Anda di halaman 1dari 17

PERAN PEREMPUAN

DALAM
MUHAMMADIYAH Dosen Pengampu :
Dr. Muh Tuhrizal Husein, MA
Anggota Kelompok 10

1 2
Suci Arwindi
Putri Dwi Mariana ( 2286206099 )
( 2286206095 )
Perempuan di Persimpangan Jalan

Para feminis mengatakan seseorang perempuan bisa dikatakan berhasil dan


sukses jika mereka bisa menghasilkan uang, mempunyai kedudukan tinggi,
mempunyai posisi yang tinggi, kuat secara fisik, dan lain-lain. Mereka lupa jika
memang pria dan perempuan berbeda. Dan hal ini lah yang tidak boleh diulangi
oleh kaum muslim dan muslimah dalam menyongsong kebangkitan peradaban
Islam. Maka perlu digiatkan pemberdayaan perempuan, terutama agar mereka
mengerti tentang hak- hak mereka dan potensi yang tersimpan dibalik hak
tersebut. Sehingga perempuan dalam Islam selalu mendapat tempat yang tepat
dan sesuai dengan kodratnya.
Perempuan dalam Islam

Tidak ada keraguan bahwa Islam bersikap adil kepada wanita, dan
menempatkannya dalam kedudukan yang tidak tersesat dan tidak
terhina. Islam memelihara hak secara penuh dan menjaganya dari
pelecehan kehormatan dan kehilangan kehormatannya. Sehingga
dalam Islam sangat memuliakan wanita. Karena Islam mengetahui
bahwa wanita adalah dasar masyarakat yang baik. Pada hakeketnya
sinonim kata wanita dengan perempuan sama, namun bahasa
Perempuan lebih halus dibandingkan dengan wanita
Tokoh-Tokoh Inspiratif Perempuan Dunia Islam

Mariyam Al-
Ijliya
01 03

Rufaida Al-Aslamia 02 Nesreen Ghaddar


Tokoh-Tokoh Inspiratif Perempuan Islam
Indonesia

Laksamana Cut Nyak Dhien Raden Ajeng


Malahayati Kartini

Hajjah Rangkayo Rahma El Dewi Nyai Siti


Rasuna Said Yunisiah Sartika Walidah
Peran Perempuan dalam Muhammadiyah

Perempuan dalam Muhammadiyah mempunyai peran


penting dalam memberikan kontribusi bagi kemajuan
suatu bangsa. Perempuan sebagai konstributor bukan
menjadi kompetitor bagi kaum laki-laki. Sebagai
salah satu organisasi persyarikatan Muhammadiyah,
Aisyiyah sejak berdiri hingga saat ini berkomitmen
untuk meningkatkan derajat dan martabat kaum
perempuan dari ketertinggalannya
Sejarah Lahirnya Asyiyiyah

secara terminologi / istilah , Aisyiyah adalah suatau organisasi


wanita dalam muhammadiyah yang mempunyai maksud dan
tujuan sebagaimana maksud dan tujuan muhammadiyah.
Organisasi ini semula merupakan kelompok anak-anak yang
senang berkumpul laludiberi bimbingan oleh K.H. Ahmad
Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan pelajaran agama
Sejarah Lahirnya Nasyiatul Aisyah

Nasyiatul Aisyiyah (Nasyiah/NA) adalah organisasi otonom


Muhammadiyah yang bergerak dibidang keperempuanan, keagamaan,
kemasyarakatan dan pendidikan. Nasyiatul Aisyiyah didirikan di
Yogyakarta pada tanggal 28 Dzulhijjah 1349 H bertepatan dengan
tanggal 16 Mei 1931 M di Yogyakarta. Nasyiatul Aisyiyah sebagai
bagian dari ortom Muhammadiyah turut serta berkontribusi untuk
mewujudkan tujuan Muhammadiyah pada segmen gerakan keputrian
Tokoh-Tokoh Perempuan Muhammadiyah

1. Nyai Siti Walidah


7. Siti Zaenab
2. Siti Bariyah
8. Siti Aisyah
3. Siti Hayinah
9. Siti Dauchah
4. Siti Manjiyah
10. Siti Dalalah
5. Siti Munjyah
11. Siti Busyro
6. Siti Badilah
Peran & Sumbangsih Perempuan
Muhammadiyah
1. Nyai Siti Walidah
Dia dikenal sebagai tokoh perempuan yang memiliki pergaulan luas dan
terlibat di ranah publik Beliau bahkan pernah diundang dalam sidang
Ulama Solo. Beliau juga berpidato dihadapan kongres pada kongres
Aisyiyah ke-15 yang berlangsung di Surabaya pada tahun 1926
2. Siti Bariyah
Selain sebagai penterjemah al-Quran, ia juga setelah diangkat menjadi
ketua Aisyiyah diberi otoritas untuk memberikan penafsiran terhadap
rumusan Tujuan Muhammadiyah. Dia juga terlibat dalam merintis
majalah Soeara Aisjijah pada tahun 1926.
Peran & Sumbangsih Perempuan
Muhammadiyah
3. Siti Munjiyah
Dia kerap mengisi forum-forum baik di internal organisasi atau
khalayak umum. Siti Munjiyah mendapat kesempatan untuk berorasi.
Beliau menyampaikan mengenai makna jilbab yang dikenakannya saat
itu
4. Siti Hayinah
mendapat kepercayaan sebagai sekretaris mendampingi
Nyai Ahmad Dahlan. Bahkan, dia menjabat sebagai Pimpinan Redaksi
majalah Suara 'Aisyiyah. Dalam kongres Aisyiyah ke-21 di Medan
Model Pemberdayaan perempuan
Perempuan sebagai
Inspirasi 1

Gerakan Perempuan
2 Indonesia
Perempuan sebagai
ibu rumah tangga 3
Perempuan sebagai
4 pekerja
Gender dan Peran Muhammadiyah

1. Gender 2. Gender dalam


Pandangan Islam

adalah suatu sifat yang dijadikan dasar Dalam catatan sejarah praktek biadab dengan
untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki- mengubur hidup-hidup anak
laki dan perempuan dilihat dari segi perempuan mereka, bukan hanya dilakukan bangsa
Arab, namun bangsa-bangsa lain pun
kondisi sosial dan budaya, nilai dan perilaku, Melakukannya. Muncullah Nabi
mentalitas, dan emosi, serta faktor-faktor Muhammad SAW dengan membawa panji Islam.
nonbiologis lainnya. Perempuan yang semula pada masa
Jahiliah derajatnya rendah, oleh Islam diangkat,
bahkan setara dengan laki-laki Hal ini sebagai
penghargaan Islam terhadap perempuan
Gender dan Peran Muhammadiyah
4. Perempuan dan
3. Perempuan dan Gerakan Sosial
politik Politik

Praktik kepemimpinan perempuan dalam Kelompok perempuan tersebut menjadi bagian


persyarikatan dengan memutuskan Ketua penting dalam Gerakan-gerakan
Umumnya menjadi salah satu anggota Sosial termasuk dalam gerakan sosial
pimpinan Pusat Muhammadiyah adalah keagamaan. Baik dalam hal menyuarakan
salah satu kepentingan perempuan dalam krisis ekonomi
bukti bahwa persyarikatan ini membela dan politik, maupun dalam gagasan
hak-hak perempuan. Banyak kegiatan tentang peran perempuan dalam hidup
Muhammadiyah bermasyarakat dari sudut pandang agama
yang dihidupkan oleh ibu-ibu Asyiyah
Ada yang mau bertanya kah?
Kesimpulan

Fenomena kehadiran perempuan di ruang publik masih menjadi kritikan bagi


sebagian kalangan masyarakat. Wilayah perempuan yang hanya di dapur masih
tertanam dalam pola pikir masyarakat yang masih patriarkal. Padahal mencermati
lebih jauh hasil pembangunan saat ini masih kurang berpihak pada kaum perempuan
yang mana justru membutuhkan suara peremuan itu sendiri dalam proses
pengambilan kebijakan pada struktur kekuasaan baik di level mikro maupun
makro.Terwujudnya peran wanita dalam berkesempatan memegang peranan sebagai
kepemimpinan membawa dampak yang mengarah lebih baik bahwa permasalahan
akan kesetaraan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan
dan laki-laki.

Anda mungkin juga menyukai