Anda di halaman 1dari 5

Diskusi 2 Pendidikan Agama Islam (MKDU4221)

Jawablah pertanyaan berikut masing-masing pertanyaan minimal 3 poin penting!

1. Apa sebetulnya hakikat manusia menurut ajaran islam?

2. Bagaimana martabat manusia menurut ajaran islam?

3. Bagaimana tanggung jawab manusia menurut ajaran islam?

Jawab

1. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Manusia tidaklah muncul dengan
sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al-Quran surat Al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-
Rahman (Allah) itulah yang menciptakan manusia. Dari aspek historis penciptaannya, manusia
disebut Bani Adam (QS. Al-A’araf: 31). Dari aspek biologis, manusia disebut dengan Basyar yang
menggambarkan sifat kimia-biologisnya (QS. Al-Mukminun: 33). Dari aspek kecerdasannya, manusia
disebut dengan insan yaitu makhluk terbaik dengan kemampuan akal menyerap ilmu pengetahuan
(QS. Al-Rahman: 3-4). Dari segi sosiologisnya, manusia disebut dengan istilah annas yang
menunjukkan sifat manusia yang berkelompok sesama jenisnya (QS. Al-Baqarah: 21). Dari segi
posisinya, manusia disebut abdun yang menunjukkan kedudukannya sebagai hamba Allah yang
harus patuh, tunduk dan merendahkan diri dihadapan Allah yang menciptanya (QS. Saba’: 9).

Manusia memiliki kedudukan yang paling mulia dibandingkan makhluk lainnya. Agama Islam
mempunyai pandangan tertentu tentang manusia. Hakikat manusia menurut pandangan Islam
adalah makhluk hidup yang mempunyai akal, merasa, dan cenderung kearah kebijakan.

Menurut Quraish Shihab (Sudrajat, 2013: 1), ada dua kata dalam Al-Quran yang berarti manusia,
yaitu kata insan dan basyar . Kata insan terambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan
tampak. Diitinjau dari sudut pandang Al-Quran, pendapat tersebut lebih tepat jika dibandingkan
dengan pendapat yang mengatakan bahwa kata insan terambil dari kata nasiya yang berarti lupa,
atau nâsa-yanûsu yang berarti berguncang. Kata insan digunakan dalam Al-Quran untuk menunjuk
kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia adalah makhluk Allah SWT
yang bersifat lahir (syahadah) dan ghaib (non fisik) seperti yang ditegaskan dalam Q.S Al-Mu’minuun
ayat 12-14. Zat yang bersifat lahir dan gaib di dalam diri manusia menentukan postur manusia
sebagai makhluk yang paling sempurna. Manusia mempunyai anggota badan dengan susunannya
yang sangat kompleks untuk menunjukkan keberadaannya. Namun, kelengkapan manusia tidak
hanya dari wujud fisiknya saja,tetapi juga dari kenyataan nonfisik yang justru tidak dimiliki oleh
makhluk lain, seperti ruh dan jiwa yang memerankan proses berpikir, merasa, bersikap dan berserah
diri serta mengabdi yang merupakan mekanisme, kejiwaan manusia sebagai makhluk Allah.
Mekanisme biologi manusia berpusat pada jantung (sebagai pusat hidup) dan mekanisme kejiwaan
manusia berpusat pada otak. Kemampuannya untuk menentukan tujuan hidup merupakan
gambaran bahwa manusia merupakan makhluk yang sempurna karena menentukan tujuan hidup itu
berdasarkan proses mengetahui, mengalami, memikirkan, merasakan, dan membentuk sikap
tertentu yang akhirnya tersusun pada suatu pola perilaku yang dapat menghasilkan karya manusia.

Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakkan sesuatu dengan baik
dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar
karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain. Al-Quran menggunakan
kata ini untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriyah serta persamaannya dengan manusia secara
keseluruhan.

Menurut Islam, manusia adalah hamba Allah, yakni makhluk yang ditugasi untuk beribadah kepada-
Nya. Seperti yang ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzaariyaat ayat 56 bahwa manusia memiliki
fungsi ibadah dan khalifah. Hamba, dalam bahasa Arab adalah ‘abd atau ‘ābid yang secara umum
dapat diartikan sebagai tunduk, patuh, dan menghambakan diri. Dengan kata lain, hamba adalah
orang yang tunduk, patuh dan menghambakan diri terhadap sesuatu. Sedangkan ketundukan,
kepatuhan, dan penghambaaan diri yang dilakukan disebut sebagai ibadah. Dalam Islam, ibadah
tersebut hanya patut dilakukan kepada Allah SWT dan sifatnya absolut atau mutlak. Meskipun
bersifat mutlak, namun semua ibadah yang diperintahkan Allah adalah untuk kepentingan manusia.
Meskipun manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna, manusia memiliki keterbatasan-
keterbatasan. Dalam proses membedakan yang baik dan buruk, manusia dibimbing oleh petunjuk
Allah melalui para rasul. Mengenai manusiadijadikan khalifah di bumi, dinyatakan dalam Al-Quran,
surat Al-Baqarah ayat 30. Tidak ada keraguan bahwa Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di
bumi dengan maksud agar mereka menjadi penguasa untuk pmengatur dan mengendalikan bumi
beserta isinya dengan mengindahkan semua ketentuan yang sudah ditetapkan-Nya. Maka di tangan
manusialah terletak kemakmuran bumi dan ketentramannya. Sebagai pedoman hidup mereka dalam
mengelola dan melaksanakan tugas kekhalifahan itu, Allah menurunkan Agama Telah ditegaskan
dalam Al-Quran, surat Ar-Ruum ayat 30 bahwa manusia merupakan makhluk beragama. Dengan
petunjuk agama, manusia dapat menjalankan tugasnya. Agama menjelaskan 2 jalan, yaitu jalan yang
bahagia dan jalan yang akan membahayakan. Manusia diperintahkan untuk melaksanakan jalan yang
membahagiakan, sedang jalan jalan yang membahayakan diperintahkan untuk dijauhi.

2. Manusia ialah makhluk yang utama dan terutama di antara semua makhluk yang ada. Keutamaan
manusia dapat dilihat dengan adanya potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia, yang tidak
terdapat pada makhluk lain. Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk yang paling mulia. Sesuai
dengan namanya manusia adalah makhluk yang mempunyai naluri berperasaan, berkelompok, dan
berpribadi. Selain itu manusia memiliki sifat pelupa atau cenderung memilih berbuat kesalahan. Dari
sifat-sifatnya itu posisi manusia akan berbalik menjadi makhluk yang paling hina, bahkan lebih hina
dari binatang.

Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksudnya adalah secara dasarnya maqam merupakan
tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalik-Nya. Tingkat martabat seseorang hamba di
hadapan Allah SWT mesti melalui beberapa proses sebagai berikut :

a. Taubat;

b. Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram;

c. Merasa miskin diri dari segalanya;

d. Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap tuhan yang maha esa;

e. Meningkatkan kesabaran terhadap takdir-Nya;

f. Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepada-Nya;

g. Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);

h. Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah SWT;

i. Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan ingatan kepada-
Nya;

j. Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah SWT saja.
3. Manusia diciptakan untuk mengelola dan memanfaatkan alam untuk mencapai kehidupan materi
yang sejahtera dan bahagia di dunia, sekaligus dengan demikian ia dapat melaksanakan tugas
beribadah kepada Pencipta untuk mencapai kebahagiaan immateri di akhirat kelak. Fungsi ganda
manusia itu dikenal dalam istilah agama sebagai fungsi kekhalifahan dan kehambaan (untuk
mengabdi dan beribadah). Seorang khalifah dan hamba Allah, tanggung jawab manusia yaitu:

1. Terhadap Diri Pribadi

Manusia bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi. Unsur fisik


membutuhkan makan-minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan sebagainya dipenuhi dengan
sebaik-baiknya. Akal yang merupakan salah satu segi unsur rohani kita bertabiat suka berpikir. Tabiat
suka berpikir akan dipenuhi dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang berguna bagi hidup
manusia. Rasa yang juga merupakan salah satu segi unsur rohani yang selalu merindukan keindahan,
kebenaran, keadilan dan sebagainya itu kita penuhi pula kebutuhannya dengan berbagai keseniaan
yang sehat, hidup dengan pedoman yang benar, berlaku adil dan sebagainya (Ahmad Azhar Basyir,
1985 : 4).

2. Terhadap Masyarakat

Firman Allah dalam Al-Quran, surat Al-Hujarat ayat 13, Allah mengajarkan kepada manusia bahwa
manusia adalah makhluk individual, makhluk relegius, dan makhluk sosial, yaitu adanya dorongan
untuk selalu berinteraksi dengan sesamanya. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan
untuk berhubungan dengan manusia yang laiannya hingga terbentuklah kelompok-kelompok
masyarakat. Ditegaskan dalam al-Qur'an bahwa manusia selalu mengadakan hubungan dengan
Tuhannya dan juga mengadakan hubungan dengan sesama manusia.

3. Terhadap Alam dan Lingkungan

Manusia bertanggung jawab terhadap alam atas bagaimana manusia memanfaatkan potensi alam
untuk mencukupkan kebutuhan hidup manusia. Ahmad Azhar Basyir menyatakan bahwa banyak
ayat-ayat al-Qur'an yang menegaskan bahwa segala sesuatu di langit dan dibumi ditundukan Allah
kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sendiri (QS. Al-Jatsiyah: 13). Laut,
sungai, matahari, bulan, siang dan malam dijadikan sebagai sarana kemakmuran hidup manusia (QS.
Ibrahim: 32-34); binatang ternak diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia (QS.
An-Nahl: 5); laut ditundukkan kepada manusia sebagai sarana komunikasi dan untuk digali dan
dimanfaatkan kekayaannya (QS. Fathir: 12 dan An-Nahl: 14).

Allah memperingatkan manusia (QS. Ruum : 41) bahwa, "Kerusakan di darat dan laut terjadi akibat
perbuatan tangan manusia sendiri; Allah merasakan kepada mereka sebagai (akibat) perbuatan
mereka, supaya mereka kembali ke jalan yang benar". Berdasarkan ayat ini, maka pemanfaatan
potensi alam untuk kepentingan manusia sekarang, harus memperhatikan kepentingan generasi
mendatang, dengan berusaha menjaga, melestarikan potensi alam tersebut.

4. Terhadap Allah

Dalam Al-Quran, surat Adz-Dzariyat ayat 56 diterangkan sebagai berikut: "Dan tidaklah Aku ciptakan
jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku". Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah
ayat 21, Allah memerintahkan manusia untuk beribadah. Dengan demikian, beribadah kepada Allah
yang menjadi fungsi manusia terhadap Allah baik dalam bentuknya umum maupun dalam bentuk
khusus. Ibadah dalam bentuk umum ialah melaksanakan hidup sesuai ketentuan-ketentuan Allah,
sebagaimana diajarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul. Ibadah dalam pengertiam umum mencakup
segala macam perbuatan, tindakan dan sikap manusia dalam hidup sehari-hari. Segala macam
perbuatan, tindakan dan sikap manusia dalam hidup sehari-hari tersebut akan
dipertanggungjawabkan oleh manusia dihadapan Allah. Manusia memikul tanggung jawab atas
segala perbuatannya di dunia. Ibadah dalam bentuk khusus (mahdhah) yaitu berbagai macam
pengabdian kepada Allah yang cara melakukannya sesuai dengan ketentuan syara'.

Dalam bidang 'aqidah, fungsi manusia terhadap Allah adalah meyakini bahwa tiada Tuhan yang
berhak disembah melainkan Allah. Bertuhan kepada selain Allah berarti suatu penyimpangan dari
fungsi manusia terhadap Allah. Bertuhan kepada Allah adalah sesuai sifat dasar manusia yaitu sifat
relegius, tetapi sifat "hanief" yang ada pada manusia membuat manusia harus condong kepada
kebenaran yaitu mentauhidkan Allah.

Sumber soal: elearning.ut.ac.id

Referensi jawaban: Ali Nurdin, dkk. (2013). Pendidikan Agama Islam. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai