Anda di halaman 1dari 7

Eksistensi Pancasila dalam Reformasi

TUGAS 3 PANCASILA

Disusun oleh:

M Taufan Dharmawan

NIM 042390396

PROGRAM STUDI D-III PERPAJAKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ-UT
PANGKALPINANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial,
politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara. Indonesia dalam sejarah
pernah mengalami reformasi yang terjadi pada tahun 1998, pada tahun itu Indonesia
dipimpin oleh Presiden Soeharto yang menjabat sejak 12 Maret 1967 hingga 21 Mei 1998
dimana itu adalah masa jabatan presiden terlama di Indonesia. Indonesia dibawah
kepemimpinan Soeharto meletakkan pondasi pembangunan di Indonesia melalui repelita
(rencana pembangunan lima tahun) dalam masa kekuasaannya yang disebut orde baru,
namun pada tahun 1997 krisis moneter melanda Asia yang menerpa juga ke Indonesia
sehingga menyebabkan melemahnya kepemimpinan Soeharto selain itu banyaknya
tuntutan dari rakyat karena Ketidakadilan terjadi di berbagai bidang, yaitu politik, hukum,
dan ekonomi. Di mana semua bidang terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
Sehingga pemerintah masa Orde Baru dinilai tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen, hal tersebut diatas yang menyebabkan tuntutan
presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya. Tanggal 21 Mei 1998 presiden kedua
Indonesia Soeharto resmi mundur dari jabatannya dan muncul gerakan reformasi,
gerakan reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu gerakan
untuk mengadakan perbaikan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan hukum, gerakan
ini muncul karena keadaan keadaan masyarakat Indonesia sejak terjadinya krisis moneter
dan ekonomi sangat terpuruk. Era baru telah muncul yakni era Reformasi yang
menggantikan Era Orde Baru, lantas bagaimana peran pancasila sebagai dasar ideology
bangsa Indonesia? Bagaimana peran Pancasila sebagai dasar hukum dari segala sumber
hukum, bagaimana eksistensi pancasila dalam pembangunan pada masa reformasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pancasila dari masa ke masa


Pancasila pada masa orde lama yaitu pada masa kepemimpinan presiden Soekarno
dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi didunia yang diliputi
oleh tajamnya konflik ideologi yang terjadi. Pada saat itu kondisi politik dan keamanan
dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana
transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka.
Masa orde lama adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama
dalam sistem kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda
pada masa orde lama. Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda. Pada
masa itu berlaku demokrasi terpimpin yakni demokrasi khas Indonesia yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Demokrasi terpimpin dalam prakteknya tidak sesuai dengan makna yang terkandung
didalamnya dan bahkan terkenal menyimpang. Dimana demokrasi dipimpin oleh
kepentingan-kepentingan tertentu. Pada masa pemerintahan orde lama kehidupan politik
dan pemerintah sering terjadi penyimpangan yang dilakukan Presiden dan juga MPRS
yang bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945. Pada masa orde lama ini banyak
terjadi penyimpangan dalam badan UUD dan Pancasila. Juga terjadi hal-hal yang tidak
sesuai dengan harapan seperti munculnya liberlaisme dan komunisme. Puncaknya yaitu
saat G 30 S/PKI dan pemeritah dinilai tidak mampu mengatasinya sehingga Presiden
Soekarno memberikan mandat kepada Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan.
Pancasila pada masa orde baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan presidan
Soeharto di Indonesia, masa orde baru hadir dengan membawa semangat "koreksi total"
atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa orde lama. orde baru
berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi
Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi
yang merajalela di negara ini. Di era Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta
merta tidak lepas dari keberadaan Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah
untuk semakin menancapkan kekuasaan di Indonesia. Pancasila begitu diagung-
agungkan; Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada rakyat; dan
rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang mengganjal.
Penanaman nilai-nilai Pancasila pada saat itu dilakukan tanpa sejalan dengan fakta
yang terjadi di masyarakat, berdasarkan perbuatan pemerintah. Akibatnya, bukan nilai-
nilai Pancasila yang meresap ke dalam kehidupan masyarakat, tetapi kemunafikan yang
tumbuh subur dalam masyarakat. Sebab setiap ungkapan para pemimpin mengenai nilai-
nilai kehidupan tidak disertai dengan keteladanan serta tindakan yang nyata, sehingga
banyak masyarakat pun tidak menerima adanya penataran yang tidak dibarengi dengan
perbuatan pemerintah yang benar-benar pro-rakyat.
Ketika Soeharto memberikan pidato dalam Peringatan Hari Lahirnya Pancasila, 1
Juni 1967. Soeharto mendeklarasikan Pancasila sebagai suatu force yang dikemas dalam
berbagai frase bernada angkuh, elegan, begitu superior. Dalam pidato tersebut, Soeharto
menyatakan Pancasila sebagai "tuntunan hidup", menjadi "sumber tertib sosial" dan
"sumber tertib seluruh perikehidupan", serta merupakan "sumber tertib negara" dan
"sumber tertib hukum". Kepada pemuda Indonesia dalam Kongres Pemuda tanggal 28
Oktober 1974, Soeharto menyatakan, "Pancasila janganlah hendaknya hanya dimiliki,
akan tetapi harus dipahami dan dihayati. Meskipun pada awalnya Pancasila begitu
diagung-agungkan, dan masa Orde Baru ini menunjukkan kinerja positif, tetapi lama
kelamaan hanya menjadi alat untuk orang yang berkepentingan, dan pancasila tidak lebih
hanya digunakan sebagai politik force disamping sebagai kekuatan ritual
Pancasila pada masa reformasi, memahami peran Pancasila di era reformasi,
khususnya dalam konteks sebagai dasar negara dan ideologi nasional, merupakan
tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama Dan,
akhirnya, memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan
fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dunia masa kini sedang dihadapi kepada gelombang perubahan secara cepat,
mendasar, spektakuler, sebagai implikasi arus globalisasi yang melanda seluruh penjuru
dunia, khususnya di abad 20 sekarang ini, bersamaan arus reformasi yang sedang
dilakukan oleh bangsa Indonesia. Reformasi telah merombak semua segi kehidupan
secara mendasar, maka semakin terasa urgensinya untuk menjadikan Pancasila sebagai
dasar negara dalam kerangka mempertahankan jatidiri bangsa dan persatuan dan kesatuan
nasional, lebih-lebih kehidupan perpolitikan nasional yang tidak menentu di era reformasi
ini. Berdasarkan hal tersebut diatas perlunya reposisi Pancasila yaitu reposisi Pancasila
sebagai dasar negara yang mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam
keutuhannya dengan Pembukaan UUD 1945, dieksplorasikan pada dimensi-dimensi yang
melekat padanya.
Era Reformasi Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu, pancasila kian
terlupakan akibat sikap elit politik yang terkesan masa bodoh dalam melakukan
implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara hal ini
tercermin dari semakin maraknya tindak korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang
menyeret para elit politik ke jeruji besi. Sumpah jabatan yang berisi janji untuk setia dan
bersikap jujur dalam pelaksanaan tugas dan menjungjung tinggi nilai pancasila hanya
menjadi sebuah ritual kewajiban yang seolah tidak terdapat ikatan janji pada negara dan
Tuhannya.
Pancasila telah kehilangan kehilangan legitimasi, rujukan dan elan vitalnya.
Pancasila pada orde lama memiliki tiga periode implementasi Pancasila yang berbeda.
Pada masa itu berlaku demokrasi terpimpin yakni demokrasi khas Indonesia yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakila, namun dalam
prakteknya politik di orde lama mulai banyak penyimpangan dari pancasila dan UUD
1945. Pada orde baru dengan semangat koreksi total atas penyimpangan masa orde lama,
pancasila diagung-agungkan dan Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan
hakikatnya kepada rakyat, namun penanaman nilai-nilai Pancasila pada saat itu dilakukan
tanpa sejalan dengan fakta yang terjadi di masyarakat, berdasarkan perbuatan pemerintah
sehingga bukan nilai pancasila yang tertanam namun kemunafikan yang dirasakan rakyat,
pancasila tidak lebih hanya sebuah politik force pada masa orde baru. Pada masa
reformasi dengan semangat perubahan kearah yang lebih baik dari bidang bidang sosial,
politik, atau agama dalam suatu masyarakat atau negara, namun yang terjadi adalah
pancasila mendapat serangan berat dari era globalisasi yang mengakibatkan pancasila
sebagai jatidiri bangsa perlu digali lebih mendalam agar bangsa Indonesia tidak
kehilangan jatidirinya, namun hal tersebut seakan sulit untuk diwujudkan karena sikap
acuh tak acuh yang ditunjukkan oleh elit politik dan public figure yang menjadi contoh
dari prilaku masyarakat. Ucapan dan prilaku para elit politik dan public figure semakin
jauh dari nilai pancasila terbukti dengan banyaknya tindakan KKN dan pelanggaran ham
lainnya.
Era orde lama ditandai dengan dikeluarkannya dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli
1959.

BAB III
PEMBAHASAN
Perkembangan pancasila dari masa ke masa kian memprihatinkan, pencasila
seolah hanya sebuah rancangan dasar negara, ideologi negara, pandangan cita-cita bangsa
yang tidak dapat diimplementasikan dalam kehidupan bangsa Indonesia, lantas apa yang
salah dengan isi atau kandungan pancasila? Jika dilihat dari isi dan kandungan pancasila
tidaklah ada yang salah karena isi dan kandungan pancasila tersebut telah dirumuskan
dengan baik, jika dicermati dari masa orde lama ke orde baru dan sekarang reformasi
permasalahan yang timbul yang mengakibatkan bangsa Indonesia mengalami
kemunduran dan krisis bukan dari dasar negara atau ideologi yang tidak sesuai melainkan
sikap dan prilaku dari pimpinan bangsa, elit politik, dan bangsa Indonesia sendiri dalam
mengimplementasikan pancasila, sikap buruk manusia mempengaruhi proses
implementasi dari pancasila yang menyebabkan potensi dari isi dan kandungan pancasila
belum dapat dimaksimalkan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Peran pancasila dalam reformasi adalah sebuah kunci untuk Negara Indonesia
meraih puncak kesuksesannya, karena jika kita ingin melawan dunia hendaknya kita
harus sudah mengenali jatidiri bangsa kita yakni Pancasila, jika kita tidak mengenali
jatidiri dan kekuatan dalam diri kita sendiri maka kita akan mudah terbawa jatidiri bangsa
lain yang masuk karena era globalisasi.
BAB IV

PENUTUP

Pancasila dalam era reformasi merupakan inti untuk tercapainya cita-cita bangsa
yang telah dimulai sejak awal reformasi yakni tahun 1998, harapan rakyat Indonesia untuk
dapat hidup dengan sejahtera harus dapat diwujudkan dengan peran aktif dari segenap
bangsa Indonesia mulai dari pimpinan, pejabat structural hingga masnyarakat itu sendiri
dengan mengenali dan mengamalkan nilai-nilai pancasila sebagai dasar negara agar
tercipta jatidiri yang luhur sesuai pancasila yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan
negara Indonesia yang sesungguhnya yang kondusif, aman dan bersatu erat untuk
terciptanya semua nilai-nilai pancasila

Daftar Pustaka

https://www.kompasiana.com/hasyimsiregar9948/5def9880097f3675731c9022/pancasila-
dari-masa-ke-masa?page=7
https://www.quipper.com/id/blog/mapel/sejarah/kehidupan-pada-masa-reformasi-sejarah-
kelas-12/
https://www.slideshare.net/fanymardiyanti/makalah-pancasila-pada-zaman-reformasi
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/10/180000969/penyebab-terjadinya-
gerakan-reformasi?page=all
https://guruppkn.com/pancasila-di-era-reformasi

Anda mungkin juga menyukai