Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ISLAM DAN IPTEK


AKTIFITAS PEREMPUAN BERKEMAJUAN

Dosen Pengampu :

Susi Herlinda, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Abi Rinata (20306011001) 8. Nurkholis Fuadi (20306011014)


2. Aldry Effendi Abbas (20306011003) 9. Sukma Setia Ningsi (20306011015)
3. Awly Rahmadhani (20306011005) 10. Utama Febri Yusmita (20306011017)
4. Diah Santika (20306011006) 11. Wulandari (20306011019)
5. Giska Putri Yani (20306011004) 12. Yossi Ardila (20306011020)
6. Haris Prayoga (20306011009)
7. Khoirul Anwar (20306011011)

PENDIDIKAN EKONOMI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) ‘AISYIYAH RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Bismillahirrahmaanirrahim.
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana guna memenuhi tugas individu yang diberikan oleh Ibu
Susi Herlinda, M.Pd selaku dosen pengampu sekaligus sumber inspirasi bagi penulis didalam
mata kuliah Islam dan IPTEK. Tugas ini berjudul “AKTIFITAS PEREMPUAN
BERKEMAJUAN”.
Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya yang setia yang telah mempersembahkan hidupnya untuk pendidikan umat
manusia melaui ucapan, perbuatan, contoh teladan, bimbingan dan petunjuknya, agar dapat
melaksanakan fungsi kekhalifahannya di muka bumi ini.
Selanjutnya semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, informasi serta dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
memperluas wawasan pada mata kuliah Islam dan IPTEK ini khususnya. Harapan kami
semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Makalah ini Penulis akui masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Oleh kerena
itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya.

Pekanbaru, 13 JULI 2022

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang berkemajuan, yang ketika penggunaan bangku
masih dianggap warisan Belanda yang nota bene disebut kafir oleh ulama pada masa itu, Kiai
Ahmad Dahlan membuat terobosan dengan pemakaian bangku di sekolah-sekolah
Muhammadiyah. Ketika Khutbah Jumat masih menggunakan bahasa Arab, Muhammadiyah
berani menganjurkan penggunaan bahasa Indonesia dan tidak jarang menggunakan bahasa
setempat agar isi khutbah tersebut bisa dipahami oleh masyarakat. KH. Ahmad Dahlan
dikenal sebagai Kiai yang moderat dan cenderung melawan arus pada zamannya banyak
mengkritik pemahaman masyarakat tentang Islam pada masa itu.

Gerakan perempuan Muhammadiyah yaitu Aisyiyah yang lahir tahun 1917 hadir pada situasi
dan kondisi masyarakat dalam keterbelakangan, kemiskinan, tidak terdidik, awam dalam
pemahaman keagamaan, dan berada dalam zaman penjajahan Belanda. Kini gerakan
perempuan Indonesia menghadapi masalah dan tantangan yang kompleks baik dalam aspek
keagamaan, ekonomi, politik, maupun sosial-budaya.

Berdirinya Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan rentang
sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat memerhatikan keberlangsungan kader penerus
perjuangan. Muhammadiyah dalam membangun umat memerlukan kader-kader yang tangguh
yang akan
meneruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di lingkungan Muhammadiyah.

Berdirinya Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan rentang
sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat memerhatikan keberlangsungan kader penerus
perjuangan. Muhammadiyah dalam membangun umat memerlukan kader-kader yang tangguh
yang akan meneruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di lingkungan
Muhammadiyah.

B. Rumusan Masalah

1. Muhammadiyah dan gerakan perempuan

2. Bentuk peran organisasi perempuan muhammadiyah

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang muhammadiyah dan gerakan perempuan.

2. Untuk mengetahui peran oragnisasi perempuan muhammadiyah.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Muhammadiyah dan Gerakan Perempuan

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang berkemajuan, yang ketika penggunaan bangku
masih dianggap warisan Belanda yang nota bene disebut kafir olch ulama pada masa itu, Kiai
Ahmad Dahlan membuat terobosan dengan pemakaian bangku di sekolah-sekolah
Muhammadiyah. Ketika Khutbah Jumat masih menggunakan bahasa Arab, Muhammadiyah
berani menganjurkan penggunaan bahasa Indonesia dan tidak jarang menggunakan bahasa
setempat agar isi khutbah tersebut bisa dipahami oleh masyarakat. KH. Ahmad Dahlan
dikenal sebagai Kiai yang moderat dan cenderung melawan arus pada zamannya banyak
mengkritik pemahaman masyarakat tentang Islam pada masa itu. Islam sering dituduh telah
memberi legitimasi terhadap penyempitan peran perempuan hingga kekerasan terhadap
perempuan. Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang cukup mapan menempatkan
perempuan setara dengan laki-laki. Kiai Ahmad Dahlan dibantu Nyai Walidah menggerakkan
perempuan untuk memperoleh ilmu, melakukan aksi sosial di luar rumah yang bisa disebut
radikal dan revolusioner saat itu. Kaum perempuan didorong meningkatkan kecerdasan
melalui pendidikan informal dan nonformal seperti pengajian dan kursuskursus.

Aisyiyah merupakan organisasi perempuan yang didirikan sebagai jawaban atas pentingnya
perempuan berkiprah di wilayah-wilayah sosial

kemasyarakatan. Gerakan perempuan Muhammadiyah yaitu Aisyiyah yang lahir tahun 1917
hadir pada situasi dan kondisi masyarakat dalam keterbelakangan, kemiskinan, tidak terdidik,
awam dalam pemahaman keagamaan, dan berada dalam zaman penjajahan Belanda. Kini
gerakan perempuan Indonesia menghadapi masalah dan tantangan yang kompleks baik dalam
aspek keagamaan, ekonomi, politik, maupun sosial-budaya. Untuk menghadapi tantangan
kompleks tersebut, maka gerakan Aisyiyah dituntut untuk melakukan revitalisasi baik dalam
pemikiran maupun orientasi praksis yang mana gerakannya mengarah pada pembebasan,
pencerahan, dan pemberdayaan menuju kemajuan yang utama, dan ini dinyatakan secara
visioner.

Sebagai sebuah organisasi pergerakan Aisyiyah telah meletakkan pijakan dasar tentang
kesetaraan laki-laki dan perempuan, bahkan sejak didirikan. Hal tersebut mencerminkan
bahwa Aisyiyah (Muhammadiyah) telah menempatkan perempuan dan laki-laki dalam peran
kemasyarakatan yang setara. Oleh karena itu, Aisyiyah sebagai organisasi perempuan dari
Ortom Pergerakan Muhammadiyah perlu mempertegas visi dan misinya, bukan lagi sekedar
organisasi perempuan yang melengkapi organisasi induknya yaitu Muhammadiyah. Gerakan
ini perlu menyelaraskan dan menegaskan perannya terkait dengan isu-isu perempuan
kontemporer seperti; perdagangan perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan
terhadap TKW, sampai soal kepemimpinan perempuan di sektor publik yang masih belum
mendapatkan legitimasi penuh baik secara kultural
maupun secara teologis, lengkapnya sebagaimana yang tercantum dalam MDGs (Millenium
Development Goals), yang walaupun masa berlakunya sudah limit, akan tetapi program dunia
ini masih akan dilanjutkan dalam Sustainability Development Goals (SDGs), dengan 12
program pokok gender, sebagaimana yang tertuang dalam Beijing Platform for Action.

Gerakan pemberdayaan perempuan yang telah banyak dilakukan oleh Aisyiyah seyogyanya
tidak dilakukan secara seporadis, tanpa melihat keterkaitan dengan program yang ada
lainnya. Pergerakan Aisyiyah haruslah terintegrasi dan komprehensif, dengan
mengembangkan orientasi gerakannya bukan sekadar menciptakan kader-kader perempuan
yang shalihah secara ritual (fighiyyah), namun tidak bisa menganalisa ketertinggalan
perempuan ataupun hegemoni tradisi dan tafsir agama yang tekstual (skripturalis) sehingga
mengungkung cara berpikir dan bertindak sebagian besar perempuan Islam. Aisyiyah perlu
melakukan reorientasi organisasi yang selanjutnya dikuti dengan penguatan dan optimalisasi
praksis sosial, dengan dilandasi teologi al Ma"un, sebagai inspirasi dasar gerakan
Muhammadiyah dan Aisyiyah. Reorientasi ini harus diikuti dengan menciptakan kader-kader
yang mampu menciptakan perempuan-perempuan yang shalihah sebagai ulama perempuan
yang memahami Al-Quran yang mampu mensinergikannya dengan kondisi kekinian.

Gerakan sosial sebagai kebaharuan dalam praksis sosial berkemajuan ini harus dilakukan
melalui jaringan kerja sama dengan gerakan perempuan lain, baik di tingkat lokal, nasional
maupun internasional. Masalah perempuan merupakan masalah yang sangat kompleks karena
itu membutuhkan kerjasama yang baik agar kehidupan perempuan menjadi lebih baik.
Didirikannya organisasi gerakan perempuan tentulah dimaksudkan untuk memberikan
kehidupan yang lebih baik bagi kaum perempuan sebagaimana dikemukakan Syafiq Hasyim
dalam buku "Bebas dari Patriarkisme Islam" bahwa gerakan perempuan baik di Barat ataupun
di dunia Islam memiliki tujuan yang sama, yaitu membebaskan perempuan dari kedudukan
yang tersubordinasi, terepresi dan termarginalisasi menuju kedudukan yang seimbang dengan
kaum laki-laki. Aisyiyah sebagai organisasi Islam dengan paham keagamaan yang moderat
telah

mencontohkan bagaimana seharusnya perempuan berkiprah di ruang publik, yang


menempatkan perempuan sebagaimana nilai-nilai Islam yang memuliakan dan menjunjung
tinggi martabat perempuan. Bahwa perempuan tidak sepantasnya hanya mengurusi rumah
tangga, namun perempuan memiliki tanggung jawab yang sama dalam tugas-tugas sosial
untuk pencerahan dan kesejahteraan ummat manusia dan membawa pandangan bahwa
perempuan Islam tidak hanya berada di ranah domestik tetapi juga ke ranah publik, yang
sejalan dengan prinsip dan misi Islam sebagai agama yang membawa risalah rahmatan lil -,
alamin.

Dalam kondisi kini, gerakan perempuan Aisyiyah masih sangat dibutuhkan dan
dikembangkan keberadaanya khususnya di Indonesia, dengan melihat tantangan dan kondisi
sosial politik yang ada saat ini. Berbagai problema yang teramati dan dialami saat ini yang
dihadapi

perempuan Indonesia juga semakin multiaspek seperti ketidakadilan gender, kekerasan,


perdagangan perempuan dan anak, kualitas keschatan perempuan dan anak yang masih
memprihatinkan, kemiskinan, dan berbagai permasalahan sosial lainnya. Selain itu, berbagai
pandangan keagamaan yang bias gender masih dihadapi dalam realitas kehidupan masyarakat
sehingga berdampak luas bagi kehidupan perempuan. Aisyiyah perlu melakukan revitalisasi
yang bertujuan untuk mewujudkan terbentuknya Keluarga Sakinah dan Qaryah Thayyibah
(masyarakat utama), yang telah dikenalkan sebagai praksis sosial, dengan strategi community
development. Dalam konteks Muhammadiyah penguatan gerakan perempuan dalam
Persyarikatan melekat dengan misi dan dinamika gerakan Muhammadiyah dalam
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Revitalisasi gerakan perempuan
muslim juga sejalan dengan misi Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi kemuliaan
perempuan dan kemanusiaan untuk menjadi kholifah dimuka bumi ini dan sebagai
perwujudan risalah rahamatan lil"alamin.

B. Peran Organisasi Perempuan Muhammadiyah

1. Aisyiyah

Aisyiyah adalah sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah yang lahir hampir bersamaan
dengan lahirnya organisasi Islam terbesar di Indonesia ini. Dalam kiprahnya hampir satu abad
di Indonesia, saat ini 'Aisyiyah telah memiliki 34 Pimpinan Wilayah Aisyiyah (setingkat
Propinsi). 370 Pimpinan Daerah 'Aisyiyah (setingkat kabupaten), 2332 Pimpinan Cabang
'Aisyiyah (setingkat

Kecamatan) dan 6924 Pimpinan Ranting "Aisyiyah (setingkat Kelurahan). Selain itu,
Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang bergerak diberbagai bidang yakni pendidikan,
kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.

Amal Usaha dibidang pendidikan saat ini berjumlah 4560 yang terdiri dari Kelompok
Bermain, Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Kanak-Kanak, Tempat Penitipan Anak,
Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah Pertama, dan lain-lain. Sedangkan amal usaha di bidang Kesehatan yang terdiri
dari Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Pengobatan dan
Posyandu berjumlah hingga 280 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai gerakan
yang peduli dengan kesejahteraan sosial, "Aisyiyah hingga kini juga memiliki sekitar 459
amal usaha yang bergerak di bidang ini meliputi yakni Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti
Asuhan, Dana Santunan Sosial, Tim Pengrukti Jenazah dan Posyandu. Aisyiyah menyadari,
bahwa harkat martabat perempuan Indonesia tidak akan meningkat tanpa peningkatan
kemampuan ekonomi di lingkungan perempuan. Oleh sebab itu, berbagai amal usaha yang
bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi ini di antaranya koperasi, Baitul Maal bidang
pemberdayaan ekonomi ini di antaranya koperasi, Baitul Maal wa Tamwil, Toko/kios, BU
EKA, Simpan Pinjam, home industri, kursus ketrampilan dan arisan. Jumlah amal usaha
tersebut hingga 503 buah. 'Aisyiyah sebagai organisasi perempuan keagamaan terbesar di

Indonesia juga memiliki beragam kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat khususnya


penyadaran terhadap kehidupan bermasyarakat muslim. Setelah berdini, 'Aisyiyah tumbuh
dengan cepat. Sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah, 'Aisyiyah kemudian tumbuh
menjadi organisasi otonom yang berkembang ke seluruh penjuru tanah air

2. Nasyiatul Aisyiyah

Berdirinya Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan rentang
sejarah Muhammadiyah sendiri Yang sangat memerhatikan keberlangsungan kader penerus
perjuangan. Muhatmadiyah dalam membr,gun umat memerlukan kader-kader Yang tangglåi
Yang akan metrruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di lingkmgan
Muhammadiyah.

Berdirinya Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga iidak biga dilepaskan kaitannya dengan rentang
sejarah Muhammadiyah sendiri Yang sangat memerhatikan keberlangsungan kader penerus
perjuangan.

Muhanvnadiyah dalam membmgun umat memedukan kader-kadcr yarv tangguh Yang akan
meneruskan estafet perjuangan dali para pendahulu di lingkungan Muhammadiyah.

Gagasan mendirikan NA sebenamya dari ide somodirja seorang guru Standart School
Muhanunadiyah. Dalam usahanya untuk memajukan Muhammadiyah, ia menekankan bahwa
perjuangan Muhammadiyah akan sangat terdorong dengan adanya peningkatan mutu ilmu
pengetahuan yang diajarkan kepada para muridnya, baik dalam bidang spiritual, intelektual,
maupun jasmaninya.serta memperjuangkan hak wanita Indonesia.

Gagasan Somodirdjo ini digulirkan dalam bentuk menambah pelajaran praktik kepada para
muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan bersama. Dengan bantuan Hadjid, seorang kepala
guru agama di Standart School Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil
mendirikan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri siswa Standart
School Muhammadiyah. Perkumpulan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP). Tujuan
dibentuknya Siswa Praja adalah menanamkan rasa persatuan, memperbaiki akhlak, dan
memperdalam agama.

Prinsip Gerakan Nasyiatul Aisyiyah, sering juga disebut Nasyiah, adatah organisasi otonom
dan kader Muhammadiyah yang merupakan gerakan putri Islam yang bergerak di bidang
keagamaan, kemasyarakatan dan keputrian.

Tujuan organisasi ini ialah membentuk pribadi putri Islam yang berarti bagi agama, keluarga
dan bangsa menuju terwujudnya masyarakat utama, masyarakat utama, adil, dan makmur
yang diridhai oleh Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan upaya-upaya sebagai
berikut.

a. Menanamkan Al-Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadis sesuai dengan jiwa
Muhammadiyah kepada anggota-
b. anggotanya sebagai dasar pendidikan putri dan sebagai pedoman berjuang.
c. Mendidik anggota-anggotanya agar memiliki kepribadian putri Islam.
d. Mendidik anggota-anggotanya untuk mengembangkan ketrampilan dan keaktifannya
sebagai seorang putri serta mengamalkannya sesuai dengan tuntunan Islam.
e. Mendidik dan membina kader-kader pimpinan untuk kepentingan agama, organisasi
dan masyarakat.
f. Mendidik anggota-anggotanya untuk menjadi mubalighat motivator yang baik.
g. Meningkatkan fungsi Nasyiah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal
usaha Muhammadiyah/Aisyiyah.
h. Membina ukhuwah Islamiyah.
i. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan tujuan organisasi.

BAB III

PENUTUP
A. Simpulan

Aisyiyah merupakan organisasi perempuan yang didirikan sebagai jawaban atas pentingnya
perempuan berkiprah di wilayah-wilayah sosial kemasyarakatan. Aisyiyah juga memiliki
amal usaha yang bergerak diberbagai bidang yakni pendidikan, kesehatan, kesejahteraan
sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.

Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga merupakan salah satu gerakan perempuan muhammadiyah
yang tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan rentang sejarah Muhammadiyah sendiri yang
sangat memerhatikan keberlangsungan kader penerus perjuangan. Muhammadiyah dalam
membangun umat memerlukan kader-kader yang tangguh yang akan meneruskan estafet
perjuangan dari para pendahulu di lingkungan Muhammadiyah. Tujuan organisasi ini ialah
membentuk pribadi putri Islam yang berarti bagi agama, keluarga dan bangsa menuju
terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai oleh Allah.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah yang berjudul "Muhammadiyah dan Gerakan Perempuan" masih
memilki banyak kekurangan sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang mampu
membangun dari dosen dan teman teman.

Anda mungkin juga menyukai