Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laboratorium Puskesmas diselenggarakan berdasarkan kondisi dan
permasalahan kesehatan masyarakat setempat dengan tetap berprinsip pada
pelayanan secara holistic, komprehensif, dan terpadu dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Setiap
Laboratorium Puskesmas harus diselenggarakan secara baik dengan
memenuhi kriteria ketenagaan, sarana, prasarana, perlengkapan dan peralatan,
kegiatan pemeriksaan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan mutu. (Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor 37 Tahun 2012).
Laboratorium mempunyai peran sebagai penunjang dalam
menegakkan diagnose yang ingin ditegakkan oleh dokter dalam merawat
pasiennya. Selain itu, laboratorium mempunyai peran seperti uji penyaring
secara laboratories sehat tidaknya seseorang misalnya medical chek up. Juga
berperan sebagai follow up atau pemantau hasil pengobatan serta prognosis
suatu penyakit. Sehubungan dengan hal tersebut, pemeriksaan laboratorium
hendaknya dilakukan sesuai dengan standart pelayanan laboratorium sehingga
menghasilkan pemeriksaan yang akurat.
Puskesmas Ciruas adalah salah satu dari UPT Dinas Kesehatan
Kabupeten / Kota Serang dengan wilayah kerja yang mencakup 15 desa /
kelurahan di dalam Kecamatan Ciruas.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
Ciruas adalah “Terwujudnya Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat
Menuju Kecamatan Ciruas yang Sehat dan Sejahtera”. Dalam mewujudkan
visi tersebut Puskesmas Ciruas menyelenggarakan dua macam pelayanan,
yaitu pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan
perseorangan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan perseorangan,
Puskesmas Ciruas dilengkapi dengan berbagai sarana dan pra sarana
pelayanan, salah satunya adalah pelayanan penunjang laboratorium.
Untuk bisa memberikan pelayanan Laboratorium dengan baik,
sistimatis, terarah, akurat dan bermutu sesuai dengan harapan dan kebutuhan
pasien, maka disusunlah Panduan Pelayanan Laboratorium Puskesmas
Ciruas.

1.2 Tujuan
3.2.1 Tujuan Umum
Terlaksananya pelayanan Laboratorium yang bermutu di Puskesmas
Ciruas.
3.2.2 Tujuan Khusus
Sebagai acuan bagi tenaga Ahli Tekhnologi Laboratorium Medik
(ATLM) dalam melaksanakan pelayanan Pemeriksaan Laboratorium
yang akurat dan bermutu di Puskesmas Ciruas.

1.3 Sasaran
Pedoman ini disusun untuk digunakan bagi Ahli Tekhnologi
Laboratorium Medik (ATLM) Puskesmas Ciruas.

1.4 Ruang Lingkup Panduan


Dalam rangka pelaksanaan, pengukuran, penetapan, dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,
tentunya laboratorium puskesmas tidak dapat disamakan dengan laboratorium
rumah sakit, klinik swasta, maupun Balai Besar Laboratorium Klinik
(BBLK).
Pelayanan laboratorium di Puskesmas di kembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan Puskesmas. Pelayanan laboratorium di
Puskesmas Ciruas meliputi pemeriksaan hematologi, pemeriksaan kimia
klinik sederhana, pemeriksaan imunoserologi, pemeriksaan urine, dan
pemeriksaan mikrobiologis BTA. Selain pemeriksaan tersebut diatas,
pelayananan laboratorium puskesmas juga melaksanakan pemeriksaan rapid
test HIV, sifilis, HbsAg, rapid antibody covid dan rapid antigen covid.
1.5 Batasan Operasional
Pelayanan laboratorium Puskesmas Ciruas adalah pelayanan
penunjang diagnosis yang berlaku di lingkungan Puskesmas Ciruas.

1.6 Landasan Hukum


a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364 / Menkes /
III / 2003 Tentang Laboratorium Kesehatan.
b. Peraturan Menteri Kesehatn RI, No. 37 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat,
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43, Tahun
2013, Tentang cara penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang baik,
d. Permenkes No. 15 tahun 2015 tentang Pelayanan Laboratorium HIV dan
infeksi oportunistik,
e. Permenkes No. 25 tahun 2015 tentang Pemeriksaan laboratorium untuk
ibuhamil, bersalin, dan nifas,
BAB II
STANDAR TENAGA, FASILITAS, DAN PERALATAN

2.1 Jenis dan Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Untuk dapat melaksanakan fungsinya dalam menyelenggarakan
pelayanan Laboratorium di Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia
yang mencukupi, baik jumlah maupun mutunya. Tenaga laboratorium
Puskesmas Ciruas adalah sebagai berikut :
NO JENIS TENAGA KUALIFIKASI JUMLAH
1. Penanggung Jawab Dokter 1
2 Kepala Ruangan Minimal D3 analis kesehatan 1
3. Tenaga Tekhnis analis Minimal D3 analis kesehatan Sesuaikan dengan
ABK

2.2 Tugas dan Tanggung Jawab


2.2.1 Penanggung Jawab :
1. Menyusun rencana kegiatan dan kebijakan tekhnis laboratorium,
2. Bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pelayanan
laboratorium, validasi hasil pemeriksaan laboratorium, dan
menyelesaikan masalah yang timbul dalam pelayanan laboratorium.

2.2.2 Kepala ruang pelayanan laboratorium :


1. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi pelayanan
laboratorium,
2. Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu
laboratorium,
3. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
laboratorium,

2.2.3 Petugas Pelaksana Pelayanan Laboratorium :


1. Menyiapkan alat dan bahan,
2. Menyiapkan pasien,
3. Melaksanakan kegiatan tekhnis operasional pelayanan,
4. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan,
5. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
laboratorium,
6. Menyiapkan bahan rujukan specimen,
7. Menyelesaikan proses adminstrasi.

2.3 Jadwal Pelayanan


Senin – Kamis : 08.00 – 14.00 WIB

Jum’at : 08.00 – 14.00 WIB

Sabtu : 08.00 – 14.00 WIB

2.4 Standar Fasilitas


No Fasilitas
1 Meja Pengambilan Sampel Darah
2 Meja Penerimaan Sampel Urine Dan Dahak
3 Kursi Petugas Laboratorium dan Kursi Pasien
4 Meja Permanen Pemeriksaan
5 Lemari Pendingin
6 Lemari Alat dan Reagen
7 Sumber Arus Listrik
8 Bak Cuci
9 Penampungan / Pengolahan Limbah Laboratorium
10 Tempat sampah non medis
11 Bilik Swab
12 Sputum Booth / Tempat Pengambilan Dahak
13 Washtafel

2.5 Denah Ruang Laboratorium


2.6 Standar Ruangan

Standar ruangan laboratorium menurut Permenkes 37 Tahun 2012


No Kondisi Standar
1 Ukuran ruang minimal 3x4 m2, kebutuhan luas ruang disesuaikan
dengan jenis pemeriksaan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
2 Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan.
3 Dinding berwarna terang, harus keras, tidak berpori, kedap air, dan
mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (keramik).
4 Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori, warna
terang, dan mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia
(epoxi, vinyl)
5 Pintu disarankan memiliki lebar bukaan minimal 100 cm yang terdiri
dari 2 dua daun pintu dengan ukuran 80 cm dan 20 cm. Hanya terdiri
dari 1 daun pintu.
6 Disarankan disediakan akses langsung (lubang/celah) bagi pasien
untuk memberikan sampel dahak.
7 Kamar kecil/WC pasien laboratorium dapat bergabung dengan WC
pasien Puskesmas.
Catatan : Ruangan dapat disesuaikan dengan keadaan puskesmas masing –
masing
2.7 Standar Peralatan
Jumla
No Jenis Alat
h
1 Riele Photometer 5010 1
2 Urine Analyzer 1
3 Hematologi Analyzer/ Abacus 3CT 1
4 POCT( Glucosa, Cholesterol, Haemoglobin ) 1
5 Kartu Golongan Darah/Objec Glass 1
6 Batang Pengaduk 1
7 Rapid Test ( Sphilis, HbsAg, HIV, Antibodi 3
Covid, Antigen Cpvid )
8 Tabung Reaksi 20
9 Penjepit Kayu 1
10 Lampu Spritus 1
11 Rak Tabung 1
12 Corong 1
13 Pipet Tetes 50
14 Set LED 1
15 Object Glas 1 ktk
16 Ose 1
17 Rak Pewarnaan 1
18 Mikroskop 1
19 Centrifuge 1
20 Deglas 1 ktk
21 Timer 2
22 Kertas Lens 1
23 Mikropipet 6

2.8 Standar Reagensia

No Jenis Reagen
1 Reagen glucose
2 Reagen kolesterol
3 Reagen trigliserida
4 Reagen Asam Urat
5 Reagen VDRL
6 Reagen Widal
7 Na. Citrat 3,13%
8 Serum Kontrol (Kimia Darah)
9 CYBOW 3 Reagent Strip
10 Hemolysin (Lyse) Abacus 3CT
11 Diluent Abacus 3CT
12 Probe Cleanser Abacus 3CT
13 Choleterol Strip
14 Asam Urat Strip
15 Gula Darah Strip
16 Aquades
17 Anti Sera golongan darah A,B,AB,D
18 Tes kehamilan strip
19 Tes HIV
20 Tes HBsAg
21 Tes Syphilis
22 Tes Antibodi Covid
23 Tes Antigen Covid
24 Ziel Nelsen paket :
Karbo Fuchsin
Alkohol Asam
Metylen Blue
28 Oil Emersi
Pewarnaan Gram :
Kristal Violet
29 Lugol
Alkohol Asam
Safranin
34 Vacumteiner EDTA
35 Vacumteiner merah
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN

Untuk melakukan pemeriksaan laboratorium diperlukan reagent, standart,


bahan kontrol, air, media. Dasar pemilihan bahan laboratorium pada umumnya
harus mempertimbangkan kebutuhan, produksi pabrik yang telah dikenal,
deskripsi lengkap dari bahan atau produk, mempunyai masa kadaluarsa yang
panjang, volume, mudah diperoleh di pasaran, kelancaran dan kesinambungan
pengadaan, pelayanan purna jual. (Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar,
Depkes RI Tahun 2004).
Untuk mendapatkan sampel darah pasien dilakukan dengan cara
pengambilan darah vena dan kapiler. Lokasi vena yang digunakan untuk tempat
penusukan adalah 3 vena utama di lengan yaitu vena cevalika, vena mediana
cubiti, dan vena mediana basilica. Pada umumnya vena mediana cubiti merupakan
pilihan karena terfiksasi baik dan tidak bergerak saat ditusuk.
Sebelum melakukan pemeriksaan petugas harus menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD). APD bertujuan untuk melindungi kulit dan selaput lendir
petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan, dan kulit yang tidak utuh.
APD ada beberapa jenis yaitu sarung tangan, masker, kacamata, face shield,
penutup kepala, jas laboratorium, sepatu pelindung. Tidak semua alat pelindung
diri dipakai, tergantung tindakan dan kegiatan yang dikerjakan. Pada plebotomi
cukup menggunakan sarung tangan jas laboratorium.
Limbah plebotomi dipilah-pilah ketempat sampah medis (kapas bekas
pakai dan jarum suntik) dan non medis pembungkus jarum suntik. Tempat sampah
harus diberi kantong plastik tertutup, dibedakan sampah infeksius dan non
infeksius.
Limbah adalah bahan sisa suatu kegiatan dan atau proses produksi.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (disingkat B3) adalah setiap limbah yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat merusak dan atau mencemarkan lingkungan hidup dan atau membahayakan
keselamatan manusia.
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan limbah B3
termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut.
Kegiatan laboratorium kesehatan mempunyai resiko baik yang berasal dari
faktor fisik, biologi, kimia, ergonomic, dan psikososial dengan akibat dapat
mengganggu kesehatan dan keselamatan petugas laboratorium serta
lingkungannya. Untuk itu perlu dilakukan manajemen K3 yang meliputi
identifikasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, melaksanakan upaya
perbaikan. (Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan,
Depkes RI Tahun 2003).
Pemantapan mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan
laboratorium. Pemantapan mutu ada 2 macam yaitu Pemantapan Mutu Internal
dan Pemantapan Mutu Ekternal. Pemantapan Mutu Internal meliputi persiapan
pasien, pengambilan dan pengolahan spesimen, kalibrasi alat. Pemantapan Mutu
Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain
diluar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan
suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. (Pedoman Laboratorium
Yang Benar, Depkes RI Tahun 2004).
Pelayanan laboratorium Puskesmas Ciruas melayani permintaan
pemeriksaan laboratorium dari pasien rawat jalan maupun “rawat inap (bila ada
rawat inap)”. Apabila sangat diperlukan atau pemeriksaan yang terintegrasi
dengan program maka pelayanan dapat dilaksanakan diluar gedung baik dalam
wilayah maupun luar wilayah kerja Puskesmas Ciruas.

3.1 Kemampuan Pelayanan


Kemampuan pemeriksaan laboratorium Puskesmas Ciruas meliputi
pemeriksaan laboratorium dasar seperti :
1. Hematologi : hemoglobin, hitung eritrosit, hitung leukosit, hitung
trombosit, LED,
2. Kimia Klinik : Glukosa darah, asam urat, Cholesterol, trigliserida,
3. Mikrobiologi : BTA, Bakteri Gram
4. Imunologi : Tes kehamilan, golongan darah, widal, HbsAg, dan anti HIV,
Syphillis, antibodi covid, antigen covid, Dengue Blot,
5. Urinalisa : makroskopis (pH, protein dan glucose)

3.2 Jenis – jenis Pemeriksaan:


3.2.1 Darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan hemoglobin, hitung
eritrosit, hitung leukosit, hitung trombosit, LED.
3.2.2 Pemeriksaan urin
Jenis pemeriksaan urine yang diperlukan ada 2 yaitu, urin
sewaktu dan urin pagi. Urine sewaktu adalah urin yang dikeluarkan
pada waktu yang tidak ditentukan sedangkan urin pagi adalah urin yang
dikeluarkan pertama-tama pada pagi hari setelah bangun tidur.
Pemeriksaan urin dapat digunakan untuk pemeriksaan test kehamilan
dan pemeriksaan urin rutin.
Tempat menampung urin harus bermulut lebar tertutup, bersih,
kering, dan diberi label. Volume urin yang ditampung kurang lebih 20
ml. Pemeriksaan urin meliputi makroskopis dan mikroskopis.
Pemeriksaan makroskopis meliputi warna, kejernihan, berat jenis,
bilirubin, reduksi, protein, urobilinogen. Sedangkan pemeriksaan
mikroskopis berupa pemeriksaan sediment urine dimana pemeriksaan
ini dilakukan dengan melakukan centrifuge terhadap urin kemudian
sediment diperiksa di bawah mikroskop. (Petunjuk Pemeriksaan
Laboratorium Puskesmas, Departemen Kesehatan RI Tahun 1991).
3.2.3 Pemeriksaan Sputum
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Sebagian TBC menyerang
paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh yang lain. Cara
penularan TBC adalah melalui percikan atau droplet. Cara pemeriksaan
BTA ini adalah dengan membuat hapusan dahak dengan ukuran 2x3
cm. Kemudian hapusan ini dicat dengan reagent Ziehl Nielsen lalu
diamati di bawah mikroskop. (Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis, Depkes RI Tahun 2005).
3.2.4 Pemeriksaan Gram
Pemeriksaan Gram adalah pemeriksaan laboratorium untuk
mendeteksi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, tetapi
pemeriksaan gram di Puskesmas Ciruas diutamakan untuk mendeteksi
adanya bakteri diplokokus gram negatif (Neisseria gonorrhoeae)
penyebab penyakit gonore. Pada pemeriksaan gram sediaan dibuat dan
dibiarkan kering di udara kemudian dilewatkan diatas api (fiksasi)
untuk merekatkan hapusan dan hapusan tersebut dicat dengan reagent
gram lalu diamati dibawah mikroskop.
3.2.5 Widal
Pemeriksaan widal adalah pemeriksaan laboratorium untuk
mendeteksi adanya penyakit typus. Pemeriksaan ini dilakukan jika
pasien sudah mengalami panas 3 - 4 hari. Sampel dari pemeriksaan ini
adalah serum atau plasma. Serum diteteskan sebanyak 4 tetes di tempat
terpisah di atas kaca obyek. Kepada masing-masing tetesan serum
ditambah reagent typho O, typhi H, paratyphi A, paratyphi B.
Dilakukan pencampuran lalu digoyangkan dan diamati adanya
aglutinasi di bawah mikroskop. (Petunjuk Praktikum Laboratorium,
Gandhasoebrata Tahun 1984).
3.2.6 Pemeriksaan kimia klinik (Gula Darah, Asam Urat, Cholesterol)
Pemeriksaan kimia klinik dilakukan dengan alat stik dengan
menggunakan darah segar. Darah diteteskan pada stik yang telah
disiapkan pada alat. Setelah itu ditunggu beberapa menit, kemudian
hasil akan muncul pada layar alat.
3.2.7 Golongan Darah
Penetapan golongan darah adalah menentukan jenis aglutinogen
yang ada dalam sel, disamping itu juga dikenal jenis agglutinin yang
ada dalam serum. Darah diteteskan sebanyak 4 tetes pada kaca obyek di
tempat yang berbeda. Kemudian ke masing-masing tetesan darah
ditetesi dengan antisera A, B, AB, dan Anti D. Selanjutnya dicampur
dan digoyang dan diamati adanya aglutinas. (Petunjuk Praktikum
Laboratorium, Gandhasoebrata Tahun 1984).
3.3. Standar peralatan, Jenis Regaen, Bufferstock, Jenis Pemeriksaan, Nilai Rujukan, Nilai kritis

Nilai Kritis
Jenis
No Peralatan Reagen Buffer Stok Nilai Rujukan
Pemeriksaan Nilai Nilai
rendah Tinggi
1 Reagen glucose 200 ml Glucosa 80 - 115 mg/dl < 45 mg/dl > 500 mg/dl
2 Reagen kolesterol 200 ml Kolesterol 150 - 200  50 mg/dl 500 mg/dl 
mg/dl
3 Reagen trigliserida 200 ml Trigliserida 80 - 150 mg/dl  45 mg/dl 500 mg/dl 
Riele Photometer 4 Reagen Asam Urat 200 ml Asam Urat L : 3,4 - 7  1,0 mg/dl  30 mg/dl
1
5010 mg/dl P: 2,4 -
5,7 mg/dl
5 Serum Kontrol 10 ml 10
(PCCM)
Urobilinogen Positif 1    
Glucosa Negatif    
Bilirubin Negatif    
Keton Negatif    
2 Urine Analyzer CYBOW 10 Reagent Strip 2 botol
Nitrit Negatif    
Protein Negatif    
Ph 5 - 7,5    
Leocosit Negatif    
1 Hemolysin (Lyse) 2 botol Hemoglobin L : 14 - 16 < 7 mg/dl > 20 mg/dl
Hematologi
Abacus 3CT gr/dl P: 12 -
3 Analyzer/ Dirui
14 gr/dl
Bcc-3600
2 Diluent Abacus 3CT 2 barrel Hematokrit L : 40 - 48 % < 20 % > 60 %
P : 36 - 46 %
3 Probe Cleanser 2 botol Eritrosit L : 4,5 - 5,5  2,39 Jt/ul  10 Jt/ul
Abacus 3CT Jt/ul P : 4 - 5
Jt/ul
4 CBC (Control) 2 vial

4 POCT 1 Kholeterol Strip 2 botol Kolesterol < 200 mg/dl    


2 Haemoglobin 1 botol L : 3,4 - 7    
Haemoglobin mg/dl P: 2,4 -
5,7 mg/dl
3 Gula Darah Strip 2 botol Glucosa 80 - 126 mg/dl    
7 Kartu Golongan Penetapan    
Darah/Objec Glas Anti Sera golongan darah A,B,AB,O
1 paket Golongan
A,B,AB,D Rhesus +/-
Batang Pengaduk darah    
8 Rapid Test 1 Tes kehamilan strip 2 Kotak Tes Negatif    
kehamilan
2 Tes HIV 3 Kotak Tes HIV Non Reaktif    
3 Tes HBsAg 2 Kotak Tes HBsAg Negatif    
4 Tes Syphilis 2 Kotak Tes Syphilis Non Reaktif    
5 Tes Antibodi Covid 1 Kotak    
6 Tes Antigen Covid 1 Kotak
Tabung Reaksi    
Pinset    
Lampu Spritus    
Rak Tabung      
Corong          
Pipet Tetes        
10 Objec Glas Ziel Nelsen paket : 2 paket BTA Negatif    
  Ose Karbo Fuchsin    
1
Lampu Spritus Alkohol Asam    
Pipet Tetes Metylen Blue    
Rak Pewarnaan oil emersi 1 botol    
Mikroskop Pewarnaan gram :   Gonorhoe Negatif    
  Kristal violet 1 paket    
  2
Lugol    
  Alkohol Asam    
  Safranin 1 botol    
11 Centrifuge 1 Vacumteiner EDTA 3 kotak Pembuatan      
    Plasma
2 Vacumteiner merah 2 Kotak Pembuatan      
serum
13 Kertas Lens   1 Buku Perawatan      
lensa
mikroskop
Catatan : Jika Laboratorium Puskesms tidak dapat melaksanakan pemeriksaan karena suatu hal (alat rusak, listrik mati, dll) maka
dilakukan rujukan specimen ke Laboratorium lain.
3.4. Penyimpanan alat dan Pengelolaan Reagensia

3.4.1. Ketentuan Umum

Penyimpanan dan penempatan alat-alat atau bahan kimia menganut prinsip


tidak menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil dari dan
mengembalikan alat ketempatnya. Alat yang berat atau bahan yang berbahaya
diletakkan ditempat penyimpanan yang mudah terjangkau, misalnya di rak paling
bawah.
Peralatan disimpan ditempat tersendiri yang tidak lembab, tidak panas dan
dihindarkan berdekatan dengan bahan kimia yang bersifat korosif. Penyimpanan
alat dan bahan dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sifat, ukuran/volume dan
bahaya dari masing-masing alat/bahan kimia. Kekerapan pemakaian juga dapat
dipakai sebagai pertimbangan dalam menempatkan alat. Alat yang kerap dipakai
diletakan di tempat yang mudah dijangkau dan aman di dalam ruang laboratorium.
Penyimpanan di laboratorium terdiri dari :
a. Penyimpanan Bahan Habis Pakai
Hal yang harus diperhatikan dalam penyimpanan bahan habis pakai adalah
sebagai berikut :
1. Penentuan tempat penyimpanan harus memperhatikan sifat dan bahan
penyusunnya seperti kayu, besi/logam, kertas, plastik, kain, karet, tanah
liat dan sebagainya.
2. Tempat penyimpanan harus aman dan bebas dari penyebab kerusakan.
3. Tata cara penyimpanan harus memperhatikan ciri khas atau jenisnya,
misalnya peralatan disimpan ditempat yang sesuai dengan
memperhatikan syarat-syarat penyimpanan.
4. Penyimpanan bahan habis pakai disesuaikan dengan sifat kimia zat
tersebut.
5. Bahan-bahan kimia yang berbahaya (mudah terbakar, mudah meledak
dan beracun ) harus diberi label peringatan yang tidak mudah terlepas.

b. Penyimpanan Peralatan dan bahan kimia


1. Penyimpanan Peralatan
Peralatan yang sering digunakan disimpan sedemikian rupa hingga mudah
diambil dan dikembalikan. Alat-alat laboratorium sebagian besar terbuat dari
gelas. Alat- alat seperti ini disimpan berkelompok berdasarkan jenis alat, seperti
tabung reaksi, gelas kimia, labu (erlenmeyer dan labu didih), corong, buret dan
pipet, termometer, cawan porselein dan gelas ukur, klem, pinset yang terbuat dari
logam dan instrumen yang memiliki komponen-komponen dari logam yang
sangat halus, seperti alat-alat ukur yang bekerja menggunakan arus listrik,
disimpan di tempat terpisah, jauh dari zat-zat kimia terutama zat-zat yang bersifat
korosif. Alat-alat seperti ini harus disimpan ditempat yang kering dan bebas dari
zat atau uap korosif serta bebas guncangan. Masing-masing tempat penyimpanan
alat diberi nama agar mudah mencari alat yang diperlukan. Pipet dan buret
disimpan dalam keadaan berdiri. Oleh karena itu pipet dan buret perlu
ditempatkan pada tempat yang khusus.

2. Penyimpanan Bahan Kimia


Penyimpanan bahan kimia harus mendapat perhatian khusus, sebab setiap
bahan kimia dapat menimbulkan bahaya seperti terjadinya kebakaran, keracunan,
gangguan pernapasan, kerusakan kulit atau gangguan kesehatan lainnya.
Penyimpanan zat kimia perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Penyimpanan bahan kimia diatur berdasarkan tingkat bahayanya dan
ditata secara alfabet
b. Zat/bahan kimia disimpan jauh dari sumber panas dan ditempat yang
tidak langsung terkena sinar matahari.
c. Padalabel botol diberi catatan tentang tanggal zat didalam tersebut
diterima dan tanggal botol tersebut pertama kali dibuka.hal ini dilakukan
untuk mengetahui tanggal bahan kimia kadaluwarsa.
d. Gunakan lembar data keamanan bahan (MSDS: material safety data
sheet) untuk informasi lebih lengkap mengenai bahan kimia tersebut.
e. Jangan menyimpan/meletakkan wadah bahan kimia yang terbuat dari
gelas dilantai.
f. Botol berisi bahan kimia harus diambil dan diangkat dengan cara
memegang badan botol dan bukan pada, leher botol.
g. Jangan menyimpan bahan kimia secara berlebihan di laboratorium.
h. Jangan menyimpan bahan kimia pada tempat yang terlalu tinggi.
i. Botol yang berisi asam atau basa kuat, terutama asam perklorat jangan
ditempatkan berdekatan.
Penyimpanan bahan kimia dapat dilakukan dengan mengelompokkan
bahan – bahan tersebut sebagai berikut :
a. Bahan kimia yang mudah terbakar seperti aceton, etanol, eter dan
chloroform ditempatkan pada rak paling bawah dan terpisah dari bahan
kimia yang mudah teroksidasi.
b. Pelarut yang tidak mudah terbakar seperti karbon tetra khloridha dan
glikol dapat ditempatkan dekat dengan bahan kimia lain, kecuali bahan
kimia yang mudah teroksidasi.
c. Bahan kimia asam seperti asam nitrat, asam klorat, asam sulfat
ditempatkan dengan kondisi seperti berikut :
1. Ditempatkan pada lemari atau rak khusus yang tidak mudah
terbakar.
2. Wadah bahan kimia asam yang sudah dibuka disimpan di lemari
khusus seperti lemari asam, bila perlu diberi alas seperti nampan
plastik.
3. Botol zat tidak langsung ditempatkan pada rak, tetapi ditempatkan
terlebih dahulu pada nampan plastik.
4. Asam pengoksidasi dipisahkan dari asam organik dan dari bahan
kimia yang mudah teroksidasi.
d. Bahan kimia kaustik seperti amonium hidroksida, natrium hidroksida dan
kalium hidroksida :
1. Ditempatkan pada daerah yang kering.
2. Dipisahkan dari asam.
3. Botol zat tidak langsung ditempatkan pada rak tetapi ditempatkan
terlebih dahulu pada nampan ( baki ) plastik.
e. Bahan kimia yang reaktif dengan air terhadap air seperti natrium, kalium,
dan litium ditempatkan ditempat yang dingin dan kering.
f. Pelarut yang tidak reaktif dan tidak mudah terbakar seperti natrium
khlorida, natrium bicarbonat dan minyak ditempatkan didalam lemari
atau rak terbuka yang dilengkapi dengan sisi pengaman.

3.4.2. Cara Penyimpanan dan Pewadahan Reagen


1. Cara Penyimpanan Reagensia :
a. Hal umum yang harus menjadi perhatian dalam penyimpanan dan
penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan
(segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan
(labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder
(secondary counteinment ), bahan kadaluarsa (outdate chemical),
inventarisasi (inventory) dan informasi resiko bahaya (hazard
information).
b. Pisahkan antara sediaan liguid dan solid dan klasifikasikan berdasarkan
sifatnya : flamable, mudah meledak, toxic, oksidator, korosif, infektif,
dll.
c. Disimpan dalam suatu lemari, hindari bahan dari kayu.
d. Kondisi ruangan harus dingin /ber AC atau dengan dilengkapi exhaust
fan lampu ruangan pilih yang fire proof dan kalaw tidak dilengkapi
dengan AC, ruangan harus punya sirkulasi udara yang baik,karena ada
beberapa reagen yang penyimpanannya dibawah suhu 25°C, pantau suhu
ruangan maksimal 30° C.
e. Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas
atau kena sengatan sinar matahari. Disamping itu tempat penyimpanan
harus dilengkapi dengan ventilasi yang menuju ruang asapatau keluar
gedung. Pada penataan bahan kimia pun diperlukan sumber literatur
untuk mengetahui spesifikasi masing-masing bahan kimia.
f. Jika terjadi tumpahan, yang paling baik mengatasinya adalah dengan
pasir atau air kran.
g. Buat sistim administrasi : daftar isi, jumlah stock, ED bahan, memasang
perhatian APD yang sesuai dengan peruntukannya, dll.
h. Salah satu informasi penting yang harus selalu disertakan adalah lembar
data keselamatan data (MSDS), informasi MSDS disamping harus
tercantum pada produksi, juga harus muncul pada dokumen
pengangkutan, penyimpanan, pengedaran dan juga pada kemasan bahan
tersebut.

Penyimpanan reagen yang bersifat berbahaya memerlukan perlakuan


khusus antara lain :
a. Lokasi dan konstruksi tempat penyimpanan reagen yang bersifat
berbahaya dan beracun membutuhkan pengaturan tersendiri, agar tidak
terjadi kecelakaan akibat kesalahan dalam penyimpanan tersebut. Salah
satu persyaratan kelengkapan pada tempat penyimpanan tersebut adalah
sistim tanggap darurat dan prosedur penangganannya.
b. Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis
akan lebih tepat, apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat
fisis dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya.
c. Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lainnya
harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi.Hal
ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya
lainnya seperti api, gas beracun dan ledakan. Penyimpanan bahan kimia
tersebut harus didasarkan atas tingkat resiko bahayanya yang paling
tinggi, misalnya benzene memiliki sifat flammable dan toxic.
d. Sifat dapat terbakar dipandang memilki resiko lebih tinggi dari pada
timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzene harus
ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable dari
pada disimpan pada cabinet bahan toxic.
e. Reagen berbahaya beracun yang dianggap kadaluwarsa atau tidak
memenuhi spesifikasi atau bekas kemasan yang tidak dapat digunakan
tidak boleh dibuang sembarangan, tetapi harus dikelola sebagai limbah
berbahaya dan beracun, kadaluarsa adalah bahan yang karena kesalahan
dalam penangganannya menyebabakan terjadinya perubahan komposisi
dan atau karakteristik sehingga bahan tersebut tidak sesuai lagi dengan
spesifikasinya.
f. Salah satu langkah yang wajib dilakukan adalah kewajiaban uji kesehatan
secara berkala bagi pekerja,sekurang-kurangnya 1 kali dalam
setahun,dengan maksud untuk mengetahui sedini mungkin terjadinya
kontaminasi oleh zat /senyawa kimia berbahaya dan beracun terhadap
pekerja atau pengawas lokasi tersebut.
g. Salah satu kekhawatiran utama dalam penangganan berbahaya dan
beracun adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan baik pada saat masih
dalam penyimpanan maupun kecelakaan pada saat dalam
pengangkutannya.kecelakaan ini adalah lepasnya atau tumpahnya reagen
ke lingkungannya,yang memerlukan penanggulangan cepat dan tepat.bila
terjadi kecelakaan, maka kondisi awalnya adalah berstatus keadaan
darurat (emergency).
Penyimpanan reagen yang bersifat anhidrat, disimpan dalam oven pada
suhu 100-1100C, selama 1-2 jam dan sebaiknya semalam, sedangkan
penyimpanan reagen yang bersifat hidrat disimpan pada eksikator.

2. Cara Pewadahan Reagen.


Untuk menjaga keamanan dan kualitas reagen perlu dilakukan
pewadahan :
a. Kriteria wadah yang baik :
1. Botol yang gelap /berwarna coklat ,hal ini dilakukan agar dapat
terhindar dari sinar matahari,
2. Wadah reagen tidak bocor,
3. Wadah reagen harus bermulut kecil dan tertutup rapat,
4. Wadah reagen harus berbahan dasar dari kaca,
5. Wadah reagen harus steril,
6. Tidak bereaksi dengan bahan kimia dari reagen yang diwadahkan.
Untuk reagen cair, diwadahkan pada botol yang memenuhi kriteria seperti
diatas. Reagen yang bervolume kecil, diwadah pada botol berukuran kecil.
Sedangkan pada reagen yang bervolume besar, diwadahkan pada botol ukuran
besar atau jerigen berbahan kaca.
Untuk reagen serbuk, jika berisi banyak, dapat diwadahkan pada botol
dengan mulut agak lebar, hal ini bertujuan agar mudah dalam waktu pengambilan
reagen pada waktu penimbangan.
Hal penting yang harus selalu diingat pada saat pewadahan reagen yaitu
pemberian label yang berisi, nama reagen, tanggal pembuatan, paraf pembuat
reagen, tanggal penerimaan, konsentrasi dan pelarut pada botol/wadah reagen.
Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan
tersebut diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan
flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk
bahan korosif dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah. Label bahan
flammable, label bahan oksidator, label bahn toksik, label bahan korosif, label
bahan dengan tingkat bahaya rendah.
Reagen harus dibeli dalam wadah yang ukurannya tepat sehingga isinya
dapat digunakan semua dalam beberapa bulan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya deteriorasi mutu.
Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas,
label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima
dan dipakai.

b. Syarat-syarat suatu wadah agar dapat berfungsi dengan baik :


1. Harus dapat melindungi reagen dari kotoran dan kontaminasi sehingga
reagen tetap bersih.
2. Harus dapat melindungi dari kerusakan fisik, perubahan kadar air, gas,
dan penyinaran (cahaya).
3. Mudah dapat dibuka /tutup,mudah ditangani serta mudah dalam
pengangkutan dan distribusi.
4. Harus mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan
norma atau standar yang ada.
5. Dapat menunjukan identitas, informasi dan penampilan reagen yang
jelas.
3. 4. 3. Pencatatan dan Pelaporan
1. Pencatatan
Pencatatan selain untuk pemantauan data juga untuk evaluasi. Macam-
macam pencatatan antara lain :
1. Blangko Hasil Pemeriksaan Laboratorium,
2. Buku Hasil Pemeriksaan Laboratorium,
3. Buku Kunjungan Laboratorium,
4. Buku Stok Reagent.

2. Pelaporan
Pelaporan yang harus disampaikan secara berkala ke Dinas Kesehatan
Kota berupa laporan bulanan yang merupakan hasil rekapitulasi pencatan harian.
Laporan triwulan, semesteran dan tahunan sesuai ketentuan yang berlaku
Pelaporan untuk penyakit tertentu menggunakan formulir baku yang sudah
ditentukan oleh program.
BAB IV

KESELAMATAN PASIEN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan di


Laboratorium perlu diperhatikan keselamatan pasien dengan melakukan
identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi risiko dialkukan berdasarkan
sasaran keselamatan pasien. Upaya pencegahan resiko terhadap pasien
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
Tujuan dari ditetapkannya sasaran keselamatan pasien adalah untuk
mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran
menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan laboratorium.
Untuk meningkatkan keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran
terhadap sasaran - sasaran keselamatan pasien. Indikator pengukuran mutu
laboratorium adalah sebagai berikut :

4.1. Indikator Mutu Pelayanan Laboratorium


Mutu pelayanan di berbagai aspek pelayanan ke masyarakat menjadi topik yang
makin lama makin sering dibicarakan. Bermacam teori muncul bekaitan dengan
peningkatan mutu pelayanan publik, tak terkecuali mutu pelayanan kesehatan. Tentu saja
untuk mencapai mutu pelayanan yang baik, diperlukan indikator.
Indikator adalah tolok ukur untuk menilai sesuatu yang ingin dicapai. Banyak teori
bermunculan sebagai pegangan menetapkan indikator mutu pelayanan. Pada umumnya
untuk menentukan indikator mutu, didasarkan kepada :
a. Dipersyaratkan peraturan,
b. Dipersyaratkan pemilik,
c. Dipersyaratkan pelanggan,
d. Mempertimbngkan Hihg Risk, High Cost, High Volume, dan Problem Prone,
e. Konsensus,
f. Ketersediaan Data
Menurut Donadebian (1996), ada 3 aspek mutu yang bisa diukur, yaitu :
a. Input (fasilitas, staf, peralatan, perlengkapan),
b. Proses (kepatuhan terhadap protokol dan standar),
c. Output atau hasil.
Berdasarkan teori ini, maka indikator mutu di ruang pelayanan pendaftaran dikaji
dari 3 variabel sebagai berikut :
a. Variabel input :
1) Tenaga,
2) Fasilitas Laboratorium,
3) Peralatan Laboratorium,
b. Variabel Proses :
a. Kepatuhan petugas terhadap SOP Pemeriksaan Laboratorium
b. Kepatuhan petugas terhadap SOP Penyampaian Hasil Pemeriksaan
Laboratorium yang Kritis
c. Kepatuhan petugas terhadap SOP Waktu Penyampaian Hasil Laboratorium
d. Kepatuhan petugas terhadap SOP Penggunaan APD
e. Kepatuhan petugas terhadap SOP Pengolahan Limbah Medis
f. Kepatuhan petugas terhadap SOP Kepatuhan K3
c. Variabel Out put :
1) Pemantapan Mutu Interna (PMI),
2) Pemantapan Mutu Eksternal (PME),
3) Perilaku petugas dalam memberikan pelayanan.

4.1.1. Dari variabel tenaga, ada 1 indikator mutu, yaitu :


a. Kualifikasi pendidikan minimal D3,

4.1.2. Dari variabel fasilitas laboratorium, ada 13 indikator mutu, yaitu :


a. Meja pengambilan darah,
b. Meja penerimaan sampel urine dan dahak,
c. Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien,
d. Meja permanen pemeriksaan,
e. Lemari pendingin,
f. Lemari alat dan reagen,
g. Sumber arus listrik,
h. Bak cuci
i. Penampungan / pengolahan limbah laboratorium
j. Tempat samapah non medis
k. washtafel
l. Bilik swab
m. Sputum booth / tempat pengambilan dahak

4.1.3. Dari variabel peralatan laboratorium, ada 24 indikator mutu, yaitu :


a. Riele Photometer 5010,
b. Urine analyzer,
c. POCT (glucose, cholesterol, haemoglobin)
d. Hematologi analyzer / Abacus 3CT
e. Kartu golongan darah/objec glass
f. Batang pengaduk
g. Rapid Test ( Sphilis, HbsAg, HIV, Antibodi Covid, Antigen Covid )
h. Tabung Reaksi
i. Pinset
j. Lampu spirtus
k. Rak tabung
l. Corong
m. Pipet tetes
n. Set LED
o. Object glass
p. Rak pewarnaan
q. Mikroskop
r. Ose
s. Mikroskop
t. Sentrifuge
u. Deglass
v. Timer
w. Kertas lens
x. mikropipet

4.1.4. Dari variabel proses laboratorium ada 6 indikator mutu, yaitu :


a. Kepatuhan petugas terhadap SOP Pemeriksaan Laboratorium
b. Kepatuhan petugas terhadap SOP Penyampaian Hasil Pemeriksaan
Laboratorium yang Kritis
c. Kepatuhan petugas terhadap SOP Waktu Penyampaian Hasil Laboratorium
d. Kepatuhan petugas terhadap SOP Penggunaan APD
e. Kepatuhan petugas terhadap SOP Pengolahan Limbah Medis
f. Kepatuhan petugas terhadap SOP Kepatuhan K3

4.1.5. Dari variabel output, ada 3 indikator mutu, yaitu :


a. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
b. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
c. Perilaku petugas dalam memberikan pelayanan.

4.1.6. Indikator mutu perilaku petugas, ada 4 indikator mutu, yaitu :


a. Keramahan Petugas
b. Kejelasan Petugas dalam Memberikan Informasi
c. Keseuaian Jam Hasil Pemeriksaan
d. Kenyamanan, kerapian, dan kebersihan Ruang Tunggu
Indikator Mutu Pelayanan Laboratorium Puskesmas

Interpretasi
Metode Audit Mutu Baik > 80%
No Variabel No Indikator Mutu Hasil Persentase
Internal Mutu Sedang 60 – 80%
Mutu Kurang < 60%
INPUT
1 Tenaga 1 Minimal lulusan D3 Memeriksa Ada/tidak ada
1 Meja pengambilan darah Memeriksa Ada/tidak ada
2 Meja penerimaan sampel urine dan dahak Memeriksa Ada/tidak ada
3 Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien Memeriksa Ada/tidak ada
4 Meja permanen pemeriksaan Memeriksa Ada/tidak ada
5 Lemari pendingin Memeriksa Ada/tidak ada
2 Fasilitas
6 Lemari alat dan reagen Memeriksa Ada/tidak ada
7 Sumber arus listrik Memeriksa Ada/tidak ada
8 Bak cuci Memeriksa Ada/tidak ada
9 Penampungan / pengolahan limbah laboratorium Memeriksa Ada/tidak ada
10 Tempat sampah non medis Memeriksa Ada/tidak ada
11 washtafel Memeriksa Ada/tidak ada
12 Bilik swab Memeriksa Ada/tidak ada
13 Sputum booth / tempat pengambilan dahak Memeriksa Ada/tidak ada
3 Peralatan 1 Riele Photometer 5010, Memeriksa Ada/tidak ada
2 Urine analyzer, Memeriksa Ada/tidak ada
3 POCT (glucose, cholesterol, haemoglobin) Memeriksa Ada/tidak ada
4 Hematologi analyzer / Abacus 3CT Memeriksa Ada/tidak ada
5 Kartu golongan darah/objec glass Memeriksa Ada/tidak ada
6 Batang pengaduk Memeriksa Ada/tidak ada
Rapid Test ( Sphilis, HbsAg, HIV, Antibodi Memeriksa Ada/tidak ada
7
Covid, Antigen Covid )
8 Tabung Reaksi Memeriksa Ada/tidak ada
9 Pinset Memeriksa Ada/tidak ada
10 Lampu spirtus Memeriksa Ada/tidak ada
11 Rak tabung Memeriksa Ada/tidak ada
12 Corong Memeriksa Ada/tidak ada
13 Pipet tetes Memeriksa Ada/tidak ada
14 Set LED Memeriksa Ada/tidak ada
15 Object glass Memeriksa Ada/tidak ada
16 Rak pewarnaan Memeriksa Ada/tidak ada
17 Mikroskop Memeriksa Ada/tidak ada
18 Ose Memeriksa Ada/tidak ada
19 Mikroskop Memeriksa Ada/tidak ada
20 Sentrifuge Memeriksa Ada/tidak ada
21 Deglass Memeriksa Ada/tidak ada
22 Timer Memeriksa Ada/tidak ada
23 Kertas Lens Memeriksa Ada/tidak ada
24 Mikropipet Memeriksa Ada/tidak ada
PROSES
Dikerjakan /
1 SOP Pemeriksaan Laboratorium Mengamati
Tidak
4
SOP Penyampaian Hasil Pemeriksaan Mengamati Dikerjakan /
2 Tidak
Laboratorium yang Kritis
3 SOP Waktu Penyampaian Hasil Laboratorium
4 SOP Penggunaan APD Mengamati Dikerjakan /
Tidak
5 SOP Pengolahan Limbah Medis Mengamati Dikerjakan /
Tidak
6 SOP Kepatuhan K3 Mengamati Dikerjakan /
Tidak
OUTPUT
1 Hasil Pemantapan Mutu Internal (PMI) Memeriksa Lengkap/tidak
5
2 Hasil Pemantapan Mutu Eksternal (PME) Memeriksa Lengkap/tidak
1 Keramahan Petugas Wawancara Ramah/tidak
2 Kejelasan Petugas dalam Memberikan Informasi Wawancara Jelas/tidak
Perilaku
6 3 Kesesuaian Jam Hasil Pemeriksaan Wawancara Sesuai/tidak
Petugas
Kenyamanan, kerapian, dan kebersihan Ruang Wawancara Nyaman/tidak
4
Tunggu
4.2. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Laboratorium
Peningkatan mutu pelayanan laboratorium bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Pelayanan laboratorium sebagai pintu gerbang utama dianggap paling sensitif untuk
menggambarkan mutu pelayanan puskesmas. Upaya – upaya yang bisa diakukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan laboratorium antara lain dengan :
a. Melakukan audit internal secara terjadwal,
b. Melakukan survei kepuasan pekanggan terhadap pelayanan laboratorium,
c. Melakukan penanganan keluhan pelanggan,
d. Melakukan kaji banding.

4.2.1. Audit Internal


Audit internal adalah Kegiatan mengumpulkan informasi faktual dan signifikan
(dapat dipertanggung jawabkan) melalui interaksi (pemeriksaan, pengukuran dan
penilaian yang berujung pada penarikan kesimpulan) secara sistematis, objektif, dan
terdokumentasi yang berorientasi pada azas penggalian nilai atau manfaat.
Secara sederhana, pengertian audit internal adalah kegiatan yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana penerapan sistem pelayanan yang sudah disusun, apakah sudah
sesuai standar atau belum. Dalam pelaksanaannya, tim audit internal Puskesmas akan
membandingkan praktek pelayanan dengan standar atau indikator yang sudah disusun.
Laboratorium Puskesmas Ciruas akan melaksanakan Audit Internal terkait:
1. Kepatuhan petugas terhadap SOP Pemeriksaan Laboratorium,
2. Kepatuhan petugas terhadap SOP Penyampaian Hasil Pemeriksaan
Laboratorium yang Kritis,
3. Kepatuhan petugas terhadap SOP Waktu Penyampaian Hasil Laboratorium
4. Kepatuhan petugas terhadap SOP Penggunaan APD,
5. Kepatuhan petugas terhadap SOP Pengolahan Limbah Medis,
6. Kepatuhan petugas terhadap SOP Kepatuhan K3.
Bagi tim audit internal, indikator mutu yang disusun bisa dijadikan sebagai
“kriteria audit”. Kriteria audit adalah pembanding (denumerator) dari “hasil audit” untuk
variabel yang sama. Perbandingan antara kriteria audit dengan hasil audit akan menjadi
“temuan audit”. Temuan audit inilah yang akan diinterpretasikan oleh tim audit internal
untuk dianalisis. Interpretasi dari audit internal, akan menghasilkan tiga kemungkinan
yaitu ;
1. Mutu pelayanan umum dikatakan baik apabila temuan audit > 80%,
2. Mutu pelayanan umum dikatakan sedang apabila temuan audit antara 60 –
80%,
3. Mutu pelayanan umum dikatakan kurang apabila temuan audit < 60%.
Berdasarkan interpretasi di atas, tim audit internal akan memberikan rekomendasi
untuk ditindaklanjuti. Berdasarkan rekomendasi ini, dibuat rencana tindak lanjut untuk
perbaikan mutu layanan umum selanjutnya. Dengan demikian, diharapkan mutu
pelayanan umum di Puskesmas akan bisa ditingkatkan secara berkesinambungan
(Continues Quality Improvement).
4.2.2. Survei Kepuasan Pelanggan
Survei adalah salah satu metode untuk mengukur mutu pelayanan dari sisi pengguna
layanan. Pelayanan Laboratorium Puskesmas Ciruas akan melaksanakan survey
Kepuasan Pelanggan yang diselenggarakan secara mandiri dan dilaksanakan secara rutin,
yaitu:
a. Melalui Tim TPP Puskesmas Ciruas, dilaksanakan setiap hari dengan mengambil
sampel pelanggan sebanyak 3 (tiga) sampel,
b. Bersama dengan Tim TPP Puskesmas Ciruas membuat instrument survey,
c. Melaksanakan analisa secara berkala sebulan sekali hasil survey kepuasan untuk
dilaporkan secara berkala (Lokakarya Bulanan)kepada Puskesmas Ciruas serta
masyarakat pengguna layanan.
d. Melakuakan IKM Tahunan melalui SMD serta survey IKM dengan Tim TPP
Puskesmas Ciruas,
e. Rapat Tinjauan Manajemen 2 kali dalam setahun.

4.2.3. Penanganan Keluhan Pelanggan


Salah satu hal terpenting yang harus dilakukan Puskesmas adalah penanganan
keluhan pelanggan. Pelanggan yang mengeluh terhadap mutu layanan bisa menjadi
teroris yang akan bercerita kepada banyak orang tentang kejelekan pelayanan Puskesmas.
Sebaliknya, pelanggan yang puas, bisa menjadi iklan gratis dalam meningkatkan cakupan
pelayanan Puskesmas. Karena itu, penanganan keluhan pelanggan adalah suatu keharusan
untuk meningkatkan mutu layanan umum di Puskesmas.
Secara umum, proses penangan keluhan pelanggan bisa dilakukan dengan cara
berikut :
a. Penanggung jawab penanganan keluhan pelanggan yang bersifat teknis adalah
penanggung jawab pelayanan / unit terkait,
b. Penanggung jawab penanganan keluhan pelanggan yang bersifat administrasi
adalah penanggung jawab supervise harian,
c. Bersama dengan Tim TPP Puskesmas Ciruas membuat sistem pengaduan,
menentukan jadwal, melakukan identifikasi keluhan pelanggan, dan
mengelompokkan keluhan yang sama atau relatif sama,
d. Pelayanan Lanoratorium secara berkala melakukan analisis keluhan pelanggan.
4.2.4. Kaji Banding
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan laboratorium di suatu
Puskesmas adalah dengan melakukan kaji banding. Kaji banding adalah proses
membandingkan pelaksanaan pelayanan laboratorium yang dilaksanakan Puskesmas ke
tempat lain yang dianggap lebih baik. Tempat lain yang dimaksud bisa saja dengan
mengamati pelayanan laboratorium swasta yang lebih baik kualitas maupun
pelayanannya. Jadi tidak terpaku kaji banding antar Puskesmas.
Dengan kaji banding, Puskesmas bisa menggali berbagai trik dan cara ke tempat
yang pelayanan laboratorium dianggap lebih baik tersebut dalam memberikan pelayanan
laboratorium, sehingga bisa dijadikan acuan untuk melakukan berbagai perbaikan. Proses
kaji banding bisa dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
a. Peanggung jawab Pelayanan Laboratorium membentuk tim kaji banding,
b. Penanggung jawab tim adalah penanggung jawab Pelayanan Laboratorium,
c. Tim membuat instrumen kaji banding,
d. Tim jadwal mengusulkan jadwal dan rencana kegiatan kepada manajemen
Puskesmas Ciruas,
e. Tim membuat Pertanggungjawaban kegiatan kaji banding,
f. Tim melakukan Analisis hasil kaji banding.
Indikator dan Target Sasaran Keselamatan Pasien di Laboratorium
Puskesmas Ciruas
Sasaran Indikator
Upaya Mencapai
No Keselamatan Keselamatan Target
Sasaran Keselamatan Pasien
Pasien Pasien
a. Tidak terjadinya Kepatuhan 100 % 1. Melakukan identifikasi
kesalahan melakukan pasien minimal dengan tiga
identifikasi pasien identifikasi pasien cara yaitu ; nama, umur, dan
dalam pelayanan pada saat akan dengan melihat nomor
laboratorium melaksanakan rekam medis pasien,
pelayanan 2. Menyusun SOP identifikasi
pasien,
3. Sosialisasi pelaksanaan
identifikasi pasien,
4. Kepatuhan melaksanakan
identifikasi pasien,
5. Monitoring dan tindak
lanjut terhadap kepatuhan
identifikasi pasien.
b Komunikasi Kepatuhan 100 % 1. Menyusun SOP komunikasi
efektif dalam melaksanakan SOP efektif dalam Pemberian
pelayanan pada saat pelayanan laboratorium,
laboratorium menerangkan 2. Sosialisasi SOP pelayanan
prosedur laboratorium,
pemeriksaan 3. Memonitor dan menindak
laboratorium lanjut pelaksanaan
komunikasi efektif dalam
pelayanan laboratorium.
c Pengurangan Kepatuhan dalam 100 % Menerapkan dengan konsisten
terjadinya risiko menerapkan 6 enam langkah cuci tangan
infeksi terkait langkah cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada lima
pelayanan pakai sabun dan air 100 % waktu, yaitu:
labortatorium mengalir atau a. Sebelum kontak dengan
handsanitizer pasien,
b. Setelah kontak dengan
100 % pasien,
c. Sebelum tindakan aseptic,
d. Setelah kontak dengan
cairan tubuh pasien,
e. Setelah kontak dengan
lingkungan sekitar pasien.
BAB V
KESELAMATAN KERJA

5.1. Pemakaian Alat Pelindung Diri ( APD )


Untuk keamanan dan kenyamanan bagi paramedik dan petugas medis
dalam memberikan pelayanan kesehatan, terutama untuk mencengah tertularnya
penyakit dimana di puskesmas banyak kasus – kasus penyakit menular seperti :
TBC, Kusta, Hepatitis, HIV / AIDS, dan penyakit yang disebabkan virus lainnya.
Maka petugas dalam melaksanakan pelayanan diwajibkan memperhatikan
keamanan diri dengan memakai Alat Pelindung Diri ( APD ) yaitu menggunakan
masker, sarung tangan, jas, dan setelah melaksanakan kegiatan atau pelayanan,
pemakaian APD tersebut disesuaikan juga dengan tindakan yang akan dilakukan.

Tindakan
Jenis Alat Tindakan di
No Pemeriksaan Tanpa
Pelindung Perlukan
Perlukaan
1 Sanitasi Tangan Ya Ya Ya
2 Sarung Tangan Ya Ya Ya
3 Jas Laboratorium Ya Ya Ya
4 Masker Ya Ya Ya
5 Kacamata google Tidak Penilaian resiko Tidak
6 Sepatu buaya Ya Ya Ya
7 Clemek Ya Ya Ya

5.2. Sterilisasi Alat


Beberapa ketentuan steriisasi alat adalah sebagai berikut :
a. Mencuci alat dengan sabun yang mengandung anti septic,
b. Penyemprotan / oles alkohol pada alat yang di gunakan,
c. Sterilatator listrik setiap selesai pelayanan, alat – alat dari stainless /
metal yang sudah di sterililasi dibiarkan di dalam sterilatator sampai
besoknya, sehingga pemakaiannya sudah siap digunakan esoknya.
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu laboratorium dilakuan dengan dua cara yaitu dengan


pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal.
6. 1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Kegiatan Pra Analitik :
a. Persiapan Pasien Secara Umum dan yang mempengaruhi
1. Mempersiapkan pasien untuk pengambilan spesimen sesuai
persyaratan umum dengan meminta pasien berpuasa antara 8 – 12 jam
pada jam 22.00 dan pagi hari jam 07.00 – 09.00 dilakukan
pengambilan spesimen.
2. Menghindari pemakaian obat-obatan sebelum spesimen diambil di
laboratorium.
3. Menghindari aktifitas fisik/olah raga sebelum spesimen diambil.
4. Memperhatikan efek postur, pengambilan darah paling baik dengan
duduk tenang dibandingkan berdiri karena keseimbangan cairan akan
terganggu.
5. Diet makan dan minum pasien dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium.
6. Merokok dan minum alkohol mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium.
7. Ketinggian suatu tempat (geografis) berpengaruh pada hasil
pemeriksaan laboratorium.
8. Demam akan menyebabkan kenaikan dan penurunan beberapa
parameter pemeriksaan, waktu demam yang tepat akan dapat
membantu menegakkan diagnosis.
9. Trauma dapat menyebabkan terjadi hemostasis hingga pengenceran
darah.
10. Variasi Circadian Rythme merupakan perubahan dari waktu ke waktu
pada tubuh yang dipengaruhi waktu, siklus dan umur.
11. Umur, ras, dan jenis kelamin paling berpengaruh terhadap hasil
pengukuran dan nilai rujukan.
12. Kehamilan pada wanita perlu dipertimbangkan lama kehamilan yang
berpengaruh pada pengenceran.
b. Pengambilan Spesimen
1. Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan tertentu :
a. bersih, kering, tidak mengandung bahan kimia/deterjen,
b. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi specimen,
c. Mudah dicuci atau dibersihkan dari sampel sebelumnya,
d. Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan harus menggunakan
peralatan yang steril.
2. Wadah spesimen harus memenuhi :
a. Terbuat dari gelas atau plastik. Untuk spesimen darah harus terbuat
dari gelas,
b. Tidak bocor atau merembes,
c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir,
d. Besar wadah disesuaikan dengan volume specimen,
e. Bersih dan kering,
f. Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen,
g. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen,
h. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau
terurai karena pengaruh sinar matahari, maka digunakan botol
coklat.
3. Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman wadah harus steril.
a. Pengawet : Diberikan agar sampel yang akan diperiksa dapat
dipertahankan kondisi dan jumlahnya dalam waktu tertentu.
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah.
b. Waktu : Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi
hari, terutama untuk pemeriksaan Kimia klinik, Hematologi dan
Imunologi karena umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan
basal.
c. Lokasi : Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih
dahulu lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis
pemeriksaan yang diminta. Spesimen untuk pemeriksaan
menggunakan darah vena umumnya diambil dari vena cubiti daerah
siku. Spesimen darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis di
pergelangan tangan atau arteri femoralis di daerah lipat paha.
Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari tengah tangan atau
jari manis tangan bagian tepi atau pada derah tumit 1/3 bagian tepi
telapak kaki atau cuping telingan pada bayi. Tempat yang dipilih
tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah
seperti cyanosis atau pucat, bekas luka dan radang.
d. Volume : Volume spesimen yang diambil harus mencukupi
kebutuhan pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat
mewakili objek yang diperiksa.
e. Teknik Pengambilan : Pengambilan spesimen harus dilaksanakan
dengan cara yang benar, agar spesimen tersebut mewakili keadaan
yang sebenarnya.
4. Pemberian Identitas Spesimen
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting
baik pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen. Pada surat
pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya
memuat secara lengkap :
1. Tanggal permintaan,
2. Tanggal dan jam pengambilan specimen,
3. Identitas pasien (nama, umur, alamat),
4. Identitas pengirim (nama petugas pengirim),
5. Nomor Register,
6. Pemeriksaan laboratorium yang diminta,
7. Jenis specimen,
5. Pengolahan Spesimen
Spesimen yang telah diambil dilakukan pengolahan untuk menghindari
kerusakan pada spesimen tersebut.Pengolahan spesimen berbeda-beda
tergantung dari jenis spesimennya masing-masing.
a. Serum
Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar selama 2-30
menit, lalu di sentrifuge 3000 rpm selama 5-15 menit. Pemisahan
serum dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan darah.
Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh.
b. Plasma
Kocok darah EDTA atau citrat dengan segera secara perlahan-lahan.
Pemisahan plasma dilakukan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan
spesimen. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah
dan keruh.
c. Whole blood
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah berisi
antikoagulan yang sesuai, lalu dihomogenisasi dengan cara goyang
perlahan tabung.
d. Urine
Urine yang didapatkan tidak perlu ada perlakuan secara khusus,
kecuali pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam,
sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan
terlebih dahulu dengan cara dimasukkan tabung dan sentrifuge selama
5 menit 1500-2000 rpm, supernatan dibuang dan diambil sedimennya.
Suspensi sedimen ini dicampur dengan cat Sternheirmer-Malbin
Stain’s untuk menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas
strukturnya.
e. Sputum
Masukkan sputum ke dalam tabung steril yang berisi NaOH 4% sama
banyak. Kocok dengan baik. Inkubasi pada suhu kamar 25-30 OC
selama 15-20 menit dengan pengocokan teratur tiap 5 menit.
Sentrifuge dengan kecepatan tinggi selama 8-10 menit. Endapan
diambil dan supernatan dibuang pada air lysol.
6. Menilai Spesimen Yang Tidak Memenuhi Syarat :
1. Spesimen diterima oleh petugas laboratorium dan sampling,
2. Penilaian spesimen harus dilakukan sesuai dengan jenis pemeriksaan,
3. Penilaian spesimen harus segera dilakukan setelah menerima
specimen,
4. Petugas laboratorium wajib menolak dan mengembalikan spesimen
yang tidak memenuhi syarat pemeriksaan,
5. Spesimen yang ditolak diberitahukan lewat via aiphone ruangan atau
yang mengantar specimen,
6. Spesimen untuk pemeriksaan Patologi Aanatomi yang diantar ke
laboratorium berupa jaringan biopsi dan operasi yang telah lebih 1
hari, tidak menggunakan pengawet, ditempatkan suhu ruang ditolak
untuk pemeriksaan rujukan.
7. Penyimpanan Spesimen
Spesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke laboratorium untuk
diperiksa, karena stabilitas spesimen dapat berubah. Faktor-faktor  yang
mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain :
1. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia,
2. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada specimen,
3. Terjadi penguapan,
4. Pengaruh suhu,
5. Terkena paparan sinar matahari.
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Persyaratan
penyimpanan beberapa spesimen untuk beberapa pemeriksaan
laboratorium harus memperhatikan jenis spesimen, antikoagulan/pengawet
dan wadah serta stabilitasnya. Beberapa cara penyimpanan spesimen :
a. Disimpan pada suhu kamar,
b. Disimpan dalam lemari es suhu 2-8OC,
c. Dibekukan suhu -20OC, -70OC atau -120OC,
d. Dapat diberikan bahan pengawet,
e. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau
lisat.
8. Pengiriman Spesimen
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain, sebaiknya dikirim
dalam bentuk yang reatif stabil. Untuk itu perlu diperhatikan persyaratan
pengiriman spesimen antara lain :
1. Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas specimen,
2. Tidak terkena sinar matahari langsung,
3. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium
termasuk pemberian label yang bertuliskan “Bahan Pemeriksaan
Infeksius” atau “Bahan Pemeriksaan Berbahaya”,
4. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.
c. Mempertahankan Mutu Pra Analitik
1. Mengerjakan proses/prosedur sesuai standar (SPO) yang telah
ditentukan,
2. Melaksanakan dan mengevaluasi program QC,
3. Pengawasan dan monitoring kegiatan harian untuk mengurangi
kesalahan-kesalahan yang mungkin muncul,
4. Ketersediaan anggaran dana dan personil yang memadai untuk kegiatan,
5. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan staf laboratorium,
6. Adanya dukungan penuh dari pihak manajemen dalam melakukan
pelayanan yang standar dan bermutu.

6. 2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


Tahap pelaksanaan PME:
1. Penerimaan sample PME
a. Spesimen quality control datang melalui paket pos khusus dan
harus dicatat tanggal penerimaan,
b. Periksa keadaan spesimen apakah rusak atau baik,
c. Catat di papan tulis tanggal pelaksanaan pemeriksaan quality
control,
d. Spesimen quality control langsung disimpan sesuai persyaratan.
2. Pelaksanaan PME
a. Persiapan sampel,
b. Persiapan alat dan reagen,
c. Lakukan pemeriksaan quality control,
d. Lakukan pemeriksaan PME sesuai prosedur,
e. Lakukan pencatatan hasil di buku kerja dan lembar pelaporan.
3. Pengiriman hasil PME
a. Dilakukan sesuai jadwal sebelum batas akhir waktu pengiriman,
b. Catat tanggal dan jam pengiriman hasil.
4. Penyimpanan hasil PME
a. Hasil dilaporkan kepada Kepala Puskesmas,
b. Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut,
c. Disimpan dalam arsip PME.
BAB VII
PENUTUP

Panduan Pelayanan Laboratorium Puskesmas Ciruas ini digunakan sebagai


acuan pelaksanaan pelayanan Laboratorium di Puskesmas Ciruas Untuk
keberhasilan pelaksanaan Pelayanan Laboratorium diperlukan komitmen dan kerja
sama semua pihak. Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan Laboratorium di
Puskesmas Ciruas semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien
dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai