dalam pipa saluran. Bahan-
bahan yang terkontaminasi harus terlebih dahulu disterilkan dengan bahan kimia
sebelum dibuang.
h. Letakkan semua bahan infektif dalam wadah pembuangan yang anti bocor untuk
desinfeksi.
i. Hindari terjadinya percikan bahan infektif pada waktu membakar ose atau jarum.
j. jangan meniup pipet yang berisi bahan-bahan infektif.
k. Periksa tabung sebelum digunakan. Jangan menggunakan tabung yang retak atau
bocor.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu laboratorium dari waktu ke waktu,
perlu dilakukan pengendalian mutu laboratorium.

Pengendalian mutu laboraorium Puskesmas Simpang Timbangan terdiri dari :


A. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar tidak terjadi atau
mengurangi kejadian kesalahan atau penyimpangan sehingga diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat.
Pemantapan Mutu Internal (PMI) laboratorium Puskesmas Simpang Timbangan
meliputi :
1. Tahap Pra Analitik
Adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, mengambil spesimen, menerima
spesimen, memberi identitas spesimen, sampai dengan menyimpan spesimen.
2. Tahap Analitik
Adalah tahap mulai dari persiapan reagensia, mengkalibrasi dan memelihara alat
laboratorium, uji ketepatan dan ketelitian dengan menggunakan bahan kontrol
dan pemeriksaan spesimen.
3. Tahap Pasca Analitik
Tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan dan melakukan validasi hasil serta
memberikan interprestasi hasil sampai dengan pelaporan.

B. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


Pemantapan Mutu Eksternal (PME) adalah kegiatan yang diselenggarakan secara
periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan
menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.
Penyelenggaraan kegiatan PME dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta, atau
internasional.
PME untuk berbagai bidang pemeriksaan diselenggarakan pada berbagai tingkatan
yaitu :
1. Tingkat Nasional/ tingkat pusat : Kementerian Kesehatan
2. Tingkat Regional : BBLK
3. Tingkat Provinsi : BBLK

Kegiatan PME ini sangat bermanfaat bagi laboratorium puskesmas karena dari hasil
evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan performance/ penampilan laboratorium yang
bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan.

C. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu adalah suatu proses terus-menerus yang dilakukan oleh
laboratorium sebagai tindak lanjut dari PMI dan PME untuk meningkatkan kinerja
laboratorium puskesmas.
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman pemeriksaan laboratorium puskesmas Simpang Timbangan ini digunakan


sebagai acuan dalam perencanaan, upaya pengembangan, dan peningkatan pelayanan
serta mutu pelayanan laboratorium Puskesmas Simpang Timbangan. Kriteria pedoman
pemeriksaan laboratorium Puskesmas Simpang Timbangan ini dapat dikembangkan lebih
lanjut dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ditetapkan di Simpang Timbangan


Pada tanggal,

Kepala Puskesmas Simpang


Timbangan

ElyPurwanti, SKM
NIP. 196806051991012002

Anda mungkin juga menyukai