Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 5 : 1.

Annisa Nurul Afifa (2018730011)


2. Annisa Vika Augustia (2108730014)
3. Hanna Desnia Irfani (2018730043)
4. Luthfiyyah Adelia Sukma (2018730057)
5. M.Reynaldi Anandita Ganing(2018730070)

Kesetaraan Gender dalam Muhammadiyah

Dengan seiringi kesadaran perempuan yang mempertanyakan tentang sejauh


manakah peran agama dalam memberikan rasa aman dari berbagai tekanan, ketakutan
dan ketidakadilan persoalan agama dan perempuan menjadi marak. Dan sekarang agama
mendapat suatu tantangan baru dengan di anggapnya agama sebagai salah satu unsur
yang melanggengkan suatu ketidakadilan bagi perempuan, oleh karena itu pada
agamawan baik individu atau kelompok di tuntut untuk melihat secara lebih jelas,
apakah persoalan itu inheren dalam agama itu sendiri ataukah persoalan terletak pada
tafsir keagamaan, bisa jadi terpengaruh oleh kultural tertentu.
Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah selagi tidak muncul
suatu ketidakadilan dan diskriminasi, baik laki-laki dan perempuan, ketidakadilan gender
termanisfestasi dalam berbagai bentuk ketidakadilan, yakni marjinalisasi subordinasi
(anggapan tidak penting), stereotype (pelabelan negative), violesence (kekerasan), beban
kerja ganda atau lebih, dan sosialisasi ideologi nilai peran gender, perbedaan gender yang
menimbulkan ketidakadilan ini menyebabkan kerugian bagi laki-laki maupun perempuan.
Muhammadiyah sebagai organisasi islam yang cukup besar dan berpengaruh di Indonesia
harus ikut serta menyumbangkan pemikiranya dalam masalah pemberdayaan perempuan
ini, tuntutan ini sebenarnya sejalan dengan semangat tajdid (perubahan) Muhammadiyah
yang sudah di gagaskan oleh KH Ahmad Dahlan.
Dengan pendirian KH.Ahmad Dahlan yang keras terhadap taqlid dan
keterbukaannya terhadap perubahan menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi yang
dinamis dan bisa menyesuaikan diri dengan perubahan. Dengan semboyan kembali
kepada Al-Qur‟an dan Sunnah, KH. Ahmad Dahlan bersikap keras terhadap aspek-aspek
kultural yang disebut bid‟ah dan sikap taqlid yang membelenggu umat pada hal-hal yang
tidak bermanfaat. Penguburan yang sederhana merupakan suatu contohnya mengajarkan
kepada umat islam agar berhemat tanpa menghilangkan unsur-unsur yang di ajarkan
islam.
Di sisi yang lain ini juga membuat Muhammadiyah untuk terbuka dan fleksibel
terhadap unsur-unsur inovasi baru yang membawa mashlahat, walau dari manapun
asalnya inovasi itu asalkan tidak bertentangan dengan kedua prinsip di atas yaitu Qur‟an
dan Sunnah, ini seperti keterbukaan KH. Ahmad Dahlan yang beradaptasi terhadap
pemikiran dan institusi yang berasal dari kolonial barat dan kristen seperti sistem
pendidikan, kurikulum, pakaian, panti asuhan dll
a. Peran perempuan muhammadiyah dalam kehidupan bangsa dan Negara
Dengan tugas dan peran (fungsi) sederhana ini Aisyiyah telah banyak memiliki
amal usaha diberbagai bidang diantaranya adalah; pendidikan, kewanitaan, PKK,
kesehatan dan organisasi wanita. Pimpinan Pusat Aisyiyah berusaha memberi didikan
dikalangan wanita islam untuk berpakaian muslimah yang baik, bermoral, dan bermental
luhur, memberikan bimbingan perkawinan dan kerumahtanggaan, tanggung jawab istri
dalam dan di luar rumah tangga, memberikan motivasi keluarga sejahtera, keluarga
bahagia, memberikan bimbingan pemeliharaan bayi sehat, keluarga berencana, berislam
dan sebagainya.
Peran dan Kontribusi Nasyiatul Aisyiyah (NA), bergerak dalam bidang dan
organisasi gerakan putri islam, bidang keagamaan, kemasyarakatan dan keputrian.
Nasyiatul Aisyiyah memberikan terobosan baru yang inovatif yaitu mengadakan kegiatan
SP (Siswa Praja) Wanita. Mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah
tangga. Membekali wanita dan putri-putri Muhammadiyah dengan berbagai ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Dalam organisasi Nasyiatul Aisyiyah (NA) mengadakan
tablig ke luar kota dan kampung-kampung, mengadakan kursus administrasi, dan ikut
memasyarakatkan organisasi Muhammadiyah. Kegiatan SP (Siswa Praja) Wanita
merupakan terobosan yang inovatif dalam metakukan emansipasi wanita di tengah kultur
masyarakat feodal saat itu.
Kultur patriarkhis saat itu benar-benar mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-
kegiatan rumah tangga. Para orang tua seringkali melarang anak perempuannya keluar
rumah untuk aktifitas-aktifitas yang emansipatif. Namun dengan munculnya SP (Siawa
Praja) Wanita, kultur patriarkhis dan feodal tersebut bisa didobrak. Hadirnya SP (Siswa
Praja) Wanita sangat dirasakan manfaatnya, karena SP (Siswa Praja) Wanita membekali
wanita dan putri-putri Muhammadiyah dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan.
Prinsip Gerakan Nasyiatul Aisyiyah (NA), sering juga disebut Nasyiah, adalah
organisasi otonom dan kader Muhammadiyah yang merupakan gerakan putri islam yang
bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan keputrian. Tujuan organisasi ini ialah
membentuk pribadi putri islam yang berarti bagi agama, keluarga dan bangsa menuju
terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai oleh Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai