Anda di halaman 1dari 12

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.2 (2021.1)

Nama Mahasiswa : Yoni Faizal Maulana

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041646199

Tanggal Lahir : 27 Maret 1994

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4114 / Pancasila

Kode/Nama Program Studi : 30 / Perpajakan

Kode/Nama UPBJJ : 21 / UPBJJ Jakarta


Hari/Tanggal UAS THE : Senin, 5 Juli 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Yoni Faizal Maulana


NIM : 041646199
Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4114 / Pancasila
Fakultas : Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik
Program Studi : D3 Perpajakan
UPBJJ-UT : Jakarta

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Jakarta, 5 Juli 2021
Yang Membuat Pernyataan

Yoni Faizal Maulana


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 terdapat hubungan yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu
secara material dan secara formal !
a. Analisis makna hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD Tahun 1945 secara formal dan
material!
Jawab :
Hubungan Pancasila dan UUD 1945 Secara Formal adalah sebagai berikut :
1) Rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara RI tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, terutama
pada alinea 4 yang merupakan inti dari Pembukaan UUD 1945.
2) Pembukaan UUD 1945 merupakan Pokok Kaedah Negara yang Fundamental dan punya 2
kedudukan, yaitu sebagai dasar tertib hukum Indonesia sekaligus sebagai tertib hukum tertinggi.
3) Selain sebagai Mukadimah, Pembukaan UUD 1945 memiliki fungsi dan kedudukan yang berbeda
dengan pasal-pasalnya. Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila sebagai intinya, nyatanya tidak
bergantung pada batang tubuh UUD 1945, tapi justru menjadi sumbernya.
4) Pancasila sebagai Pokok Kaedah Negara yang Fundamental juga menjadi dasar kelangsungan
hidup negara Indonesia.
5) Pancasila adalah inti dari Pembukaan UUD 1945 yang memiliki kedudukan kuat, tetap, tidak dapat
diubah-ubah, dan melekat pada kehidupan negara Republik Indonesia.

Sedangkan hubungan Pancasila dan UUD 1945 Secara Material adalah sebagai berikut :
1) Berdasarkan kronologi sejarahnya, materi Pancasila dirumuskan terlebih dulu sebagai dasar
negara dalam rapat BPUPKI. Setelah itu, baru disusul dengan Pembukaan UUD 1945. Dengan
demikian, Pembukaan UUD 1945 adalah tertib hukum tertinggi di Indonesia, sedangkan Pancasila
merupakan sumber dari tertib hukum itu sendiri.
2) Pembukaan UUD 1945 adalah Pokok Kaedah Negara yang Fundamental dengan Pancasila
sebagai inti sarinya.

b. Analisis bagaimanakah kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan


yang terperinci, kedudukannya yang mengandung dasar, rangka dan suasana bagi negara dan
hukum Indonesia!
Jawab :
1) Kedudukan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
pernyataan kemerdekaan yang terperinci :
Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 telah menyatakan proklamasi
kemerdekaan yang dibacakan Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Proklamasi 17
Agustus 1945 pada hakikatnya mempunyai makna; pertama, proklamasi adalah suatu pernyataan
mengenai kemerdekaan bangsa Indonesia. Kedua, adanya proklamasi 17 Agustus 1945 memiliki
konsekuensi akan adanya tindakan segera mungkin dari bangsa Indonesia untuk menyusun
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

sebuah negara yang merdeka dan mempunyai kedaulatan sendiri guna mewujudkan cita-cita
bersama yaitu masyarakat adil dan makmur.
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang singkat dan padat ini lebih lanjut
dijabarkan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Hal ini bisa dilihat pada Pembukaaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 alinea III yang berisi tentang pernyataan kemerdekaan dan alinea IV yang berisi tentang
tindakan-tindakan nyata berkaitan dengan penyusunan dan pembentukan negara Republik
Indonesia. Lebih jelas lagi terlihat pada kalimat “.....kemudian daripada itu.....”, yang berarti setelah
terbentuknya negara Republik Indonesia maka disusunlah suatu pemerintahan negara yang
rinciannya seperti tercantum pada alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945.
Demikianlah, proklamasi 17 Agustus 1945 memperoleh maknanya yang lengkap di dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hal ini disebabkan,
baik itu pernyataan atau tindakan-tindakan yang harus diwujudkan berkaitan dengan adanya
proklamasi kemerdekaan tersebut terinci secara jelas dan lengkap dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Kedudukan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
mengandung dasar, rangka dan suasana bagi negara dan tertib hukum Indonesia :
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dikatakan
mengandung dasar karena Pancasila sebagaimana termuat dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan dasar negara, pandangan hidup, asas
kerohanian dan dasar atau landasan bagi berdirinya negara Republik Indonesia. Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dikatakan mengandung rangka
karena di atas dasar atau basis atau landasan tersebut diwujudkanlah pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara Indonesia yang tercantum dalam peraturan pokok hukum positif
Indonesia, yakni seperti termuat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Sementara itu, Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dikatakan mengandung suasana
karena dalam rangka mewujudkan suatu tujuan bersama seluruh bangsa dan tumpah darah
Indonesia untuk mencapai kebahagiaan baik jasmani dan rohani maka keseluruhan tujuan itu
selalu diliputi oleh asas kerohanian Pancasila seperti termuat dalam Pembukaaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonmesia Tahun 1945 memuat nilai-nilai fundamental tentang negara Republik Indonesia.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 oleh karena itu
merupakan dasar, rangka dan suasana bagi kehidupan kenegaraan dan tertib hukum Indonesia,
sehingga memiliki sifat yang sangat menentukan bagi bangsa dan negara Republik Indonesia
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Contoh konkretnya adalah isi yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 alinea IV merupakan penjelmaan dari nilai-nilai yang terkandung
dalam alinea I, II, III, yaitu sebagai bentuk dan sifat bagi asas hukum positif dan hidup kenegaraan
Republik Indonesia.

2. Pengamalan Pancasila berkali-kali mengalami penyimpangan, baik pada pemerintahan orde lama,
orde baru, maupun orde transisi, dan orde reformasi. Secara ilmiah dapat dikatakan penyimpangan
itu terjadi karena dilanggarnya prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Pancasila.
a. Analisis prinsip pemikiran Pancasila apabila ditinjau dari segi Intrinsik dan ekstrinsik!
Jawab :
1) Prinsip ditinjau dari segi intrinsik (segi ke dalam)
Ditinjau dari segi intrinsik atau segi ke dalam, prinsip-prinsip dalam pemikiran dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu koheren, konsisten, dan koresponden. Ketiga hal tersebut selanjutnya akan
dijelaskan sebagai berikut :
a. Koheren
Koheren berasal dari bahasa Latin cohaerere berarti “lekat satu dengan lainnya” artinya
satu sila harus terkait erat dengan sila yang lain. Prinsip koherensi ini dalam pemikiran
Notonagoro dikenal sebagai prinsip kesatuan organis dan tata hubungan sila-sila Pancasila
yang bersifat hierarkhis piramidal. Uraian terdahulu telah mengungkapkan bahwa sila-sila
Pancasila merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena sifatnya yang
organis. Prinsip ini mengajarkan, bahwa dalam pelaksanaan Pancasila tidak sempurna jika
hanya memilih salah satu sila dengan meninggalkan sila lainnya, sebagaimana yang pernah
terjadi pada masa Orde Lama dengan memeras-meras Pancasila menjadi tri sila, dan akhirnya
menjadi eka sila.
Tata hubungan sila-sila Pancasila yang bersifat hierarkhis piramidal, artinya tata
hubungan Pancasila berjenjang dan membentuk piramida. Sila pertama mendasari dan
menjiwai sila 2, 3, 4, dan 5. Sila ke-2 dijiwai dan didasari sila 1, dan menjiwai dan mendasari
sila ke-3, ke-4, dan ke-5, dan seterusnya. Penyimpangan yang mencolok yang pernah terjadi
adalah ketika di masa PKI dulu, yang memanipulasi Sila ke-5 demi keadilan yang sama rata,
sama rasa dengan meninggalkan Sila ke-1 yang mengakui adanya Tuhan.

b. Konsisten
Konsisten (bahasa Latin consistere yang berarti “berdiri bersama” artinya “sesuai”,
“harmoni”, atau “hubungan logis”. Artinya pelaksanaan Pancasila seharusnya berdiri bersama,
sesuai, harmoni dan memiliki hubungan logis dengan nilai-nilai Pancasila. Sebagai contoh
nilai-nilai Pancasila yang tercermin dalam Pokok-pokok Pikiran Pembukaan UUD NRI 1945
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

harus dijabarkan secara konsisten ke dalam Batang Tubuh UUD NRI 1945 dan perangkat
hukum di bawahnya.
Contohnya adalah: UUD NRI 1945, oleh sementara pakar hukum dianggap belum
secara konsisten menjabarkan nilai-nilai Pancasila. Buktinya adalah kekuasaan eksekutif atau
Presiden yang berlebihan dibandingkan kekuasaan lembaga tinggi negara lainnya. Solusi
terhadap hal tersebut maka diusulkanlah amandemen UUD NRI 1945, dan SU MPR 1999 telah
menangkap semangat tersebut dan merealisasikannya dengan melakukan amandemen UUD
NRI 1945 tahap pertama, dan akan dilanjutkan pada tahap-tahap selanjutnya secara bertahap.
Penyimpangan sering juga terjadi karena secara formal prosedural Pancasila selalu
diakui dan ditulis sebagai landasan ideal dan dasar dari suatu produk hukum dan kebijakan
kenegaraan, namun secara substansial nilai-nilainya tidak tercermin dalam produk hukum atau
kebijakan tersebut. Contoh dari kasus ini adalah semboyan yang didengung-dengungkan pada
masa Orde Baru bahwa Pembangunan adalah pelaksanaan Pancasila. Namun berbagai
kebijakan pembangunan ternyata secara substansial tidak mencerminkan cita rasa
perlindungan dan keadilan bagi warga negara.

c. Koresponden
Koresponden berasal dari bahasa Latin com berarti “bersama”, respondere
“menjawab” artinya cocoknya praktik dengan teori, kenyataan dengan ideologi,
senyatanya (das sein) dengan seharusnya (das sollen), isi (material) dan bentuk (formal), dan
lain-lain. Contoh kegagalan konsep pembangunan sentralistik pada masa Orde Baru yang
tidak memperhatikan realitas masyarakat Indonesia adalah plural, baik ditinjau dari berbagai
segi misalnya agama, etnis, geografis dan historis.
Contoh lain adalah tradisi pengambilan sumpah jabatan, yang selalu dilafalkan akan
setia kepada Pancasila dan UUD NRI 1945, dan lain-lain, namun dalam kenyataan setelah
menjabat sumpah itu hanya berhenti dalam kata-kata tidak tercermin dalam perbuatan. Bangsa
Indonesia pada masa lalu banyak diajarkan kebiasaan berpikir dan bertindak secara formalistik
kurang mempertimbangkan aspek isi atau materinya.
Prinsip ini menuntut ditatanya kembali berbagai tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara agar dapat mencapai tujuan ideal negara. Berbagai kegagalan pelaksanaan
Pancasila ada beberapa kemungkinan jika ditinjau dari prinsip ini. Kemungkinan pertama,
salah satu di antara teori atau praktiknya yang salah. Kemungkinan kedua, kedua-duanya
salah, artinya teori dan praktiknya salah. Hal ini menyadarkan kita bahwa Pancasila
seharusnya dianggap sebagai nilai-nilai yang dinamis yang senantiasa berdialog dengan nilai-
nilai lain yang sedang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Interaksi antara idealitas
dengan realitas, teori dengan praktik ini justru akan berdampak positif. Satu pihak teori akan
berkembang karena dirangsang dengan data dan fakta baru, lain pihak masalah yang muncul
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

dalam pengalaman konkret mampu dibantu pemecahannya dengan teori-teori yang relevan.
Kecenderungan lama yang menganggap jika ada kegagalan dalam pelaksanaan Pancasila
dengan mencari kambing hitam atau oknum kiranya tidak perlu lagi terjadi. Kegagalan harus
dimaknai sebagai kritik atas ketidaktepatan teori, dan sebaliknya kenyataan yang tidak benar
harus ditata dengan konsep atau teori yang memadai.

2) Prinsip Ditinjau dari Segi Ekstrinsik (Segi ke Luar)


Penyimpangan terhadap pelaksanaan Pancasila juga terjadi jika tidak memperhatikan prinsip
ini. Pancasila pada awalnya dimaksudkan sebagai Dasar Negara sekaligus sebagai penyalur
kepentingan baik kepentingan horizontal, maupun kepentingan vertikal. Penyusun berpandangan
bahwa ditinjau dari segi ekstrinsiknya Pancasila harus memiliki prinsip pragmatis, artinya memiliki
nilai kegunaan, walaupun kegunaan harus dimaknai secara kritis, yaitu berguna dalam arti luas baik
ditinjau dari konteks ruang dan waktu. Tinjauan dari konteks ruang berarti berguna bagi sebagian
besar kepentingan masyarakat luas tanpa harus menyisihkan kepentingan masyarakat yang lain,
dalam konteks waktu berguna dalam jangka panjang, dengan tidak mengorbankan jangka pendek.
Prinsip ekstrinsik ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Penyalur Kepentingan horizontal
Kepentingan horizontal maksudnya kepentingan dari segenap komponen bangsa yang
pluralistik di antara sesama warga negara, ditinjau dari pluralitas yang tercermin dalam suku,
agama, ras dan golongan. Keberpihakan pada salah satu komponen akan berakibat reaksi dari
komponen masyarakat yang lain. Contoh perlakuan diskriminatif terhadap salah satu agama
di Indonesia akhirnya mengundang konflik berkepanjangan dan menimbulkan banyak korban
di Maluku. Kasus konflik antar etnis Madura dan Dayak di Pontianak dapat pula dianggap
sebagai contoh konkret tidak diterapkannya prinsip ini dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

b. Penyalur Kepentingan vertikal


Prinsip ini mengajarkan bahwa dalam melaksanakan Pancasila harus memperhatikan
adanya berbagai kepentingan yang sifatnya vertikal, misalnya kepentingan antara warga
negara dengan penyelenggara negara, orang miskin-orang kaya, buruh-majikan, minoritas-
mayoritas, dan lain-lain. Tersumbatnya saluran kepentingan ini merupakan sumber
kerawanan. Contoh: Kasus penjarahan yang terjadi pada masa reformasi tahun 1997 di
berbagai daerah di Indonesia seperti Solo, Jakarta, Medan, dan lain-lain, itu semua akibat
akumulasi dari berbagai kepentingan yang selama ini tidak terartikulasikan dan tidak ditangkap
oleh para penyelenggara negara. Kecemburuan antara si miskin dan si kaya, antara
kepentingan buruh yang dilanggar oleh pengusaha yang berkolusi dengan penguasa.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

b. Analisis contoh kasus konflik di Indonesia dengan pandangan Pancasila!


Jawab :
Contoh kasus konflik di Indonesia yaitu konflik yang terjadi antar umat beragama di Ambon,
yang mengaitkan antara agama Islam dan Nasrani. Konflik ini terjadi pada tahun 1999, konflik tersebut
dipicu karena kasus pemalakan yang dilakukan oleh dua orang Muslim kepada seorang Nasrani di
Ambon. Lalu, konflik tersebut semakin menyebar karena isu-isu yang semakin berkembang yang
mengakibatkan terbakarnya amarah kedua belah pihak agama, sehingga menyebabkan 12 orang
tewas dan ratusan orang luka- luka. Namun, masalah ini mereda setelah diadakannya rekonsiliasi
yang diadakan oleh pemerintah setempat.
Kasus ini jelas sudah melenceng dari nilai-nilai Pancasila, dan berikut analisisnya.
a) Pada sila pertama : KETUHANAN YANG MAHA ESA
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama, tentu saja mereka percaya
kepada Tuhan dan setiap ajaran yang diajarkan tentu saja mengarah kepada kebaikan. Kasus
diatas merupakan contoh kasus yang sangat tidak etis, mengapa ? karena memalak adalah
perbuatan yang sudah melanggar dari ajaran agama yang dianutnya atau suatu bentuk
ketidaktaatan kepada ajaran agamanya.

b) Pada sila kedua : KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


Kasus ini menyimpang dari sila kedua karena merupakan suatu tindakan yang tidak
manusiawi dan sangat merugikan orang lain terutama korban.

c) Pada sila ketiga : PERSATUAN INDONESIA


Tentu saja kasus ini tidak sesuai dengan sila ketiga, dimana menjadi masyarakat yang
berbeda kepercayaan kita seharusnya menjunjung tinggi kerukunan dan kedamaian, saling
membantu dan hidup bergotong-royong. Juga, sikap yang harus dilakukan ketika kita
mendapatkan isu tersebut adalah, masyarakat seharusnya menjadi media penengah antara kedua
belah pihak, dan mencari akar permasalahan daripada membuat isu isu yang memprovokatori
kedua belah pihak untuk berperang.

d) Pada sila keempat : KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
Sebagai masyarakat yang berpancasila, ketika terjadi perselisihan antar dua belah pihak
tidak seharusnya diselesaikan dengan kekerasan, sehingga hal tersebut menewaskan banyak
orang yang tidak ada sangkut pautnya terhadap masalah utama. Hal ini tentunya sangat merugikan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

masyarakat dan keluarga korban khususnya. Seharusnya masalah ini dapat diselesaikan dengan
cara baik dan tidak main hakim sendiri.

e) Pada sila kelima : KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA


Pada sila kelima ini, hukum di Indonesia seharusnya dapat berjalan dengan tegas, pelaku
seharusnya sudah mendapat konsekuensi dari awal sejak perbuatannya, dan korban juga
seharusnya mendapat perlindungan saat itu juga, sehingga masalah terselesaikan dengan baik
dan tidak ada isu-isu yang merugikan masyarakat sekitar.

c. Analisis realisasi pelaksanaan Pancasial secara konkret dalam penentuan kebijakan di bidang
kenegaraan di Indonesia!
Jawab :
Realisasi pelaksanaan Pancasila secara konkret harus tercermin dalam setiap penentuan
kebijaksanaan di bidang kenegaraan, antara lain:
1) Hukum dan perundang-undangan dan peradilan
2) Pemerintahan
3) Politik dalam dan luar negeri
4) Keselamatan, keamanan dan pertahanan
5) Kesejahteraan
6) Kebudayaan
7) Pendidikan, dan lain-lain (Notonagoro, 1971).

d. Analisis realisasi pelaksanaan Pancasila secara subjektif di Indonesia!


Jawab :
Pelaksanaan Pancasila secara subjektif artinya pelaksanaan dalam pribadi setiap warga
negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia. Notonagoro
menjelaskan, bahwa pelaksanaan Pancasila secara subjektif ini memegang peranan sangat penting,
karena sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan Pancasila.
Pandangan ini mengacu pada Penjelasan UUD NRI 1945 dinyatakan “...Yang penting dalam
pemerintahan dan dalam hal hidupnya negara ialah semangat, semangat para penyelenggara negara,
semangat para pemimpin pemerintahan. Meskipun dibikin Undang-Undang Dasar yang menurut kata-
katanya bersifat kekeluargaan, tetapi pelaksana atau penguasanya bersifat perseorangan, maka
Undang-Undang Dasar tadi tentu tidak ada artinya dalam praktik. Sebaliknya, meskipun Undang-
Undang Dasar itu tidak sempurna, akan tetapi jikalau semangat para penyelenggara pemerintahan
baik, karena bersifat kekeluargaan, maka Undang-Undang Dasar itu tentu tidak akan merintangi
jalannya negara. Jadi yang paling penting ialah semangat...”.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Pelaksanaan subjektif ini dibentuk secara berangsur-angsur secara berjenjang melalui proses
pendidikan, baik pendidikan formal, non formal, maupun informal di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Hasil yang akan diperoleh berupa jenjang pengetahuan, kesadaran, ketaatan,
kemampuan dan kebiasaan, mentalitas, watak dan hati nurani yang dijiwai oleh Pancasila.
Pengetahuan yang didapat berupa pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, pengetahuan
filsafati, kiranya perlu ditambah lagi yaitu pengetahuan ideologis. Pengetahuan yang memadai
diharapkan akan menumbuhkan kesadaran untuk melaksanakan Pancasila. Jenjang kesadaran akan
mengantarkan manusia pada ketaatan, taat di sini berarti taat hukum, taat moral dan taat religius. Jika
ketaatan sudah diresapi manusia, maka diharapkan akan muncul kebiasaan, dan kebiasaan yang baik
akan menjadikannya sebagai mental, watak, dan merasuk ke hati nurani.

3. Etika Pancasila merupakan refleksi kritis untuk merumuskan prinsip-prinsip kelayakan (kebaikan)
dalam mengambil keputusan tindakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
di Indonesia.
a. Jelaskan apa yang dimaksud Pancasila sebagai landasan etis dan moral bagi pengembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni !
Jawab :
Pancasila sebagai landasan etis dan moral maksudnya dalam pelaksanaannya mengacu pada
kepribadian bangsa dan nilai-nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang
berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju, dan kukuh kekuatan moral dan etikanya. Pancasila
merupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas
moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dasar nilai pengembangan ilmu dapat
mengacu pada beberapa jenis pemahaman. Pertama, bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) yang dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, mengandung asumsi bahwa iptek itu sendiri berkembang secara
otonom, kemudian dalam perjalanannya dilakukan adaptasi dengan nilai-nilai Pancasila.
Kedua, bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan nilai-nilai
Pancasila sebagai faktor internal pengembangan iptek itu sendiri, mengandaikan bahwa sejak awal
pengembangan iptek sudah harus melibatkan nilai-nilai Pancasila. Namun, keterlibatan nilai-nilai
Pancasila ada dalam posisi tarik ulur, artinya ilmuwan dapat mempertimbangkan sebatas yang mereka
anggap layak untuk dilibatkan.
Ketiga, bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif bagi pengembangan iptek
di Indonesia, artinya mampu mengendalikan iptek agar tidak keluar dari cara berpikir dan cara
bertindak bangsa Indonesia. Mengasumsikan bahwa ada aturan main yang harus disepakati oleh para
ilmuwan sebelum ilmu itu dikembangkan. Namun, tidak ada jaminan bahwa aturan main itu akan terus
ditaati dalam perjalanan pengembangan iptek itu sendiri. Sebab ketika iptek terus berkembang, aturan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

main seharusnya terus mengawal dan membayangi agar tidak terjadi kesenjangan antara
pengembangan iptek dan aturan main.
Keempat, bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa
Indonesia sendiri atau yang lebih dikenal dengan istilah indegenisasi ilmu (mempribumian ilmu),
mengandaikan bahwa Pancasila bukan hanya sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, tetapi sudah
menjadi paradigma ilmu yang berkembang di Indonesia. Untuk itu, diperlukan penjabaran yang lebih
rinci dan pembicaraan di kalangan intelektual Indonesia, sejauh mana nilai-nilai Pancasila selalu
menjadi bahan pertimbangan bagi keputusan-keputusan ilmiah yang diambil.

b. Uraikan metode-metode yang dapat digunakan untuk menumbuhkan kesadaran ber Pancasila
generasi muda!
Jawab :
Berikut metode-metode yang dapat digunakan untuk menumbuhkan kesadaran ber Pancasila bagi
generasi muda :
1) Penguatan Etnik, Nasionalisme, Pancasila Bagi Generasi Muda.
Generasi muda memegang peranan penting bagaimana menjadi bangga dengan nilai etnik
nasionalisme, dan Pancasilanya. Identitas akan memperkuat jati diri, dan jati diri akan
menimbulkan kebanggaan , dan dari kebanggaan inilah muncul percaya diri dan mampu
menghadapi berbagai hal dalam kaitannya dengan modernitas dan globalisasi dengan nilai-nilai
bangsa Indonesia sendiri.

2) Terjun Berperan Aktif dalam Masyarakat.


Generasi muda perlu berinteraksi bersama masyarakat disertai dengan pengalaman nilai-
nilai luhur pancasila, dimulai dengan bertindak seperti yang pancasila ajarkan, dampak positif
yang dijanjikan pancasila akan datang melingkupi kehidupan sosial masyarakat sekitar. Hal-hal
positif dari nilai-nilai tersebut menyebar dan menciptakan persepsi tentang kebanggaan untuk
mengamalkan Pancasila.

3) Membekali Diri dengan Pendidikan yang Berlandaskan Pancasila.


Beberapan peran yang dapat dilakukan oleh generasi muda dalam menanamkan nilai-nilai
Pancasila adalah menjadi pelajar yang membekali diri dengan pendidikan yang berlandaskan
Pancasila. Butuh pemahaman yang dalam terhadap konsep yang diajarkan dalam pendidikan
Pancasila.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4. Pancasila pada prinsipnya dibangun di atas kesadaran adanya kompleksitas, heterogenitas atau
pluralitas kenyataan dan pandangan.
a. Jelaskan ketentuan-ketentuan normatif yang terdapat dalam Pancasila dan UUD 1945 yang
mengatur tentang heterogenitas dan pluralitas bangsa!
Jawab :
Ketentuan-ketentuan normatif tersebut antara lain Pertama, Sila ke-3 Pancasila secara
eksplisit disebutkan “Persatuan Indonesia“. Kedua, Penjelasan UUD 1945 tentang Pokok-pokok
Pikiran dalam Pembukaan terutama pokok pikiran pertama. Ketiga, Pasal-Pasal UUD 1945 tentang
Warga Negara, terutama tentang hak-hak menjadi warga negara. Keempat, Pengakuan terhadap
keunikan dan kekhasan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia juga diakui, (1) seperti yang
terdapat dalam penjelasan UUD 1945 tentang Pemerintahan Daerah yang mengakui kekhasan
daerah, (2) Penjelasan Pasal 32 UUD 1945 tentang puncak-puncak kebudayaan daerah dan
penerimaan atas budaya asing yang sesuai dengan budaya Indonesia; (3) penjelasan Pasal 36
tentang peng-hormatan terhadap bahasa-bahasa daerah.
Dapat disimpulkan bahwa secara normatif, para founding fathers negara Indonesia sangat
menjunjung tinggi pluralitas yang ada di dalam bangsa Indonesia, baik pluralitas pemerintahan daerah,
kebudayaan, bahasa dan lain-lain. Justru pluralitas itu merupakan aset yang sangat berharga bagi
kejayaan bangsa.

b. Analisis beberapa prinsip yang dapat digali dari Pancasila sebagai alternatif pemikiran dalam
rangka menyelesaikan masalah SARA di Indonesia!
Jawab :
Beberapa prinsip yang dapat digali dari Pancasila sebagai alternatif pemikiran dalam rangka
menyelesaikan masalah SARA ini antara lain: Pertama, Pancasila merupakan paham yang mengakui
adanya pluralitas kenyataan, namun mencoba merangkumnya dalam satu wadah ke-indonesiaan.
Kesatuan tidak boleh menghilangkan pluralitas yang ada, sebaliknya pluralitas tidak boleh
menghancurkan persatuan Indonesia. Implikasi dari paham ini adalah berbagai produk hukum dan
perundangan yang tidak sejalan dengan pandangan ini perlu ditinjau kembali, kalau perlu dicabut,
karena jika tidak akan membawa risiko sosial politik yang tinggi. Kedua, sumber bahan Pancasila
adalah di dalam tri prakara, yaitu dari nilai-nilai keagamaan, adat istiadat dan kebiasaan dalam
kehidupan bernegara yang diterima oleh masyarakat.
Dalam konteks ini pemikiran tentang toleransi, kerukunan, persatuan, dan sebagainya idealnya
digali dari nilai-nilai agama, adat istiadat, dan kebiasaan kehidupan bernegara yang diterima oleh
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai