Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pancasila Maasa Orde Lama

Pada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang
pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik
dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam
suasana transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa
orde lama adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem
kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde
lama. Terdapat 3 periode implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu:
1) Periode 1945-1950.
Konstitusi yang digunakan adalah pancasila dan UUD 1995 yang presidensil. Upaya–
upaya untuk mengganti pancasila sebagai dasar negara dengan faham komunis oleh PKI mulai
memberontak di madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang yang akan mendirikan negara dasar
islam.
2). Periode 1950-1959
Penerapan pancasila selama priode ini adalah pancasila diarahkan sebagai ideology
liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan. Walaupun dasar negara tetap
pancasila, tetapi rumusan sila keempat bukan berjiwa musyawarah mufakat, melainkan suara
terbanyak (voting). Dalam bidang politik, demokrasi berjalan dengan baik dengan
terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis.
3). Priode 1956-1965
Dikenal sebagai periode . Demokrasi bukan berada pada kekuasaan rakyat sehingga
yang memimpin adalah nilai-nilai pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi Presiden
Soekarno. Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap pancasila dalam konstitusi.
akibanya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi persiden seumur hidup, politik
konfrontasi, dan menggabungkan nasionalis, agama, dan komunis, yang ternyata tidak cocok
bagi NKRI.

A. Penyimpangan-Penyimpangan Orde Lama


a) Presiden membubarkan DPR hasil pemilihan umum 1955 dan membentuk DPR
Gotong Royong. Hal ini dilakukan karena DPR menolak rancangan pendapaan dan
belanja Negara yang diajukan pemerintah.
b) Pimpinan lembaga-lembaga Negara diberi kedudukan sebagai menteri-menteri
Negara yang berarti menempatkannya sebagai pembantu presiden.
c) Kekuasaan presiden melebihi wewenang yang ditetapkan didalam UUD 1945. Hal ini
terbukti dengan keluarnya beberapa presiden sebagai produk hukum yang setingkat
dengan UUD tanpa prsetujuan DPR. Penetapan ini antara lain meliputi hal-hal sebagai
berikut:
 Penyederhanaan kehidupan partai-partai politik dengan dikeluarkannya
Penetapan Presiden nomor 7 tahun 1959
 Pembentukan Front Nasional dengan PEnetapan Presiden nomer 13 tahun 1959.
 Pengangkatan dan pemberhentian anggota-anggota MPRS, DPA dan MA oleh
presiden.
 Hak budget DPR tidak berjalan karena pemerintah tidak mengajukan rancangan
undang-udang APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR..
B. Pengamalan Pancasila Di Era Orde Lama

Selain itu, muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan
sehingga situasi politik, keamanaan dan kehidupan ekonomi makin memburuk puncak dari
situasi tersebut adalah munculnya pemberontakan G 30 S/PKI yang sangat membahayakan
keselamatan bangsa dan Negara. Mengingat keadaan makin membahayakan Ir. Soekarno
selaku presiden RI memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11
Maret 19669(Supersemar) untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya
keamanaan, ketertiban dan ketenangan serta kesetabilan jalannya pemerintah. Lahirnya
Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa Orde Baru.

2. Pencasila Masa Orde Baru

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh
Soekarno pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966-1998. Dalam jangka
waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan
dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat
yang kaya dan miskin juga semakin melebar.

contoh dari gencarnya penanaman nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari penggunaan
Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi, yang menyatakan bahwa
semua organisasi, apapun bentuknya, baik itu organisasi masyarakat, komunitas,
perkumpulan, dan sebagainya haruslah mengunakan Pancasila sebagai asas utamanya.
Apabila ada asas-asas organisasi lain yang ingin ditambahkan sebagai asasnya, tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila. Oleh karena itu, muncul juga anggapan bahwa Pancasila
dianggap sebagai “pembius” bangsa, karena telah “melumpuhkan” kebebasan untuk
berorganisasi

Seperti rezim otoriter pada umumnya lainnya, ideologi sangat diperlukan orde baru
sebagai alat untuk membenarkan dan memperkuat otoritarianisme negara. Sehingga
Pancasila oleh rezim orde baru kemudian ditafsirkan sedemikian rupa sehingga
membenarkan dan memperkuat otoritarianisme negara. Maka dari itu Pancasila perlu
disosialisasikan sebagai doktrin komprehensif dalam diri masyarakat Indonesia guna
memberikan legitimasi atas segala tindakan pemerintah yang berkuasa. dalam diri
masyarakat Indonesia. Adapun dalam pelaksanaannya upaya indroktinisasi tersebut
dilakukan melalui berbagai cara, mulai dari pengkultusan Pancasila sampai dengan Penataran
P4.

Penyimpangan Pancasila pada masa orde baru


Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada demokrasi pancasila era Orde baru antara
lain :

a. Penyelenggaraan pemilu yang tidak jujur dan tidak adiL.


b. Pengekangan kebebasan berpolitik bagi pegewai negri sipil (PNS).
c. Kekuasaan kehakiman (yudikatif) yang tidak mandiri / tidak independen karena para
hakim adalah anggota PNS Departemen Kehakiman.
d. Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapa.
e. Sistem kepartaian yang tidak otonomi dan berat sebelah.
f. Maraknya praktik kolusi, korupsi dan nepotisme diberbagai bidang.
g. Menteri-menteri dan gubernur diangkat menjadi anggota MPR.
h. Organisasi sosial dipegang/dipangku oleh pejabat birokrasi.

Pancasila diposisikan sebagai alat penguasa melalui monopoli pemaknaan dan


penafsiran Pancasila yang digunakan untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan.
Akibatnya, ketika terjadi pergantian rezim di era reformasi, muncullah demistifikasi dan
dekonstruksi Pancasila yang dianggapnya sebagai simbol, sebagai ikon dan instrumen politik
rezim sebelumnya. Pancasila ikut dipersalahkan karena dianggap menjadi ornamen sistem
politik yang represif dan bersifat monolitik sehingga membekas sebagai trauma sejarah yang
harus dilupakan.

3. Pancasila Masa Reformasi

Secara harfiah reformasi berarti suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang
atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk
semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Adapun syarat-syarat gerakan
reformasi: 1. Reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan. 2. Reformasi dilakukan
harus dengan suatu cita-cita yang jelas (landasan ideologis) tertentu. 3. Suatu gerakan reformasi
dilakukan dengan berdasarkan pada suatu kerangka structural tertentu (dalam hal ini UUD)
sebagai kerangka acuan reformasi. 4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan kondisi
serta keadaan yang lebih baik dalam segala aspek antara lain bidang politik, ekonomi, sosial,
budaya, serta kehidupan keagamaan.

Memahami peran Pancasila di era reformasi :

1. Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan

artinya pancasila menjadi kerangka berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia,
khususnya sebagai dasar negara ia sebagai landasa kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini
berarti, bahwa setiap gerak langkah bangsa dan negara Indonesia harus selalu dilandasi oleh
sila-sila yang terdapat dalam Pancasila. 2. Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang
sosial politik

arti bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka di


implementasikan sbb :

 Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama,
dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
 Mementingkan kepentingan rakyat / demokrasi dalam pemgambilan keputusan.
 Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan kesatuan.

3. Pancasila sebagai paradigma nasional bidang ekonomi


Artinya bagaimana suatu falsafah itu diimplementasikan secara riil dan sistematis
dalam kehidupan nyata.
4. Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan
mengandung pengertian bahwa Pancasila adalah etos budaya persatuan, dimana
pembangunan kebudayaan sebagai sarana pengikat persatuan dalam masyarakat majemuk.
Oleh karena itu smeboyan Bhinneka Tunggal Ika dan pelaksanaan UUD 1945 yang
menyangkut pembangunan kebudayaan bangsa hendaknya menjadi prioritas.

5. sebagai paradigma pembangunan nasional bidang Hankam


Dengan berakhirnya peran sosial politik, maka paradigma baru TNI terus
diaktualisasikan untuk menegaskan, bahwa TNI telah meninggalkan peran sosial politiknya
atau mengakhiri dwifungsinya dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari sistem nasional.

6. sebagai paradiga ilmu pengetahuan


Dengan memasukai kawasan filsafat ilmu (philosophy of science) ilmu pengetahuan
yang diletakkan diatas pancasila sebagai paradigmanya perlu difahami dasar dan arah
penerapannya, yaitu pada aspek ontologis, epistomologis, dan aksiologis. Ontologis, yaitu
bahwa hakikat ilmu pengetahuan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik henti dalam
upayanya untuk mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan.

Epistimologi, yaitu bahwa Pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya


dijadikan metode berpikir, dalam arti dijadikan dasar dan arah didalam pengembangan ilmu
pengetahuan ; yang parameter kebenaran serta kemanfaatan hasil-hasil yang dicapainya adalah
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri. Aksilogi yaitu bahwa dengan
menggunakan epistemologi tersebut diatas, pemanfaatan dan efek pengemabgnan ilmu
pengetahuan secara negatif tidak bertentangan dengan Pancasila dan secara positif mendukung
atau mewujudkan nilai-nilai ideal Pancasila. Lebih dari itu, dengan penggunaan Pancasila
sebagai paradigma, merupakan keharusan bahwa Pancasila harus dipahami secara benar,
karena pada gilirannya nilai-nilai Pancasila kita jadikan asumsi-asumsi dasar bagi pemahaman
di bidang otologis, epistemologis, dan aksiologisnya.

Kegagalan (Penyimpangan) pada masa Reformasi :


 Belum terlaksananya kebijakan pemerintahan Habibie karena pembuatan perudang-
undangan menunjukkan secara tergesa-gesa, sekalipun perekonomian menunjukkan
perbaikan dibandingkan saat jatuhnya Presiden Soeharto.
 Kasus pembubaran Departemen Sosial dan Departemen Penerangan pada masa
pemerintahan Abdurachman Wahid, menciptakan persoalan baru bagi rakyat banyak
karena tidak dipikirkan penggantinya.
 Ada perseteruan antara DPR dan Presiden Abdurachman Wahid yang berlanjut dengan
Memorandum I dan II berkaitan dengan kasus “Brunei Gate” dan “Bulog Gate”,
kemudian MPR memberhentikan presiden karena dianggap melanggar haluan negara.
 Baik pada masa pemerintahan Abdurachman Wahid maupun Megawati, belum
terselesaikan masalah konflik Aceh, Maluku, Papua, Kalimantan Tengah dan ancaman
disintegrasi lainnya.
 Belum maksimalnya penyelesaian masalah pemberantasan KKN, kasus-kasus
pelanggaran HAM, terorisme, reformasi birokrasi, pengangguran, pemulihan investasi,
kredibilitas aparatur negara, utang domestik, kesehatan dan pendidikan serta kerukunan
beragama.

Anda mungkin juga menyukai