PENDAHULUAN
1
1.2.Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Terlaksananya pelayanan Laboratorium yang bermutu di Puskesmas Bae.
1.2.2 Tujuan Khusus
Sebagai acuan bagi tenaga Ahli Tekhnologi Laboratorium Medik (ATLM) dalam
melaksanakan pelayanan Pemeriksaan Laboratorium yang akuratdan bermutu di
Puskesmas Bae.
1.3. Sasaran
Pedoman ini disusun untuk digunakan bagi Ahli Tekhnologi Laboratorium Medik
(ATLM) Puskesmas Bae.
1.5.Batasan Operasional
Pelayanan laboratorium Puskesmas Bae adalah pelayanan penunjang diagnosis
yang berlaku di lingkungan Puskesmas Bae. Laboratorium ini juga memberikan
kesempatan bagi institusi lain untuk melakukan praktek, magang, dan penelitian.
2
1.6.Landasan Hukum
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364 / Menkes / III /
2003 Tentang Laboratorium Kesehatan.
b. Peraturan Menteri Kesehatn RI, No. 37 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Laboratorium usat Kesehatan Masyarakat,
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43, Tahun 2013,
Tentang cara penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang baik,
d. Permenkes No. 15 tahun 2015 tentang Pelayanan Laboratorium HIV dan infeksi
oportunistik,
e. Permenkes No. 25 tahun 2015 tentang Pemeriksaan laboratorium untuk
ibuhamil, bersalin, dan nifas,
3
BAB II
STANDAR TENAGA, FASILITAS, DAN PERALATAN
4
6. Menyiapkan bahan rujukan specimen,
7. Menyelesaikan proses adminstrasi.
5
2.7. Standar Ruangan
a. Luas ruangan 5,5 x 3,5 m2,
b. Ruangan kering dan tidak lembab,
c. Memiliki ventilasi yang cukup,
d. Memiliki cahaya yang cukup,
e. Lantai terbuat dari keramik,
f. Dinding dicat warna putih,
g. Ruang berAC
6
2.8. Standar Reagensia
No Jenis Reagen
1 Stik glucose
2 Stik kolesterol
3 Stik Asam Urat
4 Stik Hemoglobin
5 Aquades
6 Anti Sera golongan darah A,B,AB,D
7 Tes kehamilan strip
8 Tes HIV
9 Tes HBsAg
10 Tes Syphilis
11 Tes Dengue
Ziel Nelsen paket
Karbo Fuchsin
12
Alkohol Asam
Metylen Blue
13 oil emersi
14 Vacutainer EDTA
15 Vacutainer merah
7
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN
8
Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai resiko baik yang berasal dari faktor
fisik, biologi, kimia, ergonomic, dan psikososial dengan akibat dapat mengganggu
kesehatan dan keselamatan petugas laboratorium serta lingkungannya. Untuk itu perlu
dilakukan manajemen K3 yang meliputi identifikasi, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, melaksanakan upaya perbaikan. (Pedoman Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Laboratorium Kesehatan, Depkes RI Tahun 2003).
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan laboratorium. Pemantapan
mutu ada 2 macam yaitu Pemantapan Mutu Internal dan Pemantapan Mutu Ekternal.
Pemantapan Mutu Internal meliputi persiapan pasien, pengambilan dan pengolahan
spesimen, kalibrasi alat. Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang
diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain diluar laboratorium yang bersangkutan
untuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan
tertentu. (Pedoman Laboratorium Yang Benar, Depkes RI Tahun 2004).
Pelayanan laboratorium Puskesmas Bae melayani permintaan pemeriksaan
laboratorium dari pasien rawat jalan. Apabila sangat diperlukan atau pemeriksaan yang
terintegrasi dengan program maka pelayanan dapat dilaksanakan diluar gedung baik
dalam wilayah maupun luar wilayah kerja Puskesmas Bae.
c. Pemeriksaan Sputum
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kumanmycobacterium tuberculosis. Sebagian TBC menyerang paru, tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh yang lain. Cara penularan TBC adalah melalui percikan atau
droplet. Cara pemeriksaan BTA ini adalah dengan membuat hapusan dahak dengan
ukuran 2x3 cm. Kemudian hapusan ini dicat dengan reagent Ziehl ,Nielsen lalu diamati di
bawah mikroskop.(Pedoman Nasional PenanggulanganTuberkulosis, Depkes RI Tahun
2005).
e. Golongan Darah
Penetapan golongan darah adalah menentukan jenis aglutinogen yang ada dalam
sel, disamping itu juga dikenal jenis agglutinin yang ada dalam serum. Darah diteteskan
sebanyak 4 tetes pada kaca obyek di tempat yang berbeda. Kemudian ke masing-masing
tetesan darah ditetesi dengan antisera A, B, AB, dan Anti D. Selanjutnya dicampur dan
digoyang dan diamati adanya aglutinas. (Petunjuk Praktikum Laboratorium,
Gandhasoebrata Tahun 1984).
10
3.3. Standar peralatan, Jenis Regaen, Bufferstock, Jenis Pemeriksaan, Nilai Rujukan, Nilai kritis
Nilai Kritis
Buffer Jenis
No Peralatan Reagen Nilai Rujukan Nilai
Stok Pemeriksaan Nilai rendah
Tinggi
1 Easy Touch 1 Stik glucosa Glucosa < 200 mg/dl < 45 mg/dl > 450 mg/dl
2 Stik kolesterol Kolesterol < 200 mg/dl
4 Stik Asam Urat Asam Urat L : 3.6 – 8.2 mg/dl
P: 2.3 – 6.1 mg/dl
9 Stik Hemoglobin Hemoglobin L : 13.0 – 18.0 gr/dl
P: 11.5 – 16.5 gr/dl
2 Urine Verify Reagent Strip Glucosa Negatif
Protein Negatif
Ph 5 - 7,5
3 Hemometer 1 Larutan HCl 0,1 N Hemoglobin L : 14 - 18 gr/dl P: 12 - < 45 mg/dl > 450 mg/dl
Sahli 16 gr/dl
2 Aquades
4 Kartu Golongan Penetapan
Anti Sera golongan darah A,B,AB,O
Darah/Objec Golongan
A,B,AB,D Rhesus +/-
Glas darah
5 Rapid Test 1 Tes kehamilan strip Tes kehamilan Negatif
2 Tes HIV Tes HIV Non Reaktif
3 Tes HBsAg Tes HBsAg Negatif
4 Tes Syphilis Tes Syphilis Non Reaktif
6 Objec Glas 1 Ziel Nelsen paket BTA Negatif
Lampu Spritus Alkohol Asam
Pipet Tetes Metylen Blue
Rak Pewarnaan oil emersi 1 botol
Mikroskop 2 Pewarnaan ZN 1 paket BTA Negatif
11
7 Centrifuge 1 Vacumteiner EDTA 3 kotak Pembuatan
Plasma
2 Vacumteiner merah 2 Kotak Pembuatan
serum
Catatan :
Jika Laboratorium Puskesmas tidak dapat melaksanakan pemeriksaan karena suatu hal (alat rusak, listrik mati, dll) maka dilakukan
rujukan specimen ke Laboratorium lain.
12
3.4. Penyimpanan alat dan Pengelolaan Reagensia
Penyimpanan dan penempatan alat-alat atau bahan kimia menganut prinsip tidak
menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari dan mengembalikan alat
ketempatnya. Alat yang berat atau bahan yang berbahaya diletakkan ditempat
penyimpanan yang mudah terjangkau,misalnya dirak paling bawah.
Peralatan disimpan ditempat tersendiri yang tidak lembab,tidak panas dan
dihindarkan berdekatan dengan bahan kimia yang bersifat korosif. Penyimpanan alat dan
bahan dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sifat, ukuran/volume dan bahaya dari
masing-masing alat/bahan kimia. Kekerapan pemakaian juga dapat dipakai sebagai
pertimbangan dalam menempatkan alat. Alat yang kerap dipakai diletakan di tempat
yang mudah dijangkau dan aman di dalam ruang laboratorium.
Penyimpanan di laboratorium terdiri dari :
a. Penyimpanan Bahan Habis Pakai
Hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan bahan habis pakai adalah sebagai
berikut :
1. Penentuan tempat penyimpanan harus memperhatikan sifat dan bahan
penyusunnya seperti kayu, besi/logam, kertas, plastik, kain, karet, tanah liat dan
sebagainya.
2. Tempat penyimpanan harus aman dan bebas dari penyebab kerusakan.
3. Tata cara penyimpanan harus memperhatikan ciri khas atau jenisnya, misalnya
peralatan disimpan ditempat yang sesuai dengan memperhatikan syarat-syarat
penyimpanan.
4. Penyimpanan bahan habis pakai disesuaikan dengan sifat kimia zat tersebut.
5. Bahan-bahan kimia yang berbahaya (mudah terbakar, mudah meledak dan
beracun )harus diberi label peringatan yang tidak mudah terlepas.
14
i. Botol yang berisi asam atau basa kuat,terutama asam perklorat jangan
ditempatkan berdekatan.
Penyimpanan bahan kimia dapat dilakukan dengan mengelompokkan bahan –
bahan tersebut sebagai berikut :
a. Bahan kimia yang mudah terbakar seperti aceton, etanol, eter dan chloroform
ditempatkan pada rak paling bawah dan terpisah dari bahan kimia yang mudah
teroksidasi.
b. Pelarut yang tidak mudah terbakar seperti karbon tetra khloridha dan glikol
dapat ditempatkan dekat dengan bahan kimia lain, kecuali bahan kimia yang
mudah teroksidasi.
c. Bahan kimia asam seperti asam nitrat, asam klorat, asam sulfat ditempatkan
dengan kondisi seperti berikut :
1. Ditempatkan pada lemari atau rak khusus yang tidak mudah terbakar.
2. Wadah bahan kimia asam yang sudah dibuka disimpan dilemari khusus
seperti lemari asam, bila perlu diberi alas seperti nampan plastik.
3. Botol zat tidak langsung ditempatkan pada rak, tetapi ditempatkan terlebih
dahulu pada nampan plastik.
4. Asam pengoksidasi dipisahkan dari asam organik dan dari bahan kimia yang
mudah teroksidasi.
d. Bahan kimia kaustik seperti amonium hidroksida, natrium hidroksida dan kalium
hidroksida :
1. Ditempatkan pada daerah yang kering.
2. Dipisahkan dari asam.
3. Botol zat tidak langsung ditempatkan pada rak tetapi ditempatkan terlebih
dahulu pada nampan ( baki ) plastik.
e. Bahan kimia yang reaktif dengan air terhadap air seperti natrium, kalium, dan
litium ditempatkan ditempat yang dingin dan kering.
f. Pelarut yang tidak reaktif dan tidak mudah terbakar seperti natrium khlorida,
natrium bicarbonat dan minyak ditempatkan didalam lemari atau rak terbuka
yang dilengkapi dengan sisi pengaman.
15
3.4.2. Cara Penyimpanan dan Pewadahan Reagen
1. Cara Penyimpanan Reagensia :
a. Hal umum yang harus menjadi perhatian dalam penyimpanan dan penataan
bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko
bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage
facilities), wadah sekunder (secondary counteinment ), bahan kadaluarsa
(outdate chemical), inventarisasi (inventory) dan informasi resiko bahaya (hazard
information).
b. Pisahkan antara sediaan liguid dan solid dan klasifikasikan berdasarkan sifatnya :
flamable, mudah meledak, toxic, oksidator, korosif, infektif, dll.
c. Disimpan dalam suatu lemari, hindari bahan dari kayu.
d. Kondisi ruangan harus dingin /ber AC atau dengan dilengkapi exhaust fan lampu
ruangan pilih yang fire proof dan kalaw tidak dilengkapi dengan AC, ruangan
harus punya sirkulasi udara yang baik,karena ada beberapa reagen yang
penyimpanannya dibawah suhu 25°C, pantau suhu ruangan maksimal 30° C.
e. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena
sengatan sinar matahari. Disamping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi
dengan ventilasi yang menuju ruang asapatau keluar gedung. Pada penataan
bahan kimia pun diperlukan sumber literatur untuk mengetahui spesifikasi
masing-masing bahan kimia.
f. Jika terjadi tumpahan, yang paling baik mengatasinya adalah dengan pasir atau
air kran.
g. Buat sistim administrasi : daftar isi, jumlah stock, ED bahan, memasang perhatian
APD yang sesuai dengan peruntukannya, dll.
h. Salah satu informasi penting yang harus selalu disertakan adalah lembar data
keselamatan data (MSDS), informasi MSDS disamping harus tercantum pada
produksi, juga harus muncul pada dokumen pengangkutan, penyimpanan,
pengedaran dan juga pada kemasan bahan tersebut.
16
Penyimpanan reagen yang bersifat berbahaya memerlukan perlakuan khusus
antara lain :
a. Lokasi dan konstruksi tempat penyimpanan reagen yang bersifat berbahaya dan
beracun membutuhkan pengaturan tersendiri, agar tidak terjadi kecelakaan
akibat kesalahan dalam penyimpanan tersebut. Salah satu persyaratan
kelengkapan pada tempat penyimpanan tersebut adalah sistim tanggap darurat
dan prosedur penangganannya.
b. Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis akan lebih
tepat, apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis dan sifat
kimianya terutama tingkat kebahayaannya.
c. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lainnya harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi.Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lainnya
seperti api, gas beracun dan ledakan. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus
didasarkan atas tingkat resiko bahayanya yang paling tinggi, misalnya benzene
memiliki sifat flammable dan toxic.
d. Sifat dapat terbakar dipandang memilki resiko lebih tinggi dari pada timbulnya
karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzene harus ditempatkan pada
cabinet tempat menyimpan zat cair flammable dari pada disimpan pada cabinet
bahan toxic.
e. Reagen berbahaya beracun yang dianggap kadaluwarsa atau tidak memenuhi
spesifikasi atau bekas kemasan yang tidak dapat digunakan tidak boleh dibuang
sembarangan, tetapi harus dikelola sebagai limbah berbahaya dan beracun,
kadaluarsa adalah bahan yang karena kesalahan dalam penangganannya
menyebabakan terjadinya perubahan komposisi dan atau karakteristik sehingga
bahan tersebut tidak sesuai lagi dengan spesifikasinya.
f. Salah satu langkah yang wajib dilakukan adalah kewajiaban uji kesehatan secara
berkala bagi pekerja,sekurang-kurangnya 1 kali dalam setahun,dengan maksud
untuk mengetahui sedini mungkin terjadinya kontaminasi oleh zat /senyawa
kimia berbahaya dan beracun terhadap pekerja atau pengawas lokasi tersebut.
17
g. Salah satu kekhawatiran utama dalam penangganan berbahaya dan beracun
adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan baik pada saat masih dalam
penyimpanan maupun kecelakaan pada saat dalam
pengangkutannya.kecelakaan ini adalah lepasnya atau tumpahnya reagen ke
lingkungannya,yang memerlukan penanggulangan cepat dan tepat.bila terjadi
kecelakaan, maka kondisi awalnya adalah berstatus keadaan darurat
(emergency).
Penyimpanan reagen yang bersifat anhidrat,disimpan dalam oven pada suhu 100-
110 0C,selama 1-2 jam dan sebaiknya semalam, sedangkan penyimpanan reagen yang
bersifat hidrat disimpan pada eksikator.
18
jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan tersebut diberi label dengan
warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning untuk bahan
oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif dan hijau untuk bahan yang
bahayanya rendah. Label bahan flammable, label bahan oksidator, label bahn toksik, label
bahan korosif, label bahan dengan tingkat bahaya rendah.
Reagen harus dibeli dalam wadah yang ukurannya tepat sehingga isinya dapat
digunakan semua dalam beberapa bulan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
deteriorasi mutu.
Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas, label
wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai.
20
BAB IV
KESELAMATAN PASIEN
4.1. Indikator dan Target Sasaran Keselamatan Pasien di Laboratorium Puskesmas Bae
Sasaran Indikator
Upaya Mencapai
No Keselamatan Keselamatan Target
Sasaran Keselamatan Pasien
Pasien Pasien
a. Tidak terjadinya Kepatuhan 100 % 1. Melakukan identifikasi
kesalahan melakukan pasien minimal dengan tiga
identifikasi pasien identifikasi pasien cara yaitu ; nama, umur,
dalam pelayanan pada saat akan dan dengan melihat nomor
laboratorium melaksanakan rekam medis pasien,
pelayanan 2. Menyusun SOP identifikasi
pasien,
3. Sosialisasi pelaksanaan
identifikasi pasien,
4. Kepatuhan melaksanakan
identifikasi pasien,
5. Monitoring dan tindak
lanjut terhadap kepatuhan
identifikasi pasien.
b Komunikasi Kepatuhan 100 % 1. Menyusun SOP komunikasi
21
efektif dalam melaksanakan SOP efektif dalam Pemberian
pelayanan pada saat pelayanan laboratorium,
laboratorium menerangkan 2. Sosialisasi SOPpelayanan
prosedur laboratorium,
pemeriksaan 3. Memonitor dan menindak
laboratorium lanjut pelaksanaan
komunikasi efektif dalam
pelayanan laboratorium.
c Pengurangan Kepatuhan dalam 100 % Menerapkan dengan konsisten
terjadinya risiko menerapkan 6 enam langkah cuci tangan
infeksi terkait langkah cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada lima
pelayanan pakai sabun dan air 100 % waktu, yaitu:
labortatorium mengalir a. Sebelum kontak dengan
pasien,
b. Setelah kontak dengan
100 %
pasien,
c. Sebelum tindakan aseptic,
d. Setelah kontak dengan
cairan tubuh pasien,
e. Setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien.
22
BAB V
KESELAMATAN KERJA
23
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU
24
b. Pengambilan Spesimen
1. Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan tertentu :
a. bersih, kering, tidak mengandung bahan kimia/deterjen,
b. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi specimen,
c. Mudah dicuci atau dibersihkan dari sampel sebelumnya,
d. Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan harus menggunakan
peralatan yang steril.
2. Wadah spesimen harus memenuhi :
a. Terbuat dari gelas atau plastik. Untuk spesimen darah harus terbuat dari
gelas,
b. Tidak bocor atau merembes,
c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir,
d. Besar wadah disesuaikan dengan volume specimen,
e. Bersih dan kering,
f. Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen,
g. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen,
h. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau terurai
karena pengaruh sinar matahari, maka digunakan botol coklat.
3. Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman wadah harus steril.
a. Pengawet : Diberikan agar sampel yang akan diperiksa dapat dipertahankan
kondisi dan jumlahnya dalam waktu tertentu. Antikoagulan digunakan untuk
mencegah pembekuan darah.
b. Waktu : Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari,
terutama untuk pemeriksaan Kimia klinik, Hematologi dan Imunologi karena
umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan basal.
c. Lokasi : Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu
lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
diminta. Spesimen untuk pemeriksaan menggunakan darah vena umumnya
diambil dari vena cubiti daerah siku. Spesimen darah arteri umumnya
diambil dari arteri radialis di pergelangan tangan atau arteri femoralis di
daerah lipat paha. Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari tengah
25
tangan atau jari manis tangan bagian tepi atau pada derah tumit 1/3 bagian
tepi telapak kaki atau cuping telingan pada bayi. Tempat yang dipilih tidak
boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti cyanosis atau
pucat, bekas luka dan radang.
d. Volume : Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang
diperiksa.
e. Teknik Pengambilan : Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan
cara yang benar, agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang
sebenarnya.
4. Pemberian Identitas Spesimen
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting baik
pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen. Pada surat pengantar/formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat secara lengkap :
1. Tanggal permintaan,
2. Tanggal dan jam pengambilan specimen,
3. Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat/ruang) termasuk
rekam medik,
4. Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon),
5. Nomor laboratorium,
6. Diagnosis dan atau keterangan klinik,
7. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian,
8. Pemeriksaan laboratorium yang diminta,
9. Jenis specimen,
10. Lokasi pengambilan specimen,
11. Volume specimen,
12. Pengawet yang digunakan,
13. Nama pengambil spesimen.
26
5. Pengolahan Spesimen
Spesimen yang telah diambil dilakukan pengolahan untuk menghindari kerusakan
pada spesimen tersebut.Pengolahan spesimen berbeda-beda tergantung dari jenis
spesimennya masing-masing.
a. Serum
Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 2-30 menit,
lalu di sentrifuge 3000 rpm selama 5-15 menit. Pemisahan serum dilakukan
dalam waktu 2 jam setelah pengambilan darah. Serum yang memenuhi syarat
harus tidak kelihatan merah dan keruh.
b. Plasma
Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara perlahan-lahan.
Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
spesimen. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan
keruh.
c. Whole blood
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisi antikoagulan
yang sesuai, lalu dihomogenisasi dengan cara goyang perlahan tabung.
d. Urine
Urine yang didapatkan tidak perlu ada perlakuan secara khusus, kecuali
pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam, sedangkan untuk
pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu dengan
cara dimasukkan tabung dan sentrifuge selama 5 menit 1500-2000 rpm,
supernatan dibuang dan diambil sedimennya. Suspensi sedimen ini dicampur
dengan cat Sternheirmer-Malbin Stain’s untuk menonjolkan unsur sedimen
dan memperjelas strukturnya.
e. Sputum
Masukkan sputum ke dalam tabung steril yang berisi NaOH 4% sama banyak.
Kocok dengan baik. Inkubasi pada suhu kamar 25-30 OC selama 15-20 menit
dengan pengocokan teratur tiap 5 menit. Sentrifuge dengan kecepatan tinggi
selama 8-10 menit. Endapan diambil dan supernatan dibuang pada air lysol.
27
6. Menilai Spesimen Yang Tidak Memenuhi Syarat :
1. Spesimen diterima oleh petugas loket dan sampling,
2. Penilaian spesimen harus dilakukan sesuai dengan jenis pemeriksaan,
3. Penilaian spesimen harus segera dilakukan setelah menerima specimen,
4. Petugas laboratorium wajib menolak dan mengembalikan spesimen yang
tidak memenuhi syarat pemeriksaan,
5. Spesimen yang ditolak diberitahukan lewat via aiphone ruangan atau yang
mengantar specimen,
6. Spesimen untuk pemeriksaan Patologi Aanatomi yang diantar ke laboratorium
berupa jaringan biopsi dan operasi yang telah lebih 1 hari, tidak menggunakan
pengawet, ditempatkan suhu ruang ditolak untuk pemeriksaan rujukan.
7. Penyimpanan Spesimen
Spesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke laboratorium untuk
diperiksa, karena stabilitas spesimen dapat berubah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain :
1. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia,
2. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada specimen,
3. Terjadi penguapan,
4. Pengaruh suhu,
5. Terkena paparan sinar matahari.
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Persyaratan penyimpanan
beberapa spesimen untuk beberapa pemeriksaan laboratorium harus
memperhatikan jenis spesimen, antikoagulan/pengawet dan wadah serta
stabilitasnya. Beberapa cara penyimpanan spesimen :
a. Disimpan pada suhu kamar,
b. Disimpan dalam lemari es suhu 2-8OC,
c. Dibekukan suhu -20OC, -70OC atau -120OC,
d. Dapat diberikan bahan pengawet,
e. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau lisat.
28
8. Pengiriman Spesimen
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain, sebaiknya dikirim dalam bentuk
yang reatif stabil. Untuk itu perlu diperhatikan persyaratan pengiriman spesimen
antara lain :
1. Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas specimen,
2. Tidak terkena sinar matahari langsung,
3. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium termasuk
pemberian label yang bertuliskan “Bahan Pemeriksaan Infeksius” atau
“Bahan Pemeriksaan Berbahaya”,
4. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.
c. Mempertahankan Mutu Pra Analitik
1. Mengerjakan proses/prosedur sesuai standar (SPO) yang telah ditentukan,
2. Melaksanakan dan mengevaluasi program QC,
3. Pengawasan dan monitoring kegiatan harian untuk mengurangi kesalahan-
kesalahan yang mungkin muncul,
4. Ketersediaan anggaran dana dan personil yang memadai untuk kegiatan,
5. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan staf laboratorium,
6. Adanya dukungan penuh dari pihak manajemen dalam melakukan pelayanan
yang standar dan bermutu.
29
c. Lakukan pemeriksaan quality control,
d. Lakukan pemeriksaan PME sesuai prosedur,
e. Lakukan pencatatan hasil di buku kerja dan lembar pelaporan.
3. Pengiriman hasil PME
a. Dilakukan sesuai jadwal sebelum batas akhir waktu pengiriman,
b. Catat tanggal dan jam pengiriman hasil.
4. Penyimpanan hasil PME
a. Hasil dilaporkan kepada Kepala Puskesmas,
b. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut,
c. Disimpan dalam arsip PME.
30
BAB VII
PENUTUP
31