oleh :
1. ANIA SUCI MARINI NPM E522017
2. DESI SETIAWATI NPM E522044
3. INDRA HERYADI NPM E622002
4. RISMA PUTRI M NPM E622022
5. ABDUL
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai Surat Tanda
Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan.
2. Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus mempunyai surat izin
sebagai tanda registrasi/Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat
Izin Praktik Apoteker (SIPA) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
(1) Laboratorium klinik harus mempunyai persyaratan minimal yang meliputi bangunan,
prasarana, peralatan, dan kemampuan pemeriksaan spesimen klinik sesuai dengan
klasifikasinya.
(2) Ketentuan persyaratan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran I sampai dengan Lampiran IV Peraturan ini.
PERSYARATAN MINIMAL
LABORATORIUM KLINIK
JENIS PERALATAN
UMUM PRATAMA
Alas kaki sepatu tertutup sesuai kebutuhan
Wastafel dilengkapi dengan sabun (skin desinfektan)
dan air mengalir 1 buah
LABORATORIUM KLINIK
JENIS PEMERIKSAAN UMUM
PRATAMA
URINALISIS
Makroskopis +
PH +
Berat Jenis +
Glukosa +
Protein +
Urobilinogen +
Bilirubin +
Darah Samar +
Benda Keton +
Sedimen +
Oval fat bodies -
Hemosidenn -
NAPZA (skrining) -
TINJA
Makroskopis +
Mikroskopis, Telur
Cacing +
Mikroskopis, Amoeba +
Mikroskopis, Sisa
Makanan +
Mikroskopis. Protozoa
Usus dan Jaringan
lainnya -
Darah Samar +
HEMATOLOGI
Kadar Hemoglobin +
Nilai Hematokrit +
Hitung Lekosit +
Hitung Eritrosit +
Hitung Eosinofil +
LABORATORIUM
JENIS PEMERIKSAAN KLINIK UMUM
PRATAMA
Daya tahan osmotik eritrosit -
Pemeriksaan sediaan apusdan hitung jenis
lekosit +
Laju Endap Darah +
Hitung Retikulosit +
Morfologi sel darah -
Hitung Trombosit +
Pemeriksaan Sediaan Apus dengan
pewarnaan Khusus (PAS,Peroksidae,NAP dll)
HEMOSTASIS
Masa perdarahan +
Masa pembekuan +
Masa protrombin plasma -
Masa tromboplastin partial teraktivasi -
Masa thrombin -
Percobaan pembendungan +
Golongan darah ABO, Rh +
KIMIA KLINIK
Protein total +
Albumin +
Globulin +
Bilirubin +
SGOT +
SGPT +
Fosfatase lindi (Alkali) -
Fosfatase asam -
Ureum +
Kreatinin +
Asam Urat +
Trigliserida +
Kholesterol Total +
HDL -
LDL -
Glukosa +
Pemeriksaan elektrolit -
LDH -
LABORATORIUM
JENIS PEMERIKSAAN KLINIK UMUM
PRATAMA
Gamma GT -
Cholinesterase -
CK-MB -
G6 PD -
Amilase -
Lipase -
HBA1C -
S1/TIBC -
Analisa Sperma -
IMUNOLOGI
Widal -
VDRL & TPHA -
Tes Kehamilan +
ASTO HBs Ag -
Anti HBs -
CRP -
RF -
Chlamydia -
Toxoplasma -
Rubella -
Herpes Simplex -
Dengue Blot Anti Hbc -
Anti Hbe Hbe Ag -
Anti HAV IgM -
Anti HIV -
NS1 (Non Structure antigen)
Dengue -
T3/T4 -
TSH -
MIKROBIOLOGI
Mikroskopis
- Malaria +
- Filaria +
- Jamur +
-Corynebacterium sp +
- BTA +
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan
oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi
kejadian eror/ penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Pemantapan
mutu internal laboratorium (PMI) dilakukan untuk mengendalikan hasil pemeriksaan
laboratorium setiap hari dan untuk mengetahui penyimpangan hasil laboratorium agar segera
diperbaiki. Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi aktivitas: tahap pra-analitik, tahap
analitik dan tahap pasca-analitik (Siregar, 2018).
Tahap pra analitik, yaitu tahap mulai mempersiapkan pasien, menerima sampel,
penanganan dan penyimpanan sampel termasuk memberi label pada sampel. Tahap analitik yaitu
tahap mulai mengkalibrasi alat, mengolah sampel sampai menguji ketelitian ketepatan. Petugas
laboratorium lebih mudah mengendalikan faktor analitik yang umumnya sangat dipengaruhi oleh
alat, reagen dan manusianya sendiri. Program pemantapan mutu berperan dengan baik disini
untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan yang ada. Tahap pasca analitik yaitu tahap mulai dari
pemeriksaan, interpretasi hasil sampai dengan pelaporan (PERMENKES RI, 2013). Adapun
tujuan Pemantapan Mutu Internal dalam Siregar (2018), yaitu:
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemantapan mutu internal antara lain komitmen untuk
mencapai hasil yang bermutu, fasilitas, dana, petugas yang kompeten, tindakan kontrol terhadap
faktor pra analitik, analitik dan pasca analitik, monitoring kontrol dengan statistik serta adanya
mekanisme pemecahan masalah.
a. Kontrol pra-analitik
1. Persiapan specimen
Sebelum spesimen diambil, pasien harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan baik
sesuai dengan persyaratan pengambilan spesimen untuk itu perlu dibuat petunjuk
tertulis untuk persiapan pasien pada setiap pemeriksaan laboratorium.
2. Pengambilan dan penanganan specimen
Spesimen harus diambil secara benar dengan memperhatikan waktu, lokasi, volume,
cara, peralatan, wadah spesimen, pengawet/antikoagulan, sesuai dengan persyaratan
pengambilan specimen.
3. Penyimpanan dan transportasi specimen
Metode transportasi spesimen, separasi dan penyimpanan harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku sehingga tidak berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan.
4. Identifikasi dan pencatatan pasien
Sebelum melakukan pemeriksaan perlu diperhatikan identifikasi dan pencatatan data
pasien dengan benar.
5. Kalibrasi peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasul pemeriksaan laboratorium adalah
peralatan laboratorium, oleh karena itu alat perlu dipelihara dan dikalibrasi secara
berkala sesuai dengan petunjuk pabrikan. Kalibarasi peralatan untuk alat yang
dikeluarkan oleh pabrik tertentu dapat dilakukan oleh pabrik yang memproduksi alat
tersebut. Untuk alat-alat yang tidak dikeluarkan oleh pabrik tertentu dapat dilakukan
oleh badan/institusi yang berwenang.
Kalibrasi dilakukan dengan kalibrator, dilakukan pada pertama kali alat dioperasikan,
secara berkala, bila kontrol tidak memenuhi syarat atau pada saat setelah perbaikan
alat. Dapat dikerjakan sendiri atau dengan bantuan pemasok (vendor).
6. Pemilihan metode pemeriksaan
Menggunakan metode pemeriksaan yang sudah baku, dan dianjurkan oleh
Badan/Lembaga Internasional, menggunakan reagensia yang stabil, reagen
mempunyai nilai sensitivitas spesivitas yang baik, sebaiknya digunakan metode yang
mudah dilakukan dan periksa adanya kesinambungan dari reagen.
7. Pemilihan larutan standar, kalibrator dan bahan control
Ketelusuran hasil pemeriksaan sering tergantung pada kualitas bahan kontrol dan
kalibrasi yang dikeluarkan oleh pabrik yang memproduksi. Mutu bahan kontrol dan
kalibrator yang baik dan metode yang tetap digunakan untuk validasi metode dan
reagen yang digunakan.
8. Dokumentasi metode kerja
Langkah-langkah metode pemeriksaan (SOP) penting didokumentasikan untuk
menjaga konsistensi mutu hasil pemeriksaan jika digunakan oleh ATLM (Ahli
Teknologi Laboratorium Medik) yang berbeda. SOP wajib dikaji ulang dan
diperbaharui secara berkala.
9. Kompetensi petugas pemeriksa
Petugas yang berperan dalam proses pemeriksaan di laboratorium harus memiliki
tingkat pendidikan dan keterampilan yang memadai untuk menjalankan proses
pemeriksaan denan benar. Pendidikan sangat diperlukan disamping pelatihan dan
lokakarya yang diselenggarakan oleh organisasi profesi secara berkala;
b. Kontrol analitik
Monitoring proses analitik yaitu dengan melakukan uji ketelitian dan ketepatan
dengan menggunakan bahan kontrol. Dalam penggunaan bahan kontrol, pelaksanaannya
harus diperlakukan sama dengan bahan pemeriksaan spesimen, tanpa perlakukan khusus
baik alat, metode pemeriksaan, reagen maupun tenaga pemeriksa.
Dalam melaksanakan uji ketelitian dan ketepatan ini digunakan bahan
kontrol assayed, sekurang-kurangnya digunakan 2 bahan kontrol dengan kadar yang
berbeda (normal dan abnormal).
Untuk menilai hasil pemeriksaan yang dilakukan terkontrol atau tidak, digunakan
Control Chard Levey-jennings dan aturan Westgard. Sistem ini bertujuan untuk
memonitor variasi yang timbul selama pemeriksaan, baik variasi sistem ataupun random.
1. Periode Pendahuluan
Pada periode ini ditentukan nilai dasar yang merupakan nilai rujukan untuk
pemeriksaan selanjutnya. Caranya adalah sebagai berikut :
Periksa bahan kontrol bersamaan dengan pemeriksaan spesimen setiap hari kerja
diperiksa sampai mencapai 25 hari kerja. Apabila belum diperoleh, dapat
menggunakan nilai kontrol dari pabrik.
Catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam formulir periode
pendahuluan.
Setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata-ratanya (mean), standar
daeviasi (SD), Koefisien Variasi (CV), batas peringatan (Mean +- 2 SD) dan
batas kontrol (Mean +- 3 SD).
Teliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas mean +- 3 SD. Bila ada
maka nilai tersebut dihilangkan dan tulis kembali nilai pemeriksaan yang masih
ada kedalam formulir A periode pendahuluan, kemudian hitung kembali nilai
mean, SD, CV, mean +-2SD, dan mean +-3SD. Nilai mean dan SD yang
diperoleh ini dipakai sebagai nilai rujukan pada periode kontrol.
2. Periode control
Periode kontrol merupakan periode untuk menentukan baik atau tidaknya
pemeriksaan pada hari :
Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter tersebut
diperiksa.
Catat nilai yang diperoleh pada formulir periode kontrol.
Hitung penyimpangan nya terhadap nilai rujukan dalam satuan SD (Standar
Deviasi Indeks) dengan rumus : Satuan SD = (X1 - Mean) / SD. Satuan SD
yang diperoleh di plot pada kertas grafik kontrol. Sumbu X dalam grafik kontrol
menunjukan hari/tanggal pemeriksaan, sedangkan sumbu Y menunjukkan satuan
SD yang diperoleh.
3. Evaluasi hasil uji ketelitian adalah sebagai berikut :
Apabila hasil pemeriksaan tertelak didalam batas perhitungan (mean +- 2SD),
maka hasil pemeriksaan bahan kontrol dinyatakan terkontrol baik sehingga seluruh
pemeriksaan spesimen pada hari pemeriksaan tersebut dianggap dapat diterima
hasilnya.
Apabila hasil pemeriksaan terletak didaerah peringatan (mean +-2SD sampai
mean +-3SD), maka kemungkinan terjadi penyimpangan hasil pemeriksaan bahan
kontrol sehingga perlu diteliti prosedur pemeriksaannya tetapi belum perlu dilakukan
pemeriksaan ulang.
Ada hasil pemeriksaan bahan kontrol terletak di luar batas kontrol (mean +-3 SD)
Hasil pemeriksaan bahan kontrol selama 2 kali berturut-turut terletak diluar batas
peringatan (mean +- 2SD) pada pihak yang sama.
Hasil pemeriksaan bahan kontrol selama 4 kali berturut-turut lebih dari mean +-1SD
dan terletak pada pihak yang sama.
Hasil pemeriksaan bahan kontrol selama 7 hari berturut-turut cenderung meningkat
atau menurun (disebut TREND).
Hasil pemeriksaan bahan kontrol selama 7 hari berturut-turut terletak pada pihak
yang sama (disebut SHIFT).
2 2 nilai kontrol berturut-turut diluar 2SD pada sisi yang sama 2-2S 2-2s Sistemik
3 2 dari 3 nilai berturut-turut diluar 2SD (2 of 3-2S) 2 of 3- Random
2s
4 Rentang antara 2 nilai kontrol berturut-turut diluar 2SD pada sisi 4-1s Sistemik
yang berlawanan (R-4S)
5 4 nilai kontrol berturut-turut diluar 1SD pada sisi yang sama (4- 4-1s Sistemik
1S)
6 10 nilai kontrol berturut-turut berada pada sisi yang sama dari 10-X Sistemik
nilai rerata (10-x)
Dibawah ini adalah petunjuk umum mengenai tindakan yang diambil apabila grafik
pemantapan mutu tidak terkontrol :
1. Amati sumber kesalahan yang mungkin dilihat, misalnya perhitungan, pipet, probe
tersumbat.
2. Ulangi pemeriksaan serum kontrol.
3. Apabila hasil pengulangan masih buruk, pakai serum kontrol yang baru.
4. Apabila tidak ada perbaikan, amati instrumen yang dipakai, apakah pemeliharaan telah
dilakukan atau tidak.
5. Pakai serum kontrol yang diketahui nilainya. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan
perbaikan, berarti terdapat kerusakan serum kontrol.
6. Apabila ada keraguan, pakai serum kontrol yang mempunyai nilai yang berbeda.
7. Gunakan standar baru.
8. Ganti reagen.
9. Cek peralatan.
c. Kontrol Pasca Analitik
Faktor yang mempengaruhi antara lain pencatatan data pasien, hasil pemeriksaan dan
penyampaian hasil pada klinisi. Kesalahan-kesalahan pada pelaporan data dapat
dikurangi dengan pencatatan data yang diteliti dengna menggunakan komputer.
1. Surat permyataan penggantian nama laboratorium yang ditanda tangani oleh pemilk:
2. Surat pernyataan pemindahan kepemilikan yang ditanda tangani oleh pemilik lama
dan pemilik baru dengan diketahui penanggung jawab teknis.
3. Surat pernyataan pengunduran dini dari penanggung jawab teknis lama dan surat
pernyataan kesanggupan bekerja dari penanggung jawab teknis baru.
Pendirian laboratorium klinik yang dibiayai sebagian atau seluruhnya dari penanaman modal
asing harus mendapat persetujuan penanaman modal dari Badan Koordinasi Penanaman
Modal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dengan berdasarkan rekomendasi
Menteri.
1. Permohonan untuk mendapatkan rekomendasi Menteri diajukan secara tertulis kepada
Menteri dengan melampirkan data-data:
a) Studi kelayakan (feasibility study).dan
b) Formulir isian pendirian laboratorium yang telah dilengkapi.
2. Menteri mengeluarkan rekomendasi jika permohonan memenuhi persyaratan.
3. Berdasarkan rekomendasi pemohon mengajukan persetujuan penanaman modal ke
Badan Koordinasi Penanaman Modal
4. Setelah diterbitkannya persetujuan,maka pemohon wajb mengajukan izin
penyelenggaraan sesuai ketentuan .
Sebagai teknisi atau laboran yang bekerja di laboratorium klinik, tentu harus memahami
risiko-risiko kecelakaan yang mungkin terjadi Ketika bekerja dilaboratorium. Pemahaman dan
kesadaran mengenai k3 sangat diperlukan untuk mencegah dan mengurangi risiko kecelakaan
kerja di laboratorium.
Bahan kimia adalah salah satu risiko paling berbahaya dalam pekerjaan di laboratorium.
Hamper semua bahan kimia mudah terbakar. Zat-zat pada bahan kimia dapat menimbulkan
aracun dan bersifat reaktif jika terjadi kombinasi dengan bahan kimia lain. Selain bahan kimia
terdapat bahan hayati. Salah satu masalah di laboratorium adalah menangani mikrooganisme.
Bahan atau petugas laboratorium yang terkontaminasi dapat menjadi masalah besar di
laboratorium. Kontaminasi mikrooganisme dapat merusak bahan atau benda lain pada proses
pengujian. Laboran yang terkontaminasi mikrooganisme dapat menderita penyakit yang
ditimbulkan oleh mikroorganisme tersebut.
Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya dalam menciptakan tempat kerja
yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas
dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja di laboratorium. Berikut adalah syarat minimal dalam melaksanakan K3
di laboratoium menurut PERMENKES No. 411 tahun 2010.
Petugas yang bekerja di laboratroium selain menerapkan K3 yang terdapat pada aturan,
juga perlu memperhatikan sikap disiplin dalam bekerja. Hal-hal yang berkaitan dengan
kedisplinan dalam bekerja di laboratroium meliputi:
1. Laboran/petugas tidak diizinkan untuk melakukan aktivitas yang tidak stamdar seperti
berlari, melompat, makan di are laboratorium
2. Laboran/petugas tidak boleh bekerja sendiri di laboratorium atau tempat penyimpanan
bahan kimka untuk melakukan tugas yang dianggap berbahaya oleh supervisor atau
petugas keselamatan laboratorium
3. Semua tumpahan cairan meskipun dalam jumlah sedikit harus segera untuk menghindari
kontak dengan kulit atau pakaian
4. Pengangkatan barang berat harus dilakukan dengan cara yang benar
5. Setiap orang harus memastikan secara menyeluruh mengenai kebersihan laboratorium.