Anda di halaman 1dari 7

Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara.

Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang melalui proses yang sangat panjang.
Pada awalnya Pancasila bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yaitu
dalam adat istiadat, agama-agama serta dalam pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu nilai-
nilai pancasila telah diyakini kebenarannya, kemudian diangkat menjadi dasar negara sekaligus
sebagai ideologi bangsa.
“Pancasila sebenarnya bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah
melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita sendiri, melihat
pengalaman bangsa-bangsa lain, diilhami oleh ide-ide besar dunia, dengan tetap berakar pada
kepribadian bangsa kita sendiri dan ide besar bangsa kita sendiri,” demikian ditandaskan oleh
Presiden Soeharto pada Peringatan Hari Ulang Tahun Parkindo yang ke-24 di Surabaya pada
15 Nopember 1969.
Nama Pancasila lahir atas usulan atau ide Presiden Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 pada
sidang BPUPKI yang pertama. Saat itu usulan beliau disambut hangat oleh para hadirin dengan
tepuk tangan yang sangat meriah. Dengan demikian BPUPKI mencapai sepakat kata, bahwa
Negara Indonesia akan dibangun atas dasar lima sila yang disebut Pancasila.
2.1.1 Argumen tentang dinamika pancasila sebagai dasar negara
A. Perkembangan Pancasila pada Masa Kependudukan Jepang.
Jepang menduduki Indonesia kurang lebih selama 3,5 tahun. Walaupun masa pendudukan
Jepang merupakan masa yang amat berat di dalam sejarah bangsa Indonesia, namun demikian
periode itu merupakan suatu momentum yang memacu gerakan kebangsaan dan gerakan
kemerdekaan Indonesia. [2]
Pada awalnya jepang membuat suatu kebijakan politik yang dimaksudkan agar bangsa
Indonesia menjadi salah satu bagian dalam kekuatan Jepang. Namun hal itu secara tidak
langsung membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk lebih mematangkan pertumbuhan
pergerakan kebangsaan dan gerakan Indonesia Merdeka.
Untuk lebih meyakinkan bangsa Indonesia, Jepang membentuk BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 maret 1945. Tugas
badan ini ialah untuk mempersiapkan hal-hal yang penting yang berhubungan dengan
kemerdekaan bangsa dalam hal politik, ekonomi, tata pemerintahan dll. Melalui badan
bentukan Jepang inilah para pemimpin Indonesia merancangkan sebuah dasar negara. Dan di
dalam badan ini pula pemikiran tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia muncul.
Dalam masa tersebut, walaupun ideologi kebangsaan merupakan faktor yang dominan di
dalam perkembangan pemikiran pada waktu itu, namun status Pancasila belum menjadi dasar
negara dan belum mempunyai kekuatan hukum secara utuh, karena belum ada negara Indonesia
yang merdeka.

B. Perkembangan Pancasila pada Masa Berlakunya UUD 1945 yang Pertama.


Dengan adanya proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 maka pada saat itulah bangsa
Indonesia resmi merdeka. Lalu pada tanggal 18 Agustus 1945 BPUPKI mengesahkan
pembukaan dan batang tubuh UUD 1945. Dengan demikian, maka Pancasila yang dalam artian
lima dasar negara resmi menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat, yaitu:
“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerinta negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar
negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.”[3]
Dalam periode ini pemikiran mengenai Pancasila sebagian besar bersifat ideologis. Selain
itu praktik kehidupan politik dan kenegaraan yang terjadi pada waktu itu turut serta membentuk
perkembangan pemikiran mengenai Pancasila pada masa itu.

C. Perkembangan Pancasila Selama Periode Berlakunya Konstitusi RIS.


Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), kedudukan pancasila tidak dapat
ditangguhkan sebagai dasar negara yang tunggal, meskipun beberapa kali para nasionalis islam
menggugat dasar negara Indonesia di beberapa sidang konstituante. Meskipun nama Pancasila
tidak terdapat di dalam Pembukaan Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS), status
Pancasila sebagai ideologi kebangsaan, dasar negara dan dumber hukum tetap tertahan di
dalam periode ini. Bahkan perkembangan akan pemikiran mengenai Pancasila menunjukkan
suatu kemajuan di kalangan masyarakat akademis.

D. Perkembangan Pancasila Selama Masa Berlakunya UUDS 1950.


Pemikiran tentang lima dasar megara ada terdapat dalam mukaddimah Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS) 1950, namun seperti halnya dengan UUD 1945 maupun Konstitusi
RIS, nama Pancasila dalam UUDS 1950 juga tidak tercantum. Meskipun demikian, pendapat
bahwa lima dasar negara itu adalah Pancasila dalam periode ini sudah semakin berkembang.
Perumusan mengenai dasar negara tetap mencerminkan pemikiran Ideologi Kebangsaan.
Dengan demikian status Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional tetap
berkelanjutan.

E. Perkembangan Pancasila Selama Orde Lama.


Dalam menghadapi krisis dan permasalahan yang terjadi di dalam Majelis Konstituante,
Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 yang isinya adalah:
a. Membubarkan konstituante.
b. Menyatakan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
c. Pembentukan Mejelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).
Dengan keluarnya dekrit Presiden Soekarno tersebut, maka berlakulah kembali UUD
1945, dan secara otomatis dinyatakan pula eksistensi Pancasila sebagai dasar negara. Dengan
dekrit tersebut, kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan sumber hukum dikukuhkan,
meskipun hal ini tidak disampaikan secara langsung dalam dekrit Presiden Soekarno tersebut.
Dan hal itu pula yang menyebabkan terjadinya pergulatan ideologi tidak berhenti.
Selama era Orde Lama, Soekarno menetapkan sistem demokrasi terpimpin dalam
memimpin negara Indonesia yang secara prinsip bertolak belakang dengan sila keempat
Pancasila mengenai pengambilan keputusan berdasarkan permusyawaratan perwakilan.
Soekarno juga menyampaikan sebuah konsep politik integrasi antara tiga paham dominan saat
itu yaitu nasionalis, agama, dan komunis (NASAKOM) yang kemunculannya lebih sering
dibandingkan dengan dasar negara Indonesia itu sendiri.
F. Perkembangan Pancasila Selama Orde Baru.
Apabila pada masa sebelumnya pemikiran pancasila masih dilipui dengan ditanamkannya
ideologi-ideologi lain kedalam penafsiran Pancasila, maka pada masa orde baru ini
menampilkan pemikiran pelaksanaan pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
sebagai tema pemikiran utama. Pada masa ini, pandangan umum mengenai Pancasila kembali
dikuatkan dengan penempatannya sebagai dasar negara dalam satu rangkaian integratif dengan
UUD 1945 (Soemantri, 2007:17). Pada saat itu seluruh komponen bangsa harus sepaham
dengan Pancasila.
G. Perkembangan Panacasila Selama Reformasi.
Pada tahun 1998 muncullah gerakan reformasi yang mengakibatkan Presiden Soeharto
harus lengser dari jabatannya sebagai presiden. Namun sampai saat ini, nampaknya gerakan
reformasi tersebut belum membawa perubahan yang signifikan mengenai pengamalan
pancasila di masyarakat Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari perilaku atau sifat yang muncul di
masyarakat atau bahkan dalam pemerintahan sendiri. Masih banyak penyelewengan-
penyelewengan yang terjadi di dunia politik, atau bahkan masih ada orang yang dengan sengaja
memaksakan kehendaknya demi kepentingan dirinya sendiri.
Namun hal itu masihlah wajar, mengingat gerakan reformasi di Indonesia ini masih belum
lama, atau bahkan masih bisa dikatakan dalam masa proses. Selain itu gerakan reformasi ini
juga tampaknya tidaklah sepenuhnya gagal, melalui gerakan ini banyak mucul tokoh-tokoh
yang unggul, berkompeten dan memihak pada rakyat.
Dampak positif lainnya adalah semakin meningkatnya partisipasi rakyat terhadap politik,
sehingga rakyat tidak lagi bersikap apatis terhadap masalah yang timbul di bidang
pemerintahan. Hal itu terjadi karena kebebasan berpendapat yang dijunjung tinggi, sehingga
mereka bebas mengeluarkan ide atau gagasan-gagasan yang menurut mereka bisa membantu
mengatasi masalah dalam bidang politik.
Pada tahun 2004 sampai sekarang, mulai berkembang gerakan-gerakan yang bertujuan
untuk membangun kembali semangat nasionalisme melalui seminar-seminar dan kongres. Hal
itu bertujuan untuk menjaga eksistensi pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara
bangsa Indonesia. Melalui gerakan tersebut diharapkan penanaman dan pengamalan terhadap
nilai-nilai pancasila semakin tinggi, baik di dalam pemerintahan maupun masyarakat itu
sendiri.
2.2 Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan pondasi utama untuk membangun bangsa.
Maka nilai-nilai Pancasila harus terus dilestarikan dalam diri bangsa Indonesia. Sebagai
pandangan hidup bangsa, Pancasila memegang peranan penting bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pancasila merupakan nilai luhur, karakter, ruh dan ideologi, yang harus tertanam
dalam jiwa raga bangsa Indonesia.
Di era globalisasi yang seperti ini, banyak hal yang akan berpotensi merusak moral serta
nilai-nilai Pancasila yang tertanam dalam diri bangsa Indonesia. Dalam menghadapi
perkembangan dunia modern Pak Harto mensinyalir: “Sering timbul kekeliruan penilaian
terhadap kepribadian ini. Orang menyamakan kepribadian bangsa yang berakar dari sejarah
dan kebudayaan sendiri yang tua dengan nilai-nilai tradisionil yang umumnya diangkat
sebagai rantai-rantai yang membelenggu proses pembaharuan dan kemajuan. Memang sulit
untuk menyangkal, bahwa tidak semua nilai-nilai tradisionil itu cocok dengan tuntutan-
tuntutan kemajuan, khususnya terhadap tuntutan hidup berorganisasi modern dan
pembangunan ekonomi yang rasionil. Tetapi ini tidak berarti, bahwa nilai-nilai ‘45 yang
merupakan kepribadian bangsa yang berakar pada sejarah dan kebudayaannya sendiri harus
ditinggalkan. Persoalannya terletak pada kemampuan bangsa itu untuk memelihara nilai-nilai
luhur yang menjadi kepribadiannya, meneruskannya dari generasi yang satu kepada generasi
berikutnya dengan segala proses penyesuaian menuju masyarakat modern. Sekali proses
penerusan dan penyesuaian itu terlampaui dengan berhasil, maka terjaminlah tumbuhnya
masyarakat baru yang kuat, bersatu dan dinamis.”
Oleh karena itu, bangsa Indonesia perlu waspada akan perubahan jaman yang terjadi, agar
nilai-nilai luhur yang terdapat dalam pancasila tidaklah mudah luntur. Pancasila haruslah tetap
menjadi sebuah pedoman dan pandangan bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan-
tantangan yang ada baik dalam hal politik, ekonomi, agama maupun sosial budaya. Hal tersebut
dimaksudkan agar nilai-nilai Pancasila yang telah tertanam dalam diri bangsa Indonesia
tidaklah hilang karena adanya budaya-budaya asing yang masuk.

2.3 Esensidan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara


2.3.1 Esensi pancasila sebagai dasar negara
Esensi yang berasal dari kata essence yang menurut kamus Longman berarti the most basic
and important quality of something, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
esensi adalah kata benda yang artinya hakikat; inti; hal yang pokok. Contoh penggunaannya
adalah: Esensi pertikaian atara kedua tokoh itu ialah pertentangan ideologi. Jadi segala
sesuatu yang merupakan Hakikat, dasar, inti, sari, hal yang pokok, penting, ekstrak dan
konsentrat dari segala sesuatu disebut esensi tergantung dalam konteks dan penggunaannya.
Semangat dan keinginan untuk bebas dari segala penjajahan fisik maupun pemikiran pada
rakyat Indonesia oleh kapitalisme dan feodalisme yang mengambil secara paksa seluruh hak
milik rakyat Indonesia dan mengeksploitasi segala sumber daya alam yang Indonesia miliki.
Dengan penindasan yang terjadi di Indonesia membuat rakyat menjadi erat rasa persatuannya,
melahirkan tujuan yang sama yaitu merdeka, damai, tentram, dan makmur. Maka lahirlah
sebuah ideologi Negara Indonesia yang mencakup segala aspek kehidupan dan sebagai
pedoman Indonesia yang disebut pancasila.
Dalam sila-sila pancasila terdapat patologi budaya pancasila, yang bisa menghancurkan
nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila pancasila. Fenomena yang terjadi pada masa
Indonesia saat ini seperti korupsi, kerusuhan, dan moral yang bertentangan dengan nilai
pancasila. Jika dasar pancasila itu tidak tertanam kuat pada diri rakyat Indonesia maka negara
ini akan berantakan. Dengan berkembangnya dunia dan segala masukan berbagai macam dari
luar negeri ke dalam negara, pancasila sebagai konsep dasar kehidupan rakyat Indonesia harus
diperkuat serta ditanamkan agar kita tidak dijajah oleh bangsa lain. Memang tidak dijajah
dalam hal fisik tetapi dijajah dalam hal pemikiran yang secara perlahan-lahan membuat
berubah rakyat Indonesia dari sila-sila pancasila itu sendiri.
Beberapa contoh penerapan esensi pancasila sebagai dasar negara :
1. Sila pertama
Ketuhanan yang Maha Esa, artinya sesuai dengan agama dan keyakinan yang sejalan dengan
asas kemanusiaan yang adil dan beradap. Contohnya rakyat Indonesia memiliki hak untuk
memilih agama yang akan ia anut dan jalani tanpa ada unsur paksaan, bebas melaksanakan
kegiatan agama dengan syarat tidak melanggar norma-norma di Indonesia dan saling
menghormati dengan agama lain.
2. Sila kedua
Kemanusiaan yang adil dan beradab, artinya setiap warga negara telah mengakui persamaan
derajat, kewajiban antara sesama manusia sebagai asas kebersamaan bangsa Indonesia, dan
hak. Contoh penerapannya, majikan tidak sewenang-wenangnya bertindak kepembantunya
yang tidak berperikemanusiaan.
3. Sila ketiga
Persatuan Indonesia artinya setiap warga negara mengutamakan persatuan, kepentingan,
kesatuan, dan juga keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi golongan yang
selalu harus diwujudkan, diperjuangkan, dipertahankan, dan diupayakan secara terus-menerus.
Contoh penerapannya, tidak terlalu menonjolkan kebudayaan masing-masing daerah untuk
melihat siapa yang terbaik tetapi dipelajari dan ikut melestarikan dengan serta meyakinkan
bahwa perbedaan itu baik.
4. Sila keempat
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan atau perwakilan
artinya bermusyawarah untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi dengan bijaksana,
memikirkan kententraman rakyat dan mengambil keputusan juga untuk rakyat dengan
mengikutsertakan perwakilan-perwakilan setiap masyarakat. Contohnya segala persoalan yang
ada untuk mendapatkan solusi dengan cara bermusyawarah unntuk mencapai tujuan ynang
diinginkan seperti rapat warga setiap RT untuk membahas masalah dalam lingkungan tersebut.
5. Sila kelima
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menggambarkan dalam bertindak supaya
bersikap adil kepada setiap warga negara Indonesia, tanpa membedakan status sosial, suku, ras,
dan bahasa sehingga tujuan dari bangsa Indonesia akan tercapai dengan keikutansertaan semua
rakyat Indonesia.Contohnya pemerintah mengadakan program wajib bersekolah selama 9
tahun tanpa membedakan-bedakan guna mengatasi masalah pendidikan yang begitu rendah.

Anda mungkin juga menyukai