Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MANDIRI

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

IMPLEMENTASI PANCASILA DI ERA SETELAH REFORMASI

Disusun oleh :

Nama : Tamara Callysta

NPM : 231210026

Dosen : M. Khoiri, S.Pd., M. Pd.

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PUTERA BATAM

2023/2024
Pancasila mengandung makna yang amat penting bagi sejarah
perjalanan Bangsa Indonesia. Karena itulah Pancasila dijadikan sebagai
dasar negara ini. Artinya segala tindak tanduk dari orang-orang sebagai
warga negara dari republik yang bernama Indonesia, haruslah didasarkan
pada nilai-nilai dan semangat Pancasila.

Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam


konteks sebagai dasar negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan
hakiki agar setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang
sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama terhadap
kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apalagi manakala dikaji
perkembangannya secara konstitusional terakhir ini dihadapkan pada
situasi yang tidak kondusif sehingga kridibilitasnya menjadi diragukan,
diperdebatkan, baik dalam wacana politis maupun akademis.

Apakah dia sebagai seorang politisi, birokrat, aktivis, buruh,


mahasiswa dan lain sebagainya. Pancasila dan UUD 1945 sudah final dan
tidak boleh lagi diganggu gugat sebagai landasan dan falsafah yang
mengatur dan mengikat kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasilapun terbukti sangat ampuh sebagai pedoman kehidupan
bersama, termasuk kehidupan dalam berpolitik. Tidak ada yang lain.
Ideologi Pancasila dan UUD 1945 tidak perlu lagi diperdebatkan lagi. Itu
sudah menjadi kesepakatan masyarakat Indonesia ketika negara ini
didirikan. Bahkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tersebut
adalah hasil dari penggalian karakter dan budaya masyarakat Indonesia.

Pancasila mulai dibicarakan sebagai dasar negara mulai tanggal 1


Juni 1945 dalam siding BPPK oleh Ir. Soekarno. Pada tanggal 18 Agustus
1945, Pancasila resmi dan sah menurut hukum menjadi dasar negara
Republik Indonesia. Kemudian mulai Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan
ketetapan No. I/MPR/1988 No.I/MPR/1993, Pancasila tetap menjadi dasar
falafah Negara Indonesia hingga sekarang.

2
Akibat hukum dari disahkannya Pancasila sebagai dasar negara,
maka seluruh kehidupan bernegara dan bermasyarakat haruslah didasari
oleh Pancasila. Landasan Pancasila hukum Pancasila sebagai dasar
negara memberi akibat hukum dan filosofis; yaitu kehidupan negara dari
bangsa ini haruslah berpedoman kepada Pancasila. Bagaimana
sebetulnya implementasi Pancasila dalam sejarah Indonesia selama ini
dan pentingnya untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang
setelah reformasi mulai tinggalkan demi tegaknya persatuan dan NKRI.

Pancasila kini sudah jarang disebut dalam wacana politik,


begitukeluhan berbagai kalangan. Meski Pembukaan UUD 1945 dimana
rumusan Pancasila tetap dipertahankan, realitas politik dan ekonomi
Indonesia kini sudah menyimpang dari Pancasila atau UUD 1945. Sistem
politik kita, sistem demokrasi kita, sistem ekonomi kita, sudah tidak
lagiberdasar cita-cita buat apa negara ini didirikan. Benarkah sinyalemen
ini?

Sistem berbangsa dan bernegara kita telah mengalami perubahan


mendasar. Secara filosofis, memang mengesankan ada pergeseran. Hal
ini tampak dari realitas kehidupan sistem politik, demokrasi, dan ekonomi
yang berjalan kenyataan, semua itu masih dalam tahapan transisi.
Transisi demokrasi ke arah bentuknya yang mantap.

Pancasila adalah sebuah falsafah atau konstitusi yang sarat


dengan kebersamaan atau kegotongroyongan. Jika kita sepakat bahwa
Pancasila atau UUD 1945 mendekati prinsip-prinsip yang dirumuskan
sebagai The European Dream, alangkah jauhnya pandangan the founding
fathers kita merumuskan falsafah dan dasar negara itu sehingga
(sebenarnya) masih amat relevan di era globalisasi. Sudah tentu,
kemiripan itu hanya sebagai komplemen "duniawi" terhadap cita-cita buat
apa negara ini didirikan.

3
Pancasila yang merupakan dasar dan ideologi negara dan Bangsa
wajib diimplementasikan dalam seluruh aspek kehidupan bernegara.
Dalam mewujudkan Pancasila melalui kebijakan ternyata tidaklah mulus,
karena sangat dipengaruhi oleh pimpinan yang menguasai negara,
sehingga pengisian kemerdekaan dengan nilai-nilai Pancasila
menampilkan bentuk dan diri tertentu.

A. Masa Orde Lama


Pada masa orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan
pradigma yang berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh
tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan
keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial
budaya berada dalam suasana tradisional dari masyarakat terjajah
(inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah
masa pencarian untuk implementasi Pancasila terutama dalam
yang berbeda-beda pada masa orde lama. Terdapat 3 periode
implementasi Pancasila yang berbeda, yaitu periode 1945-1950,
periode 1950-1959, dan periode 1959-1966.
Pada periode demokrasi parlementer pada tahun 1945
hingga 1950. Pada saat itu, persatuan dan kesatuan masyarakat
Indonesia masih tinggi karena menghadapi Belanda yang ingin
masih mempertahankan jajahannya di Indonesia. Oleh karena itu,
masyarakat Indonesia ingin mempertahankan kedaulatannya
dengan cara mengusir penjajah. Pada demokrasi ini seorang
presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara. Sedangkan,
kepala pemerintahan dipegang oleh perdana Menteri.
Pada periode tahun 1950 hingga 1955, demokrasi liberal ini
menekankan pada hak-hak individu yang diperoleh. Pada masa
demokrasi liberal, bermunculan berbagai aksi pemberontakan,
seperti Republik Maluku Selatan (RMS), PRRI, dan Permesta yang
ingin melepaskan diri dari NKRI.

4
Pada tahun 1955 demokrasi berjalan lebih baik dari sebelumnya,
karena terlaksananya pemilihan umum yang dianggap paling demokratis.
Anggota konstituante tidak dapat menyusun Undang-Undang dasar
seperti yang diharapkan. Hal tersebut menyebabkan menimbulnya krisis
politik, ekonomi, dan keamanan.

Selanjutnya, ada demokrasi terpimpin dengan periode pada tahun


1956 hingga 1965. Pada saat masa ini, demokrasi tak berada pada
kekuasaan rakyat seperti dari nilai pancasila yang diterapkan.
Kepemimpinan juga dipegang penuh oleh Presiden Soekarno melalui
dekrit Presiden tahun 1959. Faktor inilah yang menyebabkan
penyimpangan penafsiran terhadap pancasila. Mengakibatkan Presiden
Soekarno menjadi presiden yang otoriter.

B. Masa Orde Baru


Orde baru berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap
orde lama yang telah menyimpang dari Pancasila.Diera Orde Baru,
stabilitas dan pembangunan, serta merta tidak lepas dari
keberadaan Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah
untuk semakin menancapkan kekuasaan di Indonesia. Pancasila
begitu diagung-agungkan; Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai
dan hakikatnya kepada rakyat; dan rakyat tidak memandang hal
tersebut sebagai sesuatu yang mengganjal.
Istilah terkenal pada Orde Baru adalah stabilitas politik yang
dinamis diikuti dengan trilogi pembangunan. Perincian pemahaman
Pancasila itu sebagaimana yang kita lihat dalam konsep P4 dengan
esensi selaras, serasi dan seimbang. Soeharto melakukan ijtihad
politik dengan melakukan pemahaman Pancasila melalui apa yang
disebut dengan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila) atau Ekaprasetia Pancakarsa. Itu tentu saja didasarkan
pada pengalaman era sebelumnya dan situasi baru yang dihadapi
bangsa.

5
Pada awalnya P4 memang memberi angin segar dalam
pengamalan Pancasila, namun beberapa tahun kemudian
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan
jiwa Pancasila. Walaupun terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat
dan penghormatan dari dunia internasional, Tapi kondisi politik dan
keamanan dalam negeri tetap rentan, karena pemerintahan
sentralistik dan otoritarian. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan
kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi tafsiran lain.
Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran
HAM terjadi dimana-mana yang dilakukan oleh aparat pemerintah
atau negara. Pancasila seringkali digunakan sebagai legimitator
tindakan yang menyimpang. Ia dikeramatkan sebagai alasan untuk
stabilitas nasional daripada sebagai ideologi yang memberikan
ruang kebebasan untuk berkreasi. Kesimpulan, Pancasila selama
Orde Baru diarahkan menjadi ideology yang hanya menguntungkan
satu golongan, yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan demi
persatuan dan kesatuan hak-hak demokrasi dikekang.

C. Era Reformasi
Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya
dalam konteks sebagai dasar negara dan ideologi nasional,
merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia
memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi
dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Penerapan Pancasila pada masa reformasi menjadi
sangat penting untuk memperkuat nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya dan memperbaiki tata kelola pemerintahan.
Pada masa reformasi, Indonesia mengalami berbagai
perubahan yang signifikan. Berbagai reformasi politik dan ekonomi
dilakukan untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan dan

6
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada saat yang sama,
Pancasila menjadi kembali menjadi pusat perhatian sebagai
ideologi yang dipegang teguh oleh bangsa Indonesia. Penerapan
Pancasila pada masa reformasi mencakup berbagai aspek
kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, sosial, hingga pendidikan.
Dalam bidang politik, penerapan Pancasila pada masa
reformasi dilakukan melalui reformasi kelembagaan. Salah satu
contohnya adalah terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) yang bertujuan untuk memberantas korupsi dan
meningkatkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan
transparan.
Di bidang ekonomi, penerapan Pancasila pada masa
reformasi dilakukan melalui kebijakan ekonomi yang berpihak pada
rakyat. Salah satu contohnya adalah program bantuan langsung
tunai (BLT) yang diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan.
BLT bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan Masyarakat dan
mengurangi kesenjangan sosial.
Dalam bidang sosial, penerapan Pancasila pada masa
reformasi dilakukan melalui upaya untuk memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa. Salah satu contohnya adalah program
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang bertujuan untuk
membentuk warga negara yang memiliki rasa cinta tanah air dan
menghargai perbedaan. Penerapan Pancasila pada PKn terlihat
dari nilai-nilai persatuan Indonesia dan kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Di bidang pendidikan, penerapan Pancasila pada masa
reformasi dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan. Salah
satu contohnya adalah program Gerakan Literasi Nasional (Gernas
Baku) yang bertujuan untuk meningkatkan literasi masyarakat
Indonesia.

7
Secara keseluruhan, penerapan Pancasila pada masa
reformasi memiliki tujuan untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan
dan memperbaiki tata kelola pemerintahan yang bersih dan
transparan. Penerapan Pancasila juga bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, Pancasila
menjadi sangat penting dalam membangun Indonesia yang lebih
baik di masa depan.
Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam
penerapan Pancasila pada masa reformasi. Salah satu tantangan
utamanya adalah upaya untuk mengatasi korupsi yang masih
menjadi masalah besar di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan
upaya yang lebih serius dan tegas untuk memberantas korupsi dan
meningkatkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan
transparan.
Selain itu, masih diperlukan upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dan memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa. Hal ini dapat dilakukan melalui peningkatan mutu
pendidikan, pembangunan infrastruktur, serta upaya untuk
menghargai perbedaan dan memperkuat keragaman budaya di
Indonesia.
Secara keseluruhan, penerapan Pancasila pada masa
reformasi memiliki peran yang sangat penting dalam membangun
Indonesia yang lebih baik di masa depan. Diperlukan upaya yang
terus-menerus untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai