Anda di halaman 1dari 10

Manusia dan Tujuan Penciptaannya, Manusia Sebagai Puncak

Penciptaan. Nya
Reza Fitri Yanti (221102013), Nellis Eka Risnita (221102049)
dan Luthfiyah Purnama Juwita (221102018)
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Gresik

Pendahuluan

Manusia adalah makhluk-Nya yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan


dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi akal untuk berfikir yang
membedakannya dengan binatang. Manusia juga mendapatkan predikat sebagai makhluk
yang diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya secara individual, manusia memiliki
unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, raga dan jiwa.
Sebagai ciptaan Allah, manusia perlu mentaati apa yang telah dititahkan-Nya dalam
kitab-Nya, ingkah laku dan segala yang dilakukan oleh manusia semestinya harus sesuai
dengan segala yang diperintahkan oleh Allah. Karena pada hakikatnya, segala yang dilakukan
oleh manusia adalah karena digerakan oleh-Nya.
Manusia dihargai sebagai makhluk yang mampu menaklukan alam, namun bisa juga
mereka merosot menjadi rendah di antara yang paling rendah. Oleh karena itu, makhluk
manusia sendirilah yang harus menetapkan sikap dan menentukan nasib akhir mereka sendiri.
Al-Qur‟an menggambarkan manusia sebagai suatu makhluk pilihan tuhan yaitu ditunjuk
sebagai kholifah di muka bumi, yang mana tujuannya yaitu supaya ada rasa tanggung jawab
di dalam manusia itu sendiri. Sebagai makhluk yang memiliki bentuk dan rupa yang
sempurna dibandingkan dengan makhluk lain, manusia harus selalu berfikir tentang asal
kejadiannya.
Manusia yang berfikir adalah mereka yang selalu mengingat kepada kekuasaan Allah
dan iradah-Nya. Dan manusia yang tidak berfikir yang selalu sibuk dengan kehidupan dunia,
adalah mereka yang lupa asal kejadiannya, sehingga sifat-sifat sombong dan yang lainnya
menjadi-jadi, baik di hadapan Allah maupun di hadapan makhluk Allah.
Tujuan penciptaan manusia, tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah,
sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya: “Dan tidaklah Aku
menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. Apabila manusia
telah memahami makna dari tujuan penciptaannya, maka manusia sebagai makhluk
pergerakan dapat menanamkan tujuan tersebut dalam setiap langkah kehidupannya untuk
menggapai ridha Allah.
Pembahasan
[1] Hakikat Manusia
1. Konsep Manusia
Konsep manusia dalam perspektif ajaran Islam disebutkan dalam Al-Qur-an surat At-
Tiin ayat 4, "Manusia adalah makhluk terbaik." Oleh karena manusia harus selalu
melakukan kebaikan (amal Shaleh). Menurut Al-Qur-an manusia terbagi dua.
Pertama: sebagai makhluk Religi, manusia harus senantiasa menjalankan Dimensi
Ubudiyah dalam arti seluruh aspek kehidupan dan kegiatan manusia itu harus
bernuansa ibadah (dilandaskan kepada Allah SWT). Kedua: Manusia sebagai makhluk
sosial (Zoon Politicon).
2. Manusia dalam perspektif Al-quran
Penyebut nama manusia dalam al-Qur‟an dengan berbagai istilah itu untuk
menunjukkan dari berbagai aspek kehidupan manusia, di antaranya:
a. Dari aspek historis penciptaan manusia disebut dengan Bani Adam
b. Dari aspek biologis manusia disebut dengan al-Basyar yang mencerminkan sifat
fisik-kimia-biologisnya. Manusia perlu makan, minum, menikah dan lain-lain.
c. Dari aspek kecerdasan manusia disebut dengan al-Insan yakni makhluk terbaik
yang diberi akal sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan.
d. Dari aspek sosiologis manusia disebut an-Nas yang menunjukkan sifatnya yang
berkelompok sesama jenisnya,
e. Dari aspek posisinya disebut „Abdun (hamba) yang menunjukkan kedudukannya
sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya.
3. Sisi positif dan negative manusia
Al-Quran menggambarkan manusia sebagai suatu makhluk pilihan Tuhan,
sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta sebagai makhluk yang semi-samawi dan
semi-duniawi, yang di dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan, bebas,
terpecaya, rasa tanggungjawab terhadap dirinya maupun alam semesta, serta karunia
keunggulan atas alam semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakai dengan
kecenderungan ke arah kebaikan maupun kejahatan. Kemajuan mereka dimulai dari
kelemahan dan ketidakmampuan, dan kemudian bergerak ke arah kekuatan, tetapi itu
tidak akan menghapuskan kegelisahan mereka, kecuali jika mereka dekat dengan
Tuhan dan mengingat-Nya. Kapasitas mereka tidak terbatas, baik dalam kemampuan
belajar maupun dalam menerapkan ilmu. Mereka memiliki suatu keluhuran dan
martabat naluriah.
4. Unsur manusia
a. Substansi jasmani, yaitu Jasad
Jasad merupakan substansi manusia yang terdiri atas struktur organisme fisik.
Organisme fisik manusia lebih sempurna di banding dengan organisme fisik
makhlukmakhluk lain.
b. Substansi rohani, yaitu, Ruh merupakan substansi psikis manusia yang menjadi
esensi kehidupannya.
5. Asal usul manusia
a. Teori Evolusi, merupakan perubahan atau perkembangan secara berlahan lahan
dari tidak sempurna menjadi perubahan yang sempurna.
b. Teori Revolusi. Teori revolusi ini merupakan perubahan yang amat cepat bahkan
mungkin dari tidak ada menjadi ada. Teori ini kata lain untuk menanamkan
pandangan pencipta dengan kuasa Tuhan atas makhluk-Nya.
c. Teori Evolusi Terbatas, gabungan pemikiran dari pihak-pihak agama yang
berlandaskan dengan alasan-alasan serta pembuktian dari pihak sarjana penganut
teori evolusi.
6. Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
a. Sulalah min thin (Saripati Tanah)
Suatu zat yang berasal dari bahan makanan (baik tumbuhan maupun hewan) yang
bersumber dari tanah, yang kemudian dicerna menjadi darah, kemudian diproses
hingga akhirnya menjadi sperma.
b. Nuthfah (Air Mani)
c. Alaqah (Segumpal Darah)
d. Mudghah (Segumpal Daging)
e. Idzam (Tulang atau Kerangka)
f. Kisa Al-Idzam Bil-Lahim (Penutupan Tulang)
g. Insya (Mewujudkan Makhluk Lain)
Dianugerahkannya kepada manusia yang menjadikannya berbeda dari makhluk
lainnya, yaitu ruh.
Menurut embriologi, proses kejadian manusia ini terbagi dalam tiga periode:
a. Periode pertama, periode ovum. Periode ini dimulai dari fertilasi (pembuahan)
karena adanya pertemuan antara sel kelamin laki-laki (sperma) dengan sel
perempuan (ovum).
b. Periode kedua, periode embrio yaitu periode pembentukan organ.
c. Periode ketiga periode foetus yaitu periode perkembangan dan penyempurnaan
organ, dengan pertumbuhan yang amat cepat dan berakhir dengan kelahiran
[2] Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan penciptaan manusia termuat dalam ungkapan yaitu; al-ibadah, al-khilafah
(khalifah) dan al-amanah.
1. Al-ibadah
Tujuan penciptaan manusia yang pertama adalah untuk mengabdi dan
menghambakan diri kepada Allah SWT (ibadah). Tujuan ini mendidik manusia untuk
senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, karena ibadah
dapat dikatakan sempurna apabila dilaksanakan atas dasar landasan iman kepadaNya.
Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka semakin tinggi pula kualitas ibadah
yang dilakukan. Allah SWT dan RasulNya memerintahkan seseorang untuk senantiasa
meningkatkan dan memperbaharui keimanan, karena iman dapat mengalami pasang
naik maupun pasang surut.
Tarbiyah Imaniyah (mendidik iman) dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu;
a. Selalu mentadaburi (mengamati, mempelajari, menghayati) tanda-tanda
kekuasaan Allah Dzat Pencipta serta keluasan rahmat dan hikmah perbuatan-Nya.
b. Selalu mengingat kematian yang penuh kepastian.
c. Mendalami fungsi semua jenis ibadah sebagai salah satu cara mendidik iman.
Caranya dengan banyak mengerjakan amal shalih yang sendi utamanya adalah
keikhlasan, juga memperbanyak do'a dan harapan kepada Allah SWT semata,
menghindari riya' dalam berbuat dan bertindak, mencintai firman Allah,
berkeyakinan bahwa kelak akan berjumpa langsung dengan Allah SWT, dan
terakhir melanggengkan rasa syukur dalam keadaan apapun.
2. Al-khilafah (khalifah)
Allah menempatkan manusia sebagai khalifah fi al-ardh, yaitu manusia yang
diberi derajat tinggi untuk mengatur, mengelola dan mengolah semua potensi yang
ada dimuka bumi. Keadaan ini mendidik manusia untuk selalu berfikir kearah
pengembangan pengelolaan seluruh potensi yang ada sehingga tercipta sumber daya
manusia (SDM) yang professional.
Terpilihnya manusia sebagai pemimpin di muka bumi mendidik mereka untuk
mem- berikan takaran yang seimbang bagi manusia itu sendiri bahwa di satu sisi ia
harus bertanggungjawab terhadap diri- nya, masyarakat dan alam semesta, dan di sisi
lain ia tidak dapat melepaskan dirinya sebagai hamba yang harus patuh terhadap
cosmos Ilahiyyah.(Armai Arief: 2005, 166)
Peran manusia sebagai hamba Allah SWT yang ditugaskan untuk menjaga
kemaslahatan dan kesejahteraan dunia termasuk manusia (khalifah), mendidik mereka
untuk bisa hidup bermasyarakat. Tarbiyah Ijtimaiyah (pendidikan kemasyarakatan)
yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan perasaan orang lain. Seorang
muslim dalam masyarakat tidak dibenarkan menyakiti saudaranya walaupun hanya
dengan menebar bau yang tidak enak. Ibnu Qayyim berpendapat, tidak cukup hanya
tanpa menyakiti perasaan saja, seorang muslim harus mampu membahagiakan dan
menyenangkan hati saudara-saudara di sekitarnya.
3. Al-amanah
Tujuan penciptaan manusia yang ketiga adalah mengemban amanah, yaitu
kesanggupan manusia memikul beban taklif yang diberikan oleh Allah SWT. Hal ini
mendidik orang-orang beriman supaya selalu memelihara amanah dan mematuhi
perintah tersebut. Amanah yang sudah ditetapkan tersebut agar ti- dak dikhianati, baik
amanah dari Allah SWT dan Rasul-Nya maupun amanah antara sesama manusia.
Di samping itu, manusia juga dididik untuk bertanggungjawab atas segala
perbuatannya. Karena kelak di akhirat akan dihisab untuk menerima imbalan pahala
atau balasan azab.Tak seorang pun dapat meng- gantikan kedudukan orang lain untuk
mempertanggungjawabkan perbuatan- nya. Dan tak seorang pun lolos tanpa
pembalasan. (Aisyah Bintu Syati, 1999:53)
4. Agar Manusia Mengetahui Kebesaran Allah
Selain itu, tujuan manusia diciptakan menurut Islam berikutnya adalah agar
manusia senantiasa mengetahui maha kuasanya Allah SWT. Ini meliputi pemahaman
bahwa seluruh alam semesta, termasuk bumi, tata surya dan seisisnya terbentuk atas
kuasa Allah SWT.

A. Secara rinci, sebab-sebab kemulian manusia itu adalah:


a. Bahwa manusia tidak berasal dari jenis hewan sebagaimana dikatakan dalam teori
evolusi, melainkan berasal dari Adam yang diciptakan dari tanah.
b. Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia memiliki bentuk fisik yang lebih
baik, sekalipun ini bukan perbedaan yang fundamental (Q.S at-Tin:4).
c. Manusia mempunyai jiwa dan rohani, yang didalamnya terdapat rasio, emosi dan
konasi. Dengan akal, manusia berfikir dan berilmu, dan dengan ilmu manusia
menjadi maju. Bahkan dengan ilmu manusia menjadi lebih mulia daripada jin dan
malaikat, sehingga mereka diminta oleh Allah untuk sujud, menghormati kepada
manusia, yakni Adam a.s (Q.S al-Baqarah: 31-34).
d. Untuk mencapai kemulian martabat manusia tersebut, manusia perlu berusaha
sepanjang hidupnya melawan hawa nafsunya sendiri yang mendorong pada
kejahatan.
e. Manusia diangkat oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi dengan tugas menjadi
penguasa yang mengelola dan memakmurkan bumi beserta isinya dengan sebaik-
baiknya (Q. S al-Baqarah : 30)
f. Diciptakannya segala sesuatu di muka bumi ini oleh Allah adalah untuk
kepentingan manusia itu sendiri (Q.S al-Baqarah: 29)
g. Manusia diberi beban untuk beragama (Islam) sebagai pedoman dalam
melaksanakan tugas kekhalifaannya. Karenanya, manusia akan diminta
pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugasnya tersebut (Q.S al-Qiyamah: 36).
B. Adapun fungsi dan peranan manusia dalam islam
Mengajarkan agar adanya keseimbangan antara unsur-unsur manusia, yaitu unsur
perasaan terpenuhi kebutuhannya, unsur akal juga terpenuhi kebutuhannya, demikian
juga unsure jasmani terpenuhi kebutuhannya (Ahmad Azhar asyir, 1984: 8)
C. Tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat Allah, yang harus dipertanggung
jawabkan di hadapanNya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah
tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk
mengelola dan memelihara alam.

[3] Manusia sebagai puncak penciptaan. Nya


Manusia sebagai Puncak (Tujuan Akhir) Penciptaan Alam. Manusia adalah puncak atau
tujuan akhir penciptaan alam. Dalam konteks tujuan akhir penciptaan alam, maka seluruh
isi alam adalah untuk manusia, ibarat seluruh akar, batang dan daun pisang dipersiapkan
untuk buahnya. Dalam konteks puncak penciptaan alam, manusia secara biologis adalah
makhluk yang paling lengkap dan paling canggih, dalam pengertian mengandung semua
unsur yang ada dalam kosmos, mulai unsur-unsur mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan,
hingga unsur-unsur khas manusia itu sendiri yang merupakan daya-dayanya yang
istimewa.
a. Unsur-unsur Manusia
Manusia sering disebut sebagai mikrokosmos (dunia kecil) yang terkandung di
dalam dirinya semua unsur yang ada dalam kosmos. Mengandung unsur mineral
dimaksudkan bahwa manusia memiliki daya atomik. Mengandung unsur tumbuh-
tumbuhan berarti bahwa manusia memiliki daya-daya nabati, yaitu makan (nutrition,
al-ghâdziyah), tumbuh (growth, al-munmiyah), dan berkembang biak (reproduction,
al-muwallidah). Mengandung unsur-unsur hewan berarti bahwa manusia memiliki
daya-daya hewani, yaitu penginderaan (sense perception, al- mudrikah) dan gerak
(locomotion, al-muharrikah).
b. Unsur Khas Manusia
Adapun unsur khas manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lain adalah
akal. Dalam filsafat, terutama cabangnya: logika, manusia sering didefinisikan
sebagai al-hayawân al-nâthiq, hewan yang berbicara. Hewan sendiri secara bahasa
berarti makhluk hidup karena al-hayawân berasal dari kata al-hayy yang artinya
‘yang hidup’. Hewan yang berbicara dimaknai sebagai makhluk hidup yang rasional.

Secara fungsional, akal terbagi dalam dua daya: kemampuan kognitif atau teoritis
(al-quwwah al-’âlimah) yang dengannya manusia dapat mengetahui sesuatu,
bahkan lebih jauh dapat meraih dan menyusun ilmu pengetahuan, dan kemampuan
manajerial atau praktis (al-quwwah al-’âmilah) yang dengannya manusia mampu
mengelola dan mengendalikan dorongan-dorongan jiwanya yang biasa disebut
nafsu karena itu ada yang menyebutnya moral (ibnu sina dalam nasution, 1973: 31;
thusi, 1964: 51-52; dan kartanegara, 2002: 50
Secara fungsional, akal terbagi dalam dua daya: kemampuan kognitif atau teoritis
(al-quwwah al-’âlimah) yang dengannya manusia dapat mengetahui sesuatu,
bahkan lebih jauh dapat meraih dan menyusun ilmu pengetahuan, dan kemampuan
manajerial atau praktis (al-quwwah al-’âmilah) yang dengannya manusia mampu
mengelola dan mengendalikan dorongan-dorongan jiwanya yang biasa disebut
nafsu karena itu ada yang menyebutnya moral (ibnu sina dalam nasution, 1973: 31;
thusi, 1964: 51-52; dan kartanegara, 2002: 50
c. Kemampuan akal manusia
Secara fungsional, akal terbagi dalam dua daya: kemampuan kognitif atau teoritis (al-
quwwah al-’âlimah) yang dengannya manusia dapat mengetahui sesuatu, bahkan lebih
jauh dapat meraih dan menyusun ilmu pengetahuan, dan kemampuan manajerial atau
praktis (al-quwwah al-’âmilah) yang dengannya manusia mampu mengelola dan
mengendalikan dorongan-dorongan jiwanya yang biasa disebut nafsu karena itu ada
yang menyebutnya moral.

d. Secara fungsional, akal terbagi dalam dua daya: kemampuan kognitif atau teoritis
e. (al-quwwah al-’âlimah) yang dengannya manusia dapat mengetahui sesuatu,
f. bahkan lebih jauh dapat meraih dan menyusun ilmu pengetahuan, dan kemampuan
g. manajerial atau praktis (al-quwwah al-’âmilah) yang dengannya manusia mampu
h. mengelola dan mengendalikan dorongan-dorongan jiwanya yang biasa disebut
i. nafsu karena itu ada yang menyebutnya moral (ibnu sina dalam nasution, 1973: 31;
j. thusi, 1964: 51-52; dan kartanegara, 2002: 50

d. Kemampuan spiritual
Manusia sebagai puncak atau tujuan akhir penciptaan alam dengan daya-daya yang
dimilikinya disempurnakan Tuhan dengan dikaruniai sesuatu yang bersifat ruhani,
yang menjadikan manusia bukan hanya makhluk fisik, melainkan juga makhluk
spiritual. Itulah qalb (hati, intuisi). Seperti akal, hati (intuisi) juga berpotensi untuk
menangkap objek-objek immaterial walau dengan cara yang berbeda.
Di samping itu, hati (intuisi) berpotensi untuk berkomunikasi dengan entitas-entitas
ruhani, serta menerima ilham dan wahyu Wahyu merupakan sabda atau firman Tuhan
yang disampaikan kepada manusia yang menjadi pilihan-Nya (yang telah mencapai
tingkat kesempurnaan, disebut al-insân al-kâmil, yaitu Nabi atau Rasul) untuk terus
disampaikan kepada manusia lainnya sebagai pegangan dan panduan hidup menjadi
khalîfah (wakil) Tuhan di muka bumi [QS Al-Baqarah (2): 31].
e. Tugas Akhir
Bila tujuan penciptaan untuk beribadah kepada Tuhan dialamatkan juga kepada
makhluk selain manusia, seperti jin dalam QS Al-Dzâriyât (51): 56 atau bahkan
seluruh isi bumi dan langit dalam QS Al-Hasyr (59); 24], maka lain halnya dengan
tujuan penciptaan untuk menjadi khalîfah Tujuan penciptaan yang terakhir ini hanya
dimandatkan kepada manusia.
Manusialah bukan makhluk lain yang diharapkan Tuhan untuk menjadi
instrumen melaksanakan kehendak-kehendak-Nya di bumi. Bentuk lebih konkrit dari
pelaksanaan kehendak Tuhan di bumi secara literal adalah memakmurkannya [QS
Hûd (11): 61] dan secara kontekstual adalah membangun kebudayaan, peradaban.
Untuk melaksanakan fungsi khalifah ini, manusia diberi anugerah oleh tuhan
dengan dua buah hadiah yang sangat istimewa, yaitu ilmu pengetahuan (‘ilm) dan
kebebasan memilih (ikhtiyâr) (kartanegara, 2002: 138). Dan untuk menerima kedua
hadiah itu, manusia telah dilengkapi di dalam dirinya sarana atau piranti, berupa akal,
dan fasilitas lain di luar dirinya, berupa wahyu tuhan yang diturunkan kepada manusia
yang telah mencapai tingkat kesempurnaan (alinsân al-kâmil) yang dalam bentuk
konkretnya diwakili oleh nabi muhammad s.a.w.
Dengan kata lain, dibekali sarana internal, yaitu akal, dan anugerah fasilitas
wahyu, manusia itu potensial memiliki pengetahuan dan kebebasan memilih dalam
kerangka menjalankan peran khalifah membangun kebudayaan/peradaban sebagai
tujuan penciptaannya.

Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk yang diciptakan Allah dengan segala kesempurnaan dari
makhluk yang lainnya karena manusia dilengkapi dengan akal dan fikiran walaupun manusia
dengan makhluk lainnya sama-sama makhluk ciptaan Allah dan Allah menjadikan manusia
tidak sia-sia karena manusia tersebut dengan akal dan potensi yang dimilikinya dapat menjadi
khalifah dan ‘abdun.
Manusia diciptakan Allah SWT bertujuan di antaranya adalah untuk beribadah kepada-
Nya dan menjadi khalifah Allah SWT di muka bumi (Khalifah Allah fi al-Ardh). Dalam
menjalankan kedua misi tersebut, manu-sia juga diberi beban yang cukup berat, yaitu berupa
al-amanah atau beban takhlif. Semua itu akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT
berupa pahala dan dosa atau balasan syorga dan neraka sesuai dengan kadar al-ibadah, al-
khalifah dan al-amanah yang ia lakukan selama hidup di dunia.
Manusia sebagai Puncak (Tujuan Akhir) Penciptaan Alam. Manusia adalah puncak atau
tujuan akhir penciptaan alam. Dalam konteks tujuan akhir penciptaan alam, maka seluruh isi
alam adalah untuk manusia. Dalam konteks puncak penciptaan alam, manusia secara biologis
adalah makhluk yang paling lengkap dan paling canggih, dalam pengertian mengandung
semua unsur yang ada dalam kosmos, mulai unsur-unsur mineral, tumbuh-tumbuhan, hewan,
hingga unsur-unsur khas manusia itu sendiri yang merupakan daya-dayanya yang istimewa.
Manusia sebagai puncak atau tujuan akhir penciptaan alam dengan daya-daya yang
dimilikinya disempurnakan Tuhan dengan dikaruniai sesuatu yang bersifat ruhani, yang
menjadikan manusia bukan hanya makhluk fisik, melainkan juga makhluk spiritual. Manusia
juga dibekali oleh kemampuan kognitif yang membuat manusia mampu mengembangkan
ilmu pengetahuan.

Referensi
[1] Hakikat Manusia Menurut Islam
https://repository.unsri.ac.id/20830/3/4._BAB_IV_HAKIKAT_MANUSIA_MENURUT
_ISLAM.pdf Di akses pada 29 Maret 2023

[2] Konsep Manusia dalam Al-quran


https://aceh.kemenag.go.id/berita/465999/konsep-manusia-dalam-
alquran#:~:text=Konsep%20manusia%20dalam%20perspektif%20ajaran,Qur%2Dan
%20manusia%20terbagi%20dua. Di akses pada 29 Maret 2023

[3] Khusnah, Farisa Nur Asmaul. 2022. Proses Penciptaan Manusia Dalam Al-Qur’an
Menurut Tantawi Bin Jauhari. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.

[4] Ketahui Tujuan Manusia Diciptakan Menurut Islam, Berikut Penjelasannya


https://www.merdeka.com/jabar/ketahui-tujuan-manusia-diciptakan-menurut-islam-
berikut-penjelasannya-kln.html Di akses pada 29 Maret 2023

[5] Tujuan Penciptaan Manusia AKAL DAN Wahyu. 2022.


https://www.studocu.com/id/document/institut-agama-islam-negeri-pekalongan/islamic-
economics/tujuan-penciptaan-manusia-akal-dan-wahyu/38018468 IAIN Pekalongan.
Di akses pada 29 Maret 2023

[6] Hasan, M. 2010. Tujuan Penciptaan Manusia dan Fungsi Lembaga-Lembaga Pendidikan.
Jurnal Hunafa, Vol 7, No 1

[7] Manusia Sebagai Puncak (Tujuan Akhir) Penciptaan Alam


https://www.kompasiana.com/mohramailhami/6039e46dd541df6a10533a02/manusia-
sebagai-puncak-tujuan-akhir-penciptaan-alam Di akses pada 29 Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai