LABORATORIUM
PUSKESMAS KOTA UTARA
No Dokumen :…………………
Tanggal Terbit :…………………
No.Revisi :…………………
DINAS KESEHATAN
TAHUN 2022
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam Undang undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, disebutkan
bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hodup sehat bagi setiap individu agar terwujud
kesehatan masyarakat yang setinggi tingginyasebagai investasi bagi
pembangunan sumberdaya manusia yang produktif secara social dan eonomi
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Puskesmas merupakan ujung tombang terdepan dalam pembangunan
kesehatan dan mempunyai peran besar dalam upayamencapai tujuan
pembangunan tersebut. Puskesmas Kota Utara mempunyai VISI Menjadi
Puskesmas dengan pelayanan yang bermutu menuju masyarakat mandiri
untuk hidup sehat.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari pelayanan
kesehatan perseorangan primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer.
Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi upaya kesehatan wajib
dan upaya kesehatan pilihan. Oleh karena upaya pelayanan Laboratorium
Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan upaya kesehatan di puskesmas, maka Puskesmas wajib
menyelenggarakan pelayanan Labroratorium di Puskesmas.
Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya transisi
epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografi, otonomi daerah, serta
masuknya pasar bebas, maka Puskesmas diharapkan mengembangkan dan
meningkatkan mutu pelayanannya Untuk meningkatkan mutu pelayanan
yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat menentukan diagnose
penyakit secara pasti yaitu pelayana Laboratorium yang bermutu.
Laboratorium Puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, kondisi kesehatan, atau factor yang dapat berpengaruh pada
kesehatan peroranngan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
1
B. Ruang Lingkup
Dalam rangka pelaksanaan, pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap
bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, tentunya
Laboratorium Puskesmas tidak dapat disamakan dengan Laboratorium Rumah
sakit, Laboratorium Klinik swasta maupun BBLK.
Pelayanan laboratorium di Puskesmas dikembangkan sesuai dengan
kebuituhan dan kemampuan puskesmas, Pelayana Laboratorium di
Puskesmas Kota Utara meliputi pemeriksaan Hematologi, pemeriksaan kimia
klinik sederhana,pemeriksaan Imunohematologi, pemeriksaan urinalisis dan
pemeriksaan Parasitologi. Jenis jenis pelayanan laboratorium tersebut
tertuang dalam SK KEPALA UPTD PUSKESMAS KOTA UTARA Nomor :
C. Batasan Opratsional
Meskipun Puskesmas Kota Utara merupakan Puskesmas dengan tempat
perawatan akan tetapi karena keterbatasa tenaga, Waktu pelayanan
Laboratorium Puskesmas Kota Utara tidak 24 jam, melainkan mengacu pada
jam pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Kota Utara yaitu mulai pukul 08.00
WITA sampai pukul 15.00 WIB. Wilayah kerja juga terbatas pada pasien
pasien rawat jalan, rawat inap dan kalau diperlukan dapat juga melaksanakan
pemeriksaan keliling ke Kelurahan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kota
Utara.
2
BAB II
STANDART KETENAGAAN
PENANGGUNG JAWAB
KEPALA UPTD PUSKESMAS BARENG
KOORDINATOR LABORATORIUM
TENAGA TEKNIS
3
Tugas dan Tanggung Jawab
C. Koordinator Laboratorium
Koordinator Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung
jawab
1. Melakukan konsultasi dengan Kepal Unit Pelayanan, penanggung jawab
laboratorium atau tenaga kesehatan lain
2. Melaksanakan kegiatan teknis operasional
3. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium
4. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja
5. laboratorium
d. Tenaga Teknis
Tenaga teknis Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung
jawab:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. menyiapkan pasien
3. Melaksanakan kegiatan teknis operasional
4. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan;
5. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium
6. Menyiapkan bahan rujukan spesimen.
7. Administrasi
4
BAB III
SARANA, PRASARANA, PERLENGKAPAN DAN PERALATAN
A. Denah Ruangan
Pintu masuk
Meja
terima
sampel,S
ampling
dan
Analizer Lemari Es
Lemari
BHP dan
Reagen
Hematologi
Mikroskop Urinometer
Analyzer
5
B. Sarana
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
fisik bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini
adalah ruangan Laboratorium Puskesmas.
Persyaratan umum konstruksi ruang laboratorium sebagai berikut:
1. dinding terbuat dari tembok permanen warna terang, menggunakan cat
yang tidak luntur. Permukaan dinding harus rata agar mudah
dibersihkan, tidak tembus cairan serta tahan terhadap desinfektan.
2. langit-langit tingginya antara 2,70-3,30 m dari lantai, terbuat dari bahan
yang kuat, warna terang dan mudah dibersihkan.
3. pintu harus kuat rapat dapat mencegah masuknya serangga dan
binatang lainnya, lebar minimal 0,80 m dan tinggi minimal 2,00 m.
4. jendela tinggi minimal 1,00 m dari lantai.
5. semua stop kontak dan saklar dipasang minimal 1,40 m dari lantai.
6. lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna
terang dan tahan terhadap perusakan oleh bahan kimia, kedap air,
permukaan rata dan tidak licin. Bagian yang selalu kontak dengan air
harus mempunyai kemiringan yang cukup kearah saluran pembuangan
air limbah. Antara lantai dengan dinding harus berbentuk lengkung agar
mudah dibersihkan.
7. meja terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata dan
mudah dibersihkan dengan tinggi 0,80-1,00 m. Meja untuk instrument
elektronik harus tahan getaran.
C. Prasarana
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat
suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Prasarana-prasarana Laboratorium Puskesmas yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pencahayaan harus cukup. Pencahayaan alami diperoleh setidaknya
dari jendela dengan luas minimal 1,6 m2 Cahaya dari jendela tidak
boleh langsung mengarah ke meja pemeriksaan dan rak reagen, untuk
menghindari terjadinya reaksi antara reagen dengan sinar matahari
yang panas.
6
2. Ruangan harus mempunyai sirkulasi udara yang baik (ventilasi
silang/cross ventilation), sehingga pertukaran udara dari dalam ruangan
dapat mengalir ke luar ruangan.
3. Disarankan pada area pengambilan sampel dilengkapi exhauster yang
mengarah keluar bangunan Puskesmas ke area terbuka sehingga pasien
tidak dapat memapar/memajan petugas Puskesmas. Exhauster
dipasang pada ketinggian + 120 cm dari permukaan lantai.
4. Suhu ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yang baik
maka disarankan suhu dipertahankan antara 22 s/d 26 oC
5. Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka
6. Harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang
cukup pada bak cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat kesehatan.
7. Harus tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi
dengan penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius
dan non infeksius pada laboratorium.
8. Limbah cair/air buangan dari laboratorium harus diolah pada
sistem/instalasi pengolahan air limbah Puskesmas.
7
D. Perlengkapan
Perlengkapan yang dibutuhkan antara lain :
a. Meja pengambilan sampel darah
Minimal menggunakan meja ½ biro (ukuran 90 x 60 cm)
Mempunyai laci
Lapisi kaca supaya mudah dibersihkan
8
instalasi listrik terjamin, harus tersedia grounding/arde. Harus tersedia
cadangan listrik (Genset, UPS) untuk mengantisipasi listrik mati
E. PERALATAN
a. Dasar Pemilihan
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih alat, yaitu:
1. Kebutuhan
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan
kebutuhan setempat yang meliputi jenis pemeriksaan, jenis spesimen
dan volume spesimen dan jumlah pemeriksaan.
2. Fasilitas yang tersedia
Alat yang dipilih harus mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan
fasilitas yang tersedia seperti luasnya ruangan, fasilitas listrik dan air
yang ada, serta tingkat kelembaban dan suhu ruangan.
3. Tenaga yang ada
9
Perlu dipertimbangkan tersedianya tenaga dengan kualifikasi tertentu
yang dapat mengoperasikan alat yang akan dibeli.
4. Reagen yang dibutuhkan
Perlu dipertimbangkan tersedianya reagen di pasaran dan kontinuitas
distribusi dari pemasok. Selain itu sistem reagen perlu
dipertimbangkan pula, apakah sistem reagen tertutup atau terbuka.
Pada umumnya sistem tertutup lebih mahal dibandingkan dengan
sistem terbuka.
5. Sistem alat
Perlu mempertimbangkan antara lain:
a. alat tersebut mudah dioperasikan
b. alat memerlukan perawatan khusus
c. alat memerlukan kalibrasi setiap kali akan dipakai atau hanya tiap
minggu atau hanya tiap bulan
6. Pemasok/Vendor
Pemasok harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Mempunyai reputasi yang baik
b. Memberikan fasilitas uji fungsi
c. Menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting.
d. Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasikan alat,
pemeliharaan dan perbaikan sederhana.
e. Memberikan pelayanan purna jual yang terjamin, antara lain
mempunyai teknisi yang handal, suku cadang mudah diperoleh.
f. Mendaftar peralatan ke Kementerian Kesehatan.
7. Nilai Ekonomis
Dalam memilih alat perlu dipertimbangkan analysis cost-benefit, yaitu
seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari investasi yang
dilakukan, termasuk di dalamnya biaya operasi alat.
8. Terdaftar
Peralatan yang akan dibeli harus sudah terdaftar dan mendapat izin
edar dari institusi yang berwenang sesuai peraturan yang berlaku.
10
tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut pada umumnya memuat cara
operasional dan hal-hal lain yang harus diperhatikan. Cara penggunaan
atau cara pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus
ditulis dalam instruksi kerja.
Pada setiap peralatan juga harus dilakukan pemeliharaan sesuai
dengan petunjuk penggunaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar
diperoleh kondisi yang optimal, dapat beroperasi dengan baik dan tidak
terjadi kerusakan. Kegiatan tersebut harus dilakukan secara rutin untuk
semua jenis alat, sehingga diperoleh peningkatan kualitas produksi,
peningkatan keamanan kerja, pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti,
penekanan waktu luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana serta
penurunan biaya perbaikan. Untuk itu setiap alat harus mempunyai kartu
pemeliharaan yang diletakkan pada atau di dekat alat tersebut yang
mencatat setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainan-
kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan kelainan, maka hal tersebut
harus segera dilaporkan kepada penanggung jawab alat untuk dilakukan
perbaikan.
11
Penanggung Jawab
(……………………..)
12
Apabila alat dipindahkan keluar laboratorium untuk diperbaiki, maka
sebelum digunakan kembali di laboratorium harus dipastikan alat telah
dicek dan berfungsi baik.
7. Pemutahiran hasil koreksi kalibrasi.
Apabila kalibrasi menghasilkan sejumlah faktor koreksi, laboratorium
harus memiliki prosedur untuk menjamin bahwa salinan dari faktor
koreksi sebelumnya dimutahirkan dengan benar.
8. Pencegahan terhadap perlakuan orang tidak berwenang.
Semua peralatan termasuk perangkat keras, perangkat lunak, bahan
acuan, bahan habis pakai, pereaksi dan sistem analitik harus dijaga
terhadap perusakan akibat perlakuan orang yang tidak berwenang,
yang dapat membuat hasil pemeriksaan tidak sah
3. Fotometer/Spectrofotometer
a. Gunakan lampu yang sesuai dengan masing-masing jenis fotometer.
b. Tegangan listrik harus stabil.
c. Hidupkan alat terlebih dahulu selama 5-30 menit
(tergantungjenis/merek alat), supaya cahaya lampu menjadi stabil.
4. Kamar Hitung
a. Kamar hitung dan kaca penutup harus bersih, sebab kotoran (jamur,
partikel debu) pada pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat
sebagai sel.
b. Periksa di bawah mikroskop, apakah garis-garis pada kamar hitung
terlihat jelas dan lengkap.
13
c. Kamar hitung dan kaca penutup harus kering, bila basah akan
menyebabkan terjadinya pengenceran dan kemungkinan sel darah akan
pecah, sehingga jumlah sel yang dihitung menjadi berkurang.
d. Kaca penutup harus tipis, rata, tidak cacat dan pecah, sebab kaca
penutup berfungsi untuk menutup sampel, bila cacat atau pecah maka
volume dalam kamar hitung menjadi tidak tepat.
e. Cara pengisian kamar hitung; dengan menggunakan pipet Pasteur
dalam posisi horisontal, sampel dimasukkan ke dalam kamar hitung
yang tertutup kaca penutup.
f. Bila pada pengisian terjadi gelembung udara di dalam kamar hitung atau
sampel mengisi parit kamar hitung/menggenangi kamar lain, atau
kamar hitung tidak terisi penuh, maka pengisian harus diulang.
g. Cuci kamar hitung segera setelah dipakai dengan air mengalir atau
dengan air deterjen encer.
h. Bila masih kotor, rendamlah dalam air deterjen, kemudian bilas dengan
air bersih.
i. Pada waktu mencuci kamar hitung tidak boleh menggunakan sikat.
14
e. Jangan membersihkan/merendam lensa dengan alkohol atau
sejenisnya karena akan melarutkan perekatnya sehingga lensa dapat
lepas dari rumahnya.
f. Jangan menyentuh lensa obyektif dengan jari.
g. Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau obyektif,
karena kotoran akan mudah masuk.
h. Bila lensa obyektif dibuka, tutup dengan penutup yang tersedia.
i. Saat mikroskop disimpan, lensa obyektif 10x atau 100x tidak boleh
berada pada satu garis dengan kondensor, karena dapat
mengakibatkan lensa pecah bila ulir makrometer dan mikrometemya
sudah rusak.
j. Simpan mikroskop di tempat yang rendah kelembabannya, dapat
dengan cara memberikan penerangan lampu wolfram atau dengan
silika gel.
7. Pipet
a. Gunakan pipet gelas yang sesuai dengan peruntukannya
b. Gunakan pipet yang bersih dan kering serta ujungnya masih utuh dan
tidak retak.
c. Cara penggunaan pipet harus disesuaikan dengan jenis pipet.
d. Pemipetan cairan tidak boleh menggunakan mulut.
e. Pemindahan cairan dari pipet ke dalam wadah harus dilakukan dengan
cara menempelkan ujung pipet yang telah dikeringkan dahulu bagian
luarnya dengan kertas tissue pada dinding wadah/bejana dalam posisi
tegak lurus dan cairan dibiarkan mengalir sendiri.
f. Pipet volumetrik tidak boleh ditiup.
g. Pipet ukur yang mempunyai tanda cincin di bagian atas, setelah semua
cairan dialirkan maka sisa cairan di ujung pipet dikeluarkan dengan
ditiup memakai alat bantu pipet
h. Pipet ukur yang tidak mempunyai tanda cincin tidak boleh ditiup.
i. Pipet yang sudah dipakai harus direndam dalam larutan antiseptik,
kemudian baru dicuci
8. Pipet Semiotomatik
a. Pada pipet semiotomatik, tip pipet tidak boleh dipakai ulang karena
pencucian tip pipet akan mempengaruhi kelembaban plastik tip pipet,
juga pengeringan seringkali menyebabkan tip meramping dan berubah
bentuk saat pemanasan.
b. Penggunaan tidak boleh melewati batas antara tip dan pipetnya.
c. Tip yang digunakan harus terpasang erat.
15
d. Sesudah penggunaan harus dibersihkan dan disimpan dengan baik di
dalam rak pipet.
9. Rotator
Bersihkan bagian luar alat dan bagian-bagian yang berputar diberi
pelumas secara teratur. Perhatikan ke-aus-an bagian yang berputar.
10. Sentrifus
a. Letakkan sentrifus pada tempat yang datar.
b. Gunakan tabung dengan ukuran dan tipe yang sesuai untuk tiap
sentrifus.
c. Beban harus dibuat seimbang sebelum sentrifus dijalankan,
kecuali pada sentrifus mikrohematokrit karena tabung kapiler sangat
kecil.
d. Pada penggunaan sentrifus mikrohematokrit, tabung kapiler harus
ditutup pada salah satu ujungnya untuk menghindari keluarnya darah.
e. Pastikan bahwa penutup telah menutup dengan baik dan kencang
sebelum senfrifus dijalankan.
f. Periksa bantalan pada wadah tabung. Bila bantalan tidak ada maka
tabung mudah pecah waktu disentrifus karena adanya gaya sentrifugal
yang kuat menekan tabung kaca ke dasar wadah. Bantalan harus
sesuai dengan ukuran dan bentuk tabung.
g. Putar tombol kecepatan pelan-pelan sesuai kecepatan yang
diperlukan.
h. Hentikan segera bila beban tidak seimbang atau terdengar suara
aneh.
l. Jangan mengoperasikan sentrifus dengan tutup terbuka.
j. Jangan menggunakan sentrifus dengan kecepatan yang lebih tinggi dari
keperluan.
k. Jangan membuka tutup sentrifus sebelum sentrifus benar-benar telah
berhenti.
c. Kalibrasi Peralatan
Kalibrasi peralatan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan hasil
pemeriksaan.
Kalibrasi peralatan dilakukan pada saat awal, ketika alat baru di
install dan diuji fungsi, dan selanjutnya wajib dilakukan secara berkala
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun, atau sesuai dengan
pedoman pabrikan prasarana dan alat kesehatan serta ketentuan
peraturan perundang-undangan sesuai instruksi pabrik. Kalibrasi
16
peralatan dilakukan oleh institusi yang berwenang.yaitu BPFK
( Balai Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan ) Surabaya
Khusus untuk Kalibrasi serta fungsi peralatan Fotometer dan
Hematologi analyser secara berkala harus dipantau dan dibuktikan
memenuhi syarat/sesuai standar laboratorium dengan menggunakan
bahan kontrol (darah kontrol dan serum kontrol). Pelakasanaan kontrol
alat dilaksanakan oleh tenaga teksis laboratorium secara mandiri, karena
BPFK ( Balai Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan ) Surabaya tidak
melayani kalibrasi alat tersebut.
17
BAB IV
REAGENSIA
A. Dasar Pemilihan
Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium yang akan
dipergunakan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. kebutuhan.
2. produksi pabrik yang telah dikenal dan mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi.
3. deskripsi lengkap dari bahan atau produk.
4. mempunyai masa kadaluarsa yang panjang.
5. volume atau isi kemasan.
6. digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai.
7. mudah diperoleh di pasaran.
8. besarnya biaya tiap satuan (nilai ekonomis).
9. pemasok/vendor.
10. kelancaran dan kesinambungan pengadaan.
11. pelayanan purna jual.
12. terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di
Kementerian Kesehatan.
18
Sphilis, Reagen Hepatitis B,Reagen DBD,Reagen Malaria dan Reagen
Golongan darah
19
C. Pengadaan Dan Buffer Stok
Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Tingkat persediaan
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan
untuk memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan
berikutnya dari pembekal atau ruang penyimpanan umum. Safety
Stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk
bahan-bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari
pemasok.
Buffer stock adalah stok penyangga kekurangan reagen di laboratorium.
Reserve stock adalah cadangan reagen/sisa.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian
atau pembelian bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan
proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk tahun
yang akan datang. Jumlah rata-rata pemakaian bahan untuk satu
bulan perlu dicatat.
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time)
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan
diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan
yang sulit didapat.
20
Lancet 1 Box
Reagen Pengecatan 1 Botol/set
D.Penyimpanan
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat
dengan mempertimbangkan:
1. Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
a. Pertama masuk -pertama keluar (FIFO-first in-first out), yaitu bahwa
barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih
dahulu.
b. Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first out).
Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat
penyimpanan yang terlalu lama.
2. Tempat penyimpanan.
3. Suhu/kelembaban.
4. Sirkulasi udara.
21
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN
B. Kemapuan Pemeriksaan
22
2. Hematologi : Hemoglobin, Hematokrit, Hitung eritrosit, Hitung
trombosit, Hitung lekosit, Hitung jenis lekosit, LED, Masa perdarahan
dan Masa pembekuan.
3. Kimia klinik : Glukosa, SGOT, SGPT, Asam urat, Ureum/BUN, Kreatinin,
Kolesterol total.
4. Mikrobiologi dan Parasitologi: BTA, Diplococcus gram negatif,
Trichomonas vaginalis, Candida albicans, Bacterial vaginosis, Malaria
dan Jamur permukaan.
5. Imunologi : Tes kehamilan, Golongan darah, Widal, dan Anti HIV,Sphylis
dan HBSag
6. Urinalisa : Makroskopis (Warna, Kejernihan, Bau, Volume), pH, Berat
jenis, Protein, Glukosa, Bilirubin, Urobilinogen, Keton, Nitrit, Lekosit,
Eritrosit dan Mikroskopik (sedimen).
7. Tinja: Makroskopik dan Mikroskopik.
2. Metode
Metode pemeriksaan laboratorium di Puskesmas menggunakan
metode manual, semi automatik dan automatik.
C. Spesimen
Spesimen yang digunakan sebagai bahan pemeriksaan adalah Whole
blood, serum, plasma, urine, tinja dan dahak.
Tata cara pengambilan sampel dapat dilihat pada daftar lampiran.
1. Persiapan pasien
a. Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8 - 12 jam
sebelum diambil darah
b. Pengambilan spesimen sebaiknya pagi hari antara pukul 07.00 -
09.00.
c. Menghindari aktifitas fisik/olah raga berlebihan sebelum spesimen
diambil
d. Memperhatikan posisi tubuh, Untuk menormalkan keseimbangan
cairan tubuh dari perubahan posisi, dianjurkan pasien duduk
tenang sekurang-kurangnya 15 menit sebelum diambil darah.
2. Pengambilan
a. Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat-
syarat:
23
1. bersih.
2. kering.
3. tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
4. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada
spesimen.
5. mudah dicuci dari bekas spesimen sebelumnya.
6. Pemakaian jarum, lancet dan mess harus steril dan sekali pakai
b. Wadah
Wadah spesimen harus memenuhi syarat:
1. terbuat dari gelas atau plastik.
2. tidak bocor atau tidak merembes.
3. harus dapat ditutup rapat
4. besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen.
5. bersih.
6. kering.
7. tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen.
8. tidak mengandung bahan kimia atau deterjen.
9. untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau
terurai karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan
botol berwarna coklat (inaktinis).
10. Untuk wadah spesimen urin, dahak, tinja sebaiknya menggunakan
wadah yang bermulut lebar Dan bertutup ulir
c. Antikoagulan
Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel
darah membeku. Beberapa spesimen memerlukan bahan tambahan
berupa bahan pengawet atau antikoagulan.
Kesalahan dalam pemberian bahan tambahan tersebut dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan.Bahan tambahan yang dipakai
harus memenuhi persyaratan yaitu tidak mengganggu atau
mengubah kadar zat yang akan diperiksa. Anti koagulan yang biasa
dipakai adalah EDTA
24
dari ujung jari tengah tangan atau jari manis tangan bagian tepi atau
pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki atau cuping telinga pada
bayi. Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan
peredaran darah seperti "cyanosis" atau pucat dan pengambilan tidak
boleh di lengan yang sedang terpasang infus.
e. Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang
diperiksa. Volume spesimen yang dibutuhkan untuk beberapa
pemeriksaan spesimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
25
/plastic
SGPT Serum 2 cc Gelas
/plastic
BUN Serum 2 cc Gelas
/plastic
Kreatinin Serum 2 cc Gelas
/plastic
SEROLOGI
Widal Serum 2 cc Gelas
/ /plastic
plasma
Golongan Darah 1 cc Gelas
darah /plastic
TPHA / RPR Serum 2 cc Gelas
/plastic
HIV Serum 2 cc Gelas
/plastic
Feses lengkap Feses Secukup- Gelas
nya /plastic
URINE
Reduksi Urine 10 cc Plastik
Albumin Urine 10 cc Plastik
Sedimen Urine 15 cc Gelas /
Urine plastik
Urine Rutin Urine 10 cc Gelas /
plastik
Kehamilan Urine 10 cc Gelas /
plastik
Teknik
26
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar, agar
spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya. Teknik pengambilan
untuk beberapa spesimen yang sering diperiksa.
a. Darah Vena (dengan cara plebotomi/menggunakan tabung vakum)
1. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus
lurus, jangan membengkokkan siku. Pilih lengan yang banyak
melakukan aktivitas.
2. Pasien diminta untuk mengepalkan tangan
3. Pasang "torniquet"± 10 cm di atas lipat siku
4. Pilih bagian vena mediana cubiti
5. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan
alkohol 70% dan biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis
dan rasa terbakar. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
6. Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap ke
atas dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat,
tekan tabung vakum sehingga darah terisap ke dalam tabung. Bila
jarum berhasil
7. masuk vena, akan terlihat darah masuk dalam semprit. Selanjutnya
lepas torniquet dan pasien diminta lepaskan kepalan tangan.
8. Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai.Apabila
dibutuhkan darah dengan antikoagulan yang berbeda dan volume yang
lebih banyak, digunakan tabung vakum yang lain.
9. Tarik jarum dan letakkan kapas alkohol 70 % pada bekas tusukan
untuk menekan bagian tersebut selama ± 2 menit. Setelah darah
berhenti, plester bagian ini selama ± 15 menit.
10. Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 5 kali agar
bercampur dengan antikoagulan.
b. Darah kapiler
27
1. Bersihkan bagian yang akan ditusuk dengan alkohol 70 % dan biarkan
sampai kering lagi.
2. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
supaya rasa nyeri berkurang.
3. Tusuklah dengan cepat memakai lanset steril. Pada jari tusuklah dengan
arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari, jangan sejajar dengan
itu. Pada daun telinga tusuklah pinggirnya, jangan sisinya.Tusukan
harus cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangan menekan-
nekan jari atau telinga untuk mendapat cukup darah. Darah yang
diperas keluar semacam itu telah bercampur dengan cairan jaringan
sehingga menjadi encer dan menyebabkan kesalahan dalam
pemeriksaan.
4. Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan memakai segumpal
kapas kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
c. Urin
1) Pada wanita
a. Pada pengambilan spesimen urin porsi tengah yang dilakukan oleh
penderita sendiri, sebelumnya harus diberikan penjelasan sebagai
berikut:
b. Penderita harus mencuci tangan memakai sabun kemudian dikeringkan
dengan handuk.
c. Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan.
d. Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah dari
depan ke belakang.
e. Bilas dengan air hangat dan keringkan dengan kasa steril yang lain,
28
f. Selama proses ini berlangsung, keluarkan urin, aliran urin yang
pertama keluar dibuang. Aliran urin selanjutnya ditampung dalam
wadah yang sudah
g. disediakan.
h. Hindari urin mengenai lapisan tepi wadah.
i. Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis.
j. Wadah ditutup rapat dan segera dikirimkan ke laboratorium.
2) Pada laki-laki
a. Penderita harus mencuci tangan memakai sabun.
b. Jika tidak disunat tarik kulit preputium ke belakang, keluarkan urin,
aliran yang pertama keluar dibuang, aliran urin selanjutnya ditampung
dalam wadah yang sudah disediakan. Hindari urin mengenai lapisan
tepi wadah. Pengumpulan urin selesai sebelum aliran urin habis.
c. Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.
d. Urin Kateter
a. Lakukan disinfeksi dengan alkohol 70 % pada bagian selang kateter
yang terbuat dari karet (jangan bagian yang terbuat dari plastik).
b. Aspirasi urin dengan menggunakan samprit sebanyak kurang lebih 10
ml.
c. Masukkan ke dalam wadah steril dan tutup rapat.
d. Kirimkan segera ke laboratorium.
f. Tinja
Tinja untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan (tanpa
bantuan obat pencahar), jika pemeriksaan sangat diperlukan, dapat pula
sampel tinja diambil dari rektum dengan cara colok dubur.
29
g. Dahak
Pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan dan tindakan yang akan
dilakukan, dan dijelaskan perbedaan dahak dengan ludah.Bila pasien
mengalami kesulitan mengeluarkan dahak, pada malam hari sebelumnya
diminta minum teh manis atau diberi obat gliseril guayakolat 200 mg.
o. Usap nasofaring
1. Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
2. Petugas berdiri di samping penderita.
3. Kepala ditegakkan dan tangan petugas memegang bagian belakang
kepala penderita.
4. Masukkan lidi dacron ke dalam rongga hidung. Posisi lidi tegak lurus.
5. Panjang lidi yang masuk kira-kira ½ jarak ujung hidung sampai telinga.
6. Masukkan sampai menyentuh dinding belakang nasofaring, kemudian
tarik keluar.
7. Masukkan lidi dacron kedalam media transpor atau langsung tanam
pada media isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin, Agar Cystin
Tellurite) dan dibuat sediaan.
p. Swab tenggorok
1. Penderita duduk (kalau anak-anak dipangku).
2. Penderita diminta membuka mulut.
3. Lidah ditekan dengan spatel lidah.
4. Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril
hingga menyentuh dinding belakang faring,
30
5. Usap ke kiri dan kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu tarik
keluar dengan hati-hati tanpa menyentuh bagian mulut yang lain.
6. Masukkan lidi kapas ke dalam media transpor atau langsung tanam
pada media isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin, Agar Cystin
Tellurite) dan dibuat sediaan.
D. PEMBERIAN IDENTITAS
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting,
baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen.
Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
sebaiknya memuat secara lengkap:
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk
rekam medik.
4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon)
5. Pemeriksaan laboratorium yang diminta
6. Informed concern
E. PENGOLAHAN
31
b. Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
spesimen.
c. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh
(lipemik).
4. Urin
Untuk uji carik celup, urin tidak perlu ada perlakuan khusus, kecuali
pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan untuk
pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan
cara:
a. Wadah urin digoyangkan agar memperoleh sampel yang tercampur
(homogen).
b. Masukkan ±15 ml urin ke dalam tabung sentrifus.
c. Putar urin selama 5 menit pada 1500-2000 rpm.
d. Buang supernatannya, sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk
meresuspensikan sedimen.
e. Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer-malbin untuk
menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya.
F. PEMERIKSAAN SPESIMEN
Pemeriksaan specimen yang tersedia dilaksanakan sesuai dengan SOP yang
telah ditetapkan oleh penanggug jawab layanan laboratorium yaitu Kepala
UPTD Puskesmas Kota Utara .
Dalam pelaporan hasil tentunya harus disertakan rentang nilai yang dapat
digunakan sebagai acuan untuk menegakkan diagnose. Hasil dapat dikatakan
normal bila nilai hasil pemeriksaan masuk dalam rentang nilai tersebut. Hasil
yang keluar dari rentang nilai bias dikatakan abnormal dan sebagai pertanda
adanya gangguan kesehatan.
Rentang nilai ditetapkan penanggung jawab layanan laboratorium
berdasarkan rentang nilai yang ditetapkan oleh dinas kesehatan atau
laboratorium yang tingkatannya lebih tinggi.
Sesuai dengan KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KOTA UTARA
NOMOR 188.4/ 8.1.6.1/415.25.33/2015
RENTANG RENTANG
N PEMERIKSAA
NILAI NILAI
O PEMERIKSAAN NO N
NORMAL NORMAL
A KIMIA KLINIK DARAH RUTIN
32
10 - 40
1 SGOT U/ l 1. Hemoglobin L : 14 - 18
5 - 35 U/
2 SGPT l P : 12 - 16
2. LED L : 0 - 10
Cholesterol < 200
3 total mg /dl P : 0 - 20
4000 -
3. Leukosit 10.000
8 - 25 mg / 4 - 5 Juta /
4 Ureum ( BUN ) dl 4. Eritrosit mm3
L:0.6 -1.3 200 000-
5 Kreatinin mg / dl 5. Trombosit 450 000
P : 0.5 -1 mg
/dl 6. Diff Count
L : 4 -8,5
6 Uric acid mg / dl eosinofil 1 - 3 %
P:2 ,7-6,3
mg / dl Basofil 0 - 1 %
stab 2 - 6 %
70 - 200
7 Sewaktu mg / dl segmen 50 - 70 %
70 – 125 mg /
8 Puasa ( BSN ) dl limphosit 20 - 40 %
70 - 200
9 2 Jam PP mg /dl monosit 2 - 8 %
L: 40 - 52
7 PCV %
URINE P: 38 - 48
LENGKAP %
1. Albumin negatif 8 Malaria Negatif
2. Reduksi negatif 9 Widal
3. Bilirubin negatif Thypi O Negatif
4. Urobilin negatif Thypi H Negatif
5 sedimen : Parathypi A Negatif
Leukosit 0-3 Parathypi B Negatif
Eritrosit negatif
33
Epitel sel 0-5 Lain lain
Kristal negatif BTA Sputum S Negatif
Silinder negatif BTA Kusta Negatif
Bakteri negatif
Lain – lain negatif
Negative -
6. PP test positif
7.
G. NILAI KRITIS
Nilai Kritis adalah nilai yang mencerminkan keadaan patologis yang
dapat membahayakan jiwa bila tidak segera diambil tindakan.
Puskesmas Kota Utara perlu menentukan nilai kritis terhadap hasil
pemeriksaan laboratorium agar pasien dapat penanganan lebih cepat
apabila mendapatka hasil pemeriksaan yang kritis.. yang bisa
membahayakan keselamatan pasien :
34
secepatnya dengan cara diberi stabilo warna yang mencolok.
Segera serahkan hasil, Segera komunikasikan dengan klinisi
masalah hasil laboratorium yang kritis tersebut. Klinisi mencatat
pada buku rekam medik dan diberi tanda stabile dengan warna
yang mencolok
H. PELAPORAN HASIL.
Hasil pemeriksaan laboratorium dicatat pada lembar hasil yang telah
ditetapkan, diimana pada lembar hasil tersebut berisi tentang identitas pasien,
jenis pemeiksaan rentang nilai dan hasil pemeriksaan. Hasil pemeriksaan
ditandatangani oleh petugas teknis labroratorium khususnya coordinator.
Semua hasil pemeriksaan wajib disalin , ditulis pada buku regester
laboratorium, sekaligus sebagai arsip laboratorium. Hasil pemeriksaan
diserhkan pada pasien untuk dibawa lagi ke dokter pemeriksa.
Setiap akhir bulan coordinator laboratorium berkewajiban menghitung jumlah
kunjungan, jumlah tiap jenis pemeriksaan dan dilaporkan ke petugas SP2TP
Puskesmas.
35
BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
36
2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan
kerja, seperti tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat
pemadam kebakaran.
3. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker,
sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.
4. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama
bekerja dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di
laboratorium (hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi
infeksi).
5. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke
belakang dengan rapi.
6. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh
sebelum dan setelah selesai melakukan aktifitas laboratorium dan
harus melepaskan baju proteksi sebelum meninggalkan ruang
laboratorium.
7. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa ijin
pejabat yang berwenang.
8. Dilarang makan, minum (termasuk minum dari botol air) dan merokok
di tempat kerja.
9. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum
atau benda tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di
bak/peti dalam laboratorium dan diberi keterangan.
10. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning
(menjadi limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus.
11. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
12. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet
penghisap.
13. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada
penanggung jawab Laboratorium.
14. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang
ditentukan.
15. Pengelolaan spesimen
a. Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius.
b. Harus mempunyai meja khusus untuk penerimaan spesimen.
c. Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara
pengambilan, pengiriman dan pengolahan spesimen dengan benar.
d. Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan pada
wadah yang memiliki konstruksi yang baik, dengan karet pengaman
untuk mencegah kebocoran ketika dipindahkan.
37
e. Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna
menghindari pencemaran dari luar kontainer atau laboratorium.
f. Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh
(contoh: membuka tutup tabung vakum) harus menggunakan
sarung tangan dan masker.
g. Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan
dan mengganti sarung tangan.
h. Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah
infeksius dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.
i. Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus
Didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai melakukan
kegiatan laboratorium.
16. Pengelolaan bahan kimia yang benar
a. Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan kimia
yang benar (antara lain penggolongan bahan kimia, bahan kimia
yang tidak boleh tercampur, efek toksik dan persyaratan
penyimpanannya).
b. Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan
mempunyai pengetahuan serta keterampilan untuk menangani
kecelakaan.
c. Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket dan tanda
peringatan yang sesuai.
38
d. Setiap tempat pengumpulan sampah harus dilapisi plastik sebagai
pembungkus sampah.
2) Tempat Penampungan Sampah Sementara
Tersedia tempat penampungan sampah yang tidak permanen, yang
diletakkan pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut
sampah. Tempat penampungan sampah sementara dikosongkan dan
dibersihkan sekurang-kurangnya satu kali dalam 24 jam.
3) Tempat Pembuangan Sampah Akhir
a. Sampah infeksius, sampah toksik dan sitotoksik dilapisi plastic kuning,
dikelola sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku.
b. Sampah umum (domestik) dilapisi plastic hitam dibuang ke tempat
pembuangan sampah akhir yang dikelola sesuai dengan prosedur dan
peraturan yang berlaku.
b. Limbah Cair
Limbah cair terdiri dari limbah cair umum/ domestik, limbah cair infeksius
dan limbah cair kimia.
Cara menangani limbah cair:
1) Limbah cair umum/domestik dialirkan masuk ke dalam septik tank.
2) Limbah cair infeksius dan Kimia dialirkan ke saluran IPAL
39
BAB VII
MUTU LABORATORIUM
A. BAKUAN MUTU
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu,
diperlukan bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat
dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa
dan bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga
pelaksana baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu
aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang
tertulis akan menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab laboratorium.
5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga
teknis laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab Laboratorium
Puskesmas.
B. PEMANTAPAN MUTU
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan
proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian
dan ketepatan hasil pemeriksaan. Kegiatan ini berupa Pemantapan Mutu
Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dan Peningkatan Mutu.
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI/Internal Quality Control)
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan atau
penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
a. Manfaat:
1. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
2. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah
tidak terjadi dan perbaikan penyimpanan dapat dilakukan segera.
3. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,
pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan dan
40
pemeriksaan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah
dilakukan dengan benar.
4. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
5. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer)
b. Cakupan
Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas: tahap praanalitik, tahap
analitik dan tahap pasca-analitik.
1)Tahap Pra-Analitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, mengambil
spesimen, menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengirim
spesimen rujukansampai dengan menyimpan spesimen.
a. Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien
mengenai persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan
b. Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara
spesimen yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan
mencatat kondisi fisik spesimen tersebut pada saat diterima antara lain
volume, warna, kekeruhan, dan konsistensi. Spesimen yang tidak sesuai
dan memenuhi persyaratan hendaknya ditolak. Dalam keadaan
spesimen tidak dapat ditolak (via pos, ekspedisi), maka perlu dicatat
dalam buku penerimaan spesimen dan formulir hasil pemeriksaan
c. Penanganan spesimen
Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi
penyimpanan spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah benar
untuk pemeriksaan-pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman spesimen
sudah benar
d. Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian
pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika
Laboratorium Puskesmas tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka
spesimen dikirim ke laboratorium lain dan sebaiknya dikirim dalam
bentuk yang relatif stabil
e. Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan
dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
Beberapa cara menyimpan spesimen antara lain :
41
Disimpan pada suhu kamar (Misalnya penyimpanan usap dubur
dalam Carry & Blair untuk pemeriksaan Vibrio cholera).
Disimpan dalam lemari es dengan suhu 0 C.
Dapat diberikan bahan pengawet.
Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.
42
b. Pembuatan prosedur/instruksi kerja untuk pengambilan spesimen dan
setiap jenis pemeriksaan.
3. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu adalah suatu proses terus menerus yang dilakukan oleh
laboratorium sebagai tindak lanjut dari Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan
Pemantapan Mutu Eksternal (PME) untuk meningkatkan kinerja laboratorium.
43
BAB VIII
PENUTUP
dr.Ainsyah Harun
44
LAMPIRAN I
KUMPULAN SOP
45
6. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan alkohol 70% dan
biarkan kering.
7. Tusuk bagian vena yang dipilih menggunakan spuit yang baru dan steril
dengan sudut kemiringan 15 derajat.
8. Ambil darah sampai dianggap cukup (sesuai dengan pemeriksaan lab yang
akan dilakukan) letakkan kapas pada ujung jarum dan tarik jarumnya.
Pindahkan darah dari spuit ke botol EDTA ( pemeriksaan DL ) atau tabung
sero untuk pemeriksaan kimia klinik.
46
7. Petugas memberi informasi waktu pengambilan hasil
8. Petugas cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
47
1. PasienDatang
2. Persilakan duduk di kursi sampling.
3. Berikan informasi kepada pasien tentang proses pengambilan sampel
4. Pilihan pengambilan sampel cuping telinga kanan, cuping telinga kiri,
dahi, ujung hidung, dagu
5. Ambil sampel di 4 lokasi diantara 5 pilihan lokasi diatas.
6. Siapkan peralatan
7. Pijit pijit Lokasi pengambilan sampel pasien beberapa detik, lalu tekan
sampai terlihat putih pucat
8. Fiksasi Lokasi pengambilan sampel pasien dengan alkohol..
9. Buat sayatan kecil dari atas kebawah dengan pisau mes, jangan terlalu
dalam sampai reitz serum keluar bukan darah.
10. Kerok dan ambil reitz serum yang keluar dengan pisau mes, lalu oleskan
tipis diatas objek glass.
11. Keringkan sediaan
12. Setelah kering, lakukan pengecatan tahan asam zielh neelsen
48
PEMERIKSAAN DAN PEMAKAINA ALAT HEMATOLOGI ANALYSER
1. Siapkan Hematologi Analyser set
2. Cek Reagen diluen dan Lyser bila habis ganti baru.
3. Cek botol drainase, bila penuh buang.
4. Cek kertas printer hasil, bila habis ganti baru.
5. Colokkan kabel power ke sumber listrik.
6. Tutup pintu sampel.
7. Tekan tombol power.
8. Tunggu proses rinse dan background check selama sekitar 10 menit.
9. Bila nilai background melebihi limit cleaning dengan memasukkan
cairan cleaner ke tempat sampel.
10. Tekan tombol maintenance, Pilih opsi clean tranducer.
11. Tunggu sampai proses background check selesai
12. Input sample ID
13. Pemeriksaan sampel Whole blood dengan jumlah diatas 1 cc
13.1 Tekan mode WB
13.2 Masukkan sampel darah kedalam tabung reaksi 12 mm
13.3 Letakkan di tempat sampel lalu tutup
13.4 Tekan RUN
13.5 Jangan buka pintu sampel sampai proses aspirasi selesai
13.6 Tunggu proses pemeriksaan sampai selesai.
13.7 Hasil pemeriksaan akan tercetak di kertas printer
14. Pemeriksaan sampel Whole blood jumlah sampel kurang dari 1 cc
i. Tekan mode PD.
ii. Masukkan tabung reaksi kosong kedalam tempat sampel, lalu
tutup.
iii. Tekan dispense untuk mengeluarkan cairan pengencer.
iv. Tambahkan sampel whole blood yang homogen sebanyak 20 mikro
liter.
v. Kocok sampai homogeny
vi. Masukkan ke tempat sampel lalu tutup
vii. Tekan RUN
viii. Jangan buka pintu sampel sampai proses aspirasi selesai
ix. Tunggu proses pemeriksaan sampai selesai.
x. Hasil pemeriksaan akan tercetak di kertas printer
xi. Catat hasil pemeriksaan pada buku regester hasil
49
2. Tuang sampel urine kedalam tabung reaksi
3. Ambil stik urine
4. Celupkan Stick Uristik ke dalam tabung yang berisi urine selama + 1
menit
5. Tiriskan dengan tisu
6. Kemudian baca perubahan warna yang terjadi dengan menyamakan
warna pada botol uristik, untuk mengetahui keadaan kimiawi urine
7. Catat hasil pada Buku Register Hasil Urine Lengkap
PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN
1. Siapkan sampel darah.
2. Isi tabung sahli dengan hcl 0,1 N sampai tanda 2
3. Hisap darah menggunakan pippet sahli sampai tanda garis (20 mikro
liter)
4. Bersihkan dengan tisu, bagian luar pippet yang terkena darah sampel.
5. Masukkan darah kedasar tabung sahli yang telah diisi Hcl dengan pelan
- pelan
6. Bilas pippet dengan bagian atas cairan hcl yang bening.
7. Kocok sampai homogen
8. Diamkan 5 menit
9. Encerkan pelan pelan sambil diaduk sampai perubahan warna yang
terjadi sama dengan warna standart.
10. Nilai Hb dilihat dari skala yang ditunjukkan batas atas cairan
11. Catat hasil pemeriksaan pada buku regester
50
PEMERIKSAAN TES KEHAMILAN
1. Siapkan urine sampel.
2. Celupkan strip One Med pada sample urine sampai tanda panah batas
garis.
3. Tunggu menit selama 30-60 detik
4. Angkat strip, tunggu 1-3 menit, baca hasilnya
5. Baca, bila positif (+) keluar tanda dua garis merah muda dan bila
negatif (-) keluar tanda satu garis merah muda
6. Catat hasil pada Buku Register
51
PEMERIKSAAN GLUKOSA,CHOLESTEROL DAN URID ACID
1. Masukkan Stik ke dalam alat On Call Plus
2. Tunggu sampai terlihat tanda tetes darah pada layar On Call Plus
3. Teteskan darah pada stik On Call Plus
4. Tunggu beberapa saat, hasil akan terlihat pada layar On Call Plus
5. Catat hasil pada buku Register
PEMERIKSAAN BTA
6.1 PEMBUATAN SEDIAAN
1. Kaca obyek diberi no. Kode pada sisi kanan kaca obyek.
2. Pilih bagian dahak yang kental, warna kuning kehijauan, atau
pus. Ambil sedikit bagian tersebut dengan memakai ose / tusuk gigi.
3. Ratakan di atas kaca obyek dengan ukuran 2 – 3 cm. Apusan dahak
jangan terlalu tebal/tipis. Keringkan pada suhu kamar.
4. Setelah itu sediaan langsung diwarnai dengan pewarnaan Ziehl
Neelsen.
6.2. PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN
1. Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuang larutan
Carbol Fuchsin sampai menutupi seluruh sediaan.
2. Panasi sediaan secara hati-hati diatas api selama 3 menit sampai
keluar uap tetapi jangan sampai mendidih. Biarkan selama 5 menit
3. Cuci dengan air mengalir.
4. Tuang HCL-Alkohol 3% sampai warna merah dari Fuchsine hilang
tunggu 2 menit.
5. Cuci dengan air mengalir.
6. Tuangkan larutan Methyline Blue 0,1 % dan tunggu 10 – 20 detik.
7. Cuci dengan air mengalir.
8. Keringkan di rak pengering.
52
6.3. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
1. Siapkan sediaan BTA
2. Letakkan pada meja mikroskop
3. Set objektif 10 X
4. Periksa dan cari lapang pandang yanglekosit merata
5. Teteskan oil emersi
6. Putar objektif ke pembesaran 100 x
7. Cari bakteri tahan asam ( batang warna merah ) dalam 100 lapang
pandang.
8. Laporkan. Menurut skala IUATLD
53
1.2.3. Setelah menyentuh tetes darah tadi biarkan darah menyebar pada
sisi kaca penggeser.
1.2.4. Geserkan obyek glass ke kiri dengan sudut 30-450
1.2.5. Keringkan sediaan
1.2.6. Beri identitas (nama, umur, alamat pasien) pada obyek glass
menggunakan pensil kaca
Pewarnaan sediaan
Dilakukan dengan pewarnaan giemsa :
2.1. Encerkan larutan giemsa stok (0,75 %) 1 bagian dengan larutan
buffer 9 bagian
2.2. Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuangi dengan
larutan giemsa sebanyak ± 2,5 ml dan biarkan selama 30 menit.
2.3. Tuangi aquadest diatas sediaan tadi, sampai zat pewarna hilang.
2.4. Keringkan sediaan
Pembacaan Sediaan
3.1. Sediaan yang sudah diwarnai dan sudah kering diperiksa dibawah
mikroskop
3.2. Baca sediaan pada pembesaran obyektif 100x dan okuler 10x
3.3. Baca sediaan secara zig-zag, yaitu dari sisi kesisi yang lain
kemudian kembali kesisi semula dan begitu seterusnya.
3.4. Catat hasil di Buku register.
54
PEMANTAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR
Prosedur Memakai APD
1. Siapkan semua peralatan pelindung diri.
2. Pakai Jas lab terlebih dahulu.
3. Selanjutnya memakai masker
4. Setelah terpakai semua, baru hand scoon dipakai.
5. Petugas siap melakukan pelayanan
Prosedur Melepas APD
1. Setelah selesai pekerjaan lab, lepas semua APD.
2. Lepas hand scoon, buang ke tempat sampah medis.
3. Lepas Jas lab,
4. Terakhir lepas masker dan buang ketempat sampah medis.
5. Cuci tangan dengan sabun
55
12. Tim manajemen mutu pelayanan klinis Puskesmas membuat
rencana tindak lanjut terhadap hasil penilaian ketepatan waktu
penyerahan hasil.
PENGELOLAAN REAGEN
1. Petugas menggunakan kaidah pertama masuk –pertama keluar
(FIFO )first in first out yaitu reagen yang lebih dulu masuk persediaan
harus digunakan lebih dahulu
2. Petugas menggunakan reagen yang mempunyai masa kadaluwarsa
pendek untuk dipakai terlebih dahulu. (FEFO) first expire first out guna
menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan lama
3. Petugas menyimpan larutan berwarna dan larutan organik dalam botol
coklat/ botol plastik putih susu
4. Petugas menempatkan reagen pada tempat sesuai petunjuk reagen.
5. Petugas menyimpan reagen pada tempat yang tidak terkena sinar
matahari langsung
6. Petugas menyimpan reagen padasuhu kamar atau suhu dingin ( 2 o C – 8o
C) tergantung jenis reagen
7. Petugas membuat kartu stok pemakaian reagen.
56
KUALIFIKASI PENYIMPANAN REAGEN DI LABORAT
58
6 Pembuangan limbah medis cair.
Siapkan saluran IPAL
Buang limbah cair langsung kesaluran IPAL tanpa penambahan klorin
Cekfungsi IPAL secara berkala.
59
Nilai Kritis Pemeriksaan Kimia Dewasa
NO Pemeriksaan Satuan Batas Batas Atas
Bawah
1. Glukosa mg/dl < 40 > 700
60
4. Segera serahkan hasil
5. Segera komunikasikan dengan klinisi masalah hasil laboratorium yang
kritis tersebut.
6. Klinisi mencatatat pada buku rekam medik dan diberi tanda
stabilodengan warna yang mencolok
61
1.4. Reagent yang datang langsung disimpan ke dalam almari es
10. PENYIMPANAN
2.1. Reagent yang datang disimpan sesuai dengan prosedur
penyimpanan yang tertera dalam kemasan Reagent.
2.2. Kulkas tempat penyimpanan reagent harus selalu diperiksa
suhunya agar sesuai dengan syarat penyimpanan reagent dengan
cara :
a. Letakkan termometer dalam kulkas
b. Atur suhu kulkas sesuai dengan syarat suhu dalam
penyimpanan reagent
Di cek suhunya tiap hari pada pagi hari, catat pada buku
pemantauan suhu.
c. Usahakan agar kulkas selalu dalam keadaan hidup
d. Bersihkan kulkas setiap dua bulan
2.3. Reagent yang sudah dibuka bisa bertahan sampai masa
kadaluarsa habis bila disimpan pada suhu (2-8)0 C
2.4. Jika suhu penyimpanan di lemari pendingin di luar (2-8) 0C maka
reagen yang belum terbuka dapat bertahan 1 minggu, sedangkan
reagen yang sudah dibuka dapat bertahan 3 hari.Kemudian segera
pindahkan terlebih dahulu reagen ke lemari pendingin unit lain
dan minta ke bagian sarana untuk perbaikan lihat Protap Alur
Laporan Kerusakan Dari Bagian-bagian
3. DISTRIBUSI REAGEN
1. Distribusi reagen dilakukan bila ada permintaan pemeriksaan
laborat di bagian laborat sendiri.
2. Distribusi berdasarkan prinsip first in first out
PELABELAN
1. Petugas membuat kartu stock penggunaan reagen .
2. Petugas membuatkan label pada setiap reagen yang tidak ada labelnya
atau reagen yang dibuat sendiri.
62
3. Petugas menuliskan tanggal penerimaan reagen pada label.
4. Petugas menuliskan nama reagen pada label.
5. Petugas menuliskan tanggal pertama kali dibuka pada label.
6. Petugas menuliskan Expired Date pada label.
7. Petugas menuliskan konsentrasi reagen pada label.
8. Petugas menuliskan jumlah kandungan isi reagen pada label.
9. Petugas menuliskan tanda bahaya berupa pictogram tanda hitam pada
latar belakang oranye untuk reagen yang berbahaya
10. Petugas menuliskan symbol bahaya( E untuk zat yang mudah
meledak, O untuk zat yang mengalami oksidasidan F untuk zat yang
mudah terbakar )
11. Petugas memastikan label terpasang benar dan tidak mudah lepas
EVALUASI REAGENT
1. Perhatikan tanggal kadaluarsa reagensia
2. Catat tanggal kadaluarsa reagensia pada kartu stok ketika menerima
barang.
3. Catat tanggal kadaluarsa reagensia ketika mengeluarkan barang untuk
digunakan pelayanan.
4. Musnahkan/buang reagensia yang telah melewati masa kadaluarsa.
5. Catat tanggal pada botol ketika mulai menggunakan.
6. Untuk stik urine dan reagensia kimia klinik, musnahkan bila sudah 4
bulan sejak dibuka untuk digunakan
63
1. Keluarkan kontrol dari kulkas, tunggu sampai mencapai suhu ruangan
(kurang lebih 30 menit).
2. Siapkan alat yang akan dikontrol. (asam urat, cholesterol, trigliserida )
3. Baca kontrol kualitas pada masing-masing alat lihat Buku Serum
Kontrol
4. Jika hasil keluar dari range lakukan maintenance ulang.
5. Lakukan standarisasi dan kontrol ulang.
6. Bila masih keluar dari range lakukan kalibrasi lihat Protap Kalibrasi Alat
7. Jika hasil masih keluar dari range maka hubungi bagian Sarana untuk
perbaikan lihat Protap Alur laporan Kerusakan Dari Bagian-bagian
8. Catat hasil pada Buku Serum Kontrol
64
4. Petugas mengembalikan rekam medis. ke Petugas pendaftaran
PERBAIKAN ALAT
1. Petugas mendapatkan alat dengan hasil yang menyimpang ketika
dilakukan kaliberasi/ validasi,
2. Petugas menginventaris alat – alat yang menyimpang tersebut (rusak),
3. Petugas memisahkan alat yang rusak untuk segera dilakukan
perbaikan.
4. Petugas membuat laporan mengenai alat dan barang yang rusak,
5. Petugas memberikan laporan alat yang rusak kepada pengelola barang,
5. Petugas membuat surat pengajuan perbaikan alat untuk alat – alat yang
rusak,
6. Kepala Puskesmas menyetujui rencana perbaikan alat
7. Petugas meminta kepada pengelola barang untuk dilakukan perbaikan.
8. Petugas menginformasikan kepada klinisi bahwa alat masih dalam
perbaikan.
9. Petugas menerima alat yang sudah diperbaiki dari kordinator barang,
10. Petugas mengajukan alat yang sudah diperbaiki kepada Kepala
Puskesmas untuk dilakukan kaliberasi ulang
65
9. Petugas menggunakan insenerator untuk penanganan limbah hasil
pemeriksaan laborat
10. Petugas melakukan desinfektan disebelum dan sesudah
pemeriksaan laboratorium
66
5. Petugas menyampaikan hasil pelatihan dan pendidikan melalui rapat
lokmin puskesmas.
6. Petugas membuat SPO penggunaan prosedur yang baru, bahan
berbahaya atau alat yang baru
7. Petugas menerapkan pelatihan pendidikan untuk prosedur yang baru,
bahan berbahaya dan alat yang baru melalui kegiatan pelayanan di
laboratorium.
8. Petugas berusaha meningkatkan kinerja pelayanan laborat di
puskesmas sesuai SPO.
9. Koordinator layanan klinis melakukan evaluasi pelaksanaan
penggunaan prosedur yang baru, bahan berbahaya atau alat yang baru
menggunakan daftar tilik.
10. Koordinator layanan klinis melaporkan kepada kepala puskesmas bahwa
telah dilakukannya evaluasi
67
1. Petugas melakukan pemisahan limbah B3 dan non B3
2. Petugas mengusahakan menggunakan bahan kimia non B3.
3. Petugas mengunakan kantong plastic hitam untuk limbah non B3.
4. Petugas menggunakan kantong plastic kuning untuk jenis limbah B3
5. Petugas menempatkan limbah B3 jarum , spuit pada safety cabinet.
6. Petugas menempatkan tempat penampungan pada tempat yang aman
7. Petugas kerjasama dengan pihak ketiga untuk pemusnahan semua
limbah B3
8. Petugas melakukan sterilisasi alat-alat medis yang telah terkontaminasi
limbah B3 menggunakan sterilisator.
9. Petugas melakukan dekontaminasi pada limbah sisa pemeriksaan yang
mengandung bahan B3 kemudian menaruhnya pada tempat sampah
dengan plastic berwarna kuning.
10. Petugas melakukan desinfeksi meja kerja sebelum dan sesudah
pemeriksaan untuk mencegah kontaminasi bahan berbahaya
68