Anda di halaman 1dari 8

Laboratorium Parasitologi

Posted by Unknown on 21:16:00 with No comments


Bab I
Pendahuluan
Kesehatan merupakan hal yang harus mendapatkan perhatian dari diri-sendiri,
masyarakat maupun pemerintah. Kesehatan juga modal utama dalam menjalankan
suatu aktifitas agar berjalan lancar. Bila kesehatan seseorang terganggu akan
mengurangi produktifitas orang tersebut. Semisal pasien terserang demam berdarah
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, untuk membantu dari diagnosa dari dokter.
Sehingga dokter dapat memberikan obat serta dosis yang tepat pada pasien tersebut.
Dalam pemeriksaan laboratorium diperlukan sampel yang diperoleh dari tubuh
pasien tersebut. Sampel yang diambil dari tubuh pasien yang terserang demam
berdarah dapat berupa sampel darah. Dari darah tersebut dibawa ke laboratorium
rumah sakit atau laboratorium klinik untuk dilakukan pemeriksaan.
Laboratorium sendiri merupakan ruangan yang telah dirancang sesuai dengan
kebutuhan untuk melakukan aktifitas yang berkaitan dengan fungsi-fungsi baik
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam kasus pasien
demam berdarah masuk dalam laboratorium penelitian mengenai penyebab sakit dari
pasien tersebut merujuk ke laboratorium dalam bidang kesehatan. Banyak di
laboratorium rumah sakit maupun klinik, dan dari sampel darah akan banyak dilakukan
pemeriksaan salah satunya pemeriksaan adanya parasit dalam darah pasien.
Di laboratorium rumah sakit pemeriksaan parasit dalam darah diperlukan
ruangan khusus agar mudah dalam menjalankan aktifitas pemeriksaan. Dalam
laboratorium parasitologi rumah sakit yang didirikan atau dirancang harus sesuai
dengan standart yang berlaku. Bila ada studi banding dari rumah sakit lain atau akan
melakukan akreditasi mudah dipahami dan dimengerti banyak orang. Untuk itu dalam
makalah ini akan membahas laboratorium parasitologi yang representatif.

Bab II
Isi

I.
                Persyaratan Laboratorium
Suatu Laboratorium Parasitologi maupun Laboratorium lain dapat dikatakan efisien
dan efektif harus memperhatikan hal-hal terkait persyaratan minimal sebagai berikut :
         Bentuk/desain dari laboratorium harus memenuhi standart kesehatan dan keselamatan
kerja.
         Laboratorium harus senyaman dan seaman mungkin bagi para analis maupun dokter.
         Alat-alat atau benda-benda yang diletakkan dinding tidak boleh menonjol sampai ke
bagian ruang kerja para analis maupun dokter untuk berjalan.
         Terdapat SOP (Standart Operasional Prosedur) yang bersifat opersional dan mengikat
bagi semua pegawai laboratorium. Jenis SOP yang dibutuhkan seperti :
  Pedoman pelaksaan kerja praktikum serta protap (prosedur tetap),
  Dokumentasi berupa absensi pegawai maupun dokter,
  Keamanan dan keselamatan kerja,
  Buku penggunaan peralatan laboratorium baik yang menggunakan listrik maupun tidak,
  Buku pemeliharaan alat, dan
  Pengadaan dan penyimpanan alat serta bahan.
         Tersedia air mengalir (kran).
         Meja pemeriksaan yang digunakan tidak menembus air, tahan terhadap asam maupun
basa kuat.
         Tersedia kebutuhan listrik seperti stopkontak.
         Serta adanya buku log hasil dari setiap pemeriksaan sampel pasien dalam
Laboratorium Parasitologi maupun Laboratorium Klinik.

II.        Tata Ruang dan Pengelolaan Laboratorium Parasitologi


    

Diperlukan ukuran yang pas serta nyaman dalam membuat ruang laboratorium
khususnya Laboratorium Parasitologi. Dimulai dari bentuk ruang laboratorium itu lebih
baik bujur sangkar atau persegi panjang. Bila ruang laboratorium berbentuk bunjur
sangkar akan lebih memberikan jarak yang dekat antara pegawai laboratorium dengan
meja kerjanya dengan meja pemeriksaan sampel. Dalam laboratorium seperti
Laboratorium Parasitologi diperlukan bagian-bagian atau seperti sekat kerja kecil untuk
pengelolaan sampel, meja kerja pegawai maupun dokter, tempat penyimpanan alat dan
bahan, wastafel serta tempat sampah pembuangan limbah sampel pasien.
Aktifitas laboratorium membutuhkan aturan agar aktifitas dapat berjalan dengan
lancar sehingga perlu disusun dengan jelas. Hal ini karena laboratorium merupakan
suatu sistem yang terdiri atas prasarana dan sarana penunjang pemeriksaan sampel
pasien, baik berupa peralatan laboratorium maupun sumber daya manusia. Oleh
karena itu, laboratorium perlu diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku di masing-
masing laboratorium rumah sakit.
Untuk itu diperlukan sistem manajemen yang memadai untuk mengelola prasana
dan sarana serta kegiatan yang ada di laboratorium tersebut. Sistem manajemen ini
meliputi struktur organisasi, pembagian kerja, serta susunan personel yang mengelola
laboratorium.
  Kepala Unit Laboratorium bertanggung jawab terhadap semua pemeriksaan yang
dikerjakan di laboratorium, baik secara administrasi maupun pengelolan. Untuk itu
kepala unit laboratorium harus merupakan seorang yang mempunyai komitmen,
kemampuan akademik, dan keterampilan manajemen yang handal. Oleh karena itu
kepala unit laboratorium adalah seorang dokter spesialis parasitologi maupunpatologi
klinik dengan kualifikasi pendidikan minimal : S2.
 Penanggung jawab laboratorium membantu secara langsung tugas kepala unit
laboratorium dalam bidang administrasi, sehingga membantu terjaminnya kelancaran
sistim administrasi, maka seorang administrator harus mempunyai kualifikasi
pendidikan minimum Sarjana Sains Terapan D.IV atau S.1 maupun Analis Kesehatan
D.IV atau D.III.
 Teknisi atau Analis Kesehatan bertugas membantu dokter untuk memeriksa sampel dari
pasien, sehingga dokter dapat menegakkan diagnosa pasti kemudian memberikan obat
dengan dosis yang tepat agar pasien sembuh. Juga bertugas melakukan penelitian,
melakukan quality control terhdapa alat dan bahan yang terdapat pada laboratorium
parasitologi tersebut.

    III.        Pemeliharaan dan Penyimpanan (Alat dan Bahan)


Dalam Laboratorium Parasitologi banyak peralatan maupun bahan yang perlu
dipelihara serta disimpan agar dapat digunakan kembali sebagai contoh maupun alat
untuk pemeriksaan pasien selanjutnya. Di laboratorium parsitologi harus ada alat dan
bahan seperti berikut :
  Aspirator (penangkap nyamuk), biasanya ada pada laboratorium penelitian khusus
parasitologi, untuk laboratorium rumah sakit jarang memiliki,
  Autoklaf, untuk sterilisasi,
  Batang pengaduk, cawan petri, corong, erlenmeyer dalam berbagai volume (500ml-
1000ml),
  Gelas ukur, object glass dan deck glass yang dissposible (sekali buang), object glass
cekung,
  Insektarum untuk memeperlihatkan morfologi,
  Lup, busen, mikroskop, almari es (menyimpan reagen maupun sampel), oshe, pinset,
pipet tetes panjang maupun pipet tetes pendek yang terbuat dari kaca,
  Pisau, preparat entomologi, helmintologi, mikologi dan protozoologi sebagai acuan,
  Rak perwarnaan, rak preparat, rak tabung reaksi, centrifuge, spatel,
  Segala macam ukuran tabung reaksi, timer,
  Dan reagen penunjang pada pemeriksaan laboratorium parasitologi.
Semua alat dan bahan di atas perlu dilakukan pemeliharan maupun
penyimpanan, yang merupakan tugas dari seorang tenaga pembantu laboratorium atau
yang sering disebut laborat. Namun, sebaiknya dijaga dan dirawat bersama-sama demi
kelancaran dalam bekerja. Berikut hal-hal yang dapat dilakukan dalam pemeliharaan
dan penyimpanan.
             i.          Pemeliharaan umum alat dan bahan

Alat dan bahan memerlukan pemeliharaan secara rutin dan berkala,


dimaksudkan agar alat pemeriksaan dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam
jangka waktu yang lama. Prinsip-prinsip pemeliharaan alat dan bahan sebagai berikut :
1) Menjaga kebersihan alat dan kebersihan tempat menyimpan bahan, dilakukan
secara periodik;
2) Mempertahankan fungsi dari peralatan dan bahan dengan memperhatikan jenis,
bentuk serta bahan dasarnya;
3) Mengemas, menempatkan, menjaga, mengamankan peralatan dan bahan
pemeriksaan yang diawetkan, serta membersihkan peralatan pada waktu tidak
digunakan atau sehabis dipergunakan untuk praktik;
4) Mengganti secara  berkala untuk bagian-bagian peralatan yang sudah habis masa
pakainya 
5) Alat-alat yang menggunakan skala ukur perlu dikalibrasi secara berkala sesuai
dengan jenis alat;
6) Penyimpanan alat dan bahan harus diperhatikan sesuai dengan jenisnya.
Cara pemeliharaan alat dan bahan laboratorium Alat-alat yang terbuat dari kaca
atau dari bahan yang tidak mudah mengalami korosi : pembersihan dapat dilakukan
dengan menggunakan deterjen. Alat yang terbuat dari Kaca yang berlemak atau
terkena noda yang sulit hilang dengan deterjen dapat dibersihkan dengan
merendamnya di dalam larutan kalium bikromat 10% dalam asam sulfat pekat (100 gr
kalium bikromat dilarutkan ke dalam 100 ml asam sulfat pekat, lalu dimasukkan ke
dalam 1 liter air).
Sedangkan, alat-alat yang terbuat dari logam dan mudah mengalami korosi
diberi perlindungan dan perlu diperiksa secara periodik. Alat-alat logam akan lebih
aman jika diletakkan (disimpan) di tempat yang kering, tidak lembab, dan bebas dari
uap yang korosif.  Kemudian alat-alat yang terbuat dari karet, lateks, plastik dan silikon,
ditempatkan pada suhu kamar terlindung dari debu dan panas, terbuat dari kayu dan
fiber disimpan pada tempat yang kering. Ruang pemeliharaan / penyimpanan alat
seharusnya ber-AC, tersedia lemari asam untuk laboratorium yang menggunakan
bahan-bahan kimia dan tersedia lemari tempat Alat Pelindung Diri.
                 ii.        Penyimpanan 

Penyimpanan dan penempatan alat-alat atau bahan kimia menganut prinsip


sedemikian sehingga tidak menimbulkan kecelakaan pada pemakai ketika mengambil
dari dan mengembalikan alat ke tempatnya. Alat yang berat atau bahan yang 
berbahaya diletakkan di tempat penyimpanan yang mudah dijangkau, misalnya di rak
paling bawah. Peralatan disimpan di tempat tersendiri yang tidak lembab, tidak panas
dan dihindarkan berdekatan dengan bahan kimia yang bersifat korosi.  Penyimpanan
alat dan bahan dapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sifat, ukuran/volume dan
bahaya dari masing-masing alat/bahan kimia. Kekerapan pemakaian juga dapat dipakai
sebagai pertimbangan dalam menempatkan alat. Alat yang kerap dipakai diletakkan di
dalam ruang laboratorium.

IV.        Pemberian Identitas
  

Pemberian identitas pasien atau spesimen merupakan hal yang penting, baik
pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran,
pengisian label wadah spesimen.
Pada surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya
memuat secara lengkap:
1.    Tanggal permintaan
2.    Tanggal dan jam pengambilan sampel
3.    Identitas pasien (nama, umur, jenis kelamin, alamat) termasuk rekam medik.
4.    Identitas pengirim (nama, alamat, nomor telepon)
5.    Nomor laboratorium
6.    Diagnosa / keterangan klinik
7.    Obat-obtan yang telah diberikan dan lama pemberian
8.    Pemeriksaan laboratorium yang diminta
9.    Jenis spesimen
10. Transpor media / pengawet yang digunakan
11. Nama pengambilan spesimen
Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke laboratorium harus
memeuat :
-       Tanggal pengambilan spesimen
-       Nama dan nomor spesimen
-       Jenis spesimen
Bagi pasien yang datang sendiri ke laboratorium, berlaku persyaratan surat
pengantar butir 1, 3, 4, 6, 7, 8, 11.

    V.        Pengadministrasi Alat dan Bahan atau Buku Log atau Buku Stock dan Administrsi
hasil pemeriksaan sampel pasien.
Pengadministrasian  alat dan bahan maksudnya mencatat jumlah/ banyaknya
alat dan bahan yang ada. Pengadministrasian dapat dilakukan oleh teknisi/asisten
laboratorium, dan staf administrasi sebaiknya mengadministrasikan hanya perabot
(meja, kursi, lemari) yang ada di dalam laboratorium. Hal yang paling penting dicatat
adalah nama alat, jumlahnya/ banyaknya, spesifikasi, dan tanggal pengadaan atau
tanggal alat dikeluarkan.
Pencatatan dapat dilakukan dengan cara tradisionil menggunakan buku atau
kartu, sebaiknya kartu disusun menurut urutan abjad berdasarkan nama alat. Lebih baik
pencatatan alat dan bahan dilakukan dengan komputer, menggunakan program yang
disebut ”basis data” (data base). Dengan menggunakan program komputer pencatatan
dan pencarian data dengan nama spesifikasi tertentu menjadi lebih mudah dan cepat.
Perlu dilakukakan pencatatan hasil dari setiap sampel yang diperiksa, dan setiap
minggu maupun bulannya harus dilakukan pemvalidasian agar tidak terjadi kesalahan.

  VI.        Keamanan dan Keselamatan Kerja Di Laboratorium 


Untuk dapat mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium diperlukan
pengetahuan tentang jenis-jenis kecelakaan yang mungkin terjadi di dalam
laboratorium, serta pengetahuan tentang penyebabnya untuk semua pegawai di dalam
laboratorium parasitologi. Jenis-jenis kecelakaan yang dapat terjadi di laboratorium
yaitu:
1.    Terluka, disebabkan terkena pecahan kaca atau tertusuk oleh benda-benda tajam
2.    Terbakar, disebabkan tersentuh api atau benda panas, dan oleh bahan kimia.
3.    Terkena racun (keracunan). Keracunan ini terjadi karena bekerja menggunakan zat
beracun yang secara tidak sengaja atau kecerobohan masuk ke dalam tubuh. Perlu
diketahui bahwa beberapa jenis zat beracun dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit. 
4.    Terkena zat korosif seperti berbagai jenis asam, misalnya asam sulfat pekat, asam
format, atau berbagai jenis basa
5.    Terkena radiasi sinar berbahaya, seperti sinar dari zat radioaktif (sinar X).
6.    Terkena kejutan listrik pada waktu menggunakan listrik bertegangan tinggi.  
Dalam laboratorium selalu diberlakukan penggunaan alat keselamatan kerja untuk
meminimalisir kecelakan kerja sebagai berikut :
1.    APD  (alat pelindung diri) seperti baju praktik, sarung tangan, masker, alas kaki.
2.    APAR (Alat pemadam kebakaran) berikut petunjuk penggunaan.
3.    Tersedia perlengkapan P3K
4.    Sarana instalasi pengolahan limbah  
Selain hal-hal yang sudah disebutkan diatas perlunya edukasi atau pengetahuan
akan langkah-langkah menghindari Kecelakaan Kecelakaan di laboratorium sehingga
dapat dihindari dengan bekerja secara berdisiplin, memperhatikan dan mewaspadai
hal-hal yang yang dapat menimbulkan bahaya atau kecelakaan, dan mempelajari serta
mentaati aturan-aturan yang dibuat untuk menghindari atau mengurangi terjadinya
kecelakaan. Aturan-aturan yang perlu diperhatikan dan ditaati untuk meningkatkan
keselamatan dan keamanan di dalam laboratorium perlu dibuat peraturan untuk
diketahui dan dipelajari, dan ditaati oleh semua yang terlibat di laboratorium. Bila perlu
dicetak dengan huruf-huruf dan ditempel di tempat-tempat yang strategis di dalam dan
di luar laboratorium. Aturan yang perlu diketahui dan ditaati adalah:
  Semua yang terlibat dalam kegiatan laboratorium harus mengetahui letak keran utama
gas, keran air, dan saklar utama listrik.
  Harus mengetahui letak alat-alat pemadam kebakaran, seperti tabung pemadam
kebakaran, selimut tahan api, dan pasir untuk memadamkan api.
  Gunakan APD [Alat pelindung diri] sesuai dengan jenis kegiatan di laboratorium.
  Mentaati peraturan perlakuan terhadap bahan kimia yang mudah terbakar dan
berbahaya lainnya.
  Jangan meletakkan bahan kimia/reagen di tempat yang langsung terkena cahaya
matahari.
  Jika mengenakan jas/baju praktik, janganlah mengenakan jas yang terlalu longgar.
  Dilarang makan dan minum di dalam laboratorium.
  Jangan menggunakan perhiasan selama praktik di laboratorium/ bengkel kerja.
  Jangan menggunakan sandal atau sepatu terbuka atau sepatu hak tinggi selama di
laboratorium.
  Tumpahan bahan kimia apapun termasuk air, harus segera dibersihkan karena dapat
menimbulkan kecelakaan.
  Bila kulit terkena bahan kimia, segera cuci dengan air banyak-banyak sampai bersih.
Jangan digaruk agar zat tersebut tidak menyebar atau masuk kedalam badan melalui
kulit.
Bab III
Penutup

Dalam mendirikan atau mengelola suatu laboratorium khususnya Parasitologi


seharusnya mencakup hal-hal ada yang sudah dalam makalah ini. Diharapkan
Laboratorium Parasitologi tersebut representatif dalam hal pendirian, sistem
manajemen, pengeolahan dalam hal alat dan bahan, pengeolahan sampel,
administrasi, serta kesehatan dan keselamatan kerja dari pengguna Laboratorium
Parasitologi.

Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.


2004. Perpustakaan Perguruan Tinggi Buku Pedoman. 
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat
Pembinaan akademik & Kegiatan Mahasiswa. 2005. Prosedur Operasi Standar (SOP,
Standard Operating Procedures) Laboratorium. Jakarta. 
Departemen Kesehatan RI. 2006. Kurikulum 19 Jenis Inti Pendidikan Tenaga
Kesehatan. Jakarta. 
Depkes BPPSDM. 2008. Pedoman Organisasi dan Tatalaksana Politeknik Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 
 Kertiasa, Nyoman. Laboratorium & Pengelolaannya. Pudak Scientific. Jakarta. 

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pusat Laboratorium Kesehatan. 1999. Pedoman


Praktek Laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice). Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai