Anda di halaman 1dari 3

1.1 Cara KH.

Ahmad Dahlan Memberdayakan Perempuan


Kiai Ahmad Dahlan dibantu Nyai Walidah menggerakkan perempuan untuk
memperoleh ilmu, melakukan aksi sosial di luar rumah yang bisa disebut radikal dan
revolusioner saat itu. Kaum perempuan didorong meningkatkan kecerdasan melalui
pendidikan informal dan nonformal seperti pengajian dan kursus-kursus, serta didirikannya
organisasi Aisyiyah.
Organisasi ‘Aisyiyah adalah suatu organisasi otonom Muhammadiyah yang didirikan
bersamaan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad pada tanggal 27 Rajab 1335 H,
bertepatan 19 Mei 1917 M dan diketuai oleh Sitti Bariyah. Nama ‘Aisyiyah oleh KH.
Fahruddin dan diambil agar perjuangan seperti ‘Aisyah istri Rasulullah. Nasiatul ‘Aisyiyah
adalah organisasi otonom dan kader Muhammadiyah yang merupakan gerakan keputrian,
dan bergerak di bidang keagamaan dan kemasyarakatan yang berdirinya diawali dengan
pembentukan SP (Siswa Praja) dari ide-ide Somodirjo.
Aisyiyah dalam perannya untuk pemberdayaan perempuan dan masyarakat, dalam
bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
a. Dalam bidang Pendidikan
Aisyiyah mendirikan PAUD (Kelompok Bermain dan Taman Kenak-Kanak). Program
Keluarga Sakinah juga memberi pengetahuan tentang adab berpakaian muslimah dalam
Islam.
b. Dalam bidang kesehatan
Aisyiyah mendirikan RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak).
c. Dalam bidang ekonomi
Aisyiyah membuat suatu program home industry dan lain-lain. Peran Nasiyatul
Aisyiyah adalah membekali para remaja putri dengan pengetahuan dan keterampilan.
Selain itu, ‘Aisiyiyah juga memperhatikan masalah kaderisasi dan pengembangan
sumber daya kader di lingkungan Angkatan muda Muhammadiyah (AMM) putri secara
integrative dan professional yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah
amar ma’ruf nahi munkar menuju masyarakat madani.
Terkait dengan kesetaraan gender dalam perspektif Muhammadiyah, dinyatakan
bahwa wanita setara dengan laki-laki . Ini sesuai dengan perlakuan KH. Ahmad Dahlan
yang sangat memperhatikan perempuan untuk dijadikan penerus perjuangan Islam, dan juga
menyuruh para wanita untuk bersekolah di sekolah-sekolah milik Belanda.
Berdirinya ‘Aisyiyah tak luput dari sejarah berdirinya organisasi Muhammadiyah.
Sejak berdirinya Muhammadiyah KH. Ahmad Dahlan sangat memperhatikan pembinaan
kaum wanita. Kaum wanita yang berpotensial untuk berorganisasi dan memperjuangkan
Islam akhirnya dididik oleh KH. Ahmad Dahlan. Diantara anak-anak perempuan yang
dididik oleh KH. Ahmad Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro
(putrid KH. Ahmad Dahlan sendiri), siti Dawingah, dan Siti Badilah Zuber. Dengan
diadakan kelompok pengajian wanita dibawah bimbingan KH. Ahmad Dahlan dan Nyai
Walidah (istri KH. Ahmad Dahlan) dengan nama “Sopo Treno”.
Pengajian Sopo Tresno belum merupakan suatu nama organisasi, tetapi hanya sebuah
perkumpulan pengajian biasa, untuk memberi suatu nama yang kongkrit pada suatu
perkumpulan. Lalu, berapa tokoh Muhammadiyah seperti KH. Ahmad Dahlan, KH.
Mukhtar, KH. Fahruddin dan Ki Bagus Hadikusumo serta pengurus Muhammadiyah yang
lain mengadakan pertemuan di rumah Nyai Ahmad Dahlan. Waktu itu, diusulkan nama
Fatimah, namun tidak disetujui. KH. Fahruddin mencetuskan nama ‘Aisyiyah yang
kemudian dipandang tepat dengan harapan perjuangan perkumpulan itu meniru perjuangan
Aisyah, istri Muhammad Saw, yang selalu membantu berdakwah.
Peresmian ‘Aisyiyah dilaksanakan bersamaan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad pada tanggal 27 Rajab 1335 H, bertepatan 19 Mei 1917 M dan ‘Aisyiyah
diketuai kali pertama oleh Siti Bariyah. Peringatan Isra’ Mi’raj tersebut merupakan
peringatan yang diadakan Muhammadiyah untuk pertama kalinya. Selanjutnya, KH.
Mukhtar memberi bimbingan administrasi dan organisasi, sedangkan untuk bimbingan jiwa
keagamaannya diberikan langsung oleh KH. Ahmad Dahlan.
Setelah organisasnya terbentuk, KH.Ahmad Dahlan memberikan pesan untuk para
pengurus yang memperjuangkan Islam. Pesan itu berbunyi:
1) Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita Islam sesuai dengan
bakat dan percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan tidak mundur selangkah
karena dicela.
2) Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.
3) Jangan mengadakan alas an yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah hanya
untuk menghidari suatu tugas yang diserahkan.
4) Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam.
5) Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan seperjuangan.

Lembaga ini sejak kehadirannya merupakan bagian horizontal dari Muhammadiyah


yang membidangi kegiatan untuk kalangan putri atau kaum wanita Muhammadiyah.
Komponen perempuan persyarikatan muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri
dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang selama ini menjadi titik
tolak gerakannya. Gerakan ‘Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan
memberikan manfaat bagi peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat perempuan
Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan taman
kanak-kanak, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi. ‘Aisyiyah adalah organisasi
persyarikatan Muhammadiyah yang berasaskan amar ma’ruf nahi munkar dan berpedoman
kepada al-Qur’an dan Sunnah.

Anda mungkin juga menyukai