Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jumlah senyawa karbon itu sangat banyak, sehingga untuk memudahkannya


senyawa-senyawa tersebut dikelompokkan berdasarkan sifat khas yang dimiliki oleh
senyawa-senyawa tersebut. Misalnya saja senyawa karbon alkohol dan eter. Cara
pengelompokkan itu dapat dilihat dari sudut pandang tentang ketatanamaan
senyawa karbon tersebut atau dilihat juga dari sifatnya, baik sifat secara fisik
maupun kimia.

Kimia senyawa karbon tersebut sebenarnya meliputi hampir setiap aspek


kehidupan kita. Misalnya saja dalam dunia medis, makanan, bahkan bahan bakar
pun banyak yang terbuat dari senyawa-senyawa karbon tersebut. Sehingga banyak
manusia yang tidak memperhatikan dan menyadari akan adanya senyawa-senyawa
karbon tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas, maka timbullah berbagai masalah yang
dapat di identifikasi, yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan alkohol?
2. Bagaimana struktur, rumus umum, serta ketatanamaan dari alkohol?
3. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh alkohol?
4. Bagaimana pembuatan alkohol?
5. Apa kegunaan senyawa karbon alkohol bagi kehidupan?
6. Apa yang dimaksud dengan eter?
7. Bagaimana struktur, rumus umum, serta ketatanamaan dari eter?
8. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh eter?
9. Bagaimana pembuatan eter?
10. Apa kegunaan senyawa karbon eter bagi kehidupan?
C. TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:


1.Untuk mengetahui tentang alkohol.
2.Untuk mengetahui struktur, rumus umum, serta tata nama dari alkohol.
3.Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh alkohol.
4.Untuk mengetahui cara pembuatan alkohol.
5.Untuk mengetahui kegunaan alkohol bagi kehidupan
manusia. 6.Untuk mengetahui tentang eter
7.Untuk mengetahui struktur, rumus umum, serta tata nama dari eter.
8.Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh eter.
9.Untuk mengetahui cara pembuatan eter.
10.Untuk mengetahui kegunaan eter bagi kehidupan manusia.

D. MANFAAT

1.Dapat mengetahui tentang alkohol.


2.Dapat mengetahui struktur, rumus umum, serta tata nama dari
alkohol. 3.Dapat mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh alkohol.
4.Dapat mengetahui cara pembuatan alkohol.
5.Dapat mengetahui kegunaan alkohol bagi kehidupan
manusia. 6.Dapat mengetahui tentang eter
7.Dapat mengetahui struktur, rumus umum, serta tata nama dari eter.
8.Dapat mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh eter.
9.Dapat mengetahui cara pembuatan eter.
10.Dapat mengetahui kegunaan eter bagi kehidupan manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. ALKOHOL

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain
alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan
karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman
tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang
digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol.
Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuksenyawa
organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon,
yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbonlain.

1. STRUKTUR

Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada


karbonhibridisasi sp3. Ada tiga jenis utama alkohol - 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'.
Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH. Alkohol
primer paling sederhana adalah metanol. Alkohol sekunder yang paling sederhana
adalah 2-propanol, dan alkohol tersier paling sederhana adalah 2-metil-2-propanol.

2. RUMUS KIMIA UMUM

Rumus kimia umum alkohol adalah CnH2n+1-OH'

3. NAMA-NAMA UNTUK ALKOHOL

a. Nama Sistematik

Dalam sistem tatanama IUPAC, nama-nama senyawa alkana kehilangan


akhiran "e" dan diganti dengan "ol",
contohnya metana menjadi metanol dan etanamenjadi etanol. Ketika dibutuhkan,
posisi dari gugus hidroksil dapat diketahui dari nomor diantara nama alkana dan
"ol": 1-propanol untuk CH3CH2CH2OH,2-propanol untuk CH3CH(OH)CH3. Jika ada
gugus fungsi yang lebih tinggi (seperti aldehida, keton, atau asam karboksilat, maka
awalannya adalah "hidroksi”

Penggunaan tatanama IUPAC dipakai di publikasi-publikasi ilmiah dan


diperlukan identifikasi detail terhadap substansi tersebut. Pada konteks lainnya,
alkohol biasanya disebut dengan gugus alkil ditambah dengan kata "alkohol",
misalnya metil alkohol, etil alkohol. Propil alkohol dapat disebut n-propil
alkoholatau isopropil alkohol, tergantung dari dimana gugus fungsinya berikatan,
berikatan pada karbon pertama atau kedua pada rantai propana.
Alkohol dapat dikelompokkan menjadi alkohol primer, alkohol sekunder,
dan alkohol tersier, tergantung dari berapa banyak atom karbon lain yang
berikatan
dengan atom karbon yang juga mengikat gugus hidroksil. Alkohol primer mempunyai
rumus umum RCH2OH; alkohol sekunder rumus umumnya RR'CHOH; dan alkohol
tersier rumus umumnya RR'R"COH, dimana R, R', dan R" melambangkan gugus
alkil. Etanol dan n-propil alkohol adalah contoh alkohol primer; isopropil alkohol
adalah contoh alkohol sekunder. Penggunaan awalansek- (atau s-) dan tert-
(atau t-), biasanya ditulis dalam huruf miring, dapat digunakan sebelum nama gugus
alkil untuk membedakan alkohol sekunder dan alkohol tersier dari alkohol primer.
Contohnya, isopropil alkohol juga dapat disebut sek-propil alkohol, dan alkohol
tersier (CH3)3COH, atau 2-metil-2-propanol juga dapat disebut dengan tert-butil
alkohol atau tert-butanol.

b. Nama Umum/Trivial/Perdagangan
IUPAC
Alkohol monohidrik
CH3OH Metanol Alkohol kayu
C2H5OH Etanol Alkohol gandum
C3H7OH Isopropil alkohol Alkohol gosok
C5H11OH Pentanol Amil alkohol
C16H33OH 1-Heksadekanol Cetil alkohol
Alkohol polihidrik
C2H4(OH)2 1,2-etadienol Etilen glikol
C3H5(OH)3 1,2,3-propatrienol Gliserol
C4H6(OH)4 1,2,3,4-butatetraenol Eritritol
C5H7(OH)5 1,2,3,4,5-pentapentanol Xylitol
C6H8(OH)6 1,2,3,4,5,6-heksaheksanol Mannitol, Sorbitol
C7H9(OH)7 1,2,3,4,5,6,7-heptaheptanol Volemitol
Alkohol alifatik tidak tersaturasi
C3H5OH Prop-2-ene-1-ol Alil alkohol
C10H17OH 3,7-Dimethylocta-2,6-dien-1-ol Geraniol
C3H3OH Prop-2-in-1-ol Propargil alkohol
Alkohol alisiklik
C6H6(OH)6 Cyclohexane-1,2,3,4,5,6-geksol Inositol
C10H19OH 2 - (2-propyl)-5-methyl-cyclohexane-1-ol Mentol

Penamaan senyawa monoalkohol dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu


berdasarkan aturan IUPAC dan cara trivial.

Tata nama alkohol berdasarkan IUPAC

1) Terlebih dahulu menentukan rantai karbon terpanjangyang mengandung gugus


-OH. Selanjutnya, rantai karbon terpanjang tersebut di beri nama rantai alkananya,
tetapi akhir huruf a digantikan dengan ol. Ex; butanol, pentanol, heksanol dan
sebagainya.
2) Penomoran dimulai dari atom C ujung yang terdekat dengan gugus -OH.

3) Senyawa alkohol yang memilki gugus alkil dan rantai terpanjangnya


ekuivalen darikedua ujungnya terhaap gugus -OH, gugus alkil tersebut harus
memperolehnomor yang lebih kecil.
Jika pada suatu rantai alkohol terdapat lebih dari satu gugus alkil yang berbeda dan
gugus -OH terikat pada ato C dengan posisi yang ekuivalen dari kedua ujung rantai
terpanjang, penomoran dilakukan dengan menempatkan gugus alkil yang lebih
besar pada atom C dengan nomor yang lebih kecil.
4) Urutan penulisan cabang alkil dilakukan sesuai dengan urutan abjad.

Tata nama monoalkohol berdasarkan cara trivial pada tata nama alkohol cara trivial
ini, rutan penulisan cabang alkil dilakukan sesuai dengan urutan panjang rantai
alkil (metil, etil, propil, dan seterusnya ).

4. KEASAMAN

Alkohol adalah asam lemah, karena perbedaan keelektronegatifan antara


Oksigen dan Hidrogen pada gugus hidroksil, yang memampukan Hidrogen lepas
dengan mudah. Bila di dekat Karbon Hidroksi terdapat gugus penarik
elektronseperti fenil atau halogen, maka keasaman meningkat. Sebaliknya, semakin
banyak gugus pendorong elektron seperti rantai alkana, keasaman menurun.

5. METANOL DAN ETANOL

Dua alkohol paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama


umumnyametil alkohol dan etil alkohol) yang strukturnya sebagai berikut:

H HH
| ||
H-C-O-H H-C-C-O-H
| ||
H HH
metanol etanol

Dalam peristilahan umum, "alkohol" biasanya adalah etanol atau grain


alcohol. Etanol dapat dibuat dari fermentasi buah atau gandum dengan ragi. Etanol
sangat umum digunakan, dan telah dibuat oleh manusia selama ribuan tahun.
Etanol adalah salah satu obat rekreasi (obat yang digunakan untuk bersenang-
senang) yang paling tua dan paling banyak digunakan di dunia. Dengan meminum
alkohol cukup banyak, orang bisa mabuk. Semua alkohol bersifat toksik (beracun),
tetapi etanol tidak terlalu beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan
cepat.

 isopropil alkohol (sec-propil alcohol, propan-2-ol, 2-propanol) H3C-CH(OH)-


CH3, atau alkohol gosok
 etilena glikol (etana-1,2-diol) HO-CH2-CH2-OH, yang merupakan komponen
utama dalam antifreeze
 gliserin (atau gliserol, propana-1,2,3-triol) HO-CH2-CH(OH)-CH2-OH yang
terikat dalam minyak dan lemak alami, yaitu trigliserida(triasilgliserol)
 Fenol adalah alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada cincin benzena

Alkohol digunakan secara luas dalam industri dan sains


sebagai pereaksi, pelarut, dan bahan bakar. Ada lagi alkohol yang digunakan secara
bebas, yaitu yang dikenal di masyarakat sebagai spirtus. Awalnya alkohol digunakan
secara bebas sebagai bahan bakar. Namun untuk mencegah penyalahgunaannya
untuk makanan atau minuman, maka alkohol tersebut didenaturasi. denaturated
alcohol disebut juga methylated spirit, karena itulah maka alkohol tersebut dikenal
dengan nama spirtus.

6. SIFAT-SIFAT ALKOHOL

A. Sifat Fisik

a. Tiga suku pertama alkohol (metanol, etanol, dan propanol) mudah larut
dalam air dengan semua perbandingan. Alkohol merupakan cairan tidak berwarna
(jernih) dan berbau khas.
b. Titik cair dan titik didihnya meningkat sesuai dengan bertambahnya Mr alkanol.

B. Sifat Kimia

a. Ikatan Hidrogen
Antar molekul hidrogen terdapat ikatan hidrogen.
b. Kepolaran
Alkohol bersifat polar karena memiliki gugus OH. Kepolaran alkohol akan makin
kecil jika suhunya makin tinggi.
c. Reaksi Dengan Logam
Alkohol kering dapat bereaksi dengan logam K dan Na.
d. Oksidasi
Alkohol primer dan sekunder dapat dioksidasi dengan menggunakan oksidator,
tetapi alkohol tersier tidak.

7. PENGGUNAAN

a. Pengawet
Alkohol juga dapat digunakan sebagai pengawet untuk hewan koleksi (yang
ukurannya kecil).
b. Otomotif
Alkohol dapat digunakan sebagai bahan bakar
otomotif. Etanol danmetanol dapat dibuat untuk membakar lebih bersih
dibanding bensin atau diesel. Alkohol dapat digunakan
sebagai antibeku pada radiator. Untuk menambah penampilan mesin pembakaran
dalam, metanol dapat disuntikan kedalam mesinTurbocharger dan Supercharger. Ini
akan mendinginkan masuknya udarakedalam pipa masuk, menyediakan masuknya
udara yang lebih padat.
8. JENIS-JENIS ALKOHOL

Berdasarkan jenis atom C yang mengikat gugus -OH, alkohol dibedakan atas
alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier.

a) Alkohol primer
yaitu jika gugus -OH terikat pada atom C primer ( atom C yang mengikat atom C
lainnya)

ex; CH3-CH2-CH2-OH
1-Propanol
ciri khas alkohol primer, yaitu atom C yang mengikat gugus -OH berikatan dengan
dua atom H.

b) Alkohol Sekunder
jika gugus -OH terikat pada atom C sekunder (atom C yang mengikat dua atom C
lainnya).
Ex; CH3-CH-CH2-CH2-CH3

OH
2-pentanol

Ciri khas alkohol sekunder ialah atom C yang mengikat gugus -OH berikatan dengan
satu atom H.

c) Alkohol tersier
jika gugus -OH terikat pada atom C tersier (atom C yang mengikat tiga atom C
lainnya).
Ex: CH3

CH3-C-CH2-CH2-CH3

OH
2 metil-2pentanol
Ciri khas alkohol tersier ialah atom C yang berikatan dengan gugus -OH tidak
mengikat atom H.

9. REAKSI

a) Reaksi Identifikasi Alkohol Menggunakan Logam Natrium


Reaksi ini digunakan untuk membedakan alkohol dengan eter karena eter tidak
dapat bereaksi denganlogam natrium.alkohol bereaksi dengan logam natrium
menghasilkan gas hidrogen sesuai dengan persamaan reaksi berikut;

2R- OH +2Na => 2R – Ona + H2 (g)


2CH3- CH2-OH+2Na => 2CH3 – CH2 – Ona + H2 (g)
Etanol Natrium Etoksida

Reaksi ini merupakan reaksi yang digunakan untuk membedakan alkohol dengan
eter karena eter tidak dapat bereaksi dengan logam natrium.

b) Reaksi Identifikasi Alkohol Menggunakan Fosfor Trihalida

jika alkohol direaksikan dengan fosfor trihalida akanmenghasilkan alkil halida.


3R -OH + PX3 => 3R – X + H3PO3

c) Reaksi Oksidasi (untuk membedakan Jenis Alkohol)

oksidasi alkohol Primer menghasilkan senyawa aldehid. Jika aldehid dioksidasi


lebih lanjut akan menghasilkan asam karboksilat.
sedangkan oksidasi alkohol sekunder menghasilkan keton, melalui mekanisme
reaksi berikut.

uji lucas
pereaksi lucas terdiri atas ZnCl2 dalam HCl pekat.Uji lucas ini berdasarkan reaksi
antara alkohol dan HCl dengan katalis ZnCl 2. Alkohol tersier bereaksi cepat dengan
gejala reaksi berupa terbentuknya kabut di permukaan larutan. Alkohol sekunder
bereaksi dalam waktu sekitar 5 menit, sedangkan alkohol primer tidak menunjukkan
terjadinya suatu reaksi.

B. ETER

Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R—O—R',


dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum
adalah pelarut dan anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter
sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini
merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin.

Struktur dan ikatan

Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan jarak C-O
sekitar 140 pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan
valensi, hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah sp 3.
Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen yang
berada pada posisi alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada hidrogen
senyawa hidrokarbon. Walau demikian, hidrogen ini kurang asam dibandingkan
dengan alfa hidrogen keton.

Struktur Serupa

Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang


mempunyai stuktur serupa - R-O-R.
 Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian daripada
sistem aromatik.
 Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan
oksigen terikat dengan oksigen, nitrogen, atau sulfur:
o Ester R-C(=O)-O-R
o Asetal R-CH(-O-R)-O-R
o Aminal R-CH(-NH-R)-O-R
o Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R

Sifat-sifat

Sifat-sifat eter yaitu. Pada keadaan standar, hampir seluruh senyawa eter
berwujud cair, kecuali dimetil eter (gas). Jika dibandingkan dengan senyawa alkohol,
titik didih dan titik leleh eter lebih keci. Ini terjadi karena antar molekul eter tidak
membentuk ikatan hidrogen. Eter juga cenderung bersifat non polar, sehingga
kelarutannya dalam air sangat kecil. Selain itu eter bersifat mudah terbakar.
Dibandingkan terhadap alkohol, eter jauh kurang reaktif kecuali dalam hal
pembakaran.Eter jauh lebih mantap (lebih kurang reaktif) dibandingkan alkohol. Eter
tidak bereaksi dengan logam natrium. Sifat ini dapat digunakan untuk membedakan
alkohol dengan eter.
Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan sesamanya, sehingga
mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih yang relatif rendah dibandingkan
dengan alkohol.
Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga
dipol C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar daripada
alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun amida. walau demikian,
keberadaan dua pasangan elektron menyendiri pada atom oksigen eter,
memungkinkan eter berikatan hidrogen dengan molekul air.Eter dapat dipisahkan
secara sempurna melalui destilasi.
Eter siklik seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air karena
atom oksigennya lebih terpapar ikatan hidrogen dibandingkan dengan eter-
eteralifatik lainnya.

Eter Struktur Titi Titid Kelaruta Mome


k k n dalam n
leb didi 1 L H2O dipol
u h (D)
r (°C)
(°C
)
Dimetil eter CH3-O- - -23,0 70 g 1,30
CH3 138,
5
Dietil eter CH3CH2- - 34,4 69 g 1,14
O- 116,
CH2CH3 3
Tetrahidrofura O(CH2)4 - 66,0 Larut pada 1,74
n 108, semua
4 perbandinga
n
Dioksana O(C2H4)2 11,8 101, Larut pada 0,45
O 3 semua
perbandinga
n

Reaksi

Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia


lebih reaktif daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai
berikut.

 Reaksi Oksidasi Eter

Dengan campuran (K2Cr2O7 + H2SO4), eter mengalami oksidasi dengan hasil seperti
pada oksidasi alkohol asalnya. Sebagai contoh, dietil eter (yang dibuat dari etanol)
bila direaksikan dengan (K2Cr2O7 + H2SO4) menghasilkan asetaldehida.
C2H5-O-C2H5 → 2 CH3CHO

 Reaksi Eter dengan

Asam Dengan HI Dingin

Dengan asam iodida dingin, eter menghasilkan alkohol dan alkil iodida. Contoh:
C2H5-O-C2H5 + HI → C2H5OH + C2H5I

Dengan H2SO4 Dingin

Dengan asam sulfat pekat dingin, eter dapat larut. Pemanasan larutan eter dalam
asam sulfat pekat mengakibatkan terbentuknya alkohol dan alkil hidrogensulfat.
Contoh:
C2H5-O-C2H5 + H2SO4 → C2H5OH + C2H5HSO4

 Reaksi Hidrolisis Eter

Bila eter dididihkan dalam air yang mengandung asam (umumnya H 2SO4) terjadilah
hidrolisis yang memberikan hasil alkohol. Contoh:
C2H5-O-C2H5 + H2O → 2 C2H5OH

 Reaksi Eter dengan Halogen

Halogen (klor atau brom) dapat mensubstitusi atom H yang terikat pada atom C alfa
(atom C yang berikatan dengan atom O) dalam suatu eter.
C2H5-O-C2H5 + Cl2 → CH3CHCl-O-C2H5 + HCl
Pembelahan eter

Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam


mineral seperi asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter
dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida:
ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH
Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+Br-.
Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron
tribomida (dalam beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan
menghasilkan alkil bromida. Berganting pada substituennya, beberapa eter dapat
dibelah menggunakan berbagai jenis reagen seperti basa kuat.

Pembentukan peroksida

Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat
membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan
oksigen (ataupun udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida.
Peroksida yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena ini, diisopropil eter
dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut.

Sebagai basa Lewis

Eter dapat berperan sebagai basa Lewis

Eter atau alkoksialkana merupakan senyawa turunan alkana. Satu atom H rantai
alkana diganti oleh gugus alkoksi sehingga eter mamiliki dua gugus alkil.

R–H R – OR'
alkana eter

· rumus umum struktur ; R – O -R'


· Rumus umum molekul ; CnH2n+2

TATA NAMA ETER

Penamaan eter dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penamaan alkil eter (Cara
Trivial) danMenurut sistem IUPAC, gugus –OR disebut gugus alkoksi sehingga
penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi (alkoksialkana)
diikuti oleh nama rantai utamanya.
1. Penamaan Alkil Eter (Trivial)
Nama kedua gugus alkil disebut lebih dahulu (diurutkan berdasarkan abjad),
kemudian di tambahkan eter. Jika kedua gugus alkil sama, diawalan di.
2. Penamaan Alkoksialkana (IUPAC
penataan nama senyawa eter dimulai dengan nama gugus alkoksi diikuti oleh nama
rantai utamanya. Gugus alkoksi dianggap sebagai cabang yang terikat pada rantai
induk.
Di bawah ini Penataan Nama Eter Menurut Trivial dan IUPAC
Nama IUPAC
Rumus Struktur Eter Nama Trivial
(alkoksialkana)
CH3 ⎯ O ⎯ CH3 Dimetil eter Metoksi metana
CH3 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3 Etil metil eter Metoksi etana
CH3 ⎯ CH2 ⎯ O ⎯ CH2 ⎯ CH3 Dietil eter Etoksi etena

KEISOMERAN PADA ETER


Eter memilki dua isomer, yaitu isomer struktur dan isomer fungsional.
1) Isomer Struktur
Isomer struktur ialah senyawa yang memiliki rumus molekul sama, namun rumus
strukturnya berbeda. Contohnya dietil eter memiliki isomer struktur dengan metil
propil eter dan metil isopropil eter.

2) Isomer Fungsional
Alkohol dan eter keduanya memiliki rumus umum yang sama, Akan tetapi, keduanya
memiliki jenis gugus fungsional yang berbeda. Dua senyawa yang memiliki rumus
umum molekul sama namun gugus fungsionalnya berbeda disebut memiliki
keisomeran fungsional. Eter berisomer fungsional dengan alkohol.

PEMBUATAN ETER
Umumnya eter dibuat dari dehidrasi alkohol. Dietil eter dapat dibuat melalui
pemanasan etanol dengan asam sulfat pekat pada suhu sekitar 140°C hingga reaksi
dehidrasi sempurna.
Pembuatan eter dari alkohol CH3CH2OH + HOCH2CH3⎯H2SO4→ CH3CH2–
O– CH2CH3 + H2O

KEGUNAAN DAN DAMPAK ETER


Senyawa dietil eter biasa digunakan sebagai zat anestetik (pemati rasa atau
obat bius) yang diberikan melalaui pernafasan namun penggunaan dietil eter dapat
menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan merangsang sekresi lendir. Selain itu
eter juga digunakan sebagai pelarut non polar untuk melarutkan senyawa non polar
pula, seperti lemak, lilin dan minyak. Eter dapat menyebabkan mual dan muntah
selama waktu pemulihan. Karena dampak negatif ini, eter sudah jarang dipakai di
negara-negara maju.

http://agitas.blogspot.com/2012/04/makalah-alkohol-dan-eter.html

http://suhartinichemist.blogspot.com/2012/10/alkohol-dan-eter.html

http://www.ilmukimia.org/2013/03/reaksi-terhadap-eter.html

Anda mungkin juga menyukai