LABORATORIUM
PUSKESMAS BARENG
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam Undang undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, disebutkan bahwa
tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hodup sehat bagi setiap individu agar terwujud kesehatan masyarakat yang
setinggi tingginyasebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia yang
produktif secara social dan eonomi dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Puskesmas merupakan ujung tombang terdepan dalam pembangunan kesehatan dan
mempunyai peran besar dalam upayamencapai tujuan pembangunan tersebut.
Puskesmas Bareng mempunyai VISI Masyarakat Kecamatan Bareng yang mandiri untuk
hidup sehat menuju Jombang sejahtera untuk semua.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari pelayanan kesehatan
perseorangan primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer. Upaya kesehatan
tersebut dikelompokkan menjadi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan.
Oleh karena upaya pelayanan Laboratorium Puskesmas merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan di puskesmas, maka Puskesmas
wajib menyelenggarakan pelayanan Labroratorium di Puskesmas.
Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya tuntutan masyarakat
akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya transisi epidemiologi penyakit,
perubahan nstruktur demografi, otonomi daerah, serta masuknyapasar bebas, maka
Puskesmas diharapkan mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanannya Untuk
meningkatkan mutu pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat
menentukan diagnose penyakit secara pasti yaitu pelayana Laboratorium yang bermutu.
Laboratorium Puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, kondisi
kesehatan, atau factor yang dapat berpengaruh pada kesehatan peroranngan dan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
B. Ruang Lingkup
Dalam rangka pelaksanaan, pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, tentunya Laboratorium Puskesmas
tidak dapat disamakan dengan Laboratorium Rumah sakit, Laboratorium Klinik swasta
maupun BBLK.
Pelayanan laboratorium di Puskesmas dikembangkan sesuai dengan kebuituhan dan
kemampuan puskesmas, Pelayana Laboratorium di Puskesmas BAreng meliputi
pemeriksaan Hematologi, pemeriksaan kimia klinik sederhana, pemeriksaan urine,
pemeriksan feses dan pemeriksaan BTA. Selain pemeriksaaan tersebut diatas,
laboratorium pukesmas Bareng juga melaksanakan pemeriksaaan HIV. Jenis jenis
1
pelayanan laboratorium tersebut tertuang dalam SK KEPALA UPTD PUSKESMAS
BARENG Nomor : 1888.4/8.1.1.1/415.25.33/2015 .
C. Batasan Opratsional
Meskipun Puskesmas Bareng merupakan Puskesmas dengan tempat perawatan akan
tetapi karena keterbatasa tenaga, Waktu pelayanan Laboratorium Puskesmas Bareng
tidak 24 jam, melainkan mengacu pada jam pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Bareng
yaitu Mulai pukul 07.30 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Wilayah kerja juga terbatas pada
pasien pasien rawat jalan, rawat inap dan kalau diperlukan dapat juga melaksanakan
pemeriksaan keliling ke desa desa di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bareng. Khusus
untuk Program HIV, Laboratorium Puskesmas Bareng bias melaksanakan pemeriksaaan
mobile ke wilayah kerja Puskesmas sekitar jika ada permintaan dari Dinas Kesehatan
dengan persetujuan Kepala UPTD Puskesmas.
2
BAB II
STANDART KETENAGAAN
PENANGGUNG JAWAB
KEPALA UPTD PUSKESMAS BARENG
KOORDINATOR LABORATORIUM
TENAGA TEKNIS
3
Tugas dan Tanggung Jawab
C. Koordinator Laboratorium
Koordinator Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab
1. Melakukan konsultasi dengan Kepal Unit Pelayanan, penanggung jawab
laboratorium atau tenaga kesehatan lain
2. Melaksanakan kegiatan teknis operasional
3. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium
4. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja
5. laboratorium
d. Tenaga Teknis
Tenaga teknis Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. menyiapkan pasien
3. Melaksanakan kegiatan teknis operasional
4. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan;
5. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium
6. Menyiapkan bahan rujukan spesimen.
7. Administrasi
4
BAB III
SARANA, PRASARANA, PERLENGKAPAN DAN PERALATAN
A. Denah Ruangan
Pintu masuk
Almari Meja
Meja administrasi berkas terima
sampel
l
Etalase
stok Meja
reagen sampling
kering dan
dan analyser
form lab
Lemari Es
B. Sarana
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik
bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangan
Laboratorium Puskesmas.
Persyaratan umum konstruksi ruang laboratorium sebagai berikut:
1. dinding terbuat dari tembok permanen warna terang, menggunakan cat yang tidak
luntur. Permukaan dinding harus rata agar mudah dibersihkan, tidak tembus cairan
serta tahan terhadap desinfektan.
2. langit-langit tingginya antara 2,70-3,30 m dari lantai, terbuat dari bahan yang kuat,
warna terang dan mudah dibersihkan.
3. pintu harus kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan binatang lainnya,
lebar minimal 0,80 m dan tinggi minimal 2,00 m.
4. jendela tinggi minimal 1,00 m dari lantai.
5
5. semua stop kontak dan saklar dipasang minimal 1,40 m dari lantai.
6. lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna terang dan
tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia, kedap air, permukaan rata dan tidak
licin. Bagian yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup kearah saluran pembuangan air limbah. Antara lantai dengan dinding harus
berbentuk lengkung agar mudah dibersihkan.
7. meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan mudah
dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk instrument elektronik harus
tahan getaran.
C. Prasarana
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana
yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Prasarana-
prasarana Laboratorium Puskesmas yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
1. Pencahayaan harus cukup. Pencahayaan alami diperoleh setidaknya dari jendela
dengan luas minimal 1,6 m2 Cahaya dari jendela tidak boleh langsung mengarah
ke meja pemeriksaan dan rak reagen, untuk menghindari terjadinya reaksi antara
reagen dengan sinar matahari yang panas.
2. Ruangan harus mempunyai sirkulasi udara yang baik (ventilasi silang/cross
ventilation), sehingga pertukaran udara dari dalam ruangan dapat mengalir ke luar
ruangan.
3. Disarankan pada area pengambilan sampel dilengkapi exhauster yang mengarah
keluar bangunan Puskesmas ke area terbuka sehingga pasien tidak dapat
memapar/memajan petugas Puskesmas. Exhauster dipasang pada ketinggian +
120 cm dari permukaan lantai.
4. Suhu ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yang baik maka
disarankan suhu dipertahankan antara 22 s/d 26 oC
5. Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka
6. Harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang cukup pada
bak cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat kesehatan.
7. Harus tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi dengan
penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius dan non infeksius
pada laboratorium.
8. Limbah cair/air buangan dari laboratorium harus diolah pada sistem/instalasi
pengolahan air limbah Puskesmas.
6
D. Perlengkapan
Perlengkapan yang dibutuhkan antara lain :
a. Meja pengambilan sampel darah
Minimal menggunakan meja ½ biro (ukuran 90 x 60 cm)
Mempunyai laci
Lapisi kaca supaya mudah dibersihkan
7
i. penampungan/pengolahan limbah laboratorium.
Terdapat tempat penampungan sementara limbah laboratorium, sebelum
dimusnahkan, terdapat instalasi pengelolaan limbah cair laboratorium.
j. Tersedia WC, jumlah sesuai dengan kebutuhan.
Persyaratan fasilitas kamar mandi/WC secara umum sebagai berikut:
i. Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
ii. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang
dan mudah dibersihkan.
iii. Letak kamar mandi/wc tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar
operasi, dan ruang khusus lainnya.
iv. Lubang ventilasi harus berhubungan langsung dengan udara luar.
v. Kamar mandi/wc pria dan wanita harus terpisah.
vi. Kamar mandi/wc karyawan harus terpisah dengan kamar mandi/wc pasien.
vii. Kamar mandi/wc pasien harus terletak di tempat yang mudah terjangkau
dan ada petunjuk arah.
viii. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara
kebersihan.
ix. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat
menjadi tempat perindukan nyamuk.
E. PERALATAN
a. Dasar Pemilihan
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih alat, yaitu:
1. Kebutuhan
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan
setempat yang meliputi jenis pemeriksaan, jenis spesimen dan volume spesimen
dan jumlah pemeriksaan.
2. Fasilitas yang tersedia
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan fasilitas yang
tersedia seperti luasnya ruangan, fasilitas listrik dan air yang ada, serta tingkat
kelembaban dan suhu ruangan.
3. Tenaga yang ada
Perlu dipertimbangkan tersedianya tenaga dengan kualifikasi tertentu yang dapat
mengoperasikan alat yang akan dibeli.
4. Reagen yang dibutuhkan
Perlu dipertimbangkan tersedianya reagen di pasaran dan kontinuitas distribusi
dari pemasok. Selain itu sistem reagen perlu dipertimbangkan pula, apakah
sistem reagen tertutup atau terbuka. Pada umumnya sistem tertutup lebih mahal
dibandingkan dengan sistem terbuka.
8
5. Sistem alat
Perlu mempertimbangkan antara lain:
a. alat tersebut mudah dioperasikan
b. alat memerlukan perawatan khusus
c. alat memerlukan kalibrasi setiap kali akan dipakai atau hanya tiap minggu
atau hanya tiap bulan
6. Pemasok/Vendor
Pemasok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai reputasi yang baik
b. Memberikan fasilitas uji fungsi
c. Menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting.
d. Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasikan alat, pemeliharaan
dan perbaikan sederhana.
e. Memberikan pelayanan purna jual yang terjamin, antara lain mempunyai
teknisi yang handal, suku cadang mudah diperoleh.
f. Mendaftar peralatan ke Kementerian Kesehatan.
7. Nilai Ekonomis
Dalam memilih alat perlu dipertimbangkan analysis cost-benefit, yaitu seberapa
besar keuntungan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan, termasuk di
dalamnya biaya operasi alat.
8. Terdaftar
Peralatan yang akan dibeli harus sudah terdaftar dan mendapat izin edar dari
institusi yang berwenang sesuai peraturan yang berlaku.
9
kartu pemeliharaan yang diletakkan pada atau di dekat alat tersebut yang mencatat
setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-kelainan yang ditemukan.
Bila ditemukan kelainan, maka hal tersebut harus segera dilaporkan kepada
penanggung jawab alat untuk dilakukan perbaikan.
Penanggung Jawab
(……………………..)
10
2. Persyaratan kemampuan alat
Pada saat instalasi alat maupun saat kerja rutin, peralatan harus diperhatikan
menunjukkan kemampuan atau memenuhi kinerja yang dipersyaratkan dan harus
memenuhi spesifikasi yang sesuai untuk pemeriksaan bersangkutan.
3. Persyaratan pengoperasian alat
Alat hanya boleh dioperasikan oleh petugas teknis laboratorium. Instruksi
penggunaan dan pemeliharaan peralatan terkini (mencakup pedoman yang sesuai
dan petunjuk penggunaan yang disediakan oleh pembuat alat) harus tersedia bagi
petugas laboratorium.
4. Jaminan keamanan kerja alat
Alat harus dipelihara dalam kondisi kerja yang aman, mencakup keamanan listrik, alat
penghenti darurat (emergency stop device) dan penanganan yang aman oleh petugas
yang berwenang. Semua harus disesuaikan dengan spesifikasi atau instruksi pabrik
termasuk pembuangan limbah kimia, bahan radioaktif maupun biologis.
5. Penanganan terhadap alat yang rusak
Alat yang diduga mengalami gangguan, tidak boleh digunakan, harus diberi label yang
jelas dan disimpan dengan baik sampai selesai diperbaiki dan memenuhi kriteria yang
ditentukan (pengujian dan kalibrasi) untuk digunakan kembali. Laboratorium harus
melakukan tindakan yang memadai sebelum digunakan kembali.
6. Pemindahan alat
Laboratorium harus memiliki prosedur penanganan, pemindahan, penyimpanan dan
penggunaan yang aman untuk mencegah kontaminasi dan kerusakan alat.
Apabila alat dipindahkan keluar laboratorium untuk diperbaiki, maka sebelum
digunakan kembali di laboratorium harus dipastikan alat telah dicek dan berfungsi
baik.
7. Pemutahiran hasil koreksi kalibrasi.
Apabila kalibrasi menghasilkan sejumlah faktor koreksi, laboratorium harus memiliki
prosedur untuk menjamin bahwa salinan dari faktor koreksi sebelumnya dimutahirkan
dengan benar.
8. Pencegahan terhadap perlakuan orang tidak berwenang.
Semua peralatan termasuk perangkat keras, perangkat lunak, bahan
acuan, bahan habis pakai, pereaksi dan sistem analitik harus dijaga
terhadap perusakan akibat perlakuan orang yang tidak berwenang,
yang dapat membuat hasil pemeriksaan tidak sah
11
b. Untuk pemakaian ulang, rendam alat gelas dengan hipoklorit 0,5 % selama 10
menit kemudian cuci dengan deterjen (sedapatnya netral) kemudian bilas dengan
air bersih yang mengalir
2. Blood cell counter
a. Bagian luar alat dilap setiap hari.
b. Periksa semua selang pembuangan limbah pemeriksaan, apakah ada sumbatan
atau tidak.
c. Setiap selesai pemeriksaan, lakukan pencucian.
d. Tutup badan alat dengan plastik bila alat tidak dipakai.
3. Fotometer/Spectrofotometer
a. Gunakan lampu yang sesuai dengan masing-masing jenis fotometer.
b. Tegangan listrik harus stabil.
c. Hidupkan alat terlebih dahulu selama 5-30 menit (tergantungjenis/merek alat),
supaya cahaya lampu menjadi stabil.
4. Kamar Hitung
a. Kamar hitung dan kaca penutup harus bersih, sebab kotoran (jamur, partikel debu)
pada pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat sebagai sel.
b. Periksa di bawah mikroskop, apakah garis-garis pada kamar hitung terlihat jelas
dan lengkap.
c. Kamar hitung dan kaca penutup harus kering, bila basah akan menyebabkan
terjadinya pengenceran dan kemungkinan sel darah akan pecah, sehingga jumlah
sel yang dihitung menjadi berkurang.
d. Kaca penutup harus tipis, rata, tidak cacat dan pecah, sebab kaca penutup
berfungsi untuk menutup sampel, bila cacat atau pecah maka volume dalam
kamar hitung menjadi tidak tepat.
e. Cara pengisian kamar hitung; dengan menggunakan pipet Pasteur dalam posisi
horisontal, sampel dimasukkan ke dalam kamar hitung yang tertutup kaca
penutup.
f. Bila pada pengisian terjadi gelembung udara di dalam kamar hitung atau sampel
mengisi parit kamar hitung/menggenangi kamar lain, atau kamar hitung tidak terisi
penuh, maka pengisian harus diulang.
g. Cuci kamar hitung segera setelah dipakai dengan air mengalir atau dengan air
deterjen encer.
h. Bila masih kotor, rendamlah dalam air deterjen, kemudian bilas dengan air bersih.
i. Pada waktu mencuci kamar hitung tidak boleh menggunakan sikat.
12
b. Tempatkan lemari es sedemikian rupa sehingga bagian belakang lemari es masih
longgar untuk aliran udara dan fasilitas kebersihan kondensor.
c. Pintu lemari es harus tertutup baik untuk mencegah keluarnya udara dingin dari
bagian pendingin.
d. Lemari es dan freezer harus selalu dalam keadaan hidup.
e. Suhu dicatat setiap pagi dan sore hari.
6. Mikroskop
a. Letakkan mikroskop di tempat yang datar dan tidak licin.
b. Bila menggunakan cahaya matahari, tempatkan di tempat yang cukup cahaya
dengan mengatur cermin sehingga diperoleh medan penglihatan yang terang.
c. Biasakan memeriksa dengan menggunakan lensa obyektif 10x dulu, bila sasaran
sudah jelas, perbesar dengan objektif 40x dan bila perlu dengan 100x. Untuk
pembesar 100x gunakan minyak imersi.
d. Bersihkan lensa dengan kertas lensa atau kain yang lembut setiap hari setelah
selesai bekerja, terutama bila lensa terkena minyak imersi bersihkan dengan eter
alkohol (lihat referensi).
e. Jangan membersihkan/merendam lensa dengan alkohol atau sejenisnya karena
akan melarutkan perekatnya sehingga lensa dapat lepas dari rumahnya.
f. Jangan menyentuh lensa obyektif dengan jari.
g. Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau obyektif, karena kotoran
akan mudah masuk.
h. Bila lensa obyektif dibuka, tutup dengan penutup yang tersedia.
i. Saat mikroskop disimpan, lensa obyektif 10x atau 100x tidak boleh berada pada
satu garis dengan kondensor, karena dapat mengakibatkan lensa pecah bila ulir
makrometer dan mikrometemya sudah rusak.
j. Simpan mikroskop di tempat yang rendah kelembabannya, dapat dengan cara
memberikan penerangan lampu wolfram atau dengan silika gel.
7. Pipet
a. Gunakan pipet gelas yang sesuai dengan peruntukannya
b. Gunakan pipet yang bersih dan kering serta ujungnya masih utuh dan tidak retak.
c. Cara penggunaan pipet harus disesuaikan dengan jenis pipet.
d. Pemipetan cairan tidak boleh menggunakan mulut.
e. Pemindahan cairan dari pipet ke dalam wadah harus dilakukan dengan cara
menempelkan ujung pipet yang telah dikeringkan dahulu bagian luarnya dengan
kertas tissue pada dinding wadah/bejana dalam posisi tegak lurus dan cairan
dibiarkan mengalir sendiri.
f. Pipet volumetrik tidak boleh ditiup.
g. Pipet ukur yang mempunyai tanda cincin di bagian atas, setelah semua cairan
dialirkan maka sisa cairan di ujung pipet dikeluarkan dengan ditiup memakai alat
bantu pipet
13
h. Pipet ukur yang tidak mempunyai tanda cincin tidak boleh ditiup.
i. Pipet yang sudah dipakai harus direndam dalam larutan antiseptik, kemudian baru
dicuci
8. Pipet Semiotomatik
a. Pada pipet semiotomatik, tip pipet tidak boleh dipakai ulang karena pencucian tip
pipet akan mempengaruhi kelembaban plastik tip pipet, juga pengeringan
seringkali menyebabkan tip meramping dan berubah bentuk saat pemanasan.
b. Penggunaan tidak boleh melewati batas antara tip dan pipetnya.
c. Tip yang digunakan harus terpasang erat.
d. Sesudah penggunaan harus dibersihkan dan disimpan dengan baik di dalam rak
pipet.
9. Rotator
Bersihkan bagian luar alat dan bagian-bagian yang berputar diberi pelumas secara
teratur. Perhatikan ke-aus-an bagian yang berputar.
10. Sentrifus
a. Letakkan sentrifus pada tempat yang datar.
b. Gunakan tabung dengan ukuran dan tipe yang sesuai untuk tiap sentrifus.
c. Beban harus dibuat seimbang sebelum sentrifus dijalankan, kecuali pada
sentrifus mikrohematokrit karena tabung kapiler sangat kecil.
d. Pada penggunaan sentrifus mikrohematokrit, tabung kapiler harus ditutup pada
salah satu ujungnya untuk menghindari keluarnya darah.
e. Pastikan bahwa penutup telah menutup dengan baik dan kencang sebelum
senfrifus dijalankan.
f. Periksa bantalan pada wadah tabung. Bila bantalan tidak ada maka tabung
mudah pecah waktu disentrifus karena adanya gaya sentrifugal yang kuat
menekan tabung kaca ke dasar wadah. Bantalan harus sesuai dengan ukuran
dan bentuk tabung.
g. Putar tombol kecepatan pelan-pelan sesuai kecepatan yang diperlukan.
h. Hentikan segera bila beban tidak seimbang atau terdengar suara aneh.
l. Jangan mengoperasikan sentrifus dengan tutup terbuka.
j. Jangan menggunakan sentrifus dengan kecepatan yang lebih tinggi dari
keperluan.
k. Jangan membuka tutup sentrifus sebelum sentrifus benar-benar telah berhenti.
c. Kalibrasi Peralatan
Kalibrasi peralatan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan hasil
pemeriksaan.
Kalibrasi peralatan dilakukan pada saat awal, ketika alat baru di install dan
diuji fungsi, dan selanjutnya wajib dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu tahun, atau sesuai dengan pedoman pabrikan prasarana dan
14
alat kesehatan serta ketentuan peraturan perundang-undangan sesuai instruksi
pabrik. Kalibrasi peralatan dilakukan oleh institusi yang berwenang.yaitu BPFK
( Balai Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan ) Surabaya
Khusus untuk Kalibrasi serta fungsi peralatan Fotometer dan Hematologi
analyser secara berkala harus dipantau dan dibuktikan memenuhi syarat/sesuai
standar laboratorium dengan menggunakan bahan kontrol (darah kontrol dan
serum kontrol). Pelakasanaan kontrol alat dilaksanakan oleh tenaga teksis
laboratorium secara mandiri, karena BPFK ( Balai Pemeliharaan Fasilitas
Kesehatan ) Surabaya tidak melayani kalibrasi alat tersebut.
15
BAB IV
REAGENSIA
A. Dasar Pemilihan
Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium yang akan dipergunakan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. kebutuhan.
2. produksi pabrik yang telah dikenal dan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi.
3. deskripsi lengkap dari bahan atau produk.
4. mempunyai masa kadaluarsa yang panjang.
5. volume atau isi kemasan.
6. digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai.
7. mudah diperoleh di pasaran.
8. besarnya biaya tiap satuan (nilai ekonomis).
9. pemasok/vendor.
10. kelancaran dan kesinambungan pengadaan.
11. pelayanan purna jual.
12. terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di Kementerian
Kesehatan.
16
C. Pengadaan Dan Buffer Stok
Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Tingkat persediaan
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk
memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari
pembekal atau ruang penyimpanan umum. Safety Stock adalah jumlah
persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan-bahan yang dibutuhkan atau
yang sering terlambat diterima dari pemasok.
Buffer stock adalah stok penyangga kekurangan reagen di laboratorium. Reserve
stock adalah cadangan reagen/sisa.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau
pembelian bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah
pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk tahun yang akan datang. Jumlah
rata-rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu dicatat.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time)
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima
dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat.
D. Penyimpanan
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
a. Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu bahwa barang
yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.
17
b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first out). Hal ini
adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu
lama.
2. Tempat penyimpanan.
3. Suhu/kelembaban.
4. Sirkulasi udara.
18
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN
B. Kemapuan Pemeriksaan
19
4. Mikrobiologi dan Parasitologi: BTA, Diplococcus gram negatif, Trichomonas
vaginalis, Candida albicans, Bacterial vaginosis, Malaria dan Jamur permukaan.
5. Imunologi : Tes kehamilan, Golongan darah, Widal, dan Anti HIV
6. Urinalisa : Makroskopis (Warna, Kejernihan, Bau, Volume), pH, Berat jenis,
Protein, Glukosa, Bilirubin, Urobilinogen, Keton, Nitrit, Lekosit, Eritrosit dan
Mikroskopik (sedimen).
7. Tinja: Makroskopik dan Mikroskopik.
2. Metode
Metode pemeriksaan laboratorium di Puskesmas menggunakan
metode manual, semi automatik dan automatik.
C. Spesimen
Spesimen yang digunakan sebagai bahan pemeriksaan adalah Whole blood, serum,
plasma, urine, tinja dan dahak.
Tata cara pengambilan sampel dapat dilihat pada daftar lampiran.
1. Persiapan pasien
a. Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8 - 12 jam sebelum
diambil darah
b. Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00 -09.00.
c. Menghindari aktifitas fisik/olah raga berlebihan sebelum spesimen diambil
d. Memperhatikan posisi tubuh, Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh
dari perubahan posisi, dianjurkan pasien duduk tenang sekurang-kurangnya
15 menit sebelum diambil darah.
2. Pengambilan
a. Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat- syarat:
1. bersih.
2. kering.
3. tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
4. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada spesimen.
5. mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya.
6. Pemakaian jarum, lancet dan mess harus steril dan sekali pakai
b. Wadah
Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
1. terbuat dari gelas atau plastik.
2. tidak bocor atau tidak merembes.
20
3. harus dapat ditutup rapat
4. besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen.
5. bersih.
6. kering.
7. tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen.
8. tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
9. untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai
karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol berwarna
coklat (inaktinis).
10. Untuk wadah spesimen urin, dahak, tinja sebaiknya menggunakan wadah
yang bermulut lebar Dan bertutup ulir
c. Antikoagulan
Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel darah
membeku. Beberapa spesimen memerlukan bahan tambahan berupa bahan
pengawet atau antikoagulan.
Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan.Bahan tambahan yang dipakai harus memenuhi persyaratan
yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan diperiksa. Anti
koagulan yang biasa dipakai adalah EDTA
e. Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan
laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa. Volume
spesimen yang dibutuhkan untuk beberapa pemeriksaan spesimen dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
21
Anti Wadah Keterangan
Jenis Spesimen koagulan
Pemeriksaan Jenis Jumlah
Hematologi
Darah rutin Darah 2 cc EDTA Gelas /plastik
LED Darah 2 cc EDTA Gelas /plastic
Hemoglobin Darah 1 cc EDTA Gelas /plastic
Bleeding time darah 3 cc
dan cloting time
KIMIA KLINIK
Gula darah Darah 1 cc Gelas /plastic
Serum 1 cc
Kolesterol Serum 1 cc Gelas /plastic
Asam urat Serum 1 cc Gelas /plastic
SGOT Serum 2 cc Gelas /plastic
SGPT Serum 2 cc Gelas /plastic
BUN Serum 2 cc Gelas /plastic
Kreatinin Serum 2 cc Gelas /plastic
SEROLOGI
Widal Serum / 2 cc Gelas /plastic
plasma
Golongan darah Darah 1 cc Gelas /plastic
TPHA / RPR Serum 2 cc Gelas /plastic
HIV Serum 2 cc Gelas /plastic
Feses lengkap Feses Secukup- Gelas /plastic
nya
URINE
Reduksi Urine 10 cc Plastik
Albumin Urine 10 cc Plastik
Sedimen Urine Urine 15 cc Gelas / plastik
Urine Rutin Urine 10 cc Gelas / plastik
Kehamilan Urine 10 cc Gelas / plastik
22
Teknik
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar, agar spesimen
tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya. Teknik pengambilan untuk beberapa
spesimen yang sering diperiksa.
a. Darah Vena (dengan cara plebotomi/menggunakan tabung vakum)
1. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus lurus,
jangan membengkokkan siku. Pilih lengan yang banyak melakukan aktivitas.
2. Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
3. Pasang "torniquet"± 10 cm di atas lipat siku
4. Pilih bagian vena mediana cubiti
5. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70%
dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa terbakar. Kulit
yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
6. Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap ke atas dengan
sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat, tekan tabung vakum
sehingga darah terisap ke dalam tabung. Bila jarum berhasil
7. masuk vena, akan terlihat darah masuk dalam semprit. Selanjutnya lepas
torniquet dan pasien diminta lepaskan kepalan tangan.
8. Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai.Apabila dibutuhkan
darah dengan antikoagulan yang berbeda dan volume yang lebih banyak,
digunakan tabung vakum yang lain.
9. Tarik jarum dan letakkan kapas alkohol 70 % pada bekas tusukan untuk
menekan bagian tersebut selama ± 2 menit. Setelah darah berhenti, plester
bagian ini selama ± 15 menit.
10. Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 5 kali agar
bercampur dengan antikoagulan.
b. Darah kapiler
1. Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70 % dan biarkan sampai
kering lagi.
23
2. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa
nyeri berkurang.
3. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusuklah dengan arah
tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan sejajar dengan itu. Pada daun
telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinya.Tusukan harus cukup dalam supaya
darah mudah keluar, jangan menekan-nekan jari atau telinga untuk mendapat
cukup darah. Darah yang diperas keluar semacam itu telah bercampur dengan
cairan jaringan sehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan dalam
pemeriksaan.
4. Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai segumpal kapas
kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
c. Urin
1) Pada wanita
a. Pada pengambilan spesimen urin porsi tengah yang dilakukan oleh penderita
sendiri, sebelumnya harus diberikan penjelasan sebagai berikut:
b. Penderita harus mencuci tangan memakai sabun kemudian dikeringkan dengan
handuk.
c. Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan.
d. Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari depan ke
belakang.
e. Bilas dengan air hangat dan keringkan dengan kasa steril yang lain,
f. Selama proses ini berlangsung, keluarkan urin, aliran urin yang pertama keluar
dibuang. Aliran urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang sudah
g. disediakan.
h. Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah.
i. Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis.
j. Wadah ditutup rapat dan segera dikirimkan ke laboratorium.
24
2) Pada laki-laki
a. Penderita harus mencuci tangan memakai sabun.
b. Jika tidak disunat tarik kulit preputium ke belakang, keluarkan urin, aliran yang
pertama keluar dibuang, aliran urin selanjutnya ditampung dalam wadah yang
sudah disediakan. Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah. Pengumpulan urin
selesai sebelum aliran urin habis.
c. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
d. Urin Kateter
a. Lakukan disinfeksi dengan alkohol 70 % pada bagian selang kateter yang terbuat
dari karet (jangan bagian yang terbuat dari plastik).
b. Aspirasi urin dengan menggunakan samprit sebanyak kurang lebih 10 ml.
c. Masukkan ke dalam wadah steril dan tutup rapat.
d. Kirimkan segera ke laboratorium.
f. Tinja
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan (tanpa bantuan
obat pencahar), jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula sampel tinja diambil dari
rektum dengan cara colok dubur.
g. Dahak
Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan, dan
dijelaskan perbedaan dahak dengan ludah.Bila pasien mengalami kesulitan
mengeluarkan dahak, pada malam hari sebelumnya diminta minum teh manis atau
diberi obat gliseril guayakolat 200 mg.
25
5. Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung di dalam wadah, dengan cara
mendekatkan wadah ke mulut.Amati keadaan dahak. Dahak yang berkualitas baik
akantampak kental purulen dengan volume cukup (3-5 ml).
6. Tutup wadah dan segera kirim ke laboratorium.
o. Usap nasofaring
1. Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
2. Petugas berdiri di samping penderita.
3. Kepala ditegakkan dan tangan petugas memegang bagian belakang kepala
penderita.
4. Masukkan lidi dacron ke dalam rongga hidung. Posisi lidi tegak lurus.
5. Panjang lidi yang masuk kira-kira ½ jarak ujung hidung sampai telinga.
6. Masukkan sampai menyentuh dinding belakang nasofaring, kemudian tarik keluar.
7. Masukkan lidi dacron kedalam media transpor atau langsung tanam pada media
isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin, Agar Cystin Tellurite) dan dibuat sediaan.
p. Swab tenggorok
1. Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
2. Penderita diminta membuka mulut.
3. Lidah ditekan dengan spatel lidah.
4. Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril hingga
menyentuh dinding belakang faring,
5. Usap ke kiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik keluar dengan
hati-hati tanpa menyentuh bagian mulut yang lain.
6. Masukkan lidi kapas ke dalam media transpor atau langsung tanam pada media
isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin, Agar Cystin Tellurite) dan dibuat sediaan.
D. PEMBERIAN IDENTITAS
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting, baik pada
saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran, pengisian
label wadah spesimen.
Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
sebaiknya memuat secara lengkap:
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk rekam
medik.
4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon)
5. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
6. Informed concern
26
E. PENGOLAHAN
F. PEMERIKSAAN SPESIMEN
Pemeriksaan specimen yang tersedia dilaksanakan sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan oleh penanggug jawab layanan laboratorium yaitu Kepala UPTD Puskesmas
Bareng .
Dalam pelaporan hasil tentunya harus disertakan rentang nilai yang dapat digunakan
sebagai acuan untuk menegakkan diagnose. Hasil dapat dikatakan normal bila nilai hasil
pemeriksaan masuk dalam rentang nilai tersebut. Hasil yang keluar dari rentang nilai bias
dikatakan abnormal dan sebagai pertanda adanya gangguan kesehatan.
27
Rentang nilai ditetapkan penanggung jawab layanan laboratorium berdasarkan rentang
nilai yang ditetapkan oleh dinas kesehatan atau laboratorium yang tingkatannya lebih
tinggi.
Sesuai dengan KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS BARENG NOMOR 188.4/
8.1.6.1/415.25.33/2015
RENTANG
RENTANG NILAI
NO PEMERIKSAAN NO PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL NORMAL
A KIMIA KLINIK DARAH RUTIN
10 - 40 U/
1 SGOT l 1. Hemoglobin L : 14 - 18
2 SGPT 5 - 35 U/l P : 12 - 16
2. LED L : 0 - 10
3 Cholesterol total < 200 mg /dl P : 0 - 20
3. Leukosit 4000 - 10.000
4 - 5 Juta /
4 Ureum ( BUN ) 8 - 25 mg / dl 4. Eritrosit mm3
L:0.6 -1.3 mg / 200 000-450
5 Kreatinin dl 5. Trombosit 000
P : 0.5 -1 mg
/dl 6. Diff Count
L : 4 -8,5 mg /
6 Uric acid dl eosinofil 1 - 3 %
P:2 ,7-6,3 mg /
dl Basofil 0 - 1 %
stab 2 - 6 %
70 - 200 mg /
7 Sewaktu dl segmen 50 - 70 %
70 – 125 mg /
8 Puasa ( BSN ) dl limphosit 20 - 40 %
9 2 Jam PP 70 - 200 mg /dl monosit 2 - 8 %
URINE 7 PCV L: 40 - 52 %
LENGKAP P: 38 - 48 %
1. Albumin negatif 8 Malaria Negatif
2. Reduksi negatif 9 Widal
28
3. Bilirubin negatif Thypi O Negatif
4. Urobilin negatif Thypi H Negatif
5 sedimen : Parathypi A Negatif
Leukosit 0-3 Parathypi B Negatif
Eritrosit negatif
Epitel sel 0-5 Lain lain
Kristal negatif BTA Sputum S Negatif
Silinder negatif BTA Kusta Negatif
Bakteri negatif
Lain - lain negatif
Negative -
6. PP test positif
7.
G. NILAI KRITIS
Nilai Kritis adalah nilai yang mencerminkan keadaan patologis yang dapat
membahayakan jiwa bila tidak segera diambil tindakan. Puskesmas Bareng perlu
menentukan nilai kritis terhadap hasil pemeriksaan laboratorium agar pasien dapat
penanganan lebih cepat apabila mendapatka hasil pemeriksaan yang kritis.. yang
bisa membahayakan keselamatan pasien :
29
Jika mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium seperti tersebut diatas
tetapkan sebagai nilai kritis.Berilah tanda khusus pada lembar hasil, dan
buku register untuk menunjukkan bahwa hasil laboratorium tersebut sangat
kritis dan perlu penanganan secepatnya dengan cara diberi stabilo warna
yang mencolok. Segera serahkan hasil, Segera komunikasikan dengan
klinisi masalah hasil laboratorium yang kritis tersebut. Klinisi mencatat pada
buku rekam medik dan diberi tanda stabile dengan warna yang mencolok
H. PELAPORAN HASIL.
Hasil pemeriksaan laboratorium dicatat pada lembar hasil yang telah ditetapkan, diimana
pada lembar hasil tersebut berisi tentang identitas pasien, jenis pemeiksaan rentang nilai
dan hasil pemeriksaan. Hasil pemeriksaan ditandatangani oleh petugas teknis
labroratorium khususnya coordinator. Semua hasil pemeriksaan wajib disalin , ditulis
pada buku regester laboratorium, sekaligus sebagai arsip laboratorium. Hasil
pemeriksaan diserhkan pada pasien untuk dibawa lagi ke dokter pemeriksa.
Setiap akhir bulan coordinator laboratorium berkewajiban menghitung jumlah kunjungan,
jumlah tiap jenis pemeriksaan dan dilaporkan ke petugas SP2TP Puskesmas.
30
BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
31
4. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja dalam
laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium (hati-hati
dengan jas laboratorium yang berpotensi infeksi).
5. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke belakang dengan
rapi.
6. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan
setelah selesai melakukan aktifitas laboratorium dan harus melepaskan baju
proteksi sebelum meninggalkan ruang laboratorium.
7. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa ijin pejabat yang
berwenang.
8. Dilarang makan, minum (termasuk minum dari botol air) dan merokok di tempat
kerja.
9. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau benda
tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di bak/peti dalam
laboratorium dan diberi keterangan.
10. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning (menjadi
limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus.
11. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
12. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet penghisap.
13. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada penanggung jawab
Laboratorium.
14. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang ditentukan.
15. Pengelolaan spesimen
a. Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius.
b. Harus mempunyai meja khusus untuk penerimaan spesimen.
c. Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara pengambilan,
pengiriman dan pengolahan spesimen dengan benar.
d. Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan pada wadah yang
memiliki konstruksi yang baik, dengan karet pengaman untuk mencegah
kebocoran ketika dipindahkan.
e. Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna menghindari
pencemaran dari luar kontainer atau laboratorium.
f. Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh (contoh:
membuka tutup tabung vakum) harus menggunakan sarung tangan dan
masker.
g. Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan dan
mengganti sarung tangan.
h. Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah infeksius
dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.
32
i. Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus Didekontaminasi
dengan desinfektan setelah selesai melakukan kegiatan laboratorium.
16. Pengelolaan bahan kimia yang benar
a. Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan kimia yang
benar (antara lain penggolongan bahan kimia, bahan kimia yang tidak boleh
tercampur, efek toksik dan persyaratan penyimpanannya).
b. Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan mempunyai
pengetahuan serta keterampilan untuk menangani kecelakaan.
c. Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket dan tanda peringatan
yang sesuai.
33
b. Limbah Cair
Limbah cair terdiri dari limbah cair umum/ domestik, limbah cair infeksius dan limbah cair
kimia.
Cara menangani limbah cair:
1) Limbah cair umum/domestik dialirkan masuk ke dalam septik tank.
2) Limbah cair infeksius dan Kimia dialirkan ke saluran IPAL
34
BAB VII
MUTU LABORATORIUM
A. BAKUAN MUTU
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan bakuan
mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi
tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru
yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab laboratorium.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis
laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab Laboratorium Puskesmas.
B. PEMANTAPAN MUTU
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan proses
atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan. Kegiatan ini berupa Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan
Mutu Eksternal (PME) dan Peningkatan Mutu.
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI/Internal Quality Control)
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus menerus agar
tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan atau penyimpangan sehingga
diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
a. Manfaat:
1. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
2. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak
terjadi dan perbaikan penyimpanan dapat dilakukan segera.
3. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan,
pengiriman, penyimpanan dan pengolahan dan pemeriksaan spesimen sampai
dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
4. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
5. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)
35
b. Cakupan
Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas: tahap praanalitik, tahap analitik dan
tahap pasca-analitik.
1)Tahap Pra-Analitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, mengambil spesimen,
menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengirim spesimen rujukansampai
dengan menyimpan spesimen.
a. Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien mengenai
persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan
b. Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara spesimen
yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan mencatat kondisi fisik
spesimen tersebut pada saat diterima antara lain volume, warna, kekeruhan, dan
konsistensi. Spesimen yang tidak sesuai dan memenuhi persyaratan hendaknya
ditolak. Dalam keadaan spesimen tidak dapat ditolak (via pos, ekspedisi), maka
perlu dicatat dalam buku penerimaan spesimen dan formulir hasil pemeriksaan
c. Penanganan spesimen
Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi penyimpanan
spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan-
pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman spesimen sudah benar
d. Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian pemeriksaan
sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika Laboratorium Puskesmas
tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimen dikirim ke laboratorium lain
dan sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil
e. Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Beberapa cara
menyimpan spesimen antara lain :
Disimpan pada suhu kamar (Misalnya penyimpanan usap dubur dalam Carry
& Blair untuk pemeriksaan Vibrio cholera).
Disimpan dalam lemari es dengan suhu 0 C.
Dapat diberikan bahan pengawet.
Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.
2) Tahap Analitik adalah tahap mulai dari persiapan reagen, mengkalibrasi dan
memelihara alat laboratorium, uji ketepatan dan ketelitian dengan menggunakan bahan
kontrol dan pemeriksaan spesimen.
a. Persiapan reagen
36
Reagen memenuhi syarat sesuai standar yang berlaku, masa kadaluarsa tidak
terlampaui, cara pelarutan atau pencampuran sudah benar, cara pengenceran
sudah benar
b. Kalibrasi dan pemeliharaan peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
adalah peralatan laboratorium, wadah spesimen. Harus dilakukan kalibrasi dan
pemeliharaan peralatan laboratorium secara teratur dan terjadwal. Wadah
spesimen harus bersih dan tidak terkontaminasi.
Contoh beberapa peralatan laboratorium yang perlu dikalibrasi adalah:
Lemari es (Refrigerator/freezer)
Catat suhu setiap hari dengan thermometer, thermometer yang digunakan adalah
thermometer standar lemari es yang mempunyai rentang suhu -30 0C – 50 0C
Micro Pipet
Sentrifus (Centrifuge)
Fotometer (Photometer)
Thermometer
37
Pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan diselenggarakan pada
berbagai tingkatan, yaitu :
a. Tingkat nasional/tingkat pusat : Kementerian Kesehatan
b. Tingkat Regional : BBLK
c. Tingkat Propinsi/wilayah : BBLK/ BLK
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi Laboratorium
Puskesmas, karena dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan performance
(penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan
yang ditentukan.
Dalam melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara khusus, harus
dilaksanakan oleh petugas yang biasa melakukan pemeriksaan tersebut serta
menggunakan peralatan/reagen/metoda yang biasa digunakan, sehingga hasil
pemantapan mutu eksternal tersebut benar-benar dapat mencerminkan penampilan
laboratorium yang sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara dicatat dan
dievaluasi untuk mencari penyebab-penyebab dan mengambil langkahlangkah
perbaikan.
3. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu adalah suatu proses terus menerus yang dilakukan oleh laboratorium
sebagai tindak lanjut dari Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu
Eksternal (PME) untuk meningkatkan kinerja laboratorium.
38
39
BAB VIII
PENUTUP
dr ANDRI SUHARYONO,MKP
40
LAMPIRAN I
KUMPULAN SOP
41
8. Ambil darah sampai dianggap cukup (sesuai dengan pemeriksaan lab yang akan
dilakukan) letakkan kapas pada ujung jarum dan tarik jarumnya.
Pindahkan darah dari spuit ke botol EDTA ( pemeriksaan DL ) atau tabung sero untuk
pemeriksaan kimia klinik.
3. Petugas memberi informasi cara pengambilan sampel yang benar (urin yang
keluar pertama dibuang kemudian urin selanjutnya ditampung kira-kira 10 ml pada
pot urine sebagai sampel dan sisa urin selanjutnya dibuang)
4. Petugas menyuruh pasien untuk mengambil sampel urin dikamar mandi
5. Petugas menerima sampel dari pasien
6. Petugas mencatat pada buku register, nama, umur, jenis kelamin, dan alamat
pasien
7. Petugas memberi informasi waktu pengambilan hasil
8. Petugas cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
42
3.1. Pasien diminta mengamati Tinja / BABnya apakah ada darah, lendir, sisa
makanan, cacing dll.
3.2. Ambil seujung lidi bagian Tinja yang mencurigakan ( ada darah / lender dll ).
3.3. Masukkan kedalam wadah yang telah disediakan.
3.4. Tutup rapat wadah lalu kirim ke Laboratorium.
4. Siapkan wadah Sampel dan diberi label data pasien
5. Wadah diserahkan kepasien dan pasien dipersilakan ke kamar mandi.
6. Jika tidak bisa BAB di Puskesmas, wadah bias dibawa pulang untuk ambil sampel
dirumah
7. Setelah selesai pasien diminta meletakkan wadah Tinja sampel di baki yang telah
disediakan.
8. Pasien diminta duduk menunggu hasil
43
9. Buat sayatan kecil dari atas kebawah dengan pisau mes, jangan terlalu dalam
sampai reitz serum keluar bukan darah.
10. Kerok dan ambil reitz serum yang keluar dengan pisau mes, lalu oleskan tipis diatas
objek glass.
11. Keringkan sediaan
12. Setelah kering, lakukan pengecatan tahan asam zielh neelsen
44
PEMERIKSAAN DAN PEMAKAIAN ALAT FOTOMETER
1. Siapkan Fotometer set
2. Pasang/ Cek Botol drainase jika penuh, buang isinya.
3. Cek kertas printer hasil, bila habis ganti baru.
4. Colokkan kabel power ke sumber listrik.
5. Tekan tombol power.
6. Tunggu proses pemanasan selama sekitar 15 menit.
7. Tanda touchscreen yang kita klik aktif bila background berubah warna jadi kuning
8. Klik program untuk setting jenis pemeriksaan sesuai brosur yang ada di tiap kit
reagen, meliputi :
Metode
Panjang gelombang
Temperature
Delay time
Measuring timer
Reagen Blank
Factor
Aspiration Volume
Satuan
Batas atas pemeriksaan
Batas bawah pemeriksaan
Nilai normal atas
Nilai normal bawah
45
22. Klik exit untuk keluar dari program
23. Rinse alat setiap pergantian program dan sebelum mematikan alat
24. Untuk mematika alat, posisikan layar dalam posisi menu utama
25. Lalu tekan tombol power untuk mematikan alat.
26. Cabut kabel power dari sumber listrik setiap selesai digunakan / sebelum pulang
46
PEMERIKSAAN KIMIAWI URINE
1. Siapkan sampel urine
2. Tuang sampel urine kedalam tabung reaksi
3. Ambil stik urine
4. Celupkan Stick Uristik ke dalam tabung yang berisi urine selama + 1 menit
5. Tiriskan dengan tisu
6. Kemudian baca perubahan warna yang terjadi dengan menyamakan warna pada
botol uristik, untuk mengetahui keadaan kimiawi urine
7. Catat hasil pada Buku Register Hasil Urine Lengkap
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
1. Siapkan sampel darah.
2. Isi tabung sahli dengan hcl 0,1 N sampai tanda 2
3. Hisap darah menggunakan pippet sahli sampai tanda garis (20 mikro liter)
4. Bersihkan dengan tisu, bagian luar pippet yang terkena darah sampel.
5. Masukkan darah kedasar tabung sahli yang telah diisi Hcl dengan pelan - pelan
6. Bilas pippet dengan bagian atas cairan hcl yang bening.
7. Kocok sampai homogen
8. Diamkan 5 menit
9. Encerkan pelan pelan sambil diaduk sampai perubahan warna yang terjadi sama
dengan warna standart.
10. Nilai Hb dilihat dari skala yang ditunjukkan batas atas cairan
11. Catat hasil pemeriksaan pada buku regester
47
PEMERIKSAAN TES KEHAMILAN
1. Siapkan urine sampel.
2. Celupkan strip One Med pada sample urine sampai tanda panah batas garis.
3. Tunggu menit selama 30-60 detik
4. Angkat strip, tunggu 1-3 menit, baca hasilnya
5. Baca, bila positif (+) keluar tanda dua garis merah muda dan bila negatif (-) keluar
tanda satu garis merah muda
6. Catat hasil pada Buku Register
48
3. Sambilmenunggu loading, Siapkan sampel yang akan diperiksa dalam bentuk
serum.
4. Siapkan 3 tabung pemeriksaan.
5. Pada tabung I, pipet 500 µl reagen Glucose.
6. Pada tabung II, pipet 500 µl reagen Glucose, tambahkan 5 µl standart, kemudian
campur sampai merata.
7. Pada tabung III, pipet 500 µl reagen Glucose, tambahkan 5 µl serum sampel,
kemudian campur sampai merata.
8. Inkubasi ketiga tabung tersebut selama 10 menit diluar alat ( rak tabung) pada
suhu ruangan.
9. Baca tabung I pada Fotometer sebagai blanko
10. Baca tabung II pada Fotometer sebagai standart
11. Baca tabung III pada Fotometer sebagai sampel.
12. Hasil pemeriksaan serum sampel (tabung III) akan keluar pada layar fotometer.
13. Catat hasil pada buku Register Hasil .
B. Reagen Stik
1. Masukkan Stik ke dalam alat On Call Plus
2. Tunggu sampai terlihat tanda tetes darah pada layar On Call Plus
3. Teteskan darah pada stik On Call Plus
4. Tunggu beberapa saat, hasil akan terlihat pada layar On Call Plus
5. Catat hasil pada buku Register
49
PEMERIKSAAN KOLESTEROL
1. Pastikan Fotometer dalam kondisi ready ( Pada layar Fotometer sudah ada
tampilan Main Menu).
2. Klik program ------ Cholesterol
3. Sambil menunggu proses loading, Siapkan sampel yang akan diperiksa dalam
bentuk serum.
4. Siapkan 3 tabung pemeriksaan.
5. Pada tabung I, pipet 500 µl reagen Total Cholesterol
6. Pada tabung II, pipet 500 µl reagen Total Cholesterol kemudian tambahkan 5 µl
standart lalu campur sampai merata
7. Pada tabung III, pipet 500 µl reagen Total Cholesterol kemudian tambahkan 5 µl
serum sampel lalu campur sampai merata
8. Inkubasi ketiga tabung tersebut selama 10 menit diluar alat (pada rak tabung) pada
suhu ruang. Baca tabung I pada Fotometer sebagai Blangko
9. Baca Tabung II pada Fotometer sebagai Standart
10. Baca Tabung III pada Fotometer sebagai Sampel
11. Hasil pemeriksaan serum sampel (tabung III) akan keluar pada layar Fotometer
12. Catat hasil pada buku Register
PEMERIKSAAN SGOT
1. Pastikan Fotometer dalam kondisi ready
2. Klik program...... SGOT .
3. Sambilmenunggu proses loading, Siapkan sampel yang akan diperiksa dalam
bentuk serum.
4. Siapkan 2 tabungreaksi
5. Pippet 500 µl reagent kerja, masukkan kedalam tabung reaksi. Baca sebagai
blanko
6. Pipet 500 µl reagent kerja, tambah 50 µl serum sampel lalu campur sampai merata.
7. lalu baca larutan dalam tabung tersebut pada Fotometer sebagai sampel
8. Hasil pemeriksaan serum sampel akan terlihat pada layar Fotometer
9. Catat hasil pada buku Register
PEMERIKSAAN SGPT
50
5. Pippet 500 µl reagent kerja, masukkan kedalam tabung reaksi. Baca sebagai
blanko
6. Pipet 500 µl reagent kerja, tambah 50 µl serum sampel lalu campur sampai
merata.
7. lalu baca larutan dalam tabung tersebut pada Fotometer sebagai sampel
8. Hasil pemeriksaan serum sampel akan terlihat pada layar Fotometer
9. Catat hasil pada buku Register
PEMERIKSAAN UREUM
1. Pastikan Fotometer dalam kondisi ready
2. Klik program...... UREUM .
3. Sambil menunggu proses loading, Siapkan sampel yang akan diperiksa dalam
bentuk serum.
4. Siapkan 2 tabungreaksi
5. Pippet 500 µl reagent kerja, masukkan kedalam tabung reaksi. Baca sebagai
blanko
6. Pipet 500 µl reagent kerja, tambah 50 µl serum sampel lalu campur sampai
merata.
7. lalu baca larutan dalam tabung tersebut pada Fotometer sebagai sampel
8. Hasil pemeriksaan serum sampel akan terlihat pada layar Fotometer
9. Catat hasil pada buku Register
PEMERIKSAAN KREATININ
1. Pastikan Fotometer dalam kondisi ready
2. Klik program......KREATININ .
3. Sambilmenunggu proses loading, Siapkan sampel yang akan diperiksa dalam
bentuk serum.
4. Siapkan 2 tabungreaksi
5. Pippet500 µl reagent kerja, masukkankedalamtabungreaksi. Baca sebagai blanko
6. Pipet 500 µl reagent kerja, tambah 50 µl serum sampel lalu campur sampai
merata.
7. lalu bacalarutandalam tabung tersebut pada Fotometer sebagai sampel
8. Hasil pemeriksaan serum sampel akan terlihat pada layar Fotometer
9. Catat hasil pada buku Register
51
5. Lihat pada mikroskop perbesaran 45 X , lihat adanya telur cacing, larva, bakteri,
Amuba, erytrosit, lekosit dan lain lain
6. Hasil dicatat pada buku register hasil Feaces Lengkap
PEMERIKSAAN BTA
6.1 PEMBUATAN SEDIAAN
1. Kaca obyek diberi no. Kode pada sisi kanan kaca obyek.
2. Pilih bagian dahak yang kental, warna kuning kehijauan, atau pus. Ambil
sedikit bagian tersebut dengan memakai ose / tusuk gigi.
3. Ratakan di atas kaca obyek dengan ukuran 2 – 3 cm. Apusan dahak jangan
terlalu tebal/tipis. Keringkan pada suhu kamar.
4. Setelah itu sediaan langsung diwarnai dengan pewarnaan Ziehl Neelsen.
6.2. PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN
1. Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuang larutan Carbol Fuchsin
sampai menutupi seluruh sediaan.
2. Panasi sediaan secara hati-hati diatas api selama 3 menit sampai keluar uap
tetapi jangan sampai mendidih. Biarkan selama 5 menit
3. Cuci dengan air mengalir.
4. Tuang HCL-Alkohol 3% sampai warna merah dari Fuchsine hilang tunggu 2
menit.
5. Cuci dengan air mengalir.
6. Tuangkan larutan Methyline Blue 0,1 % dan tunggu 10 – 20 detik.
7. Cuci dengan air mengalir.
8. Keringkan di rak pengering.
6.3. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
1. Siapkan sediaan BTA
2. Letakkan pada meja mikroskop
3. Set objektif 10 X
4. Periksa dan cari lapang pandang yanglekosit merata
5. Teteskan oil emersi
6. Putar objektif ke pembesaran 100 x
7. Cari bakteri tahan asam ( batang warna merah ) dalam 100 lapang
pandang.
8. Laporkan. Menurut skala IUATLD
52
PEMERIKSAAN MALARIA
Pembuatan sediaan
1.1. Sediaan Darah Tebal
1.1.1. Letakkan Obyek glass dengan 2 tetes darah diatas meja dengan tetesan
darah menghadap keatas.
1.1.2. Ambil obyek glass lain, tempelkan ujungnya pada tetesan darah dan
lebarkan dengan arah melingkar berlawanan jarum jam, sampai sediaan
berdiameter ± 1 cm
1.1.3. Biarkan sampai kering
1.1.4. Beri identitas (nama, umur, alamat pasien) pada obyek glass dengan
menggunakan pensil kaca.
1.1.5. Setelah tetesan darah pada obyek glass benar2 kering, rendam dalam
aquadest sampai tetesan tadi berwarna pucat (pemisahan hemoglobin).
1.1.6. Keringkan sediaan
Pewarnaan sediaan
Dilakukan dengan pewarnaan giemsa :
2.1. Encerkan larutan giemsa stok (0,75 %) 1 bagian dengan larutan buffer 9
bagian
2.2. Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuangi dengan larutan
giemsa sebanyak ± 2,5 ml dan biarkan selama 30 menit.
2.3. Tuangi aquadest diatas sediaan tadi, sampai zat pewarna hilang.
2.4. Keringkan sediaan
Pembacaan Sediaan
3.1. Sediaan yang sudah diwarnai dan sudah kering diperiksa dibawah mikroskop
3.2. Baca sediaan pada pembesaran obyektif 100x dan okuler 10x
53
3.3. Baca sediaan secara zig-zag, yaitu dari sisi kesisi yang lain kemudian
kembali kesisi semula dan begitu seterusnya.
3.4. Catat hasil di Buku register.
54
PEMANTAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR
Prosedur Memakai APD
1. Siapkan semua peralatan pelindung diri.
2. Pakai Jas lab terlebih dahulu.
3. Selanjutnya memakai masker
4. Setelah terpakai semua, baru hand scoon dipakai.
5. Petugas siap melakukan pelayanan
Prosedur Melepas APD
1. Setelah selesai pekerjaan lab, lepas semua APD.
2. Lepas hand scoon, buang ke tempat sampah medis.
3. Lepas Jas lab,
4. Terakhir lepas masker dan buang ketempat sampah medis.
5. Cuci tangan dengan sabun
55
PEMANTAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR
1. Petugas LAB wajib melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai SOP yang telah
ditetapkan
2. Koordinator pelayanan klinis sidak setiap 3 bulan untuk memantau pelaksanaan
prosedur pemeriksaan Laboratorium.
3. Apabila terdapat kesalahan pelaksanaan prosedur pemeriksaan Laboratorium,
Koordinator pelayanan klinis informasi alasan kenapa tidak melaksanaan prosedur
pemeriksaan Laboratorium dengan benar.
4. Bila masalah dapat segera diselesaikan, segera diselesaikan.
5. Bila masalah tidak dapat diselesaikan saat itu juga, petugas mengisi form RTL,
untuk dapat diselesaikan di lokmin.
6. Catat di form pemantauan penggunaan APD
PENGELOLAAN REAGEN
1. Petugas menggunakan kaidah pertama masuk –pertama keluar (FIFO )first in first
out yaitu reagen yang lebih dulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu
2. Petugas menggunakan reagen yang mempunyai masa kadaluwarsa pendek untuk
dipakai terlebih dahulu. (FEFO) first expire first out guna menjamin barang tidak
rusak akibat penyimpanan lama
3. Petugas menyimpan larutan berwarna dan larutan organik dalam botol coklat/
botol plastik putih susu
4. Petugas menempatkan reagen pada tempat sesuai petunjuk reagen.
5. Petugas menyimpan reagen pada tempat yang tidak terkena sinar matahari
langsung
6. Petugas menyimpan reagen padasuhu kamar atau suhu dingin ( 2 o C – 8o C)
tergantung jenis reagen
7. Petugas membuat kartu stok pemakaian reagen.
56
6 Aquabides Botol/500 ml Suhu Ruangan
PENGELOLAAN LIMBAH
57
2. Kenali jenis limbah sebelum pembuangan
Limbah non medis
Limbahmedis
Limbahmedistajam
Limbahmediscair.
58
PEMANTAUAN WAKTU PENYAMPAIAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PASIEN URGENT ATAU GAWAT DARURAT / CYTO
1. Petugas UGD dating membawa lembar permintaan pemeriksaan + sampel
Pasien.
2. Catat jam sampel diterima kemudian tandatangani pada form
3. Periksa sampel
4. Catat data pasien dan hasil pemeriksaan pada lembar hasil pemeriksaan
5. Salin data pasien dan hasil pemeriksaan di buku regester
6. Serahkan Hasil Pemeriksaan kepada petugas UGD..
7. Petugas UGD meneima, mencatat jam penerimaan hasil kemudian tandatangani
59
Nilai Kritis Pemeriksaan Kimia Dewasa
NO Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas
Bawah
1. Glukosa mg/dl < 40 > 700
60
8. Koordinator yannis dan anggota rapat menganalisa penyebab masalah,
9. Koordinator yannis dan anggota rapat menentukan tindak lanjut,
10. Koordinator yannis menekankan kepada petugas lab segera melaporkan
hasil pemeriksaan lab yang kritis kepada peminta pemeriksaan,
Notulen mendokumentasikan hasil rapat untuk menentukan tindak lanjut dari masalah.
10. PENYIMPANAN
2.1. Reagent yang datang disimpan sesuai dengan prosedur penyimpanan yang
tertera dalam kemasan Reagent.
2.2. Kulkas tempat penyimpanan reagent harus selalu diperiksa suhunya agar
sesuai dengan syarat penyimpanan reagent dengan cara :
a. Letakkan termometer dalam kulkas
b. Atur suhu kulkas sesuai dengan syarat suhu dalam penyimpanan reagent
Di cek suhunya tiap hari pada pagi hari, catat pada buku pemantauan
suhu.
c. Usahakan agar kulkas selalu dalam keadaan hidup
d. Bersihkan kulkas setiap dua bulan
2.3. Reagent yang sudah dibuka bisa bertahan sampai masa kadaluarsa habis
bila disimpan pada suhu (2-8)0 C
2.4. Jika suhu penyimpanan di lemari pendingin di luar (2-8)0C maka reagen
yang belum terbuka dapat bertahan 1 minggu, sedangkan reagen yang
sudah dibuka dapat bertahan 3 hari.Kemudian segera pindahkan terlebih
dahulu reagen ke lemari pendingin unit lain dan minta ke bagian sarana
untuk perbaikan lihat Protap Alur Laporan Kerusakan Dari Bagian-bagian
61
3. DISTRIBUSI REAGEN
1. Distribusi reagen dilakukan bila ada permintaan pemeriksaan laborat di
bagian laborat sendiri.
2. Distribusi berdasarkan prinsip first in first out
PELABELAN
1. Petugas membuat kartu stock penggunaan reagen .
2. Petugas membuatkan label pada setiap reagen yang tidak ada labelnya atau
reagen yang dibuat sendiri.
3. Petugas menuliskan tanggal penerimaan reagen pada label.
4. Petugas menuliskan nama reagen pada label.
5. Petugas menuliskan tanggal pertama kali dibuka pada label.
6. Petugas menuliskan Expired Date pada label.
7. Petugas menuliskan konsentrasi reagen pada label.
8. Petugas menuliskan jumlah kandungan isi reagen pada label.
9. Petugas menuliskan tanda bahaya berupa pictogram tanda hitam pada latar
belakang oranye untuk reagen yang berbahaya
10. Petugas menuliskan symbol bahaya( E untuk zat yang mudah meledak, O untuk
zat yang mengalami oksidasidan F untuk zat yang mudah terbakar )
11. Petugas memastikan label terpasang benar dan tidak mudah lepas
EVALUASI REAGENT
1. Perhatikan tanggal kadaluarsa reagensia
2. Catat tanggal kadaluarsa reagensia pada kartu stok ketika menerima barang.
3. Catat tanggal kadaluarsa reagensia ketika mengeluarkan barang untuk digunakan
pelayanan.
4. Musnahkan/buang reagensia yang telah melewati masa kadaluarsa.
5. Catat tanggal pada botol ketika mulai menggunakan.
6. Untuk stik urine dan reagensia kimia klinik, musnahkan bila sudah 4 bulan sejak
dibuka untuk digunakan
62
6. Petugas setiap tiga bulan sekali disupervisi oleh tim mutu atau BLK untuk
mengontrol pemeriksaan laboratorium.
7. Petugas melakukan kalibrasi alat pada tehnisi yang telah ditentukan
63
3. Petugas memberitahukan kepada dokter bahwa pasien telah dibuatkan rujukan
laboratorium.
4. Petugas mengembalikan rekam medis. ke Petugas pendaftaran
PERBAIKAN ALAT
1. Petugas mendapatkan alat dengan hasil yang menyimpang ketika dilakukan
kaliberasi/ validasi,
2. Petugas menginventaris alat – alat yang menyimpang tersebut (rusak),
3. Petugas memisahkan alat yang rusak untuk segera dilakukan perbaikan.
4. Petugas membuat laporan mengenai alat dan barang yang rusak,
5. Petugas memberikan laporan alat yang rusak kepada pengelola barang,
5. Petugas membuat surat pengajuan perbaikan alat untuk alat – alat yang rusak,
6. Kepala Puskesmas menyetujui rencana perbaikan alat
7. Petugas meminta kepada pengelola barang untuk dilakukan perbaikan.
8. Petugas menginformasikan kepada klinisi bahwa alat masih dalam perbaikan.
9. Petugas menerima alat yang sudah diperbaiki dari kordinator barang,
10. Petugas mengajukan alat yang sudah diperbaiki kepada Kepala Puskesmas untuk
dilakukan kaliberasi ulang
64
Orientasi Prosedur & Praktik Keselamatan/Keamanan Kerja
1. Kepala puskesmas membentuk Tim pelaksana K3 di laboratorium.
2. Tim K3 laboratorium membuat rencana orientasi prosedur/praktek keslamatan
kerja.
3. Tim K3 melaporkan kepada kepala puskesmas pelaksanaan pelatihan K3
laboratorium.
4. Tim K3 laboratorim memberikan orientasi prosedur keslamatan kepada petugas
laboratorium.
5. Tim K3 laboratorim memberikan orientasi praktek keslamatan kerja kepada
petugas laboratorium.
6. Tim K3 laborat membuat laporan bukti pelaksanaan orientasi.
7. Tim K3 laborat melaporkan kepada kepala puskesmas hasil pelaksanaan orientasi
pelatihan prosedur dan praktek keslamatan kerja.
8. Tim K3 laborat memantau pelaksanaan kaslamatan dan kesehatan kerja di
laboratorium
9. Tim K3 melakukan evaluasi secara berkala pelaksanaan keslamatan dan
kesehatan kerja di laborat secara berkala melalui daftar tilik.
10. Tim K3 menyusun jadwal kegiatan orientasi secara berkala
65
8. Petugas berusaha meningkatkan kinerja pelayanan laborat di puskesmas sesuai
SPO.
9. Koordinator layanan klinis melakukan evaluasi pelaksanaan penggunaan
prosedur yang baru, bahan berbahaya atau alat yang baru menggunakan daftar
tilik.
10. Koordinator layanan klinis melaporkan kepada kepala puskesmas bahwa telah
dilakukannya evaluasi
66
9. Petugas melakukan dekontaminasi pada limbah sisa pemeriksaan yang
mengandung bahan B3 kemudian menaruhnya pada tempat sampah dengan
plastic berwarna kuning.
10. Petugas melakukan desinfeksi meja kerja sebelum dan sesudah pemeriksaan
untuk mencegah kontaminasi bahan berbahaya
67