Anda di halaman 1dari 34

PEDOMAN PELAYANAN

LABORATORIUM
2020

No. Dokumen :
Tanggal Terbit :
No. Revisi :
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karuniaNya yang tak
terhingga juga shalawat serta salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta para keluarga dan sahabatnya. Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan
pedoman Pelayana Laboratorium di wilayah kerja Puskesmas Cicalengka DTP.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada dr. Hj. Yanti
Fadillah, MM.Rs. selaku Kepala Puskesmas Cicalengka DTP, seluruh teman-teman
Puskesmas Cicalengka yang telah memberikan dukungan dan do’anya, serta dukungan
material dan moral kepada penulis.
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam pembuatan pedoman
Pelayanan Laboratorium ini, semoga pedoman ini dapat diterima dan dapat menjadi
landasan kegiatan pelayanan laboratorium di wilayah kerja Puskesmas Cicalengka
DTP. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
kemajuan Puskesmas Cicalengka di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga
pedoman Pelayanan Laboratorium ini dapat berguna bagi semua pihak yang
memerlukannya. Amin.

KEPALA PUSKESMAS CICALENGKA DTP

dr. Hj. Yanti Fadillah. MM.RS


NIP. 19770414 200701 2 011
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan


yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan , pencegahan dan
pengobatan pasien.
Laboratorium puskesmas tidak hanya berfungsi membantu penetapan
diagnosa dan penatalaksanaan penderita, tetapi juga dapat berfungsi sebagai
sarana untuk memastikan diagnosa. oleh karena itu laboratorium di rumah sakit
menempati kedudukan sentral. Kedudukan yang penting itu, maka tanggung jawab
laboratorium makin lama makin bertambah besar, baik tanggung jawab profesional
(profesional responsibilities), tanggung jawab teknis (technical responsibilities)
maupun tanggung jawab pengelolaan (management responsibilities).
Pelayanan yang cepat, tepat dan cermat hanya dapat terwujud apabila
laboratorium didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai dan berfungsi
dengan baik, serta didukung oleh petugas yang profesional, pengelola maupun
pelaksana yang terdidik dan sadar akan tanggung jawabnya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Pedoman Pelayanan Bagian Laboratorium dibuat agar pelayanan laboratorium


memiliki acuan atau standar dalam melakukan pelayanan, sehingga tercapai
standar mutu dan keselamatan pasien yang diharapkan.

2. Tujuan Khusus
a. Menjadi acuan petugas dalam penyelenggaraan laboratorium Puskesmas
Cicalengka DTP
b. Menjadi standar dan monitoring dan evaluasi pelayanan laboratorium
Puskesmas Cicalengka DTP.

C. SASARAN
Pelayanan laboratorium dalam dan luar gedung puskesmas.

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan laboratorium mencakup mulai dari penerimaan form


permintaan pemeriksaan laboratorium dari dalam dan luar gedung puskesmas ,
melakukan pemeriksaan sampai proses penyerahan hasil pemeriksaan
laboratorium kepada pasien / dokter.

C. BATASAN OPERASIONAL
Kegiatan pelayanan laboratorium di puskesmas melayani pemeriksaan
hematologi (Darah rutin, LED, Golongan darah), Urine (urin rutin, tes kehamilan),
kimia klinik (glukosa darah, kolesterol, Asam urat, trigliserida, HDL/LDL), Serologi
(widal, Rapid HiV, Rapid HbsAg, Rapid Sifilis), dan bakteriologi (BTA, Gram).
Pelayanan laboratorium setiap hari kerja Senin – Sabtu pukul 8.00 sampai 14.00
WIB.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM di Laboratorium adalah :

No Jenis Tenaga Kualifikasi Puskesmas Keterangan


Non Rawat Rawat Inap
Inap
1 Penanggung jawab Dokter 1 1
2 Tenaga Teknis Analis 1 2
Kesehatan
2 Tenaga Non teknis SMU 1 1

Keterangan lainnya :

1. Penambahan tenaga pelaksana tergantung dari beban kerja laboratorium.

2. Penanggung jawab Laboratorium Puskesmas adalah Dokter Puskesmas/Kepala


Puskesmas.

3. Setiap petugas laboratorium harus mempunyai uraian tugas yang tertulis dan diketahui
oleh Kepala Puskesmas.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

1. Penanggung jawab laboratorium Puskesmas

Penanggung jawab laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung


jawab :

a. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium.


b. Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil pemeriksaan
laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam pelayanan laboratorium.
c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan
laboratorium.
d. Merencanakan dan mengawasai kegiatan pemantapan mutu.

2. Tenaga Teknis

Tenaga teknis laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab:

a. Melaksanakan kegiatan teknis operasional laboratorium sesuai kompetensi


dan kewenangan berdasarakan pedoman pelayanan dan standart prosedur
operasional.
b. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium.
c. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan.
d. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium.
e. Melakukan konsultasi dengan penangung jawab laboratorium atau tenaga
kesehatan lain.
f. Menyiapkan bahan rujukan spesimen.

3. Tenaga Non Teknis

Tenaga non teknis laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung


jawab :
a. Membantu tenaga teknis dalam menyiapkan alat dan bahan
b. Membantu tenaga teknis dalam menyiapakan pasien
c. Membantu palaksanaan admistrasi

C. JADWAL KEGIATAN

1. Kegiatan pelayanan laboratorium dilakukan setiap hari kerja dimulai pada pukul
8.00 sampai 14.00 WIB.
2. Pelayanan hasil pemeriksaan dahak/pasien TB paru dijadwalkan setiap hari
Selasa dan Jumat.
3. Kegiatan pemeriksaan gula darah untuk pasien prolanis rutin dilaksanakan setiap
bulan, pada hari rabu minggu kedua.
4. Kegiatan luar gedung seperti skrining PTM tetap dilakukan akan tetapi jadwal
pelaksanaan dikondisikan.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Instalasi laboratorium harus mempunyai denah ruang dan tata ruang yang
baik, sesuai dan memperoleh sinar matahari/cahaya yang cukup ,tersedia ruang
terpisah alur pelayanan untuk ruang tunggu/penerimaan pasien / sampel , ruang
pengambilan sampel, ruang pengelolaan sampel, ruang administrasi,ruang
istirahat. Ruang laboratorium yang lengkap (termasuk letak telepon,alat pemadam
kebakaran,pintu keluar darurat) digantungkan dibeberapa tempat yang mudah
terlihat.
B. STANDAR FASILITAS
Ruangan laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
fisik bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangann
laboratorium Puskesmas . Persyaratan sarana/ ruangan laboratorium Puskesmas
adalah sebagai berikut :
a. Ruangan yang dibutuhkan untuk laboratorium minimal 3X4 meter persegi,
kebutuhan luas ruangan disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang
diselenggarakan oleh Puskesmas.
b. Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan.
c. Dinding berwarna terang, berbahan keras, tidak berpori pori, kedap air, dan
mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia ( keramik).
d. Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna terang, dan
mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia.
e. Pintu disarankan disediakan memiliki lebar bukaan minimal 120 centimeter
yang terdiri dari dua daun pintu dengan ukuran 80 centimeter dan 40 centimeter.
f. Disarankan disediakan akses langsung ( lubang/celah) bagi pasien untuk
memberikan sampel dahak.
g. Pada area bak cuci disarankan untuk menggunakan pembatas transparan
untuk menghindarai paparan/tampias air cucian kearea sekitar.
h. Kamar kecil/WC pasien laboratorium dapat berhubungan dengan Wc pasien
Puskesmas.

Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan :
1. Meja pengambilan sampel darah
a. Minimal menggunaka meja ½ biro ( ukuran 90x 60 cm )
b. Mempunyai laci
2. Loket pendaftaran
a. Ada kaca pembatas antara petugas dan pasien
b. Penerimaan sampel urin atau dahak
3. Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien
c. Ada kursi yang mempunyai sandaran baik kursi petugas maupum kursi
pasien
d. Berbahan material kuat dari kayu, besi dan lain lain
4. Bak cuci/sink
a. Dilengkapi keran untuk mengalirkan air bersih
b. Ukuran minimal 40 cm x 40 cm dengan kedalaman bak minimal 30 cm
c. Dilengkapi saluran/pipa pembuangan air kotor menuju sistem pengolahan
air limbah Puskesmas.
5. Meja pemeriksaan
a. Lebar meja adalah 60 cm dengan panjang menyesuaikan
b. Meja terbuat/dilapisi dari bahan tahan panas, tahan zat kimia, mudah
dibersihkan, tidak berpori dan berwarna terang
6. Lemari pendingin
a. Berfungsi untuk menyimpan reagen dan sampel
b. Reagen dan sampel disimpan dalam lemari pendingin
7. Lemari alat
a. Berfungsi untuk menyimpan alat
b. Ukuran panjang 160 cm lebar 40 cm tinggi 100 cm
c. Bahan terbuat dari kayu atau almunium dan rak dari kaca
d. Khusus untuk mikroskop dilengkapi dengan lampu 5 watt
8. Rak reagen
a. Fungsi untuk menyimpan reagen
b. ukuran sesuai kebutuhan
c. bahan dapat terbuat dari kayu dilapisi dengan teflon/formika

Reagen
Reagen yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang digunakan untuk tiap
pemeriksaan di Laboratorium Puskesmas tersebut. Penanganan dan penyimpanan
reagen harus sesuai persyaratan antara lain:
a. Perhatikan tanggal kadaluwarsa, suhu penyimpanan.
b. Pemakaian reagen dengan metode First in–First out (sesuai urutan penerimaan).
c. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam sediaan induk.
d. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada
sediaan reagen.
e. Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan.
f. Lindungi label dari kerusakan.
g. Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak kena
cahaya matahari langsung.
h. Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan.
i. Reagen HIV harus sudah dievaluasi oleh Laboratorium Rujukan Nasional.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Lingkup pelayanan laboratorium mencakup mulai dari penerimaan form
permintaan pemeriksaan laboratorium dari dalam dan luar gedung puskesmas ,
melakukan pemeriksaan sampai proses penyerahan hasil pemeriksaan
laboratorium kepada pasien / dokter.

B. METODE
Metode pemeriksaan laboratorium di Puskesmas menggunakan metode
manual, dan semi automatik.
C. LANGKAH KEGIATAN

ALUR PELAYANAN LABORATORIUM

PASIEN PASIEN MEMBAWA


RUJUKAN

LOKET PENDAFTARAN

RUANG PEMERIKSAAN DOKTER

Membawa rujukan pemeriksaan laboratorium

LABORATORIUM

Memanggil dan Mencocokan Identitas Pasien


PENDAFTARAN DAN PENCATATAN

BPJS = FC BPJS, di tulis di form BPJS

UMUM  KASIR

Pengambilan & Penerimaan Spesimen

Pemeriksaan Spesimen

Pencatatan di buku Register pasien

Penyerahan Hasil
Keterangan Gambar:
1. Pasien datang, mendaftarkan diri di loket pendaftaran Puskesmas.
2. Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, dan bila diperlukan,
diberi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium.
Bila pasien rujukan dokter dari luar Puskesmas yang datang ke Puskesmas untuk
melakukan pemeriksaan laboratorium setelah mendaftar di loket pendaftaran
Puskesmas, langsung menuju ruang laboratorium untuk menyerahkan formulir
permintaan rujukan pemeriksaan laboratorium dari dokter yang merujuknya.
3. Menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium kepada petugas
laboratorium.
4. Petugas laboratorium memanggil dan mencocokan identitas pasien.
5. Setelah menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium, bila pasien
pengguna asuransi maka ditulis di form BPJS. Bila pasien tidak memiliki asuransi
(pasien umum), maka akan diberi nota untuk melakukan pembayaran di kasir.
6. Petugas laboratorium melakukan pengambilan dan penerimaan spesimen yang
sudah di beri identitas.
7. Spesimen yang telah diambil diperiksa oleh petugas laboratorium.
8. Petugas laboratorium melakukan pencatatan hasil pemeriksaan di buku register
pasien. Bila pasien menggunakan asuransi, dicatat di buku register BPJS. Bila
pasien umum, maka dicatat di buku register pasien umum.
9. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium di serahkan kepda pasien dan dibawa oleh
pasien ke ruang pemeriksaan dokter untuk mendapat penjelasan dari dokter
tentang hasil pemeriksaan laboratorium tersebut.
Untuk pasien rujukan luar, Formulir hasil pemeriksaan laboratorium langsung
dibawa ke dokter yang merujuk.

1. Pendaftaran dan Pencatatan


Pasien yang datang ke laboratorium terdiri dari beberapa jenis berdasarkan
permintaan pemeriksaan laboratorium, sebagai berikut :
a. Pasien dari rawat jalan (Poli Umum, Poli lansia, MTBS, dan KIA).
b. Pasien dari UGD.
c. Pasien dari rawat inap.
d. Pasien dari PONED/ ruang bersalin
e. Pasien dari dokter luar puskesmas
Pendaftaran untuk pasien dari Puskesmas dilakukan di bagian masing-masing
asal pasien, tapi formulir permintaan dari bagian asal pasien disimpan di
laboratorium sebagai arsip dan hasil laboratorium dicatat hardcopy di buku
pencatatan hasil kegiatan laboratorium.
Pendaftaran untuk pasien yang membawa formulir permintaan pemeriksaan
laboratorium dari dokter luar, langsung dilakukan di laboratorium dan hasil
laboratorium dicatat dalam bentuk hardcopy di buku pencatatan hasil kegiatan
laboratorium.

1. Pencatatan kegiatan laboratorium dilakukan sesuai dengan jenis kegiatannya.


Ada 4 jenis pencatatan , yaitu :
a. Pencatatan kegiatan pelayanan
b. Pencatatan keuangan
c. Pencatatan logistik
Pencatatan kegiatan lainnya seperti pemantapan mutu internal,keamanan kerja
dan lain – lain. Pencatatan kegiatan pelayanan dapat dilakukan dengan
membuat buku sebagai berikut:
a. Buku register penerimaan spesimen terdapat diloket berisi data pasien
dan jenis pemeriksaan
b. Buku register besar/induk berisi : data-data pasien secara lengkap serta
hasil pemeriksaan spesimen.
c. Buku register /catatan kerja harian tiap tenaga (Data masing – masing
pemeriksaan, rekapitulasi jumlah pasien dan spesimen yang diterima )
d. Buku register pemeriksaan rujukan
e. Buku ekspedisi dari ruangan/rujukan
f. Buku perawatan/ kerusakan

2. Pelaporan kegiatan pelayanan terdiri dari:


a. Laporan kegiatan rutin harian/bulananan/triwulan/tahunan
b. laporan khusus (misalnya HIV,HbsAg, dll)
c. Laporan hasil pemeriksaan

3. Penyimpanan dokumen
Setiap laboratorium harus menyimpan dokumen- dokumen :
a. Format permintaan pemeriksaan laboratorium
b. Hasil pemeriksaan Laboratorium
c. Format permintaan dan hasil rujukan
2. Pengelolaan Spesimen
Spesimen yang berasal dari manusia dapat berupa : darah (whole blood), serum,
plasma, urin, tinja, sputum, apus rektum, sekret( uretra, vagina).
Pengelolaan spesimen terbagi atas 2:
1. Spesimen infeksius
a. Spesimen infeksius harus ditempatkan dalam wadah tertutup rapat dan
wadah didisinfeksi atau autoclave.
b. Wadah harus terbuat dari bahan yang tidak mudah pecah atau bocor dan
diberi label tentang identitas spesimen,wadah diletakkan pada baki
khusus dari logam yang dapat didisinfeksi atau diautoclave secara teratur
setiap hari.
c. Semua petugas penerima sampel infeksius harus menggunakan sarung
tangan dan masker.
d. Semua spesimen harus dianggap infeksius dan diperlakukan secara hati-
hati.
e. Meja penerimaan dan pemeriksaan harus dibersihkan dengan desinfektan
setiap hari.
f. Dilarang makan,minum dan merokok saat bekerja dan ditempat kerja.
g. Mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan desinfektan.

2. Spesimen tidak infeksius


Semua spesimen di laboratorium dianggap infeksius dan ditangani sesuai
prosedur.

3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium merupakan kegiatan pelayanan kesehatan yang tidak
terpisahkan dengan kegiatan pelayanan kegiatan kesehatan lainnya untuk
menunjang upaya peningkatan kesehatan , pencegahan dan pengobatan penyakit
serta pemulihan kesehatan perorangan ataupun masyarakat. Tujuan melakukan
suatu pemeriksaan laboratorium antara lain untuk uji saring, diagnostik, dan
evaluasi hasil pengobatan dan surveilan.
Pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Cicalengka meliputi:
1. Pemeriksaan Hematologi, mencakup pemeriksaan Darah Rutin, Hb sahli, Laju
Endap Darah, dan Golongan darah.
2. Pemeriksaan Kimia darah, mencakup pemeriksaan Glukosa Darah,
kolesterol, Asam urat, Trigliserida, HDL, dan LDL.
3. Pemeriksaan Serologi, mencakup pemeriksaan Rapid HIV, Rapid HbsAg,
Sifilis, dan Widal
4. Pemeriksaan Urinalisa, mencakup pemeriksaan Urin Rutin, Sedimen Urin, dan
Tes Kehamilan.
5. Pemeriksaan feses Rutin
6. Pemeriksaan BTA Sputum
7. Pemeriksaan Apus Vagina/ Uretra.

4. Laporan Hasil dan Arsip


Kegiatan pencatatan dan pelaporan dilaboratorium harus dilaksanakan
dengan cermat dan teliti karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan dan
dapat mengakibatkan kesalahan dalam penyampaian hasil . Hal – hal yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil pasien dengan
spesimen yang sesuai
2. Penulisan angka dan satuan yang digunakan. Khusus mengenai angka,
pada pelaporannya perlu disesuaikan mengenai desimal angka , satuan
yang digunakan terhadap keperluan pasien maupun terhadap nilai normal.
Bila diperlukan satu angka bulat,cukup dilaporkan dalam angka bulat
tanpa desimal dibelakang koma.Satuan yang digunakan sebaiknya adalah
satuan internasional.
3. Pencantuman nilai normal
Pada pelaporan juga dicantumkan nilai normal, yaitu rentang nilai yang
dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang normal. Pada
pencantuman hasil normal perlu dicantumkan metode pemeriksaan yang
digunakan serta kondisi-kondisi lain yang harus diinformasikan seperti
batas usia dan jenis kelamin. satuan pelaporan juga harus sama antara
hasil pemeriksaan dengan hasil normal.
4. Pencantuman keterangan yang penting ,misalnya bila pemeriksaan
dilakukan dua kali dan sebagainya.
5. Penyampaian hasil.
Waktu pemeriksaan sangat menentukan manfaat laporan tersebut untuk
kepentingan diagnosis penyakit dan pengobatan pasien,oleh karena itu
hasil pemeriksaan perlu disampaikan secepat mungkin segera setelah
pemeriksaan selesai dilaksanakan
6. Dokuntasi /arsip
Setiap laboratorium harus mempunyai sistem dokumentasi yang lengkap.
Hasil suatu kegiatan pencatatan a/ laporan haruslah berupa dokumen
yang lengkap, jelas dan mudah dimengerti serta tidak melupakan efisiensi
waktu penyampaian dokumen tersebut kepada peminta pemeriksa.
Tersedia buku ekspedisi di dalam / luar laboratorium. Kasus tertukar dan
hilangnya spesimen dapat terjadi baik di dalam transportasi luar sehingga
hal ini harus dihindarkan.
BAB V
LOGISTIK

4. ATK
5. Buku Register Hasil Pemeriksaan Laboratorium
6. Buku Visum
7. Kartu Stok
8. Format Hasil Pemeriksaan Laboratorium
9. Format Permintaan Pemeriksaan Laboratorium
10. Peralatan Laboratorium

DAFTAR PERALATAN UTAMA DAN PERALATAN PENUNJANG


LABORATORIUM
BERDASARKAN PERMENKES 37 TAHUN 2012

NO JENIS PERALATAN JUMLAH


PERALATAN UTAMA 1
A PERALATAN PEMERIKSAAN 1
1 Fotometer 1
2 Hematologi Analyzer 1
3 hemositometer set 1
4 Mikroskop Binokuler 1
5 Penangas air 1
6 Mikropipet 5-50, 10-200, 500-100 ul 1 set
7 Sentrifuge listrik 1
8 sentrifuge hematokrit 1
Tabung Laju Endap Darah (westergreen
9 Set) 3
10 Telly Counter 1
11 Urinometer (Pengukur BJ urine) 1
B PERALATAN GELAS  
1 Batang pengaduk 3
2 Beker Glass 3
3 Botol Pencuci 1
4 Corong Kaca 3
5 Erlenmeyer 2
6 Gelas Ukur (100 cc) 1
7 Gelas Ukur (500 cc) 1
Sesuai
8 Kaca Objek kebutuhan
Sesuai
9 Kaca Penutup (dek Glass) kebutuhan
10 Pipet berskala (vol 1 cc) 3
11 Pipet berskala (vol 10 cc) 3
Sesuai
12 Tabung Kapiler Mikrohematokrit kebutuhan
Sesuai
13 Tabung Reaksi (12 mm) kebutuhan
14 Tabung reaksi dengan tutup karet 12
15 Tabung sentrifuge tanpa skala 6
16 Termometer 0-50 derajat celcius 1
  Wadah Akuades 1
PERALATAN PENUNJANG  
1 Autoklaf 1
Sesuai
2 Blood Lancet dengan autoklik kebutuhan
3 Kaki Tiga 1
4 Kawat Asbes 1
Sesuai
5 Kertas lakmus kebutuhan
Sesuai
6 Kertas Lensa kebutuhan
Sesuai
7 Kertas Saring kebutuhan
8 Lampu Spirtus 1
9 Lemari Es 1
10 Pembendung 1
11 Penghisap Karet 3
12 Penjepit tabung dari kayu 2
13 Pensi Kaca 1
14 Pipet tetes (pipet pasteur) 12
Sesuai
15 Pot Spesimen Dahak Mulut Lebar kebutuhan
Sesuai
16 Pot Spesimen Urine Mulut Lebar kebutuhan
17 Rak pengering 1
18 Rak Pewarna Kaca Preparat 1
19 rak tabung Reaksi 1
20 Rotator Plate 1
21 Sengkelit/ose 3
22 Sikat tabung Reaksi 1
Sesuai
23 Spuit Disposable 3 cc kebutuhan
Sesuai
24 Spuit Disposable 5 cc kebutuhan
25 Stopwatch 1
26 Timer 1
Sesuai
27 Tip Pipet kebutuhan
11. Reagen

No Nama Reagen dan Bahan Lain


1 HCl 0,1 N
2 Larutan Turk
3 Larutan Drabkin
4 Larutan Na. Citrat 3,8 %
5 Larutan Amonium Oxalat
6 Pewarna Ziehl Neelsen
7 Pewarna Gram
8 Asam Sulofasalisilat
9 Larutan Benedict
10 Reagen Golongan darah dan Rhesus
11 Reagen Widal
12 Eosin
13 NaOH 10 %
14 NaCl
15 Reagen HIV
16 Reagen HbsAg
17 Reagen Sifilis
18 Imersi Oil
19 Aquades
20 Stik Urine 10 parameter
21 PP test
22 Reagen/stik Glukosa
23 Reagen/stik Cholesterol
24 Reagen/stik Asam Urat
25 Reagen Trigliserida
26 Bahan Kontrol

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. PENGERTIAN
Patient safety suatu sistem dimana laboratorium puskesmas membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi
untuk meminimalkan resiko.

B. TUJUAN
5. Tujuan Umum :
a. Membangun kesadaran terhadap keselamatan pasien serta terlaksananya
implementasi keselamatan pasien dalam setiap kegiatan pelayanan di
laboratorium.
b. Untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di laboratorium,
menurunkan KTD di laboratorium, terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan.

6. Tujuan Khusus :
a. Menurunkan Insiden kecelakaan pasien.
b. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
c. Menanggapi pihak yang mengalami cedera dengan segera dan
selayaknya.
d. Mengantisipasi dan merencanakan pertanggungjawaban jika terjadi
kerugian.
e. Membantu praktisi kesehatan dan lembaga terkait untuk dapat menelusuri
kesalahan obat.

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN PASIEN


Berangkat dari definisi ,tujuan dan tata laksana inilah, peran dan tanggung jawab
analis dalam mewujudkan patient safety di Puskesmas dapat dirumuskan antara
lain:
a. Sebagai pemberi pelayanan laboratorium, analis mematuhi standar pelayanan
dan SOP yang telah ditetapkan.
b. Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemberian pelayanan laboratorium.
c. Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang pelayanan yang
diberikan.
d. Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
e. Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarganya.
f. Peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian tidak
diharapkan.
g. Mendokumentasikan dengan benar semua pelayanan laboratorium yang
diberikan kepada pasien dan keluarga.
h. Memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan-
kemungkinan resiko;
i. Melaporkan kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD) kepada yang berwenang.
j. Berperang aktif dalam melakukan pengkajian terhadap keamanan dan
kualitas/mutu pelayanan.
k. Meningkatkan komunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan professional
lainnya.
l. Mengusulkan peningkatan kemampuan staf yang cukup.
m. Membantu pengukuran terhadap peningkatan patient safety.
n. Meningkatkan standar baku untuk program pengendalian infeksi (infection
control).
o. Berhubungan dengan badan-badan profesional yang mewakili para dokter ahli
patologi dan lain-lain.
p. Meningkatkan cara pengemasan dan pelabelan pasien.
q. Berkolaborasi dengan sistem pelaporan nasional untuk mencatat, menganalisa
dan mempelajari kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD).
r. Mengembangkan mekanisme peningkatan kesadaran, sebagai contoh untuk
pelaksanaan akreditasi.
s. Karakteristik dari pemberi pelayanan kesehatan menjadi tolok ukur terhadap
excellence dalam patient safety.

1. Pengkajian keselamatan pasien


1. Struktur
a. Kebijakan dan prosedur organisasi
b. Cek telah terdapat kebijakan dan prosedur tetap yang telah dibuat
dengan mempertimbangkan keselamatan pasien.
c. Fasilitas : Apakah fasilitas dibangun untuk meningkatkan keamanan ?
d. Persediaan : Apakah hal – hal yang dibutuhkan sudah tersedia seperti
persediaan bahan dan alat untuk pemeriksaan cito( emergency).
2. Lingkungan
a. Pencahayaan dan permukaan : berkontribusi terhadap pasien jatuh
atau cedera
b. Temperatur : pengkondisian temperatur dibutuhkan dibeberapa
ruangan seperti ruang alat, hal ini diperlukan misalnya pada saat
pemeriksaan, suhu ruangan akan berpengaruh terhadap hasil
pemeriksaan tertentu.
c. Kebisingan : lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi saat analis
sedang melakukan pemeriksaan laboratorium dan tidak terdengarnya
sinyal alarm dari perubahan kondisi alat.
d. Ergonomic dan fungsional : ergonomic berpengaruh terhadap
penampilan seperti teknik mengambil sampel, jika terjadi kesalahan
dapat menimbulkan pasien jatuh atau cedera. Selain itu penempatan
material di ruangan apakah sudah disesuaikan dengan fungsinya
seperti pengaturan meja, kursi sampling, jenis, penempatan alat sudah
mencerminkan keselamatan pasien.

3. Peralatan dan teknologi


a. Fungsional : Analis harus mengidentifikasi penggunaan alat dan desain
dari alat. Perkembangan kecanggihan alat sangat cepat sehingga
diperlukan pelatihan untuk mengoperasikan alat secara tepat dan benar.
b. Keamanan : Alat – alat yang digunakan juga harus didesain
penggunaannya dapat meningkatkan keselamatan pasien.

4. Proses
a. Desain kerja : Desain proses yang tidak dilandasi riset yang akurat dan
kurangnya penjelasan dapat berdampak terhadap tidak konsisten
perlakuan pada setiap orang hal ini akan berdampak terhadap
kesalahan.
b. Karakteristik risiko tinggi : melakukan tindakan pelayanan laboratorium
yang terus – menerus saat praktek akan menimbulkan kelemahan, dan
penurunan daya ingat hal ini dapat menjadi risiko tinggi terjadinya
kesalahan atau lupa oleh karena itu perlu dibuat suatu sistem pengingat
untuk mengurangi kesalahan.
c. Waktu : waktu sangat berdampak pada keselamatan pasien hal ini lebih
mudah tergambar ada pada pasien – pasien emergency (pemeriksaan
cito ) oleh karena itu pada saat – saat tertentu waktu dapat menentukan
apakah pasien selamat atau tidak.
d. Perubahan jadwal dinas analis juga berdampak terhadap keselamatan
pasien karena analis sering tidak siap untuk melakukan aktivitas secara
baik dan menyeluruh.
e. Efisiensi : keterlambatan hasil pemeriksaan akan memperpanjang
waktu diagnosis tentunya akan meningkatkan pembiayaan yang harus di
tanggung oleh pasien
5. Orang

a. Sikap dan motivasi : sikap dan motivasi sangat berdampak kepada


kinerja seseorang. Sikap dan motivasi yang negatif akan menimbulkan
kesalahan-kesalahan.

b. Kesehatan fisik : kelelahan, sakit dan kurang tidur akan berdampak


kepada kinerja dengan menurunnya kewaspadaan dan waktu bereaksi
seseorang.

c. Kesehatan mental dan emosional : hal ini berpengaruh terhadap


perhatian akan kebutuhan dan masalah pasien. tanpa perhatian yang
penuh akan terjadi kesalahan –kesalahan dalam bertindak.

d. Faktor interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan : analis


memerlukan pendidikan atau pelatihan saat dihadapkan kepada
penggunaan alat – alat kesehatan dengan teknologi baru dan penyakit
– penyakit yang sebelumnya belum tren.

e. Faktor kognitif , komunikasi dan interpretasi ; kognitif sangat


berpengaruh terhadap pemahaman kenapa terjadinya kesalahan (error).
Kognitif seseorang sangat berpengaruh terhadap bagaimana cara
membuat keputusan, pemecahan masalah baru, mengkomunikasikan
hal–hal yang baru.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi
kecelakaan, kebakaran, bahaya peledakan, penyakit akibat kerja, pencemaran
lingkungan yang pada umumnya menimbulkan kerugian nyawa, waktu dan harta
benda bagi pekerja dan masyarakat yang berada dilingkungannya
Laboratorium kesehatan adalah sarana Kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari banusia
atau bukan dari bahan manusia untuk penentuan jenis jenyakit, kondisi kesehatan
atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.

B. TUJUAN
1. Acuan dalam melaksanakan tugas laboratorium
2. Meningkatkan pengetahuan petugas terhadap resiko terjadinya kecelakaan
dan gangguan kesehatan akibat kegiatan laboratorium.
3. Menjamin mutu pekerjaan dilaboratorium

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN KERJA


Ruang lingkup kesehatan dan keselamatan kerja meliputi upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan kecelakaan atau gangguan kesehatan petugas
laboratorium termasuk pengunjung atau pasien dan lingkungannya disemua jenis
dan jenjang pelayanan laboratorium.
Setiap kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Puskesmas dapat
menimbulkan bahaya/resiko terhadap petugas yang berada di dalam laboratorium
maupun lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi/ mencegah bahaya yang terjadi,
setiap petugas laboratorium harus melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Kegiatan tersebut merupakan upaya kesehatan dan keselamatan
kerja laboratorium.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
A. Di Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja
1. Desain Tempat Kerja Yang Menunjang K3
 Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di
laboratorium;
 Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja;
 Pencahayaan cukup dan nyaman;
 Ventilasi cukup dan sesuai;
 Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau jika
diperlukan;
 Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.

2. Sanitasi Lingkungan
 Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis;
 Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong
plastik dan diberi tanda khusus;
 Tata ruang laboratorium harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/
menjadi sarang serangga atau binatang pengerat;
 Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan
secara teratur;
 Petugas laboratorium dilarang makan dan minum dalam laboratorium;
 Dilarang meletakkan hiasan dalam bentuk apapun di dalam laboratorium.

B. Proses Kerja, Bahan dan Peralatan Kerja


1. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar setiap petugas laboratorium
harus mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap bahaya
yang mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap peralatan laboratorium dan
peralatan kesehatan dan keselamatan kerja dengan benar, serta mengetahui
cara mengatasi apabila terjadi kecelakaan di laboratorium.
2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan alat
pemadam kebakaran.
3. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker, sarung
tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.
4. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja
dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium
(hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi infeksi).
5. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat Ke belakang
dengan rapi.
6. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan
setelah selesai melakukan aktifitas laboratorium dan harus melepaskan baju
proteksi sebelum meninggalkan ruang laboratorium.
7. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa ijin pejabat yang
berwenang.
8. Dilarang makan, minum (termasuk minum dari botol air) dan merokok di
tempat kerja.
9. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau
benda tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di bak/peti
dalam laboratorium dan diberi keterangan.
10. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning
(menjadi limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus.
11. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
12. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet
penghisap.
13. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada penanggung
jawab Laboratorium.
14. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang ditentukan.
15. Pengelolaan spesimen
 Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius.
 Harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen.
 Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara
pengambilan, pengiriman dan pengolahan spesimen dengan benar.
 Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan pada wadah
yang memiliki konstruksi yang baik, dengan karet pengaman untuk
mencegah kebocoran ketika dipindahkan.
 Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna menghindari
pencemaran dari luar kontainer atau laboratorium.
 Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh
(contoh: membuka tutup tabung vakum) harus menggunakan sarung
tangan dan masker.
 Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan
dan mengganti sarung tangan.
 Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah
infeksius dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.
 Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus
didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai melakukan
kegiatan laboratorium.
16. Pengelolaan bahan kimia yang benar
 Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan kimia yang
benar (antara lain penggolongan bahan kimia, bahan kimia yang tidak
boleh tercampur, efek toksik dan persyaratan penyimpanannya).
 Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan mempunyai
pengetahuan serta keterampilan untuk menangani kecelakaan.
 Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket dan tanda
peringatan yang sesuai.
17. Pengelolaan Limbah
a. Limbah Padat
Limbah padat terdiri dari limbah/sampah umum dan limbah khusus
seperti benda tajam, limbah infeksius, limbah sitotoksik, limbah toksik,
limbah kimia, limbah B3 dan limbah plastik.
Fasilitas Pembuangan Limbah Padat:
1. Tempat Pengumpulan Sampah
 Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
 Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup, minimal terdapat
satu buah untuk masing-masing kegiatan.
 Kantong plastik diangkat setiap hari atau apabila 2/3 bagian telah
terisi sampah.
 Setiap tempat pengumpulan sampah harus dilapisi plastik sebagai
pembungkus sampah dengan label dan warna

2. Tempat Penampungan Sampah Sementara


Tersedia tempat penampungan sampah yang tidak permanen,
yang diletakkan pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan
pengangkut sampah. Tempat penampungan sampah sementara
dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya satu kali dalam 24
jam.

7. Tempat Pembuangan Sampah Akhir


a. Sampah infeksius, sampah toksik dan sitotoksik dikelola sesuai
prosedur dan peraturan yang berlaku.
b. Sampah umum (domestik) dibuang ke tempat pembuangan
sampah akhir yang dikelola sesuai dengan prosedur dan peraturan
yang berlaku.

b. Limbah Cair
Limbah cair terdiri dari limbah cair umum/ domestik, limbah cair infeksius
dan limbah cair kimia.
Cara menangani limbah cair:
 Limbah cair umum/domestik dialirkan masuk ke dalam septik tank.
 Limbah cair infeksius dan Kimia dikelola sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Bakuan Mutu
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu,
diperlukan bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan
pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana
baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis
akan menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab laboratorium.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis
laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab Laboratorium
Puskesmas.
B. Pemantapan Mutu
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan
proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan
ketepatan hasil pemeriksaan. Kegiatan ini berupa Pemantapan Mutu Internal (PMI),
Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dan Peningkatan Mutu.
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI/Internal Quality Control)
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan atau
penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
a. Manfaat:
1. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
2. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang
salah tidak terjadi dan perbaikan penyimpanan dapat dilakukan segera.
3. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,
pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan dan
pemeriksaan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah
dilakukan dengan benar.
4. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
5. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)

b. Cakupan
Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas: tahap praanalitik,
tahap analitik dan tahap pasca-analitik.
1. Tahap Pra-Analitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien,
mengambil spesimen, menerima spesimen, memberi identitas
spesimen, mengirim spesimen rujukan sampai dengan menyimpan
spesimen.
a. Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada
pasien mengenai persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan.
b. Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian
antara spesimen yang diterima dengan formulir permintaan
pemeriksaan dan mencatat kondisi fisik spesimen tersebut pada
saat diterima antara lain volume, warna, kekeruhan, dan
konsistensi. Spesimen yang tidak sesuai dan memenuhi
persyaratan hendaknya ditolak. Dalam keadaan spesimen tidak
dapat ditolak (via pos, ekspedisi), maka perlu dicatat dalam buku
penerimaan spesimen dan formulir hasil pemeriksaan.
c. Penanganan spesimen
Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi
penyimpanan spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah
benar untuk pemeriksaan-pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman
spesimen sudah benar.
d. Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian
pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika
Laboratorium Puskesmas tidak mampu melakukan pemeriksaan,
maka spesimen dikirim ke laboratorium lain dan sebaiknya dikirim
dalam bentuk yang relatif stabil.
e. Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan
dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
Beberapa cara menyimpan spesimen antara lain :
 Disimpan pada suhu kamar (Misalnya penyimpanan usap dubur
dalam Carry & Blair untuk pemeriksaan Vibrio cholera).
 Disimpan dalam lemari es dengan suhu 0oC – 8oC.
 Dapat diberikan bahan pengawet.
 Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.
2. Tahap Analitik adalah tahap mulai dari persiapan reagen,
mengkalibrasi dan memelihara alat laboratorium, uji ketepatan dan
ketelitian dengan menggunakan bahan kontrol dan pemeriksaan
spesimen.
a. Persiapan reagen
Reagen memenuhi syarat sesuai standar yang berlaku, masa
kadaluarsa tidak terlampaui, cara pelarutan atau pencampuran
sudah benar, cara pengenceran sudah benar.
b. Kalibrasi dan pemeliharaan peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium adalah peralatan laboratorium, wadah spesimen.
Harus dilakukan kalibrasi dan pemeliharaan peralatan laboratorium
secara teratur dan terjadwal. Wadah spesimen harus bersih dan
tidak terkontaminasi.
Contoh beberapa peralatan laboratorium yang perlu dikalibrasi
adalah:
 Inkubator (Incubator)
 Lemari es (Refrigerator/freezer)
 Oven
 Autoklaf (Autoclave)
 Micro Pipet
 Penangas air (Waterbath)
 Sentrifus (Centrifuge)
 Fotometer (Photometer)
 Timbangan analitik
 Timbangan elektrik
 Thermometer
c. Uji ketelitian dan ketepatan dengan menggunakan bahan kontrol.
d. Pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai
protap masing-masing parameter.

3. Tahap Pasca-Analitik adalah tahap mulai dari mencatat hasil


pemeriksaan dan melakukan validasi hasil serta memberikan
interpretasi hasil sampai dengan pelaporan.
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) lainnya yang perlu dilakukan di
Puskesmas antara lain:
1. Pembuatan alur pasien, alur pemeriksaan, cara pengambilan
spesimen.
2. Pembuatan prosedur/instruksi kerja untuk pengambilan spesimen
dan setiap jenis pemeriksaan.

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME/External Quality Control)


Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan
secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk
memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang
pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan Mutu
Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional.
Setiap Laboratorium Puskesmas wajib mengikuti Pemantapan Mutu
Eksternal yang diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik
meliputi semua bidang pemeriksaan laboratorium.
Pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan
diselenggarakan pada berbagai tingkatan, yaitu :
1. Tingkat nasional/tingkat pusat : Kementerian Kesehatan
2. Tingkat Regional : BBLK
3. Tingkat Propinsi/wilayah : BBLK/ BLK
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi
Laboratorium Puskesmas, karena dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat
menunjukkan performance (penampilan/proficiency) laboratorium yang
bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan.
Dalam melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara
khusus, harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa melakukan
pemeriksaan tersebut serta menggunakan peralatan/reagen/metoda yang
biasa digunakan, sehingga hasil pemantapan mutu eksternal tersebut benar-
benar dapat mencerminkan penampilan laboratorium yang sebenarnya.
Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara dicatat dan dievaluasi untuk
mencari penyebab-penyebab dan mengambil langkah-langkah perbaikan.

3. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu adalah suatu proses terus menerus yang dilakukan oleh
laboratorium sebagai tindak lanjut dari Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan
Pemantapan Mutu Eksternal (PME) untuk meningkatkan kinerja
laboratorium.

BAB IX
PENUTUP

Pelayanan laboratorium perlu diselenggarakan sesuai kaidah-kaidah


penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang baik (Good Laboratory Practice) untuk dapat
menjamin keamanan bagi pasien, lingkungan maupun tenaga kesehatan pada
laboratorium itu sendiri.
Demikian pedoman penyelenggaraan pelayanan Laboratorium ini dibuat sebagai
acuan pelayanan bagi petugas di puskesmas Cicalengka DTP . Mudah-mudahan
dengan adanya pedoman pelayanan ini, dapat lebih memudahkan semua pihak yang
terkait dengan penyelenggaraan kegiatan dan pelayanan internal maupun eksternal.

Anda mungkin juga menyukai