Anda di halaman 1dari 9

PERANAN AISIYAH TERHADAP PEMBANGUNAN ASPEK DALAM NEGERI YANG

BERLANDASKAN NILAI KEISLAMAN

Ikfina Izalana
Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Jember
izalanaikfina@gmail.com

ABSTRACT
Aisyiyah is a Muhammadiyah women's movement that was established almost
simultaneously with the founding of the largest Islamic organization in Indonesia. In its work for
more than a century in Indonesia, currently Aisyiyah has 34 Aisyiyah Regional Leaders
(provincial level), 370 Aisyiyah Regional Leaders (district/city level), 2,332 Aisyiyah Branch
Leaders (district level) and 6,924 Aisyiyah Branch Leaders (at sub-district level) ward).
This study aims to find out what Aisyiyah is, what history and background Aisyiah is like,
what roles are played by Aisyiah. In this study I used a qualitative research method to analyze
the data. In other words, explaining a phenomenon in depth and done by collecting data as deep
as possible. Make it easier to understand and draw conclusions.
With this research, data will be obtained in accordance with the formulation of the problem
to be discussed. That is how is the role of Aisyah in the development of domestic aspects based
on Islamic values.
Keywords: Aisyiyah, Role, Development.

ABSTRAK
Aisyiyah adalah sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah yang berdiri hampir
bersamaan dengan berdirinya organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dalam kiprahnya yang lebih
dari satu abad di Indonesia, saat ini Aisyiyah telah memiliki 34 Pimpinan Wilayah Aisyiyah
(setingkat provinsi), 370 Pimpinan Daerah Aisyiyah (setingkat kabupaten/kota), 2.332 Pimpinan
Cabang Aisyiyah (setingkat kecamatan) dan 6.924 Pimpinan Ranting Aisyiyah (setingkat
kelurahan).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa itu Aisyiyah, seperti apa sejarah dan latar
belakang Aisyiah, apa saja peranan yang dilakukan oleh aisyiah. Pada penelitian ini saya
menggunakan metode penelitian kulitatif untuk menganalisis data. Dengan kata lain,
menjelaskan suatu fenomena dengan mendalam dan dilakukan dengan mengumpulkan data
sedalam-dalamnya. Membuatnya lebih mudah dipahami dan ditarik kesimpulan.
dengan penelitian ini nantinya akan didapat data sesuai dengan rumusan masalah yang
akan dibahas. Yaitu bagaimana peranan aisiyah terhadap pembangunan aspek dalam negeri yang
berlandaskan nilai keislaman.
Kata Kunci: Aisyiyah, Peranan, Pembangunan.

PENDAHULUAN
Ajaran Islam menggariskan bahwa peran dan kewajiban utama sebagai perempuan, yakni
sebagai ibu yang mengatur rumah tangga. Akan tetapi, bukan berarti bahwa perempuan tidak
memiliki peran dalam ruang publik, karena terdapat kewajiban-kewajiban perempuan di dalam
ruang publik seperti kewajiban untuk menuntut ilmu, berdakwah dan aktivitas lainnya di luar
lingkungan rumah tangga. Islam mengajarkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan,
mendapatkan hak serta kewajiban yang sama dalam ruang publik, seperti dalam hal untuk
mendapatkan pendidikan, sebagai modal untuk kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.
Dapat dikatakan bahwa sangat diperlukan upaya untuk mendidik dan memajukan kaum
perempuan, disertai dengan penanaman nilai-nilai moral yang Islami. Selain itu, kaum
perempuan juga perlu dididik aktif dalam bidang organisasi kemasyarakatan dan keagamaan,
sehingga dapat memiliki pengetahuan dan kepekaan sosial, serta nilai-nilai yang Islami.
Organisasi Aisyiyah ini sudah berdiri sejak lama, namun tidak terlalu banyak orang yang
tau. Sedangkan Organisasi lainnya sudah banyak terekspos mengenai sejarah, perkembangan dan
kontribusinya dibanding Organisasi, sehingga masih banyak kalangan masyarakat maupun
pelajar belum mengetahui mengenai sejarah, perkembangan dan kontribusi Organisasi Aisyiyah
ini. Penulis sangat terdorong untuk memilih judul ini sebagai penelitian agar dapat memberikan
gambaran kepada masyarakat maupun pelajar di luar sana mengenai Organisasi Aisyiyah.
Sehubung dengan hal ini, menarik untuk diteliti lebih jauh, sehingga penulis mengambil judul
“Peranan Aisiyah Terhadap Pembangunan Aspek Dalam Negeri Yang Berlandaskan Nilai
Keislaman”

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana pertumbuhan ekonomi dan peran
UMKM menjadi sumber data dari data data yang dikumpulkan. Serta interpretasi data diperkuat
dengan adanya fakta-fakta pendukung pada setiap pokok pembahasan.
HASIL PEMBAHASAN
1. TENTANG AISYIYAH
Aisyiyah adalah sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah yang berdiri hampir
bersamaan dengan berdirinya organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dalam kiprahnya
yang lebih dari satu abad di Indonesia, saat ini Aisyiyah telah memiliki 34 Pimpinan
Wilayah Aisyiyah (setingkat provinsi), 370 Pimpinan Daerah Aisyiyah (setingkat
kabupaten/kota), 2.332 Pimpinan Cabang Aisyiyah (setingkat kecamatan) dan 6.924
Pimpinan Ranting Aisyiyah (setingkat kelurahan).
Selain itu, Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang bergerak di berbagai bidang yaitu:
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
Amal usaha di bidang pendidikan saat ini berjumlah 4.560 yang terdiri dari kelompok
bermain, pendidikan anak usia dini, taman kanak-kanak, tempat penitipan anak, sekolah
dasar, sekolah menengah pertama, dan lain-lain.
Sedangkan amal usaha di bidang kesehatan yang terdiri dari rumah sakit, rumah
bersalin, Badan Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Pengobatan dan Posyandu berjumlah
hingga 280 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Sebagai gerakan yang peduli dengan kesejahteraan sosial, Aisyiyah hingga kini juga
memiliki sekitar 459 amal usaha yang bergerak di bidang ini meliputi: rumah singgah anak
jalanan, panti asuhan, dana santunan sosial, tim pengrukti jenazah dan Posyandu.
Aisyiyah menyadari, bahwa harkat martabat perempuan Indonesia tidak akan meningkat
tanpa peningkatan kemampuan ekonomi di lingkungan perempuan. Oleh sebab itu,
berbagai amal usaha yang bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi ini di antaranya
koperasi, Baitul Maal wa Tamwil, toko/kios, Bu Eka, simpan pinjam, home industry,
kursus keterampilan dan arisan. Jumlah amal usaha tersebut hingga 503 buah.
Aisyiyah sebagai organisasi perempuan keagamaan terbesar di Indonesia juga memiliki
beragam kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat khususnya penyadaran terhadap
kehidupan bermasyarakat muslim Indonesia. Hingga saat ini kegiatan yang mencakup
pengajian, Qoryah Thoyyibah, Kelompok Bimbingan Haji (KBIH), Badan Zakat Infaq dan
Shodaqoh serta musala berjumlah 3785.
Visi ideal 'Aisyiyah adalah “tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.” Misi utama 'Aisyiyah adalah, “dakwah amar makruf nahi
mungkar untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil 'alamin” dan “mengangkat harkat
dan martabat perempuan sesuai dengan ajaran Islam”.
2. SEJARAH DAN LATAR BELAKANG
Aisyiyah didirikan pada 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917 dalam perhelatan akbar nan
meriah bertepatan dengan momen Isra Mi’raj Nabi Muhammad. Embrio berdirinya
‘Aisyiyah telah dimulai sejak diadakannya perkumpulan Sapa Tresna di tahun 1914, yaitu
perkumpulan gadis-gadis terdidik di sekitar Kauman. Ahmad Dahlan memang mendorong
perempuan untuk menempuh pendidikan, baik di pendidikan formal umum maupun
keagamaan. Konstruksi sosial saat itu menyatakan bahwa perempuan tidak perlu
menempuh pendidikan secara formal, tapi Dahlan sebaliknya, mendorong anak gadis
rekannya atau saudara teman-temannya untuk bersekolah. Para gadis inilah yang kemudian
mengenyam pengkaderan ala Dahlan juga temannya, serta Siti Walidah atau Nyai Dahlan.
Pendirian ‘Aisyiyah diawali dengan pertemuan yang digelar di rumah Kyai Dahlan pada
1917, yang dihadiri K.H. Dahlan, K.H. Fachrodin, K.H. Mochtar, Ki Bagus Hadikusumo,
bersama enam gadis kader Dahlan, yaitu Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti
Busjro, Siti Wadingah, dan Siti Badilah. Pertemuan tersebut memutuskan berdirinya
organisasi perempuan Muhammadiyah, dan disepakati nama ‘Aisyiyah yang diajukan K.H.
Fachrodin.
Nama itu terinspirasi dari istri nabi Muhammad, yaitu ‘Aisyah yang dikenal cerdas dan
mumpuni. Jika Muhammadiyah berarti pengikut nabi Muhammad, maka Aisyiyah
bermakna pengikut ‘Aisyah. Keduanya merupakan pasangan serasi dalam berdakwah,
seperti figur Muhammad dan ‘Aisyah, bahwa Aisyiyah akan berjuang berdampingan
bersama Muhammadiyah. Harapannya, profil Aisyah juga menjadi profil orang-orang
Aisyiyah.
Islam yang berkemajuan sebagaimana terlihat dari penafsiran Muhammadiyah-
‘Aisyiyah terhadap ayat Al-Qur’an yang tidak membedakan jenis kelamin dalam hal
berdakwah, menjadi karakter gerakan Muhammadiyah-‘Aisyiyah. Paham Islam
berkemajuan dan pentingnya pendidikan dan bagi gerakan Muhammadiyah-‘Aisyiyah
menghasilkan pembaruan-pembaruan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan Muhammadiyah-
‘Aisyiyah, seperti merintis berdirinya pendidikan untuk anak usia dini di Indonesia dengan
nama Frobel School pada tahun 1919 yang saat ini bernama TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal
(TK ABA), pendidikan keaksaraan, pendirian mushola perempuan pada 1922, kongres bayi
atau baby show, dan jenis-jenis kegiatan inovatif lain.
Untuk menyebarkan ide-ide secara internal maupun eksternal tentang pembaharuan dan
usaha peningkatan derajat kaum perempuan, ‘Aisyiyah menerbitkan majalah organisasi
bernama Suara ‘Aisyiyah pada tahun 1926. Dalam sejarahnya, sebagai organisasi
perempuan yang berdiri di masa awal pergerakan dan telah memiliki visi persatuan
pergerakan perempuan, ‘Aisyiyah berperan aktif dalam penyelenggaraan Kongres
Perempuan Indonesia I dan memprakarsai berdirinya Kongres Wanita Indonesia
(KOWANI).
Saat ini, ‘Aisyiyah telah berusia seabad. Itu berarti perjalanan gerak organisasi
sekaligus peran keummatan dan kebangsaan ‘Aisyiyah sudah memasuki usia dua abad.
Bukan usia yang pendek bagi ke-istiqomahan sebuah organisasi. Semangat pembaruan
yang berpijak pada paham Islam berkemajuan itu akan tetap menjadi suluh bagi ‘Aisyiyah.

3. PERANAN AISYIYAH
Berdasarkan survey dan bertanya pada anggota aisyiyah ada beberapa program yang
telah terlaksana dan dijalankan oleh organisasi ini antara lain:
1. Peranan ‘Aisyiyah dalam bidang Agama
Reformasi Islam yang dijalankan oleh Aisyiyah telah membuat perubahan
pandangan tentang wanita. Sebelum gerakan pembaruan muncul, para wanita belum
banyak yang menjalankan syariat Islam dengan memakai pakaian Islam. Sebagian
wanita yang telah berjilbab hanyalah para wanita yang telah menunaikan ibadah haji.
Kondisi ini mulai berubah sejak para gadis mulai mengikuti aktivitas secara
terorganisasi di dalam Sopo Tresno. Selain mengadakan pengajian, program pertama
yang dilakukan adalah mengusahakan dan Reformasi Islam yang dijalankan oleh
Aisyiyah telah membuat perubahan pandangan tentang wanita Sebelum gerakan
pembaruan muncul di Kauman, para wanita belum banyak yang menjalankan syariat
Islam dengan memakai pakaian Islam.

A. Bergerak dalam Bidang Dakwah


Kegiatan ‘Aisyiyah dalam bidang agama mula-mula adalah mengirim muballighat
ke beberapa tempat seperti surau atau mesjid terutama pada bulan puasa untuk
memimpin shalat tarawih, mengadakan peringatan hari-hari besar Islam, serta
mengadakan kursus agama Islam bagi perempuan.‘Aisyiyah juga telah mempelopori
berdirinya mushala untuk perempuan, yang pertama kali berdiri di kauman Yogyakarta
pada tahun 1922. Kemudian di Garut, ‘Aisyiyah setempat juga mendirikan “Masjid
Istri” di Jl. Pengkolan pada tahun 1926. Selanjutnya berdiri pula mushala di
Karangkajen dan Suronatan di Yogyakarta, Keprabon Surabaya, dan Ajibarang
Purwakarta. Usaha ini merupakan suatu kemajuan karena perempuan mempunyai
tempat ibadah sendiri yang berfungsi pula sebagai tempat pengajian.
B. Menerapkan Berpakaian Sesuai Syari’at Islam
Reformasi Islam yang dijalankan oleh Aisyiyah telah membuat perubahan
pandangan tentang wanita. Sebelum gerakan pembaruan muncul, para wanita belum
banyak yang menjalankan syariat Islam dengan memakai pakaian Islam. Sebagian
wanita yang telah berjilbab hanyalah para wanita yang telah menunaikan ibadah haji.
Kondisi ini mulai berubah sejak para gadis mulai mengikuti aktivitas secara
terorganisasi di dalam Sopo Tresno. Selain mengadakan pengajian, program pertama
yang dilakukan adalah mengusahakan dan menertibkan para wanita peserta pengajian
agar memakai kerudung (penutup kepala) dari kain sorban berwarna putih.
C. Mendirikan Mushala
Setelah Aisyiyah secara resmi berdiri pada tanggal 19 Mei 1917, para wanita di
dalam organisasi itu merintis pembangunan Mushala khusus bagi kaum wanita
Kauman pada tahun 1922 untuk mendukung kapasitas merekadalam beramal saleh dan
memenuhi tuntunan para wanita yang ingin menjalankan ibadah salat. Bentuk
Mushalah tersebut tampak tak jauh beda dengan bangunan Mushalah saat ini. Mushala
yang berdiri di Kauman ini memang pernah direnovasi, tetapi bentuknya (termasuk
pagar Mushalah), masih seperti semula. Sebelum Mushala Aisyiyah didirikan, salat
berjamaah biasanya dilakukan di rumah orang tua Siti Hayinah Mawardi, serambi
rumah Nyai Ahmad Dahlan, dan berpindahpindah. Perlu diketahui pula bahwa
Mushalah yang selanjutnya menjaditradisi Muhammadiyah di beberapa tempat ini
merupakan Mushalah Wanita pertama yang didirikan di Indonesia.
2. Ekonomi dan Ketenagakerjaan
Mengembangkan, meningkatkan, dan memberdayakan ekonomi masyarakat, baik
melalui pengembangan wirausaha maupun pelatihan ketrampilan dan jaringan usaha.
Selain itu, melakukan pendampingan terhadap tenaga kerja perempuan, baik di dalam
maupun luar negeri, sehingga memiliki pemahaman dan mendapatkan haknya sebagai
buruh, serta mendapat perlindungan hukum. Membangun kesadaran dan perilaku
ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan warga, umat, dan
masyarakat, antara lain dengan optimalisasi pendampingan dan pembinaan ekonomi
melalui program Bina Usaha Ekonomi Keluarga (BUEKA) di komunitas,
mengembangkan usaha-usaha dalam meningkatkan ketrampilan kelompok masyarakat
khususnya kelompok miskin, dan menguatkan posisi serta kondisi usaha mikro kecil
yang dikelola perempuan dalam hal akses dan kontrol terhadap sumber daya ekonomi.
Beberapa program pemberdayaan di antaranya: Mengembangkan Bina Usaha
Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi sebanyak 1.426 buah
di wilayah, daerah dan cabang yang berupa badan usaha koperasi, pertanian, industri
rumah tangga, pedagang kecil/toko.

3. Pemberdayaan
Sebagai organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang keagamaan dan
kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya
untuk memajukan kehidupan masyarakat khususnya dalam pengentasan kemiskinan
dan ketenagakerjaan.
Dengan visi “Tertatanya kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas
pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat”,
Aisyiyah melalui Majelis Ekonomi bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi rakyat
kecil dan menengah serta pengembangan-pengembangan ekonomi kerakyatan.

4. Kesehatan
Sebagai organisasi sosial, masalah kesehatan dan lingkungan hidup telah
menempati posisi yang sangat serius dalam gerakan Aisyiyah. Dengan misi sebagai
penggerak terwujudnya masyarakat dan lingkungan hidup yang sehat, Aisyiyah
kemudian mengembangkan pusat kegiatan pelayanan dan peningkatan mutu kesehatan
masyarakat serta pelestarian lingkungan hidup melalui pendidikan. Saat ini Aisyiyah
telah mengelola dan mengembangkan setidaknya 10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu
dan Anak), 29 klinik bersalin, 232 BKIA/yandu, dan 35 Balai Pengobatan yang
tersebar di seluruh Indonesia.
Beberapa program yang dikembangkan antara lain: peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan yang terjangkau di seluruh rumah sakit, rumah bersalin, Balai Pengobatan,
Balai Kesehatan Ibu dan Anak yang dikelola oleh Aisyiyah serta menjadikan unit-unit
kegiatan tersebut sebagai agent of development yang tidak hanya sebagai tempat
mengobati orang sakit, tetapi mampu berperan secara optimal dalam mengobati
lingkungan masyrakat.

5. Pendidikan
Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu pilar utama
gerakan Aisyiyah, melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah serta Majelis
Pendidikan Tinggi, Aisyiyah mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak mulia
untuk umat dan bangsa.
Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal dan informal) serta
mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa,
berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi
masyarakat serta diridai Allah SWT, berbagai program dikembangkan untuk
menangani masalah pendidikan dari usia pra TK sampai sekolah menengah umum dan
keguruan.
Saat ini Aisyiyah telah dan tengah melakukan pengeloaan dan pembinaan
sebanyak: 86 kelompok bermain/pendidikan anak usia dini, 5.865 taman kanak-kanak,
380 madrasah diniyah, 668 TPA/TPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA, 10 sekolah luar biasa,
14 sekolah dasar, 5 SLTP, 10 madrasah tsanawiyah, 8 SMU, 2 SMK, 2 madrasah
aliyah, 5 pesantren putri, serta 28 pendidikan luar sekolah. Saat ini Aisyiyah juga
dipercaya oleh pemerintah untuk menyelenggarakan ratusan PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini) di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk pendidikan tinggi Aisyiyah
memiliki 3 perguruan tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta 2 AKPER di seluruh
Indonesia.
Selain itu, Aisyiyah juga memperhatikan masalah kaderisasi dan pengembangan
sumber daya kader di lingkungan Angkatan Muda Muhammadiyah Putri secara
integratif dan profesional yang mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah
amar makruf nahi mungkar menuju masyarakat madani.

6. Media
'Aisyiyah memiliki majalah Suara Aisyiyah sebagai media resmi organisasi. Selain
itu, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah 'Aisyiyah juga mengelola majalah anak-
anak Bustanul Athfal yang diedarkan untuk siswa-siswi TK ABA.

KESIMPULAN
Aisyiyah adalah sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah yang berdiri hampir
bersamaan dengan berdirinya organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dalam kiprahnya yang lebih
dari satu abad di Indonesia, saat ini Aisyiyah telah memiliki 34 Pimpinan Wilayah Aisyiyah
(setingkat provinsi), 370 Pimpinan Daerah Aisyiyah (setingkat kabupaten/kota), 2.332 Pimpinan
Cabang Aisyiyah (setingkat kecamatan) dan 6.924 Pimpinan Ranting Aisyiyah (setingkat
kelurahan).
Aisyiyah didirikan pada tanggal 27 Rajab 1335 H, bertepatan pada 19 Mei 1917 M.
Berdirinya dalam perhelatan akbar dan nan meriah bertepatan dengan momen Isra Mi’raj Nabi
Muhammad Saw. Embrio berdirinya Aisyiyah telah dimulai sejak diadakannya perkumpulan
sapa Tresna pada tahun 1914, yaitu perkumpulan gadis-gadis terdidik di sekitar kampung
kauman.
Peranan nyata Aisyiyah terhadap pembangunan aspek dalam negeri yang berlandaskan
nilai keislaman terealisasi seperti dalam bidang keagamaan, ekonomi dan ketenagakerjaan,
pemberdayaan, kesehatan, Pendidikan, dan media.

DAFTAR RUJUKAN
Skripsi dan Jurnal

Rahmayanti,Dian, 2015, “Aisyiyah Kota Depok;Sejarah berdiri dan Kontribusinya Dalam


Bidang Sosial, Buaya Dan Agama”, Skripsi Sarjana, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan
Islam: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Internet

https://m.republika.co.id/2019/berita.pnmxbc458/sekilas-sejarah-lahirnya-aisyiyah, (diakses pada


23 Desember 2022 pukul 20.25).
http://jateng.aisyiyah.or.id/id/page/identitas-visi-dan-misi.html (diakses pada 25 Desember 2022
pukul 20.00)
https://satudara.pareparekota.go.id/ondex.php/04/05/2021/penduduk-menurutkelompok-umur-
dan-jenis-kelamin-di-kota-parepare-tahun-2020 (diakses pada 27 Desember 2022 pukul
19.35).
https://mukhtamar48.id/sejarah-aisyiah, (diakses pada 3 Januari 2023 pukul 20.00).

Anda mungkin juga menyukai