Anda di halaman 1dari 70

KIMIA ORGANIK

Makalah pembelajaran ini dibuat untuk memenuhi nilai mata kuliah kimia
organik, Universitas Sriwijaya Tahun 2019

DISUSUN
OLEH:
NAMA NIM
RIZKY RISNO SANTOSO 03031281924036
M.FAHRI ABDAN SYAKURA 03031281924040

KELAS B

DOSEN PENGAJAR:
Ir. PAMILIA CONIWANTI, MT.
NIP. 195512151985032001

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK KIMIA
INDRALAYA
2019
BAB 7
ALKOHOL,ETER DAN SENYAWA YANG
BERHUBUNGAN

A. ALKOHOL
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebutgrain alcohol; dan kadang
untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan
sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga
dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol.
Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuksenyawa organik apa pun
yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada
atom hidrogen dan/atau atomkarbon lain.

1. STRUKTUR
Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp3. Ada
tiga jenis utama alkohol - 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'. Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon
yang terikat pada karbon C-OH. Alkohol primer paling sederhana adalah metanol. Alkohol sekunder
yang paling sederhana adalah 2-propanol, dan alkohol tersier paling sederhana adalah 2-metil-2-
propanol.

2. RUMUS KIMIA UMUM


Rumus kimia umum alkohol adalah CnH2n+1-OH'

3. NAMA-NAMA UNTUK ALKOHOL


a. Nama Sistematik
Dalam sistem tatanama IUPAC, nama-nama senyawa alkana kehilangan akhiran "e" dan diganti
dengan "ol", contohnya metana menjadimetanol dan etana menjadi etanol. Ketika dibutuhkan, posisi
dari gugus hidroksil dapat diketahui dari nomor diantara nama alkana dan "ol": 1-propanol untuk
CH3CH2CH2OH, 2-propanol untuk CH3CH(OH)CH3. Jika ada gugus fungsi yang lebih tinggi
(seperti aldehida, keton, atau asam karboksilat, maka awalannya adalah "hidroksi",[1] contohnya: 1-
hidroksi-2-propanon (CH3COCH2OH).

Beberapa contoh senyawa alkohol dan bagaimana menamainya

Penggunaan tatanama IUPAC dipakai di publikasi-publikasi ilmiah dan diperlukan identifikasi


detail terhadap substansi tersebut. Pada konteks lainnya, alkohol biasanya disebut dengan gugus alkil
ditambah dengan kata "alkohol", misalnya metil alkohol, etil alkohol. Propil alkohol dapat disebutn-
propil alkohol atau isopropil alkohol, tergantung dari dimana gugus fungsinya berikatan, berikatan
pada karbon pertama atau kedua pada rantaipropana.
Alkohol dapat dikelompokkan menjadi alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier,
tergantung dari berapa banyak atom karbon lain yang berikatan dengan atom karbon yang juga
mengikat gugus hidroksil. Alkohol primer mempunyai rumus umum RCH2OH; alkohol sekunder
rumus umumnya RR'CHOH; dan alkohol tersier rumus umumnya RR'R"COH, dimana R, R', dan R"
melambangkan gugus alkil. Etanol dan n-propil alkohol adalah contoh alkohol primer; isopropil
alkohol adalah contoh alkohol sekunder. Penggunaan awalan sek- (atau s-) dan tert- (atau t-), biasanya
ditulis dalam huruf miring, dapat digunakan sebelum nama gugus alkil untuk membedakan alkohol
sekunder dan alkohol tersier dari alkohol primer. Contohnya, isopropil alkohol juga dapat disebut sek-
propil alkohol, dan alkohol tersier (CH3)3COH, atau 2-metil-2-propanol juga dapat disebut dengan tert-
butil alkohol atau tert-butanol.

b. Nama Umum/Trivial/Perdagangan
Rumus kimia Nama IUPAC Nama umum
Alkohol monohidrik
CH3OH Metanol Alkohol kayu
C2H5OH Etanol Alkohol gandum
C3H7OH Isopropil alkohol Alkohol gosok
C5H11OH Pentanol Amil alkohol
C16H33OH 1-Heksadekanol Cetil alkohol
Alkohol polihidrik
C2H4(OH)2 1,2-etadienol Etilen glikol
C3H5(OH)3 1,2,3-propatrienol Gliserol
C4H6(OH)4 1,2,3,4-butatetraenol Eritritol
C5H7(OH)5 1,2,3,4,5-pentapentanol Xylitol
C6H8(OH)6 1,2,3,4,5,6-heksaheksanol Mannitol, Sorbitol
C7H9(OH)7 1,2,3,4,5,6,7-heptaheptanol Volemitol
Alkohol alifatik tidak tersaturasi
C3H5OH Prop-2-ene-1-ol Alil alkohol
C10H17OH 3,7-Dimethylocta-2,6-dien-1-ol Geraniol
C3H3OH Prop-2-in-1-ol Propargil alkohol
Alkohol alisiklik
C6H6(OH)6 Cyclohexane-1,2,3,4,5,6-geksol Inositol
C10H19OH 2 - (2-propyl)-5-methyl-cyclohexane-1-ol Mentol

4. KEASAMAN
Alkohol adalah asam lemah, karena perbedaan keelektronegatifanantara Oksigen dan Hidrogen
pada gugus hidroksil, yang memampukan Hidrogen lepas dengan mudah. Bila di dekat Karbon
Hidroksi terdapatgugus penarik elektron seperti fenil atau halogen, maka keasaman meningkat.
Sebaliknya, semakin banyak gugus pendorong elektron seperti rantai alkana, keasaman menurun.

5. SIFAT-SIFAT ALKOHOL
A. Sifat Fisik
a. Tiga suku pertama alkohol (metanol, etanol, dan propanol) mudah larut dalam air dengan semua
perbandingan. Alkohol merupakan cairan tidak berwarna (jernih) dan berbau khas.
b. Titik cair dan titik didihnya meningkat sesuai dengan bertambahnya Mr alkanol.

B. Sifat Kimia
a. Ikatan Hidrogen
Antarmolekul hidrogen terdapat ikatan hidrogen.
b. Kepolaran
Alkohol bersifat polar karena memiliki gugus OH. Kepolaran alkohol akan makin kecil jika suhunya
makin tinggi.
c. Reaksi Dengan Logam
Alkohol kering dapat bereaksi dengan logam K dan Na.
d. Oksidasi
Alkohol primer dan sekunder dapat dioksidasi dengan menggunakan oksidator, tetapi alkohol tersier
tidak.

B. ETER
Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R—O—R', dengan R dapat
berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum adalah pelarut dan anestetik dietil
eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan
biokimia, karena gugus ini merupakan gugus penghubung pada senyawakarbohidrat dan lignin.
1. Struktur dan ikatan
Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan jarak C-O sekitar 140 pm.
Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen pada
senyawa eter adalah sp3.
Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen yang berada pada posisi alfa
relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada hidrogen senyawa hidrokarbon. Walau demikian,
hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa hidrogen keton.
Struktur Serupa
Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang mempunyai stuktur serupa
- R-O-R.
 Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian daripada sistem aromatik.
 Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan oksigen terikat dengan
oksigen, nitrogen, atau sulfur:
o Ester R-C(=O)-O-R
o Asetal R-CH(-O-R)-O-R
o Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
o Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R
o

2. Sifat-sifat fisika
Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan sesamanya, sehingga mengakibatkan
senyawa eter memiliki titik didih yang relatif rendah dibandingkan dengan alkohol.
Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol C-O tidak
dapat meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol,
ester, ataupun amida. walau demikian, keberadaan dua pasangan elektron menyendiri pada atom
oksigen eter, memungkinkan eter berikatan hidrogen dengan molekul air.Eter dapat dipisahkan secara
sempurna melalui destilasi.
Eter siklik seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air karena atom oksigennya
lebih terpapar ikatan hidrogen dibandingkan dengan eter-eter alifatik lainnya.

Beberapa alkil eter


Eter Struktur Titik Titidk Kelarutan Momen
lebur didih dalam 1 L dipol
(°C) (°C) H2 O (D)
Dimetil eter CH3-O- - -23,0 70 g 1,30
CH3 138,5
Dietil eter CH3CH2- - 34,4 69 g 1,14
O-CH2CH3 116,3
Tetrahidrofura O(CH2)4 - 66,0 Larut pada 1,74
n 108,4 semua
perbandingan
Dioksana O(C2H4)2O 11,8 101,3 Larut pada 0,45
semua
perbandingan

3. Reaksi
Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih reaktif
daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai berikut.

a. Pembelahan eter
Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam mineral seperi asam
bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter dengan sangat lambat. Metil eter umumnya
akan menghasilkan metil halida:
ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH
Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+Br-.
Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron tribomida (dalam
beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan menghasilkan alkil bromida. Berganting
pada substituennya, beberapa eter dapat dibelah menggunakan berbagai jenis reagen seperti basa kuat.

b. Pembentukan peroksida
Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan oksigen (ataupun
udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida yang dihasilkan
dapat meledak. Oleh karena ini, diisopropil eter dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.
c. Sebagai basa Lewis
Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted. Asam kuat dapat memprotonasi
oksigen, menghasilkan "ion onium". Contohnya, dietil eter dapat membentuk kompleks dengan boron
trifluorida, yaitu dietil eterat (BF3.OEt2). Eter juga berkooridasi dengan Mg(II) dalamreagen Grignard.
Polieter (misalnya eter mahkoya) dapat mengikat logam dengan sangat kuat.

4. Sintesis
Eter dapat disintesis melalui beberapa cara:

a. Dehidrasi alkohol
Dehidrasi senyawa alkohol dapat menghasilkan eter:
2 R-OH → R-O-R + H2O
Reaksi ini memerlukan temperatur yang tinggi (sekitar 125 °C). Reaksi ini dikatalisis oleh asam,
biasanya asam sulfat. Metode ini efektif untukn menghasilkan eter simetris, namun tidak dapat
digunakan untuk menghasilkan eter tak simetris. Dietil eter dihasilkan dari etanol menggunakan metode
ini. Eter siklik dapat pula dihasilkan menggunakan metode ini.

b. Sintesis eter Williamson


Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida olehalkoksida
R-ONa + R'-X → R-O-R' + NaX
Reaksi ini dinamakan sintesis eter Williamson. Reaksi ini melibatkan
penggunaan alkohol dengan basa kuat, menghasilkan alkoksida, yang diikuti oleh adisi pada senyawa
alifatik terkait yang memiliki gugus lepas(R-X). Gugus lepas tersebut dapat berupa iodida, bromida,
maupunsulfonat. Metode ini biasanya tidak bekerja dengan baik dengan aril halida
(misalnya bromobenzena). Reaksi ini menghasilkan rendemen reaksi yang tinggi untuk halida primer.
Halida sekunder dan tersier sangat rawan menjalani reaksi eliminasi E2 seketika berpaparan dengan
anion alkoksida yang sangat basa.
Dalam reaksi lainnya yang terkait, alkil halida menjalani substitusi nukleofilik oleh fenoksida. R-X
tidak dapat digunakan untuk bereaksi dengan alkohol. Namun, fenol dapat digunakan untuk
menggantikan alkohol. Oleh karena fenol bersifat asam, ia dapat bereaksi dengan basa kuat
seperti natrium hidroksida, membentuk ion fenoksida. Ion fenoksida ini kemudian mensubstitusi gugus
-X pada alkil halida, menghasilkan eter dengan gugus aril yang melekat padanya melalui
mekanisme reaksi SN2.
C6H5OH + OH- → C6H5-O- + H2O
C6H5-O- + R-X → C6H5OR

c. Kondensasi Ullmann
Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya adalah aril halida.
Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga.

d. Adisi elektrofilik alkohol ke alkena


Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi secara elektrofilik.
R2C=CR2 + R-OH → R2CH-C(-O-R)-R2
Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri trifluoroasetat
(Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis.

e. Pembuatan epoksida
Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida yang paling penting dalam industri
adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi etilena dengan oksigen. Epoksida lainnya dapat
dihasilkan melalui dua cara:
 Melalui oksidasi alkena dengan peroksiasam seperti Asam meta-kloroperoksibenzoat (m-
CPBA).
 Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin.
BAB 8
SPEKTROSKOPI I : INFRAMERAH DAN
RESONANSI MAGNETIK NUKLIR (NMR)
SPEKTROSKOPI NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE

A. Pengertian Spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance

Nuclear Magnetic Resonance (NMR) adalah salah satu metode analisis yang paling mudah
digunakan pada kimia modern. NMR digunakan untuk menentukan struktur dari komponen alami dan
sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen
dalam larutan yang dapat mengalami reaksi kimia. Meskipun banyak jenis nuclei yang berbeda akan
menghasilkan spektrum, nuclei hidrogen (H) secara histori adalah salah satu yang paling sering diamati.
Spektrokopi NMR khususnya digunakan pada studi molekul organik karena biasanya membentuk atom
hidrogen dengan jumlah yang sangat besar.

Pada spektrum hidrogen NMR menghadirkan beberapa resonansi yang menjelaskan pertama
bahwa molekul yang dipelajari mengandung hidrogen. Kedua, jumlah pita dalam spektrum
menunjukkan bagaimana beberapa posisi yang berbeda pada molekul dimana hidrogen
melekat/menempel. Frekuensi dari beberapa resonansi utama pada spektrum NMR menunjukkan
perubahan kimia. Ini sangat penting untuk menduga bagian dari spektrum NMR yang mengandung
informasi tentang lingkungan masing-masing atom hidrogen dan struktur dari komponen yang
dipelajari. Informasi ketiga bahwa sebuah spektrum NMR menentukan perbandingan luas/daerah pita
yang berbeda, ini menjelaskan jumlah atom hidrogen yang relatif yang keluar pada masing-masing
posisi pada molekul yang diperoleh.

Perbandingan ini petunjuk/bukti langsung struktur dari struktur molekul dan harus mutlak
sesuai untuk beberapa struktur yang diusulkan sebelum struktur tersebut kemungkinan
dipertimbangkan benar. Struktur kompleks pita-pita dapat mengandung informasi tentang jarak yang
memisahkan beberapa atom hidrogen yang melewati ikatan kovalen dan penyusun spasial atom
hidrogen yang melekat pada molekul, termasuk struktur dasarnya. Struktur dasar menunjukkan
pembungkusan atau penggabungan molekul yang memiliki ikatan yang panjang, seperti struktur spiral
DNA. Struktur kompleks pita NMR pada mulanya spin coupling diantara beberapa atom hidrogen.
Penggabungan ini merupakan perputaran fungsi jarak melintasi ikatan dan geometri molekul. Dalam
kasus molekul kecil, pita yang kompleks mungkin disimulasikan tepat dengan perhitungan mekanika
kuantum atau didekati menggunakan mekanika kuantum yang sesuai dengan aturan.

Spektrofotometri NMR adalah salah satu teknik utama yang digunakan untuk
mendapatkan informasi fisik, kimia, elektronik dan tentang struktur molekul. Spektrofotometri
NMR pada dasarnya merupakan spektrofotometri absorbsi, sebagaimana spektrofotometri
infra merah maupun spektrofotometer ultraviolet. Pada kondisi yang sesuai, suatu sampel
dapat mengabsorpsi radiasi elektromagnetik daerah frekuensi radio, pada frekuensi yang tergantung
dari sifat - sifat sampel. Suatu plot dari frekuensi puncak-puncak absorbsi versus intensitas puncak
memberikan suatu spektrum NMR.
NMR digunakan untuk menentukan struktur dari komponen alami dan sintetik yang baru,
kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam
larutan yang dapat mengalami reaksi kimia.
Spektroskopi NMR merupakan alat yang dikembangkan dalam biologi structural. Dasar dari
spektroskopi NMR adalah absorpsi radiasi elektromagnetik dengan frekuensi radio oleh inti
atom. Frekuensi radio yang digunakan berkisar dari 0,1 sampai dengan 100 MHz. Bahkan, baru-
baru ini ada spektrometer NMR yang menggunakan radio frekuensi sampai 500 MHz.
Inti proton (atom hidrogen) dan karbon (karbon 13) mempunyai sifat-sifat magnet.
Bila suatu senyawa mengandung hidrogen atau karbon diletakkan dalam bidang magnet yang
sangat kuat dan diradiasi dengan radiasi elektromagnetik maka inti atom hidrogen dan karbon
dari senyawa tersebut akan menyerap energy melalui suatu proses absorpsi yang dikenal dengan
resonansi magnetik. Absorpsi radiasi terjadi bila kekuatan medan magnet sesuai dengan
frekuensi radiasi elektromagnetik.
Proton tunggal 1H adalah isotop yang paling penting dalam hidrogen. Isotop ini melimpah
hampir 100% dan jaringan hewan mengandung 80% air. 1H memproses momen magnetik yang besar
dari nuclei yang penting secara biologi. Ketika pada medan magnet konstan, frekuensi NMR dari
nuclei hanya bergantung pada momen magnetnya, frekuensi 1H paling tinggi pada spektrometer
yang sama. Sebagai contoh, pada spektrometer 360 MHz untuk 1H, frekuensi untuk 31P adalah
145,76 MHz dan untuk 13C adalah sekitar 90 MHz. 13C adalah isotop karbon yang dapat digunakan
untuk NMR. Di alam hanya ada 1,1%. Oleh karena itu, spektrum 13C yang diperoleh membutuhkan
banyak waktu.
Disamping itu spektrum 13C lebarnya adalah 200 ppm, yang identifikasinya mudah diperoleh
pada metabolisme jaringan. Sensitivitas spektroskopi 13C dapat ditingkatkan dengan
spektroskopi proton-observed carbon-edited.

A. Kegunaan Nuclear Magnetic Resonance

Banyak informasi yang dapat diperoleh dari spektra NMR. Pada umumnya metode ini berguna
sekali untuk mengidentifikasi struktur senyawa atau rumus bangun molekul senyawa organik.
Meskipun Spektroskopi Infra Merah juga dapat digunakan untuk tujuan tersebut, analisis spektra
NMR mampu memberikan informasi yang lebih lengkap.
NMR digunakan untuk menentukan struktur dari komponen alami dan sintetik yang baru,
kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam larutan
yang dapat mengalami reaksi kimia. Spektroskopi NMR merupakan alat yang dikembangkan dalam
biologi struktural. Dasar dari spektroskopi NMR adalah absorpsi radiasi elektromagnetik dengan
frekuensi radio oleh inti atom. Frekuensi radio yang digunakan berkisar dari 0,1 sampai dengan 100
MHz. Bahkan, baru-baru ini ada spektrometer NMR yang menggunakan radio frekuensi sampai 500
MHz. Inti proton (atom hidrogen) dan karbon (karbon 13) mempunyai sifat-sifat magnet. Bila suatu
senyawa mengandung hidrogen atau karbon diletakkan dalam bidang magnet yang sangat kuat dan
diradiasi dengan radiasi elektromagnetik maka inti atom hidrogen dankarbon dari senyawa tersebut
akan menyerap energi melalui suatu proses absorpsi yang dikenal dengan resonansi magnetik.
Absorpsi radiasi terjadi bila kekuatan medan magnet sesuai dengan frekuensi radiasi elektromagnetik.
Proton tunggal 1H adalah isotop yang paling penting dalam hidrogen. Isotop ini melimpah hampir
100% dan jaringan hewan mengandung 80% air. 1H memproses momen magnetik yang besar dari
inti yang penting secara biologi. Ketika pada medan magnet konstan, frekuensi NMR dari inti hanya
bergantung pada momen magnetnya, frekuensi 1H paling tinggi pada spektrometer yang sama.
Sebagai contoh, pada spektrometer 360MHz untuk 1H, frekuensi untuk 31P adalah 145,76 MHz dan
untuk 13C adalah sekitar 90MHz..
Dampak spektroskopi NMR pada senyawa bahan alam sangat penting. Ini dapat digunakan
untuk mempelajari campuran analisis, untuk memahami efek dinamis seperti perubahan pada suhu
dan mekanisme reaksi, dan merupakan instrumen tak ternilai untuk memahami struktur dan fungsi
asam nukleat dan protein. Teknik ini dapat digunakan untuk berbagai variasi sampel, dalam bentuk
padat atau pun larutan.
Aplikasi Spektroskopi NMR. Biasanya digunakan untuk mengidentifikasi atau menjelaskan
informasi struktur rinci tentang senyawa kimia. Sebagai contoh:
1. Menentukan kemurnian obat-obatan.
2. Mengidentifikasi kontaminan dalam makanan, kosmetik, atau obat-obatan
3. Membantu ahli kimia penelitian menemukan apakah reaksi kimia telah terjadi di situs yang benar
pada molekul.
4. Mengidentifikasi obat disita oleh polisi dan agen bea cukai.
5. Memeriksa struktur plastik, untuk memastikan mereka akan memiliki sifat yang diinginkan.

B. Hukum Yang Mendasari Kerja Spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance

Metode spektroskopi jenis ini didasarkan pada penyerapan energi oleh partikel yang sedang
berputar di dalam medan magnet yang kuat. Energi yang dipakai dalam pengukuran dengan
metode ini berada pada daerah gelombang radio 75-0,5m atau pada frekuensi 4-600 MHz, yang
bergantung pada jenis inti yang diukur. Inti yang dapat diukur dengan NMR yaitu :
a) Bentuk bulat
b) Berputar
c) Bilangan kuantum spin = ½
d) Jumlah proton dan netron ganjil, contoh : 1H, 19F, 31P, 11B, 13C

Di dalam medan magnet, inti aktif NMR (misalnya 1H atau 13C) menyerap pada frekuensi karakteristik
suatu isotop. Frekuensi resonansi, energi absorpsi dan intensitas sinyal berbanding lurus
dengan kekuatan medan magnet. Sebagai contoh, pada medan magnet 21 tesla, proton
beresonansi pada 900 MHz. nilai magnet 21 T dianggap setara dengan magnet 900 MHZ,
meskipun inti yang berbeda beresonansi pada frekuensi yang berbeda. Di medan magnet bumi,
inti yang sama beresonansi pada frekuensi audio. Fenomena ini dimanfaatkan oleh spektrometer
NMR medan bumi, yang lebih murah dan mudah dibawa. Instrumen ini biasa digunakan untuk
keperluan kerja lapangan dan pengajaran.
Spektrometri NMR (Nuclear Magnetic Resonance = Resonansi Magnetik Inti) berhubungan
dengan sifat magnet dari inti atom. Spektroskopi NMR didasarkan pada penyerapan panjang
gelombang radio oleh inti-inti tertentu dalam molekul organik, apabila molekul ini berada dalam medan
magnet yang kuat.Inti atom unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni atom unsur yang
mempunyai spin atau tidak mempunyai spin. Spin inti akan menimbulkan medan magnet. Dari
resonansi magnet proton (RMP), akan diperoleh informasi jenis hidrogen, jumlah hidrogen dan
lingkungan hidrogen dalam suatu senyawa begitu juga dari resonansi magnet karbon (RMC).

Spektrometri NMR ini memberikan banyak informasi mengenai kedudukan gugus fungsi. Ada
empat parameter yang dapat membantu menginterpretasi spektra NMR. (1) pergeseran kimia, (2)
penjodohan spin, (3) tetapan penjodohan dan pola penjodohan, dan (4) integrasi. Untuk memastikan
kebenaran struktur yang dianalisis, metode ini sering dibantu dengan spektroskopi 2-D yaitu HMQC
(Heteronuclear Multiple Quantum Coherence), HMBC (Heteronuclear Multi Bond Coherence), COSY
(Correlation Spectroscopy) dan NOESY (Nuclear Overhauser Effect Spectroscopy).
Prinsip dalam spektrometri NMR yaitu bila sampel yang mengandung1H atau 13C (bahkan
semua senyawa organik) ditempatkan dalam medan magnet, akan timbul interaksi antara medan magnet
luar tadi dengan magnet kecil (inti). Karena adanya interaksi ini, magnet kecil akan terbagi atas dua
tingkat energi (tingkat yang sedikit agak lebih stabil (+) dan keadaan yang kurang stabil (-)) yang
energinya berbeda. Karena inti merupakan materi mikroskopik, maka energi yang berkaitan dengan inti
ini terkuantisasi, artinya tidak kontinyu. Perbedaan energi antara dua keadaan diberikan oleh
persamaan.
∆E = γhH/2π
H yaitu kuat medan magnet luar (yakni magnet spektrometer), h yaitu tetapan Planck, γ yaitu tetapan
khas bagi jenis inti tertentu, disebut dengan rasio giromagnetik dan untuk proton nilainya 2,6752 x
108 kg-1 s A (A= amper). Bila sampel disinari dengan gelombang elektromagnetik (ν) yang berkaitan
dengan perbedaan energi (∆E),
∆E = hν
Inti dalam keadaan (+) mengabsorbsi energi ini dan tereksitasi ke tingkat energi (-). Proses
mengeksitasi inti dalam medan magnetik akan mengabsorbsi energi (resonansi) disebut nuclear
magnetic resonance(NMR).
Frekuensi gelombang elektromagnetik yang diabsorbsi diungkapkan sebagai fungsi H.
ν = γH/2π
Bila kekuatan medan magnet luar, yakni magnet spektrometer, adalah 2,3490 T(tesla; 1 T = 23490
Gauss), ν yang diamati sekitar 1 x 108 Hz = 100 MHz. Nilai frekuensi ini di daerah gelombang mikro.
Secara prinsip, frekuensi gelombang elektromagnetik yang diserap ditentukan oleh kekuatan
magnet dan jenis inti yang diamati. Namun, perubahan kecil dalam frekuensi diinduksi oleh perbedaan
lingkungan kimia tempat inti tersebut berada. Perubahan ini disebut pergeseran kimia.
Dalam spektrometri 1H NMR, pergeseran kimia diungkapkan sebagai nilai relatif terhadap frekuensi
absorpsi (0 Hz) tetrametilsilan standar (TMS) (CH3)4Si.
Frekuensi resonansi (frekuensi absorpsi) proton (atau inti lain) sebanding dengan kekuatan
magnet spektrometer. Perbandingan data spektrum akan sukar bila spektrum yang didapat dengan
magnet berbeda kekuatannya. Untuk mencegah kesukaran ini, skala δ, yang tidak bergantung pada
kekuatan medan magnet, dikenalkan. Nilai δ didefinisikan sebagai berikut.
δ = (∆ν/ν) x 106 (ppm)
ppm = geseran kimia inti senyawa
Δv = frekuensi sampel – 0 (frekuensi senyawa pembanding biasanya nol)
v = frekuensi yang dipasang atau digunakan
ν merupakan perbedaan frekuensi resonansi (dalam Hz) inti yang diselidiki dari frekuensi standar
TMS (dalam banyak kasus) dan ν frek uensi (dalam Hz) proton ditentukan oleh spektrometer yang
sama. Karena nilai ν/ν sedemikian kecil, nilainya dikalikan dengan 106. Jadi nilai δ diungkapkan
dalam satuan ppm.

C. Bagan alat dan keteranagn komponen – komponennya

Instrumen NMR terdiri atas komponen-komponen utama berikut :


1. Magnet ; kekuatan magnet menentukan akurasi dan kualitas suatu alat NMR. Ada tiga jenis
magnet yang dipakai :
 Magnet permanen
 Elektromagnet
 Magnet superkonduksi

Magnet Akurasi dan kualitas suatu alat NMR tergantung pada kekuatan magnetnya.
Resolusiakan bertambah dengan kenaikkan kekuatan medannnya, bila medan
magnetnyahomogen elektromagnet dan kumparan superkonduktor (selenoids).
Magnetpermanen mempunyai kuat medan 7046-14002 G, ini sesuai dengan frekuensioskilator
antara 30-60 MHz. Termostat yang baik diperlukan karena magnet bersifatpeka terhadap
temperatur. Elektromagnet memerlukan sistem pendingin,elektromagnet yang banyak di
pasaran mempunyai frekuensi 60, 90 dan 100 MHzuntuk proton. NMR beresolusi tinggi dan
bermagnet superkonduktor dengan frekuensiproton 470 MHz. Pengaruh fluktuasi medan dapat
diatasi dengan sistem penguncifrekuensi, dapat berupa tipe pengunci eksternal atau internal.
Pada tipe eksternalwadah senyawa pembanding dengan senyawa sampel berada pada tempat
terpisah,sedang pada tipe internal senyawa pembanding larut bersama-sama sampel.
Senyawapembanding biasanya tetrametilsilan (TMS).
2. Generator medan magnet penyapu ; Suatu pasangan kumparan terletak sejajar terhadap
permukaan magnet, digunakan untuk mengubah medan magnet pada suatu range yang sempit.
Dengan memvariasikan arus searah melalui kumparan ini, medan efektif dapat diubah-
ubahdengan perbedaan sekitar 10-3 gauss. Perubahan medan ini disinkronisasikan secaralinier
dengan perubahan waktu. Untuk alat 60 MHz (proton), range sapuannya adalah235 x 10-
3gauss. Untuk F19, C13, diperlukan sapuan frekuensi sebesar 10 KHz.
3. Sumber frekuensi radio, sinyal frekuensi oskilasi radio (transmiter) disalurkan pada sepasang
kumparan yangpossinya 90º terhadap jalar dan magnet. Suatu oskilator yang tetap sebesar 60,
90atau 100 MHz digunakan dalam NMR beresolusi tinggi.
4. Detektor sinyal Sinyal frekuensi radio yang dihasilkan oleh inti yang beresolusi dideteksi
dengan kumparan yang mengitari sampel dan tegak lurus terhadap sumber. Sinyal listrik
yangdihasilkan lemah dan biasanya dikuatkan dulu sebelum dicatat.
5. Perekaman (Rekorder) Pencatat sinyal NMR disinkronisasikan dengan sapuan medan, rekorder
mengendalikan laju sapuan spektrum. Luas puncak dapat digunakan untukmenentukan jumlah
relatif inti yang mengabsorpsi.
6. Tempat sampel dan kelengkapannya (Tempat sampel dan probe) Tempat sampel merupakan
tabung gelas berdiameter 5mm dan dapat diisi cairansampai 0,4 ml. Probe sampel terdiri atas
tempat kedudukan sampel, sumber frekuensi penyapu dan kumparan detektor dengan sel
pembanding. Detektor dan kumparan penerima diorientasikan pada 90º. Probe sampel
menggelilingi tabung sampel pada ratusan rpm dengan sumbu longitudinal.
Untuk NMR beresolusi tinggi, sampel tidak boleh terlalu kental. Biasanya digunakan konsentrasi
larutan 2-15%. Pelarut yang baik unutk NMR sebaiknya tidak mengandung proton seperti CS2, CCl4.
Pelarut–pelarut berdeuterium juga sering digunakan sep seperti CDCl3 atau C6D6. (Khopkar, 2003).
BAB 9
ALKENA DAN ALKUNA

ALAKENA dan ALKUNA


Sebuah alkena ialah suatu hidrokarbon yang mengandung satu ikatan rangkap.Kadang alkena disebut
olefin,dari kata olefiant gas (gas yang membentuk minyak),suatu nama lama untuk etilena
(CH2=CH2).Sebuah alkuna ialah suatu hidrokarbon dengan satu ikatan ganda tiga;asetilena (Metuna)
adalah alkuna tersederhana.

SUB-BAB
9.1
IKATAN DALAM ALKENA DAN ALKUNA
Semua atom dalam molekul etilena terletak dalam satu bidang;namun dalam molekul yang juga
memiliki karbon sp3,hanya atom yang terikat pada karbon berikatan rangkap sajalah yang terletak
dalam bidang itu.
Salah satu akibat penting dari polaritas ikatan karbon alkunil-hidrogen ialah bahwa asetilena
dapat melepaskan sebuah ion hydrogen kepada basa kuat.Anion yang dihasilkan disebut ion
asetilida.Dengan pKa = 25,alkuna bukanlah asam kuat.Alkuna lebih lemah daripada air,tetapi lebih
kuat daripada ammonia.Alkuna dapat bereaksi dengan suatu basa kuat seperti sodamida (NaNH2).

SUB-BAB 9.2
TATANAMA ALKENA DAN ALKUNA
Tatanama senyawa alkena dengan alkuna hamper sama,hanya dibedakan pada akhirannya
saja.Jika,alkena akhirannya diganti dengan (-ena) sedangkan alkuna diganti (-una).
a. Tatanama senyawa alkena :

#1Jika tidak ditemukan gugus alkil pada rantai induk, maka langsung ke posisi rangkap, seperti strutur
senyawa hidrokarbon alkena berikut ini.

#2 Jika posisi rangkap dan gugus alkil jaraknya sama antar dua ujung rantai induk, maka prioritas
utama adalah rangkap, seperti struktur senyawa hidrokarbon berikut ini.

Alternatif jawaban lain (salah)


#3 Jika terdapat dua ikatan rangkap pada rantai induk, tambahkan di, jika tiga=tri, empat=tetra, seperti
struktur hidrokaron alkena berikut ini.

#4 Jika terdapat gugus alkil antara dua ikatan rangkap yang berjarak sama dari dua ujung rantai induk,
maka prioritas berikutnya adalah posisi gugus alkil, seperti struktur hidrokarbon alkena berikut ini.

Alternatif jawaban lain (salah)

#5 Jika terdapat gugus alkil yang berbeda, prioritaskan gugus alkil yang huruf awal lebih dahulu dalam
abjad, seperti tata nama senyawa hidrokarbon berikut berikut.
b. Tatanama senyawa alkuna :

#1 Jika tidak ditemukan gugus alkil pada rantai induk alkuna, maka langsung ke posisi rangkap, seperti
strutur senyawa hidrokarbon alkuna berikut ini.

#2 Jika terdapat gugus alkil pada rantai induk alkuna, maka prioritaskan posisi rangkap, seperti
struktur hidrokarbon alkuna berikut.

#3 Jika terdapat dua ikatan rangkap pada rantai induk alkuna dengan jarak yang sama dari ujung-
ujungnya, maka prioritas berikutnya adalah posisi alkil, seperti struktur hidrokarbon alkuna berikut.

Alternatif jawaban lain (salah)


Jika,terdapat kefungsionalan yang memiliki prioritas tatanama yang lebih tinggi,maka rantai
diberi nomor dari ujung sehingga ikatan rangkap mendapatkan nomor rendah.Nomor paling rendah
untuk kefungsionalan yang lebih prioritas.Nomor awalan menunjukkan atom karbon,darimana ikatan
rangkap itu mulai.Contoh:

CH2=CHCH2CH2OH
3-Buten-1-ol
SUB-BAB 9.3
SIFAT FISIS ALKENA DAN ALKUNA
Alkuna dengan rantai anggota terpendek (etuna, propuna, dan butuna) merupakan gas tak
berwarna dan tak berbau. Adanya pengotor berupa gas fosgen (ClCOCl), etuna (asetilena) berbau
seperti bawang putih. Delapan anggota selanjutnya berwujud cair, dan jika rantai semakin panjang
maka wujud alkuna adalah padatan pada tekanan dan temperatur standar. Semua alkuna mempunyai
massa jenis lebih kecil daripada air. Alkuna memiliki polaritas yang rendah, pada dasarnya senyawa
alkuna memiliki sifat yang sama seperti alkana dan alkena. Alkuna tidak dapat larut dalam air dan
sedikit larut dalam pelarut organik dengan polaritas yang rendah seperti : ligroin, ether, benzene, carbon
tetrachloride. Titik didih alkuna meningkat dengan bertambahnya atom C.
Pada suhu kamar, tiga suku yang pertama adalah gas, suku-suku berikutnya adalah cair dan
suku-suku tinggi berbentuk padat. Jika cairan alkena dicampur dengan air maka kedua cairan itu akan
membentuk lapisan yang saling tidak bercampur. Karena kerpatan cairan alkena lebih kecil dari 1 maka
cairan alkena berada di atas lapisan air.Dapat terbakar dengan nyala yang berjelaga karena kadar karbon
alkena lebih tinggi daripada alkana yang jumlah atom karbonnya sama.
SUB-BAB 9.4
SPEKTRA ALKENA DAN ALKUNA
a. Spektra Inframerah
Spektrofotometri inframerah lebih banyak digunakan untuk identifikasi suatu senyawa melalui gugus
fungsinya. Untuk keperluan elusidasi struktur, daerah dengan bilangan gelombang 1400 – 4000 cm-1 yang berada
dibagian kiri spektrum IR, merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugus-gugus fungsional,
yang merupakan absorbsi dari vibrasi ulur. Selanjutnya daerah yang berada disebelah kanan bilangan gelombang
1400 cm-1 sering kali sangat rumit karena pada daerah ini terjadi absorbsi dari vibrasi ulur dan vibrasi tekuk,
namun setiap senyawa organik memiliki absorbsi yang kharakteristik pada daerah ini. Oleh karena itu bagian
spektrum ini disebut daerah sidikjari (fingerprint region). Saat ini ada dua macam instrumen yaitu spektroskopi
IR dan FTIR (Furier Transformation Infra Red). FTIR lebih sensitif dan akurat misalkan dapat membedakan
bentuk cis dan trans, ikatan rangkap terkonyugasi dan terisolasi dan lain-lain yang dalam spektrofotometer IR
tidak dapat dibedakan.

Selanjutnya juga dapat diketahui daerah-daerah vibrasi dari masing-masing ikatan yang dimiliki
oleh senyawa organik dapat dilihat pada Gambar. dibawah ini.

Dalam menginterpretasi suatu spektrum IR senyawa hasil isolasi/sintesis, fokus perhatian


dipusatkan kepada gugus fungsional utama seperti karbonil (C=O), hidroksil (O-H), nitril (C-N) dan
lain-lain. Serapan C-C tunggal dan C-H sp3 tidak perlu terlalu dipusingkan karena hampir semua
senyawa organik mempunyai serapan pada daerah tersebut.
Berikut panduan dalam menganalisis spektrum IR suatu senyawa organik:
1. Perhatikan, apakah ada gugus karbonil (C=O) pada daerah 1820-1600 cm-1 yang puncaknya tajam dan
sangat karakteristik.
2. Bila ada gugus karbonil, maka perhatikan kemungkinan gugus fungsional berikut, jika tidak ada maka
dilanjutkan pada langkah 3.
a. Asam karboksilat akan memunculkan serapan OH apda daerah 3500-3300 cm-1
b. Amida akan memberikan serapan N-H yang tajam pada daerah sekitar 3500 cm-1
c. Ester akan memunculkan serapan C-O tajam dan kuat pada 1300-1000 cm-1
d. Anhirida akan memunculkan serapan C=O kembar pada 1810 dan 1760 cm-1.
e. Aldehida akan memunculkan C-H aldehida intensitas lemah tajam pada 2850-2750 cm-1 baik yang
simetri maupun anti-simetri
f. Keton, bila semua yang di atas tidak muncul.
3. Bila serapan karbonil tidak ada maka:
a. Ujilah alkohol (-OH), dengan memperhatikan adanya serapan yang melebar (khas sekali) pada 3500-
3300 cm-1 (dikonformasi dengan asam karboksilat) dan diperkuat dengan serapan C-O pada sekitar
1300-1000 cm-1
b. Ujilah amina (N-H), dengan memperhatikan adanya serapan medium pada sekitar 3500 cm-1
(dikonformasi dengan amida)
c. Ujilah eter (C-O), dengan memperhatikan serapan pada 1300-1000 cm-1 (dikonformasi dengan alkohol
dan ester)
d. Ikatan C=C alkena dan aromatis. Untuk alkena serapan akan muncul pada 1650 cm-1, sedangkan untuk
aromatis sekitar 1650-1450 cm-1. Serapan C-H alifatik alkena akan muncul di bawah 3000 cm-1,
sedangkan C-H vinilik benzena akan muncul di atas 3000 cm-1
e. Ikatan C≡C alkuna akan muncul lemah tajam pada 2150 cm-1, sedangkan C≡N nitril medium dan tajam
akan muncul pada 2250 cm-1
f. Gugus nitro NO2, memberikan serapan kuat sekitar 1600-1500 cm-1 dari anti-simetris dan juga pada
1390-1300 cm-1 untuk simetris
g. Bila informasi 1 sampai 6 di atas tidak ada maka dugaan kuat spektrum IR adalah dari senyawa
hidrokarbon.
b. Spektra nmr
Dalam spektroskopi resonansi magnetik nuklir (NMR), pergeseran kimia adalah frekuensi
resonansi inti relatif terhadap standar dalam medan magnet. Seringkali posisi dan jumlah pergeseran kimia
[1] [2] [3]
mendiagnosis struktur molekul . Pergeseran kimia juga digunakan untuk menggambarkan sinyal
dalam bentuk spektroskopi lain seperti spektroskopi photoemission . Beberapa inti atom memiliki momen
magnetik ( putaran nuklir ), yang memunculkan tingkat energi dan frekuensi resonansi yang berbeda dalam
medan magnet . Medan magnet total yang dialami oleh nukleus mencakup medan magnet lokal yang
disebabkan oleh arus elektron dalam orbital molekul (perhatikan bahwa elektron memiliki momen magnetik
itu sendiri). Distribusi elektron dari jenis nukleus yang sama (misalnya 1 H, 13 C, 15 N) biasanya bervariasi
sesuai dengan geometri lokal (mitra pengikatan, panjang ikatan, sudut antara ikatan, dan sebagainya), dan
dengan itu medan magnet lokal di setiap nukleus. Ini tercermin dalam tingkat energi putaran (dan frekuensi
resonansi). Variasi frekuensi resonansi magnetik nuklir dari jenis yang sama, karena variasi dalam distribusi
elektron, disebut pergeseran kimia. Ukuran pergeseran kimia diberikan sehubungan dengan frekuensi
referensi atau sampel referensi (lihat juga referensi pergeseran kimia ), biasanya sebuah molekul dengan
distribusi elektron yang nyaris tidak terdistorsi.
SUB-BAB 9.5
PEMBUATAN ALKENA DAN ALKUNA
a. Pembuatan Alkena
1) Reaksi eliminasi (penghilangan)
Adalah reaksi penghilangan dua atom yang terikat pada dua atom C yang berdekatan.
Contoh:
2) Reaksi dehidrasi
Adalah reaksi pembentukan alkena dengan disertai lepasnya molekul air. Apabila alkohol
dipanaskan bersama-sama H2SO4 pekat pada suhu 170 oC sampai 180 oC, maka akan terbentuk
alkena dan air. Contoh:
CH3 – CH2OH → CH2 = CH2 + H2O

3) Reaksi dehidrogenasi
Adalah reaksi pembentukan alkena disertai terlepasnya hidrogen dengan bantuan katalis
Cr2O3 atau Al2O3 pada 500 oC.Contoh :
CH3 – CH2 – CH3 → CH3 – CH = CH2

4) Reaksi dehalogenasi
Yaitu reaksi pembentukan alkena disertai terlepasnya gas hidrogen. Jika haloalkana
direaksikan dengan logam seng dalam pelarut aseton, maka terbentuk alkena dan
senghalida.Contoh:
CH – CHCl – CH2Cl + Zn → CH3 – CH = CH2 + ZnCl2

b. Pembuatan Alkuna

1) Dehidrohalogenasi Alkil Halida


Dehidrogenasi senyawa dihalida yang berstruktur visinal maupun geminal oleh pengaruh basa
kuat menghasilkan alkuna. Reaksi ini melalui pembentukan zat antara vinil halida.

Contoh:
CH3-CH2-CHBr-CHBr-CH3 + KOH → CH3-CH2-C≡C-CH3 + 2 KBr + 2 H2O

Pembuatan alkuna dengan cara ini biasanya menggunakan dihalida visinal, karena dihalida
visinal mudah dibuat dengan mereaksikan alkena dengan halogen.
2) Reaksi Asetilida Logam dengan Alkil Halida Primer
Alkuna terminal dapat bereaksi dengan natrium amida, NaNH2, menghasilkan natrium
alkunida.

R-C≡C-H + NaNH2 → R-C≡C-Na+ + NH3

Jika natrium alkunida direaksikan dengan alkil halida primer menghasilkan asetilena
tersubstitusi.
R-C≡C-Na+ + R'-X → R-C≡C-R' + NaX

3) Reaksi eliminasi dihalogen alkana

SUB-BAB 9.6
Reaksi Adisi Pada Alkena
1) Reaksi Adisi Alkena oleh Hidrogen
Reaksi adisi oleh hidrogen disebut juga reaksi hidrogenasi. Reaksinya dapat digambarkan
sebagai berikut.

Hidorgen mengadisi alkena dengan katalis yang sesuai. Proses ini disebut hidrogenasi.Katalis
biasanya berupa serbuk halus logam, seperti nikel, platinum, atau paladium. Logam ini menyerap
(adsorb) gas hidrogen pada permukaannya dan mengaktifkan ikatan hidrogen-hidrogen. Kedua atom
hidrogen biasanya menhgadisi dari permukaan kartalis kemuka yang sama dari ikatan rangkap.
Contohnya, 1,2-dimetilsiklopentana terutama menghasilkan cis 1,2-dimetilsiklopentana

2)Reaksi Adisi Alkena oleh Halogen


Reaksi adisi oleh halogen disebut sebagai reaksi halogenasi. Jika halogennya berupa klorin
(Cl2) disebut klorinasi, jika halogennya bromin (Br,) disebut reaksi brominasi. Reaksinya dapat
digambarkan sebagai berikut.

Reaksi brominasi etena:

Reaksi brominasi digunakan untuk membedakan golongan alkena dan alkana. Gas etena jika
dilewatkan ke dalam air brom (berwarna cokelat kemerahan), maka akan bereaksi membentuk larutan
1,2-dibromoetana yang tidak berwarna. Alkana tidak mempengaruhi warna air brom ketika senyawa
itu dilewatkan ke dalamnya.

Reaksi iodinasi etena:

3) Reaksi Adisi Alkena oleh Asam Halida

Reaksi adisi oleh asam halida disebut reaksi hidrohalogenasi. Reaksinya dapat digambarkan
sebagai berikut.
Berbagai asam mengadisi ikatan rangkap alkena. Ion hidrogen (atau proton) mengadisi satu
karbon pembawa ikatan rangkap, dan sisa asamnya akan terhubung dengan atom karbon lainnya.
Asam yang mengadisi dengan cara ini ialah halida-halida hidrogen (HF, HCl, HBr, HI) dan
asam sulfat (H-OSO3H).

4) Reaksi Adisi Alkena oleh Air


Reaksi adisi oleh air disebut juga reaksi hidrasi. Selain alkena dan air, dalam reaksi ini juga
diperlukan asam (H ,S0,, atau H ,P04) dan katalis. Reaksi hidrasi dapat digambarkan sebagai berikut.

Reaksi adisi alkena banyak digunakan dalam industri pembuatan etanol dari fermentasi glukosa.

SUB-BAB 9.7
Adisi Hidrogen Halida kepada Alkena dan Alkuna
a. Aturan Markovnikov
Aturan Markovnikov dalam kimia organik, berkaitan dengan reaksi adisi pada alkena asimetris
(tidak simetris). Produk mayor dari suatu reaksi adisi elektrofilik selalu mengikuti aturan Markovnikov
dan disebut sebagai produk Markovnikov. Menurut aturan Markovnikov: “jika suatu alkena direaksikan
dengan asam halida (HX), maka atom H dari HX akan masuk pada atom C rangkap yang mengikat H
lebih banyak”, sebagaimana diilustrasikan pada gambar berikut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa produk mayor reaksi antara propena dengan HBr
adalah 2-bromopropana. Selanjutnya, untuk memahami aturan Markovnikov dengan baik, Anda dapat

mempelajari beberapa contoh reaksi berikut.

b. Aturan Anti Markovnikov


Dalam kasus adanya suatu peroksida, produk mayor dari suatu reaksi adisi elektrofilik teramati tidak mengikuti
aturan Markovnikov. Produk mayor yang berlawanan dari aturan Markovnikov ini disebut sebagai produk anti
Markovnikov.

Aturan anti Markovnikov ini hanya berlaku pada reaksi alkena dengan HBr yang dibantu oleh kehadiran suatu
peroksida. Kehadiran suatu peroksida dalam reaksi menyebabkan H-Br mengalami pemutusan homolitik, sehingga
dihasilkan radikal bebas Br. Radikal bebas Br ini selanjutnya menyebabkan reaksi adisi tersebut berlangsung dengan
mekanisme radikal bebas, sehingga menghasilkan produk mayor berupa produk anti Markovnikov. Hal ini disebabkan
oleh sifat alamiah dari ikatan H-Br yang mudah mengalami pemutusan homolitik dan ikatan C-Br yang terbentuk juga
bersifat stabil. Oleh karena itu, aturan ini tidak berlaku pada reaksi adisi antara alkena dengan asam halida yang lain.

SUB-BAB 9.8
Hidrasi dengan Menggunakan Merkuri Asetat
Reaksi merkuri asetat Hg(O2CCH3)2 dan air pada alkena disebut oksimerkurasi. Produk
oksimerkurasi biasanya direduksi dengan Natrium borohidrid (NaBH4), suatu rangkaian reaksi yang
disebut demerkurasi. Reaksi ini terdiri dari 2 tahap reaksi yaitu adisi elektrofilik dari +HgO2OCH4
diikuti dengan serangan nukleofil H2O.

SUB-BAB 9.10
Adisi Borana kepada Alkena
a. Adisi Boran
Diboran (B2H4) adalah gas beracun yang dibuat dari reaksi Natrium borohidrid dan Boron
trifluorida (3 NaBH4 + 4 BF3 → B2H6 + 3 NaBF4). Pada larutan dietil eter, diboran terdisosiasi
membentuk boran (BH3). Boran akan bereaksi dengan alkena membentuk organoboran (R2B).
Reaksi ini teridri dari 3 langka reaksi. Dalam masing-masing tahap, satu gugus alkil ditambahkan
dalam boran sampai semua atom hidrogen telah digantikan oleh gugus alkil. Reaksi ini disebut
hidroborasi.

b. Stereokimia Hidroborasi
Reaksi hidroborasi ini berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap pertama, ikatan π alkena yang bersifat sebagai
nukleofil menyerang atom B δ+ dari molekul BH3 dalam pelarut THF, sehingga dihasilkan alkil borana. Selanjutnya,
pada tahap kedua, alkil borana yang terbentuk akan dioksidasi oleh H 2O2 dalam keadaan basa (NaOH), menghasilkan
produk alkohol dengan orientasi anti Markovnikov. Mekanisme reaksi hidroborasi alkena tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut.
SUB-BAB 9.11
Adisi Halogen kepada Alkena dan Alkuna
Seperti asam, klor dan brom mengadisi ikatan rangkap karbon-karbon dan ikatan gandatiga. Suatu uji
laboratorium yang lazim mengenai adanya ikatan rangkap atau gandatiga dalam suatu senyawa yang
tak diketahui strukturnya ialah dengan mereaksikan senyawa itu dengan larutan encer Br2 dalam CCl4.
Reagensia penguji berwarna coklat kemerahan (dari Br2), hilangnya warna ini menunjukkan bahwa uji
positif, bahwa ikatan rangkap atau gandatiga itu ada.

Br Br
CH3CH CHCH3 + Br2 CH3CH CHCH3
2-butena merah 2,3-dibromobutana (tak berwarna)

Br Br
CH3C CCH3 + 2 Br2 CH3C CCH3
2-butuna merah Br Br
2,2,3,3-tetrabromobutana (tak berwarna)
F2 maupaun I2 bukanlah reagensia yang berguna dalam reaksi adisi alkena. Flour bereaksi dengan
meledak dengan senyawa organik. Iod memang mengadisi ikatan rangkap, tetapi produk 1,2-diodo
tidak stabil dan melepaskan I2 untuk membentuk kembali alkena.

R2Cl ClR2 R2 C CR2 + I2


Oleh karena itu reaksi adisi yang ini hanyalah umum untuk klor dan brom.
Alkena yang lebih tersubtitusi akan lebih reaktif terhadap X2 daripada alkena yang kurang
tersubntitusi.
A. Serangan elektrofilik dari X2

Reaksi X2 dengan alkena berupa dengan reaksi HX. Tetapi manakah sumber elektrofil
dalam X2? bila X2 mendekati elektron-elektron ikatan pi, diimbaslah polaritas dalam molekul
X2 itu oleh tolak-menolak antara alektron pi dan elektron-elektron dalam molekul X2.
Seraya ikatan X-X itu menjadi makin terpolarisasi, ikatan itu makin lama makin lemah
sampai akhirnya patah. Hasilnya ialah sebuah ion halida dan sebuah ion organohalogen yang
bermuatan positif, disebut ion halonium. Terdapat bukti bahwa ion halonium bukanlah sebuah
karbokation sederhana, melainkan bertitian. Dalam kasus adisi X2 kepada etilena atau sesuatu
alkena simetris lain, ion halonium bertitian ini simetris, dengan X terikat sama kuat pada
masing-masing karbon.
Jika alkena itu tak simetris, sebagian besar muatan positif akan diemban oleh karbon
yang lebih tersubtitusi. Di sini berlaku kestabilan karbokation.

B. Serangan-anti dari X

Ion-antara bertitian itu bermuatan positif dan berenergi tinggi. Seperti suatu
karbokation, hadirnya dalam larutan hanya sementara; reaksi menjadi lengkap oleh serangan
suatu nukleofil (dalam hal ini Br). Sebuah ion negatif Br tak dapat menyerang sebuah karbon
dari zat-antara bertitian itu dari atas; sisi itu telah diblokade oleh titian Br. Oleh karena itu Br
menyerang dari sisi yang berlawanan. Hasilnya ialah suatu anti-adisi dari Br2 kepada ikatan
rangkap.

C. Bukti untuk anti-adisi


Bukti eksperimen cukup penting mendukung suatu mekanisme bromasi yang
melibatkan zat-antara ion-bertitian bukannya suatu mekanisme yang melibatkan suatu zat-
antara karbokation sederhana. Reaksi bromasi alkena dan alkuna adalah stereo-selektif mereka
secara berlimpah menghasilkan satu produk stereoisomer dalam reaksi-reaksi dimana mungkin
diharapkan dua produk atau lebih. Seandainya zat-antara itu sebuah karbo-kation sederhana,
haruslah terbentuk baik cis maupun trans-1,2-dibromosikloheksana.
Suatu hasil serupa dijumpai bila asam asetilenadikarboksilat dibrominasi dengan satu
ekuivalen brom. Hanya terbentuk produk. Senadainya zat-antara itu karbokation sederhana,
akan terbentuk baik asam-2,3- dibromobutenadioat maupun asam butunadioat-isomer.

D. Adisi campuran
Reaksi brominasi alkena berlangsung lewat sebuah zat-antara ion brominium, yang disusul
dengan serangan oleh sebuah ion bromida, menghasilkan dibromina. Terbataskah tahap kedua
itu hanya pada serangan oleh ion bromida? Dapatkah nukleofil lain bersaing dengan ion
bromida dalam tahap kedua itu untuk menghasilkan produk lain? Perhatikan kasus reaksi
brominasi yang dilakukan oleh Br2 dalam larutan yang mengandung Cl-. Dalam reaksi ini hadir
dua nukleofil. Dalam kasus semacam ini memang dijumpai produk dihalida campuran.

E. Adisi halogen dan air


Bila suatu alkena iolah dengan campuran Cl2 dan Br2, dalam air, akan terbentuk 1,2-
halohidrin(suatu senyawa dengan X dan OH pada atom-atom karbon berdampingan).

SUB-BAB 9.12
Adisi Karbena kepada Alkena
CH2 (metilena) adalah salah satu kelompok zat-antara yang sangat reaktif yang disebut karbena.
Terdapat 2 jenis metilena; metilena singlet, dengan karbon tehibridisasi-sp2 dan metilena triplet, dengan
karbon terhibridisasi-sp.

Metilena singlet dapt dibuat dengan fotolisis (pemaksapisahan oleh cahaya)diazometana


(CH2N2).
SUB-BAB 9.13
Hidrogenasi Katalitik
Hidrogenasi adalah istilah yang merujuk pada reaksi kimia yang menghasilkan adisi hidrogen
(H2). Proses ini umumnya terdiri dari adisi sepasang atom hidrogen ke sebuah molekul. Penggunaan
katalis diperlukan agar reaksi yang berjalan efisien dan dapat digunakan; hidrogenasi non-katalitik
hanya berjalan dengan kondisi temperatur yang sangat tinggi. Hidrogen beradisi ke ikatan rankap dua
dan tiga hidrokarbon.

Oleh karena pentingnya hidrogen, banyak reaksi-reaksi terkait yang telah dikembangkan
untuk kegunaannya. Kebanyakan hidrogenasi menggunakan gas hidrogen (H2), namun ada pula
beberapa yang menggunakan sumber hidrogen alternatif; proses ini disebut hidrogenasi
transfer. Reaksi balik atau pelepasan hidrogen dari sebuah molekul disebut dehidrogenasi.
Reaksi di mana ikatan diputuskan ketika hidrogen diadisi dikenal sebagai hidrogenolisis.
Hidrogenasi berbeda dengan protonasi atau adisi hidrida; pada hidrogenasi, produk yang
dihasilkan mempunyai muatan yang sama dengan reaktan.

A. Kerja suatu katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada suhu tertentu,
tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam
reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.

Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu
lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu
jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.

Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis
heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam
reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama. Satu
contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan
di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerap. Ikatan dalam substrat-
substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai terbentuknya produk baru. Ikatan antara
produk dan katalis lebih lemah, sehingga akhirnya terlepas.

Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk membentuk
suatu perantara kimia yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu
proses yang memulihkan katalisnya. Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di
mana C melambangkan katalisnya:

A + C → AC (1)
B + AC → AB + C (2)

Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan kembali oleh reaksi
2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi,

A + B + C → AB + C

katalis tidak termakan atau pun tercipta. Enzim adalah biokatalis. Penggunaan istilah "katalis"
dalam konteks budaya yang lebih luas, secara bisa dianalogikan dengan konteks ini.

Beberapa katalis ternama yang pernah dikembangkan di antaranya katalis Ziegler-Natta


yang digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitik yang paling
dikenal ialah proses Haber untuk sintesis amoniak, yang menggunakan besi biasa sebagai
katalis. Konverter katalitik--yang dapat menghancurkan produk samping knalpot yang paling
bandel--dibuat dari platinadan rodium.

B. Stereokimia hidrogenasi

Bukti menunjukkan bahwa 2 atom hidrogen mengadisi dari satu sisi, atau sin terhadap,
ikatan rangkap bila digunakan suatu katalis padat. Sin-adisi timbul dari fakta bahwa reaksi
berlangsung pada suatu permukaan, pendekatan H2 pada satu sisi saja lebih efektif daripada
pendekatan ke kedua sisi. Jika produk-produk hidrogenasi mampu berisomeri geometrik, maka
biasanya produk cis dijumpai sebagai produk yang lebih melimpah.
C. Kalor hidrogenasi

Kalor hidrogenasi suatu alkena adalah selisih energi antara alkena awal dan alkena
produknya. Kalor ini dihitung dari banyaknya kalor yang dibebaskan dalam suatu reaksi
hidogenasi.

D. Hidrogenasi lemak dan minyak

Proses hidrogenasi pada minyak atau lemak terutama bertujuan untuk membuat minyak
atau lemak bersifat plastis. Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap, akan
menjadikan minyak atau lemak dengan bantuan katalisator akan menyebabkan kenaikan titik
cair. Juga dengan hilangnya ikatan rangkap, akan menjadikan minyak dan lemak tersebut akan
tahan terhadap proses oksidasi.

Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon asam lemak
atau minyak Setelah proses hidrogenasi selesai, minyak didinginkan dan katalisator dipisahkan
dengan disaring. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada
derajat kejenuhan. Adapun mekanisme reaksi hidrogenasi adalah sebagai berikut:
Pemanasan akan mempercepat jalannya reaksi hidrogenasi. Pada temperature sekitar
400°F(205°C) dicapai kecepatan reaksi maksimum. Juga penambahan tekanan dan kemurnian
gas hydrogen yang dipergunakan akan menaikkan kecepatan reaksi proses hidrogenasi. Dalam
proses hidrogenasi tersebut karbon monoksida dan sulfur merupakan katalisator beracun yang
sangat berbahaya.

SUB-BAB 9.14

Oksidasi Alkena

Oksidasi Alkena Dengan Permanganat


Alkena lebih mudah dioksidasi oleh pereaksi yang bersifat oksidator melalui proses
penyerapan electron p pada ikatan ganda dua. Ion permanganat yang berwarna unggu, Setelah
reaksi berlangsung akan berubah menjadi endapan coklat MnO2. Perubahan warna yang
terjadi dalam reaksi ini sering digunakan untuk membedakan alkena dari senyawa-senyawa
kelompok alkana dalam sample hidrokarbon seperti minyak bumi.
a) Reaksi tanpa pemaksapisahan akan membentuk diol atau epoksida
Contoh: H2C=CH-CH3 +[O] H2COH-HCOH-CH3
atau H2C-CH-CH3
b) Reaksi pemaksapisahan akan membentuk aldehid (jika oksidator lemah), keton dan
asam karbosilat (jika oksidator kuat).
Contoh: H2C=CH-CH3 + [O] H2C=O + O=CH-CH3

A. Pembentukan Diol

OKSIDASI ALKENA DENGAN KALIUM PERMANGANAT


Apabila alkena dioksidasi, maka kemungkinan produk yang dihasilkan adalah alkohol,
aldehid, keton, atau asam karboksilat. Semua tergantung suhu dan suasana serta struktur
alkena sendiri. Terdapat dua suasana yang memberikan produk yang berbeda. Dalam suasana
basa, apabila alkena dioksidasi, akan membentuk diol. Sedangkan dalam suasana asam, akan
menghasilkan 2 zat yang terpisah karena terjadi pemutusan ikatan. Biasanya berupa aldehid.
Sedangkan untuk KMnO4 (Berwarna Ungu) sendiri, dalam suasana basa akan membentuk
endapan Mangan(IV) oksida (MnO2) berwarna coklat. Sedangkan dalam suasana asam akan
membentuk larutan Mn2+ yang tidak berwarna.
Apabila dalam soal tidak diberitahukan suhunya, maka soal tersebut diasumsikan dalam
keadaan dingin sehingga yang terbentuk adalah diol.

B. Pembentukan epoksida

Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida yang paling penting dalam
industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi etilena dengan oksigen.
Epoksida lainnya dapat dihasilkan melalui dua cara:

 Melalui oksidasi alkena dengan peroksiasam seperti Asam meta-kloroperoksibenzoat


(m-CPBA).
 Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin.

C. Oksidasi bersama pemaksapisahan

Produk oksidasi dengan pemaksapisahan (cleavage) bergantung pada kondisi oksidasi


dan struktur alkena.
Pertama- tama akan diperhatikan struktur alkena. Struktural alkena yang menentukan
produk pemaksapisahan oksidatif ialah ada/ tidaknya atom hidrogen pada karbon sp2. Jika tiap
karbon alkena tidak mengikat atom hidrogen (artinya, tiap karbon alkena terdisubstitusi), maka
pemakasapisahan oksidatif akan menghasilkan sepasang molekul keton.

1. Hidroksilasi Alkena
Merupakan peristiwa adisi gugus – OH pada kedua karbon Ikatan rangkap. Dapat terjadi
dengan mereaksikan alkena dengan osmium tetroksida. Reaksi terjadi secara syn
stereokimia dan menghasilkan 1,2-dialkohol, atau disebut diol.

Hidroksilaksi alkena tidak melibatkan pembentukan intermediet karbokation tetapi


intermediet cyclic osmate yang terbentuk dalam satu tahap adisi OSO4 pada
alkena.Cyclic osmat ini kemudian dipecah menggunakan sodium bisulfat (NaHSO3).

D. Pemaksapisahan KMnO4

Suatu larutan KMnO4 panas merupakan zat pengoksidasi yang kuat, yang hanya
menghasilkan keton dan asam karbosilat. Pada kondisi oksidasi yang kuat ini, karbon suatu
ikatan rangkap ujung, akan dioksidasi menjadi CO2.
E. Ozonolisis

Alkena dapat dioksidasi dengan ozon untuk membentuk alkohol, aldehida atau keton, atau
asam karboksilat. Dalam prosedur yang khas, ozon ditiupkan melalui larutan alkena dalam metanol
pada -78 ° C sampai larutan mengambil warna biru khas , yang karena ozon bereaksi. Hal ini
menunjukkan konsumsi lengkap alkena . Atau, berbagai bahan kimia lain dapat digunakan sebagai
indikator titik akhir ini dengan mendeteksi keberadaan ozon. Jika ozonolysis dilakukan oleh
gelembung aliran ozon diperkaya oksigen melalui campuran reaksi, gas yang keluar gelembung
dapat diarahkan melalui larutan kalium iodida. Ketika larutan telah berhenti menyerap ozon, ozon
dalam gelembung mengoksidasi iodida menjadi iodium, yang dapat dengan mudah diamati oleh
warna ungu nya. Untuk kontrol lebih dekat dari reaksi itu sendiri, indikator seperti Sudan Red III
dapat ditambahkan ke dalam campuran reaksi . Ozon bereaksi dengan indikator ini lebih lambat
dibandingkan dengan target yang dituju ozonolysis . Indikator ozonolisis, yang menyebabkan
perubahan warna terlihat, hanya terjadi sekali target yang diinginkan telah dikonsumsi . Jika
substrat memiliki dua alkena yang bereaksi dengan ozon pada tingkat yang berbeda, seseorang
dapat memilih indikator yang sendiri laju oksidasi peralihan di antara mereka, dan karena itu
menghentikan reaksi ketika hanya alkena yang paling rentan dalam substrat telah bereaksi . Jika
tidak, kehadiran ozon bereaksi dalam larutan ( melihat warna biru ) atau dalam gelembung ( melalui
deteksi iodida ) hanya menunjukkan ketika semua alkena bereaksi .

Setelah menyelesaikan penambahan reagen yang kemudian ditambahkan untuk mengubah


ozonide menengah untuk turunan karbonil . Kondisi kerja reduktif yang jauh lebih umum digunakan
daripada kondisi oksidatif . Penggunaan trifenilfosfina, tiourea, debu seng, atau dimetil sulfida
menghasilkan aldehida atau keton sedangkan penggunaan natrium borohidrida menghasilkan
alkohol. Penggunaan hidrogen peroksida menghasilkan asam karboksilat. Baru-baru ini ,
penggunaan amina N - oksida telah dilaporkan untuk menghasilkan aldehida langsung. Gugus
fungsional lainnya, seperti eter benzil, juga dapat dioksidasi oleh ozon . Telah diusulkan bahwa
sejumlah kecil asam dapat dihasilkan selama reaksi dari oksidasi pelarut , sehingga piridin kadang-
kadang digunakan untuk buffer reaksi . Diklorometana sering digunakan sebagai 1 : 1 cosolvent
untuk memfasilitasi pemecahan tepat waktu ozonide tersebut . Azelaic acid dan asam pelargonat
yang dihasilkan dari ozonolysis asam oleat pada skala industri .

SUB-BAB 9.15
Adisi-1,2 dan adisi-1,4 pada diena konjugasi
Siklopentadiena adalah suatu diena konjugasi dan tidak aromatik.Alasan utama mengapa tidak
aromatik adalah bahwa satu atom karbonnya adalah sp3,tidak sp2.Karbon sp3 ini tidak mempunyai
orbital p un tuk ikut berikatan pi,tetapi bila diambil satu ion hidrogen dari dalam siklopentadiena
maka hidrodisasi karbon tersebut akan berubah menjadi sp2 dan akan memiliki orbital p yang berisi
sepasang elektron.
Dalam sistem diena-terkonjugasi reaksi adisi sederhana dengan reagensia halogen dan asam
yang dapat mengadisi kepada satu atau dua ikatan pi dari suatu senyawa, reaksi ini disebut reaksi
adisi 1,2. Bersama dengan adisi 1,2 dapat juga terjadi reaksi adisi 1,4. Dalam reaksi ini suatu
ekuivalen reagensia mengadisi kedua karbon ujung (karbon 1 dan 4) dari sistem diena, ikatan
rangkap yang tinggal akan berada di tengah sistem diena yang orisinil.

SUB-BAB 9.16
Reaksi Diels-Alder
Reaksi Diels-Alder adalah reaksi kimia organik antara diena terkonjugasi dengan alkena
tersubstitusi, umumnya dinamakan sebagai dienofil, membentuk sikloheksena tersubstitusi.
Reaksi ini dapat berjalan bahkan jika beberapa atom dari cincin yang terbentuk bukanlah
karbon. Beberapa reaksi Diels-Alder adalah reversibel; reaksi dekomposisi dari sistem siklik
dinamakan reaksi Retro-Diels-Alder. Reaksi retro ini umumnya terlihat pada saat analisis
produk reaksi Diels-Alder menggunakan spektrometri massa.

Otto Paul Hermann Diels dan Kurt Alder pertama kali mendokumentasikan reaksi ini pada
tahun 1928. Pada tahun 1950 mereka diberikan penghargaan Nobel di bidang kimia atas hasil
kerja mereka.

Reaksi Diels-Alder secara umum dianggap sebagai "Mona Lisa" reaksi di kimia organik karena
ia hanya memerlukan energi yang sangat sedikit untuk membentuk cincin sikloheksena yang
sangat berguna.

A. Rumus garis dan konformasi


Konformasi molekul merupakan salah satu aspek dalam stereokimia yang menjelaskan
tentang bentuk molekul dan bagaimana bentuk molekul dapat diubah. Dalam senyawa rantai
terbuka, gugus-gugus terikat pada ikatan  dapat berotasi atau mengelilingi ikatan  tersebut.
Oleh karena itu atom-atom dalam rantai terbuka dapat memiliki jumlah tak hingga posisi dalam
ruang relatif satu terhadap yang lain. Penataan molekul dalam ruang secara berlainan akibat
rotasi terhadap ikatan  inilah yang disebut sebagai konformasi. Beberapa jenis rumus
digunakan untuk menyatakan konformasi molekul yakni; rumus garis, rumus dimensional,
rumus bola dan pasak serta proyeksi Newman (bola pasak dari ujung ke ujung).
Reaksi Diels-Alder mengubah senyawa rantai terbuka menjadi senyawa siklik, sehingga
penggunaan rumus garis akansangat memudahkan untuk menyatakan persenyawaan rantai-
rantai karbon dalam reaksi. Rumus garis analog dengan rumus segi banyak yang menyatakan
cincin. Contoh penggunaan rumus garis dalam konformasi molekul adalah sebagai berikut.

Konformasi molekul untuk diena konjugasi digunakan istilah s-cis dan s-trans. Awalan
s- menunjukkan geometri di sekitar ikatan tunggal (single) pusatlah yang menentukan
konfomasi molekul. Untuk senyawa rantai terbuka, rumus-rumus ini tidaklah menyatakan
isomer yang sebenarnya melainkan hanya konformer. Hal ini karena hanya rotasi ikatan sigma
saja yang diperlukan untuk mengubah satu menjadi yang lain (Fessenden & Fessenden: 1999).

A. Contoh reaksi diels-alder

Reaksi Diels – Alder akan terjadi lebih cepat jika dienofil mempunyai gugus substituen
penarik elektron, karena substituen penarik elektron ini menyebabkan ikatan rangkap dua atau
tiga dari dianofil menjadi terpolarisasi positif. Berikut adalah gambar potensial elektrostatik
yang menunjukkan C ikatan rangkap berkurang kenegatifannya akibat substituen penarik
elektron.
Potensial elektrostatik etilena, propenal dan propenanitril yang menunjukkan adanya gugus
penarik elektron menyebabkan C ikatan rangkap berkurang kenegatifannya.
Contoh dienofil yang sering digunakan dalam reaksi Diels – Alder :

Saat diena berbentuk siklik, maka produk bisiklik akan diperoleh dalam reaksi Diels-Alder.
Faktanya, reaksi ini adalah salah satu cara terbaik untuk membuat senyawa bisiklik.

B. Stereokimia Reaksi Diels-Alder

Ketika diena dan dienofil bereaksi dalam reaksi Diels-Alder, terbentuklah sebuah
senyawa stereokimia karena kedua reaktan tersebut saling mendekat dari dua arah yang berbeda.
Jenis pendekatan ini memungkinkan awan elektron dari dua komponen tumpang tindih dan
membentuk ikatan produk yang lebih stabil. Bentuk stereokimia dari molekul produk ada 2 jenis
yaitu : dienofil yang mensubstitusi berada pada posisi berlawanan dengan diena (cis) akan
menghasilkan produk adisi “endo” dan dienofil yang mensubstitusi berada pada posisi sepihak
dengan diena (trans) akan menghasilkan produk adisi “exo".

Jika salah satu atau kedua karbon terminal unit diena mengandung dua gugus substituen
yang berbeda dan jika kita melihat diena dalam konformasi cis-nya, kita dapat klasifikasikan
kelompok-kelompok tersebut sebagai kelompok dalam (inner) atau kelompok luar (outer).
Kelompok inner pada diena berbentuk perahu berada pada posisi tegak
Produk “endo” pada reaksi Diels-Alder, subtituen yang berasal dari dienofil berada pada
posisi yang dekat dengan ikatan rangkap diena, sedangkan pada pada produk “exo”, subtituen
yang berasal dari dienofil berada pada posisi yang jauh dengan ikatan rangkap diena.
Pada umumnya reaksi Diels-Alder terjadi dengan diena berada pada konformasi cis atau
endo, diena dalam konformasi trans seringkali menjadi susah bereaksi dengan dienofil atau
bahkan tidak bereaksi. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadinya tumpang tindih antara
orbital pi dari diena dalam konformasi trans dengan orbital pi dari dienofil terlalu kecil
meskipun energi yang dimiliki bentuk trans lebih kecil tetapi tidak mampu untuk
berlangsungnya reaksi Diels-Alder. Dan orbital pi dari diena pada konformasi cis lebih mudah
membentuk ikatan dan tanpa ada halangan sterik yang berarti dibandingkan diena pada bentuk
trans(Wade:285).
BAB 10
AROMATISITAS,BENZENA,DAN BENZENA
TERSUBSTITUSI
A. Tata Nama Senyawa Aromatik
1. Senyawa aromatik diberi nama dengan nama non-sistematik.
Nama nonsistematik tidak dianjurkan tetapi diizinkan oleh IUPAC. Berikut contoh senyawa aromatik
yang diberikan nama dengan non-sistematik :

Gambar 2.1. Tabel Penamaan Trivial Senyawa Aromatik


2. Benzena monosubstitusi
Benzena monosubstitusi nama sistematiknya sama caranya dengan hidrokarbon lainnya, yaitu benzena
digunakan sebagai nama induk.
a. C6H5Br adalah bromobenzena.
b. C6H5NO2 adalah nitrobenzena.
c. C6H5CH2CH2CH3 adalah propilbenzena.

Gambar 2.2. Benzena monosubstitusi


3. Benzena di-substitusi
Penamaan benzena di-substitusi mengunakan salah satu awalan berikut:
a. Ortho- (o-), Benzena ortho-disubstitusi mempunyai dua substituen pada posisi 1,2
b. Meta- (m-), Benzena meta-disubstitusi mempunyai dua substituen pada posisi 1,3
c. Para- (p-), Benzena para-disubstitusi mempunyai dua substituen pada posisi 1,4

Gambar 2.3. Benzena disubstitusi


4. Benzena dengan lebih dari dua substituen
Benzena dengan lebih dari dua substutuen dinamai dengan nomor posisi disetiapnya dan digunakan nomor
serendah mungkin. Substituen diurut menurut abjad dalam penulisan namanya.

Gambar 2.4. Benzena lebih dari dua substituen

Beberapa senyawa aromatik monosubstitusi dapat dijadikan sebagai nama induk, dengan substituen utama
(-OH pada fenol atau -CH3 pada toluena) terikat ke C1 pada cincin.

5. Arena
Arena merupakan benzena tersubstitusi alkil, yang mana penamaannya tergantung pada ukuran gugus
alkil. Substituen alkil yang lebih kecil dari cincin (6 karbon atau kurang), dinamai sebagai benzena
tersubstitusi alkil. Adapun substituen alkil yang lebih besar dari cincin (7 karbon atau lebih), dinamakan
alkana tersubstitusifenil.
6. Fenil
Diturunkan dari bahasa Latin “pheno” (“I bear light = saya memancarkan cahaya”. Fenil digunakan untuk
penamaan satuan –C6H5, bila cincin benzena dianggap sebagai substituen.

7. Benzil
Digunakan untuk gugus C6H5CH2–

B. Kearomatikan dan kaidah Hückel 4n + 2


Di samping benzena dan turunannya, ada beberapa jenis senyawa lain yang menunjukkan sifat
aromatik, yaitu mempunyai ketidakjenuhan tinggi dan tidak menunjukkan reaksi-reaksi seperti alkena.
Senyawa benzena termasuk dalam golongan senyawa homosiklik, yaitu senyawa yang memiliki hanya satu
jenis atom dalam sistem cincinnya. Terdapat senyawa heterosiklik, yaitu senyawa yang memiliki lebih dari
satu jenis atom dalam sistem cincinnya, yaitu cincin yang tersusun dari satu atau lebih atom yang bukan atom
karbon. Sebagai contoh, piridina dan pirimidina adalah senyawa aromatik seperti benzena. Dalam piridina
satu unit CH dari benzena digantikan oleh atom nitrogen yang terhibridisasi sp2, dan dalam pirimidina dua
unit CH digantikan oleh atom-atom nitrogen yang terhibridisasi sp2.
Senyawa-senyawa heterosiklik beranggota lima seperti furan, tiofena, pirol, dan imidazol juga
termasuk senyawa aromatik.

1. Syarat Senyawa Aromatik


Menurut Erich Huckel, suatu senyawa yang mengandung cincin beranggota lima atau enam bersifat
aromatik jika:
a. Semua atom penyusunnya terletak dalam bidang datar (planar).
b. Setiap atom yang membentuk cincin memiliki satu orbital 2p.
c. Memiliki elektron π dalam susunan siklik dari orbital-orbital 2p sebanyak 4n+2 (n= 0, 1, 2, 3, …).

2. Aturan Huckel
Dalam tahun 1931 seorang ahli kimia Jerman Erich Huckel,mengusulkan bahwa untuk menjadi
aromatik suatu senyawa datar,monosiklik (satu cincin) harus memilki elektron π sebanyak 4n + 2, dengan
n adalah sebuah bilangan bulat. Menurut aturan Huckel, suatu cincin dengan elektron π sebanyak 2,6,10
atau 14 dapat bersifat aromatik, tetapi cincin dengan 8 atau 12 elektron π, tidak dapat. Siklooktatetraena
(dengan 8 elektron π) tidak memenuhi aturan Huckel untuk aromatisitas.
Mengapa dengan 6 atau 10 elektron π bersifat aromatik, sedangkan 8 elektron π tidak? Agar bersifat
aromatik, semua elektron π harus berpasangan, sehingga memungkinkan terjadinya overlapping (tumpang
tindih) yang optimal dan terjadi delokalisasi elektron secara sempurna.
Seandainya siklooktatetraena datar dan memiliki sistem π yang serupa dengan sistem π benzene,
maka orbital p1,p2, dan p3 akan terisi dengan enam elektron π. Dua elektron π sisanya masing-masing akan
menempati orbital berdegenerasi p4 dan p5 (aturan Hund). Maka tidak semua elektron π akan berpasangan
dan tumpang tindih tidak akan maksimal. Jadi siklooktatetraena tidak akan bersifat aromatik.
Senyawa aromatik harus memenuhi kriteria:
a. Siklik.
b. Mengandung awan elektron π yang terdelokalisasi di bawah dan di atas bidang molekul.
c. Ikatan rangkap berseling dengan ikatan tunggal
d. Mempunyai total elektron π sejumlah 4n+2, dimana n harus bilangan bulat, sebagai contoh : bila suatu
senyawa siklik memiliki ju mlah elektron π = 12, melalui kaidah 4n + 2 = jumlah elektron, didapat n =
2,5 maka senyawa tersebut bukan senyawa aromatik.

3. Ion Siklopentadiena
Siklopentadiena adalah suatu diena konjugasi dan tidak aromatik. Alasan utama mengapa tidak
aromatik adalah bahwa satu atom karbonnya adalah sp3,tidak sp2. Karbon sp3 ini tidak mempunyai orbital
p untuk ikut berikatan π, tetapi apabila diambil satu ion hidrogen dari dalam siklopentadiena maka
hidrodisasi karbon tersebut akan berubah menjadi sp2 dan akan memiliki orbital p yang berisi sepasang
elektron.
Semua atom karbon dari kation siklopentadiena juga akan bersifat sp2. Apakah salah satu atau
kedua ion ini bersifat aromatik? Masing-masing ion memiliki lima orbital molekul p (terbentuk dari lima
orbital p, satu per karbon). Anion siklopentadiena dengan enam elektron π (4n + 2), mengisi tiga orbitalnya
dan semua elektron π ini berpasangan. Maka anion itu bersifat aromatik. Tetapi kation itu hanya
mempunyai empat elektron (4n) yang harus mengisi tiga orbital. Maka elektron π ini tak akan semuanya
berpasangan. Jadi kation itu tidak bersifat aromatik.

C. Reaksi-reaksi Senyawa Aromatik


1. Reaksi Nitrasi
Campuran asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat dengan volume sama dikenal sebagai campuran
nitrasi. Jika campuran ini ditambahkan ke dalam benzena, akan terjadi reaksi eksotermal. Jika suhu
dikendalikan pada 55°C maka hasil reaksi utama adalah nitrobenzena, suatu cairan berwarna kuning pucat.

2. Reaksi Sulfonasi
Sulfonasi merupakan reaksi substitusi atom H pada benzena oleh gugus sulfonat. Reaksi ini terjadi
apabila benzena dipanaskan dengan asam sulfat pekat sebagai pereaksi.

3. Alkilasi Benzena
Penambahan katalis AlCl3 anhidrat dalam reaksi benzena dan haloalkana atau asam klorida akan
terjadi reaksi sangat eksotermis. Jenis reaksi ini dinamakan reaksi Friedel-crafts.

4. Reaksi halogenasi
Sebagai elektrofil adalah X+, dihasilkan dari reaksi antara X2 + FeX3. Senyawa FeX3 (misalnya
FeCl3) adalah suatu asam Lewis yang berfungsi sebagai katalis. Katalis asam Lewis lain yang dapat
digunakan adalah AlCl3, AlBr.

5. Reaksi Friedel-Crafts
Reaksi Friedel-Crafts meliputi reaksi alkilasi dan reaksi asilasi. Sebagai elektrofil dalam reaksi
alkilasi Friedel-Crafts adalah ion karbonium (R+). Karena melibatkan ion karbonium, maka seringkali
terjadi reaksi penyusunan ulang (rearrangement) membentuk karbonium yang lebih stabil.
Sebagai elektrofil dalam reaksi asilasi Friedel-Crafts adalah ion asilium. Pada reaksi asilasi Friedel-
Crafts tidak terjadi reaksi penataan ulang. Dalam reaksi alkilasi dan asilasi Friedel-Crafts juga digunakan
katalis asam Lewis, misalnya FeCl3, FeBr3, AlCl3, AlBr3.

Spektra benzena substitusi

Karakteristik absorpsi IR senyawa benzena:


Tipe vibrasi Posisi absorapsi
C-H aril 3000-3300 cm-1

C-C aril 1450-1600 cm-1


Spektra NMR

Contoh spectrum toluene

a
Syarat aromatis

 Molekul siklik

 Molekul datar

 Tiap atom cincin memiliki orbital p bidang cincin

 Aturan Hückel elektron pi sebanyak 4n+2


Tidak aromatis
Substitusi Aromatik Elektrofilik

A. Substitusi Pertama

Benzena tidak mengalami reaksi yang khas bagi alkena tetapi mengalami reaksi substitusi
aromatik elektrofilik (Elektrofil disubstitusikan untuk satu atom hydrogen pada cincin
aromatik).
Contoh monosubstitusI cincin benzena.
Halogenasi

Mekanisme

Pada kedua reaksi monosubstitusi di atas digunakan asam Lewis sebagai katatis. Asam Lewis
bereaksi dengan reagensia (X2 ataupun HNO3) menghasilkan suatu elektrofiI yang merupakan
pensubstitusi yang sebenarnya.
Misal pada nitrasi:
H2S04 (asarn kuat) dapat merebut gugus hidroksil dan asam nitrat dihasilkan NO (ion
nitronium).

Elektrofil menyerang elektron pi satu benzena menghasilkan karbokation yang oleh resonansi
yang disebut bereaksi lebih lanjut Ion benzenonium. Terstabilkan ion benzenonium.

Alkilasi (alkilasi Friedel-Crafts)

Alkilasi benzena berupa substitusi sebuah gugus alkil untuk sebuah hidrogen pada Cincin

Mekanisme

Tahap 1. Pembentukan elektrofil : suatu karbokation

Tahap 2: serangan elektrofilik pada benzene, tahap 3 eliminasi sebuah ion hydrogen,
hasilnya lkilbenzena.
Masalah lain dalam alkilasi Friedel-Crafts ialah elektrofil yang menyerang dapat mengalami
penataan ulang adanya geseran 1,2 dari H atau R.

Diperkirakan kasus ini berlangsung lewat kompleks RX-AICI3

Tanpa penataan ulang

Dengan penataan ulang

Substitusi gugus asil pada cincin aromatic oleh suatu halide asam disebut reaksi asilasi
aromatic (asilasi Friedel Craft)
Asilasi Friedel-Craft dapat direduksi menjadi alkil benzene tanpa penataan ulang.

Mekanisme reaksi asilasi Friedel-Craft serupa dengan reaksi substitusi aromatic elektrofilik.
Nukleofil menyerang ion asilium (RC=O)
B. Substitusi Kedua

Benzene tersubstitusi dapat mengalami substitusi kedua.

Efek substituent pertama terhadap substitusi kedua


C. Substitusi Ketiga

Bagaimana bila sebuah cincin benzena telah mempunyai dua substituen? Ke mana
subsstituen ketiga akan menuju ? Berapa aturan umum akan mencakup sebagian
Besar kasus.

1. Jika dua substituen itu mengarahkan suatu gugus masuk ke satu posisi, maka posisi ini akan
merupakan posisi utama (dan) substitusi ketiga.

2. Jika dua gugus bertentangan dalam efek-efek pengarahan mereka, maka activator yang lebih kuat
akan lebih diturut pengarahannya.
3. Jika dua gugus deaktivasi berada pada cincin. terlepas dan di maria posisi mereka, dapat
rnenyukarkan substitusi ketiga.
4. Jika dua gugus pada cincin berpoisi-meta satu sama lain, biasanya cincin itu tidak menjalani
substitusi pada posisi yang mereka apit, meskipun mungkin cincin itu teraktifkan (pada posisi itu).
Tidak reaktifnya posisi ini agaknya disebakan oleh rintangan sterik.

Alkil benzene

Karbon benzilik : karbon di dekat cincin benzene


Misal :

Gugus alkil dari benzene dapat dioksidasi:


Fenol

C. Reaksi Reimer-Tieman

D. Oksidasi fenol

Yang dapat bereaksi adalah 1,2 dan 1,4 dihidroksi benzene (hidrokuionon) meliputi kuinon.

Anda mungkin juga menyukai